Anda di halaman 1dari 59

Asah, Asih, Asuh

BIODATA PESESRTA
MAPABA PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN

NAMA : _________________________________
TTL : _________________________________
NO HP : _________________________________
KOMISARIAT / RAYO : _________________________________
FAK / PRODI : _________________________________
SEMESTER : _________________________________
ALAMAT : _________________________________
_________________________________
MOTTO HIDUP : _________________________________
PENGALAMAN ORGANISASI
: _________________________________
_________________________________

1
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

PRAKATA PANITIA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Salam Pergerakan!
Segala puji bagi Allah atas segaka nikmat yang telah diberikan
sehingga kita melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sholwat dan salam semoga
tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
memberikan wahan keilmuan sehingga kita dapat mengasah intelektualitas dan
membangun jiwa kritis dalam mewarnai kehidupan ini.
Denga adanya MAPABA kali ini kami harapkan kepada semua
peserta dan kepada semua pihak agar menjadikannya sebagai sarana untuk
mengasah intelektualitas dan membangun jiwa kritis mahasiswa,serta yang
paling penting mampu menanamkan nilai dasar pergerakan. Dan juga kami
harap MAPABA kali ini menjadi ajang silaturrahmi antar anggota, pengurus,
dan senior baik itu dari tingkat Rayon, Komisariat, Cabang, PKC, maupun PB.
Dengan adanya silaturrahmi kita bisa mempunyai banyak jaringan dan bisa
membangun komunikasi yang kuat. Ini sebagai bentuk proses yang harus di
lalui agar bisa membantu meningkatkan kualitas SDM kita bersama.
Terakhir kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam
pelaksanaan MAPABA kali ini terdapat kekurangan yang dapat perlu di
tambah,kesalahan yang harus di perbaiki,dan kelalaian yang harus di
intropeksi. Kami tetap membutuhkan kritik, transformatif, saran, bimbingan,
dan arahan demi ke suksesan kita bersama. Dan semoga MAPABA kali ini
berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Wallahulmuwafik ilaa aqwamitthoriq
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

DAFTAR ISI

PRAKATA PANITIA .......................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................... 3
BAB I ASWAJA..................................................................................... 4
BAB II KEINDONESIAAN................................................................... 12
BAB III KOPRI &GENDER .................................................................. 19
BAB IV NILAI DASAR PERGERAKAN............................................. 27
BAB V KEPMIIAN ................................................................................ 33
BAB VI KEISLAMAN .......................................................................... 43
BAB VII ANTROPOLOGI KAMPUS DAN TANGGUNG JAWAB
SOSIAL MAHASISWA ......................................................................... 49
LAGU-LAGU ......................................................................................... 56

3
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB I
Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA)

A. History dan Epistimologi ASWAJA


Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) lahir dari pergulatan intens antara
doktrin dengan sejarah. Di wilayah doktrin, debat meliputi soal kalam
mengenai status Al-Qur’an, apakah ia makhluk atau bukan, kemudian debat
antara sifat-sifat Allah antara ulama Salafiyyun dengan golongan Mu’tazilah,
dan seterusnya.
Di wilayah sejarah, proses pembentukan Aswaja terentang hingga zaman
Khulafa’ur Rasyidin, yakni dimulai sejak terjadi perang Shiffin yang
melibatkan khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu dengan Muawiyah.
Bersama kekalahan khalifah keempat tersebut, setelah dikelabui melalui
arbitrase (tahkim) oleh kubu Muawiyah, umat Islam semakin terpecah ke
dalam berbagai golongan. Di antara mereka terdapat Syi’ah yang secara umum
dinisbatkan kepada pengikut khalifah Ali bin Abi Thalib, golongan Khawarij
yakni pendukung Ali yang membelot karena tidak setuju dengan tahkim, dan
ada pula kelompok Jabariyah yang melegitimasi kepemimpinan Mu’awiyah.
Selain tiga golongan tersebut, masih ada Murji’ah dan Qodariyah, faham
bahwa segala sesuatu terjadi karena perbuatan manusia dan Allah tidak turut
campur (Af’al Al-ibad min Al-ibad), berlawanan dengan faham Jabariyah.
Di antara kelompok-kelompok itu, adalah sebuah komunitas yang
dipelopori oleh Imam Abu Sa’id Hasan ibn Hasan Yasar Al-Bashri (21-110
H/639-728 M), lebih dikenal dengan nama Imam Hasan Al Bashri, yang
cenderung mengembangkan aktifitas keagamaan yang bersifat kultural
(tsaqofiyah), ilmiah, dan berusaha mencari jalan kebenaran secara jernih.
Komunitas ini menghindari pertikaian politik antara berbagai fraksi politik
(firqoh) yang berkembang ketika itu. Sebaliknya, mereka mengembangkan
sikap keberagaman dan pemikiran yang sejuk, moderat, dan tidak ekstrim.
Dengan sistem keberagaman semacam itu, mereka tidak mudah untuk
mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam pertikaian
politik ketika itu.
4
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan ke generasi-


generasi ulama setelah beliau, di antaranya Imam Abu Hanifah Al-Nu’man
(150 H), Imam Malik Ibn Anas (179 H), Imam Syafi’i (204 H), Ibn Kullab
(204 H), Ahmad Ibn Hanbal (241 H), hingga tiba pada generasi Abu Hasan Al-
Asy’ari (324 H) dan Abu Mansur Al-Maturidi (333 H). Kepada dua ulama
terakhir inilah permulaan faham Aswaja sering dinisbatkan, meskipun bila
ditelusuri secara teliti, benih-benih faham Aswaja ini sebenarnya telah tumbuh
sejak dua abad sebelumnya.
Ahlussunnah wal Jama’ah’ disingkat Aswaja yang dalam pemahaman dan
praktek Islamnya menyandarkan diri kepada 4 (empat) mazhab, yaitu : mazhab
Syafi’i, Hanafi, Maliki dan Hanbali. Mayoritas umat Islam dengan beragam
pemahaman, keyakinan dan ritual keislamannya berharap dan mengklaim
dirinya sebagai Ahlusunnah Wal Jama’ah (aswaja). Klaim sebagai sunni
(sebutan bagi pengikut aswaja) ini adalah bagian dari ekspresi pemahamannya
yang meyakini bahwa umat Islam telah terpecah belah menjadi beberapa aliran,
namun diantara mereka yang selamat dan akan masuk surga hanya satu, yaitu
aliran yang bernama Ahlussunnah Wal Jama’ah. Sehingga orang yang merasa
dirinya sebagai sunni beranggapan bahwa dirinya telah menemukan kebenaran
agama, sedangkan orang lain keliru, sehingga ia berhak memberikan label
“sesat” atau “kafir” kepada orang yang memiliki pemahaman keislaman yang
berbeda dengannya. Mengklaim dirinya sebagai orang yang paling benar dan
yang lain sesat menurut Al-Qur'an adalah sebuah kesalahan, karena secara
tegas Allah berfirman bahwa yang akan menentukan kebenaran manusia dalam
beragama adalah Allah sendiri, bukan makhluknya, dan akan diputuskan kelak
di akhirat, bukan di dunia (QS. Al-Haji : 17).
Sementara di sisi lain pengertian dan cakupan aswaja sendiri tidak jelas,
para ulama mendefinisikannya dengan berbeda-beda. Hal ini lantaran istilah
Ahlussunnah Wal Jama’ah berikut definisinya tidak pernah disampaikan oleh
Allah dan rasul-Nya secara jelas baik dalam Al-Qur'an maupun Hadits.

5
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Apa itu ASWAJA?


Secara Etimologi, Ahlussunnah Wal Jamaah dapat dikonsepsikan Ahlun
berarti pemeluk aliran atau pengikut mazhab. Al-Sunnah berarti thariqat
(jalan), sedangkan Al-Jamaah berarti sekumpulan orang yang memiliki tujuan.
Secara ringkas bisa disimpulkan bahwa Ahlu sunnah wal jamaah adalah semua
orang yang berjalan dan selalu menetapkan ajaran Rasulullah SAW dan para
sahabat sebagai pijakan hukum baik dalam masalah aqidah, syari’ah dan
tasawwuf.
Aswaja secara Terminologi dapat didefinisikan bahwa Aswaja adalah
orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek
kehidupan yang berlandasan atas dasar-dasar modernisasi, menjaga
kesinambungan dan toleran, dan shalat tarawih 23 rakaat. Pandangan seperti itu
pas betul dengan anggapan sementara orang luar NU terhadap perilaku warga
NU sendiri. Sedangkan al Jama’ah menurut Ibn Taimiyah adalah persatuan.
Ada juga yang mengartikannya sebagai ahlul Islam yang bersepakat dalam
masalah syara’. Selain itu juga ada yang mengartikannya al Sawadul A’zham
(kelompok mayoritas).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa madzhab ahlussunnah wa al
jama’ah itu merupakan kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Adapun penamaan ahlussunnah wa al
jama’ah adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah.
Menarik untuk dicatat, bahwa dulu Imam Malik pernah ditanya: “siapakah
ahlussunnah itu ?” Beliau menjawab bahwa ahlus sunnah adalah mereka yang
tidak mempunyai laqab (julukan) yang sudah terkenal, yakni bukan jahmi,
qadari, dan bukan pula Rafidli. Imam Ahmad Ibn Hanbal pun pernah disebut-
sebut sebagai Imam Ahlussunnah karena tindakan beliau yang gigih
mempertahankan keyakinannya ketika Khalifah al Makmun dengan faham
Mu’tazilahnya gencar mengkampanyekan bahwa Qur’an adalah makhluk.
Arti Ahlussunnah wal jama’ah itu sendiri diambil dari Hadits Rasulullah
SAW yang beliau sabdakan :

6
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

“Islam akan menjadi terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan yang


masuk surga tanpa di hisab”, sahabat berkata : siapakah golongan tersebut ya
Rasulullah ?, Nabi bersabda “ Ahlussunnah wal jama’ah“.
Semua golongan mengaku dirinya Ahlussunnah tetapi sebenarnya mereka
bukan Ahlussunnah wal jama’ah karena banyak hal-hal yang mereka langgar
yang mereka jalankan di dalam ajaran agama Islam, tetapi tetap mereka
mengakui diri mereka yang benar. Sebenarnya kita harus mengetahui apa yang
kita pelajari di dalam agama Islam atau yang kita amalkan di dalam Islam
maka kita akan mengetahui kebenarannya di dalam ajaran Ahlussunnah wal
jama’ah. Allah SWT telah mengucapkan di dalam surat Al Fatihah pada ayat
yang 5 dan ayat yang ke 6, Allah SWT mengucapkan di dalam ayat yang ke 5
jalan yang lurus dan pada ayat yang ke 6 jalan-jalan mereka, yang kita
tanyakan siapa mereka-mereka itu?
Ulama Ahlussunnah wal jama’ah mereka bersepakat:
 Mereka adalah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya
 Penerus sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang dinamakan
Tabi’in
 Tabi’-tabi’in adalah pengikut yang mengikuti orang yang belajar
kepada sahabat Rasulullah SAW.
 Dan para ulama sholihin.
Berbicara tentang Ahlus Sunnah wa al Jama’ah, kiranya tak lengkap tanpa
menyebut nama dua orang tokoh yang begitu disegani di kalangan faham ini.
Mereka adalah Abu al Hasan al Asy’ari dan Abu Manshur al Maturidi.
Bahkan beberapa ulama’ mengatakan bahwa ahlus sunnah wa al jama’ah
adalah pengikut Asy’ariyah dan Maturidiyah. Contoh misalnya, al Zubaidi
yang pernah mengatakan: “Jika dikatakan ahlus sunnah, maka yang dimaksud
dengan mereka adalah Asy’ariyah dan Maturidiyah”. Senada dengan al Zubaidi
adalah Hasan Ayyub yang mengatakan: “Ahlus Sunnah adalah Abu Hasan Al-
Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Maturidi dan orang-orang yang mengikuti jalan
mereka berdua. Mereka berjalan di atas petunjuk Salafus Shalih dalam
memahami aqaid”.

7
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Tokoh yang pertama bernama lengkap Abu Hasan Ali Bin Ismail Bin
Bishri Ishaq Bin Salim Bin Ismail Bin Abdullah Bin Musa Bin Bilal Bin Abi
Bardah Bin Abi Musa al Asy’ari (260 H – 330 H). Dia dikenal sebagai pendiri
teologi sunni, meskipun sebelumnya dia adalah pengikut Mu’tazilah dan
pernah menjadi murid al Jubba’i. Kurang lebih sejak 1995/1997, Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia meletakkan Aswaja sebagai Manhajul Fikr. PMII
memandang bahwa Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah orang-orang yang
memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan
dengan berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan, dan toleran.
Aswaja bukan sebuah madzhab, melainkan sebuah metode dan prinsip berfikir
dalam menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan sosial-
kemasyarakatan; inilah makna Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr.

B. Prinsip Aswaja Sebagai Manhaj


Berikut ini adalah prinsip-prinsip Aswaja dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi aqidah, pengambilan hukum, tasawuf/akhlak,
dan bidang sosial-politik.
1. Aqidah
Dalam bidang aqidah, pilar-pilar yang menjadi penyangga aqidah
Ahlussunah Wal Jama’ah di antaranya yang pertama adalah aqidah Uluhiyyah
(ketuhanan), berkait dengan ihwal eksistensi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pada tiga abad pertama Hijriyah, terjadi banyak perdebatan mengenai
eksistensi sifat dan asma Allah Subhanahu Wa Ta’ala, di mana terjadi
diskursus terkait masalah apakah asma Allah tergolong dzat atau bukan. Abu
Hasan Al-Asy’ari (324 H) secara filosofis berpendapat bahwa nama (Ism)
bukanlah yang dinamai (Musamma), sifat bukanlah yang disifati (Mausuf),
sifat bukanlah dzat. Sifat-sifat Allah adalah nama-nama (Asma’) Nya. Tetapi
nama-nama itu bukanlah Allah dan bukan pula selain-Nya.
Aswaja menekankan bahwa pilar utama keimanan manusia adalah Tauhid;
sebuah keyakinan yang teguh dan murni yang ada dalam hati setiap muslim

8
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

bahwa Allah-lah yang menciptakan, memelihara, dan mematikan kehidupan


semesta alam. Allah Maha Esa, tidak terbilang, dan tidak memiliki sekutu.
Pilar yang kedua adalah Nubuwwat, yaitu dengan meyakini bahwa Allah
telah menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul sebagai utusannya.
Sebuah wahyu yang dijadikan sebagai petunjuk dan juga acuan umat manusia
dalam menjalani kehidupan menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta
jalan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam doktrin
Nubuwwat ini, umat manusia harus meyakini dengan sepenuhnya bahwa Nabi
Muhammad Shllallahu Alaihi Wa Sallam adalah utusan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, yang membawa Risalah (wahyu) untuk umat manusia. Dia adalah rasul
terakhir, yang harus diikuti oleh setiap manusia.
Pilar yang ketiga adalah Al-Ma’ad, sebuah keyakinan bahwa nantinya
manusia akan dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat dan setiap manusia
akan mendapatkan imbalan sesuai amal dan perbuatannya (Yaumul Jaza’). Dan
mereka semua akan dihitung (Hisab) seluruh amal perbuatan mereka selama
hidup di dunia. Mereka yang banyak beramal baik akan masuk surga dan
mereka yang banyak beramal buruk akan masuk neraka.

2. Bidang Sosial Politik


Berbeda dengan golongan Syi’ah yang memiliki sebuah konsep negara dan
mewajibkan berdirinya negara imamah, Ahlussunnah Wal Jama’ah dan
golongan Sunni umumnya memandang negara sebagai kewajiban fakultatif
(Fardlu Kifayah). Pandangan Syi’ah tersebut juga berbeda dengan golongan
Khawarij yang membolehkan komunitas berdiri tanpa imamah apabila dia telah
mampu mengatur dirinya sendiri. Bagi Ahlussunnah Wal Jama’ah, negara
merupakan alat untuk mengayomi kehidupan manusia untuk menciptakan dan
menjaga kemaslahatan bersama (Mashlahah Musytarokah).

3. Bidang Istinbath Al-Hukm (pengambilan hukum syari’ah)


Hampir seluruh golongan Sunni menggunakan empat sumber hukum yaitu :
a. Al-Qur’an
b. As-Sunnah
9
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

c. Ijma’
d. Qiyas
Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam pengambilan hukum tidak dibantah
oleh semua madzhab fiqh. Sebagai sumber hukum naqli, posisinya tidak
diragukan. Al-Qur’an merupakan sumber hukum tertinggi dalam Islam.
Sementara As-Sunnah meliputi Al-Hadist dan segala tindak dan perilaku
Rasul Shallallahu Alaihi Wa Sallam, sebagaimana diriwayatkan oleh para
sahabat dan tabi’in. Penempatannya ialah setelah proses Istinbath Al-Hukm
tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, atau digunakan sebagai komplemen
(pelengkap) dari apa yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an.
As-Sunnah sendiri mempunyai tingkat kekuatan yang bervariasi. Ada yang
terus-menerus (mutawatir), terkenal (masyhur) ataupun terisolir (ahad).
Penentuan tingkat As-Sunnah tersebut dilakukan oleh Ijma’ Shahabah.
Menurut Abu Hasan Ali Ibn Ali Ibn Muhammad Al-Amidi, Ijma’ adalah
kesepakatan kelompok legislatif (Ahl Al-Halli Wa Al-Aqdi) dan umat
Muhammad pada sesuatu masa terhadap suatu hukum dari suatu kasus. Atau
kesepakatan orang-orang mukallaf dari umat Muhammad pada suatu masa
terhadap suatu hukum dari suatu kasus.
Dalam Al-Qur’an dasar Ijma’ terdapat dalam Q.S. An-Nisa’, 4: 115 :
“Dan barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia
ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” Dan,
“Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.” (Q.S. Al
Baqoroh, 2: 143).
Qiyas, sebagai sumber hukum Islam, merupakan salah satu hasil ijtihad
para Ulama. Qiyas yaitu mempertemukan sesuatu yang tak ada nash hukumnya
dengan hal lain yang ada nash hukumnya karena ada persamaan illat hukum.
Qiyas sangat dianjurkan untuk digunakan oleh Imam Syafi’i.

10
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

C. BER-ASWAJA DI PMII
Sebagai manhaj al-fikr, PMII berpegang pada prinsip-prinsip Tawassuth
(moderat), Tawazun (netral), Ta’adul (keseimbangan), dan Tasamuh (toleran).
Moderat tercermin dalam pengambilan hukum (Istinbath) yaitu
memperhatikan posisi akal di samping memperhatikan nash. Aswaja memberi
titik porsi yang seimbang antara rujukan nash (Al-qur’an dan Al-Hadist)
dengan penggunaan akal. Prinsip ini merujuk pada debat awal-awal Masehi
antara golongan yang sangat menekankan akal (Mu’tazilah) dan golongan
fatalis (Jabariyah).
Sikap netral (Tawazun) berkaitan dengan sikap dalam politik. Aswaja
memandang kehidupan sosial-politik atau kepemerintahan dari kriteria dan
prasyarat yang dapat dipenuhi oleh sebuah rezim. Oleh sebab itu, dalam sikap
tawazun, PMII tidak membenarkan kelompok ekstrim yang hendak
merongrong kewibawaan sebuah pemerintahan yang disepakati bersama,
namun tidak juga berarti mendukung pemerintahan. Apa yang terkandung
dalam sikap tawazun tersebut adalah memperhatikan bagaimana keterpenuhan
kaidah dalam perjalanan sistem kehidupan sosial politik.
Keseimbangan (Ta’adul) dan toleran (Tasamuh) terefleksikan dalam
kehidupan sosial di masyarakat, yaitu cara bergaul dalam kondisi sosial budaya
mereka. Keseimbangan dan toleransi mengacu pada cara bergaul PMII sebagai
muslim dengan golongan muslim atau pemeluk agama yang lain. Realitas
masyarakat Indonesia yang plural dalam budaya, etnis, ideologi politik, dan
agama, PMII memandang bukan semata-mata realitas sosiologis, melainkan
juga realitas teologis. Artinya bahwa Allah Subhanahu Wata’ala memang
dengan sengaja menciptakan manusia berbeda-beda dalam berbagai sisinya.
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan sikap yang lebih tepat kecuali ta’adul dan
tasamuh.

11
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB II
KE-INDONESIA-AN

Indonesia dan ke-Indonesiaan merupakan nama atau penamaan dari


konsep tentang orang, bangsa, dan wilayah negara kita yang berbentuk republik
dengan susunan organisasi negara kesatuan. Karena itu, negara kita disebut
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wadah bersama bagi segenap
warga bangsa kita mengasosiasikan diri dan mengikatkan diri dalam satu
persekutuan hukum organisasi negara di tengah pergaulan antar bangsa dan
antar negara di dunia. Ke-Indonesiaan berisi kandungan pengertian
kebersamaan dan muatan perasaan kebangsaan yang mengatasi kebhinnekaan
dalam ruang hidup di atas tanah dan air nusantara dalam satu kesatuan barisan
berhadapan dengan dunia luar, dengan bangsa-bangsa dan negara-negara lain
dalam dinamika pergaulan regional dan global. Spirit kebersamaan dan
perasaan sebangsa dan setanah-air itulah yang biasa kita namakan dengan
Indonesia dan ke-Indonesiaan.
Dulunya, sebutan kata “Indonesia” itu sendiri kita dapatkan dari
penamaan yang diberikan dan diperkenalkan oleh sarjana Inggris dan Jerman
bagi wilayah dan penduduk yang hidup di atas wilayah nusantara. Ketika itu,
Indonesia dan ke-Indonesiaan tidak terkait dengan pengertian negara tertentu.
Ketika Sumpah Pemuda dicetuskan pada tahun 1928, kata “Indonesia” secara
resmi mulai dipakai untuk menyebut nama bagi kesatuan bangsa penduduk
nusantara yang dinamakan sebagai bangsa Indonesia, dan kesatuan tanah dan
air wilayah nusantara yang dinamakan tanah tumpah darah Indonesia, diiringi
dengan tekad untuk menjunjung bahasa persatuan yang dinamakan sebagai
bahasa Indonesia. Karena itu, ke-Indonesiaan dalam semangat Sumpah Pemuda
mencakup pengertian kewilayahan tanah air Indonesia, pengertian kebangsaan
bangsa Indonesia, dan pengertian kebahasaan sebagai bahasa pemersatu,
bahasa Indonesia.

12
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

A. SEJARAH PENETAPAN DASAR NEGARA INDONESIA


Dahulu konstitusi negara Indonesia dibuat sebenarnya tidak melulu oleh
para pakar sarjana hukum belaka. Kalau kita melihat para pakar hukum yang
andil dalam menentukan dasar hukum diantaranya hanya Moh. Yamin dan
Soepomo, justru yang dominan dalam proses penetapannya adalah Ir. Soekarno
yang latarbelakang pendidikanya non hukum. Ketika waktu itu terjadi
perdebatan yang hebat antara founding father sehingga memecah menjadi dua
kubu, yakni kubu yang menginginkan negara Indonesia menjadi negara sekular
dan yang lain adalah negara Agama. Negara sekular memisah antara urusan
negara dengan urusan agama, menurut paham sekularisme agama merupakan
hak pribadi yang tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun sekalipun negara
itu sendiri sebagaimana di Perancis, Turki dan Amerika. Sedangkan yang
dimaksud dengan negara Agama adalah negara yang didirikan atas dasar
agama dan untuk agama itu sendiri, misal di Vatikan dan Saudi Arabia.
Alasan yang mendasari terjadinya perbedaan tersebut sangat kuat. Kala
waktu itu model sistem ketatanegaraan memang dua sistem tersebut yang
menonjol. Kubu negara agama beranggapan bahwa demokrasi dibangun atas
dasar mayoritas, sedangkan penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam.
Kubu lain beranggapan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama.
Kemudian dengan arif para founding father kita menetapkan bahwa dasar
negara Indonesia adalah pancasila, tidak mengikut kepada sekularis maupun
agama akan tetapi memadukan segi-segi positif kedua sistem tersebut.
Indonesia bukan merupakan negara agama namun tidak hampa dengan agama,
ada spirit keagamaan yang membimbing jalannya sebuah negara. Sistem inilah
kemudian yang disepakati dan dijalankan sampai hari ini dan akan
dipertahankan sampai ahir.
Bahan diskusi:
1. Mediskusikan dan membahas posisi kader PMII dalam upaya memperkokoh
dasar negara Indonesia.
2. Mendiskusikan dan membahas upaya kader PMII sebagai dalam posisi
(sebagaimana jawaban nomor 1) dalam memperkokoh dasar negara
Indonesia.
13
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

3. Merancang kegiatan terstruktur di komisariat PMII Attanwir dalam rangka


mewujudkan cita-cita (jawaban nomor 2) sebagai wujud nyata upaya
memperkokoh dasar negara Indonesia.

B. MEMBONSAI GERAKAN; REKONSTRUKSI MASSIFITAS


PERAN DAN FUNGSI MAHASISWA
Mahasiswa bukanlah sebuah kelas sebagaimana disampaikan oleh ”karl
marx” yang selalu membagi dua kelas dalam masyarakat sosial (borjuis dan
proletar). Mahasiswa adalah sector yang didalam tergabung anak_anak darii
masyarakat 2 sektor tersebut. Meskipun kedudukan mahasiswa mengambang
dalam kelas masyarakat, namun mahasiswa mempunyai peran penting sebagai
elemen pengontrol kebijakan dan melakukan perubahan. Peran dan fungsi
mahasiswa sangat menetukan bagi perubahan Negara. Dengan berbagai jurus
gerakan yang dimilikinya, mereka mampu mnciptakan sebuah perubahan.

C. Ulasan Singkat Gerakan Mahasiswa Pra Sampai Pasca Kemerdekaan


(Orde Lama)
Salah satu sejarah yang pernah ditorehkan oleh bangsa ini adalah peristiwa
sumpah pemuda pada tahun 1928, yang melahirkan tekad bulat bangsa untuk
merdeka, ini merupakan buah dari campur tangan gerakan masiswa pada masa
itu. Selain itu, gerakan perlawanan pra kemerdekaan tidak terlepas dari peran
mahasiswa yang menjadi promotor dalam mengusir penjajah. Sehingga tidak
heran apabila generasi mahasiswa selanjutnya bercermin terhadap gerakan
massif yang pernah dituangkan, dan ini adalah sumbangsih besar bagi Bung
Karno dan Bung Hatta melalui perjuanganya merebut kemerdekaan. Soekarno
merupakan founding father yang menjadi promotor pra kemerdekaan hingga
menjadi pelopor dalam memperjuangkan keutuhan NKRI.
Élan vitas Gerekan mahasiswa dalam menciptakan sebuah perubahan tidak
berhenti sampai dikemerdeka’an. Regenerasi yang ada, menuntut tetap
terjaganya semangat mahasiswa sebagai agent of control dari sebuah kebijakan
negara dan konstelasi politik negara. Karena keadaan perpolitikan pada masa
itu memaksa gerakan mahasiswa bergerak secara independen. Intervensi partai
14
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

politik mengakibatkan agent of change bak singa tak bertaring, mereka


dijadikan robot yang hanya mampu bergerak monoton kebelakang dan
kedepan. Keada’an yang demikian berjalan cukup lama. Hingga akhirnya
terjadi gesekan segitiga pada waktu itu, yakni perseteruan Soekarno,TNI, dan
PKI yang dipicu oleh perdebatan system pemerintahan indonesia. Sehingga
berbuntut kesengsara’an pada rakyat, bahkan Indonesia pada sa’at itu
mengalami inflasi sampai 600%. Keada’an yang demikian memicu agent of
change memberanikan diri untuk keluar dari interpensi partai politik. Dengan
visi menciptakan keadilan social dan solidaritas masyarakat, ormas pemuda
beserta mahasiswa yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia) menggelar aksi besar yang berbuntut penurunan Soekarno dan
pembubaran PKI.

D. Ulasan Singkat Gerakan Mahasiswa Pada Masa Orde Baru Sampai


Habibie
Jatuhnya kekuasa’an dari kasta Soekarno ke kasta Soeharto belum bisa
mengatasi keterpurukan bangsa ini. Pemerintah tidak bisa membawa Indonesia
kearah yang lebih baik, tapi malah sebaliknya. Sifat kepemimpinan
kolonialisme cenderung dictator dan otoriter membawa dampak
keterbelakangan masyarakat, stagnasi pemikiran dan lain sebagainya. Gaya
kepemimpinan tidak bisa di ganggu gugat bahkan menindak siapapun yang
menetang pemerintahannya. Tapi ini tidak membuat agent of social control
untuk menyerah untuk mengaspirasikan suara rakyat. Protes-protes terhadap
pemerintahan soeharto kerap kali dilakukan, baik berupa aksi maupun tulisan
oleh LPM meski berbuntut penahanan. Terbukti aksi besar yang terjadi tahun
1974 tidak menghasilkan apa-apa kecuali penahanan terhadap mahasiswa
antara 1-2 tahun. Aksi besar seperti ini juga dilakukan pada tahun 1978 dan
1989. Selama itu demokrasi dikebiri, hak asasi manusia disederhanakan dan
dijadikan alasan penindasan. Hingga mahasiswa dibodohi dengan
diberlakukannya NKK dan BKK.
Tahun 1998 merupakan tahun yang suram bagi pemerintahan orde
baru. Karena pada waktu itu terjadi aksi besar yang tergabung didalamnya
15
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

mahasiswa formal dan non formal dengan visi kebebasan dalam berdemokrasi
yang menghasilkan penurunan Soeharto yang digantikan Habibi. Pergantian
Soeharto ke Habibi tidak berjalan mulus, para promotor propokator kembali
dipaksa turun jalan. Karena pergantian yang ada di anggab tidak lebih dari
pergantian rezim yang sama. Tidak ada perubahan kecauli peralihan dari sang
guru terhadap muridnya yang paling royal. Apalagi jelas, pergantian kepala
Negara hanyalah sebagai prasyarat berlangsungnya reformasi yang menjadi
tututan masyarakat.

E. Ulasan Singkat Gerakan Mahasiswa Pada Masa Reformasi


Pada masa pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid(Gus Dur) tidak
ada gerakan mahasiswa yang menonjol. Karena Gus Dur mengangkat aktivis
1998 duduk di senayan, dari sini hampir tidak ada regenerasi gerakan
mahasiswa. Gus Dur lebih meningkatkan intelektual mahasiswa untuk
membangun bangsa Indonesia. Sedangkan pada masa Megawati berbeda jauh
dengan pemerintahan ayahnya. Megawati tidak begitu memperhatikan aspirasi
rakyat meskipun kebijakannya sering menuai protes baik melalui media masa,
maupun aksi. Namun nihil hasilnya, salah satu faktornya adalah gerakan
mahasiswa yang kurang tajam, karena pada masa ini masih tahap penanaman
nilai patriotism terhadap gerakan mahasiswa yang sebelumnya mengalami
keterpotongan generasi.
Bergulirnya reformasi belum bisa mengatasi persoalan bangsa. Karena
kebijakan yang di ambil olehpemerintah tidak sesuai dengan tujuan demokrasi
yang sebenarnya. Yang mana tujuan reformasi yang sebenarnya adalah
merubah tatanan masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Tahun 2006
mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah yang semena-mena menaikkan
Bahan Bakar Minyak(BBM) yang melambung tinggi. Perintahan Susilo
Bambang Yudoyono (SBY) di anggab belum bisa mensejahterakan rakyat,
terbukti warga miskin mencapai 13,33% jumlah penduduk
Indonesia. Sehingga kembali menuai aksi dipemerintahanya jilid II,tepatnya di
100 hari pemerintahan jilid II.

16
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

F. Rekonstruksi Masifitas Peran Dan Fungsi Mahasiswa


Gegap gembita gerakan mahasiswa dari tahun ke tahun yang telah
dipaparkan di atas, diharapkan menjadi cermin bagi mahasiswa sa’at ini untuk
merajuk eksistensi mahasiswa. Setidaknya setelah bercermin mahasiswa
mampu bergerak massif sesuai peran dan fungsi mahasiswa. Secara hakiki,
gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual jauh dari kekerasan dan
radikalisme. Mengingat gerakan ini bersumber dari komunitas akademis
kampus yang cenderung mengedepankan rasionalitas dalam menyikapi
berbagai permasalahan.
Gerakan mahasiswa pada sa’at ini merupakan proses pengembalian dan
reboisasi nilai-nilai gerakan yang sebelumnya tepotong di era Gus
Dur. Berdasarkan realita, gerakan yang ada lebih berangkat dari kepentingan
individu. Sifat pragmatis yang menyelimuti wadah gerakan masih sulit dilepas,
karena sifat pemanja’an mahasiswalah yang menjadi factor melempemnya
gerakan mahasiswa. Hingga sikap anarkisme selalu ditorehkan mana kala
mahasiswa melakukan aksi. Hal yang demikianlah yang merusak citra
gerakan, kurangnya pengalaman atau pemahaman metode aksi juga
berpengaruh dalam hal ini. Maka kemudian Sharp menawarkan 3 metode aksi
berdasarkan derajat intensitasnya. Pertama, Protes, Demokrasi, dan
Persuasi, metode ini merupakan bentuk penyampaiantuntutan dengan jalan
komunikasi public agar penguasa menanggapinya. Komunikasi yang
dimaksud tidak sebatas verbal, tetapi juga simbolik dan interaktif. Misalnya
duduk dijalan, loby, poster, dan lain-lain. Kedua, nonkoperasi ekonomi,
social, dan politik. Aksi nirkekerasan dengan cara tidak mau bekerja sama
dengan rezim atau memutus hubungan dengan rezim sehingga kepentingan
rezim terganggu. Misalnya boikot, mogok, embargo dan lain-lain. Ketiga,
interval tanpa kekerasan. Dipakai ketika 2 metode di atas tidak bisa berjalan,
sebagai cara terakhir karena memiliki resiko tinggi. Metode ini menekan
secara psikologis, membuat alternative membuat organisasi masa, dan lail-
lain. Dengan tawaran tersebut gerakan mahasiswa diharapkan melihat kembali
moral gerakan dan keadilan sosialserta mampu membangun jaringan yang kuat,
sehingga mampu menjadi oposisi permanen pemerintah.
17
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Gerakan mahasiswa yang pada dasarnya berangkat dari individu yang


terpelajar harus di imbangi dengan gerakan intelektual, agar apa yang ingin di
raih tidak terkesan asal-asalan. Dalam suatu perspektif, geralakan intelektual
(intellectual movement) akan terbangun di atas trias tradition mahasiswa(tiga
tradisi). Pertama,tradisi diskusi (discussion tradition), gerakan mahasiswa
harus memperbanyak ruang diskusi pra-pasca pergerakan. Diskusi akan
membawa gerakan mahasiswa menjadi gerakan rasional dan terpercaya cirri
khas gerakan. Lantaran itu, elemen masyarakat secara umum akan menghargai
isu-isu yang di usung oleh gerakan mahasiswa. Seperti dalam menurunkan
demonstrasi, elemen mahasiswa harus mengkaji lebih detail apa, mengapa,
akibat, latar belakang kebijakan yang ditentang.
Kedua, tradisi menulis (writing tradition), aktivitas menulis merupakan
salah satu gerbang menuju tradisi intelektual bagi gerakan mahasiswa. Karena,
mewacanakan isu-isu melalui media cetak dapat dibaca oleh kalangan luas
dalam artian lebih efektif untuk menyebarkan gagasan atau wacana keseluruh
kelompok persada nusantara, bahkan sampai ke manca Negara. Hal ini
bersinergi dengan gerakan mahasiswa Indonesia, meminjam istilah Michel
Fremerey (1976) “derakan korektif”, selain diorasikan melalui mimbar bebas
dalam aksi demonstrasi juga dapat diwujudkan bagi tokoh-tokoh pergerakan
mahasiswa dalam bentuk tulisan di media massa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Satrio Mundar bahwa dukungan
mahasiswa di Indonesia tidak bisa lepas dari dukungan penuh media massa
untuk mencapai hasil maksimum dalam perjuangan. Sebagai missal,
momentum penurunan rezim orde lama, gerakan mahasiswa didukung Koran
mahasiswa popular “mahasiswa Indonesia” atau ketika gerakan mahasiswa
menurunkan rezim orde baru didukung oleh beletin bergerak (media aksi
mahasiswa UI).
Ketiga, tradisi membaca (reading tradition), aktualisasi isu-isu sangat
penting bagi gerakan mahasiswa dalam bergerak. Begitu cepat pergeseran
berita dan opini publik, memaksa kita senantiasa membaca kalau tidak ingin
tertinggal. Sehingga kita mampu meng-up date isu-isu baru untuk
dimunculkan.
18
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB III
KOPRI & GENDER
Annisa Syaqa-iq ar-Rijal (perempuan adalah belahan laki-laki) begitulah
hadist Nabi tentang perempuan. Ini menandakan bahwa Islam menempatkan
perempuan secara berdampingan dengan laki-laki,dalam ekisistensi, dalam
menunaikan peran kehidupannya dan dalam hak serta kewajiban. Perjuangan
meningkatkan kualitas hidup perempuan adalah perjuangan memperbaiki
kualitas hidup separuh masyarakat. Dengan kata lain, perbaikan hidup
perempuan tidak otomatis terwujud melalui perjuangan hidup laki-laki. Ia
memilki dunianya sendiri, yang juga harus diperjuangkan olehnya sendiri.
Gagasan apapun yang tidak didukung oleh sekelompok manusia yang
siap untuk melaksanakan, memperjuangkan, dan menyebarkannya, pasti akan
mati sejak usia dini, atau minimal akan sakit dalam waktu lama, tergeletak di
atas dipannya hingga datang seseorang yang mengobatinya, menghindarkannya
dari debu-debu masa, dan membebaskannya dari berbagai beban penyakit, lalu
menyerahkan kepada sekelompok orang yang akan membentuk tunas gerakan
yang akarnya adalah gagasan baru tersebut. Gagasan yang tidak diwujudkan
dalam sebuah pergerakan, tidak dibela, dan tidak diperjuangkan oleh
pendukungnya pasti akan segera lenyap dan dilupakan betapapun hebat dan
mengagumkan. Sejauh aktivitas, ketangguhan, dan kemampuan para
pendukungnya dalam merekrut masa, akan menentukan keberhasilan gagasan
tersebut. Selanjutnya akan terbentuklah suatu pergerakan yang terdiri dari
sekelompok manusia yang dikendalikan oleh suatu kepemimpinan berikut
struktur organisasinya. Setiap pergerakan apapun memilki gagasan tertentu
yang hendak direalisasikan ditengah-tengah manusia, betapapun sederhananya,
bahkan terkadang remeh, atau sulit untuk diwujudkan di alam nyata, namun ia
tetap berupaya untuk membangun pendukung bagi dirinya.

19
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

1. GENDER DAN GERAKAN PEREMPUAN


A. Pengertian Gender
Menurut bahasa, kata gender diartikan sebagai “the grouping of words into
masculine, feminine, and neuter, according as they are regarded as male,
female or without sex” yang artinya gender adalah kelompok kata yang
mempunyai sifat, maskulin, feminin, atau tanpa keduanya (netral). Dapat
dipahami bahwa gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan
kodrat Tuhan. Konsep gender sendiri harus dibedakan antara kata gender dan
kata seks (jenis kelamin).
Kata gender jika ditinjau secara terminologis merupakan kata serapan yang
diambil dari bahasa Inggris. Kata Gender berasal dari bahasa Inggris berarti
“jenis kelamin” (John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris
Indonesia, cet. XII, 1983, hlm. 265). Dalam Webster’s New World Dictionary,
gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Victoria Neufeldt
(ed), Webster’s New World Dictionary, 1984, hlm. 561).
Karena istilah gender masih sangat baru dipergunakan dalam blantika
perbendaharaan kata di Indonesia, maka kata tersebut tidak dijumpai dalam
kamus-kamus bahasa Indonesia. Namun, kata ini terus melakukan proses
asimilasi dengan bahasa Indonesia. Pengaruh kuat dari sosialisasi dalam
masyarakat maka kata tersebut tidak lagi ditulis dengan huruf italik karena
sudah seakan-akan dianggap bagian dari bahasa Indonesia, demikian juga
dalam penulisan sebagian telah menggunakan kata gender menjadi gender.
Pengertian gender secara terminologis cukup banyak dikemukakan oleh
para feminis dan pemerhati perempuan. Julia Cleves Musse dalam
bukunya Half the World, Half a Chance mendefinisikan gender sebagai sebuah
peringkat peran yang bisa diibaratkan dengan kostum dan topeng pada sebuah
acara pertunjukan agar orang lain bisa mengidentifikasi bahwa kita adalah
feminim atau maskulin (Lihat Julia Cleves Mosse, Half the World, Half a
Chance: an Introduction to Gender and Development, terjemahan Hartian
Silawati dengan judul Gender dan Pembangunan, cet. I (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), h. 3.)
Suke Silverius memberi pengertian tentang gender sebagai pola relasi
hubungan antara laki-laki dan wanita yang dipakai untuk menunjukkan
perangkat sosial dalam rangka validitasi dan pelestarian himpunan hubungan-
hubungan dalam tatanan sosial (Lihat Suke Silberius, Gender dalam Budaya

20
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Dehumanisasi dari Proses Humanisasi, Kajian Dikbud, No. 013, Tahun IV,
Juni 1998, http://.www.gender.or.id.).
Ivan Illich mendefinisikan gender dengan pembeda-bedaan tempat, waktu,
alat-alat, tugastugas, bentuk pembicaraan, tingkah laku dan persepsi yang
dikaitkan dengan perempuan dalam budaya sosial. Illich dianggap sebagai
orang yang pertama menggunakan istilah gender dalam analisis ilmiahnya
untuk membedakan segala sesuatu di dalam masyarakat yang tidak hanya
terbatas pada penggunaan jenis kelamin semata (Lihat Siti Ruhaini Dzuhayatin,
“Gender dalam Persfektif Islam: Studi terhadap Hal-hal yang Menguatkan dan
Melemahkan Gender dalam Islam”, dalam Mansour Fakih et al, Membincang
Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, cet. I (Surabaya: Risalah
Gusti, 1996), h. 23. Ivan Illich menulis buku Gender, diterjemahkan oleh Omi
Intan Naomi dengan judul Gender, cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Pengertian yang lebih kongkrit dan lebih operasioanal dikemukakan oleh
Nasaruddin Umar bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk
memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, prilaku dan lain-lain antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang
didasarkan pada rekayasa sosial (Lihat Nasaruddin Umar, “Perspektif Gender
dalam Islam”, jurnal Paramadina, Vol. I. No. 1, Juli–Desember 1998, h. 99).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gender adalah sebuah konsep
yang dijadikan parameter dalam pengidentifikasian peran laki-laki dan
perempuan yang didasarkan pada pengaruh sosial budaya masyarakat (social
contruction) dengan tidak melihat jenis biologis secara equality dan tidak
menjadikannya sebagai alat pendiskriminasian salah satu pihak karena
pertimbangan yang sifatnya biologis.

B. Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an


Menurut D.R. Nasaruddin Umar dalam "Jurnal Pemikiran Islam tentang
Pemberdayaan Perempuan" (2000) ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa
prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Qur’an, yakni:
a. Perempuan dan Laki-laki Sama-sama Sebagai Hamba
Menurut Q.S. al-Zariyat (51:56), (ditulis al-Qur’annya dalam
buku argumen kesetaraan gender hal 248) Dalam kapasitas sebagai
hamba tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya
mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal.
Hamba ideal dalam Qur’an biasa diistilahkan sebagai orang-orang yang

21
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

bertaqwa (mutaqqun), dan untuk mencapai derajat mutaqqun ini tidak


dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok
etnis tertentu, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Hujurat (49:13).
b. Perempuan dan Laki-laki sebagai Khalifah di Bumi
Kapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi
al’ard)ditegaskan dalam Q.S. al-An’am(6:165), dan dalam Q.S. al-
Baqarah (2:30) Dalam kedua ayat tersebut, kata ‘khalifah" tidak
menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu, artinya, baik
perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai
khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas
kekhalifahannya di bumi.
c. Perempuan dan Laki-laki Menerima Perjanjian Awal dengan Tuhan
Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah dan
menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam Q.S. al A’raf
(7:172) yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para
malaikat. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya
diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama
menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. Qur’an juga menegaskan
bahwa Allah memuliakan seluruh anak cucu Adam tanpa pembedaan
jenis kelamin. (Q.S. al-Isra’/17:70)
d. Adam dan Hawa Terlibat secara Aktif Dalam Drama Kosmis
Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni
cerita tentang keadaan Adam dan Hawa di surga sampai keluar ke
bumi, selalu menekankan keterlibatan keduanya secara aktif, dengan
penggunaan kata ganti untuk dua orang (huma), yakni kata ganti untuk
Adam dan Hawa, yang terlihat dalam beberapa kasus berikut:
1. Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga
(Q.S.al-Baqarah/2:35).
2. Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (Q.S.al-
A’raf/7:20)
3. Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan
(Q.S.al A’raf/7:23)
4. Setelah di bumi keduanya mengembangkanketurunan dan saling
melengkapi dan saling membutuhkan (Q.S.al Baqarah/2:187)
e. Perempuan dan Laki-laki Sama-sama Berpotensi Meraih Prestasi

22
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan


antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga)
ayat, yakni: Q.S. Ali Imran /3:195; Q.S.an-Nisa/4:124; Q.S.an-
Nahl/16:97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang
ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam
bidang spiritual maupun karier profesional, tidak mesti didominasi oleh
satu jenis kelamin saja.

C. Gender sebagai Kerangka Analisis


Gender merupakan analisis yang digunakan dalam menempatkan posisi
setara antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat
sosial yang lebih egaliter. Jadi, gender bisa dikategorikan sebagai perangkat
operasional dalam melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-
laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran dalam
masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu sendiri. Gender bukan hanya
ditujukan kepada perempuan semata, tetapi juga kepada laki-laki. Hanya saja,
yang dianggap mengalami posisi termarginalkan sekarang adalah pihak
perempuan, maka perempuanlah yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan
untuk mengejar kesetaraan gender yang telah diraih oleh laki-laki beberapa
tingkat dalam peran sosial, terutama di bidang pendidikan karena bidang inilah
diharapkan dapat mendorong perubahan kerangka berpikir, bertindak, dan
berperan dalam berbagai segmen kehidupan sosial.

D. Gerakan Perempuan
Para aktivis politik feminis pada umumnya mengkampanyekan isu-isu
seperti hak reproduksi, (termasuk hak yang tidak terbatas untuk memilih
aborsi, menghapus undang-undang yang membatasi aborsi dan mendapatkan
akses kontrasepsi), kekerasan dalam rumah tangga, meninggalkan hal-hal yang
berkaitan dengan keibuan (maternity leave), kesetaraan gaji, pelecehan seksual
(sexual harassment), pelecehan di jalan, diskriminasi dan kekerasan seksual
(sexual violence). Isu-isu ini dikaji dalam sudut pandang feminisme, termasuk
isu-isu patriarkhi dan penindasan.
Sekitar tahun 1960an dan 1970an, kebanyakan dari feminisme dan teori
feminis telah disusun dan difokuskan pada permasalahan yang dihadapi oleh
wanita-wanita Barat, ras kulit putih dan kelas menengah. Kemudian
permasalahan-permasalahan tersebut diklaim sebagai persoalan universal

23
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

mewakili seluruh wanita. Sejak itu, banyak teori-teori feminis yang menantang
asumsi bahwa "perempuan" merupakan kelompok individu-individu yang
serba sama dengan kepentingan yang serupa. Para aktivis feminis muncul dari
beragam komunitas dan teori-teorinya mulai merambah kepada lintas gender
dengan berbagai identitas sosial lainnya, seperti ras dan kelas (kasta). Banyak
kalangan feminis saat ini berargumen bahwa feminisme adalah gerakan yang
muncul dari lapisan bawah yang berusaha melampaui batasan-batasan yang
didasarkan pada kelas sosial, ras, budaya dan agama, yang secara kultural
dikhususkan dan berbicara tentang isu-isu yang relevan dengan wanita dalam
sebuah masyarakat

2. KOPRI
A. Landasan Normatif
Dalam Bab VII Anggaran Rumah Tangga (ART) PMII tentang Kuota
Kepengurusan, Pasal 20 dinyatakan, ayat (1) Kepengurusan di setiap tingkat
harus menempatkan anggota perempuan minimal 1/3 keseluruhan anggota
pengurus; dan ayat (2) Setiap kegiatan PMII harus menempatkan anggota
perempuan minimal 1/3 dari keseluruhan anggota. Penjelasan soal
pemberdayaan anggota perempuan PMII ada dalam bab VIII Pasal 21 ayat (1)
Pemberdayaan Perempuan PMII diwujudkan dengan pembentukan wadah
perempuan yaitu KOPRI (Korp PMII Putri), dan ayat (2) Wadah Perempuan
tersebut diatas selanjutnya diataur dalam Peraturan Organisasi (PO). Adapun
wadah pemberdayaan anggota putri PMII ditegaskan dengan pembentukan
lembaga khusus bernama Korp PMII Putri (KOPRI) sebagaimana dalam Bab
IX tentang Wadah Perempuan. Dalam Pasal 22, ayat (1): Wadah perempuan
bernama KOPRI; ayat (2) KOPRI adalah wadah perempuan yang didirikan
oleh kader-kader Putri PMII melalui Kelompok Kerja sebagai keputusan
Kongres PMII XIV; ayat (3) KOPRI didirikan pada 29 September 2003 di
Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dan merupakan kelanjutan sejarah dari
KOPRI yang didirikan pada 26 November 1967; dan ayat (4) KOPRI bersifat
semi otonom dalam hubungannya Dengan PMII. Struktur KOPRI sebagaimana
struktur PMII, terdiri dari : PB KOPRI, PKC KOPRI dan PC KOPRI.

24
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

B. Visi dan Misi KOPRI


Visi KOPRI adalah Terciptanya masyarakat yang berkeadilan
berlandaskan kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan Misi KOPRI adalah Mengideologisasikan nilai keadilan gender
dan mengkonsolidasikangerakan perempuan di PMII untuk membangun
masyarakat berkeadilan gender.
C. Tujuan Kopri
Terbentuknya pribadi muslimah Indonesia yang bertaqwa kepada Allah
SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia

D. Proses Kaderisasi
1. Sekolah Islam Gender (SIG) Dilaksanakan pasca Mapaba.
Penyelenggara Rayon atau komisariat
2. Sekolah Kader Kopri (SKK) Dilaksanakan pasca Pelatihan Kader
Dasar (PKD). Penyelenggara Pengurus Cabang (PC) atau Pengurus
Koordinator Cabang (PKC)
3. Sekolah Kader Kopri Nasional (SKKN). Dilaksanakan pasca Pelatihan
Kader Lanjut (PKL). (Penyelenggara PB)

E. Petualanagan Sejarah KOPRI


Perjalanan sejarah organisasi yang bernama Korps PMII Putri yang
disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis. KOPRI berdiri
pada kongres III PMII pada tanggal 7-11 Februari 1967 di Malang Jawa Timur
dalam bentuk Departemen Keputrian dengan berkedudukan di Surabaya Jawa
Timur dan lahir bersamaan Mukernas II PMII di Semarang Jawa Tengah pada
25
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

tanggal 25 September 1976. Musyawarah Nasional pertama Korp PMII Putri


diselenggarakan pada kongres IV PMII 1970. KOPRI dari masa ke masa
mengalami ketidakharmonisan karena minimnya koodinasi. Hanya pada saat
Ali Masykur Musa (1991-1994) yang memiliki keharmonisan dengan Ketua
KOPRI-nya dari Lampung (Jauharoh Haddad). KOPRI pada awalnya
diposisikan menjadi badan otonom dari PMII namun sekarang menjadi semi
otonom yang mana pimpinan KOPRI dipilih atau ditunjuk oleh Ketua Umum
PB PMII. Konsekuensinya KOPRI harus berada di cabang-cabang di setiap
daerah.
KOPRI mengalami keputusan yang pahit ketika status KOPRI
dibubarkan melalui voting beda suara pada Kongres KOPRI VII atau PMII
XIII di Medan pada tahun 2000. Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa
kader-kader perempuan PMII pasca konres di Medan mengalami stagnasi yang
berkepanjangan dan tidak menentu, oleh sebab itu kader-kader perempuan
PMII mengganggap perlu dibentuknya wadah kembali, kongres XIII di Kutai
Kertanegara Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April 2003 sebagai
momentum yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah. Maka, terbentuklah
POKJA perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI di Jakarta pada
tanggal 29 September 2003 karena semakin tajam semangat kader perempuan
PMII maka pada kongres di Bogor tanggal 26-31 Mei tahun 2005 terjadi
perbedaan kebutuhan maka terjadi voting atas status KOPRI denga suara
terbanyak menyatakan KOPRI adalah Otonom sekaligus memilih ketua umum
PB KOPRI secara langsung sehingga terpilih dalam kongres sahabati Ai’
maryati Shalihah. Dalam Kongres PMII ke-16 di Batam, Maret 2008, setelah
melalui sidang dan voting yang menegangkan dan melelahkan hingga subuh,
memutuskan status KOPRI Semi Otonom.

26
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB IV
Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi
kemahasiswaan berusaha menggali nilai- nilai moral yang lahir dari
pengalaman dan keberpihakan insan warga pergerakan dalam bentuk rumusan-
rumusan yang diberi nama Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Secara historis,
NDP PMII mulai terbentuk pasca Independensi PMII ketika Mukernas III di
Bandung (1-5 Mei 1976). Pada saat itu penyusunan NDP masih berupa
kerangkanya saja, lalu diserahkan kepada tim PB PMII. Namun, hingga
menjelang Kongres PMII VIII di Bandung, penyusunan tersebut belum dapat
diwujudkan. Hingga akhirnya saat Kongres PMII VIII di Bandung (16-20 Mei
1985) menetapkan penyempurnaan rumusan NDP dengan Surya Dharma Ali
sebagai ketua umumnya. Penyempurnaan ini berlangsung hingga 1988.
Selanjutnya pada tanggal 14-19 September 1988 ketika Kongres IX PMII,
NDP mulai disahkan di Surabaya.
A. Epistimologi NDP
NDP ini merupakan tali pengikat (kalimatun sawa’) yang
mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah dan semangat
perjuangan yang sama. Seluruh anggota dan kader PMII harus memahami dan
menginternalisasikan nilai dasar PMII baik secara personal maupun kolektif
dalam medan perjuangan sosial yang lebih luas, dengan melakukan
keberpihakan yang nyata melawan ketidakadilan, kesewenangan, kekerasan,
dan tindakan-tindakan negatif lainnya.
Secara esensial NDP adalah suatu sublimasi Nilai Keislaman dan
Keindonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah Wal
Jamaah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta
penggerak kegiatan-kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar
mutlak, Islam mendasari dan menginspirasi nilai Dasar Pergerakan yang
meliputi cakupan Akidah, syariah dan akhlak dalam upaya kita memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan akherat. Dalam upaya memahami,

27
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

menghayati dan mengamalkan islam tersebut PMII menjadikan ahlusunah wal


jamaah sebagai manhaj al fikr untuk mendekonstruksikan pemahaman agama.
Islam secara utuh dihayati dan diamalkan dengan mencapai setiap
aspek, baik aspek aqidah (Iman), syari’ah (Islam) maupun etika, akhlak, dan
tasawuf (Ihsan). NDP sebagai penegasan atas watak keindonesiaan organisasi.
Di Indonesia organisasi hidup, demi bangsa Indonesia organisasi berjuang.
Dengan ahlussunnah wal jama’ah mengenal kemerdekaan, persamaan,
keadilan, toleransi, dan nilai perdamaian, maka kemajemukan etnis, budaya,
dan agama menjadi potensi bangsa yang harus dijaga dan dikembangkan.

B. Fungsi Nilai Dasar Pergerakan (NDP)


 Kerangka refleksi (landasan berfikir)
NDP merupakan ruang untuk melihat dan merenungkan kembali secara
jernih setiap gerakan dan tindakan organisasi. Bergerak dalam
pertarungan ide-ide, paradigma, dan nilai-nilai yang akan memperkuat
tingkat kebenaran-kebenaran ideal.
 Kerangka aksi (landasan berpijak)
NDP merupakan landasan etos gerak organisasi dan setiap anggota.
Bergerak dalam pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, dan
pembelajaran sosial.
 Kerangka ideologis (sumber motivasi)
menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan
berjuang mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Begitu juga
menjadi landasan berfikir dan etos gerak anggota untuk mencapai
tujuan organisasi melalui cara dan jalan yang sesuai dengan minat dan
keahlian masing-masing.

C. KEDUDUKAN
 Rumusann nilai NDP sebagai aspek ideal dalam berbagai aturan dan
kegiatan PMII

28
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

 NDP sebagai landasan dan pembenar dalam berfikir, bersikap dan


berperilaku

D. RUMUSAN NILAI- NILAI DASAR PERGERAKAN


1. Tauhid
Mengesakan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi dalam agama
samawi, di dalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan
manusia.
 Pertama, Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat, dan
perbuatan- perbuatan-Nya. Allah adalah dzat yang fungsional. (QS Al
Hasyr 22-24)
 Kedua, keyakinan seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu
yang lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi
kesadaran dan keyakinan kepada yang ghaib. (QS Al Baqoroh ayat 3)
 Ketiga, oleh karena itu, tauhid merupakan titik puncak, melandasi,
memandu, dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan
dalam hati, penegasan lewat lisan, dan perwujudan lewat perbuatan.
(QS Al Baqoroh Ayat 30)
 Keempat, PMII memilih pendekatan berpikir ahlussunnah wal
jama’ah untuk memahami dan menghayati keyakinan tauhid.
2. Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah)
Allah SWT menciptakan manusia sebaik–baiknya kejadian
(Ahsanittaqwim) dan menganugrahkan yang terhormat kepada manusia
dibandingkan dengan makhluk yang lain. Kedudukan itu ditandai
dengan: pertama, pemberian daya pikir, kemampuan berkreasi dan
kesadaran moral. Dalam potensi tersebut, sangat memungkinkan manusia
menjalankan dua fungsi, fungsi hamba dan fungsi kholifah fil ardri.
Sebagai hamba, manusia harus selalu melaksanakan ketentuen–ketentuan
Allah SWT, dan perintah–perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Untuk itu manusia diberi kesadaran moral yang harus selalu dirawat
kalau manusia tidak ingin terjatuh kedalam kedudukan yang sangat
rendah. Sebagai kholifah di bumi, manusia harus memberanikan diri
29
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

untuk mengemban amanat yang maha berat yang ditawarkan Allah SWT
kepada manusia. Kedua pola tersebut berfungsi secara simbangang, lurus
dan teguh. Juga harus dijalankan hanya dengan keikhlasan mengharap
ridha dari Allah SWT semata dengan terus dengan melakukan ikhtiar
secara optimal sedangkan mengenai hasil sepenuhnya hanya milik Allah
SWT.
Kedua, manusia mempunyai sifat uluhiyyah atau sifat ketuhanan,
yakni fitrah suci untuk memproyeksikan tentang kebaikan dan keindahan.
Misalnya manusia ketika menjalankan sujud kepada Allah SWT berarti
manusia sedang menjalankan fungsi al quddus. Demikian pula ketika
manusia menjalankan fungsi – fungsi ketuhanan yang lain. Intinya bahwa
pancaran keindahan masuk kedalam jiwa manusia untuk selalu berbuat
kebaikan dan keindahan walaupun ada nilai tidak mungkin ada kesamaan
antara makhluk dengan sang kholik. (QS Al Dzariat: 56, QS Al A’ruf:
179, QS Al Qashash: 27)
3. Hubungan manusia dengan manusia (Hablum Minan Nas)
kenyataan bahwa Allah SWT meniupkan ruh-Nya kedalam materi
dasar manusia adalah bukti bahwa manusia makhluk yang paling mulia.
Kedudukan manusia dengan manusia yang lain adalah sama dihadapan
Allah SWT. Yang membedakan mereka hanyalah kualitas ketaqwaannya.
Setiap menusia pasti memiliki kelebihan serta kekurangannya. Hal ini
justru sebuah potensi bagi manusia untuk selalu kreatif dan terus
bergerak kearah yang lebih baik. Karena manusia itu sama kedudukannya
dihadapan Tuhan. Sehingga tidak dibenarkan apabila ada manusia
mendudukan dirinya lebih mulia daripada yang lain.
Seperti disinggung diatas, fungsi manusia sebagai Khalifatullah
adalah untuk menegakkan kesederajatan antara sesama manusia. Fungsi
ini juga berarti bahwa manusia harus terus membela kebenaran dan
keadilan dimanapun dan dimanapun. Juga senantiasa memberikan
kedamaian dan rahmah bagi seluruh alam.
Implementasinya, kader PMII harus selalu menegakkan keadilan dan
kebenaran. Membela kaum tertindas, membela kaum mustad afinn.
30
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Memlihara bentuk toleransi dan kedamaian dengan sesama manusia


tanpa memendang ras, suku, budaya atau apapun dan memelihara nilai–
nilai kemanusiaan. Dari sinilah PMII kemudian selalu memegang teguh
nilai imansipasi. (QS Al Mu’min : 115, QS Al Hujarat : 13)

4. Hubungan manusia dengan alam (Hablum Minal Alam)


Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran
dan hukum – hukum-Nya. Alam juga menunjukkan tanda – tanda
keberadaan, sifat dan perbuatan Allah SWT. Berarti juga nilai tauhit
meliputi nilai hubungan manusia dengan alam. Sebagai ciptaan Allah
SWT alam berkedudukan sederajat dengan manusia namun Allah
menunudukkan alam bagi manusia dan bukan sebaliknya. Jika sebaliknya
yang terjadi maka manusia akan terjebak dalam penghambaan pada alam,
bukan penghambaan pada Allah SWT. Karena itu manusia berkedudukan
sebagai kholifah dibumi, untuk menjadikan bumi maupun alam sebagai
wahana dan obyek dalam bertauhit dan menegaskan keberadaan dirinya.
Perlakuan manusia terhadap alam tersebut dimaksudkan untuk
memakmurkan kehidupan didunia dan diarahkan kepada kebaikan di
akherat. Disini berlaku upaya berkelanjutan untuk mentransendensikan
segala aspek kehidupan manusia. Sebab akherat adalah masa depan
eskatologis yang tak terelakkan. Kehidupan akherat akan dicapai dengan
sukses jika kehidupan manusia benar – benar fungsional dan beramal
saleh.
Maka jelaslah hubungan manusia dengan alam merupakan hubungan
pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama. Hidup bersama antara
manusia dengan alam berarti hidup dalam kerjasama, tolong menolongan
dan tenggang rasa.
Implementasinya, setiap kader harus menjaga alam dari bahaya yang
merusaknya. Misalnya, menjaga alam dari bahaya nuklir, penebangan
hutan, eksploitasi alam atau kerusakan alam akibat bom bunuh diri yang
akhir–akhir ini ramai diperbincangkan. Ini semua dilakukan sebagai

31
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

bentuk implementasi nilai–nilai yang ada di PMII dalam menjaga alam


dan manusia itu sendiri.
Dengan NDP itu diharapkan akan terbentuknya sosok pribadi
muslim yang berbudi luhur, berilmu, bertaqwa, cakap dan
bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuaannya. Sehingga
cita–cita ideal PMII dalam mencetak kader ulul albab dengan ciri
menjalankan dzikir, fikir dan amal soleh secara dialektis, kritis dan
transformatif akan dapat terwujud dengan senantiasa menjaga komitmen
keislaman, kemahasiswaan dan keindonesiaan.

32
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB V
Ke- PMII-an
A. SEJARAH
1. Latar belakang didirikannya PMII
Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan
rintangan.Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak.namun pihak
NU belum memberikan green light. Belum menganggap perlu adanya
organisasi tersendiri buat mewadahi anak-anak NU yang belajar di perguruan
tinggi.melihat fenomena yang ini, kemauan keras anak-anak muda itu tak
pernah luntur, bahkan semakin berkobar-kobar saja dari kampus ke kampus.
hal ini bisa dimengerti karena, kondisi sosial politik pada dasawarsa 50-an
memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak
organisasi Mahasiswa bermunculan dibawah naungan payung
induknya.misalkan saja HMI yang dekat dengan Masyumi, SEMI dengan PSII,
KMI dengan PERTI, IMM dengan Muhammadiyah dan Himmah yang
bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika kemudiaan anak-anak NU
ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah panji bintang
sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk
IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 di Jakarta yang
dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto. Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU
(Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal
Ahmad dan PMNU (Persatuan Mahasiswa NU) berdiri di Bandung.Namun
keberadaan beberapa organisasi nahdiyin tersebut tidak direstui bahkan
ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja
berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang.
IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah
eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada
Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali
ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah
33
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di


Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU
yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta).Namun dalam perjalanannya
antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam
pelaksanaan program organisasi. HAal ini disebabkan oleh perbedaan cara
pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi
pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam
melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.
Oleh karena itu, Ide besar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (selanjutnya disingkat PMII) tidak dapat dipisahkan dari eksistensi
IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul
Ulama).Secara kesejarahan, PMII merupakan mata rantai dari Departemen
Perguruan Tinggi IPNU yang dibentuk pada Muktamar III IPNU di Cirebon
pada tanggal 27-31 Desember 1958.
Upaya yang dilakukan IPNU dengan membentuk Departemen Perguruan
Tinggi tidak banyak memberi arti bagi perkembangan mahasiswa nahdliyin
pada waktu itu. Hal itu disebabkan karena:
 Kondisi obyektif menunjukkan bahwa mahasiswa sangat berbeda dengan
siswa dalam hal keinginan, dinamika, dan perilaku.
 Kenyataan bahwa gerak Departeman Perguruan Tinggi IPNU sangat
terbatas untuk dapat duduk dalam anggota PPMI (Persatuan Perhimpunan
Mahasiswa Indonesia) dan MMI (Majlis Mahasiswa Indonesia),
departemen tersebut tidaklah mungkin bisa.
Selain itu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena
menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman.Berdirinya
organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya
hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang
berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah.
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat
dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi
sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi
mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU.Disamping itu juga ada hasrat yang
34
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa


yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.

2. Konferensi Besar IPNU


Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa
muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di
Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960.Dari forum ini kemudian kemudian
muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara
khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa,
KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus
pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
1) Khalid Mawardi (Jakarta)
2) M. Said Budairy (Jakarta)
3) M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4) Makmun Syukri (Bandung)
5) Hilman (Bandung)
6) Ismail Makki (Yogyakarta)
7) Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
8) Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
9) Laily Mansyur (Surakarta)
10) Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
11) Hizbulloh Huda (Surabaya)
12) M. Kholid Narbuko (Malang)
13) Ahmad Hussein (Makassar)

3. Deklarasi
Sebelum melakukan musyawarah mahasiswa nahdliyin tiga dari 13 orang
tersebut (yaitu Hisbullah Huda, Said Budairy, dan M Makmun Syukri BA)
pada tanggal 19 Maret 1960 berangkat ke Jakarta untuk menghadap Ketua
Tanfidziah PBNU KH Dr Idham Khalid untuk meminta nasehat sebagai
pedoman pokok permusyawaratan yang akan dilakukan. Pada pertemuan
dengan PBNU pada tanggal 24 Maret 1960 ketua PBNU menekankan
35
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan


sebagai kader partai NU dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ilmu untuk
diamalkan bagi kepentingan rakyat, bukan ilmu untuk ilmu.
Selanjutnya diadakan musyawarah mahasiswa nahdliyin di Taman
Pendidikan Putri Khadijah (Sekarang UNSURI/ Sekolah Mu’amalat NU
Wonokromo) Surabaya pada tanggal 14 – 16 April 1960 yang menghasilkan
keputusan :
a. Berdirinya organisasi nahdliyin, dan organisasi tersebut diberi nama
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
b. Penyusunan peraturan dasar PMII yang dalam mukodimahnya jelas
dinyatakan bahwa PMII merupakan kelanjutan dari departemen perguruan
tinggi IPNU – IPPNU.
c. Persidangkan dalam musyawarah mahasiswa nadhiyin itu dimulai tanggal
14 – 16 April 1960, sedangkan peraturan dasar PMII dinyatakan berlaku
mulai 21 Syawal 1379 H atau bertepatan pada tanggal 17 April 1960,
sehingga PMII dinyatakan berdiri pada tanggal 17 April 1960.
d. Memutuskan membentuk tiga orang formatur yaitu H. Mahbub Junaidi
sebagai ketua umum, A.Cholid Mawardi sebagai ketua I, dan M.Said
Budairy sebagai sekretaris umum PB PMII. Susuan pengurus pusat PMII
periode pertama ini baru tersusun secara lengkap pada bulan Mei 1960.
11) 1991-1994 Ali Masykur Musa
Seperti organisasi yang dependen terhadap NU, maka PB PMII
dengan surat tanggal 8 Juni 1960 mengirim surat permohonan kepada
PBNU untuk mengesahkan kepengurusan PB PMII. Pada tanggal 14 Juni
1960 PBNU menyatakan bahwa organisasi PMII dapat diterima dengan
sah sebagai keluarga besar partai NU dan diberi mandat untuk membentuk
cabang-cabang diseluruh Indonesia.
Musayawarah mahasiswa nahdliyin di Surabaya hanya menghasilkan
peraturan dasar organisasi PMII, maka untuk melengkapinya dibentuk
suatu panitia kecil yang diketuai oleh M. Said Budairy dan Fahrurrozi AH
untuk membuat anggaran rumah tangga PMII.Dalam sidang pleno II PB
PMII yang diselenggarakn pada tanggal 8 – 9 September 1960 peraturan
36
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

rumah tangga PMII dinyatakan sah berlaku.Pada sidang itu pula disahkan
lambang PMII dan pokok-pokok aturan mengenai anggota baru.

4. Independesi
Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa perubahan
besar pada perjalanan PMII adalah dicetuskannya “Independensi PMII” pada
tanggal 14 Juni 1972 di Murnajati Lawang Malang, Jawa Timur, yang
kemudian kita kenal dengan Deklarasi Murnajati. Lahirnya deklarasi ini
berkenaan dengan situasi politik Nasional, ketika peran partai politik dikebiri
dan mulai dihapuskan, termasuk terhadap partai NU.Ditambah lagi dengan
digiringnya peran mahasiswa dengan komando back to campus.Keterlibatan
PMII dalam dunia politik praktis yang terlalu jauh pada pemilu 1971 sangat
merugikan PMII.Kondisi ini akhirnya disikapi dengan deklarasi berpisahnya
PMII secara structural dari partai NU. Deklarasi tersebut adalah DEKLARASI
MURNAJATI
Selain menghasilkan deklarasi interdependensi, pada waktu itu juga
ditetapkan:
1. Motto PMII : Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh
2. Tri Khidmat PMII : Taqwa, intelektualitas, dan profesionalitas
3. Tri Komitmen PMII : Kejujuran, kebenaran, dan keadilan
4. Ekacitra Diri PMII : Ulul albab

B. Identitas dan Citra Diri PMII


Identitas PMII adalah cerminan dari kualitas kader PMII, seperti empat
huruf kata 'PMII', yaitu Suatu wadah atau perkumpulan organisasi
kemahasiswaan dengan label 'Pergerakan' yang Islam dan Indonesia yang
mempunyai tujuan:
Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia Yang;
 Bertaqwa kepada Allah swt
 Berbudi luhur
 Berilmu

37
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

 Cakap, dan
 Bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya. (Bab IV
AD PMII)
 Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
 Menuju capaian ideal sebagai mahluk Tuhan, sebagai ummat yang
sempurna, yang kamil, yaitu mahluk Ulul Albab.

C. Makna Filosofis PMII


PMII terdiri dari 4 penggalan kata, yaitu :
1. Pergerakan
adalah dinamika dari hamba (mahluk) yang senantiasa maju bergerak
menuju tujuan idealnya, memberikan rahmat bagi sekalian alam.
Perwujudannya :
 Membina dan Mengembangkan potensi Ilahiah
 Membina dan mengembangkan potensi kemanusiaan
 Tanggungjawab memberi rahmat pada lingkungannya
 Gerak menuju tujuan sebagai Kahalifah Fil Ardl
2. Mahasiswa
Adalah generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang
mempunyai identitas diri, diantaranya:
 Sebagai insan religius
 Sebagai insan akademik
 Sebagai insan social
 Sebagai insan yang mandiri
Perwujudannya :
 Tanggungjawab keagamaan
 Tanggungjawab intelektual
 Tanggungjawab sosial kemasyarakatan
 Tanggugjawab individual sebagai hamba Tuhan maupun sebagai
warga negara

38
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

3. Islam
Adalah agama yang dianut, diyakini dan dipahami dengan haluan atau
paradigma Ahlussunnah Wal Jama’ah. ASWAJA sebagai Manhaj Al Fikr
(metode berfikir), yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran-ajaran islam
secara proporsional antara iman, islam dan ihsan.
4. Indonesia
Adalah masyarakat bangsa dan negara indonesia yang mempunyai
falsafah dan idiologi bangsa (pancasila) dan UUD 1945 dengan landasan
kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara yang terbentang dari sabang
sampai merauke, serta diikat dengan kesadaran wawasan nusantara.
Secara totalitas, PMII bertujuan melahirkan kader bangsa yang
mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT,
berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu
pengetahuannya. Dan atas dasar ketaqwaannya, berkiprah mewujudkan peran
ketuhanan dalam rangka membangun masyrakat bangsa dan negara indonesia
menuju suatu tatanan yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridho Allah
SWT.

D. Filosofi Lambang PMII


Lambang PMII diciptakan oleh H. Said Budairi.Lazimnya lambang,
lambang PMII memiliki arti yang terkandung di setiap goresannya.Arti dari
lambang PMII bisa dijabarkan dari segi bentuknya (form) maupun dari
warnanya.
1. Dari Bentuk :
 Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap
berbagai tantangan dan pengaruh luar
 Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita- cita yang
selalu memancar
 Lima bintang sebelah atas menggambarkan Rasulullah dengan empat
Sahabat terkemuka (Khulafau al Rasyidien)
 Empat bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang
berhauan Ahlussunnah Wal Jama’ah
39
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

 Sembilan bintang sebagai jumlah bintang dalam lambing dapat


diartikan ganda yakni:
 Rasulullah dan empat orang sahabatnya serta empat orang Imam
mazhab itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang,
mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
 Sembilan orang pemuka penyebar agama Islam di Indonesia yang
disebut WALISONGO.
2. Dari Warna :
 Biru, sebagaimana warna lukisan PMII, berarti kedalaman ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan.
Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi
kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
 Biru muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berarti
ketinggian ilmu pengertahuan, budi pekerti dan taqwa.
 Kuning, sebagaimana warna dasar perisai- perisai sebelah bawah,
berarti identitas kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan
lambing kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh
harapan menyongsong masa depan.
3. Kegunaan Lambang :
Lambang digunakan pada : papan nama, bendera, kop surat, stempel,
badge, jaket/pakaian, kartu anggota PMII dan benda atau tempat lain yang
tujuannya untuk menunjukkan identitas organisasi. Ukuran lambang
disesuaikan dengan besar wadah penggunaan.

E. Visi dan Misi


1. Visi dasar PMII :
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi
kebangsaan.Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah visi ke-Islaman
yang inklusif, toleran dan moderat.Sedangkan visi kebangsaan PMII
mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yang demokratis, toleran, dan
dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi
segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.
40
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

2. Misi dasar PMII :


Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan,
dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara.
Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu
bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung
jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi
meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan
bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik
spiritual maupun material dalam segala bentuk

F. Tujuan didirikannya PMII


Secara totalitas PMII sebagai suatu organisasi merupakan suatu gerakan
yang bertujuan merubah kondisi sosial di Indonesia yang dinilai tidak adil,
terutama dalam tatanan kehidupan sosial. Selain itu juga melestarikan
perbedaan sebagai ajang dialog dan aktualisasi diri, menjunjung tinggi
pluralitas, dan menghormati kedaulatan masing-masing kelompok dan
individu.
Dalam lingkup yang lebih kecil PMII mencoba menciptakan kader yang
memiliki pandangan yang luas dalam menghadapi realitas sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Memiliki pemahaman yang komprehensif tentang berbagai
macam paham pemikiran yang digunakan dalam menganalisa realitas yang ada,
sehingga diharapkan seorang kader akanmampu memposisikan diri secara
kritis dan tidak terhegemoni oleh suatu paham atau oordina yang dogmatis.

G. Rekrutment
Dalam PMII, ada tahapan-tahapan pengkaderan. Untuk tahap pertama
dalah MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) sebagai jendela awal untuk
bergabung dalam organisasi PMII.Untuk berikutnya sebagai tindak lanjut ada
PKD (Pelatihan Kader Dasar) dilaksanakan oleh Komisariat/Cabang,
merupakan persyaratan untuk bisa menjadi pengurus komisariat/cabang.Dan
diteruskan dengan PKL (Pelatihan Kader Lanjutan), dilaksanakan oleh

41
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

pengurus cabang, merupakan persyaratan untuk menjadi pengurus


cabang/pengurus koordinator cabang.

H. Struktural Organisasi
1) Pengurus Besar (PB) berpusat di Ibu Kota
2) Pengurus Koordinator Cabang (PKC) berpusat di Provinsi
3) Pengurus Cabang (PC) berpusat di Kabupaten
4) Pengurus Komisariat (PK) berpusat di Kampus
5) Pengurus Rayon (PR) berpusat di Fakultas

42
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB VI
KE – ISLAM – AN
(MODERATISME ISLAM)

Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karekteristik yang khas


dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Dalam upaya
memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu
dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman
keIslaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dann tindakan
keIslaman yang bersangkutan. Kita barangkali sepakat terhadap kualitas
keIslaman seseorang yang benar-benar komprehensif dan berkualitas.
Pengertian agama Islam secara bahasa ialah berasal dari bahasa Arab
yaitu salima yang mengandung arti selamat dan damai. Agama islam secara
istilah ialah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT.
Islam adalah agama yang sempurna dan universal serta moderat, ia
berlaku sepanjang waktu, kapanpun dan di manapun, serta dinamis. Islam
berlaku untuk semua orang dan untuk seluruh dunia. Maka dari itu, tentunya
ajaran Islam memiliki dasar sebagai pondasi yang dijadikan sebagai acuan dan
pedoman oleh komunitasnya di seluruh dunia.

A. PENGERTIAN ISLAM MODERAT


Islam adalah agama moderat dan seimbang. Kemoderatan dan
keseimbangan merupakan jalan hidup (way of live) yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW selama hidupnya. Kemoderatan dan keseimbangan dengan
demikian tumbuh dari pemahaman Islam yang murni dan hakiki sebelum Islam
dipahami secara parsial
sebagaimana yang terjadi dalam beberapa dasawarsa akhir-akhir ini.
Rasulullah SAW bersabda, "Jauhkanlah kalian dari sikap melampaui batas
dalam beragama. Sungguh orang-orang sebelummu musnah disebabkan oleh
sikap pelampauan batas dalam beragama." (HR. Hakim).

43
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Rasulullah SAW lantas membuat contoh perihal dimaksud dengan


membentuk satu garis lurus di tengah dan dua garis lainnya di samping kiri dan
kanannya. Lalu beliau meletakkan tangannya di garis tengah seraya bersabda,
"Ini adalah jalan Allah."
Moderat berkaitan erat dengan paham toleran yang dalam istilah bahasa
berarti luwes, adaptif dan mudah dalam pergaulan. Moderat lawan katanya
ekstrem yang dalam istilah bahasa berarti pelampauan batas-batas moderasi
dan jauh dari sikap seimbang. Termasuk dalam arti moderat di sini adalah
berbuat sesuai dengan kadar kemampuan dan mencegah diri dari memaksakan
sesuatu di luar batas kesanggupan secara umum. Sikap moderat inilah yang
senantiasa ditekankan oleh Alquran dalam berbagai firman-Nya. Di antaranya
firman Allah SWT, "Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai
dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).
Termasuk lagi dalam arti moderat di sini adalah bersikap luwes, adaptif
dan mudah sebagaimana pemberian berbagai keringanan (rukhsyah) dalam
pelaksanaan syariat seperti adanya jamak dan qashar shalat, tayamum,
pembolehan berbuka bagi orang yang sakit dan bepergian serta lain
sebagainya.
Sikap tersebut dikuatkan dalam berbagai kaidah kemudahan dalam
hukum fikih di antaranya, "kondisi sulit memperkenankan 'yang mudah' ",
"kondisi darurat memperkenankan 'yang terlarang' " dan lain semacamnya.
Intinya, Islam datang sebagai agama moderat baik dalam penyampaian ajaran-
ajarannya maupun dalam pembentukan karakter para pemeluknya. Moderat
dan seimbang merupakan jalan hidup (way of live) Islam yang mencakup
semua bidang dalam kehidupan manusia tanpa kecuali. Wallahua'lam.
Salah satu contoh kongkrit dalam masalah ini adalah, munculnya
golongan yang menamakan diri mereka sebagai “Jaringan Islam Liberal”. Di
tinjau dari segi terminologi, maka perkawinan kata yang menjadikan satu
istilah khusus seperti Islam Liberal ini nampak sekali terlihat konsep dari
masing-masing kata yang saling membentur sehingga menghasilkan sesuatu
yang confuse (membingungkan). Bagaimana mungkin Islam sebagai agama
yang sudah mempunyai aturan yang terikat dan jelas harus diliberalkan atau di
44
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

buat sedemikian bebas sehingga Islam tidak lagi bersifat sebagai agama yang
mengikat namun agama yang bebas yang sesuai dengan kondisi zaman.
Begitu juga dengan istilah yang tak kalah marak dikalangan cendekiawan
muslim, yaitu “Islam Moderat”. Sebuah istilah yang sering disematkan kepada
orang-orang yang tidak kaku dalam memahami Islam, mau menghadiri
perayaan hari raya agama lain, memimpin do’a lintas agama, modern dan yang
lain sebagainya. Surat Al-Baqarah ayat 143, menjadi sebuah ayat yang favorit
bagi kalangan liberalis tentang legitimasi terhadap istilah “Islam Moderat”, dan
istilah ini di pertentangkan juga dengan istilah lain yaitu “Islam Radikal”.
Sehingga pada saat ini, Islam seakan-akan terbagi menjadi dua, antara yang
moderat dengan yang radikal.

B. KELOMPOK-KELOMPOK ISLAM DI INDONESIA


Dalam pembahasan kali ini kami menggunakan nama kelompok Islam
untuk membedakannya dengan aliran Islam, karena sebagian dari kelompok
Islam ini merupakan suatu organisasi yang mengikuti salah satu aliran di atas.
Tetapi karena banyaknya organisasi dan kelompok Islam di Indonesia kami
hanya menyebutkan sebagian saja dari mereka.
1. Muhammadiyyah
Pemimpin : K.H. Achmad Dahlan (nama asli:Muhammad Darwis,1868-
1923 M)
Aktif mulai : 1912
Pendapat :`
 Mengembalikan umat Islam pada agama Islam yang sebenarnya yaitu
kembali pada Al-Quran dan Hadits
 Mengikis habis bid'ah, kufarat, takhayul, dan klenik
 Membuka pintu ijtihad dan membunuh taqlid yang membabi buta
2. Nahdatul Ulama (NU)
Pemimpin : K. H. Hasyim Asy'ariy (1947 M)
Aktif sejak : 31 Januari 1926
Pendapat :

45
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

 Mempertahankan dan mengembangkan paham Ahlus Sunnah di


Indonesia
 Menegakkan syariat Islam menurut haluan Ahlus Sunnah wal Jama'ah,
dalam hal ini 4 Madzhab terbesar : Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali
 Dalam tasawuf mengikuti paham Abul Qasim Junaidi Al-Bagdadiy
3. Syi'ah (menyimpang secara syariat)
Aliran Syi'ah yang berkembang di Indonesia adalah Syi'ah Itsna 'Asyariyyah
(Imamiyyah), dan mempunyai pengikut puluhan ribu dibawah bendera IJABI
(Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang berpusat di Jakarta.
Menurut M. Yunus Jamil dan A. Hasymi kerajaan Islam yang pertama
berdiri di Nusantara adalah kerajaan Peureulak (Perlak) yang konon didirikan
pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut pedagang muslim
asal Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengIslamkan
penduduk setempat. Belakangan mereka mengangkat seorang Sayyid Mawlana
Abd a-Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik
Syi'ah, sebagai sultan Perlak 11.
Dalam salah satu wawancara Prof. Dr. K.H. Quraish Syihab menyatakan
MUI menganggap bahwa Syiah adalah termasuk salah satu mazhab yang benar
sebagaimana yang diakui oleh Rabithah Alam Islamy dan itu diakui oleh Al-
Azhar. Bukti konkretnya, jamaah haji Syiah boleh masuk ke Masjidil Haram.
Kalau mereka memang sesat, seharusnya tidak boleh masuk. (MUI : Syiah
bukan ajaran sesat, Majalah Syiar, 9 Desember 2007)
Mungkin yang dimaksud adalah Syi'ah Zaidiyah karena ulama-ulamanya
seperti Asy-Syaukaniy dan Ash- Shan'aniy diakui sebagai Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, bukan Syiah Imamiyyah karena banyak pendapat mereka tidak sesuai
dengan Al-Quran dan Sunnah.
4. Jama'ah Tabligh
Jama'ah Tabligh Di Indosesia berkembang sejak l952, dibawa oleh
rombongan dari India yang dipimpin oleh Miaji Isa. Tapi gerakan ini mulai
marak pada awal 1970- an. Mereka menjadikan masjid sebagai pusat
aktivitasnya. Tak jelas berapa jumlah mereka, karena secara statistik memang

46
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

susah dihitung. Tetapi yang jelas, mereka ada di mana-mana di seluruh penjuru
Nusantara.
Pendirinya : Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-
Kandahlawi.(1303-1363)
Kelompok ini aktif sejak 1920-an di Mewat, India. Markas internasional
pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India.
Pendapat mereka :
 Mengembalikan Islam pada ajarannya yang kaffah (menyeluruh)
 Mengharuskan pengikutnya khuruj (keluar untuk berdakwah) 4 bulan
untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau
dua kali berkeliling pada tiap minggu.
 Menjauhi pembicaraan tentang fiqih, masalah-masalah politik, aliran-
aliran lain dan perdebatan
 Keyakinan tentang keluarnya tangan Rasulullah dari kubur beliau untuk
berjabat tangan dengan asy-Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i
 Hidayah dan keselamatan hanya bisa diraih dengan mengikuti tarekat
Rasyid Ahmad al-Kanhuhi
 Sikap fanatis yang berlebihan terhadap orang-orang shaleh dan
berkeyakinan bahwa mereka mengetahui ilmu gaib
 Keharusan untuk bertaqlid
5. Majlis Tafsir Al-Quran
Pendiri : Abdullah Toufel Saputra
Aktif : 19 September 1972.
Pemimpin sekarang : Drs. Ahmad Sukina.
Kelompok ini tersebar di Indonesia dan untuk saat ini memiliki 130 cabang .
Pendapat :
 Mengembalikan umat Islam pada Al-Quran dan Hadits
 Mengikis bid'ah dan khufarat di umat Islam
6. Front Pembela Islam
Pemimpin pertama : KH Cecep Bustomi
Pemimpin sekarang : Habib Rizieq Syihab

47
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Aktif sejak : 17 Agustus 1998


Pendapat :
 Berakidah ahlussunnah wal jamaah
7. Hizbut Tahrir
Pendiri : Syekh Taqiyuddin An-Nabhahani
Berdiri : 1953 di Al-Quds, Jerussalem sebagai partai politik Islam
Pemimpin pertama : Abdurahman Albagdadi
Aktif sejak : 1982-1983
Pendapat :
 Menggagas terbentuknya negara Islam sedunia alias khilafah Islamiyah
 Demokrasi itu tidak Islami, .karena demokrasi adalah kedaulatan itu di
tangan rakyat. Implikasinya hak membuat hukum ada di tangan rakyat,
bukan di tangan Allah. Jika demikian. Maka demokrasi itu bertentangan
dengan Islam yang mengakui hak membuat hukum itu hanya milik
Allah.
8. Wahabi
Pendiri gerakan ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1702-1787 M).
Dalam Munjid disebutkan bahwa tariqat mereka dinamai Al-Muhammadiyyah
dan fiqih mereka berpegang pada madzhab Hanbali disesuaikan dengan tafsir
Ibnu Taimaiyyah.
Pendapat-pendapat mereka :
 Tawassul, Istigozah adalah syirik
 Ziarah kubur hukumnya haram
 Menghisap rokok haram
 Mengharamkan membangun kubah atau bangunan di atas kuburan
 Membagi tauhid menjadi dua : Tauhid Uluhiah dan Tauhid Rububiyyah

48
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BAB VII
ANTROPOLOGI KAMPUS DAN
TANGGUNG JAWAB SOSIAL MAHASISWA

A. Devinisi Antropologi dan Mahasiswa


Kata dasar dari Antropologi berasal dari Yunani yaitu Anthros yang berarti
manusia dan logos berarti ilmu. Sederhananya, Antropologi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang manusia.
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
 William A. Haviland (seorang Antropolog Amerika) ‚Antropologi
adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia.‛
 David Hunter ‚Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan
yang tidak terbatas tentang umat manusia.‛
 Koentjaraningrat (Bapak Antropolog Indonesia) ‚Antropologi adalah
ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan
yang dihasilkan.‛
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi yaitu
sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan
sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.‛
Sedangkan Mahasiswa dipandang dari sisi legalitas merupakan seorang
yang menuntut ilmu sekaligus berada dalam fase atau tingkatan Perguruan
Tinggi, yang mana menunjukkan bahwa dia sudah dikatakan lebih tinggi dari
seorang siswa. Namun lebih dari itu, mahasiswa bukanlah sekedar dilihat dari
legalitasnya semata melainkan bagaimana ia bisa lebih dewasa dari seorang
siswa, lebih aktif kritis solutif pada kondisi dan situasi di lingkungannya
daripada seorang siswa (Kampus maupun dalam masyarakat) sekaligus dapat

49
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

berperan luas untuk sebuah ke-Negara-annya, yang pasti berperan baik serta
Proggressif membangun kedepannya.
Dilihat dari pandangan Sejarah, Mahasiswa adalah salah satunya garda
depan dalam peningkatan keintelektualan maupun salah satu generasi yang
menyebarluaskan peradaban, baik peradaban Islam maupun Peradaban Lokal.
Sering kali, kita sendiri sebagai Mahasiswa bahkan belum cukup mengetahui
dan memahami bagaimana sebenarnya peran Mahasiswa itu sendiri. Tanpa
disadari, kita juga masih ingin diperlakukan sebagai seorang siswa, padahal
harusnya sebaliknya harus bisa menjadi pengolah maupun penggerak
segalanya. Memang, menjadi seorang Mahasiswa tidaklah mudah
kelihatannya, karena ada banyak hal yang perlu dilakukan mestinya.

B. Tipologi MAHASISWA
Unsur-unsur dari suatu kebudayaan dalam artian disini adalah budaya
kampus kita tidak dapat dimasukan kedalam kebudayaan kampus lain tanpa
mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu. Tetapi harus dingat
bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis, ia selalu berubah. Tanpa adanya
‚gangguan‛ dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan
berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam
kebudayaan itu sendiri yang akan memperkenalkan variasivariasi baru dalam
tingkah-laku yang akhirnya akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari
akan menjadi bagian dari kebudayaannya. Dapat juga terjadi karena beberapa
aspek dalam lingkungan kebudayaan tersebut mengalami perubahan dan pada
akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara lambat laun
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut. Serta pada
dasarnya budaya mahasiswa yang tak bisa berubah dan bersifat mutlak yaitu
diskusi, membaca dan munulis.
Apabila dilihat dari pengertian antropologi sendiri kemudian diterapkan
dalam kehidupan kampus jelas artinya bahwa tujuan kita mempelajari
antropologi kampus agar kita mampu memahami tentang budaya - budaya
kampus baik itu cara berprilaku, tradisi dan nilai-nilai dalam dunia kampus.

50
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

Suatu perubahan dalam kampus tidak akan terjadi apabila kita sebagai
mahasiswa tidak mampu mengexplore segala kemampuan kita sebagai wujud
tanggung jawab sosial sebagai mahasiswa. Karena kampus hanya sebuah
benda mati yang mana tidak akan berbuat sesuatu apapun terhadap diri kita
apabila kita hanya terdiam tanpa berbuat apapun tetapi sebaliknya kita harus
mampu memberikan sesuatu terhadap dunia kampus baik dari segi pemikiran,
maupun bergerak dalam organisasi sebagai tempat latihan kita dalam
mengembangkan kemampuan kita.
Dalam menyikapi semua itu terdapat bermacam-macam tipe mahasiwa
yang ada dalam dunia kampus yang sudah dijadikan budaya perilaku, nilai-
nilai sebagai dasar perilaku yang mana mereka mempunyai alasan-alasan
tersendiri mengapa berprilaku seperti itu.
Tipologi mahasiswa tersebut terbagi dalam beberapa kelompok antara lain:
1. Akademis (Cenderung terpaku pada materi kulilah saja)
2. Agamis (Religius, bukan berarti sok suci)
3. Apatis (Tidak mau tahu)
4. Hedonis (Bersikap seenaknya sendiri, hura-hura dsb) 5. Kritis (Tanggap,
cerdas, tidak mudah puas, dsb) 6. Dan lain-lain.
Dari pengelompokan mahasiswa diatas jelas semuanya ada secara
berdampingan tinggal kita sendiri yang mampu menilai diposisi mana kita
berada. KBM (Keluarga Besar Mahasiswa) sendiri merupakan sebuah
organisasi mahasiswa dengan tipe-tipe mahasiswa yang beragam, yang mana
tetap menjunjung tinggi nilai Islam Ahlussunnah wal jama’ah yang menjadi
suatu landasan perubahan dalam kampus dengan wujud mengawal segala isu-
isu yang berkembang guna kepentingan mahasiswa secara umum, tetapi
kebanyakan posisi kita sebagai generasi KBM berada pada tipe mahasiswa
yang kritis dengan tidak melupakan kewajiban kita sebagai mahasiswa yang
akademis serta tidak lupa pada kewajiban kita sebagai umat yang beragama
atau mungkin lebih mudah kalau menggunakan istilah sahabat- sahabat PMII
yaitu Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh.

51
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

C. Peran dan Tanggung Jawab MAHASISWA


Sebagaimana definisi diatas, Mahasiswa merupakan anggota dari suatu
masyarakat tertentu yang merupakan ‚elit‛ intelektual dengan tanggung jawab
terhadap ilmu yang melekat pada dirinya. Sehingga merupakan anggota
masyarakat yang berada pada tataran elit karena kelebihan yang dimilikinya,
dengan demikian mempunyai kekhasan fungsi, peran dan tanggung jawab.
Dari identitas dirinya tersebut, mahasiswa sekaligus mempunyai tanggung
jawab intelektual (Pengolahan Pemikirannya), tanggung jawab social
(Kreatifitasnya dalam ketersediannya membawa masyarakat kepada
perubahan yang nyata), serta tanggung jawab moral (Pembentuk maupun
Peningkat dalam problematika sikap ramah, santun dan berkeadabannya setiap
bangsa). Yang mana dari sinilah dapat diketahui melalui Nilai penting ‚PMII
sebagai wadah pembaruan ke-mahasiswa-an‛, Mahasiswa yang katanya garda
depan reformasi pengalihan kekuasaan serta bukti nyata dalam mengemban
amanahnya. Sehingga dapat didetailkan bagaimana sesungguhnya Mahasiswa
itu berperan. Berikut penjelasannya:
1. Mahasiswa Sebagai Agen Of Change
Mahasiswa merupakan tonggak paling ampuh, tajam, dan terpercaya.
Inilah asset penting, yang menjadi tulang punggung kemajuan bangsa ini di
masa depan. Untuk itulah mahasiswa sebagai agen of change diharapkan
mampu untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia.
Dengan memanfaatkan kekayaan bangsa dan daya pikir yang tajam serta
kritis, mahasiswa dapat dipercaya sebagai agen of change. Mahasiswa
adalah intelektual muda, yang dalam sejarahnya mahasiswa mampu
membawa perubahan Indonesia dari masa orde baru ke masa reformasi.
Mahasiswa memiliki gejolak dan semangat luarbiasa sehingga berani
keluar dari pakem apabila merasa tidak sesuai dengan kebenaran.
2. Mahasiswa Sebagai Agen Of Control Sosial
Mahasiswa nantinya bakal terjun dalam masyarakat, tentu keadaan
terbarukan akan masyarakat menjadi hal wajib untuk diketahui. Dalam
kehidupan ini, mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan selalu
52
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

tanggap dan sadar apabila terjadi gejolak atau perubahan pada masyarakat.
Dengan rasa peduli dan sikap sosialisnya, mahasiswapun dapat menjaga
kestabilan sosial.
Itulah kenapa peranan mahasiswa sangat berpengaruh sebagai pengawas
kehidupan masyarakat. Peran mahasiswa sebagai Agen Of Control Sosial
tentu tidak main-main. Misal, apabila dalam suatu kawasan yang
masyarakatnya sedang dalam konflik atau dalam gunjang-ganjing
persoalan, dan pada saat itu pula mahasiswa terjun langsung dalam
kawasan tersebut, secara naluriah, mahasiswa yang notabene memiliki cara
pandang objektif dan idealis realistis lebih mudah menyelesaikan suatu
konflik daripada masyarakat itu sendiri yang mungkin diselimuti ego
subjektif masing-masing. Suatu demonstrasi juga merupakan aksi
mahasiswa sebagai bentuk control sosial apabila dalam pengambilan
putusan pemerintahan terdapat ketidaksesuaian dengan kondisi masyarakat.
Tentulah mahasiswa berperan sangat penting sebagai Agen Of Control
Sosial.
3. Mahasiswa Sebagai Agen Of Innovation
Inovasi adalah pengembangan nilai-nilai. Mahasiswa sebagai Agen Of
Innovation tugasnya adalah memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan
yang baru. Karena seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan zaman
pun juga akan berubah. Sehingga peran penting mahasiswa untuk
menggunakan intelekualnya sangat dibutuhkan di dalam masyarakat.

D. Peran dan Posisi (Gerakan Mahasiswa) dalam Sejarah Indonesia


Mari kita lacak latar belakang mengapa gerakan mahasiswa banyak
muncul di negara berkembang.
Pertama, modernisme dalam banyak bidang ekonomi politik, terutama
dalam rangkaian dengan kekuasaan, oleh kekuatan dan dominasi ekonomi
politik negara-negara Utara terhadap negara-negara Selatan, menyebabkan
terjadinya transformasi sosial dalam bentuk kolonialisme, imperialisme sampai
neo liberalisme yang terjadi hingga sekarang ini. Fakta akan adanya dominasi

53
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

dan kesenjangan kelas semakin kentara dan tidak bisa di tutuptutupi. Ini yang
menjadi latar belakang utama kemunculan gerakan-gerakan pembebasan yang
banyak didominasi kelompok muda intelektual yaitu mahasiswa. Dalam
banyak hal keterlibatan gerakan mahasiswa dalam gerakan-gerakan terutama
gerakan politik banyak mendapat pengaruh dari kondisi domestik maupun
global. Namun hal yang eukup menjadi dorongan utama adalah kondisi politik
dalam negeri. MisaInya saja kediktatoran pemerintaham militer Soeharto atau
kediktatoran rezim yang sarna di Amerika Latin menjadi pemicu awal dari
tumbuhnya gerakan-gerakan demokratik mahasiswa.
Kedua, di Indonesia Gerakan Mahasiswa mendapat suatu legitimasi sejarah
atas keturutsertaannya terlibat dalam gerakan kemerdekaan dan semenjak
berdirinya negara menjadi bagian yang di akui dari sistem politik. Jika kita
telusuri, misaInya, perjuangan kemerdekaan Nasional yang didorong
Soekarno Cs lewat kelompok-kelompok studinya, Hatta lewat Perhimpunan
Indonesianya, temyata efektif dan mampu seeara luas membangkitkan
perasaan untuk sesegera mungkin lepas dari belenggu kolonialisme.
Kelompok yang dulunya di sebut "pemuda pelajar" ini menjadi semaeam
"martir kelompok terdidik" yang membawa angin perubahan untuk memenuhi
kebutuhan sosial masyarakat akan kemerdekaan.
Ketiga, kekurangan lembaga dan struktur politik yang mapan. Akibat dari
itu adalah relatif mudahnya bagi setiap kelompok yang terorganisir untuk
mempunyai dampak langsung tehadap politik. Eksistensi politik GM muncul
ketika kebutuhan tersebut hadir. Apalagi di barisan bawah gerakangerakan
yang disponsori rakyat belum terakomodasi menjadi kekuatan perubahan yang
signifikan. GM mulai membentuk suatu elit, sehingga merasa berperan dalam
kemungkinan terjadinya transformasi sosial yang Iebih luas. Akses informasi
tentang situasi perpolitikan memungkinkan banyak telaah untuk pembuktian
bahwa proses regimentasi politik totaliter harus mendapat tanggapan yang
serius dan diterjemahkan dalam bentuk gerakan-gerakan yang lebih konkrit.
Banyak di antara universitas yang berada di perkotaan yang sebagian besar
populasi mahasiswa berada dalam jarak jangkauan yang mudah terhadap pusat
kekuasaan. Ini memungkinkan GM mudah melakukan sebuah aksi untuk
54
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

memblow-up isu yang potensial dalam upaya pemobilisasian kesadaran massa


yang lebih maju. Beberapa fenomena politik mahasiswa menjadi makin
membesar karena ia di lakukan di tempat-tempat yang relatif mudah di
jangkau media. Peristiwa 1965, 1974, sampai peristiwa mei 98 menjadi
semacam pilot project radikalisme mahasiswa yang bergerak di lini oposisi
pemerintahan. GM kemudian meneuat menjadi semaeam gerakan-gerakan
ujung tombak (avant garde), dan eksistensinya semakin menjadi jelas ketika di
dalam pereaturan politik di tingkatan negara dan massa akar rumput (grass
roots), merasa kekurangan oposisi dari sistem politik rezim parlementarian
atau sentralisme.
Sehingga GM seringkali menjadi "cabang keempat" dari sistem
pemerintahan. Berbagai faktor seperti situasi ekonomi poUtik yang
memprihatinkan kehidupan umum, ketidakadilan sosial, kebijaksanaan luar
negeri pemerintah yang dianggap merugikan rakyat, politik yang telah
menjadi tidak demokratis, dari semua faktor tersebut, mahasiswa kemudian
membuat jalinan ideologis yang dalamjangka waktu panjang akan
menimbulkan gerakan transformasi sosial.
Beberapa dekade terakhir GM meneoba untuk membedkan tawaran yang
lebih jauh mengenai hubungannya dengan realitas rakyat yang menderita
akibat perlakuan rezim. Pasca diberlakukan NKK/ BKK di semua perguruan
tinggi, GM yang memilih untuk tetap menjaga jarak dengan kekuasaan
langsung bersentuhan dengan kegiatan advokasi permasalahan rakyat. Kasus
Badega, Kedung Ombo, Rancamaya, dB, menjadi saksi kegigihan GM yang
tidak lagi mengemukakan ekspresi teoritik dalam diskusi-diskusi tapi
langsung bergerak dalam llevel praksis. Sampai dengan tahun 1998 klimaks
GM terjadi dan dalam skala luas memperoleh dukungan luas dari rakyat.
Berikut skema Peran dan Posisi Mahasiswa dalam gerakan sejarah Indonesia.
Yang dikutip dari tulisan Nur Sayyid Santoso Kristeva (2011:21-23).

55
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

LAGU – LAGU

MARS PMII
Inilah kami wahai indonesia
Satu barisan dan satu jiwa
Pembela bangsa penegak agama
Tangan terkepal Dan maju kemuka
Habislah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya islam yang benar
Bangun terssentak dari bumiku subur
Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti kuberikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai indonesia
Satu angkatan dan satu cita
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka.

HYMNE PMII
Bersemilah bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur tumbuh subur kader PMII
Bersemila bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur tumbuh subur kader PMII
Masa depan ditanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
. Bersemilah bersmilah
Kau harapan bangsa

56
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

BERDERAP DAN MELAJU


Berderap dan melaju
Menuju indonesia baru
Singsingkan lengan baju
Singkirkan semua musuh-musuh
Rakyat pasti menang
Melawan penindasan
Rakyat kita pasti akan menang
Rakyat pasti menag
Membuat kedaulatan
Rakyat kita pasti akan menang

DARAH JUANG
Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Negri kami subur tuhan
Dinegri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Ntuk membebaskan rakyat
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji
Padamu kami berbakti.

57
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

TOTALITAS PERJUANGAN
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Dipersimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembah sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta
Untuk negeri tercinta

BURUH TANI
buruh tani mahasiswa kaum miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Gegap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia
Hari hari esok adalah milik kita
Terbentuknya masyarakat sejahtra
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
Reff,
Marilah kawan mari kita kabarkan
Di tangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanyikan
Sebuah lagu tentang pembebasan
di bawah kuasa tirani kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku saatu langkah pasti

58
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN
Asah, Asih, Asuh

HUBBUL WATHAN
Ya lal wathon ya lal wathon ya lal wathon
Hubbul wathon minal iman
Wala takun minal iman
Inhadhu alal wathon
Indonesia biladi
Anta unwanul fakhoma
Kullu may ya’ tika yauma
Tomihay yalqo himama
Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah hai bangsaku
Indonesia negeriku
Engkau panji martabatku
Saapa datang mengncammu
Kan binasa dibawah diimu

PMII PERJUANGAN
Berjuanglah pmii berjuang
Marilah kita bina persatuan
Berjuanglah pmii berjuang
Marilah kita bina persatuan
Hancur leburkan angkara murka
Perkokohlah barisan kita,siap....
reff,
sinar api islam kini menyala
tekad bulat jihat kita membara
berjuang pmii berjuang
menegakkan kalimat tuhan
Back to reff.

59
MAPABA KE - IV PK. PMII RADEN SAID UT TUBAN

Anda mungkin juga menyukai