Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM II

FISIKA
KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN TUNGGAL

ALSA PEBRILA
2330104040040
KELOMPOK IX

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA II


KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN TUNGGAL

Telah diperiksa dan disetujui oleh asisten praktikum pada


Hari :
Tanggal:

ASISTEN PRAKTIKUM

Ni Ketut Puspa Ngastiti


223010404018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Fisika
Dasar mengenai Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal.

Dalam laporan ini disajikan materi mengenai ketidakpastian pada


pengukuran tunggal dan bagaimana cara menghitungnya.Laporan ini ditunjukkan
kepada semua kalangan yang ingin mempelajari tentang materi yang ada dalam
laporan ini dan juga diajukan sebagai pemenuhan tugas praktikum.

Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari dukungan beberapa


pihak.Untuk itu,penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah fisika dan juga asisten praktikum yang telah membimbing.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan


ini,sehingga saran dan kritikan dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk
perbaikan laporan selanjutnya ,atas kekurangannya penulis mohon maaf, semoga
laporan ini bermanfaat.Terimakasih.

Palangkaraya, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1 Hasil Pengukuran Dengan Penggaris Pada 3 Balok 6

2 Hasil Pengukuran Dengan Jangka Sorong Pada 3 Balok 6


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan Praktikum.................................................................2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengukuran Tunggal.........................................................3
2.2 Faktor Mempengaruhi Mengetahui Ketepatan Pengukuran................3
2.3 Ketidakpastian Pengukuran.................................................................4
BAB III.METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan...................................................................................5
3.2 Cara Kerja............................................................................................5
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran Tunggal Dengan Penggaris Pada 3 Balok..............................6
4.2 Pengukuran Tunggal Dengan Jangka Sorong Pada 3 Balok...................... 6
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................13
5.2 Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar,dan pengukuran
merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengatur
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari
berbagai fenomena yang sedang dipelajari .Sebelumnya ada baiknya jika kita
mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri.

Pengukuran tunggal adalah pengukuran dengan satu kali pengukuran


langsung diperoleh dari hasil ukurnya berupa (x ± Δx) satuan dan jika dilalukan
pengukuran berulang hasilnya tetap sama.

Ketidakpastian pengukuran adalah suatu parameter yang berhubungan dengan


hasil pengukuran yang memberikan sifat penyebab sifat-sifat layak, Besaran
ukuran dengan ketidakpastian dibagi meenjadi dua yaitu a).Ketidakpastian pada
pengukuran tunggal dan b).Ketidakpastian pada pengukuran berulang. Pada
praktikum II lebih memfokuskan pada kegiatan ketidakpastian pada pengukuran
tunggal.

Ketidakpastian pada pengukuran tunggal adalah pengukuran tunggal atau


pengukurannya dilakukan satu kali. Ketidakpastian umumnya digunakan bernilai
setengah dari NST (Nilai Skala Terkecil). NST adalah nilai skala pada alat ukur
yang tidak dapat dibagi-bagi.

Dalam fisika yang didasarkan pada pengukuran ia mendefinisikannya sebagai


metode untuk membandingkan objek yang ingin diukur dengan alat ukur standar.
Jika tidak ada pengukuran yang memiliki nilai tertentu karena pasti ada nilai
ketidakpastian aat membandingkan yang disebabkan oleh beberapa
faktor,termasuk ketidakpastian alat ukur dan ketidak pastian pengamat.
1.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan praktikum II dengan materi Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal


yaitu:
1.Mengetahui cara mengukur ketidakpastian pada pengukuran tunggal.
2.Menghitung ketidakpastian pada penguakuran tunggal.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan sekali
saja.Pada pengukuran tunggal nilai yang dijadikan pengganti nilai benar adaalah
hasil pengukuran itu sendiri. Pengukuran individusl dilakukan jika
(Nurachmandani,2009):
1. Besaran yang diukur tidak berubah, sehingga hasil pengukuran dianggap
cukup akurat hanya dengan satu kali pengukuran.
2. Kemungkinan hanya dilakukan satu kali pengukuran .
2.2 Faktor Mempengaruhi Ketepatan Pengukuran
Ketepatan adalah kewajaran preses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang
sama jika pengukuran diulang secara identik.
Ketepatan dalam pengukuran dapat terjadi karena dua macam kesalahan yaitu:
1 Kesalahan sistematis (sytemstic eror) adalah kesalahan yang cenderung
terjadi sama berulang untuk pengukuran berulang. Sehingga memberikan
hasil yang konsisten diatas nilai sebenarnya atau konsisten dibawah nilai
sebenarnya.Kesalahan muncul karena dalam alat sudah ada sesuatu
kesalahan yang mempengaruhi hasil ukur sehingga setiap kali mengukur
terdapat perbedaan yang sama antara nilai yang sebenarnya dan hasil ikur.
2. Kesalahan acak adalah terjadi akibat gejala yang tidak dapat dikendalikan
dan merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat,misalnya
terjadinya fluktuasi tegangan jaringan listrik ketika melakukan pengukuran
beda potensial.
Kesalahan kalibrasi dan kerusakan peralatan eksperimen pada umumnya menjadi
penyebab utama kesalahan pengukuran yang terjadi secara sistematis.
Misalnya,sebuah voltmeter bisa salah dikalibrasi sehingga konsisten menunjukkan
bacaan 85% dari tegangan yang sesungguhnya diukur. Kesalahan sistematis lain
yang umumnya terjadi adalah kegagalan untuk mempertimbangankan semua
variabel penting dalam pencobaan.
Kesalahan lain yang dapat terjadi adalah kesalahan membaca alat,misalnya
kesalahan paralaks.Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kesalahan
dalam menuntukan atau memilih hasil pengukuran suatu nilai yang terbaik untuk
menggantikan nilai benar adalah dengan melakukan pengukuran berulang. Namun
tidak semua pengukuran dapat dilakukan secara berulang. Misalnya, pengukuran
lamanya benda mendingin dan pengukuran pertambahan panjang logan yang
dipanaskan (Sukha,2006).
2.3 Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian pengukuran adalah ukuran sebaran secara layak dapat dikaitkan
dengan nilai terukur.Yang memberikan rentang terpusat pada nilai terukur dimana
didalam rentang tersebut terletak nilai benar dengan kemungkinan tertentu dan
suatu parameter yang menetapkan rentan nilai yang didalamnya diperkirakan
nilai berat. Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kuranganya
pengetahuan yang pasti tentang nilai besaran ukur.
Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih berupa
taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidak pastian yang berasal
dari pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna.
Konsep ketidak pastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan
pengukuran, hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan pada
besaran yang tidak dapat dikrtahui (Rohayati, 2020).
III.METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Untuk alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan praktikum yaitu:
1. Alat Tulis Kantor (Atk)
2. Handphone
3. Penggaris dengan skala utama 1 cm = skala nonius 10 mm
4. Jangka Sorong dengan skala 0,05 mm
5. Balok sebanyak 3 dengan ukuran dimensi yang berbeda beda.
3.2 Cara Kerja
Yang digunakan saat melakukan kegiatan praktikum yaitu:
1. Lakukan pengukuran tunggal pada pada masing-masing balok I,II,III.
2. Cara pengukuran pada tiga balok ditampilkan pada Gambar 2.1 Bagian angka
nol dimulai paling ujung balok dan panjang akhir merupakan ukurannya
dibandingkan dengan mistar.
3. Catat hasil pengukuran masing-masing balok dengan dua decimal dibelakang
koma.
4. Hitunglah hasil pengukuran dengan ketidak pastiannya (Δx) maing ukuran
dimensi ( panjang,lebar,tebal) balok.Dengan Rumus 2.1.
5. Tulis cara hasil pengukuran ketidakpastian pada pengukuran tunggal seperti
Rumus 2.2.
6. Bila menggunakan jangka sorong, buka dua rahang bawah jangka sorong
kemudian dorong secara perlahan.Baca skala utama yang secara garisnya dan
skala vernier.Contoh pengukuran dengan jangka sorong ditampilkan pada
Gambar 2.2. Hasil pengukuran diperoleh pada skala utama 2,4 cm dan skala
vernier sebesar 0,07 sehingga hasil pengukurannya 2,47 cm.
7. Lakukan pengukuran balok dengan jangka sorong seperti pada kegiatan 1,3,dan
4.

V.HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengukuran Tunggal Dengan Penggaris Pada 3 Balok
Tabel 1. Hasil Pengukuran Ketidakpastian Dimensi Panjang Menggunakan Penggaris.
No. Balok Panjang (cm) NST Δx x ± Δx (cm)
1. I 5,5 0,1 0,05 5,5 ± 0,05
2. II 7,4 0,1 0,05 7,4 ± 0,05
3. III 9,5 0,1 0,05 9,5 ± 0,05

Tabel 2. Hasil Pengukuran Ketidakpastian Dimensi Lebar Menggunakan Penggaris.


No. Balok Lebar (cm) NST Δx x ± Δx (cm)
1. I 3,5 0,1 0,05 3,5 ± 0,05
2. II 5,5 0,1 0,05 5,5 ± 0,05
3. III 7,5 0,1 0,05 7,5 ± 0,05

Tabel 3.Hasil Pengukuran Ketidakpastian Dimensi Tebal Menggunakan Penggaris.


No. Balok Tebal (cm) NST Δx x ± Δx (cm)
1. I 6,5 0,1 0,05 6,5 ± 0,05
2. II 8,5 0,1 0,05 8,5 ± 0,05
3. III 10,3 0,1 0,05 10,3 ± 0,05

4.1 Pengukuran Tunggal Dengan Jangka Sorong Pada 3 Balok


Tabel 4. Hasil Pengukuran Ketidakpastian Dimensi Panjang Menggunakan Jangka
Sorong.

No. Balok SU SN x NST Δx x ± Δx (cm)


1. I 5,6 0,018 5,618 0,02 0,001 5,618 ± 0,001
2. II 7,4 0,016 7,416 0,02 0,001 7,416 ± 0,001
3. III 9,6 0,016 9,616 0,02 0,001 9,616 ± 0,001

Tabel 5. Hasil Pengukuran Ketidakpastian Dimensi Lebar Menggunakan Jangka Sorong.

No. Balok SU SN x NST Δx x ± Δx (cm)


1. I 3,8 0,004 3,804 0,02 0,001 3,804 ± 0,001
2. II 5,6 0,004 5,604 0,02 0,001 5,604 ± 0,001
3. III 7,6 0,008 7,608 0,02 0,001 7,608 ± 0,001
Tabel 6. Hasil Pengukuran Ketidakpastian Dimensi Tebal Menggunakan Jangka Sorong.

No. Balok SU SN x NST Δx x ± Δx (cm)


1. I 5,6 0,008 5,608 0,02 0,001 5,608 ± 0,001
2. II 8,6 0,006 8,606 0,02 0,001 8,606 ± 0,001
3. III 10,4 0,006 10,406 0,02 0,001 10,406 ± 0,001

PEMBAHASAN:
Cara Perhitungan panjang pada balok I,II,III menggunakan alat ukur penggaris
1.Balok I
Diketahui:panjang (x) =5,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 5,5 ± 0,05
2.Balok II
Diketahui:panjang (x) =7,4 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 7,4 ± 0,05
3.Balok III
Diketahui:panjang (x) =9,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 9,5 ± 0,05
Cara Perhitungan Lebar pada balok I,II,III menggunakan alat ukur penggaris.
1.Balok I
Diketahui:Lebar (x) =3,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 3,5 ± 0,05
2.Balok II
Diketahui:Lebar (x) =5,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 5,5 ± 0,05
3.Balok III
Diketahui:Lebar (x) =7,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 7,5 ± 0,05

Cara Perhitungan Tebal pada balok I,II,III menggunakan alat ukur penggaris.
1.Balok I
Diketahui: Tebal (x) =6,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 6,5 ± 0,05
2.Balok II
Diketahui:Tebal (x) =8,5 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 8,5 ± 0,05
3.Balok III
Diketahui: Tebal (x) =10,3 cm dan NST=1 mm (0,1 cm)
Ditanya :Δx ?
Jawaban :Δx = 1/2 NST = 1/2 × 0,1 =0,05
x ± Δx (cm) = 10,3 ± 0,05

PEMBAHASAN:
Cara Perhitungan Panjang pada balok I,II,III menggunakan alat ukur jangka
sorong.

1.Balok I
Diketahui:
Pengukuran panjang dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:5,6 cm
SN:9 × (0,02) = 0,18 mm = 0,018 cm
Ditanya:
SU + SN = 5,6 cm + 0,018 cm =5,618 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 5,618 ± 0,001
2.Balok II
Diketahui:
Pengukuran panjang dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:7,4 cm
SN: 8× (0,02) = 0,16 mm = 0,016 cm
Ditanya:
SU + SN = 7,4 cm + 0,016 cm =7,416 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 7,416 ± 0,001
3.Balok III
Diketahui:
Pengukuran panjang dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:9,6 cm
SN: 8× (0,02) = 0,16 mm = 0,016 cm
Ditanya:
SU + SN = 9,6 cm + 0,016 cm =9.616 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 9.616 ± 0,001
Cara Perhitungan Lebar pada balok I,II,III menggunakan alat ukur jangka sorong.
1.Balok I
Diketahui:
Pengukuran Lebar dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:3,8 cm
SN: 2 × (0,02) = 0,04mm = 0,004 cm
Ditanya:
SU + SN = 3,8 cm + 0,004 cm =3,804 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 3,804 ± 0,001
2.Balok II
Diketahui:
Pengukuran Lebar dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:5,6cm
SN: 2 × (0,02) = 0,04mm = 0,004 cm
Ditanya:
SU + SN = 5,6 cm + 0,004 cm =5,604 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 5,604 ± 0,001
3.Balok III
Diketahui:
Pengukuran Lebar dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:7,6 cm
SN: 4 × (0,02) = 0,08 mm = 0,008 cm
Ditanya:
SU + SN = 7,6 cm + 0,008 cm =7,608 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 7,608 ± 0,001
Cara Perhitungan Tebal pada balok I,II,III menggunakan alat ukur jangka sorong.
1.Balok I
Diketahui:
Pengukuran Tebal dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:5,6 cm
SN: 4× (0,02) = 0,08mm = 0,008 cm
Ditanya:
SU + SN = 5,6 cm + 0,008 cm = 5,608 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 5,608 ± 0,001
2.Balok II
Diketahui:
Pengukuran Tebal dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:8,6 cm
SN: 3 × (0,02) = 0,06mm = 0,006 cm
Ditanya:
SU + SN = 8,6 cm + 0,006 cm = 8,606 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 8,606 ± 0,001
3.Balok III
Diketahui:
Pengukuran Tebal dengan ketelitian alat 0,02 mm
SU:10,4 cm
SN: 3 × (0,02) = 0,06mm = 0,006 cm
Ditanya:
SU + SN = 10,4 cm + 0,006 cm = 10,406 cm
Δx = 1/2 NST=1/2 × 0,02 =0,01 = 0,001 cm
x ± Δx (cm) = 10,406 ± 0,001
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada pun kesimpulan dari praktikum ini adalah penggunaan alat ukur penggaris
dan jangka sorong menghasilkan nilai yang berbeda dan tingkat ketelitian yang
berbeda dimana hasil pengukuran yang menggunakan jangka sorong lebih akurat
dari pada hasil pengukuran menggunakan penggaris. Dalam kegiatan pengukuran,
semakin kecil skala alat ukur yang digunakan maka semakin akurat nilai yang
didapatkan dan semakin kecil angka ketidakpastiannya. Sebaliknya, semakin
besar skala alat ukur yang digunakan maka ketelitian atau keakuratan dari alat
ukur tersebut semakin kecil dan nilai ketidakpastiannya pun semakin besar. Nilai
pada pengukuran berulang memiliki hasil yang lebih akurat daripada pengukuran
tunggal karena dalam pengukuran berulang sampel yang diambil lebih banyak
sehingga tingkat kesalahan yang diperoleh lebih kecil di banding dengan
pengukuran tunggal

5.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca dalam melakukan pengukuran menggunakan
alat ukur penggaris dan jangka sorong harus dilakukan dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Kantasubrata, J. (2003). Dasar Ketidakpastian Pengukuran. Pengantar ISO Guide


Uncertainty of Measurement, Serpong, 22-23.

Nurachmandani, S. (2009). Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X.Departemen


Pendidikan Nasional Jakarta: Grahadi.

Pandiangan, P., & Arkundato, A. (2018). Ketidakpastian dan Pengukuran.


MODUL 1: KETIDAKPASTIAN DAN PENGUKURAN 1.1.

Rohayati, Y. (2020). Perhitungan Nilai Ketidakpastian pada Pengujian Sedimen


Sungai dengan Teknik Fluoresensi Sinar-X (XRF). Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara, 16(1), 23-37.
LAMPIRAN

Lampiran 1.Kegiatan Pengenjaan Hasil Pengukuran.


Lampiran 2.Kegiatan Mengukur Balok Dengan Alat Ukur Penggaris Dan Jangka
Sorong.

Anda mungkin juga menyukai