Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM III

FISIKA

KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG

ALSA PEBRILA

2330104040040

KELOMPOK IX

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2023
LEMBAR PENGASAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG

Yang diperiksa dan disetujui oleh Asisten praktikum pada :

Hari :

Tanggal :

ASISTEN PRAKTIKUM

NI KETUT PUSPA NGASTITI

2230104040040
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum Fisika ini dengan baik. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada tim yang telah memberikan petunjuk dan membimbing dalam pelaksanaan praktikum sampai
penulisan laporan praktikum ini selesai.

Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum fisika III pada mata kuliah fisika.
Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan di laboratorium
Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Yang
dilaksanakan setiap hari Jumat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Selain
itu, dengan laporan ini penulis juga mengharapkan ada banyak manfaat bagi kita semua untuk
menambah ilmu pengetahuan kita.

Palangla Raya, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal


1 Hasil Pengukuran Balok I dengan Penggaris 10
2 Hasil Pengukuran Balok II dengan Penggaris 12
3 Hasil Pengukuran Berulang Balok III dengan Penggaris 14
4 Hasil Pengukuran Berulang Balok I dengan Jangka Sorong 16
5 Hasil Pengukuran Berulang Balok II dengan Jangka Sorong 18
6 Hasil Pengukuran Berulang Balok III dengan Jangka Sorong 20
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGASAHAN..........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL.........................................................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................................................v

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................6

1.2 Tujuan Kegiatan Praktikum....................................................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengukuran Berulang............................................................................................7

2.2 Faktor Mempengaruhi Pengukuran Berulang.........................................................................7

2.3 Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang............................................................................8

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan.......................................................................................................................9

3.2 Cara Kerja...............................................................................................................................9

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Berulang dengan Penggaris pada 3 Balok...........................................................10

4.2 Pengukuran Berulang dengan Jangka Sorong pada 3 Balok...................................................16

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan.............................................................................................................................22

5.2 Saran........................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah
satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Sebelumnya ada
baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri.

Pengukuran berulang adalah pengukuran dimana untuk mendapatkan hasil (x ± Δx) satuan harus
dilakukan beberapa kali pengukuran karena disetiap kali pengukuran memperoleh hasil yang berbeda.

Dalam fisika yang didasarkan pada pengukuran, ia mendefinisikannya sebagai metode untuk
membandingkan objek yangakan diukur dengan alat ukur standar Jika tidak ada pengukuran yang
memiliki nilai tertentu karena pasti ada nilai ketidakpastian saat membandingkan, yang disebabkan oleh
beberapa faktor, termasuk ketidakpastian alat ukur dan ketidakpastian pengamat.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui cara pengukuran berulang pada benda yang diukur

2. Mengetahui cara menghitung rata-rata pengukuran dan ketidakpastian pada pengukuran


berulang

3. Mengetahui cara penulisan hasil pengukuran berulang dengan ketidakpastiannya

4. Mengetahui cara menentukan jumlah angka dibelakang koma berdasarkan ketidakpastian


relative nya

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pengukuran Berulang

Ketidakpastian pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan secara berulang


(berkali-kali). Proses pengukuran dapat dilakukan 3-5 kali ulang. Dilakukan pengukuran berulang untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Pengukuran berulang akan mendapatkan sebanyak N kali. Kemudian
hasil pengukuran berulang dihitung nilai rata-rata ( . Nilai ketidakpastian (∆X) dapat digunakan dengan
nilai simpang baku nilai rata-rata sampel.

Menentukan jumlah angka dibelakang koma pada pengukuran berulang dengan menggunakan
ketidakpastian relative pengukuran berulang tersebut. Dimana dengan cara membagi ketidakpastian
pengukuran dengan nilai rata-rata pengukuran.

2.2 Faktor Mempengaruhi Pengukuran Berulang

1. Ketidakpastian instrumen: Kualitas alat atau perangkat yang digunakan untuk pengukuran
sangat penting. Instrumen yang tidak tepat atau kurang stabil dapat menghasilkan hasil yang
tidak konsisten.

2. Kondisi lingkungan: Perubahan suhu, kelembaban, tekanan udara, dan faktor lingkungan
lainnya dapat memengaruhi pengukuran. Oleh karena itu, lingkungan pengukuran harus
dijaga sebaik mungkin.

3. Kesalahan manusia: Kesalahan manusia seperti ketidakakuratan pembacaan, pengaturan


instrumen yang salah, atau kekurangan dalam teknik pengukuran dapat menyebabkan variasi
dalam pengukuran.

4. Variabilitas sampel: Sampel yang diukur mungkin memiliki variasi alami yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran berulang. Ini dapat terjadi dalam ilmu biologi, kimia, atau
pengukuran sosial.

5. Metode pengukuran: Metode yang digunakan untuk pengukuran dapat memiliki efek
signifikan. Pemilihan metode yang sesuai dan penggunaan yang konsisten dari metode
tersebut penting.

6. Perubahan waktu: Dalam beberapa pengukuran, perubahan kondisi atau karakteristik sampel
seiring waktu dapat memengaruhi hasil pengukuran.
7. Statistik acak: Beberapa pengukuran memiliki elemen acak yang tidak dapat dihindari.
Dalam kasus ini, variasi dalam pengukuran berulang adalah hasil dari sifat acak fenomena
yang diukur.

2.3 Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang

Ketidakpastian pada pengukuran berulang mengacu pada sejauh mana hasil pengukuran dapat
bervariasi saat pengukuran yang sama dilakukan beberapa kali. Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor
seperti peralatan pengukuran yang tidak selalu memberikan hasil yang identik, perbedaan operator, atau
perubahan kondisi lingkungan. Ketidakpastian ini sering diukur dan dinyatakan dalam bentuk nilai
ketidakpastian pengukuran untuk memberikan perkiraan sejauh mana hasil pengukuran dapat bervariasi.
Ini merupakan aspek penting dalam metrologi (ilmu pengukuran) karena membantu dalam memahami
sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalkan.

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan

1. Penggaris
2. Jangka Sorong

3. Balok sebanyak 3 buah

4. Handphone

5. ATK

6. Laptop

3.2 Cara Kerja

1. Lakukan berulang pada dimensi panjang, lebar, dan tebal balok

2. Isilah hasil pengukuran berulang pada table

3. Hitunglah rata-rata pengukuran dan ketidakpastian berulang menggunakan rumus

4. Hitunglah ketidakpastian relative menggunakan rumus

5. Tulislah cara hasil pengukuran ketidakpastian pada pengukuran berulang

6. Lakukan pengukuran dengan jangka sorong

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengukuran Berulang dengan Penggaris pada 3 Balok

Tabel 1. Hasil Pengukuran Balok I dengan Penggaris


Panjang/ Xi
2
Lebar/ Xi (cm) Xi
2
Tebal/ Xi cm) Xi
2

Xi (cm)
5,4 29,16 3,6 12,96 6,5 42,25
5,5 30,25 3,7 13,69 6,6 43,56
5,4 29,16 3,5 12,25 6,4 40,96
5,5 30,25 3,6 12,96 6,6 43,56
5,4 29,16 3,6 12,96 6,5 42,25
∑Xi = ∑Xi²= ∑Xi = 18 ∑Xi²= 64,82 ∑Xi = 32,6 ∑Xi²= 212,58
27,2 147,98
x̄ = 5,44 x̄ = 3,6 x̄ = 6,52
x̄ ± ∆x = 5,44 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 3,6 ± 0,0316 x̄ ± ∆x = 6,52 ± 0,0376

Pembahasan :

a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok I

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 5 , 4+5 , 5+5 , 4 +5 ,5+ 5 , 4 27 , 2


x̄ = = = = 5,44
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 147 , 98 )−(27 ,2)²
5−1

∆x =
5 √
1 739 , 9−739 , 84
5−1

∆x = 0,0244 cm

Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 5,44 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,44 %
x̄ 5 , 44

b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok I


x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 3 ,6 +3 ,7 +3 ,5+ 3 ,6 +3 ,6 18
x̄ = = = = 3,6
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 64 ,82 )−(18)²
5−1

∆x =
5√
1 324 ,1−324
5−1

∆x = 0,0316 cm

Maka, ∆x = 0,0316 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 3,6 cm ± 0,0316 cm

∆x 0,0316
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,88 %
x̄ 3,6

c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok I

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 6 ,5+ 6 , 6+6 , 4 +6 , 6+6 ,5 32, 6


x̄ = = = = 6,52
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 212 , 68 )−(32 ,6)²
5−1

∆x =
5√
1 1.062 , 9−1.062, 76
5−1

∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 6,52 cm ± 0,0376 cm


∆x 0,0376
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,57 %
x̄ 6 , 52

Tabel 2. Hasil Pengukuran Balok II dengan Penggaris

Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2

(cm) (cm)
7,3 53,29 5,5 30,25 8,5 72,25
7,4 54,76 5,4 29,16 8,4 70,56
7,5 56,25 5,5 30,25 8,5 72,25
7,3 53,29 5,4 29,16 8,5 72,25
7,4 54,74 5,4 29,16 8,4 70,56
∑Xi = 36,9 ∑Xi²= ∑Xi = 27,2 ∑Xi²= 147,98 ∑Xi = 42,3 ∑Xi²= 357,87
272,33
x̄ = 7,38 x̄ = 5,44 x̄ = 8,46
x̄ ± ∆x = 7,38 ± 0,02 x̄ ± ∆x = 5,44 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 8,46 ± 0,0244

Pembahasan :

a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 7 ,3+ 7 , 4+7 ,5+7 ,3+ 7 , 4 36 , 9


x̄ = = = = 7,38
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 272 , 33 )−(36 , 9)²
5−1

∆x =
5√
1 1.361 , 65−1.361 , 61
5−1

∆x = 0,02 cm

Maka, ∆x = 0,02 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 7,38 cm ± 0,02 cm


∆x 0 , 02
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,27 %
x̄ 7 ,38

b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 5 ,5+5 , 4+5 , 5+5 , 4+ 5 , 4 27 , 2


x̄ = = = = 5,44
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 147 , 98 )−(27 ,2)²
5−1

∆x =
5 √
1 739 , 9−739 , 84
5−1

∆x = 0,0244 cm

Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 5,44 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,44 %
x̄ 5 , 44

c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 8 ,5+ 8 , 4+ 8 ,5+ 8 ,5+ 8 , 4 42 , 3


x̄ = = = = 8,46
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 357 , 87 )−(42 ,3)²
5−1

∆x =
5 √
1 1.789 , 35−1.789 ,29
5−1

∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 8,46 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,28 %
x̄ 8 , 46

Tabel 3. Hasil Pengukuran Berulang Balok III dengan Penggaris

Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2

(cm) (cm)
9,4 88,36 7,5 56,25 10,3 106,09
9,5 90,25 7,4 54,76 10,2 104,04
9,5 90,25 7,5 56,25 10,2 104,04
9,6 92,16 7,4 54,76 10,3 106,09
9,6 92,16 7,4 54,76 10,4 108,16
∑Xi = 47,6 ∑Xi²= ∑Xi = 37,2 ∑Xi²= 276,78 ∑Xi = 51,5 ∑Xi²= 528,42
453,18
x̄ = 9,52 x̄ = 7,44 x̄ = 10,3
x̄ ± ∆x = 9,52 ± 0,0374 x̄ ± ∆x = 7,44 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 10,3 ±0,0744

Pembahasan :

a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 9 , 4+ 9 ,5+ 9 ,5+ 9 , 6+9 , 6 47 , 6


x̄ = = = = 9,52
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 453 ,18 )−(47 , 6)²
5−1

∆x =
5√
1 2.265 , 9−2.265 , 76
5−1
∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 9,52 cm ± 0,0374 cm

∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,39 %
x̄ 9 , 52

b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 7 ,5+ 7 , 4+7 ,5+7 , 4+7 , 4 37 , 2


x̄ = = = = 7,44
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 276 , 78 )−(37 , 2)²
5−1

∆x =
5√
1 1.383 , 9−1.383 , 84
5−1

∆x = 0,0244 cm

Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 7,44 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,32 %
x̄ 7 , 44

c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 10 ,3+10 ,2+10 , 2+10 , 3+10 , 4 51, 4


x̄ = = = = 10,28
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 528 , 42 ) −(51 , 4)²
5−1

∆x =
5√
1 2.642 , 1−2.641 , 96
5−1

∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 10,28 cm ± 0,0744 cm

∆x 0,0744
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,72 %
x̄ 10 , 28

4.2 Pengukuran Berulang dengan Jangka Sorong pada 3 Balok

Tabel 4. Hasil Pengukuran Berulang Balok I dengan Jangka Sorong

Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2

(cm) (cm)
5,6 31,36 3,8 14,44 6,7 44,89
5,5 30,25 3,7 13,69 6,6 43,56
5,6 31,36 3,6 12,96 6,6 43,56
5,6 31,36 3,7 13,69 6,5 42,25
5,5 30,25 3,8 14,44 6,6 43,56
∑Xi = 27,8 ∑Xi²= 154,58 ∑Xi = 18,6 ∑Xi²= 69,22 ∑Xi = 33 ∑Xi²= 217,82
x̄ = 5,56 x̄ = 3,72 x̄ = 6,6
x̄ ± ∆x = 5,56 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 3,72 ± 0,0374 x̄ ± ∆x = 6,6 ± 0,0316

Pembahasan :

a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok I

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 5 ,6+ 5 ,5+5 ,6+ 5 ,6+ 5 ,5 27 , 8


x̄ = = = = 5,56
n 5 5

Maka, x̄ = cm

n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 154 ,58 ) −(27 ,8)²
5−1

∆x =
5 √
1 772 , 9−772, 84
5−1

∆x = 0,0244 cm

Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 5,56 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,43 %
x̄ 5 , 56

b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok I

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 3 ,8+ 3 ,7+ 3 ,6 +3 ,7 +3 , 8 18 ,6


x̄ = = = = 3,72
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 69 , 22 )−(18 , 6)²
5−1

∆x =
5 √
1 346 ,1−345 ,96
5−1

∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 3,72 cm ± 0,0374 cm

∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 1,01 %
x̄ 3 , 72

c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok I


x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 6 ,7 +6 , 6+6 ,6+ 6 ,5+ 6 , 6 33
x̄ = = = = 6,6
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 217 , 82 )−(33)²
5−1

∆x =
5√
1 1.089 , 1−1.089
5−1

∆x = 0,0316 cm

Maka, ∆x = 0,0316 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 6,6 cm ± 0,0316 cm

∆x 0,0316
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,47 %
x̄ 6,6

Tabel 5. Hasil Pengukuran Berulang Balok II dengan Jangka Sorong

Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi Xi
2

(cm) (cm) (cm)


7,5 56,26 5,5 30,25 8,6 73,96
7,5 56,25 5,6 31,36 8,7 75,69
7,6 57,76 5,7 32,49 8,5 72,25
7,4 54,74 5,5 30,25 8,6 73,96
7,5 56,25 5,6 31,36 8,5 72,25
∑Xi = 37,5 ∑Xi²= ∑Xi = 27,9 ∑Xi²= ∑Xi = 42,9 ∑Xi²= 368,11
281,27 155,71
x̄ = 7,5 x̄ = 5,58 x̄ = 8,58
x̄ ± ∆x = 7,5 ± 0,0316 x̄ ± ∆x = 5,58 ± 0,0374 x̄ ± ∆x = 8,58 ± 0,0374

Pembahasan :
a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 7 ,5+ 7 ,5+ 7 , 6+7 , 4 +7 , 5 37 ,5


x̄ = = = = 7,5
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 281 , 27 )−(37 , 5)²
5−1

∆x =
5 √
1 1.406 ,35−1.406 , 25
5−1

∆x = 0,0316 cm

Maka, ∆x = 0,0316 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 7,5 cm ± 0,0316 cm

∆x 0,0316
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,42 %
x̄ 7,5

b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 5 ,5+5 , 6+5 ,7+5 ,5+5 , 6 27 , 9


x̄ = = = = 5,58
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 155 , 71 )−(27 , 9)²
5−1

∆x =
5 √
1 778 , 55−778 , 41
5−1

∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm
Jadi, x̄ ± ∆x = 5,58 cm ± 0,0374 cm

∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,67 %
x̄ 5 , 58

c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 8 , 6+8 , 7+8 , 5+8 , 6+8 ,5 42 , 9


x̄ = = = = 8,58
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 368 , 11)−(42, 9)²
5−1

∆x =
5√
1 1.840 , 55−1.840 , 41
5−1

∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 8,58 cm ± 0,0374 cm

∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,43 %
x̄ 8 , 58

Tabel 6. Hasil Pengukuran Berulang Balok III dengan Jangka Sorong

Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2

(cm) (cm)
9,6 92,16 7,5 56,25 10,4 108,16
9,5 90,25 7,6 57,76 10.3 106,09
9,6 92,16 7,5 56,25 10,5 110,25
9,5 92,25 7,6 57,76 10,4 106,16
9,6 92,16 7,6 57,76 10,3 106,09
∑Xi = 47,8 ∑Xi²= ∑Xi = 37,8 ∑Xi²= ∑Xi = 51,9 ∑Xi²= 538,75
456,98 285,78
x̄ = 9,56 x̄ = 7,56 x̄ = 10,38
x̄ ± ∆x =9,56 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 7,56 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 10,38 ± 0,0374

Pembahasan :

a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 9 , 6+9 , 5+9 , 6+9 ,5+ 9 ,6 47 , 8


x̄ = = = = 9,56
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 456 , 98 )−(47 , 8)²
5−1

∆x =
5 √
1 2.284 , 9−2.284 ,84
5−1

∆x = 0,0244 cm

Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 9,56 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 2,55 %
x̄ 9 , 56

b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 7 ,5+ 7 , 6+7 , 5+7 , 6+7 , 6 37 , 8


x̄ = = = = 7,56
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 285 , 78 )−(37 , 8)²
5−1
∆x =
5√
1 1.428 , 9−1.428 , 84
5−1

∆x = 0,0244 cm

Maka, ∆x = 0,0244 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 7,56 cm ± 0,0244 cm

∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,32 %
x̄ 7 , 56

c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III

x 1+ x 2+ x 3+…+ xn 10 , 4+10 , 3+10 , 5+10 , 4+ 10 ,3 51, 9


x̄ = = = = 10,38
n 5 5

Maka, x̄ = cm


n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1

∆x = 1
5 √
5 ( 538 , 75 )−(51 , 9)²
5−1

∆x =
5√
1 2.693 , 75−2.693 ,61
5−1

∆x = 0,0374 cm

Maka, ∆x = 0,0374 cm

Jadi, x̄ ± ∆x = 10,38 cm ± 0,0374 cm

∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,36%
x̄ 10 , 38

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Dalam kegiatan pengukuran terdapat angka atau nilai mengikis dari hasilpengukuran dengan
dasar kedalaman setengah dari nilai skala terkecil (NST) alat ukurnya.
2. Dalam melakukan pengukuran, alat ukur yang digunakan sangat berpengaruh hasil
perhitungannya.

3. Dalam kegiatan pengukuran, semakin kecil skala alat ukur yang digunakan makasemakin
akurat nilai yang didapat dan semakin kecil angka di permukaannya.Sebaliknya, semakin besar
skala alat ukur yang digunakan maka ketelitian ataukeakuratan alat ukur tersebut semakin kecil
dan nilai jaraknya punsemakin besar.

4. Nilai pada pengukuran berulang memiliki hasil yang lebih akurat dari pada pengukuran
tunggal karena dalam pengukuran berulang sampel yang diambil lebih banyak sehingga tingkat
kesalahan yang diperoleh lebih kecil di banding dengan pengukuran tunggal.

5. Dari hasil analisis percobaan, terdapat perbedaan nilai atau hasil dari pengukuran berulang
dengan pengukuran tunggal baik dari nilai yang terhitung maupun dari angka di atasnya.

5.2 Saran

Pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami tujuan dari praktikum tiga dan pembaca
juga diharapakan memiliki ketelitian yang tinggi dalam melakukan ketidakpastian pada pengukuran
berulang.

DAFTAR PUSTAKA
Dasar, T. P. F. (2016). Modul Praktikum Fisika Dasar I. UIN Sunan Kalijaga, Sleman.

Desmiwati, R., Ratnawulan, R., & Yulkifli, Y. (2017). Validitas Lkpd Fisika Sma Menggunakan Model
Problem Based Learningberbasis Teknologi Digital. Jurnal Eksakta Pendidikan: Validitas Lkpd
Fisika Sma Menggunakan Model Problem Based Learningberbasis Teknologi Digital, 1(1), 33-
38.
Hamid, B., Agustiyanto, F. R., & Yulkifli, Y. (2017). Pengembangan Catu Daya Presisi Display Digital
Untuk Praktikum Fisika Listrik Dinamis. Sainstek: Jurnal Sains dan Teknologi, 8(2), 193-202.

Indrajit, D. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Fisika. PT Grafindo Media Pratama.

Irwansyah, I. (2021). Efektivitas Penerapan Alat Peraga Aktual Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada
Materi Pengukuran. Lensa, 15(2), 46-52.

Saroji, S. (2020). Modul pembelajaran SMA fisika kelas X: besaran dan pengukuran fisika.

Sani, R. A. (2012). Pengembangan laboratorium fisika. Pengemb. Lab. Fis., 1-97.

Sutrisno, M. P. Pengukuran 2.

Widiastuti, Y., & Latief, F. D. E. (2022, August). Analisis Eksperimen Penentuan Konstanta Pegas
Menggunakan Metode Statis, Dinamis, Aplikasi Phypox Dalam Pembelajaran Fisika. In
Proceeding Seminar Nasional IPA (pp. 1-11).

Yuliani, H., Aulia, M., Normilawati, N., & Andani, T. (2022). Workshop Asisten Praktikum Pada Calon
Guru Fisika. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6(2), 565-571.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai