Anda di halaman 1dari 11

ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI

SISTEM REPRODUKSI PEREMPUSN

RESISTENSI DAN IMUNITAS

DISUSUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

M. SYAKIL SULHAN

MOH. REZA WIRYAWAN T.

GILMAN OQUINHA COSTA

ERIS DWI ERNANDA

EVRIDITA NUR FADILAH

NAJMA MUFIDA

SRI WAHYUNI

EVA AGUSTIN PRATIWI

LEONICIA DE JESUS M. DOS SANTOS

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


PENGERTIAN ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi berasal dari bahasa latin (yunani) yaitu (ana) artinya bagian,memisahkan sedangkan
(tomi) artinya iris/potongan. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan
tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubunganya alat tubuh yang satu
dengan yang lainnya.

Fisiologi berasal dari bahasa latin (yunani) yaitu (physis) artinya cara kerja sedangkan (logos)
artinya ilmu pengetahuan. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faaal/pekerjaan tiap-tiap
jaringan tubuh/bagian dari alat-alat tubuh.

Anatomi Fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan
tubuh dan bagaimana alat tubuh tersebut bekerja.

A. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI

1. Testis berbentuk seperti telur yang berukuran 4-5 cm, lebar 2–3 cm dan volume lebih
dari 15 ml. yang dikelilingi oleh jaringan ikat kolagen (tunika albuginea). Tunika
albuginea akan memberikan septa ke dalam parenkim testis dan membagi menjadi
beberapa lobulus. Setiap lobulus mengandung 1-4 tubulus seminiferus. Tubulus
seminiferus merupakan tempat produksi sperma. Pada ujung tubulus seminiferus ini
terdapat tubulus rektus yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan rete testis.
Rete testis terdapat dalam jaringan ikat mediastinum yang dihubungkan oleh 10-20
duktus eferen yang ke distal menyatu pada duktus epididimis

2. Epididimis adalah saluran yang berkelok-kelok dengan panjang sekitar 4-6 meter
yang terdiri dari caput, corpus, dan cauda. Di dalam epididimis, spermatozoa akan
matang sehingga menjadi mortil dan fertil. Setelah melalui epididimis yang
merupakan tempat penyimpanan sperma sementara, sperma akan menuju vas deferen
3. vas deferen adalah suatu saluran lurus berdinding tebal yang akan menuju uretra pars
prostatika. Vas deferen bersama pembuluh darah dan saraf, dalam selubung jaringan
ikat disebut funiculus spermaticus yang akan melalui kanalis inguinalis.
4. Kelenjar seks tambahan terdiri dari sepasang vesikula seminalis, prostat, dan sepasang
kelenjar bulbouretral (kelenjar cowper). Vesikula seminalis terletak di bagian dorsal
vesika urinaria dan menghasilkan sekitar 60% dari volume cairan semen. Kelenjar
prostat terletak di bawah dasar vesika urinaria. Kelenjar bulbouretral terletak di dalam
otot perineal dan menghasilkan cairan mukoid untuk pelumas.
5. Penis terbagi menjadi radix, corpus, dan glans penis. Penis terdiri dari 3 massa
silindris yaitu dua corpora cavernosa yang dipisahkan oleh septum dan terletak di
dorsal serta satu corpus spongiosum yang mengelilingi uretra dan terletak di ventral.
Glans penis adalah ujung terminal dari corpus spongiosum yang membesar dan
menutupi ujung bebas kedua corpora cavernosa penis. Preputium adalah lipatan kulit
yang retraktil pada glans penis yang akan dipotong dalam sirkumsisi.
6. Uretra terdiri dari 3 bagian yaitu uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra
bulbous Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm, tergantung dari panjang penis dan
berakhir pada kepala/glans penis.
pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak muara
vas deferens.pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar
bulbouretralis.pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm atau tergantung dari panjang
penis dan melintas di corpus spongiosum penis.pars bulbosa, pars spongiosa yang
terlapisi otot bulbocavernosus dan menempel pada tubuh karena tergantung oleh
ligamantum suspensorium penis.pars pendulosa, pars spongiosa yang tidak terlapisi
otot dan menggantung pada kondisi tidak ereksi.
7. Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di luar rongga perut, antara kaki dan
dorsal penis. Terdiri dari 2 kantung yang masing-masing diisi oleh testis, epididimis,
dan bagian caudal funiculus spermaticus.

FISIOLOGI EREKSI SISTEM REPRODUKSI LAKI- LAKI

Ereksi penis merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai faktor yaitu faktor
saraf,psikologis,vaskuler dan hormonal. Terdapat empat tahap proses seksual yang terjadi
pada manusia normal yaitu: gairah seksual (libido),ereksi,ejakulasi dan detumescence
(kadaan penis normal).

Relaksasi otot polos yang terjadi saat eraksi disebabkan oleh adanya Nitric Oxide (NO) yang
disebabkan oleh serat-serat saraf nitrinergik.

Oleh beberapa peneliti, proses ereksi dan detumensens dibagi menjadi beberapa fase:

1. Fase 0, yaitu fase flaksid. Pada keadaan lemas yang dominan adalah pengaruh saraf
simpatik. Otot polos arteriola ujung dan otot polos kavernosum berkontraksi.arus
darah ke korpus kavernosum minimal dan hanya untuk keperluan nutrisi saja.
2. Fase 1, merupakan fase pengisian laten, setelah terjadi perangsangan seks sistem saraf
parasimpatik mendominan dan terjadi peningkatan aliran darah melalui arteria
pudendus interna dan arteria kavernosa tanpa ada perubahan tekanan arteria simpatik.
3. Fase 2. fase tumesens (mengembang). Pada orang dewasa muda yang normal,
peningkatan yang sangat cepat arus masuk (influks) dari fase flasid dapat mencapai 25
- 60 kali. Tekanan intrakavemosa meningkat sangat cepat. Karena relaksasi otot polos
trabekula, daya tampung kaveme meningkat sangat nyata menyebabkan
pengembangan dan ereksi penis. Pada akhir fase ini, arus arteria berkurang.
4. Fase 3 merupakan fase ereksi penuh. Trabekula yang melemas akan mengembang dan
bersamaan dengan meningkatnya jumlah darah akan menyebabkan tertekannya
pleksus venula subtunika ke arah tunika albuginea sehingga menimbulkan venoklusi.
Akibatnya tekanan intrakaverne meningkat sampai sekitar 10-20 mmHg di bawah
tekanan sistol.
5. Fase 4, atau fase ereksi kaku (rigid erection) atau fase otot skelet. Tekanan
intakaverne meningkat melebih tekanan sistol sebagai akibat kontrasi volunter
ataupun karena refleks otot iskiokavernosus dan otot bulbokavemosus menyebabkan
ereksi yang kaku. Pada fase ini tidak ada aliran darah melalui arteria kavemosus.
6. Fase 5 Fase atau fase transisi Terjadi peningkatan kegiatan sistem saraf simpatik,
yang mengakibatkan meningkatnya tonus otot polos pembuluh helisin dan kontraksi
otot polos trabekula Arus darah arteri kembali menurun dan mekanisme venoklusi
masih tetap diakutkan.
7. Fase 6 yang merupakan fase awal detumesens. Terjadi sedikit penurunan tekanan
intrakaveme yang menunjukkan pembukaan kembali saluran arus vena dan penunman
arus darah arteri.
8. Fase 7 atau fase detumesens cepat. Tekanan intrakaverne menurun dengan cepat,
mekanisme venoklusi diinaktifkan, anus darah arteri menurun kembali seperti
sebelum perangsangan, dan penis kembali ke keadaan flaksid.
B. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI PEREMPUAN

Sistem reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian, yaitu sistem internal (dalam) dan sistem
eksternal (luar). sistem internal (dalam) terdiri dari Vagina,Uterus, Dua tuba fallopi, Dua
ovarium. sistem eksternal (luar) Dua labia mayora, Dua labia minora, Klitoris, Orifisium
vagina.

Anatomi organ reproduksi internal (dalam) perempuan:

1. Ovarium Setiap wanita memiliki dua ovarium dengan ukuran sebesar ibu jari
tangan dengan panjang kira – kira 4 cm, tebal 1,5 cm memproduksi sel telur juga
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang berjumlah sepasang hormon
ini di dapatkan berdasarkan siklus ovarium.
2. Fimbriae berbentuk rumbai rumbai seperti tangan,rumbai rumbai ini akan
menerima sel telur ketika diovulasikan oleh ovarium dan setelah diterima akan di
terima oleh tuba fallopi.
3. Tuba Falopii mengalirkan ovarium menuju uterus di dalamnya terdapat banyak
silia yang bergerak se arah untuk menggerakkan sel telur. Dan terjadi fertilisasi
antara sel telur dan sel sperma. Pangkal tuba falopii terletak di fundus uteri, terdiri
dari:
a. Pars interstisialis yang terletak di pangkal tuba.
b. Pars ismika merupakan bagian yang agak melebar, sebagai tempat konsepsi.
c. Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai
fimbria yang berfungsi menangkap telur yang sudah matang untuk dibawa ke
dalam tuba.
4. Uterus berbentuk seperti buah alpukat , sebesar telur ayam yang
berongga,dindingnya terdiri dari otot polos. Uterus berukuran panjang 7 – 7,5 cm,
lebar 5,25cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm dan sebagai tempat
implantasi dan perkembangan fetus seiring fetus semakin besar maka uterus juga
akan elastis mengikuti besarnya fetus.
Uterus terdiri dari tiga lapisan:
a. Endometrium, lapisan paling dalam berupa membran mukosa yaitu stratum
fuctionlis dan basalis. Stratum fuctionalis akan rusak selama haid, lalu stratum
basalis akan menghasilkan stratum fuctionalis baru.
b. Miometrium yang terdiri dari otot polos
c. Perimetrium lapisan paling luar.
5. Serviks atau mulut uterus yang akan membuka ketika terjadi kontraksi bagian
bawahh rahim yang terhubung ke vagina.
memiliki beberapa bagian yaitu
a. Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan portio.
b. Pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang terdapat
diatas vagina
6. Vagina adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak
diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9 cm
dan dinding belakang 9-11 cm ini adalah tempat ketika bayi lahir, menstruasi dan
terjadi kopulasi.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :
a. Lapisan dalam epitel skuamosa, membentuk lipatan atau rugae yang
memungkinkan vagina menggembang luas sehingga janin dapat lewat
b. Lapisan jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
c. Lapisan otot yang terdiri atas lapisan otot longitudinal di luar dan lapisan otot
sirkuler di sebelah dalam
d. Lapisan luar jaringan ikat, berhubungna dengan organ-organ lain dalam panggul,
termasuk pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut saraf

Anatomi organ eksternal (luar) perempuan:


1. Mons pubis terdiri dari jaringan lunak yang agak menonjol yang ditumbuhi rambut
kemaluan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan ketika melakukan hubungan
intim.
2. Klitoris memiliki bentuk kecil seperti kacang terdapat banyak jaringan saraf yang
peka terhadap rangsang.
3. Lubang ureta tempat keluarnya urine.
4. Lubang vagina tempat melahirkan, menstruasi, dan tempat terjadinya kopulasi.
5. Labia minora Merupakan dua lipatan tipis kulit menutupi labia mayora yang tidak
memiliki rambut tetapi memiliki kelenjar minyak.
6. Labia mayora Merupakan dua lipatan yang memiliki kelenjar minyak, dan kelenjar
keringat.

FISIOLOGI MENSTRUASI SISTEM REPRODUKSI ( perempuan)

Wanita atau orang AFAB usia reproduksi (mulai dari usia 11 hingga 16 tahun) mengalami
siklus aktivitas hormonal yang berulang dengan interval sekitar satu bulan. Pada setiap siklus,
tubuh bersiap menghadapi potensi kehamilan, baik itu niat atau tidak. Istilah menstruasi
mengacu pada pelepasan lapisan rahim. secara berkala ketika kehamilan tidak terjadi pada
siklus tersebut. Banyak orang menyebut hari-hari ketika mereka melihat pendarahan vagina
sebagai “menstruasi”.

Siklus menstruasi rata-rata memakan waktu sekitar 28 hari dan terjadi secara bertahap. Fase-
fase ini meliputi:

 Fase folikuler ( sel telur berkembang).


 Fase ovulasi (pelepasan sel telur).
 Fase luteal (kadar hormon menurun jika sel telur tidak ditanamkan).

Ada empat hormon utama yang terlibat dalam siklus menstruasi. Hormon-hormon ini
meliputi:

 Hormon perangsang folikel .


 Hormon luteinisasi .
 estrogen .
 Progesteron.

Fase folikuler

Fase ini dimulai pada hari pertama menstruasi. Selama fase folikular dari siklus menstruasi,
kejadian berikut terjadi:

 Dua hormon, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH)
dilepaskan dari otak dan mengalir dalam darah ke ovarium.
 Hormon-hormon tersebut merangsang pertumbuhan sekitar 15 hingga 20 sel telur di
ovarium, masing-masing dalam “cangkang” sendiri yang disebut folikel.
 Hormon-hormon tersebut (FSH dan LH) juga memicu peningkatan produksi hormon
estrogen.
 Ketika kadar estrogen meningkat, seperti sebuah saklar, hal ini mematikan produksi
hormon perangsang folikel. Keseimbangan hormon yang cermat ini memungkinkan
tubuh membatasi jumlah folikel yang akan menyiapkan sel telur untuk dilepaskan.
 Ketika fase folikuler berlangsung, satu folikel dalam satu ovarium menjadi dominan
dan terus matang. Folikel dominan ini menekan semua folikel lain dalam kelompok
tersebut. Akibatnya, mereka berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan terus
memproduksi estrogen.

Fase ovulasi

Fase ovulasi (ovulasi) biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler dimulai (waktu
pastinya bervariasi). Fase ovulasi adalah fase kedua dari siklus menstruasi. Kebanyakan
orang akan mengalami menstruasi 10 hingga 16 hari setelah ovulasi. Selama fase ini,
peristiwa-peristiwa berikut terjadi:

 Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah hormon


luteinizing (LH) yang diproduksi otak.
 Hal ini menyebabkan folikel dominan melepaskan sel telurnya dari ovarium.
 Saat sel telur dilepaskan (suatu proses yang disebut ovulasi), sel telur tersebut
ditangkap oleh tonjolan seperti jari di ujung saluran tuba ( fimbriae ). Fimbriae
menyapu sel telur ke dalam tuba falopi.
 Selama satu hingga lima hari sebelum ovulasi, banyak wanita atau orang AFAB akan
merasakan peningkatan lendir serviks putih telur . Lendir ini adalah keputihan yang
membantu menangkap dan memberi nutrisi pada sperma dalam perjalanannya menuju
sel telur untuk pembuahan.

Fase luteal

Fase luteal dimulai segera setelah ovulasi dan melibatkan proses berikut:

 Setelah melepaskan sel telurnya, folikel ovarium yang kosong berkembang menjadi
struktur baru yang disebut korpus luteum.
 Korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron
mempersiapkan rahim untuk menanamkan sel telur yang telah dibuahi.
 Jika hubungan intim telah terjadi dan sperma telah membuahi sel telur ( konsepsi ),
sel telur yang telah dibuahi (embrio) akan berjalan melalui tuba falopi untuk
ditanamkan di dalam rahim ini adalah awal mula kehamilan .
 Jika sel telur tidak dibuahi, sel telur tersebut akan larut di dalam rahim. Tidak
diperlukan untuk menunjang kehamilan, lapisan rahim rusak dan luruh. Ini adalah saat
menstruasi dimulai.
C. RESISTENSI DAN IMUNITAS (SISTEM IMUN)

Sistem imun berasal dari bahasa yunani yaitu (immunity) yang artinya perlindungan.
Imunitas adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing seperti bakteri,
virus, jamur, parasit, toxin, obat, makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sistem imun
adalah ssuatu sistem yang berperan dalam proses imunitas.

Sistem imun terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase Sistem imun alami (innate imunity) dan fase
Sistem imun adaptif (adaptive immunity).

1. Sistem imun alami (innate imunity) adalah sistem imun yang berperan pada inflamasi
yang bersifat akut.
 Merupakan pertahanan pertama tubuh
 Tidak bersifat spesifik terhadap suatu patogen atau mikroorgansme

Komponen- Komponen sistem imun alami (innate imunity)

 Pertahanan fisik & mekanik (kulit,mukosa dan silia pada saluran pernafasan)
 Pertahanan biokimia (asam lambung dan lisozim)
 Pertahanann humoral (komplemen, interferon dan C-Reactive Protein)
 Pertahanan seluler (makrofag, neutrofil, NK cell)

Ke-empat komponen sistem imun akan langsung aktif sebagai mekanisme pertahanan tubuh
sehingga ketika sistem imun ini aktif akan terjadi inflamasi pada lokasi terjadinya pertemuan
antara komponen imun dan patogen tertentu yang menyebabkan kerusakan pada jaringan.
Sistem imun ini tidak memiliki memori (memori cell) terhadap suatu jenis patogen tertentu
oleh karena itu sistem imun yang dimediasi sistem imun alami (innate imunity) hampir setiap
patogennya bersifat mirip.
2. Sistem imun adaptif (adaptive immunity) merupakan sistem imun yang memiliki
spesifitas terhadap patogen tertentu. Sistem ini memiliki memori (memori cell) untuk
menghasilkan suatu protein yang menjadi respon imunologis (imunoglobulin)

Komponen Utama sistem imun adaptif (adaptive imunity)


 Sel limfosit
Dan pada dasarnya sistem imun adaptif dibagi menjadi dua tipe berdsarkan
pertahanan terhadap patogen ekstraseluler atau intraseluler yaitu komponen seluler
dan komponen humoral.
1. Komponen seluler, sel yang menjadi mediator respon imunologis adalah sel
limfosit T. Sel T dibagi menjadi tiga jenis yaitu sel T Helper (CD4+), sel T
sitotoksik (CD8+), sel T Regulatory. Masing masing sel T memiliki mekanisme
yang berbeda beda.
 sel T Helper (CD4+) bekerja berikatan degan sel antigen presenting cell
(APC) melalui reseptor protein MHCII untuk memicu produksi sitokin yang
dapat berperan sebagai sitokin pro- inflamasi maupun sitokin anti-
inflamasi.
Contoh dari sitokin pro- inflamasi adalah Interleokin-1 Beta(IL-IB),
Interleokin-6, TNF- alfa
Contoh dari sitokin anti- inflamasi adalah Interleokin-10.
 sel T sitotokik (CD8+) akan berikatan dengan sel yang terinfeksi patogen pada
intraseluler melalui protein bainding molekul (MHC I) dan akan langsung
membunuh sel yang terinfeksi
 sel T Regulatory berfungsi untuk mengatur supresi dari respon imun jika,
sudah berlebih, menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.
2. Komponen Humoral dimediasi oleh sel B memegang peran sebagai sel memori
terhadap patogen tertentu. Sistem imun adaptif yang memungkinkan adanya
memori terhadap patogen tertentu dinamakan (immunologic memory). Sel B naive
akan terpajan pada sel memori tertentu baik langsung berikatan terhadap antigen
yang diekspresikan terhadap permukaan sel patogen ataupun berikatan dengan
(APC)berupa follicular dendritic cell selanjutnya sel B yang terpajanakan
mengalami poliferasi dan diferensiasi di sumsung tulang menjadi satu sel B
memori yang memiliki memori dan spesifitas terhadap antigen patogen tertentu
dan sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin spesifik terhadap infeksi
patogen tersebut akan dihasilkan.
Semakin sering tubuh terpajang patogen yang sama maka titer antibodi yang
dihasilkan oleh sel plasma tersebut semakin tinggi hal ini akan berpengaruh
terhadap peningkatan efektivitas respon imun tubuh terhadap patogen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai