Marsela - 2330204040045 - IX Praktikum 3
Marsela - 2330204040045 - IX Praktikum 3
FISIKA
ALSA PEBRILA
2330104040040
KELOMPOK IX
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
2023
LEMBAR PENGASAHAN
Hari :
Tanggal :
ASISTEN PRAKTIKUM
2230104040040
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum Fisika ini dengan baik. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada tim yang telah memberikan petunjuk dan membimbing dalam pelaksanaan praktikum sampai
penulisan laporan praktikum ini selesai.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum fisika III pada mata kuliah fisika.
Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan di laboratorium
Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Yang
dilaksanakan setiap hari Jumat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Selain
itu, dengan laporan ini penulis juga mengharapkan ada banyak manfaat bagi kita semua untuk
menambah ilmu pengetahuan kita.
Penulis
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................................22
5.2 Saran........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
Pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah
satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk
selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Sebelumnya ada
baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri.
Pengukuran berulang adalah pengukuran dimana untuk mendapatkan hasil (x ± Δx) satuan harus
dilakukan beberapa kali pengukuran karena disetiap kali pengukuran memperoleh hasil yang berbeda.
Dalam fisika yang didasarkan pada pengukuran, ia mendefinisikannya sebagai metode untuk
membandingkan objek yangakan diukur dengan alat ukur standar Jika tidak ada pengukuran yang
memiliki nilai tertentu karena pasti ada nilai ketidakpastian saat membandingkan, yang disebabkan oleh
beberapa faktor, termasuk ketidakpastian alat ukur dan ketidakpastian pengamat.
1.2 Tujuan
Menentukan jumlah angka dibelakang koma pada pengukuran berulang dengan menggunakan
ketidakpastian relative pengukuran berulang tersebut. Dimana dengan cara membagi ketidakpastian
pengukuran dengan nilai rata-rata pengukuran.
1. Ketidakpastian instrumen: Kualitas alat atau perangkat yang digunakan untuk pengukuran
sangat penting. Instrumen yang tidak tepat atau kurang stabil dapat menghasilkan hasil yang
tidak konsisten.
2. Kondisi lingkungan: Perubahan suhu, kelembaban, tekanan udara, dan faktor lingkungan
lainnya dapat memengaruhi pengukuran. Oleh karena itu, lingkungan pengukuran harus
dijaga sebaik mungkin.
4. Variabilitas sampel: Sampel yang diukur mungkin memiliki variasi alami yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran berulang. Ini dapat terjadi dalam ilmu biologi, kimia, atau
pengukuran sosial.
5. Metode pengukuran: Metode yang digunakan untuk pengukuran dapat memiliki efek
signifikan. Pemilihan metode yang sesuai dan penggunaan yang konsisten dari metode
tersebut penting.
6. Perubahan waktu: Dalam beberapa pengukuran, perubahan kondisi atau karakteristik sampel
seiring waktu dapat memengaruhi hasil pengukuran.
7. Statistik acak: Beberapa pengukuran memiliki elemen acak yang tidak dapat dihindari.
Dalam kasus ini, variasi dalam pengukuran berulang adalah hasil dari sifat acak fenomena
yang diukur.
Ketidakpastian pada pengukuran berulang mengacu pada sejauh mana hasil pengukuran dapat
bervariasi saat pengukuran yang sama dilakukan beberapa kali. Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor
seperti peralatan pengukuran yang tidak selalu memberikan hasil yang identik, perbedaan operator, atau
perubahan kondisi lingkungan. Ketidakpastian ini sering diukur dan dinyatakan dalam bentuk nilai
ketidakpastian pengukuran untuk memberikan perkiraan sejauh mana hasil pengukuran dapat bervariasi.
Ini merupakan aspek penting dalam metrologi (ilmu pengukuran) karena membantu dalam memahami
sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalkan.
1. Penggaris
2. Jangka Sorong
4. Handphone
5. ATK
6. Laptop
Xi (cm)
5,4 29,16 3,6 12,96 6,5 42,25
5,5 30,25 3,7 13,69 6,6 43,56
5,4 29,16 3,5 12,25 6,4 40,96
5,5 30,25 3,6 12,96 6,6 43,56
5,4 29,16 3,6 12,96 6,5 42,25
∑Xi = ∑Xi²= ∑Xi = 18 ∑Xi²= 64,82 ∑Xi = 32,6 ∑Xi²= 212,58
27,2 147,98
x̄ = 5,44 x̄ = 3,6 x̄ = 6,52
x̄ ± ∆x = 5,44 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 3,6 ± 0,0316 x̄ ± ∆x = 6,52 ± 0,0376
Pembahasan :
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 147 , 98 )−(27 ,2)²
5−1
∆x =
5 √
1 739 , 9−739 , 84
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,44 %
x̄ 5 , 44
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 64 ,82 )−(18)²
5−1
∆x =
5√
1 324 ,1−324
5−1
∆x = 0,0316 cm
Maka, ∆x = 0,0316 cm
∆x 0,0316
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,88 %
x̄ 3,6
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 212 , 68 )−(32 ,6)²
5−1
∆x =
5√
1 1.062 , 9−1.062, 76
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2
(cm) (cm)
7,3 53,29 5,5 30,25 8,5 72,25
7,4 54,76 5,4 29,16 8,4 70,56
7,5 56,25 5,5 30,25 8,5 72,25
7,3 53,29 5,4 29,16 8,5 72,25
7,4 54,74 5,4 29,16 8,4 70,56
∑Xi = 36,9 ∑Xi²= ∑Xi = 27,2 ∑Xi²= 147,98 ∑Xi = 42,3 ∑Xi²= 357,87
272,33
x̄ = 7,38 x̄ = 5,44 x̄ = 8,46
x̄ ± ∆x = 7,38 ± 0,02 x̄ ± ∆x = 5,44 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 8,46 ± 0,0244
Pembahasan :
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 272 , 33 )−(36 , 9)²
5−1
∆x =
5√
1 1.361 , 65−1.361 , 61
5−1
∆x = 0,02 cm
Maka, ∆x = 0,02 cm
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 147 , 98 )−(27 ,2)²
5−1
∆x =
5 √
1 739 , 9−739 , 84
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,44 %
x̄ 5 , 44
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 357 , 87 )−(42 ,3)²
5−1
∆x =
5 √
1 1.789 , 35−1.789 ,29
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,28 %
x̄ 8 , 46
Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2
(cm) (cm)
9,4 88,36 7,5 56,25 10,3 106,09
9,5 90,25 7,4 54,76 10,2 104,04
9,5 90,25 7,5 56,25 10,2 104,04
9,6 92,16 7,4 54,76 10,3 106,09
9,6 92,16 7,4 54,76 10,4 108,16
∑Xi = 47,6 ∑Xi²= ∑Xi = 37,2 ∑Xi²= 276,78 ∑Xi = 51,5 ∑Xi²= 528,42
453,18
x̄ = 9,52 x̄ = 7,44 x̄ = 10,3
x̄ ± ∆x = 9,52 ± 0,0374 x̄ ± ∆x = 7,44 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 10,3 ±0,0744
Pembahasan :
a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 453 ,18 )−(47 , 6)²
5−1
∆x =
5√
1 2.265 , 9−2.265 , 76
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,39 %
x̄ 9 , 52
b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 276 , 78 )−(37 , 2)²
5−1
∆x =
5√
1 1.383 , 9−1.383 , 84
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,32 %
x̄ 7 , 44
c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 528 , 42 ) −(51 , 4)²
5−1
∆x =
5√
1 2.642 , 1−2.641 , 96
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
∆x 0,0744
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,72 %
x̄ 10 , 28
Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2
(cm) (cm)
5,6 31,36 3,8 14,44 6,7 44,89
5,5 30,25 3,7 13,69 6,6 43,56
5,6 31,36 3,6 12,96 6,6 43,56
5,6 31,36 3,7 13,69 6,5 42,25
5,5 30,25 3,8 14,44 6,6 43,56
∑Xi = 27,8 ∑Xi²= 154,58 ∑Xi = 18,6 ∑Xi²= 69,22 ∑Xi = 33 ∑Xi²= 217,82
x̄ = 5,56 x̄ = 3,72 x̄ = 6,6
x̄ ± ∆x = 5,56 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 3,72 ± 0,0374 x̄ ± ∆x = 6,6 ± 0,0316
Pembahasan :
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 154 ,58 ) −(27 ,8)²
5−1
∆x =
5 √
1 772 , 9−772, 84
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,43 %
x̄ 5 , 56
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 69 , 22 )−(18 , 6)²
5−1
∆x =
5 √
1 346 ,1−345 ,96
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 1,01 %
x̄ 3 , 72
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 217 , 82 )−(33)²
5−1
∆x =
5√
1 1.089 , 1−1.089
5−1
∆x = 0,0316 cm
Maka, ∆x = 0,0316 cm
∆x 0,0316
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,47 %
x̄ 6,6
Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi Xi
2
Pembahasan :
a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok II
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 281 , 27 )−(37 , 5)²
5−1
∆x =
5 √
1 1.406 ,35−1.406 , 25
5−1
∆x = 0,0316 cm
Maka, ∆x = 0,0316 cm
∆x 0,0316
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,42 %
x̄ 7,5
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 155 , 71 )−(27 , 9)²
5−1
∆x =
5 √
1 778 , 55−778 , 41
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
Jadi, x̄ ± ∆x = 5,58 cm ± 0,0374 cm
∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,67 %
x̄ 5 , 58
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 368 , 11)−(42, 9)²
5−1
∆x =
5√
1 1.840 , 55−1.840 , 41
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,43 %
x̄ 8 , 58
Panjang/ Xi Xi
2
Lebar/ Xi Xi
2
Tebal/ Xi (cm) Xi
2
(cm) (cm)
9,6 92,16 7,5 56,25 10,4 108,16
9,5 90,25 7,6 57,76 10.3 106,09
9,6 92,16 7,5 56,25 10,5 110,25
9,5 92,25 7,6 57,76 10,4 106,16
9,6 92,16 7,6 57,76 10,3 106,09
∑Xi = 47,8 ∑Xi²= ∑Xi = 37,8 ∑Xi²= ∑Xi = 51,9 ∑Xi²= 538,75
456,98 285,78
x̄ = 9,56 x̄ = 7,56 x̄ = 10,38
x̄ ± ∆x =9,56 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 7,56 ± 0,0244 x̄ ± ∆x = 10,38 ± 0,0374
Pembahasan :
a. Perhitungan panjang dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 456 , 98 )−(47 , 8)²
5−1
∆x =
5 √
1 2.284 , 9−2.284 ,84
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 2,55 %
x̄ 9 , 56
b. Perhitungan lebar dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 285 , 78 )−(37 , 8)²
5−1
∆x =
5√
1 1.428 , 9−1.428 , 84
5−1
∆x = 0,0244 cm
Maka, ∆x = 0,0244 cm
∆x 0,0244
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,32 %
x̄ 7 , 56
c. Perhitungan tebal dan ketidakpastian beserta ketidakpastian relative pada balok III
Maka, x̄ = cm
√
n ( ∑ Xi ) −(∑ Xi) ²
2
∆x = 1
n n−1
∆x = 1
5 √
5 ( 538 , 75 )−(51 , 9)²
5−1
∆x =
5√
1 2.693 , 75−2.693 ,61
5−1
∆x = 0,0374 cm
Maka, ∆x = 0,0374 cm
∆x 0,0374
Ketidakpastian relative = ×100 % = ×100 % = 0,36%
x̄ 10 , 38
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam kegiatan pengukuran terdapat angka atau nilai mengikis dari hasilpengukuran dengan
dasar kedalaman setengah dari nilai skala terkecil (NST) alat ukurnya.
2. Dalam melakukan pengukuran, alat ukur yang digunakan sangat berpengaruh hasil
perhitungannya.
3. Dalam kegiatan pengukuran, semakin kecil skala alat ukur yang digunakan makasemakin
akurat nilai yang didapat dan semakin kecil angka di permukaannya.Sebaliknya, semakin besar
skala alat ukur yang digunakan maka ketelitian ataukeakuratan alat ukur tersebut semakin kecil
dan nilai jaraknya punsemakin besar.
4. Nilai pada pengukuran berulang memiliki hasil yang lebih akurat dari pada pengukuran
tunggal karena dalam pengukuran berulang sampel yang diambil lebih banyak sehingga tingkat
kesalahan yang diperoleh lebih kecil di banding dengan pengukuran tunggal.
5. Dari hasil analisis percobaan, terdapat perbedaan nilai atau hasil dari pengukuran berulang
dengan pengukuran tunggal baik dari nilai yang terhitung maupun dari angka di atasnya.
5.2 Saran
Pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami tujuan dari praktikum tiga dan pembaca
juga diharapakan memiliki ketelitian yang tinggi dalam melakukan ketidakpastian pada pengukuran
berulang.
DAFTAR PUSTAKA
Dasar, T. P. F. (2016). Modul Praktikum Fisika Dasar I. UIN Sunan Kalijaga, Sleman.
Desmiwati, R., Ratnawulan, R., & Yulkifli, Y. (2017). Validitas Lkpd Fisika Sma Menggunakan Model
Problem Based Learningberbasis Teknologi Digital. Jurnal Eksakta Pendidikan: Validitas Lkpd
Fisika Sma Menggunakan Model Problem Based Learningberbasis Teknologi Digital, 1(1), 33-
38.
Hamid, B., Agustiyanto, F. R., & Yulkifli, Y. (2017). Pengembangan Catu Daya Presisi Display Digital
Untuk Praktikum Fisika Listrik Dinamis. Sainstek: Jurnal Sains dan Teknologi, 8(2), 193-202.
Indrajit, D. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Fisika. PT Grafindo Media Pratama.
Irwansyah, I. (2021). Efektivitas Penerapan Alat Peraga Aktual Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada
Materi Pengukuran. Lensa, 15(2), 46-52.
Saroji, S. (2020). Modul pembelajaran SMA fisika kelas X: besaran dan pengukuran fisika.
Sutrisno, M. P. Pengukuran 2.
Widiastuti, Y., & Latief, F. D. E. (2022, August). Analisis Eksperimen Penentuan Konstanta Pegas
Menggunakan Metode Statis, Dinamis, Aplikasi Phypox Dalam Pembelajaran Fisika. In
Proceeding Seminar Nasional IPA (pp. 1-11).
Yuliani, H., Aulia, M., Normilawati, N., & Andani, T. (2022). Workshop Asisten Praktikum Pada Calon
Guru Fisika. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6(2), 565-571.
LAMPIRAN