Anda di halaman 1dari 243

V-1

PERENCANAAN PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN


METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)
DAN FMEA PADA PTPN II PG KWALA MADU

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari


Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:
ADRA JUDHIKA TONDANG
NIM. 100403061

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

V-1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERENCANAAN PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN
METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)
DAN FMEA PADA PTPN II PG KWALA MADU

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :
ADRA JUDHIKA TONDANG
100403061

Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Dini Wahyuni, M.T) (Khalida Syahputri, S.T, M.T)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler

strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul dalam tugas

sarjana ini adalah “Perencanaan Perawatan Mesin Menggunakan Metode

Reliability Centered Maintenance (RCM) dan FMEA pada PTPN II PG Kwala

Madu”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri, Universitas Sumatera Utara, dan pembaca

lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN, DESEMBER 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri Universitas

Sumatera Utara (USU) serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan

penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ir. Khawarita Siregar, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini.

2. Ir. Ukurta Tarigan, M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini

3. Ir. Dini Wahyuni, M.T. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

4. Khalida Syahputri, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Orangtua penulis, yaitu Bahagia Tondang dan Roslinda Sidabutar yang tiada

hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga

laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas

segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah

penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih sebesar-

besarnya kepada Bapak dan Ibu tercinta.

6. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang

menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

7. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Ridho, Bang Mijo,

Kak Dina, Kak Rahma dan Kak Ani atas bantuannya dalam hal penyelesaian

administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

8. Bu Alam yang telah memberikan izin melakukan penelitian di PT.

Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu sehingga memudahkan

penulis dalam meneliti dan mengumpulkan data.

9. Saudara penulis yang terkasih, yaitu Edoardo Tondang, Ruth Reneilda

Tondang dan Cresto Tondang yang selalu membantu dan mendukung penulis

dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan Tugas Akhir di PT. Perkebunan Nusantara II

Pabrik Gula Kwala Madu, yaitu Jevier Arios, Dedi Manurung, dan M Azhar

Nazli yang telah banyak memberi kenangan, motivasi, dan saran kepada

penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Arnoldus Sidauruk, Feliks Sipahutar, Gavrilo

Jose, Nixon, Willy Pakpahan, Marco Sipayung, Rahel Hutahaean, Donny

Ketaren, Donny Manurung, Tanesia Sinaga, Chandra, Edgard Pardosi,

Nashiruddin Aziz, Reza Adhi Nugraha, Sheihan Ramadhana, M Sadri Belia,

Alyefi, Gemadana, dan seluruh sahabat-sahabat TITEN yang tidak dapat

penulis tuliskan satu per satu, yang telah menemani dan mendukung penulis

melewati masa-masa perkuliahan di USU.

12. Rekan-rekan asisten Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja

Teknik Industri USU yang telah memberikan dukungan dalam pengerjaan

tugas akhir ini.

13. Abang dan Kakak Alumni Teknik Industri 2007 yang telah mendukung

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Teman-teman naposobulung penulis yang telah memberikan bantuan dan

dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis, yang tidak disebutkan satu per

satu. Tuhan Yang Maha Esa yang akan membalaskan bantuan dan dukungan

kalian semua. Amin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula (PG) Kwala Madu adalah salah
satu perusahaan manufaktur yang memproduksi gula. Ketersediaan dan
kehandalan mesin merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga
keberlangsungan proses produksinya yang menggunakan system make to stock.
Proses produksi menggunakan mesin Cane Cutter untuk memotong tebu, mesin
unigrator untuk memeras tebu dan menghasilkan nira, serta mesin Mill Roll untuk
menggiling tebu. Proses produksi dapat berhenti karena kerusakan mesin. Hal ini
mengakibatkan terjadi downtime sebesar 701 jam dari 5808 jam operasi selama
tahun 2014 dan downtime sebesar 561 jam dari 4218 jam operasi selama tahun
2015 pada lantai produksi. Selama periode pengamatan, downtime terjadi karena
kerusakan mesin cane cutter, unigrator, dan mesin mill roll. Sistem perawatan
perusahaan bersifat corrective dimana pergantian komponen mesin dilakukan
setelah terjadi kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan waktu yang
lama untuk mendeteksi penyebab kerusakan dan melakukan pergantian
komponen. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
Reliability Centered Maintenance (RCM). Metode RCM digunakan untuk
mengetahui tindakan perawatan untuk mengurangi downtime dan menghasilkan
sistem perawatan mesin yang efektif dan efisien. Hasil penerapan metode RCM
diperoleh pilihan tindakan perawatan pada komponen mesin yang terdiri dari 8
komponen pada kategori Condition Directed (CD), 5 komponen pada kategori
Time Directed (TD) dan 7 komponen pada kategori Finding Failure (FF).
Standard Operation Procedure (SOP) perawatan diperlukan untuk setiap kategori
tindakan perawatan. Berdasarkan pemilihan tindakan kategori Time Directed
(TM), diperoleh jadwal pergantian komponen kritis sehingga diperkirakan rata-
rata penurunan downtime sebesar 21,73%, peningkatan reliability komponen-
komponen mesin, dan rata-rata peningkatan availability komponen-komponen
mesin sebesar 0,18%.

Kata Kunci : Pabrik Gula, Perawatan Mesin, Downtime, Reliability


Centered Maintenance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ..................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA .................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................... v

ABSTRAK ................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xxi

I PENDAHULUAN ..................................................................... I-1

1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... I-1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................. I-4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ I-5

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... I-5

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ........................................... I-6

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ............................................ I-6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................. II-1

2.1. Sejarah Perusahaan .............................................................. II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha............................................. II-2

2.3. Lokasi Perusahaan ............................................................... II-3

2.4. Organisasi dan Manajemen ................................................. II-4

2.4.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ....................... II-4

2.4.2. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ............... II-6

2.5. Proses Produksi ................................................................... II-7

2.5.1. Standar Mutu Produk ............................................... II-7

2.5.2. Bahan yang Digunakan ............................................ II-7

2.5.2.1. Bahan Baku................................................ II-7

2.5.2.2. Bahan Tambahan ....................................... II-8

2.5.2.3. Bahan Penolong ......................................... II-9

2.5.3. Uraian Proses Produksi ............................................ II-11

2.6. Mesin dan Peralatan............................................................. II-24

2.6.1. Mesin Produksi ........................................................ II-24

2.6.2. Peralatan .................................................................. II-25

2.7. Utilitas ................................................................................. II-33

2.8. Safety and Fire Protection................................................... II-36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.9. Waste Treatment .................................................................. II-38

III LANDASAN TEORI ................................................................ III-1

3.1. Perawatan (Maintenance) .................................................... III-1

3.2. Pengklasifikasian Perawatan ............................................... III-2

3.3. Reliability Centered Maintenance ....................................... III-6

3.3.1. Langkah-langkah Penerapan RCM .......................... III-8

3.4. Pola Distribusi ..................................................................... III-20

3.4.1. Distribusi Weibull .................................................... III-20

3.4.2. Distribusi Lognormal ............................................... III-22

3.4.3. Distribusi Eksponensial ........................................... III-23

3.4.4. Distribusi Normal .................................................... III-24

3.5. Teknik-teknik dalam Analisis Sistem Perawatan ................ III-25

3.5.1. Diagram Pareto ........................................................ III-25

3.5.2. Lembar Pengecekan (Checksheet) ........................... III-27

3.5.3. Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)..... III-27

IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. IV-1

4.2. Jenis Penelitian .................................................................... IV-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3. Objek Penelitian .................................................................. IV-1

4.4. Variabel Penelitian .............................................................. IV-1

4.4.1. Variabel Independen ................................................ IV-2

4.4.2. Variabel Dependen .................................................. IV-3

4.5. Kerangka Berpikir ............................................................... IV-3

4.6. Rancangan Penelitian .......................................................... IV-5

4.7. Metode Pengolahan Data ..................................................... IV-6

4.8. Metode Analisis Data .......................................................... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................. V-1

5.1. Pengumpulan Data ............................................................... V-1

5.1.1. Data Downtime Produksi .......................................... V-1

5.1.2. Data Historis Penyebab Downtime Mesin Produksi . V-2

5.1.3. Rata-rata Waktu Perbaikan Korektif Komponen...... V-4

5.1.4. Kebijakan Perawatan Aktual ................................... V-4

5.1.5. Pengamatan Aktual Penelitian ................................. V-5

5.2. Pengolahan Data .................................................................. V-10

5.2.1. Reliability Centered Maintenance (RCM)............... V-10

5.2.1.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan

Informasi .................................................... V-10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1.1.1. System Selection (Seleksi

Sistem) ..................................... V-10

5.2.1.1.2. Pengumpulan Informasi ........... V-12

5.2.1.2. Pendefenisian Batas Sistem ....................... V-12

5.2.1.3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok

Fungsi ........................................................ V-15

5.2.1.4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi ........ V-25

5.2.1.5. Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) ..................................................... V-28

5.2.1.6. Logic Tree Analysis (LTA) ........................ V-32

5.2.1.7. Pemilihan Tindakan ................................... V-34

5.2.2. Pengujian Pola Distribusi dan Reliability ................ V-39

5.2.3. Perhitungan Total Minimum Downtime ................... V-48

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ................................. VI-1

6.1. Rekomendasi Tindakan Perawatan hasil Pendekatan RCM VI-1

6.1.1. Analisis Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) ................................................................... VI-1

6.1.2. Analisis Kategori Komponen Berdasarkan Logic

Tree Analysis (LTA) ................................................ VI-2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.1.3. Prosedur Perawatan Berdasarkan Pemilihan

Tindakan RCM ........................................................ VI-4

6.2. Rekomendasi jadwal Pergantian Komponen ....................... VI-13

6.3. Evaluasi Sistem Perawatan Aktual dan Usulan ................... VI-16

6.3.1. Penurunan Downtime ............................................... VI-16

6.3.2. Peningkatan Reliability ............................................ VI-18

6.3.3. Peningkatan Availability .......................................... VI-21

6.4. Analisis Perbandingan Dengan Pabrik Gula Sejenis ........... VI-22

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. VII-1

7.1. Kesimpulan .......................................................................... VII-1

7.2. Saran .................................................................................... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Downtime Mesin Produksi PGKM Periode 2013-2014 .......... I-2

2.1. Susunan Tenaga Kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu ......... II-4

3.1. Nilai Severity ......................................................................... III-15

3.2. Nilai Occurance .................................................................... III-16

3.3. Nilai Detection ...................................................................... III-17

3.4. Contoh Lembar Pengecekan ................................................. III-27

5.1. Downtime Mesin Produksi Tahun 2015.................................. V-1

5.2. Rekapitulasi Penyebab Downtime Produksi PTPN II PG

Kwala Madu Tahun 2015 .......................................................... V-2

5.3. Interval Waktu Antar Kejadian Penyebab Downtime

Komponen Mesin Produksi PTPN II PGKM ........................... V-3

5.4. Rata-rata Waktu Perbaikan Korektif Komponen ...................... V-4

5.5. Penyebab Downtime Mesin Selama Pengamatan Aktual di

PTPN II PG Kwala Madu.......................................................... V-6

5.6. Identifikasi Penyebab Tingginya Downtime Sistem

Perawatan Mesin Sekarang ....................................................... V-8

5.7. System Work Breakdown Structure Mesin Produksi PTPN II

PG Kwala Madu ........................................................................ V-22

5.8. Data Historis Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu ..... V-24

5.9. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi ................................... V-26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Penentuan Risk Priority Number ........................................... V-30

5.11. Rekapan Hasil Identifikasi LTA pada PTPN II PG Kwala

Madu ..................................................................................... V-34

5.12. Pemilihan Tindakan Perawatan Mesin PTPN II PG Kwala

Madu ...................................................................................... V-37

5.13. Hasil Rekapitulasi Uji Distribusi dan Penentuan Parameter

Distribusi Interval Kerusakan ................................................ V-40

5.14. Parameter Distribusi dan Lama Pergantian Kerusakan ......... V-48

5.15. Interval Pergantian Optimum Komponen PTPN II PG

Kwala Madu ........................................................................... V-51

6.1. Nilai RPN Komponen Mesin-Mesin Produksi Gula PTPN II

KwalaMadu RPN ................................................................... VI-1

6.2. Rekapitulasi Hasil Penyususan LTA Sistem Produksi Gula

PTPN II PGKM...................................................................... VI-4

6.3. Tindakan Perawatan Condition Directed (CD) Produksi

Gula PTPN II PGKM ............................................................. VI-5

6.4. Tindakan Perawatan Time Directed (TD) Produksi Gula

PTPN II PGKM...................................................................... VI-9

6.5. Tindakan Perawatan Finding Failure (FF) Produksi Gula

PTPN II PGKM...................................................................... VI-11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.6. Rekapitulasi Perhitungan Total Minimum Downtime (TMD) VI-14

6.7. Penurunan Nilai Downtime .................................................... VI-17

6.8. Peningkatan Availability ........................................................ VI-22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1. Contoh System Work Breakdown Structure (SWBS)......... III-12

3.2. Logic Tree Analysis Structure ............................................ III-18

3.3. Pola Distribusi Weibull ...................................................... III-22

3.4. Pola Distribusi Lognormal ................................................. III-23

3.5. Pola Distribusi Eksponensial ............................................. III-24

3.6. Pola Distribusi Normal....................................................... III-25

3.7. Contoh Cause and Effect Diagram .................................... III-28

4.1. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................. IV-4

4.2. Langkah-langkah Metode Reliability Centered

Maintenance ....................................................................... IV-7

4.3. Blok Diagram Penelitian .................................................... IV-9

5.1. Flowchart Langkah-Langkah Penanganan Penyebab

Downtime Produksi PTPN II PGKM ..................................... V-7

5.2. Cause and Effect Diagram Penyebab Tingginya Tingkat

Downtime Sistem Perawatan Sekarang .............................. V-9

5.3. Sistem dari Sub Sistem Produksi Gula PTPN II Pabrik

Gula Kwala Madu .................................................................. V-11

5.4. Gambaran Luar Batasan (Boundary Overview) ................. V-13

5.5. Gambaran Detail Batasan (Boundary Details) ................... V-14

5.6. Deskripsi Sistem (System Description) .............................. V-16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.7. Blok Diagram Fungsi Mesin PTPN II PG Kwala Madu .... V-17

5.8. System Work Breakdown Structure (SWBS) ..................... V-21

5.9. Flowchart Penyusunan LTA .............................................. V-33

5.10. Road Map Pemilihan Tindakan .......................................... V-36

5.11. Probability Density Function Disc pada Mesin Cane Cutter V-46

5.12. Cumulative Distribution Function Disc pada Mesin Cane

Cutter .................................................................................. V-46

5.13. Survival Function Disc pada Mesin Cane Cutter.................. V-47

5.14. Hazard Function Disc pada Mesin Cane Cutter ................... V-47

6.1. Kalender Jadwal Interval Pergantian Komponen Tahun

2016 .................................................................................... VI-15

6.2. Peningkatan Reliability Disc Mesin Cane Cutter .............. VI-19

6.3. Peningkatan Reliability Mur dan Baut Mesin Cane Cutter VI-19

6.4. Peningkatan Reliability Mata Pisau Mesin Cane Cutter .... VI-20

6.5. Peningkatan Reliability Disc Mesin Unigrator .................. VI-20

6.6. Peningkatan Reliability Plat Mesin Mill Roll .................... VI-21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas dan Tanggung

Jawab PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu .. L-1

2. Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala

Madu Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015 ..................... L-2

3. Hasil Pengujian Distribusi Interval Kerusakan Komponen

Menggunakan Software Easy Fit 5.0 ........................................... L-3

4. Hasil Perhitungan Total Minimum Downtime Komponen

Komponen Mesin Injection Molding ........................................... L-4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses produksi sebuah perusahaan manufaktur merupakan unsur penting

yang harus beroperasi secara stabil untuk dapat memproduksi hasil yang optimal.

Kelangsungan proses produksi tersebut membutuhkan dukungan dari mesin-mesin

dan peralatan yang bekerja secara optimal. Perawatan yang terjadwal sangat

diperlukan pada mesin-mesin produksi di perusahaan untuk menjaga konsistensi

kinerja mesin, karena mesin-mesin dan peralatan produksi sangat rawan dengan

timbulnya kerusakan. Kerusakan mesin produksi dapat mengakibatkan kegiatan

produksi menjadi terhenti, kualitas hasil produksi menurun dan bahkan

mengancam keselamatan tenaga kerja.

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM)

merupakan perusahaan yang memproduksi gula dengan didukung oleh sejumlah

mesin dan peralatan yang saling berinteraksi untuk menghasilkan produk. Mesin-

mesin dan peralatan diupayakan bekerja secara efektif dan efisien sehingga target

perusahaan dapat tercapai. PTPN II PGKM membutuhkan proses produksi yang

optimal untuk dapat memenuhi permintaan gula dalam negeri yang tinggi.

Proses produksi gula secara umum terdiri dari proses penimbangan tebu,

pemotongan dan pencacahan tebu, penggilingan tebu, penimbangan nira tebu,

pemanasan nira, pengolahan pH nira, pemisahan nira kotor dan nira bersih,

penguapan, pengkristalan gula, pemisahan kristal dari tetes dan pengeringan serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pendinginan gula. Dengan demikian, susunan plant system dari mesin produksi

PGKM bersifat serial (berderet). Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin saja,

maka secara keseluruhan proses produksi akan berhenti (breakdown).

Saat ini, yang menjadi kendala dalam produksi yang sering terjadi di PTPN

II PGKM adalah tidak berjalannya kegiatan produksi akibat adanya kerusakan

mesin produksi. Kerusakan mesin-mesin produksi menyebabkan tingkat downtime

mesin yang tinggi. Data downtime mesin yang terjadi di perusahaan pada periode

2013 s/d 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Downtime Mesin Produksi PGKM Periode 2013-2014


Tahun Downtime (Jam) Masa Giling (Jam) Downtime (%)
2013 701 5808 12,07
2014 561 4128 13,60
2015 476 4344 10,96
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu

Berdasarkan tabel di atas, maka rata-rata downtime mesin dari tahun 2013

sampai dengan tahun 2015 mencapai 12,17% untuk setiap tahunnya. Besarnya

nilai downtime yang mencapai 12,17% menunjukkan masalah downtime telah

menjadi masalah serius yang dihadapi perusahaan.

Downtime perusahaan disebabkan oleh berbagai jenis kerusakan dan

gangguan terhadap part-part mesin produksi yang mengakibatkan sistem kerja

mesin bermasalah. Mesin-mesin produksi yang mengalami kerusakan adalah

mesin cane cutter, mesin unigrator, dan mesin mill roll. Kerusakan pada mesin

diantaranya adalah masalah aus pada part Disc, Scrapper Plate, dan Bearing,

masalah macet pada part Rotor dan Plat, dan masalah pemasangan yang tidak

tepat pada part Mur dan Baut, Handle Freed, dan Standard Mill Check.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerusakan yang terjadi pada mesin-mesin produksi mengakibatkan

dampak buruk bagi perusahaan dimana jadwal produksi dan kegiatan produksi

perusahaan menjadi tertunda. Keterlambatan produksi ini dapat mengakibatkan

tingkat produktivitas lantai produksi menurun. Kerusakan atau kegagalan mesin

yang terjadi juga dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan atau utilitas mesin

dan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditetapkan.

Sistem perawatan yang dilakukan selama ini oleh perusahaan bersifat

corrective maintenance, dimana pihak perusahaan hanya melakukan perbaikan

saat kerusakan terjadi dengan cara mencari komponen yang rusak dan

menggantinya dengan komponen yang baru. Perusahaan tidak menetapkan

tindakan-tindakan untuk mengetahui gejala-gejala dini kerusakan mesin.

Sistem perawatan corrective maintenance tidak memperhatikan faktor

reliability (keandalan) dari mesin produksi sehingga pihak perusahaan hanya

mengganti komponen yang rusak tanpa memperhatikan keandalannya. Selain

itu, pihak perusahaan juga belum memiliki Standard Operating Procedure

(SOP) perawatan yang jelas sehingga ketika terjadi kerusakan, pihak perusahaan

memerlukan waktu yang seharusnya dapat dikurangi untuk mengidentifikasi

kerusakan dan memperbaikinya.

Oleh karena itu, penelitian diperlukan untuk menganalisis keandalan mesin-

mesin, meminimisasi downtime dan mengusulkan jadwal perawatan serta SOP

perawatan mesin produksi di PGKM. Pendekatan yang digunakan adalah metode

Reliability Centered Maintenance (RCM). RCM adalah sebuah metode untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menentukan tugas-tugas pemeliharaan yang akan menjamin sebuah perancangan

sistem keandalan. RCM berfungsi untuk mengatasi penyebab dominan dari

kegagalan yang nantinya akan membawa pada keputusan maintenance yang

berfokus pada pencegahan terjadinya jenis kegagalan yang sering terjadi 1. RCM

dapat menampilkan sebuah kerangka kerja berdasarkan informasi keadaan untuk

perencanaan yang efisien, aplikatif dan mampu sebagai pilihan terbaik dalam

penyesuaian atau pengembangan model pemeliharaan yang optimal

(Moubray:1997).2 Kelebihan metode RCM antara lain menghasilkan jadwal

perawatan yang paling efisien dengan mengeliminasi kegiatan perawatan yang

tidak diperlukan, minimisasi frekuensi overhaul, minimisasi downtime,

minimisasi peluang kegagalan peralatan secara mendadak, memfokuskan

perawatan pada komponen-komponen kritis, dan meningkatkan reliability

(keandalan) komponen.

Masalah downtime dari kerusakan mesin yang terjadi di PT. Perkebunan

Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu diharapkan dapat dikurangi secara efektif

menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1
Palit, Henry Christian. 2012. Perancangan RCM untuk Mengurangi Downtime Mesin pada
Perusahaan Manufaktur Aluminium. Surabaya: Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen
Petra.
2
Moubray, John. 1997. Reliability Centered Maintenance. NewYork: Industrial Press Inc. 2nd
edition.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Besarnya downtime mesin dalam sistem perawatan sekarang yang

mengakibatkan sistem produksi gula tidak berjalan dengan efektif.

2. Sistem perawatan aktual, Corrective Maintenance, yang belum

memperhatikan konsep reliability dan belum memiliki Standard Operating

Procedure (SOP) perawatan mesin produksi yang mengakibatkan fungsi

mesin produksi belum terpelihara dengan baik.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang sistem

perawatan mesin berdasarkan Preventive Maintenance dengan metode Reliability

Centered Maintenance (RCM) untuk menggantikan Corrective Maintenance yang

diterapkan perusahaan selama ini, agar waktu downtime perusahaan dapat berkurang,

meningkatkan reliability dan availability dari mesin produksi, dan merancang

standard operating procedure (SOP) perawatan mesin produksi perusahaan..

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan

membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada

perusahaan khususnya mengenai preventive maintenance dan Reliability

Centered Maintenance (RCM) serta aplikasinya di lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Sebagai tambahan referensi bagi Departemen Teknik Industri USU yang

dapat digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Memberikan masukan bagi perusahaan untuk jadwal perawatan mesin dan

penerapan standard operating procedure (SOP) perawatan.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan terhadap masalah yang akan dianalisis antara lain:

1. Data kerusakan yang diamati dan dianalisis yaitu data selama tahun 2015.

2. Penelitian tidak memperhitungkan aspek biaya.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Komponen mesin tersedia saat diperlukan.

2. Fasilitas produksi dan sistem produksi gula tidak mengalami perubahan selama

penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian,

serta sistematika penulisan tugas akhir.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan menguraikan tentang sejarah

perusahaan, ruang lingkup usaha, lokasi, daerah pemasaran, manajemen dan proses

produksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bab III Landasan Teori memuat teori-teori yang digunakan dalam pengolahan

data dan analisis pemecahan masalah. Teori-teori tersebut antara lain teori tentang

perawatan (maintenance), pengklasifikasian perawatan, Reliability Centered

Maintenance, pola distribusi, teknik-teknik dalam analisis sistem perawatan,

Bab IV Metodologi Penelitian mengemukakan tahapan-tahapan penelitian

mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir. Metodologi penelitian

menguraikan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian,

variabel penelitian, kerangka konseptual, rancangan penelitian, pengolahan data dan

metode analisis.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data menampilkan keseluruhan data

penelitian baik primer maupun sekunder yang dilanjutkan dengan pengolahan data

untuk membantu pemecahan masalah penelitian. Pengumpulan data perusahaan terdiri

dari data historis downtime perusahaan, data historis penyebab downtime dan

pengamatan aktual terhadap proses maintenance perusahaan. Pengolahan data terdiri

dari pengolahan menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM).

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah menganalisis hasil pengolahan data dan

mencari solusi untuk pemecahan masalah penelitian. Hasil pengolahan data yang

dianalisis mencakup hasil pengolahan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),

Logic Tree Analysis (LTA), Pemilihan Tindakan Perawatan dan Total Minimum

Downtime.

Bab VII Kesimpulan dan Saran Memberikan kesimpulan secara keseluruhan

penelitian dan disertai pemecahan masalah serta saran-saran yang bermanfaat bagi

penelitian selanjutnya, pihak perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM)

merupakan salah satu dari enam proyek pabrik gula pertama dari 18 proyek pabrik

gula pemerintah RI yang direncanakan dibangun di luar Pulau Jawa dalam rangka

memenuhi kebutuhan gula dan menuju swasembada gula di Indonesia, dan

merupakan proyek pembangunan pabrik gula ke-2 di Sumatera Utara sesudah

Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS).

Pabrik Gula Kwala Madu berlokasi di Kwala Begumit, kecamatan Stabat,

kabupaten Langkat kira-kira 36 Km dari kota Medan. PGKM dibangun dengan

tender internasional oleh pemerintah Indonesia yang diselenggarakan oleh Proyek

Pembangunan Industri Gula pada tahun 1981, dimana hasilnya dimenangkan oleh

Hitachi Ship Building & Ingineering Co. Ltd. (Hitachi Zosen).

Sesuai kontrak pemerintah RI dengan Hitachi Zosen yang ditandatangani

tanggal 23 November 1981 dan mulai berlaku tanggal 6 Februari 1982, pabrik

harus diselesaikan dalam waktu 24 bulan yaitu tanggal 6 Februari 1984 ditambah

keterlambatan yang diterima selama 14 hari. Ternyata Pabrik Gula Kwala Madu

dapat diselesaikan (dalam arti dapat beroperasi) 1 bulan lebih maju dari ketentuan

kontrak yaitu tanggal 20 januari 1984.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pabrik Gula Kwala Madu bekerja secara kontinu 24 jam sehari dalam

masa giling yang dibagi menjadi tiga shift jam kerja, dimana satu shift adalah 8

jam. Kapasitas pabrik 4000 ton tebu sehari.

Berdasarkan sejarah di atas, Pabrik Gula Kwala Madu merupakan industri

besar yang telah beroperasi selama lebih dari 29 Tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa Pabrik Gula Kwala Madu ini sudah lama beroperasi dalam hal memenuhi

kebutuhan masyarakat.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik Gula Kwala Madu merupakan industri manufaktur yang

memproduksi gula. Bahan baku utama dari produk tersebut adalah tebu.

Sedangkan bahan tambahan untuk pembuatan gula adalah air, susu kapur, gas

belerang, floculant, dan asam phospat.

SK Menteri Pertanian No.59/KPTS/EKKU/10/1997 mengelompokkan

pabrik gula berdasarkan kapasitas, yaitu:

1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 - 1200 ton/hari.

2. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 - 1800 ton/hari.

3. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 - 2700 ton/hari.

4. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 - 4000 ton/hari.

Berdasarkan pengelompokan perusahaan gula negara, Pabrik Gula Kwala

Madu dikategorikan kelompok D, dikarenakan Pabrik Gula ini berkapasitas 4000

ton/hari. Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Gula Kwala Madu ini merupakan

pabrik gula yang berkapasitas tertinggi dalam perusahaan Gula Negara. Selain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pabrik Gula Kwala Madu, PTPN II juga mempunyai pabrik gula yang lain yaitu

Pabrik Gula Sei Semayang dengan kapasitas 4000 ton/hari.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berada di Kwala Begumit, Kecamatan

Stabat, Kabupaten Langkat, kira-kira 36 km dari Kota Medan. Lokasi ini jauh dari

keramaian penduduk dan cukup dekat dengan lokasi bahan baku yaitu perkebunan

tebu yang berada di sekitar pabrik, dengan luas area penanaman tebu seluas

6706,47 ha, dimana area perkebunan meliputi:

1. Kwala Madu : 1.966,47 Ha

2. Distrik Tb/P3GI : 6,00 Ha

3. Tandem Hilir : 1.100,00 Ha

4. Tandem : 96,60 Ha

5. Kwala Binjai : 1.684,90 Ha

6. T. Jati : 424,16 Ha

7. Batang Serangan : 85,00 Ha

Pabrik Gula Kwala Madu ini juga mengolah tebu dari hasil kebun rakyat

di sekitar pabrik. Luas kebun tebu rakyat sekitar 500,25 Ha.

Luas area perkebunan tebu milik PTPN maupun kebun rakyat cukup luas

sebagai tempat penanaman tebu dan hasilnya dapat memenuhi permintaan

produksi selama 6 bulan (masa aktif produksi).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4. Organisasi dan Manajemen

Bentuk struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu, tugas dan tanggung

jawab dari masing-masing bagian dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.4.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Karyawan di pabrik Gula Kwala Madu umumnya telah bekerja sejak

berdirinya pabrik pada tahun 1983 hingga hari ini, dan telah mengalami

pendidikan khusus Pabrik Gula Kwala Madu dari Lembaga Pendidikan

Perkebunan (LPP) Yogyakarta maupun Job Training di Pabrik Gula yang ada di

Jawa, Cot Girek maupun yang ada di luar negeri.

Tenaga kerja di pabrik Gula Kwala Madu terdiri dari:

1. Staf Pimpinan = 13 orang

2. Karyawan Pelaksana = 560 orang

3. Karyawan tidak tetap = 160 orang

Jumlah = 733 orang

Rincian tenaga kerja seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu
Karyawan Karyawan Karyawan
No. Uraian Jumlah
Pimpinan Pelaksana Tidak Tetap
1. Kantor Manager
a. Manager 1 - - 1
- 44 8 52
b. TUK/Umum/G. Material 1 12 41 54

c. Gudang Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan)
Karyawan Karyawan Karyawan
No. Uraian Jumlah
Pimpinan Pelaksana Tidak Tetap
2. Dinas Teknik
a. Kantor Dinas teknik 1 9 2 12
1 57 6 64
b. Boiler 1 53 6 60
1 58 8 67
c. Mill - 17 - 17
1 48 8 57
d. Power House/Listrik - 40 - 40
- 28 - 28
e. Instrument

f. Work Shop

g. Cane Yard

h. Keamanan

3. Dinas Pengolahan
a. Kantor Dinas 1 5 - 6
1 50 8 59
b. Pelumasan/t.las 1 49 8 58
1 24 9 33
c. Pemurnian 1 24 11 34
- 2 18 20
d. Penguapan 5 4 11 20

e. Masakan

f. Putaran

g. Pengarungan

4. Laboratorium
a. Lab. Pabrik 1 25 15 41
- 3 3 6
b. Weater Treatment - 3 3 6
- 9 6 15
c. Instalasi Limbah

d. Timbangan

Jumlah 15 605 55 773


Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu

Pihak perusahaan belum memperhatikan bagaimana cara menentukan

jumlah tenaga kerja di perusahaan tersebut. Produktivitas tenaga kerja sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipengaruhi oleh pembagian beban kerja kepada masing-masing tenaga kerja yang

ditentukan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja yang

optimal sangat penting ditentukan untuk memaksimalkan laba perusahaan.

Supaya Perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk

mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian operasional) menjadi tiga

shift, yaitu:

1. Shift I : pukul 07.00 – 15.00 WIB

2. Shift II : pukul 15.00 – 23.00 WIB

3. Shift III : pukul 23.00 – 07.00 WIB

Pihak perusahaan merancang kebijakan agar semua tenaga kerja wanita

bekerja pada shift 1, dikarenakan tenaga kerja wanita tersebut mayoritas ibu

rumah tangga.

2.4.2. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan yang dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu adalah

sesuai dengan peraturan pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB)

yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian.

Sistem pengupahan dibedakan berdasarkan golongan pegawai. Pegawai

terdiri dari karyawan pelaksana dan karyawan staf. Karyawan pelaksana terdiri

dari golongan I-A, I-B, I-C, I-D, II-A, II-B, II-C, II-D. Sedangkan karyawan staf

terdiri dari atas golongan III-A, III-B, III-C, III-D, IV-A, IV-B, IV-C, dan IV-D.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Masa giling Pabrik Gula Kwala Madu adalah sekitar 6 bulan yaitu mulai

bulan Februari sampai bulan Juli dalam satu tahun, akan tetapi seluruh karyawan

tetap dan staf tetap aktif bekerja walaupun kondisi pada saat itu di luar masa

giling. Karyawan yang bekerja melebihi jam reguler mendapat upah lembur sesuai

dengan perjanjian perburuhan pasal sepuluh (X) yang mengatur upah lembur

tersebut.

Upah dibayar oleh perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standar,

ditambah upah lembur bila ada, dan pada waktu-waktu tertentu karyawan akan

menerima:

1. Upah perangsang berdasarkan motivasi.

2. Pembagian keuntungan, tunjangan hari raya, tahun baru, dan lain-lain.

3. Jaminan untuk hari tua/pensiun.

2.5. Proses Produksi

2.5.1. Standar Mutu Produk

Standar mutu produk yang ditetapkan oleh pihak perusahaan adalah

standar mutu produk berdasarkan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

(P3GI) yang ada di Yogyakarta.

Adapun standar mutu produk yang ditetapkan perusahaan adalah:

1. Gula hasil produksi warnanya putih dan jernih.

2. Ukuran kristal memenuhi persyaratan yaitu 0,9 – 1,0 mm.

3. Kadar air < 0,1 %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Pol : 99,5 %.

Pabrik Gula Kwala Madu selalu mengikuti prosedur yang berlaku agar

hasil produk gula tetap sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2.5.2. Bahan yang Digunakan

2.5.2.1.Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan

produk, ikut dalam proses produksi dan persentasenya terbesar dibandingkan

bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang

terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu adalah tebu.

Standar mutu bahan baku yang ditetapkan perusahaan adalah:

1. Pemanenan tebu dilakukan antara 10-12 bulan sejak ditanam dan dalam

keadaan masak.

2. Tebu dalam keadaan bersih, persen bobot kotoran pada pucuk tebu, daun

kering, dan akar lebih kecil dari 5%.

3. Tebu dalam keadaan segar, yaitu sejak tanaman dipotong sampai digiling

tidak lebih dari 36 jam.

4. Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata sekitar

6,5–7 %.

Pemanenan tebu dilakukan setelah diperiksa terlebih dahulu sampel

dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak. Tebu yang baik untuk diolah

adalah yang matang dan kandungan gula dalam batang adalah sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu varietas tebu

dan faktor eksternal adalah iklim, kondisi tanah, serta perawatan dan

pemeliharaan. Faktor yang paling nyata dalam kandungan gula adalah iklim,

karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu antara bulan Januari

sampai dengan bulan Agustus.

Salah satu alasan Pabrik gula Kwala Madu beroperasi hanya 6 bulan

adalah dikarenakan bahan baku tebu yang disengaja dapat dipanen saat iklim yang

curah hujannya sedikit agar kadar gula dalam tebu tetap tinggi.

2.5.2.2.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan

berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.

Adapun bahan tambahan pada produksi gula adalah:

1. Karung plastik yang digunakan sebagai kemasan gula.

2. Benang jahit digunakan untuk menjahit karung plastik.

Bahan tambahan ini diperlukan saat produksi gula selesai, yaitu sebagai

tempat gula sehingga siap untuk disimpan ke gudang hasil dan siap untuk

dipasarkan.

2.5.2.3.Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang dibutuhkan guna memperlancar proses

produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan-bahan penolong yang

digunakan dalam produksi gula adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Air (H2O)

Air digunakan untuk mempermudah dalam pemerasan kandungan gula yang

terdapat pada ampas tebu secara maksimal. Volume air yang dibutuhkan

sebanyak 20 % dari kapasitas tebu/hari.

b. Susu Kapur (Ca(OH)2)

Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan pH

nira menjadi 8,0–8,5. Pemilihan susu kapur sebagai bahan yang digunakan

untuk menaikan pH nira didasarkan pada harganya yang murah dan mudah

membuatnya.

c. Gas Belerang (SO2)

Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira.

Tujuan pemberian gas belerang adalah untuk menetralkan kelebihan air kapur

pada nira terkapur pH mencapai 7,0–7,2 dan untuk memutihkan warna yang

ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh pada warna kristal dan

gula.

d. Floculant

Floculant adalah zat yang digunakan dalam proses flokulasi. Floculant

diberikan untuk mempercepat pengendapan yang bertindak sebagai pengikat

partikel halus yang tidak larut dalam nira (larutan untuk membentuk

gumpalan partikel yang lebih besar dan mudah diendapkan untuk disaring).

Zat floculant yang digunakan adalah Talofloc (Dimethyl-distearyl-amonium)

dan Talofloate (anionic-polyacry-amide). Talofloc atau sering disebut

gamping, diberikan untuk mengikat nira, sedangkan Talofloate untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mereduksi warna dari pekat menjadi warna yang lebih pucat. Kedua zat ini

bertujuan untuk meningkatkan kemurnian dari nira kental. Penambahan

floculant harus sesuai dengan dosis, apabila kurang maka penggumpalan

partikel tidak sempurna, sedangkan apabila ditambahkan berlebih akibatnya

akan menambahkan kekeruhan pada air.

e. Asam Phospat (H3PO4)

Asam phospat digunakan pada proses stasiun toladura yang menpunyai fungsi

seperti gas SO2. Asam phospat akan bereaksi dengan susu kapur pada proses

defekasi untuk membentuk inti endapan (koagulan), sehingga dapat

dipisahkan antara nira kotor dan nira jernih.

Bahan penolong ini sangat berpengaruh terhadap produksi gula. Sehingga

pihak perusahaan selalu membuat persediaan untuk produksi. Apabila persediaan

bahan penolong untuk produksi kurang, maka hasil produk gula tidak dapat sesuai

dengan standar yang ditetapkan.

2.5.3. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala

Madu dibagi menjadi beberapa stasiun, yaitu stasiun gilingan, stasiun pemurnian,

stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran dan penyelesaian.

1. Pengerjaan Pendahuluan

Tebu yang telah ditebang diangkut ke pabrik dengan truk. Sebelum sampai

halaman pabrik, truk yang berisikan tebu ditimbang, kemudian tebu

diturunkan di halaman pabrik, maka truk ditimbang kembali untuk mengetahui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berat bersih (netto). Sedangkan waktu antara penebangan dengan proses awal

tidak lebih dari 24 jam. Tebu yang diangkut truk dengan kapasitas 5-6 ton naik

ke truck tipller dan kemudian dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik

sehingga tebu jatuh ke feeding cane carrier. Sedangkan yang diangkut dengan

truk berkapasitas 8-10 ton yang menggunakan tali pengangkut dibongkar

dengan cane lifter hilo ke dalam cane feeding table, dimana kabel hilo

dihubungkan dengan tali pengangkut tebu pada truk. Berikutnya tenaga

hidrolik digerakkan sehingga posisi terangkat miring dan tebu tumpah ke

feeding cane table, lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur sedemikian

rupa sehingga memenuhi kapasitas giling yang direncanakan. Oleh feeding

cane carrier tebu dibawa masuk ke cane leveller guna pengaturan pemasukan

tebu menuju cane cutter I. Kemudian dipotong-potong secara horizontal, dan

selanjutnya dibawa ke cane cutter II untuk dicacah lebih halus lagi. Sebelum

jatuh ke gilingan, logam-logam besi yang terikut pada potongan tebu disaring

oleh tramp iron separator dan potongan-potongan tebu diatur masuknya ke

gilingan.

2. Stasiun Gilingan (Mill Station)

Tebu yang telah halus dipotong-potong dari Cane Cutter I dan Cane Cutter II

selanjutnya masuk ke dalam mesin giling agar lebih halus lagi sehingga

mudah untuk diperas dan memperbesar kapasitas pemerasan. Fungsi dan

tujuan dari penggilingan ini adalah untuk mendapatkan air nira sebanyak

mungkin. Penggilingan atau pemerasan dilakukan lima kali dengan lima unit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gilingan (five set three roller mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan

hidrolik yang berbeda-beda. Ada tiga buah rol yang berbentuk V dengan sudut

300 pada alat ini yang digunakan untuk memperlancar aliran nira dan

mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas dengan roll belakang lebih

kecil dari pada antara roll atas dengan roll depan. Besarnya tekanan

maksimum pada penggilingan adalah 1500-2000 Kg/cm2 dengan putaran yang

berbeda, dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm; gilingan II 5,0 rpm; gilingan III

5,0 rpm; gilingan IV 5,2 rpm; gilingan V 4,2 rpm.

Adapun mekanisme kerja dari stasiun pengilinggan ini adalah sebagai berikut:

a. Tebu halus setelah dicacah dibawa cane carrier elevator ke gilingan

pertama. Nira dari gilingan I ditampung pada bak penampungan I dan

ampas tebu dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperas lagi. Nira

hasil perasan gilingan masuk dalam bak penampungan nira yang diperoleh

dari bak penampungan I, yang disebut dengan Primary Juice.

b. Nira atau air perasan dari gilingan I dan II masih terdapat ampas yang

nantinya sama-sama ditampung pada bak penampungan I, nira pada bak

penampungan I disaring pada juice strainer kemudian ampasnya

dimasukkan pada gilinggan II dan nira yang disaring ditampung dalam satu

tangki (Raw Juice Tank) dan kemudian disalurkan pada stasiun pemurnian

melalui pompa.

c. Ampas tebu (bagasse) dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas

lagi. Kemudian nira (air perasan) ditampung pada bak penampung II dan

digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan I. Demikian seterusnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sampai gilingan V. Air dari gilingan V ditampung pada bak IV dan

digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan IV. Ampas dari gilingan

IV diberi air imbibisi (60–700C) yang berasal dari kondensat evaporator

badan IV dan V.

d. Ampas tebu dari gilingan V kemudian diangkut melalui 1 unit konveyor,

dimana ampas kasar dibawa ke boiler untuk bahan bakar dan dipisahkan

dengan ampas halus yang akan digunakan untuk membantu proses

penyaringan pada alat vacum filter.

3. Stasiun Pemurnian

Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan dipompakan menuju stasiun

pemurnian. Tujuan proses pada stasiun pemurnian adalah untuk memisahkan

kotoran dari dalam nira sehingga nira yang dihasilkan lebih murni

mengandung sukrosa. Di dalam proses pemurnian ada beberapa tahap yang

dilakukan, yaitu:

a. Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)

Nira mentah yang tertampung pada tangki penampungan dipompakan ke

tangki nira mentah tertimbang melalui pipa saringan. Nira mentah

ditimbang dengan menggunakan timbangan Maxwelt Bolouge yang

bekerja secara otomatis dengan berat timbangan 5,5 ton. Adapun sistem

kerja dari alat ini adalah sistem keseimbangan gaya berat bejana dan

bandul, yang menunjukkan bahwa nira akan berhenti ke tangki

penampungan secara gravitasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Pemanasan Nira 1 (Juice Heater 1)

Nira yang di dalam tangki penampungan selanjutnya dipompakan ke alat

pemanas 1 (primary heater) yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari

pemanas 1 adalah untuk menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan

mematikan mikroorganisme, sehingga komponen yang ada dapat

dipisahkan dari nira pada bejana pengendapan. Nira kemudian dipanaskan

hingga suhu 700C pada tangki juice heater 1, kemudian nira dipanaskan

hingga temperatur menjadi 750C pada juice heater 2.

c. Tangki Defekasi (Defecator)

Nira yang terdapat di dalam tangki pemanas 1 (pemanas 1 nira)

dipompakan ke tangki defeksi untuk pembubuhan susu kapur dengan

fungsi untuk mengubah pH nira 5,6 menjadi 8,0-8,5. Pemasukan susu

kapur bertujuan untuk membuat asam-asam yang terdapat pada nira

menjadi basa karena gula akan rusak bila dalam keadaan asam. Pemasukan

atau penambahan susu kapur ini dilakukan dengan mengatur control value

yang dikendalikan oleh pH indicator controler.

d. Tangki Sulfitas

Tangki sulfitas digunakan untuk mencampurkan nira terkapur dengan gas

SO2. Nira terkapur tersebut dikirim ke tangki sulfitas tipe sekat parabolis

untuk menetralkan kembali nira yang terdapat dalam tangki defekasi.

Sekat parabolis berguna untuk membantu proses pencampuran sehingga

dapat berjalan dengan kontinu. Penambahan gas SO2 dilakukan supaya

pada suhu 700-750C nira terkapur mengalami penurunan pH menjadi 6,0-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6,5 dengan waktu 5 menit dan selanjutnya dinetralkan kembali pada

netralizing tank sehingga Ph menjadi 7,0-7,2.

e. Tangki Tunggu

Nira mentah dari sulfitator disalurkan ke tangki peti tunggu dengan waktu

6 menit. Fungsi dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-

koloid berupa kotoran.

f. Tangki Netralisasi

Tangki netralisasi berfungsi untuk mengatur pH nira. Di dalam tangki

netralisasi ini nira diaduk dengan alat pengaduk mekanis. Jika pH nira

<7,0 maka susu kapur ditambah lagi sehingga pH nira menjadi 7,0-7,2.

g. Pemanasan Nira 2 (Juice Heater 2)

Nira dari peti tunggu dipompakan ke juice heater 2 dengan menggunakan

mesin pompa centrifugal yang juga memiliki dua unit badan pemanas.

Nira dipanaskan dengan temperatur 1000C dengan menggunakan juice

heater 2, prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira 1 (juice heater 1).

h. Tangki Pengembang (Flash Tank)

Nira yang berasal dari juice heater 2 disalurkan ke tangki pengembang

(flash tank). Tangki pengembang ini berfungsi untuk menghilangkan udara

dan gas-gas yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas yang terlarut

dalam nira tidak dihilangkan, maka pemisahan kotoran-kotoran dari nira di

tangki pengendapan akan terganggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i. Tangki Pengendapan (Door Clalifier)

Nira di tangki pengembang dialirkan ke tangki pengendapan, sehingga nira

yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawah) terpisah. Nira

jernih dialirkan ke stasiun penguapan (evaporator), sedangkan nira kotor

yang mengendap di bagian bawah akan dibawa ke mud feed mixer untuk

dicampur dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan.

Tangki pengendapan bekerja secara kontinu dan memiliki empat

compartment yang dipergunakan untuk mempermudah proses

pengendapan. Endapan yang terbentuk disapu dengan skrap yang

bergerak lambat. Endapan jatuh ke tepi tiap-tiap peralatan. Selanjutnya

dipompakan ke mud feed mixer, sedangkan nira jernih keluar melalui pipa-

pipa yang dipasang pada tiap compartment. Agar pengendapan lebih cepat,

maka diberikan floculant, dimana pemberiannya dilakukan saat nira masuk

ke tangki pengendapan. Pencampuran ini bertujuan untuk membantu pada

saat penyaringan (vacum filter) yang memisahkan nira dengan kotoran.

Nira hasil saringan (disebut filtrate) selanjutnya dikembalikan ke

timbangan nira mentah. Sedangkan kotoran yang tersaring disebut dengan

blotong yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk.

4. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)

Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula Kwala Madu

menggunakan empat unit evaporator yang disebut quadruple evaporator yang

bertujuan untuk menguapkan air dan nira yang menggunakan proses vakum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air yang terkandung

dalam nira encer, sehingga nira lebih mudah dikristalkan. Penguapan

dilakukan pada temperatur 500C-1100C dan penurunan tekanan di dalam

evaporator dilakukan untuk menghindari kerusakan sakarosa maupun

monosakaridanya. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit

beroperasi dan satu unit sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama

proses berlangsung temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda.

Untuk menghemat panas yang diperlukan, maka media panas untuk

evaporator 1 digunakan untuk uap bekas yang berasal dari low pressure

tekanan <1 kg, sedangkan media pemanas bagi evaporator yang lain

memanfaatkan kembali uap yang sebelumnya. Hal ini disebut vapour,

temperatur pada evaporator 1 sebesar 1100C dan berangsur-angsur turun

sampai temperatur 50-550C pada evaporator 4. Hal ini dapat dilakukan dengan

menurunkan tekanan yang berbeda-beda dari evaporator 1 sampai dengan

evaporator 4. Peristiwa mengalirnya uap dari evaporator 1 ke tormol pada

evaporator 2 disebabkan pada evaporator 1 setelah masuk ke dalam bagian

shell pada evaporator 2 akan melepaskan panas sehingga mengembun.

Terkondensinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam shell

sehingga air nira evaporator 1 dapat mengalir pada evaporator 2 dan

seterusnya. Uap nira evaporator 4 masuk ke dalam kondensor untuk

diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan

uap-uap yang tidak terkondensasikan dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa

mengalirnya nira dari evaporator 1 ke evaporator 2 dan seterusnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disebabkan karena adanya perbedaan tekanan vakum pada masing-masing

evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi

sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka

sehingga nira mengalir menuju evaporator berikutnya. Demikian seterusnya

sampai ke evaporator 4.

5. Stasiun Masakan

Pada stasiun masakan ini terjadi proses kristalisasi dengan tujuan untuk

mencapai kualitas gula dalam nira kental. Nira dipanaskan dengan temperatur

masakan 50-650C dengan cara menguapkan sampai berbentuk kristal. Metode

penguapan ini tergantung pada harkat kemurnian gula dan dilakukan beberapa

cara, yaitu:

Sistem 4 (empat) tingkat : ABCD (untuk HK lebih dari 8,3)

Sistem 3 (tiga) tingkat : ABC atau ACD (untuk HK antara 70 sampai 80)

Sistem 2 (dua) tingkat : AD (untuk HK kurang dari 70)

Proses produksi gula di Pabrik Gula Kwala Madu tergolong pada sistem 3

(tiga) tingkat ABD karena mempunyai HK gula sekitar 80, pada masakan A

dan B diusahakan harkat kemurnian (HK) yang tertinggi. Masakan D

diusahakan HK gula sekitar 58-60, sedangkan untuk gula tetes HK <30.

Proses masakan harus dilakukan pada tekanan hampa supaya pemecahan

sukrosa tidak terjadi, karena akan membentuk caramel yang berwarna gelap

pada suhu yang tinggi sehingga mutu gula rendah. Titik didih larutan gula

lebih besar dari titik didih air murni karena adanya zat yang terlarut. Adapun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


langkah-langkah yang harus yang dilaksanakan dalam proses masakan adalah

sebagai berikut:

a. Menarik Hampa

Sebelum proses masakan dimulai, tangki masakan terlebih dahulu dibuat

hampa udara dengan tekanan vakum 40 cmHg lalu saluran penghubung

dengan tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh,

sehingga keadaan maksimum tekanan 66 cmHg, sementara itu sistem

pemanas dibuka lebih kecil untuk pemasakan.

b. Pembuatan Bibit

Pembuatan bibit dilakukan dengan fodan, dimana inti kristal yang

memiliki bentuk kristal yang baik dan memiliki ukuran yang sama. Inti ini

dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar sehingga menjadi

kristal halus dan dapat dibuat di luar pan masakan. Besar kristal dan

kondisi masakan dapat diketahui dengan sogokan yang terdapat di tangki

masakan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan dan

diamati pada sinar lampu.

c. Memperbesar Kristal

Bila bibit yang dibuat cukup, maka diperbesar sampai ukuran yang

diharapkan yaitu 0,8-0,9 mm, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian

bibit yang baik, sehingga diperoleh kondisi kristal gula yang baik.

d. Masakan Tua

Masakan tua adalah apabila telah tercapai ukuran kristal sesuai dengan

ketentuan. Tujuan masakan tua adalah melanjutkan masakan dalam pan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kristalisasi tanpa menambahkan larutan baru dengan kesepakatan setinggi-

tingginya agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan pada

kristal baru. Apabila ketentuan diatas telah terpenuhi, maka terjadilah

kristal yag cukup rapat dan dengan pengkristalan yang telah sesuai.

e. Palung Pendingin

Masakan tua yang ukurannya 0,8-0,9 mm akan dikeluarkan dari tangki

masakan dan dimasukan ke dalam palung pendingin yang terdapat di

tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan penghilangan

tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa dengan cara menutup

hubungan dengan pan masakan dengan bejana penghubung, kemudian

kran yang menghubungkan pan masakan akan jatuh ke bawah, steam

pemanas ditutup setelah seluruh masakan diturunkan, pan masakan dicuci

dengan steam (uap) panas untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan

larutan-larutan yang tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak

mengganggu proses pengkristalan dan kualitas gula yang terbentuk.

Larutan dari pan masakan dialirkan ke stasiun putaran.

f. Pemisahan Masakan D

Hasil dari pemisahan masakan D dihasilkan gula dan tetes. Gula akan

diputar untuk kedua kalinya menggunakan putaran pada masakan D

sehingga diperoleh klare babonan (bibit). Bibit tersebut lalu dipompakan

ke tangki bibitan sebagai bibit untuk masakan A dan B.

g. Pemisahan Masakan A dan B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil pemisahan masakan A akan dihasilkan gula A dab stroop A, dimana

stroop A, merupakan bahan dasar untuk masakan B. Hasil pemisahan

masakan dasar untuk masakan D, gula A, dan gula B diperoleh dari hasil

pemisahan dikirim ke alat mixer A/B dan dicampur menjadi gula A/B.

Kemudian gula A/B diputar kembali dengan menggunakan alat pemutar

sentrifugal sehingga diperoleh gula dengan kemurnian yang lebih tinggi

sebagai produk.

6. Stasiun Pemutaran/Pemisahan

Hasil dari proses pengkristalan adalah campuran antara kristal gula, stroop dan

tetes. Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop

dan tetes tersebut dengan menggunakan saringan sehingga dapat mengasilkan

kristal dalam bentuk murni. Alat ini bekerja berdasarkan gaya sentrifugal.

Saringan untuk massa campuran ini menggunakan kekuatan putaran. Massa

dimasukan dalam alat sentrifugal, maka massa akan terlempar menjauhi

sumbu proses. Karena ada saringan, kristal akan tertahan, sedangkan larutan

akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian terpisahlah antara

larutan dengan kristalnya. Sesudah pemutaran sebagian larutan akan terpisah

tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal. Untuk menghilangkan

larutan tersebut, maka dibantu siraman air sehingga larutan tersebut akan

terlarut dalam air sehingga putaran kedua akan diperoleh kristal gula produk.

7. Stasiun Penyelesaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kristal gula yang diturunkan pada putaran SHS langsung ke grasshopper

conveyor untuk penampungan, mendinginkan kemudian disalurkan ke

grasshopper conveyor untuk memperbesar area pendinginan dan meratakan

gula SHS terhadap gula elevator. Pengeringan pendinginan perlu dilakukan

untuk mendapatkan gula SHS yang terstandar. Gula SHS tersebut dimasukkan

ke dalam sugar dryfer dan cooler dimana sistem pemanasan dan pengeringan

dilakukan dengan cara mekanis dengan udara panas dan suhu kira-kira 80-

900C yang dialirkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler. Setelah itu

gula tersebut dimasukan ke bucket elevator dan diteruskan ke vibrating

screen. Pada vibrating screen, kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan

pendinginan. Pada sugar dryer dan cooler dilengkapi suatu alat pemompa

yang digunakan untuk menarik gula halus yang akan dialirkan melalui pipa

rangkap dan secara otomatis diinjeksikan dengan air imbibisi oleh pemisahan

nozle untuk menangkap partikel-partikel gula halus. Setelah itu, partikel-

partikel gula halus tersebut dimasukkan ke bak penampungan dan dialirkan ke

stasiun masakan. Sedangkan gumpalan-gumpalan gula dimasukkan ke dalam

tangki peleburan gula, selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk proses

selanjutnya. Gula standar dimasukkan ke alat pembawa gula melalui penyadap

logam yang mana penyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-

partikel logam yang terbawa atau tercampur dengan gula produksi. Untuk

mengoptimalkan gula SHS dari kadar logam tersebut diatas diperlukan

pembersihan secara bertahap dengan jangka waktu 3 kali dalam 8 jam.

Kemudian gula bersih dibawa menuju penampungan gula untuk pengemasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi

Penampungan gula berlangsung secara otomatis, dimana pada penampungan

gula ini terdapat dua alat pengisi, dimana setiap alat pengisi mempunyai

timbangan dengan ketentuan 50 kg/karung. Badan metrologi dan BULOG

bekerjasama untuk menjamin keamanan dan keselamatan produksi gula SHS

dengan standar yang ditetapkan oleh pihak direksi. Gula produksi SHS

dikemas dan dikirim ke gudang untuk penyimpanan sementara dengan suhu

gudang 30-350C dan dengan kelembapan udara dalam ruang sekitar 73-82%.

Kapasitas gudang 12.740 ton, namun kapasitas optimum yang dipakai adalah

10.056 ton untuk pendistribusian dan pemasaran.

Salah satu yang paling berpengaruh dalam kelancaran proses produksi

gula ini adalah mesin produksi. Seperti mesin giling pada stasiun penggilingan

yang sering mengalami kerusakan. Apabila salah satu mesin giling tidak

berfungsi, maka hasil nira yang diperoleh tidak optimal, sehingga mengakibatkan

hasil produksi gula menurun.

2.6. Mesin dan Peralatan

Spesifikasi mesin-mesin dan peralatan produksi yang digunakan pada

pembuatan gula di Pabrik Gula Kwala Madu, PTPN II diuraikan sebagai berikut.

2.6.1. Mesin Produksi

1. Nama Mesin : Cane Cutter.

Kegunaan : Memotong Tebu.

Ukuran : 1500 × 1980 mm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daya : 1,5 Kw

Tegangan : 220/380 V

Phase : 3 phase

Pisau : 30 Buah.

Putaran : 600 rpm.

Merek : KHI Japan.

Tahun : 1981.

Jumlah : 2 Unit.

2. Nama Mesin : Unigrator

Kegunaan : Mencacah tebu menjadi bagian-bagian yang lebih

kecil atau menjadi serabut yang lebih halus.

Drive : Turbin Steam.

Power Turbin : 1200 HP

Diameter dan Luas : 16” x 78”

Number of Hammer : 60 pcs

Kecepatan Unigrator : 600 rpm

Kapasitas Dasar : 24 kW/tfh

Material : Baja

Lebar Pisau Hammer : 60 mm

Panjang Pisau : 495 mm

Tebal Hammer : 60 mm

3. Nama Mesin : Mill Roll.

Kegunaan : Menggiling/ Memeras tebu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Putaran Mill : 4500 rpm.

Diameter as : 513 mm

Diameter gilingan : 914 x 1980 mm

Tekanan kerja : 350 kg/cm

Merek : KHI Japan.

Tahun : 1981

Jumlah : 5 Unit

2.6.2. Peralatan

1. Nama Peralatan : Weight Bridge.

Kegunaan : Menimbang tebu yang masuk dari truck/contaner.

Kapasitas : 40 Ton.

Ukuran (pxl) :9mx3m

Merek : Kawatetsu Japan.

Tipe : Road Take Scale

Tahun : 1981.

Jumlah : 2 Unit.

2. Nama Peralatan : Cane Crane.

Kegunaan :Mengangkat tebu dari truk yang selanjutnya

dipindahkan ke meja tebu.

Kapasitas : 40 Ton.

Merek : Kawasaki.

Tahun : 1982.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jumlah : 2 Unit.

3. Nama Peralatan : Truck Tippler.

Kegunaan : Memasukkan atau membongkar muatan tebu dari

truck menuju cane carrier.

Kapasitas : 15 Ton.

Tahun : 1981.

Jumlah : 1 Unit.

4. Nama Peralatan : Cane Stacker.

Kegunaan :Memindahkan tebu dari Cane Yard ke Cane

Feeding Table.

Kapasitas : 3 Ton.

Merek : Cuterpillar.

Tahun : 1981.

Jumlah : 5 Unit.

5. Nama Peralatan : Cane Feeding Table.

Kegunaan : Menampung dan memasukan tebu yang akan

dipotong pada Cane Carier.

Kapasitas : 4000 ton/hari.

Ukuran (pxl) : 7,5 m x 6 m

Kecepatan : 5 meter/menit.

Daya : 11 Kw

Tegangan : 220/380 V

Phase : 3 phase

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Merek : KHI Japan.

Tahun : 1980.

Jumlah : 2 Unit.

6. Nama Peralatan : Juice Weigthing Scale.

Kegunaan : Timbangan nira mentah.

Kapasitas : 60 ton.

Ukuran : 2500 × 2050 mm.

Merek : Triveni Japan.

Tahun : 1981.

Jumlah : 1 Unit

7. Nama Peralatan : Raw Juice Tank.

Kegunaan : Tangki penampunga nira mentah.

Volume : 20 m2.

Ukuran : 2000 x 7300 x 1200 mm.

Jumlah : 2 Unit.

8. Nama Peralatan : Juice Heater.

Kegunaan : Pemanas nira mentah.

Luas pemanas : 240 m2

Panjang Pipa pemanas : 4400 mm

Tinggi Pipa Pemanas : 1,5 mm

Diameter Pipa Pemanas : 36 mm

Normal Steam : 0,6 Kg/ Cm2

Merek : KHI Japan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tahun : 1981.

Jumlah : 5 Unit.

9. Nama Peralatan : Defekator (Pre Liming Tank).

Kegunaan : Mengatur PH nira menjadi 8,5-10,5.

Diameter : 1900 mm.

Kapasitas : 3 m3/jam

Diameter : 1500 mm

Tinggi : 1400 mm.

Kecepatan pengadukan : 500 rpm

Volume : 3 m3 .

10. Nama Peralatan : Clarifier Tank.

Kegunaan :Mengendapkan kotoran yang melayang dan

membuang gas-gas yang mengganggu jalannya

pengendapan.

Tipe : Rapt door 444 type.

Diameter : 10360 mm.

Tinggi : 5490 mm.

Volume : 470 m3.

Putaran : 9-10 rpm

Suhu nira masuk : 105oC

Suhu nira keluar : 98oC

11. Nama Peralatan : Vacum Filter.

Kegunaan : Penyaring nira kotor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tipe : Rotari Vacum Olwer Coumbelt Filter.

Drum dimension : 305 mm x 4800 mm.

Kapasitas : 20 ton/jam.

12. Nama Peralatan : Quadruple Evaporator.

Kegunaan : Tangki untuk penguapan nira.

Heating Surface : 1500 m2.

Merek : K.H.I/ Calandria.

Tahun : 1981.

Jumlah : 2 Unit.

13. Nama Peralatan : Toladura Reaction Tank.

Kegunaan : Tangki untuk pencampuran nira kental dengan

susu kapur dan asam phose.

Volume : 1,5 m3.

Ukuran : 1105 × 1560 mm.

Merek : Vertical Cylidrical.

Tahun : 1981.

Jumlah : 1 Unit.

14. Nama Peralatan : Toladura Aeration Tank.

Kegunaan :Tangki untuk pencampuran nira kental dan

fucolant.

Kapasitas : 90 liter.

Ukuran : 450 × 2738 mm.

Merek : Trivem.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tahun : 1981.

Jumlah : 1 Unit.

15. Nama Peralatan : Boiler.

Kegunaan : Sumber penghasil uap bertekanan .

Kapasitas : 60 ton/ jam.

Merek : Yoshimine Boiler.

Tekanan Boiler : 24 kg/cm3.

Suhu : 3250.

Jenis Ketel : Ketel Pipa Air.

Tahun : 1981.

Jumlah : 2 Unit.

Jumlah Pipa : 1339 buah.

16. Nama Peralatan : Turbin Generator.

Kegunaan : Pembangkit tenaga listrik dengan penggerak turbin

uap dan diesel generator.

a. Spesifikasi Turbin

Merek : Shinko.

Tipe : BG5-R4-R.

Output : 3600 KW.

Tekanan Uap : 18 kg/cm2.

Temperatur Uap : 325 0C.

Exhaust Pressure : 1,0 kg/cm2.

Revolution : 7275 rpm/1500 rpm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Weight : 1400 kg.

Jumlah : 2 unit.

Tahun : 1982.

b. Spesifikasi Generator

Merek : Shinko.

Tipe : FKJL-AF-1200.

Output : 3600 KW.

Voltage : 6000 volt.

Current : 433 A.

Frekuensi : 50 Hz.

Speed : 1500 rpm.

Ext. Voltage : 150 volt.

17. Nama Peralatan : Transformator.

Kegunaan : Sebagai alat menurunkan dan menaikkan tegangan

arus listrik .

a. Transformator 1000 KVA

Tipe : Onan.

Power : 1000 RVA.

Frekuensi : 50 Hz.

Buatan : Hitachi Zosen Japan.

Tahun :1983.

b. Transformator 250 KVA

Tipe : Onan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Power : 250 RVA.

Frekuensi : 50 Hz.

Buatan : Hitachi Zosen Japan.

Tahun :1983.

c. Transformator 200 KVA

Tipe : Onan.

Power : 200 RVA.

Frekuensi : 50 Hz.

Buatan : Hitachi Zosen Japan.

Tahun :1983.

Berdasarkan spesifikasi mesin dan peralatan diatas, dapat diketahui bahwa

rata-rata umur mesin tersebut 32 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mesin

tersebut sudah tua dan efisiensi mesin tersebut berkurang sehingga mesin tersebut

tidak dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu, sebaiknya mesin produksi

tersebut diganti. Akan tetapi, apabila mesin-mesin tersebut diganti dengan yang

baru, biayanya sangat tinggi sehingga pihak Pabrik Gula Kwala Madu mengambil

tindakan melakukan perawatan mesin selama 6 bulan agar mesin tersebut masih

tetap layak untuk dipakai.

2.7. Utilitas

Utilitas adalah fasilitas pendukung kelancaran proses produksi di suatu

pabrik. Kebutuhan akan utilitas di Pabrik Gula Kwala Madu meliputi:

1. Penyediaan Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Air yang digunakan untuk Pabrik Gula Kwala Madu adalah berasal dari

sungai. Air tersebut tidak langsung digunakan untuk proses produksi maupun

air umpan ketel, sebab air sungai itu belum memenuhi persyaratan untuk

digunakan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan terhadap air agar memenuhi

syarat untuk digunakan. Air yang telah diproses diantaranya adalah air bersih

yang masuk ke dalam storage tank. Air ini dibagikan ke boiler, stasiun

gilingan, stasiun pemurnian, stasiun masakan, untuk air pendingin pada

peralatan dan pompa-pompa stasiun masakan dimana air yang digunakan ini

diproses lagi. Disamping itu air dari storage tank digunakan untuk pencuci

peralatan, lantai dan pemakaian lainnya.

2. Penyediaan Tenaga Listrik

Uap kering yang dihasilkan boiler masuk ke power house untuk

menggerakkan turbin. Turbin menggerakkan gear untuk memutar generator

sehingga dihasilkan arus listrik. Dalam masa giling, listrik yang dihasilkan

digunakan untuk keperluan:

a. Penerangan pabrik, kantor dan komplek perumahan.

b. Penggerak alat-alat proses produksi.

Sedangkan di luar masa giling, pembangkit listrik yang digunakan adalah

mesin diesel dan listrik yang dihasilkan digunakan untuk keperluan

penerangan, workshop, penggerak motor listrik dan lain-lain.

3. Penyediaan Tenaga Uap

Penyediaan tenaga uap yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu berasal dari

2 unit boiler jenis pipa air dengan tipe H-1600S dengan kapasitas masing-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


masing 60 ton uap/jam dimana uap yang dihasilkan kedua boiler ini berguna

untuk:

a. Penggerak turbin uap generator listrik.

b. Penggerak lima unit turbin penggiling.

c. Perggerak turbin uap Feed Water Pump (pengisian air ketel).

d. Men-suply uap untuk keperluan proses seperti untuk pemurnian,

evaporator, masakan, putaran, sugar dryer and cooler.

4. Workshop

Kegunaan workshop adalah pelayanan teknis, produksi dan pelayanan jasa.

Pabrik Gula Kwala Madu memiliki workshop yang bertugas melayani

perbaikan dan perawatan. Dalam pengoperasian, operator biasanya

mendatangi tempat-tempat dimana terjadinya kerusakan peralatan ataupun

perbaikan di workshop yang ada, antara lain BPT (Bagian Pelayanan Teknis).

Bagian ini berfungsi untuk melayani pekerja-pekerja pabrik yang tidak bisa

dilayani oleh workshop. Contohnya antara lain: pengangkutan tebu dan

pemakaian alat berat.

5. Laboratorium

Laboratorium juga memiliki peranan dalam pengawasan dan penentuan mutu

hasil produksi yang merupakan tujuan utama dari seluruh produksi. Kegiatan

yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut:

a. Analisis pada proses:

1) Tebu, meliputi persentase dari pada sabut, brix, pol, kadar air dan

kotoran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Nira gilingan I sampai IV, meliputi persentase brix, pol, hasil

kemurnian (HK).

3) Ampas, meliputi persentase pol, zat kering, kadar air.

4) Nira mentah, meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar

phospat.

5) Nira encer meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar

phospat.

6) Blotong, meliputi persentase pol, zat kering, air, ampas.

7) Kapur, meliputi persentase CaO aktif, suhu, bau, kotoran.

8) Nira kental, meliputi persentase brix, pol, HK, gula reduksi, sakarosa,

pH.

9) Masakan gula D1, D2, A, B, SHS, meliputi persentase brix, pol, HK,

warna.

10) Tetes, meliputi persentase brix, pol, HK, sakarosa, abu, gula reduksi.

b. Analisa pada utilitas yang meliputi:

1) Pengolahan air.

2) Air Boiler.

3) Air pengisi ketel.

Semua utilitas di atas cukup mendukung kelancaran proses produksi gula

tersebut. Akan tetapi, penyediaan air untuk bahan tambahan produksi gula kurang

baik dikarenakan sumber airnya berasal dari sungai. Sebaiknya, air yang

digunakan berasal dari air yang berasal dari dalam tanah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8. Safety and Fire Protection

Di samping masalah kesejahteraan pekerja, pihak perusahaan juga harus

memperhatikan masalah keselamatan pekerjanya. Keselamatan kerja merupakan

sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian yang

diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Dalam rangka untuk mengantisipasi terjadi

kecelakaan kerja di Pabrik Gula Kwala Madu, maka diberlakukanlah mekanisme

kerja yang terarah dan terukur agar kesejahteraan pekerja dapat tercapai. Adapun

kebijakan yang dibuat oleh pihak perusahaan dalam menerapkan program

keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Untuk stasiun kerja penggilingan, pemurnian dan pengguapan, para pekerja

diharuskan untuk memakai masker pelindung.

2. Pelindung telinga digunakan khusus bagi para pekerja yang berada di stasiun

penggilingan.

3. Untuk pekerja laboratorium menggunakan sarung tangan untuk melindungi

tangan dari bahan kimia berbahaya.

4. Tersedianya alat pemadam kebakaran yang memadai pada berbagai tempat

yang rawan kebakaran.

Disamping alat pelindung diri, perusahaan juga melindungi pekerja dengan

membuat pagar pengaman terhadap mesin dan peralatan khususnya mesin-mesin

pengerak, bagian-bagian yang berputar, dan roda gigi.

Untuk pengamanan arus listrik maka saklar-saklar ditempatkan pada posisi

yang mudah dijangkau dan tertutup, sekring-sekring harus pada panel tertutup,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kabel listrik harus berpasang bagus agar tidak terjadi aliran listrik bila terjadi hal-

hal yang membahayakan keselamatan kerja.

Pada kenyataannya, banyak pekerja yang tidak menggunakan alat

pelindung diri saat bekerja. Hal ini akan memberikan dampak negatif pada

kesehatan dan keselamatan pekerja tersebut. Sebaiknya pihak perusahaan lebih

memperhatikan hal tersebut, supaya keselamatan dan kesehatan pekerja tetap

terjaga.

2.9. Waste Treatment

Penanganan limbah dari Pabrik Gula Kwala Madu yang berupa ampas

tebu dan minyak gula telah menjadi perhatian khusus oleh pihak perusahaan.

Pihak perusahaan menyediakan tempat limbah tersebut agar mudah untuk diolah

kembali.

Limbah tersebut terdiri dari limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.

Penanganan ketiga jenis limbah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penanganan Limbah Cair

Limbah cair (tetes) merupakan produk sisa pada proses pembuatan gula.

Tetes diperoleh dari hasil pemisahan gula low grade dimana gula dalam gula

tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Gula tetes yang dihasilkan sekitar 5-6%

dari proses pengolahan tebu. Pabrik Gula Kwala madu dengan kapasitas 4000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ton tebu per hari menghasilkan tetes sekitar 200 ton sampai 240 ton tetes per

hari. Limbah cair dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Komposisi yang penting dalam tetes adalah TSAI (Total Sugar as Invert)

yaitu gabungan dari sukrosa dan gula reduksi. Limbah tetes (bioethanol

molase) ini mengalami pengenceran karena kadar gula dalam tetes tebu

terlalu tinggi untuk difermentasi. Setelah proses fermentasi cairan

dimasukkan ke dalam boiler dan selanjutnya didistilasi sampai kadar

etanolnya mencapai 95%.

b. Penanganan Limbah Padat

Salah satu limbah padat yang dihasilkan pabrik gula adalah blotong. Limbah

ini keluar dari proses pemurnian nira dalam bentuk padat, mengandung air

dan masih bertemperatur cukup tinggi berbentuk seperti tanah. Blotong

sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari

nira. Penggunaan daur ulang blotong di Pabrik Gula Kwala Madu adalah

sebagai pupuk organik yang kemudian digunakan untuk produksi tebu di

wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Sebelum blotong digunakan, limbah

tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dan dijemur di tempat penumpukan

blotong.

Limbah padat yang lainnya adalah ampas tebu. Ampas tebu diperoleh pada

saat proses penggilingan dan pemerasan nira. Ampas tebu dari mesin gilingan

kemudian diangkut melalui 1 unit konveyor, dimana ampas kasar dibawa ke

boiler untuk bahan bakar dan dipisahkan dengan ampas halus.

c. Penanganan Limbah Gas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Limbah gas Pabrik Gula Kwala Madu meliputi gas cerobong ketel dan gas

SO2 dari cerobong reaktor pemurnian. Limbah tersebut diatasi dengan

penggunaan cerobong yang cukup tinggi dan juga letak pabrik tidak terlalu

dekat dengan pemukiman warga sekitar sehingga tidak berhubungan langsung

terhadap udara di lingkungan sekitar masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Perawatan (Maintenance)

Perawatan (Maintenance) adalah hal yang sangat penting agar mesin selalu

dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Perawatan adalah fungsi yang memonitor

dan memelihara fasilitas pabrik, peralatan, dan fasilitas kerja dengan merancang,

mengatur, menangani, dan memeriksa pekerjaan untuk menjamin fungsi dari unit

selama waktu operasi (uptime) dan meminimisasi selang waktu berhenti

(downtime) yang diakibatkan oleh adanya kerusakan maupun perbaikan. 3

Pemeliharaan (maintenance), menurut The American Management

Association, Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerja yang berulang yang

dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan

sesuai dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efesien . Menurut corder

(1992) maintenance didefenisikan sebagai sesuatu kombinasi dari berbagai

tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau

memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima.

Pemeliharaan/maintenance adalah suatu kegiatan untuk menjamin bahwa

aset fisik dapat secara kontiniu memenuhi fungsi yang diharapkan. Maintenance

hanya dapat memberikan kemampuan bawaan dari setiap komponen yang di

rawatnya, bukan untuk meningkatkan kemampuannya.

3
R. Manzini, et al. Maintenance for Industrial Systems (London : Springer, 2010), p. 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan utama dari perawatan (maintenance) antara lain:4

1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu

tempat kerja, bangunan, dan isinya). Hal ini paling penting di negara

berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk pergantian.

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi atau jasa dan mendapatkan laba investasi (return on investment)

maksimum yang mungkin.

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan

dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam

kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.

4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

3.2. Pengklasifikasian Perawatan

Klasifikasi dari perawatan mesin adalah:

1. Preventive Maintenance

Preventive Maintenance adalah salah satu komponen penting dalam

aktivitas perawatan (maintenance). Preventive maintenance adalah aktivitas

perawatan yang dilakukan sebelum terjadinya kegagalan atau kerusakan pada

sebuah sistem atau komponen, dimana sebelumnya sudah dilakukan perencanaan

dengan pengawasan yang sistematik, deteksi, dan koreksi, agar sistem atau

komponen tersebut dapat mempertahankan kapabilitas fungsionalnya. Beberapa

tujuan dari preventive maintenance adalah mendeteksi lebih awal terjadinya

4
Antony Corder. Teknik Manajemen Pemeliharaan (Jakarta : Erlangga, 1992) h.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kegagalan/kerusakan, meminimalisasi terjadinya kegagalan dan meminimalkan

kegagalan produk yang disebabkan oleh kerusakan sistem. Ada empat faktor dasar

dalam memutuskan penerapan preventive maintenance:

a. Mencegah terjadinya kegagalan.

b. Mendeteksi kegagalan.

c. Mengungkap kegagalan tersembunyi (hidden failure).

d. Tidak melakukan apapun karena lebih efektif daripada dilakukan

pergantian.

Dengan mengidentifikasi keempat faktor dalam melaksanakan preventive

maintenance, terdapat empat kategori dalam mengspesifikasikan preventive

maintenance. Keempat ketegori tersebut adalah sebagai berikut:

a. Time-Directed (TD) adalah perawatan yang diarahkan secara langsung

pada pencegahan kegagalan atau kerusakan.

b. Condition-Directed (CD) adalah perawatan yang diarahkan pada deteksi

kegagalan atau gejala-gejala kerusakan.

c. Failure-Finding (FF) adalah perawatan yang diarahkan pada penemuan

kegagalan tersembunyi.

d. Run-to-Failure (RTF) adalah perawatan yang didasarkan pada

pertimbangan untuk menjalankan komponen hingga rusak karena pilihan

lain tidak memungkinkan atau tidak menguntungkan dari segi ekonomi.

2. Predictive Maintenance

Predictive maintenance didefinisikan sebagai pengukuran yang dapat

mendeteksi degradasi sistem, sehingga penyebabnya dapat dieliminasi atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dikendalikan tergantung pada kondisi fisik komponen. Hasilnya menjadi indikasi

kapabilitas fungsi sekarang dan masa depan.

Pada dasarnya, predictive maintenance berbeda dengan preventive

maintenance dengan berdasarkan kebutuhan perawatan pada kondisi aktual mesin

dari pada jadwal yang telah ditentukan. Dapat dikatakan bahwa preventive

maintenance bersifat time-based, seperti pergantian oli setiap 3000 jam kerja. Hal

ini tidak memperhatikan performa dan kondisi aktual mesin. Jika dilakukan

pemeriksaan, mungkin penggantian oli dapat diperpanjang hingga 5000 jam kerja.

Hal ini yang membedakan antara preventive maintenance dengan predictive

maintenance dimana predictive maintenance menekankan kegiatan perawatan

pada kondisi aktual.

3. Time Directed Maintenance

Time directed maintenance dapat dilakukan apabila variabel waktu dari

komponen atau sistem diketahui. Kebijakan perawatan yang sesuai untuk

diterapkan pada time directed maintenance adalah periodic maintenance dan on-

condition maintenance. Periodic maintenance (hard time maintenance) adalah

perawatan pencegahan yang dilakukan secara terjadwal dan bertujuan untuk

mengganti sebuah komponen atau system berdasarkan interval waktu tertentu.

On-condition maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan

berdasarkan kebijakan operator.

4. Condition Based Maintenance

Condition Base Maintenance merupakan aktivitas perawatan pencegahan

yang dilakukan berdasarkan kondisi tertentu dari suatu komponen atau sistem,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang bertujuan untuk mengantisipasi sebuah komponen atau sistem agar tidak

mengalami kerusakan. Karena variable waktunya tidak pasti diketahui, kebijakan

yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah predictive maintenance. Predictive

Maintenance merupakan suatu kegiatan perawatan yang dilakukan dengan

menggunakan sistem monitoring, misalnya analisis dan komposisi gas.

5. Failure Finding

Failure Finding merupakan kegiatan perawatan pencegahan yang

bertujuan untuk mendeteksi kegagalan yang tersembunyi, dilakukan dengan cara

memeriksa fungsi tersembunyi (hidden function) secara periodik untuk

memastikan kapan suatu komponen mengalami kegagalan.

6. Run to Failure

Run to Failure tergolong sebagai perawatan pencegahan karena faktor

ketidaksengajaan yang bisa saja terjadi dalam beberapa peralatan. Disebut juga

sebagai no schedule maintenance karena dilakukan jika tidak ada tindakan

pencegahan yang efektif dan efisien yang dapat dilakukan, jika dilakukan tindakan

pencegahan terlalu mahal atau dampak kegagalan tidak terlalu esensial (tidak

terlalu berpengaruh).

7. Corrective Maintenance

Corrective Maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan

untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu

preventive maintenance. Pada umumnya, corrective maintenance bukanlah

aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah

komponen atau sistem ke kondisi semula.

3.3. Reliability Centered Maintenance

Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan sebuah proses teknik

logika untuk menentukan tugas-tugas pemeliharaan yang akan menjamin sebuah

perancangan system keandalan dengan kondisi pengoperasian yang spesifik pada

sebuah lingkungan pengoperasian yang khusus. 5 Penekanan terbesar pada RCM

adalah menyadari bahwa konsekuensi atau resiko kegagalan adalah jauh lebih

penting dari pada karakteristik teknik itu sendiri. RCM dapat didefinisikan

sebagai sebuah proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus

dilakukan untuk menjamin bahwa beberapa asset fisik dapat berjalan secara

normal melakukan fungsi yang di inginkan penggunaannya dalam konteks operasi

sekarang.

Penelitian mengenai RCM pada dasarnya berusaha menjawab tujuh

pertanyaan utama tenteng item/peralatan yang di teliti. Ketujuh pertanyaan

mendasar adalah:

1. Apakah fungsi dan hubungan performasi standar dari item dalam konteks

pada saat ini (system function)?

2. Bagaimana item/peralatan tersebut rusak dalam menjalankan fungsinya

(functional failure)?

5
Timoty C. Kister. Maintenance planning and scheduling (USA : Elsevier, 2006) p. 98-99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi tersebut (failure

mode)?

4. Apakah yang terjadi pada saat terjadi kerusakan (failure effect)?

5. Bagaimana masing-masing kerusakan tersebut terjadi (failure

consequence)?

6. Apakah yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing-

masing kegagalan tersebut (proactive task and task interval)?

7. Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak

berhasil ditemukan?

RCM merupakan suatu teknik yang dipakai untuk mengembangkan

Preventive maintenance. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa keandalan dari

peralatan dan stuktur dari kinerja yang akan dicapai adalah fungsi dari

perencanaan dan kualitas pembentukan preventive maintenance yang efektif.

Perencanaan tersebut juga meliputi komponen pengganti yang telah diprediksikan

dan direkomendasikan. RCM didefinisikan sebagai sebuah proses yang digunakan

untuk menentukan kebutuhan perawatan terhadap aset yang bersifat fisik dalam

konteks operasinya. Secara mendasar, metodologi RCM menyadari bahwa semua

peralatan pada sebuah fasilitas tidak memiliki tingkat prioritas yang sama. RCM

menyadari bahwa disain dan operasi dari peralatan berbeda-beda sehingga

memiliki peluang kegagalan yang berbeda-beda juga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.1. Langkah-langkah Penerapan RCM

Sebelum menerapkan RCM, harus ditentukan lebih dulu langkah-langkah

yang diperlukan dalam RCM. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam

RCM dijelaskan dalam bagian berikut: 6

1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Berikut ini akan dibahas secara terpisah anatar pemilihan sistem dan

pengumpulan informasi.

a. Pemilihan Sistem

Ketika memutuskan untuk menerapkan program RCM pada fasilitas ada

dua pertanyaan yang timbul., yaitu:

1) Pada tingkat assembly yang keberapa proses analisis akan dilakukan.

Proses analisis RCM sebaiknya dilakukan pada tingkat sistem bukan

pada tingkat komponen. Dengan proses analisis pada tingkat sistem

akan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai fungsi dan

kegagalan fungsi komponen terhadap sistem.

2) Apakah seluruh sistem akan dilakukan proses analisis dan bila tidak

bagaimana dilakukan pemilihan sistem.

Tidak semua sistem akan dilakukan proses analisis. Hal ini

disebabkan karena bila dilakukan proses analisis secara bersamaan

untuk dua sistem atau lebih proses analisis akan sangat luas. Selain

itu, proses analisis akan dilakukan secara terpisah, sehingga dapat

6
Antonhy M. Smith. RCM-Gateway To World Class Maintenance (USA : Elsevier, 2004) p. 71-
132

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lebih mudah untuk menunjukkan setiap karakteristik sistem dari

fasilitas (mesin/peralatan) yang dibahas.

b. Pengumpulan Informasi

Pengumpulan informasi berfungsi untuk mendapatkan gambaran dan

pengertian yang lebih mendalam mengenai sistem dan bagaimana

sistem bekerja. Pengumpulan informasi ini juga akan dapat digunakan

dalam analisis RCM pada tahapan selanjutnya. Informasi-informasi

yang dikumpulkan dapat melalui pengamatan langsung di lapangan,

wawancara, dan sejumlah buku referensi. Informasi yang dikumpulkan

antara lain cara kerja mesin, komponen utama mesin, spesifikasi mesin

dan rangkaian sistem permesinan.

2. Pendefinisian Batasan Sistem

Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari

kekompleksitasan fasilitas, karena itu perlu dilakukan definisi batas sistem. Lebih

jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang

tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya.

3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi

Dalam tahap ini ada lima fungsi informasi yang harus di kembangkan

yaitu penguraian sistem, blok diagram fungsi, masukan dan keluaran sistem, dan

data historis peralatan serta system work breakdown structure (SWBS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Penguraian Sistem

Langkah pendeskripsian sistem diperlukan untuk mengetahui

komponen-komponen yang terdapat di dalam sistem tersebut dan

bagaimana komponen-komponen yang terdapat dalam sistem tersebut

beroperasi. Sedangkan informasi fungsi peralatan dan cara sistem

beroperasinya dapat dipakai sebagai informasi untuk membuat dasar

untuk menentukan kegiatan pemeliharaan pencegahan. Keuntungan

yang didapat dari pendeskripsian sistem adalah:

1) Sebagai dasar informasi tentang desain dan cara sistem

beroperasinya yang dipakai sebagai acuan untuk kegiatan

pemeliharaan pencegahan di kemudian hari.

2) Diperoleh pengetahuan sistem secara menyeluruh.

3) Untuk mengidentifikasi parameter-parameter yang menyebabkan

kegagalan sistem.

b. Blok Diagram Fungsi

Melalui pembuatan blok diagram fungsi suatu sistem maka masukan,

keluaran dan interaksi antara susb-sub sistem tersebut dapat tergambar

dengan jelas.

c. Masukan dan Keluaran Sistem

Bagian menggambarkan proses transformasi dari faktor masukan

menjadi keluaran. Sebagai contoh arus listrik masuk ke dalam

subsistem pompa adalah untuk menggerakkan motor pompa. Pada saat

switch dalam keadaan on, maka motor akan bergerak. Motor pompa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang bergerak akan menggerakkan shaft, shaft akan menggerakan

impeller. Arus listrik yang masuk ditransformasikan menjadi energi

untuk menggerakkan pompa memindahkan fluida.

d. Data Historis Peralatan

Data historis ini berisikan informasi perkembangan dari sistem (mesin

dan peralatan) dari awal pengoperasian hingga saat terakhir. Informasi

ini dapat berupa penggantian komponen, penambahan kapasitas,

kecelakaan kerja akibat kegagalan fungsi atau perubahan design.

Informasi ini akan sangat berguna dalam pengkajian langkah-langkah

selanjutnya.

e. System Work Breakdown Structure (SWBS)

System Work Breakdown Structure dikembangkan bersamaan dengan

Program Evaluation and Review Technique (PERT) oleh Departemen

Pertahanan Amerika Serikat (DoD). Pada tahap ini akan digambarkan

himpunan daftar peralatan untuk setiap bagian-bagian fungsi sub

sistem. Sistem ini terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dari

subsistem dan komponen. Pada Gambar 3.1. berikut ini merupakan

contoh system work breakdown structure (SWBS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.1. Contoh System Work Breakdown Structure
Sumber: Antonhy M.Smith, RCM-Gateway To World Class Maintenance.

4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Fungsi (Function) adalah kinerja (performance) yang diharapkan oleh

suatu sistem untuk dapat beroperasi. Functional Failure (FF) didefinisikan

sebagai ketidakmampuan suatu komponen atau sistem untuk memenuhi standar

prestasi (performance standard) yang diharapkan. Persyaratan maintenance dari

setiap item hanya dapat ditentukan bila fungsi-fungsi dari setiap dipahami secara

jelas. Ada bebarapa kategori fungsi:

a. Fungsi Primer

Setiap aset dioperasikan untuk memenuhi suatu fungsi atau beberapa

fungsi spesifik. Ini dikenal sebagai fungsi primer. Fungsi ini

menyebabkan aset itu ada dan merupakan keterkaitan dari setiap orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang ingin mengembangkan program maintenance. Fungsi primer

biasanya sesuai dengan nama item-nya.

b. Fungsi Sekunder

Hampir setiap item memiliki pula sejumlah fungsi sekunder yang

kadang-kadang melebihi jumlah fungsi primer, namun kegagalan

mereka masih menimbulkan konsekuensi yang serius, terkadang

melebihi dari pada kegagalan pada fungsi primer. Ini berarti kebutuhan

untuk mempertahankan fungsi sekunder membutuhkan usaha dan waktu

sebagiamana pada fungsi primer, jadi perlu diidentifikasi dengan jelas.

Fungsi sekunder memiliki unsur containment, support, appearance,

hygiene dan gauges.

Definisi kegagalan fungsional mencakup kerugian fungsionalnya dan

situasi dimana prestasinya jatuh dari batas yang dapat diterima. Dalam hal ini,

standar prestasi fungsional yang terkait dengan mudah untuk didefinisikan. Tetapi

masalah tidak semudah itu bilamana pandangan terhadap kegagalan melibatkan

banyak pertimbangan dari banyak orang. Yang perlu menjadi perhatian di sini

adalah standar prestasi yang digunakan untuk menentukan kegagalan fungsional,

menentukan tingkat maintenance pencegahan yang dibutuhkan untuk mencegah

kegagalan. Dalam prakteknya, banyak waktu dan energi yang dihemat bila standar

prestasi disetujui sebelum kegagalan terjadi, dan bila setiap orang bertindak

dengan dasar standar tersebut apabila kegagalan memang terjadi. Inilah sebabnya

mengapa standar ini harus didefinisikan secara jelas untuk setiap item peralatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam konteks operasinya dan juga mengapa mereka harus di-set oleh engineer

(maintenance dan designer) bersama-sama dengan orang operasional.

5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi

desain sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari

sistem yang terdiri dari komponen komponen dan menganalisis pengaruh-

pengaruhnya terhadap keandalan sistem tersebut. Dengan penelusuran pengaruh-

pengaruh kegagalan komponen sesuai dengan level sistem, item-item khusus yang

kritis dapat dinilai dan tindakan-tindakan perbaikan diperlukan untuk

memperbaiki desain dan mengeliminasi atau mereduksi probabilitas dari mode-

mode kegagalan yang kritis, Davidson, John [1988].

Dari analisis ini dapat diprediksi komponen mana yang kritis, yang sering

rusak dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut maka sejauh mana

pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara keseluruhan, sehingga akan dapat

diberikan perilaku lebih terhadap komponen tersebut dengan tindakan

pemeliharaan yang tepat. Penggunaan metode FMEA secara umum dibatasi

dengan waktu dan sumber-sumber yang tersedia dan kemampuan untuk

mendapatkan database yang cukup detail pada saat menganalisis (sebagai contoh

pendefinisian sistem akurat, gambar terbaru /up to date) data failure rate.

Risk Priority Number (RPN) adalah sebuah pengukuran dari resiko yang bersifat

relatif. RPN diperoleh melalui hasil perkalian antara rating Severity, Occurrence

dan Detection. RPN ditentukan sebelum mengimplementasikan rekomendasi dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tindakan perbaikan, dan ini digunakan untuk mengetahui bagian manakah yang

menjadi prioritas utama berdasarkan nilai RPN tertinggi.

RPN = Severity x Occurrence x Detection

RPN = S x O x D

Hasil dari RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang dianggap

beresiko tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga komponen

yang membentuk nilai RPN tersebut. Ketiga komponen tersebut adalah:

a. Severity (S)

Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode

kegagalan terhadap keseluruhan mesin. Nilai rating Severity antara 1 sampai

10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang

sangat besar terhadap sistem. Berikut adalah nilai severity secara umum dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Nilai Severity


Rating Criteria of Severity Effect
10 Tidak berfungsi sama sekali
9 Kehilangan fungsi utama dan menimbulkan peringatan
Dapat membahayakan operator mesin
8 Kehilangan fungsi utama
Energi listrik tidak dapat dihasilkan
7 Pengurangan fungsi utama
Gangguan terhadap line electricity production
6 Kehilangan kenyamanan fungsi pengguna
5 Mengurangi kenyamanan fungsi pengguna
4 Perubahan fungsi dan banyak pekerjaan menyadari adanya masalah
3 Tidak terdapat efek dan pekerjaan menyadari adanya masalah
2 Tidak terdapat efek dan pekerja tidak menyadari adanya masalah
1 Tidak ada efek
Sumber: Antonhy M.Smith, RCM-Gateway To World Class Maintenance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Occurence (O)

Occurence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau kegagalan.

Occurence berhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang

muncul akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai rating Occurence

antara 1 sampai 10. Berikut adalah nilai Occurence secara umum dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Nilai Occurrence


Rating Probalility of Occurrence
10 Lebih besar dari 50 per jam penggunaan
9 35-50 per 7200 Jam penggunaan
8 31-35 per 7200 Jam Penggunaan
7 26-30 per 7200 Jam Penggunaan
6 21-25 per 7200 Jam penggunaan
5 15-20 per 7200 Jam Penggunaan
4 11-15 per 7200 Jam Penggunaan
3 5-10 per 7200 Jam Penggunaan
2 Lebih kecil dari 5 per 7200 jam penggunaan
1 Tidak pernah sama sekali
Sumber: Antonhy M.Smith, RCM-Gateway To World Class Maintenance.

c. Detection (D)

Deteksi diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang

memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode kegagalan. Nilai

rating deteksi antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang

terjadi sangat sulit terdeteksi. Berikut adalah nilai Detection secara umum

dapat dilihat pada Tabel 3.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.3. Nilai Detection
Rating Detection Design Control
10 Tidak mampu terdeteksi
9 Kesempatan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk terdeteksi
8 Kesempatan yang sangat rendah dan sulit untuk mendeteksi bentuk penyebab
kegagalan
7 Kesempatan yang sangat rendah untuk terdeteksi
6 Kesempatan yang sedang rendah untuk terdeteksi
5 Kesempatan yang sedang untuk terdeteksi
4 Kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi
3 Kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi
2 Kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi
1 Pasti terdeteksi
Sumber: Antonhy M.Smith, RCM-Gateway To World Class Maintenance.

6. Logic Tree Analysis (LTA)

Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) memiliki tujuan untuk memberikan

prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi, kegagalan

fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Prioritas suatu mode

kerusakan dapat diketahui dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah

disediakan dalam LTA ini.

Pada bagian kolom tabel LTA mengandung informasi mengenai nomor dan

nama kegagalan fungsi, nomor dan mode kerusakan, analisis kekritisan dan

keterangan tambahan yang dibutuhkan. Analisis kekritisan menempatkan setiap

mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori. Empat hal yang penting dalam

analisis kekritisan yaitu sebagai berikut:

a. Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi

ganguan dalam sistem?

b. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian

mesin terhenti?

d. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi dalam 4 kategori,

yakni:

1) Kategori A (Safety problem)

2) Kategori B (Outage problem)

3) Kategori C (Economic problem)

4) Kategori D (Hidden failure)

Pada Gambar 3.2. dapat dilihat struktur pertanyaan dari Logic Tree Analysis

(LTA).

Gambar 3.2. Logic Tree Analysis Structure

Sumber: Antonhy M.Smith, RCM-Gateway To World Class Maintenance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Pemilihan Tindakan

Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini

akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Jika tugas

pencegahan secara teknis tidak menguntungkan untuk dilakukan, tindakan standar

yang harus dilakukan bergantung pada konsekuensi kegagalan yang terjadi.

a. Jika tindakan pencegahan tidak dapat mengurangi resiko terjadinya kegagalan

majemuk sampai suatu batas yang dapat diterima, maka perlu dilakukan tugas

menemukan kegagalan secara berkala. Jika tugas menemukan kegagalan

berkala tersebut tidak menghasilkan apa-apa, maka keputusan standard

selanjutnya yang wajib dilakukan adalah mendesain ulang sistem tersebut

(tergantung dari konsekuensi kegagalan majemuk yang terjadi). Jika tindakan

pencegahan tidak dapat mengurangi resiko terjadinya kegagalan yang dapat

mengancam keselamatan ataupun dampak lingkungan sampai batas aman,

maka sebaiknya dilakukan desain ulang maupun perubahan terhadap sistem

tersebut.

b. Jika tindakan pencegahan dilakukan, akan tetapi biaya proses total masih lebih

besar daripada jika tidak dilakukan, yang dapat menyebabkan terjadinya

konsekuensi operasional, maka keputusan awalnya adalah tidak perlu

dilakukan maintenance terjadwal (jika hal ini telah dilakukan dan ternyata

konsekuensi operasional yang terjadi masih terlalu besar, maka sudah saatnya

untuk dilakukan desain ulang terhadap sistem).

c. Jika dilakukan tindakan pencegahan, akan tetapi biaya proses total masih lebih

besar dari pada jika tidak dilakukan tindakan pencegahan, yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menyebabkan terjadinya konsekuensi non operasional, maka keputusan

awalnya adalah tidak perlu dilakukan maintenance terjadwal, akan tetapi

apabila biaya perbaikannya terlalu tinggi, maka sekali lagi sudah saatnya

dilakukan desain ulang terhadap sistem.

3.4. Pola Distribusi

Pola distribusi kerusakan mesin atau komponennya biasanya merupakan

distribusi Weibull, Lognormal, Eksponensial dan Normal. Pola-pola berikut ini

merupakan pola yang umum menggambarkan distribusi kerusakan komponen

mesin.

3.4.1. Distribusi Weibull

Distribusi ini dikembangkan oleh W. Weibull pada awal tahun 1950.

Distribusi Weibull adalah salah satu distribusi yang penting pada teori reliability.

Distribusi Weibull sangat luas digunakan untuk analisa kehilangan performansi

pada sistem kompleks di dalam sistem engineering. Secara umum, distribusi ini

dapat digunakan untuk menjelaskan data saat waktu menunggu hingga terjadi

kejadian dan untuk menyatakan berbagai fenomena fisika yang berbeda-beda.

Dengan demikian, distribusi ini dapat diterapkan pada analisa resiko karena dapat

menduga umur pakai (life time) komponen. Fungsi-fungsi dari distribusi Weibull:

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Fungsi Distribusi Kumulatif

3. Fungsi Keandalan

4. Fungsi Laju Kerusakan

5. Mean Time To Failure (MTTF)

MTTF adalah rata-rata waktu atau interval waktu kerusakan mesin atau

komponen dalam distribusi kegagalan.

Γ = Fungsi Gamma, Γ(n) = (n-1)!, dapat diperoleh melalui nilai fungsi gamma.

Dimana, menurut Stirling

Π = 3,142...

e = 2,718...

Parameter β disebut dengan parameter bentuk atau kemiringan weibull

(weibull slope), sedangkan parameter α disebut dengan parameter skala atau

karakteristik hidup. Bentuk fungsi distribusi weibull bergantung pada parameter

bentuknya (β), yaitu:

a. β < 1: Distribusi weibull akan menyerupai distribusi hyper-exponential dengan

laju kerusakan cenderung menurun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. β = 1: Distribusi weibull akan menyerupai distribusi eksponensial dengan laju

kerusakan cenderung konstan.

c. β > 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi normal dengan laju

kerusakan cenderung meningkat.

Gambar 3.3. Pola Distribusi Weibull

3.4.2. Distribusi Lognormal

Distribusi lognormal sangat cocok menggambarkan lamanya waktu perbaikan

suatu komponen. Fungsi-fungsi dari distribusi Lognormal:

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

3. Fungsi Keandalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Fungsi Laju Kerusakan

5. Mean Time To Failure (MTTF)

Kosep reliability distribusi Lognormal tergantung pada nilai μ (rata-rata)

dan σ (standar deviasi).

Gambar 3.4. Pola Distribusi Lognormal

3.4.3. Distribusi Eksponensial

Distribusi ini secara luas digunakan dalam kehandalan dan perawatan. Hal

ini dikarenakan distribusi ini mudah digunakan untuk berbagai tipe analisis dan

memiliki laju kegagalan yang konstan selama masa pakai. Fungsi-fungsi dari

distribusi Eksponensial:

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Fungsi Distribusi Kumulatif

3. Fungsi Keandalan

4. Fungsi Laju Kerusakan

5. Mean Time To Failure (MTTF)

Gambar 3.5. Pola Distribusi Eksponensial

3.4.4. Distribusi Normal

Distribusi normal adalah distribusi yang paling sering dan umum

digunakan. Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss yang ditemukan oleh

Carl Friedrich Gauss (1777-1855). Fungsi-fungsi dari distribusi Normal adalah:

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Fungsi Distribusi Komulatif

3. Fungsi Keandalan

4. Fungsi Laju Kerusakan

5. Mean Time To Failure (MTTF)

Kosep reliability distribusi normal tergantung pada nilai μ (rata-rata) dan σ

(standar deviasi).

Gambar 3.6. Pola Distribusi Normal

3.5. Teknik-Teknik dalam Analisis Sistem Perawatan

3.5.1. Diagram Pareto

Diagram Pareto pertama sekali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi

yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram ini merupakan sustu gambar yang

mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu dalam menemukan

permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi)

sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Diagram Pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang

mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberi petunjuk dalam

mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah. Selain

itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses,

misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan

terhadap proses. Penyusunan Diagram Pareto sangat sederhana. Proses

penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu:

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya

berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebaginya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-

karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagianya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang

terbesar hingga yang terkecil.

5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang

digunakan.

6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif

masing-masing masalah.

7. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.2. Lembar Pengecekan (Checksheet)

Tujuan dari pembuatan lembar pengecekan ini adalah menjamin bahwa

data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh pemakai untuk diadakan

pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan

tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah.

Tabel 3.4. Contoh Lembar Pengecekan


Kegagalan Komponen Jumlah Kegagalan Komponen Total
Bearing IIIII III 8
Belt IIII 4
Chain III 3
Gear Box IIII 4

3.5.3. Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)

Diagram sebab akibat mirip seperti tulang ikan, sehingga sering juga

disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram). Manfaat diagram sebab

akibat tersebut antara lain:

1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan

perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan

sumber daya, dan dapat mengurangi biaya.

2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan

ketidaksesuaian produk/jasa dan keluhan pelanggan.

3. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang

direncanakan.

4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam

kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.7. Contoh Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik

Gula Kwala Madu (PGKM) yang bergerak dalam bidang industri produksi gula.

Perusahaan ini berlokasi di Pabrik Gula Kwala Madu di Kwala Begumit,

kecamatan Stabat, kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan pada bulan April –

November 2016.

4.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

menggambarkan atau menguraikan aspek-aspek dalam pengukuran efektifitas

mesin. 7

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diamati adalah Proses Produksi Gula dan Sistem Perawatan

Aktual PT. Kwala Madu.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel beserta defenisi operasional variabel yang terdapat

dalam penelitian ini terbagi atas variabel independen dan variabel dependen.

7
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, USU Press, Medan, 2011, hal 29.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.1. Variabel Independen

Variabel independen ataupun variabel bebas merupakan variabel

penelitian yang mempengaruhi dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat. Variabel penelitian yang termasuk ke dalam kategori variabel

independen adalah sebagai berikut:

1. Waktu Perbaikan Korektif

Variabel ini menunjukkan waktu yang diperlukan sebuah komponen/mesin

untuk diperbaiki ketika terjadi kerusakan mendadak sampai komponen/mesin

dapat berfungsi kembali.

2. Waktu antar Kerusakan

Variabel ini menunjukkan lama interval waktu antar kerusakan

komponen/mesin.

3. Nilai Ekspektasi Kerusakan

Variabel ini menunjukkan nilai ekspektasi kerusakan berdasarkan peluang

kerusakan komponen/mesin.

4. Peluang Kerusakan

Variabel ini menunjukkan fungsi kumulatif dari distribusi umur

komponen/mesin yang merupakan probabilitas untuk mengalami kerusakan.

5. Life Time

Variabel ini menunjukkan lama pakai sebuah komponen/mesin dari waktu

dipasang sampai ketika terjadi kerusakan.

6. Downtime Minimum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Variabel ini menunjukkan fraksi waktu terkecil dimana komponen/mesin

berada pada kondisi yang tidak baik/tidak dapat digunakan.

7. Interval Pergantian Optimum

Variabel ini menunjukkan interval waktu untuk pergantian komponen/mesin

dengan mempertimbangkan downtime minimum.

8. Waktu Perbaikan Preventif

Variabel ini menunjukkan waktu yang diperlukan sebuah komponen/mesin

untuk diperbaiki/diganti sebelum terjadi kerusakan (preventive).

4.4.2. Variabel Dependen

Variabel penelitian yang termasuk ke dalam kategori variabel dependen

adalah sebagai berikut:

1. Reliability

Variabel ini menunjukkan probabilitas komponen/mesin dapat beroperasi

dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu kondisi dan waktu

tertentu.

2. Availability

Variabel ini menunjukkan fraksi waktu dimana mesin/komponen dapat

beroperasi sesuai fungsinya ketika diperlukan untuk beroperasi.

4.5. Kerangka Berpikir

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah rancangan kerangka

berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berpikir merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka

berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Keterangan :

Peningkatan Reliability dipengaruhi oleh peluang kerusakan komponen/mesin dan

interval pergantian optimum. Ketika peluang kerusakan komponen/mesin

berkurang maka reliability akan meningkat. Peluang kerusakan ini dipengaruhi

oleh variabel life time dan waktu antar kerusakan dimana semakin besar life time

maka peluang kerusakan juga akan secara kumulatif menjadi lebih besar,

sedangkan waktu antar kerusakan menunjukkan distribusi data yang

mempengaruhi penentuan nilai. Nilai peluang kerusakan akan mempengaruhi

banyaknya ekspetasi kerusakan yang mungkin terjadi. Semakin besar nilai

peluang kerusakan maka nilai ekspetasi kerusakan juga semakin besar. Semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menurunnya nilai ekspektasi ini, akan semakin menekan fraksi waktu downtime

menjadi sekecil mungkin. Downtime minimum akan menentukan interval

pergantian optimum bagi komponen/mesin. Dengan adanya interval pergantian

optimum ini, maka reliability juga akan meningkat. Fraksi waktu downtime yang

semakin menurun (semakin mencapai minimum) akan mempengaruhi

peningkatan availability yang semakin maksimal. Dalam menentukan Downtime

Minimum, juga dipengaruhi oleh waktu perbaikan korektif dan waktu perbaikan

preventif komponen/mesin.

4.6. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui proses

produksi gula, informasi pendukung, masalah yang dihadapi perusahaan.

Selain itu, studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan

dan teori pendukung lainnya.

2. Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ada

dua jenis yaitu:

a. Data primer yaitu urutan proses produksi gula, cara kerja mesin dan cara

perawatan dan perbaikan mesin.

b. Data sekunder antara lain data historis perusahaan, data kerusakan

komponen mesin, waktu pergantian komponen saat kerusakan, dan

komponen-komponen mesin produksi gula.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi terhadap objek penelitian untuk memperoleh data uraian proses

produksi gula, mesin-mesin produksi gula, cara kerja mesin produksi, dan

cara perawatan serta perbaikan mesin.

b. Wawancara dengan teknisi mesin/peralatan untuk mengetahui metode

perbaikan terhadap mesin dan jenis-jenis kerusakan mesin.

c. Dokumentasi data perusahaan untuk mengetahui waktu kerusakan mesin

dan jenis kerusakan mesin.

d. Studi literatur untuk mengetahui penerapan Reliability Centered

Maintenance (RCM).

3. Pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.

4. Analisis terhadap hasil pengolahan data.

5. Penarikan kesimpulan dan diberikan saran untuk penelitian dan perusahaan.

4.7. Metode Pengolahan Data

Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi penyebab masalah nilai downtime perusahaan yang tinggi

berdasarkan kebijakan perawatan mesin aktual dengan menggunakan cause

and effect diagram untuk mengetahui penyebab masalah berdasarkan

pengamatan dan wawancara dan melakukan pengkajian untuk perbaikan

sistem perawatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Reliability Centered Maintenance

Pada proses ini terdapat beberapa langkah yang dapat dilihat pada Gambar

4.2.

MULAI

Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Pendefinisian Batasan Sistem

Deskripsi Sistem dan Diagram Fungsi

Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Logic Tree Analysis (LTA)

Pemilihan Tindakan

SELESAI

Gambar 4.2. Langkah-langkah Metode Reliability Centered Maintenance


Sumber : Antonhy M. Smith. RCM-Gateway To World Class Maintenance (USA :
Elsevier, 2004) p. 71-132.

3. Perhitungan persediaan output untuk mengatasi kekurangan pada Total

Minimum Downtime.

4.8. Metode Analisis Data

Analisis terhadap hasil pengolahan data adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Analisis FMEA untuk menentukan perawatan terhadap mesin kritis.

2. Analisis Total Minimum Downtime (TMD) untuk menentukan jadwal

perawatan.

3. Analisis usulan kegiatan perawatan untuk menetukan sistem perawatan

berdasarkan hasil pengolahan penelitian menggantikan sistem perawatan

aktual.

Blok diagram penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MULAI

Studi Literatur
Studi Pendahuluan
1. Teori Buku
1. Uraian proses produksi
2. Referensi Jurnal Penelitian
2. Informasi pendukung
3. Langkah-langkah
3. Masalah
penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal


Penerapan sistem perawatan sekarang belum optimal
sehingga sering mengganggu keberlangsungan proses
produksi

Pengumpulan Data
1. Data primer
- Urutan proses produksi gula
- Cara kerja mesin
- Jumlah mesin
2. Data sekunder
- Data historis downtime mesin
- Interval kerusakan mesin

Pengolahan Data

1. Identifikasi sistem perawatan sekarang dengan


menggunakan cause effect diagram
2. Reliability Centered Maintenance
3. Perhitungan persediaan untuk mengatasi Total
Downtime Minimum

Analisis Pemecahan Masalah


Merekomendasikan sistem perawatan preventive
kemudian membandingkannya dengan sistem
perawatan perusahaan saat ini

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 4.3. Blok Diagram Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula

Kwala Madu (PGKM). Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data

downtime produksi, data historis penyebab downtime mesin, waktu

penanganan korektif komponen-komponen mesin produksi, metode

perawatan aktual perusahaan dan pengamatan aktual selama penelitian di

PTPN II PGKM.

5.1.1. Data Downtime Produksi

Data downtime pada lantai produksi di PTPN II PGKM merupakan data

selama 6 bulan produksi pada tahun 2015, yaitu pada bulan Februari 2015 sampai

dengan Juli 2015. Penentuan rentang waktu penggunaan data disebabkan karena

PTPN II PGKM beroperasi pada bulan-bulan tersebut selama tahun 2015. Data

dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Downtime Mesin Produksi Tahun 2015


Tahun Bulan Downtime Waktu Operasi Persentase Downtime
(Jam) (Jam) (%)
Februari 56 672 8,33
Maret 84,5 744 11,36
April 76 720 10,56
2015
Mei 81,5 744 10,95
Juni 88 720 12,22
Juli 90 744 12,10
Sumber : Departemen Maintenance PTPN II PGKM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.2. Data Historis Penyebab Downtime Mesin Produksi

Berdasarkan laporan historis downtime mesin pada Lampiran 2, maka data

penyebab downtime mesin, komponen mesin yang bermasalah dan frekuensi

terjadinya penyebab downtime direkapitulasi dan ditampilkan dalam Tabel 5.2.

berikut ini.

Tabel 5.2. Rekapitulasi Penyebab Downtime Produksi PTPN II PG Kwala


Madu Tahun 2015
No. Mesin Komponen Frekuensi
Disc 15
Disc knife 16
Cane knife 14
Mur dan baut 12
Bearing 7
1 Cane Cutter
Mata pisau 13
V-Belt 5
Cylinder rotor 12
Handle freed 9
Rotor 6
Scrapper plate 11
Plat 10
2. Unigrator Standard mil check 7
Baggage elevator 10
Feeding rol 6
Hammer 10
Disc 12
3. Mill Roll Rotor 7
Disc 10
Bearing 11
Sumber : Departemen Maintenance PTPN II PGKM

Interval waktu kerusakan komponen kritis (komponen yang frekuensi

kerusakannya lebih besar dari atau sama dengan 10 (> 10) frekuensi selama masa

produksi) ditampilkan pada Tabel 5.3. Data diperoleh dengan merekapitulasi laporan

historis downtime mesin di Lampiran 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.3. Interval Waktu Antar Kejadian Penyebab Downtime Komponen Mesin Produksi PTPN II PGKM
Komponen Mesin Cane Cutter Komponen Mesin Unigrator Komponen Mesin Mill Roll

Kejadian Mur Standard


Disc Cane Mata V Cylinder Handle Scrapper Baggage Feeding
Ke- Disc dan Bearing Rotor Hammer Disc Rotor Disc Bearing Plat Mill
Knife Knife Pisau Belt Rotor Freed plate Elevator Roll
Baut Check

1 dan 2 8 8 15 17 32 15 40 18 25 26 9 12 29 17 24 19 18 30 26 16
2 dan 3 17 6 15 13 31 12 32 16 16 14 19 13 31 19 29 10 11 28 20 21
3 dan 4 9 17 16 14 28 11 18 7 10 38 22 21 24 30 46 11 22 18 9 14
4 dan 5 15 18 19 21 22 19 21 9 15 31 18 22 25 10 26 20 17 18 23 26
5 dan 6 7 10 17 17 19 10 13 14 16 20 15 15 27 16 19 23 15 9 21
6 dan 7 11 10 9 15 23 12 18 16 11 21 36 25 9 23 35 19 10
7 dan 8 11 9 10 11 16 21 27 14 25 15 20 9 21 17
8 dan 9 13 18 14 10 18 17 30 15 22 29 16 8 17 9
9 dan 10 12 18 7 16 8 19 10 19 15 18 16 10 8
10 dan 11 11 11 11 16 21 11 13 13 16
11 dan 12 14 14 15 16 18 18 10
12 dan 13 10 14 7 8
13 dan 14 17 7 12
14 dan 15 14 15
15 dan 16 5
Sumber : Departemen Maintenance PTPN II PGKM, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.3. Rata-rata Waktu Perbaikan Korektif Komponen

Rata-rata waktu perbaikan korektif untuk masing-masing komponen dari

Tabel 5.3. dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Rata-rata Waktu Perbaikan Korektif Komponen


No. Mesin Komponen Waktu Penanganan Korektif (Jam)
1. Disc 2,05
2. Disc Knife 1,80
3. Cane Knife 1,95
4. Mur dan Baut 1,83
5. Bearing 1,92
Cane Cutter
6. Mata Pisau 2,13
7. V Belt 2,93
8. Cylinder Rotor 2,65
9. Handle Freed 2,93
10. Rotor 2,77
11. Hammer 1,90
12. Disc 2,13
13. Unigrator Rotor 2,95
14. Disc 1,98
15. Bearing 2,07
16. Scrapper Plate 2,02
17. Plat 2,50
18. Mill Roll Standard Mill Check 2,48
19. Baggage Elevator 2,17
20. Feeding Roll 2,23
Sumber : Departemen Maintenance PTPN II PGKM, 2016.

5.1.4. Kebijakan Perawatan Aktual

Metode perawatan aktual untuk mesin-mesin produksi PTPN II Pabrik

Gula Kwala Madu yaitu:

1. Perawatan mesin sebelum kegiatan operasional dimulai

Perawatan dilakukan pada saat pabrik tidak melakukan produksi (periode

nonproduksi). Perawatan yang dilakukan meliputi kegiatan pemeriksaan oli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


motor penggerak, pemberian minyak pelumas pada roda gigi dan rantai gigi,

serta pengaturan komponen lain yang diperlukan.

2. Perawatan setelah kegiatan operasional selesai

Kegiatan perawatan ini meliputi kegiatan pembersihan mesin-mesin dari

hasil scrap dan pemeriksaan komponen mesin.

3. Perawatan setiap minggu

Perawatan dilakukan setiap hari Senin. Perawatan yang dilakukan meliputi

kegiatan pemberhentian mesin dan penghidupan kembali untuk menjaga

reliabilitas mesin.

4. Perbaikan pada komponen mesin yang rusak

Ketika terjadi kerusakan komponen mesin, operator mesin yang

bersangkutan menghubungi bagian mekanik untuk diperbaiki. Lama

perbaikan bervariasi tergantung pada jenis kerusakan yang terjadi.

Pembongkaran mesin secara keseluruhan dapat terjadi apabila mesin tidak

berfungsi sama sekali.

5.1.5. Pengamatan Aktual Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 01 Maret 2016 sampai dengan 01 April

2016 di PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM).

Data kejadian yang menyebabkan downtime produksi selama pengamatan dapat

dilihat pada Tabel 5.5. berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.5. Penyebab Downtime Mesin Selama Pengamatan Aktual di PTPN II
PG Kwala Madu
No. Waktu Mesin Keterangan
1. 01 Maret 2016 Cane Cutter V-Belt putus
2. 01 Maret 2016 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
3. 06 Maret 2016 Cane Cutter Mata Pisau patah
4. 09 Maret 2016 Cane Cutter Disc pecah
5. 09 Maret 2016 Unigrator Hammer tumpul
6. 10 Maret 2016 Cane Cutter Cane Knife tumpul
7. 10 Maret 2016 Unigrator Disc kurang pelumas
8. 11 Maret 2016 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
9. 13 Maret 2016 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
10. 13 Maret 2016 Cane Cutter Handle Freed lepas
11. 13 Maret 2016 Mill Roll Scrapper Plate aus
12. 13 Maret 2016 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
13. 14 Maret 2016 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
14. 14 Maret 2016 Unigrator Rotor macet
15. 14 Maret 2016 Mill Roll Feeding Roll macet
16. 15 Maret 2016 Unigrator Disc pecah
17. 17 Maret 2016 Unigrator Hammer tumpul
18. 18 Maret 2016 Cane Cutter Mur dan Baut putus
19. 18 Maret 2016 Cane Cutter Mata Pisau patah
20. 18 Maret 2016 Cane Cutter Bearing panas
20. 19 Maret 2016 Cane Cutter Disc pecah
21. 19 Maret 2016 Cane Cutter V-Belt putus
22. 19 Maret 2016 Mill Roll Plat bergetar
23. 20 Maret 2016 Cane Cutter Bearing panas
24. 22 Maret 2016 Mill Roll Scrapper Plate aus
25. 23 Maret 2016 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
26. 24 Maret 2016 Cane Cutter Cane Knife tumpul
27. 24 Maret 2016 Unigrator Disc kurang pelumas
28. 24 Maret 2016 Mill Roll Feeding Roll macet
29. 28 Maret 2016 Cane Cutter Mur dan Baut putus
30. 28 Maret 2016 Unigrator Disc pecah
31. 29 Maret 2016 Unigrator Bearing panas
32. 30 Maret 2016 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
33. 30 Maret 2016 Cane Cutter Rotor kendur
34. 30 Maret 2016 Unigrator Hammer tumpul
35. 30 Maret 2016 Mill Roll Scrapper Plate aus
36. 31 Maret 2016 Cane Cutter Mata Pisau patah
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Berdasarkan pengamatan terhadap kejadian dan langkah-langkah yang

dilakukan oleh teknisi pabrik saat melakukan penanganan, maka dapat ditetapkan

langkah-langkah penanganan penyebab downtime dalam Gambar 5.1. berikut ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerusakan Komponen

Operator melaporkan
kerusakan ke bagian
maintenance

Mekanik tersedia? Tidak Menunggu

Ya

Mekanik
mengidentifikasi
masalah kerusakan

Mekanik mengidentifikasi
kebutuhan peralatan dan
spare part

Tidak

Mekanik melaporkan hasil


analisis ke supervisor

Supervisor setuju?

Ya

Mekanik mengisi formulir


pengambilan sumber daya

Tidak

Sumber daya tersedia? Tidak Menunggu

Ya

Mempersiapkan rencana
perbaikan

Mekanik melakukan
kegiatan perbaikan

Mekanik menjalankan
mesin

Mesin berfungsi?

Ya

Mekanik mencatat waktu,


penyebab dan tindakan
perbaikan.

Selesai

Gambar 5.1. Flowchart Langkah-Langkah Penanganan Penyebab Downtime


Produksi PTPN II PGKM
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berikut ini akan dilakukan identifikasi penyebab tingginya downtime mesin-

mesin produksi PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (PTPN II

PGKM) yang terjadi pada sistem perawatan sekarang dengan menggunakan Cause

and Effect Diagram (Fishbone Diagram). Identifikasi ini bertujuan untuk mencari

tahu penyebab detail yang mengakibatkan tingginya downtime perusahaan. Faktor

yang mungkin menjadi penyebab masalah adalah manusia, mesin, material/peralatan

dan lingkungan.

Untuk dapat mengidentifikasi lebih detail penyebab masalah tersebut, maka

digunakan pertanyaan “Mengapa Terjadi?” sehingga dapat diperoleh akar atau

sumber penyebab masalah dalam bentuk level yang diyakini merupakan akar

masalah yang ingin dipecahkan.8

Tabel 5.6. Identifikasi Penyebab Tingginya Downtime Sistem Perawatan Mesin


Sekarang
Mengapa Terjadi?
Faktor Umum
Level 1 Level 2 Level 3
Komunikasi prosedur
Ketelitian dan kepedulian Pemahaman operator perawatan mesin
Man operator produksi dalam terhadap operasi dan
Power/Personnel fungsi serta kegagalan produksi dengan
menjaga fungsi mesin
mesin rendah operator per shift belum
masih rendah
baik
Metode perawatan masih
Tindakan pemeliharaan Jadwal pergantian
Methods bersifat corrective
komponen kurang komponen tidak ada
maintenance
Umur mesin dan
perlatan sudah tua
Scheduled Maintenance
Kerusakan Identifikasi Kerusakan
Machines dan Operating
dini tidak memadai
mesin/peralatan Procedure belum efektif
Kesalahan Operasi
Kerja
Pertukaran panas
Saluran udara tidak
Environment Suhu tinggi konveksi tidak
efektif
seimbang
Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara di PTPN II PG Kwala Madu

8
Dorothea Wahyuni, Pengendalian Kualitas Statistik. Hal 19-21.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil identifikasi penyebab tingginya downtime pada Tabel 5.6,

maka digambarkan diagram sebab akibat (cause and effect diagram) yang dapat

dilihat pada Gambar 5.2.

:Lingkungan Mesin/Peralatan

Identifikasi kerusakan dini kurang


Suhu memadai
Tinggi
Scheduled Maintenance dan
Pertukaran panas Operating Procedure belum efektif
konveksi tidak seimbang
Kerusakan mesin/
peralatan
Saluran udara kurang
efektif Kesalahan operasi Umur mesin dan
kerja peralatan yang sudah tua
Tingginya Tingkat Downtime

Metode perawatan masih Ketelitian dan kepedulian operator


bersifat corrective produksi dalam menjaga fungsi
maintenance mesin rendah

Pemahaman operator terhadap


Jadwal pergantian komponen
operasi dan fungsi serta kegagalan
tidak ada
mesin rendah

Prosedur perawatan belum Komunikasi prosedur perawatan mesin


memadai produksi dengan operator per shift belum baik

Metode Manusia

Gambar 5.2. Cause and Effect Diagram Penyebab Tingginya Tingkat

Downtime Sistem Perawatan Sekarang

Melalui diagram sebab akibat (cause and effect diagram) di atas, dapat

dilihat bahwa akar masalah dari tingginya downtime perusahaan adalah

prosedur perawatan yang kurang jelas dan belum efektifnya jadwal pergantian

komponen (kedua faktor ini dominan mempengaruhi level 1,2, dan 3).

Tidak adanya prosedur perawatan komponen yang jelas mengakibatkan

operator tidak memiliki pedoman ketika melakukan perawatan komponen

sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perawatan.
Tidak adanya jadwal pergantian komponen mengakibatkan sumber

daya tidak dipersiapkan dengan baik ketika terjadi kerusakan. Hal ini

mengakibatkan munculnya waktu delay pada tindakan perawatan. Padahal

waktu delay ini sebenarnya dapat dieliminasi.

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Reliability Centered Maintenance (RCM)

Reliability Centered Maintenance (RCM) ini terdiri dari tujuh tahapan

sistematis, yaitu:

1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi.

2. Pendefinisian batas sistem.

3. Deskripsi sistem dan blok fungsi.

4. Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi.

5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).

6. Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA).

7. Pemilihan Tindakan.

5.2.1.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

5.2.1.1.1. System Selection (Seleksi Sistem)

Sistem yang dipilih dalam penelitian ini adalah sistem produksi gula. Sistem

terdiri dari:

1. Pengerjaan Pendahuluan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Penggilingan (Ekstraksi).

3. Pemurnian (Klarifikasi).

4. Penguapan (Evaporasi).

5. Pemasakan.

6. Pemutaran/Pemisahan.

7. Penyelesaian.

8. Pengemasan dan Penggudangan.

Sub Sistem produksi PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu dapat dilihat pada

Gambar 5.3.

Pengerjaan Pendahuluan

Penggilingan (Ekstraksi)

Pemurnian (Klarifikasi)

Penguapan (Evaporasi)
Produksi Gula PTPN II PGKM
Pemasakan

Pemutaran/Pemisahan

Penyelesaian

Pengemasan dan
Penggudangan

Gambar 5.3. Sistem dari Sub Sistem Produksi Gula PTPN II Pabrik Gula
Kwala Madu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.1.1.2. Pengumpulan Informasi (Collecting Information)

Pengumpulan Informasi pada sistem produksi PTPN II Pabrik Gula Kwala

Madu (PGKM) dilakukan dengan cara wawancara, penelitian ke lapangan dan

dokumen perusahaan. Proses produksi gula PGKM melalui beberapa tahapan seperti

yang telah dijabarkan pada Bab II.

5.2.1.2. Pendefinisian Batas Sistem

Langkah kedua dalam metode Reliability Centered Maintenance (RCM)

adalah pendefinisian batasan sistem. Pendefenisian batas sistem sangat penting

dalam analisis proses RCM karena alasan sebagai berikut.

1. Memperoleh batasan yang jelas tentang apa yang harus dilibatkan dan tidak di

dalam sistem sehingga daftar komponen yang diidentifikasi.

2. Memberikan penjelasan dan tidak saling tumpang tindih antara sistem yang

berkaitan.

3. Batasan sistem menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan input

apa yang masuk dan output apa yang keluar dari sistem sehingga analisis

proses sistem berlangsung secara akurat.

Pendefinisian batasan sistem dilakukan dengan dua step dokumentasi yaitu

gambaran luar batasan (boundary overview) dan gambaran detail batasan

(boundary details) yang dapat dilihat pada Gambar 5.4. dan Gambar 5.5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RCM-System Analysis
Step 2-1 System Boundary Definition Plant ID :
Information : Boundary Overview System ID :
Plant : PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu Rev no :
System : Sugar Production Date : 07/03/2016
Analyst : Adra Tondang
Mesin dan Peralatan Utama
1. Weight bridge 6. Cane cutter 11. Juice Heater
2. Cane crane 7. Unigrator 12. Defekator
3. Truck tippler 8. Rol gilingan 13. Clarifier Tank
4. Cane stacker 9. Juice Weigthing 14. Vacum Filter
5. Cane feeding table 10. Raw Juice Tank 15. Evaporator
Batasan Fisik Primer
Start with:
1. Tebu dari truk dengan kapasitas 5-6 ton dijatuhkan ke feeding cane carrier
menggunakan truck tippler. Tebu dari truk dengan kapasitas 8-10 ton dijatuhkan ke
feeding cane carrier melalui cane feeding table dengan menggunakan cane lifter
hilo.
2. Tebu dipotong-potong halus oleh mesin cane cutter yang dimasukkan menggunakan
cane leveler. Tebu dihaluskan menggunakan mesin unigrator.
3. Potongan tebu disaring dari logam-logam besi menggunakan tramp iron separator.
4. Potongan tebu yang telah disaring digiling menggunakan mesin mill roll (rol
gilingan) dengan tekanan 1500-2000 kg/cm2 dan putaran 4,2–5,3 rpm sehingga
menghasilkan nira dan ampas.
5. Ampas kasar dibawa ke boiler sebagai bahan bakar. Ampas halus digunakan
membantu proses penyaringan pada alat vacuum filter. Nira dipompakan dan
ditimbang menggunakan Maxwelt Bolouge sampai berat 5,5 ton dan ditampung di
tangki penampungan.
6. Nira dipompakan dan dipanaskan di tangki pemanas.
7. Nira dipompakan dan dibubuhkan susu kapur di tangki defeksi.
8. Nira terkapur dipompakan dan dicampurkan dengan gas SO2 di tangki sulfitas
menjadi nira mentah.
9. Nira mentah disalurkan dan diatur pH-nya di tangki tunggu dan tangki netralisasi.
10. Nira mentah dipompakan dan dipanaskan di tangki pemanas.
11. Nira mentah dipompakan dan dibersihkan dari udara dan gas-gas di tangki
pengembang.
12. Nira mentah disalurkan dan diendapkan di tangki pengendap menjadi nira bersih dan
nira kotor.
13. Nira kotor dibawa ke mud feed mixer dan dicampur dengan ampas halus. Nira bersih
diuapkan menggunakan evaporator.
14. Nira bersih dikristalisasi dengan tekanan vakum 40-66 cmHg dan fodan
menghasilkan kristal gula, stroop dan tetes.
15. Kristal gula disaring menggunakan saringan dan didinginkan sehingga menjadi gula
sesuai standar.
Terminate with:
Gula hasil produksi dikemas dan dikirim ke gudang penyimpanan.
System : Sugar Production Mon, 07 Mar 2016
Page 1 of 1
Step 2-1 Boundary Overview
Gambar 5.4. Gambaran Luar Batasan (Boundary Overview)
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RCM-System Analysis
Step 2-1 System Boundary Definition Plant ID :
Information : Boundary Details System ID :
Plant : PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu Rev no :
System : Sugar Production Date : 07/03/2016
Analyst : Adra Tondang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


\

Tipe Batasan Sistem Lokasi Perhubungan


Tebu ditimbang kemudian dicacah dan dipotong
Pengerjaan
IN menggunakan mesin cane cutter. Tebu dihaluskan
Pendahuluan
dengan mesin unigrator.
IN Penggilingan Tebu digiling menggunakan mesin rol gilingan.
Ampas kasar menjadi bahan bakar boiler. Ampas halus
OUT Penggilingan
membantu proses penyaringan vacuum filter.
Nira tebu mentah dipanaskan di tangki pemanas,
IN Pemurnian dinetralkan pH-nya di tangki netralisasi, dan
diendapkan di tangki pengendap.
IN Pemurnian Susu kapur dibubuhkan ke nira tebu di tangki defekasi.
Gas SO2 dicampurkan dengan nira terkapur untuk
IN Pemurnian
menetralkan pH nira di tangki sulfitas.
IN Pemurnian Floculant diberikan ke nira di tangki pengendapan.
OUT Pemurnian Uap dan gas dibuang di tangki pengembang.
Nira kotor dibawa ke mud feed mixer dan dicampur
OUT Pemurnian
dengan ampas halus.
IN Penguapan Nira bersih diuapkan dengan evaporator.
OUT Penguapan Air dipisahkan dari nira bersih dengan evaporator.
IN Pemasakan Nira bersih dikristalisasi di tangki masakan.
Fodan (bibit) ditambahkan ke nira di tangki masakan
IN Pemasakan
membentuk gula kristal.
Gula kristal dipisahkan dari stroop dan tetes
IN Pemutaran/Pemisahan
menggunakan saringan.
OUT Pemutaran/Pemisahan Stroop dan tetes dikirim ke tangki penampungan.
Gula kristal ditampung dan didinginkan di sugar dryer
IN Penyelesaian
and cooler.
Pengemasan dan
IN Gula kristal dikemas di karung.
Penggudangan
Pengemasan dan Gula kristal yang telah dikemas dikirim ke gudang
OUT
Penggudangan penyimpanan.
System : Sugar Production Mon, 07 Mar 2016
Page 1 of 1
Step 2-1 Boundary Details

Gambar 5.5. Gambaran Detail Batasan (Boundary Details)


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.1.3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi

Pada tahap ketiga metode Reliability Centered Maintenance (RCM),

deskripsi sistem dan diagram blok fungsi, terdiri dari beberapa item yang harus

dikembangkan yaitu:

1. Deskripsi sistem (system description)

Langkah pendeskripsian sistem diperlukan untuk mengetahui komponen-

komponen yang terdapat di dalam sistem. Gambaran deskripsi sistem dapat

dilihat pada Gambar 5.5.

RCM-System Analysis
Step 2-1 System Boundary Definition Plant ID :
Information : Boundary Details System ID :
Plant : PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu Rev no :
System : Sugar Production Date : 07/03/2016
Analyst : Adra Tondang
Gambaran Fungsi (Functional Description)
Pengerjaan Pendahuluan:
Tebu yang telah ditebang diangkut ke pabrik dengan truk. Tebu ditimbang.Tebu
dikeluarkan dari truk menggunakan truck tippler atau cane lifter hilo ke dalam cane
feeding table sesuai dengan kapasitas giling dengan tenaga hidrolik. Tebu dimasukkan
ke cane leveller menuju mesin cane cutter menggunakan feeding cane carrier. Tebu
dipotong-potong dan dihaluskan menggunakan mesin cane cutter dan mesin
unigrator.
Penggilingan:
Tebu digiling dan diperas menggunakan mesin mill roll untuk mendapatkan air nira
mentah. Nira mentah hasil penggilingan dan pemerasan dimasukkan ke dalam bak
penampungan primary juice. Ampas halus hasil proses penggilingan digunakan untuk
membantu proses penyaringan alat vaum filter. Ampas kasar hasil proses penggilingan
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
System : Sugar Production Mon, 07 Mar 2016
Page 1 of 2
Step 2-1 Boundary Details

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RCM-System Analysis
Step 2-1 System Boundary Definition Plant ID :
Information : Boundary Details System ID :
Plant : PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu Rev no :
System : Sugar Production Date : 07/03/2016
Analyst : Adra Tondang
Gambaran Fungsi (Functional Description)
Pemurnian:
Nira mentah dipanaskan di juice heater untuk membunuh mikroorganisme. Nira
mentah dibubuhi susu kapur di tangki defekasi untuk mengubah pH nira mentah 5,6
menjadi 8,0-8,5. Nira terkapur dicampurkan dengan SO2 di tangki sulfitas untuk
menetralkan kembali pH nira menjadi 6,0-6,5. Udara dan gas yang terlarut di dalam
nira dihilangkan di tangki pengembang. Nira dipisahkan menjadi nira jernih dan nira
kotor di tangki pengendapan dengan flucolant. Nira jernih dialirkan ke stasiun
penguapan dan nira kotor dibawa ke mud feed mixer untuk dicampur dengan ampas
halus.
Penguapan:
Proses vakum untuk menguapkan air dan nira dengan empat unit evaporator.
Temperatur 50o-100oC untuk menghindari kerusakan sakrosa maupun monosakarida.
Pemasakan:
Proses pemasakan menggunakan sistem tiga tingkat ABD. Pemasakan bertujuan untuk
mengkristalisasi nira. Pembuatan bibit dilakukan dengan fodan. Bibit yang dibuat
disesuaikan ukurannya menjadi 0,8-0,9 mm. Hasil pemasakan adalah kristal gula, tetes
dan stroop.
Pemutaran/Pemisahan:
Pemutaran berfungsi untuk memisahkan campuran kristal gula dari stroop dan tetes
menggunakan gaya sentrifugal.
Penyelesaian:
Kristal gula hasil proses pemutaran menuju grasshopper conveyor untuk ditampung
dan didinginkan untuk memproleh gula sesuai standar. Proses pemanasan dan
pengeringan dilakukan menggunakan sugar dryfer dan cooler. Gula dibawa melalui
penyadap logam untuk menghilangkan partikel logam yang tercampur.
Pengemasan dan Penggudangan:
Gula ditampung dan diisi ke dalam karung 50 kg. Gula disimpan di gudang dengan
suhu 30o-35oC dan kelembapan udara 73-82%.
System : Sugar Production Mon, 07 Mar 2016
Page 2 of 2
Step 2-1 Boundary Details

Gambar 5.6. Deskripsi Sistem (System Description)


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Blok Diagram Fungsi

Blok diagram fungsi merupakan diagram yang memberikan gambaran struktur

fungsi sistem dengan jelas. Blok Diagram Fungsi mesin PTPN II PG Kwala

Madu dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Tebu

Pengerjaan
Pendahuluan

Penggilingan

Pemurnian

Penguapan

Pemasakan

Pemutaran/
Pemisahan

Penyelesaian

Pengemasan

Penggudangan

Gambar 5.7. Blok Diagram Fungsi Mesin PTPN II PG Kwala Madu


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mesin-mesin produksi yang terdapat di dalam sistem produksi gula PTPN

II Pabrik Gula Kwala Madu adalah:

a. Mesin Cane Cutter

b. Mesin Unigrator

c. Mesin Mill Roll

3. Hubungan Masukan/Keluaran (In/Out)

a. Masukan Sistem

Pada bagian berikut akan diuraikan elemen yang masuk ke dalam sistem

produksi gula PTPN II PG Kwala Madu.

1) Tebu

Tebu merupakan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi gula.

2) Listrik

Listrik digunakan sebagai sumber daya utama untuk menggerakkan mesin-

mesin produksi PTPN II PG Kwala Madu sehingga dapat menghasilkan

gula.

3) Susu Kapur

Susu kapur digunakan untuk mengubah pH nira yang asam (5,6) menjadi

basa (8,0-8,5) karena gula akan rusak bila diatur dalam keadaan asam.

4) Gas SO2

Gas SO2 digunakan untuk menurunkan pH nira yang berada pada suhu

700-750C di tangki Sulfitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5) Floculant

Floculant digunakan untuk mempercepat proses pengendapan untuk

memisahkan nira bersih dengan nira kotor.

6) Udara Panas

Udara panas digunakan untuk mengeringkan gula dalam suhu 800-900C

saat berada di air dryer.

b. Keluaran Sistem

Pada bagian berikut akan diuraikan elemen yang masuk ke dalam sistem

produksi gula PTPN II PG Kwala Madu.

1) Ampas Kasar

Ampas kasar berasal dari proses penggilingan tebu yang telah dicacah.

Ampas kasar kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler.

2) Ampas Halus

Ampas halus berasal dari proses penggilingan tebu yang telah dicacah.

Ampas digunakan untuk membantu proses penyaringan pada alat vacuum

filter.

3) Uap dan Gas

Uap dan gas berasal dari proses pemurnian nira mentah. Uap dan gas

diilangkan dari dalam nira agar pemisahan kotoran-kotoran dari nira di

tangki pengendapan tidak terganggu.

4) Nira Kotor

Nira kotor berasal dari proses pengendapan nira di tangki pengendapan.

Nira kotor dibawa ke mud feed mixer dan dicampur dengan ampas halus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5) Air

Air berasal dari proses penguapan nira pada mesin evaporator.

6) Stroop dan tetes

Stroop dan tetes berasal dari proses pengkristalan di stasiun

pemutaran/pemisahan. Stroop dan tetes merupakan hasil produksi

tambahan perusahaan.

7) Kristal Gula

Kristal gula merupakan hasil produksi utama dari PTPN II PG Kwala

Madu. Kristal gula dikemas dan disimpan di gudang.

c. Hubungan

Interaksi antar unit proses yang terdapat pada sistem produksi gula PTPN

II PG Kwala Madu memiliki ketergantungan antar satu unit dengan yang

lain. Ketergantungan ini mengindikasikan bahwa kegagalan salah satu

unit dapat memberikan efek terhadap unit yang lain, unit proses sebelum

maupun unit proses setelah unit proses yang bermasalah.

4. System Work Breakdown Structure (SWBS)

SWBS merupakan struktur yang menggambarkan sejumlah komponen, mesin,

unit proses, dan sub sistem yang dapat mengakibatkan kegagalan/breakdown

dalam sebuah sistem kerja. Pada tahapan ini akan digambarkan himpunan

daftar komponen untuk setiap bagian-bagian fungsi sub sistem. Sistem ini

terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dan kode dari sub

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sistem/komponen yang mengalami breakdown. SWBS pada sistem produksi

gula PTPN II PG Kwala Madu dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Sistem Sub Sistem Unit Proses Komponen


Level I Level II Level III Level IV

Pengerjaan A.1
Pendahuluan
A.2

A.3

Penggilingan
A.4
(Ekstraksi)

A.5
A
A.6
Pemurnian
(Klarifikasi) A.7

A.8

A.9
Penguapan
(Evaporasi)
A.10

Produksi Gula PTPN II


PG Kwala Madu
B.1

Pemasakan B.2

B B.3

B.4
Pemutaran/
Pemisahan B.5

C.1

C.2
Penyelesaian

C C.3

C.4

Pengemasan dan
Penggudangan C.5

Gambar 5.8. System Work Breakdown Structure (SWBS)


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk mempermudah aktivitas penelusuran peralatan proses molding di

mesin PTPN II PG Kwala Madu, maka dilakukan pengkodean. Uraian

pengkodean SWBS dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. System Work Breakdown Structure Mesin Produksi PTPN II PG


Kwala Madu
Kode Unit Proses Kode Nama Part
A Cane Cutter A.1. Disc
A.2. Disc Knife
A.3 Cane Knife
A.4 Mur dan Baut
A.5 Bearing
A.6 Mata Pisau
A.7 V-Belt
A.8 Cylinder Rotor
A.9 Handle Freed
A.10 Rotor
B Unigrator B.1. Hammer
B.2. Disc
B.3. Rotor
B.4. Disc
B.5 Bearing
C Mill Roll C.1. Scrapper Plate
C.2. Plat
C.3 Standard Mill Check
C.4 Baggage Elevator
C.5 Feeding Roll
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Keterangan Pengkodean SWBS adalah sebagai berikut:

a. Huruf melambangkan nama subsistem dari produksi gula PTPN II PG

Kwala Madu antara lain:

1. Huruf A adalah fungsi mesin cane cutter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Huruf B adalah fungsi mesin Unigrator.

3. Huruf C adalah fungsi mesin Mill Roll.

b. Angka yang mengikuti huruf melambangkan nama komponen utama dari

setiap mesin masing-masing, yaitu:

Cane Cutter terdiri dari:

1. Disc

2. Disc Knife

3. Cane Knife

4. Mur dan Baut

5. Bearing

6. Mata Pisau

7. V-Belt

8. Cylinder Rotor

9. Handle Freed

10. Rotor

Unigrator terdiri dari:

1. Hammer

2. Disc

3. Rotor

4. Disc

Mill Roll terdiri dari:

1. Scrapper Plate

2. Plat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Standard Mill Check

4. Baggage Elevator

5. Feeding Roll

5. Data historis elemen mesin

Data historis elemen mesin produksi PTPN II PG Kwala Madu yang meliputi

jenis kegagalan dan penyebab kegagalan dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Data Historis Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu


No. Komponen Failure Mode Failure Cause
1. Disc Disc pecah Masuknya besi atau batu pada disc

2. Disc Knife Disc Knife kurang Oli pelumas tidak tersedia (out of stock)
pelumas
3. Cane Knife Cane Knife Kondisi tebu yang terlalu tebal dan keras
tumpul
4. Mur dan Baut Mur dan Baut Gesekan antara tebu dengan mur dan baut
putus keras sehingga menyebabkan keausan
5. Bearing Bearing panas Grease yang kering karena kurang pelumas

6. Mata Pisau Mata Pisau patah Pengaturan yang terlalu rapat dengan rotor

7. V-Belt V-Belt putus Putaran mesin berat dan frekuensi oli


mengenai V Belt tinggi.
8. Cylinder Rotor Cylinder Rotor Waste menempel pada cylinder
macet
9. Handle Freed Handle Freed Posisi handle freed tidak tepat
lepas
10. Rotor Rotor kendur Pemasangan baut tidak tepat

11. Scrapper Plate Scrapper Plate Gigi putus karena kemasukan ampas
aus
12. Plat Plat bergetar Baut ampas plat putus

13. Standard Mill Standard Mill Baut set cup atau top roll putus
Check Check bergetar

14. Baggage Baggage Elevator Ampas yang menumpuk di dalam pompa


Elevator tersumbat nira

15. Feeding Roll Feeding Roll Waste yang menempel pada cutter (pisau)
macet Feeding Roll
16. Ham`mer Hammer tumpul Kondisi tebu yang tebal dan keras

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.8. Data Historis Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu
(Lanjutan)
No. Komponen Failure Mode Failure Cause
17. Disc Disc pecah Besi atau batu masuk ke dalam disc

18. Rotor Rotor macet Waste menempel pada rotor

19. Disc Disc kurang Oli pelumas tidak tersedia


pelumas
20. Bearing Bearing panas Grease kering karena pelumas kurang

Sumber : Pengolahan Data, 2016.

5.2.1.4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Fungsi (Function) adalah kinerja (performance) yang diharapkan oleh

suatu sistem untuk dapat beroperasi. Functional Failure (FF) didefinisikan

sebagai ketidakmampuan suatu komponen atau sistem untuk memenuhi standar

prestasi (performance standard) yang diharapkan. Aktivitas penelususuran data

akan lebih terstruktur dan mudah dilakukan dengan pengkodean fungsi dan

kegagalan fungsi. Pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi dilakukan dengan

keterangan sebagai berikut:

1. Huruf melambangkan nama unit operasi dari mesin PTPN II PG Kwala Madu.

2. Angka pertama melambangkan nama komponen utama mesin PTPN II PG

Kwala Madu.

3. Angka kedua melambangkan kegagalan fungsi.

Fungsi sistem dan kegagalan fungsi mesin PTPN II PG Kwala Madu

dapat dilihat pada Tabel 5.9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


V-130

Tabel 5.9. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi


Kode Kode
Fungsi Uraian Fungsi Kegagalan Uraian Kegagalan Fungsi
Sistem Fungsi
A.1. Menopang sebagai tangkai pisau pemotong tebu pada mesin A.1.1. Disc pecah sehingga mesin cane cutter
Cane Cutter berhenti beroperasi
A.2. Menopang sebagai tempat meletakkan mata pisau pemotong A.2.1. Disc knife kurang pelumas sehingga
tebu pada mesin Cane Cutter kecepatan kerja mesin cane cutter
menurun
A.3. Memotong tebu pada mesin Cane Cutter A.3.1. Cane knife tumpul sehingga beban
electromotor bertambah
A.4. Mengencangkan komponen-komponen yang lain pada mesin A.4.1. Mur dan Baut putus sehingga Rotor tidak
cane cutter bekerja secara seimbang
A.5. Mengurangi gesekan atau gerak relatif antar komponen- A.5.1. Bearing Panas sehingga Bearing pecah dan
komponen agar bergerak ke arah yang diinginkan pada mesin terbakar
Cane Cutter
A.6. Memotong tebu pada mesin Cane Cutter A.6.1. Mata pisau patah sehingga Mesin Cane
Cutter berhenti beroperasi
A.7. Memindahkan tenaga dan menggerakkan poros dari komponen- A.7.1. V Belt putus sehingga Mesin Cane Cutter
komponen pada mesin Cane Cutter berhenti beroperasi
A.8. Sebagai tempat untuk menggerakkan rotor pada mesin Cane A.8.1. Cylinder Rotor macet sehingga Mesin
Cutter Cane Cutter berhenti beroperasi
A.9. Sebagai tempat agar pisau pemotong tebu dapat melakukan A.9.1. Handle Freed lepas sehingga Cane Knife
gerak yang fleksibel dalam memotong tebu pada mesin Cane tidak dapat memotong tebu dengan optimal
Cutter
A.10. Sebagai tempat dudukan disc pada mesin Cane Cutter A.10.1. Rotor kendur sehingga Slip putaran pada
Cylinder tidak seimbang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.9. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi (Lanjutan)
Kode Kode
Fungsi Uraian Fungsi Kegagalan Uraian Kegagalan Fungsi
Sistem Fungsi
B.1. Menghancurkan dan menumbuk tebu untuk mendapatkan nira B.1.1. Hammer tumpul sehingga beban
air tebu pada mesin Unigrator electromotor bertambah
B.2. Menopang sebagai tangkai hammer tip pada mesin Unigrator B.2.1. Disc pecah sehingga mesin Unigrator
berhenti beroperasi
B.3. Sebagai tempat dudukan disc pada mesin Unigrator B.3.1. Rotor macet sehingga mesin Unigrator
berhenti beroperasi
B.4. Sebagai tempat dudukan disc pada mesin Unigrator B.4.1. Disc kurang pelumas sehingga kecepatan
operasi mesin unigrator menurun
B.5. Mengurangi gesekan atau gerak relatif antar komponen- B.5.1. Bearing panas sehingga Bearing pecah dan
komponen agar bergerak ke arah yang diinginkan pada mesin terbakar
Unigrator
C.1. Membersihkan ampas yang melekat pada alur mesin Mill Roll C.1.1. Scrapper plate aus sehingga mesin Rol
Gilingan berhenti beroperasi
C.2. Menghubungkan komponen-komponen pada mesin Mill Roll C.2.1. Plat bergetar sehingga ampar plat bengkok
C.3. Menekan tebu halus untuk memerah nira pada mesin Mill Roll C.3.1. Standard Mil Check bergetar sehingga
mesin Rol Gilingan berhenti beroperasi
C.4. Mentransfer ampas hasil akhir gilingan pada mesin Mill Roll C.4.1. Bagagge Elevator (BE) tersumbat sehingga
Baggage Elevator berhenti menyalurkan
nira
C.5. Mengatur tebu sedemikian rupa untuk masuk ke mesin Mill C.5.1. Feeding Roll macet sehingga mesin Rol
Roll Gilingan berhenti
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


V-132

5.2.1.5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

FMEA berguna untuk memprediksi komponen mana yang kritis, yang

sering rusak dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut maka sejauh

mana pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara keseluruhan pada produksi

dispenser. Dengan demikian, dapat diberikan perlakuan lebih terhadap komponen

tersebut dengan tindakan pemeliharaan yang tepat. Hal utama dalam FMEA

adalah Risk Priority Number (RPN). RPN merupakan hasil perhitungan matematis

dari keseriusan effect (severity), kemungkinan terjadinya cause yang

menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effect (occurrence), dan

kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi (detection). RPN dapat

ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:

RPN = Severity x Occurrence x Detection

Hasil dari RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang dianggap beresiko

tinggi sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Contoh pengisian tabel

FMEA untuk komponen Disc yaitu:

A.1.1. Mesin Cane Cutter berhenti beroperasi.

1. Komponen yang mungkin menimbulkan kerusakan adalah disc.

2. Mode Kerusakan adalah Disc pecah.

3. Penyebab kerusakan (failure causes) adalah masuknya besi atau batu ke dalam

disc.

4. Efek kegagalan adalah Mesin Cane Cutter berhenti beroperasi.

5. Tingkat Severity : 10 (Tidak berfungsi sama sekali)

6. Tingkat Occurance : 6 (21-25 per 7200 jam penggunaan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Tingkat Detection : 5 (kesempatan yang sedang untuk terdeteksi)

8. RPN : 10x6x5 = 300

Penentuan Risk Priority Number terhadap komponen-komponen yang lain dapat

dilihat pada Tabel 5.10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


V-134

Tabel 5.10. Penentuan Risk Priority Number


Failure
No Machine Komponen Failure Causes Failure Effect Severity Occurance Detection RPN
Mode
1. Cane Disc Disc pecah Masuknya besi atau batu Mesin Cane Cutter
10 6 5 300
Cutter pada disc berhenti beroperasi
2. Disc Knife Disc Knife Oli pelumas tidak tersedia Mesin Cane Cutter
kurang (out of stock) bekerja lambat 5 6 8 240
pelumas
3. Cane Knife Cane Knife Kondisi tebu yang terlalu Beban electromotor
5 6 5 150
tumpul tebal dan keras bertambah
4. Mur dan Mur dan Baut Gesekan antara tebu Rotor tidak bekerja
Baut putus dengan mur dan baut secara seimbang
7 6 8 336
keras sehingga
menyebabkan keausan
5. Bearing Bearing Grease yang kering Bearing pecah dan
8 4 8 256
panas karena kurang pelumas terbakar
6. Mata Pisau Mata Pisau Pengaturan yang terlalu Mesin Cane Cutter
10 5 5 250
patah rapat dengan rotor berhenti beroperasi
7. V-Belt V-Belt putus Putaran mesin berat dan Mesin Cane Cutter
frekuensi oli mengenai V berhenti beroperasi 10 3 8 240
Belt tinggi.
8. Cylinder Cylinder Waste menempel pada Mesin Cane Cutter
10 4 5 200
Rotor Rotor macet cylinder berhenti beroperasi
9. Handle Handle Freed Posisi handle freed tidak Cane Knife tidak
Freed lepas tepat dapat memotong tebu 7 5 5 175
dengan optimal
10. Rotor Rotor kendur Pemasangan baut tidak Slip putaran pada
tepat Cylinder tidak 7 4 5 140
seimbang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.10. Penentuan Risk Priority Number (Lanjutan)
Failure
No Machine Komponen Failure Causes Failure Effect Severity Occurance Detection RPN
Mode
11. Unigrator Hammer Hammer Kondisi tebu yang tebal Beban electromotor
5 5 5 125
tumpul dan keras bertambah
12. Disc Disc pecah Besi atau batu masuk ke Mesin Unigrator
10 5 5 250
dalam disc berhenti beroperasi
13. Rotor Rotor macet Waste menempel pada Mesin Unigrator
10 4 5 200
rotor berhenti beroperasi
14. Disc Disc kurang Oli pelumas tidak tersedia Kecepatan operasi
pelumas mesin unigrator 7 5 8 280
menurun
15. Bearing Bearing Grease kering karena Bearing pecah dan
8 5 8 320
panas pelumas kurang terbakar
16. Mill Roll Scrapper Scrapper Gigi putus karena Mesin Rol Gilingan
10 5 7 350
Plate Plate aus kemasukan ampas berhenti beroperasi
17. Plat Plat bergetar Baut ampas plat putus Ampar plat bengkok 7 5 8 280
18. Standard Standard Mill Baut set cup atau top roll Mesin Rol Gilingan
Mill Check Check putus berhenti beroperasi 10 4 8 320
bergetar
19. Baggage Baggage Ampas yang menumpuk Baggage Elevator
Elevator Elevator di dalam pompa nira berhenti 10 5 5 250
tersumbat menyalurkan nira
20. Feeding Roll Feeding Roll Waste yang menempel Mesin Rol Gilingan
macet pada cutter (pisau) berhenti 10 3 5 150
Feeding Roll
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.1.6. Logic Tree Analysis (LTA)

Logic Tree Analysis (LTA) mengandung informasi nomor, nama

kegagalan fungsi, komponen yang mengalami kegagalan, fungsi komponen dan

mode kerusakan komponen dan analisis kekritisan. Analisis kekritisan

menempatkan setiap kerusakan komponen menjadi 4 kategori yaitu:

1. Kategori A (Safety problem)

2. Kategori B (Outage problem)

3. Kategori C (Economic problem)

4. Kategori D (Hidden failure)

Analisis ini memiliki tujuan untuk memberikan prioritas pada tiap mode

kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi, kegagalan fungsi sehingga status

mode kerusakan tidak sama. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan

yaitu sebagai berikut:

1. Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah

terjadi ganguan dalam sistem?

2. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?

3. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau

sebagian mesin terhenti?

4. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan.

Contoh pengisian tabel LTA adalah sebagai berikut:

A.1.1. Disc pecah sehingga mesin Cane Cutter berhenti beroperasi.

1. Komponen yang mungkin menimbulkan kerusakan adalah disc.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Fungsi disc adalah menopang sebagai tangkai pisau pemotong tebu pada

mesin Cane Cutter.

3. Mode Kerusakan adalah disc pecah.

4. Analisis Kekritisan (Mode Kerusakan):

a. Evident : Ya

b. Safety : Tidak

c. Outage : Ya

d. Category : B (Outage Problem)

LTA (Logic Tree Analysis) untuk komponen yang menyebabkan

kegagalan fungsi sistem mesin produksi PTPN II PG Kwala Madu dapat dilihat

pada Gambar 5.9.

Disc pecah sehingga mesin cane cutter berhenti beroperasi


(1) Evident

Pada kondisi normal, apakah operator


mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi?

(2) Safety YA TIDAK


D
Apakah mode kegagalan menyebabkan
Hidden Failure
masalah keselamatan?

YA TIDAK (3) Outage


A
Apakah mode kegagalan mengakibatkan
Safety Problem
seluruh/sebagian sistem terhenti?

YA TIDAK
B C
Outage Problem Kemungkinan kecil Economic Problem

Gambar 5.9. Flowchart Penyusunan LTA


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berikut ini merupakan rekapan Logic Tree Analysis pada mesin PTPN II

PG Kwala Madu dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11. Rekapan Hasil Identifikasi LTA pada PTPN II PG Kwala Madu
No. Komponen Failure Mode Evident Safety Outage Category
1. Disc Disc pecah Y T Y B
2. Disc Knife Disc Knife T T Y D/B
kurang pelumas
3. Cane Knife Cane Knife T T Y D/B
tumpul
4. Mur dan Baut Mur dan Baut Y T Y B
putus
5. Bearing Bearing panas Y T Y B
6. Mata Pisau Mata Pisau patah Y T Y B
7. V-Belt V-Belt putus Y T Y B
8. Cylinder Rotor Cylinder Rotor Y T Y B
macet
9. Handle Freed Handle Freed T T Y D/B
lepas
10. Rotor Rotor kendur T T Y D/B
11. Hammer Hammer tumpul T T Y D/B
12. Disc Disc pecah Y T Y B
13. Rotor Rotor macet Y T Y B
14. Disc Disc kurang T T Y D/B
pelumas
15. Bearing Bearing panas Y T Y B
16. Scrapper Plate Scrapper Plate Y T Y B
aus
17. Plat Plat bergetar Y T Y B
18. Standard Mill Standard Mill T T Y D/B
Check Check bergetar
19. Baggage Baggage Y T Y B
Elevator Elevator
tersumbat
20. Feeding Roll Feeding Roll Y T Y B
macet
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

5.2.1.7. Pemilihan Tindakan

Pemilihan tindakan didasarkan dengan menjawab pertanyaan penuntun

(selection guide) yang disesuaikan pada road map pemilihan tindakan. Proses ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Tugas yang

dipilih dalam kegiatan preventive maintenance harus memenuhi syarat berikut:

1. Aplikatif, tugas tersebut akan dapat mencegah kegagalan, mendeteksi

kegagalan atau menemukan kegagalan tersembunyi.

2. Efektif, tugas tersebut harus merupakan pilihan dengan biaya yang paling

efektif diantara kandidat lainnya.

Contoh pengisian tabel pemilihan tindakan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

A.1.1. Disc pecah sehingga mesin cane cutter berhenti beroperasi.

1. Komponen yang mungkin menimbulkan kerusakan adalah Disc.

2. Fungsi disc adalah menopang sebagai tangkai pisau pemotong tebu pada

mesin Cane Cutter.

3. Mode kerusakan adalah disc pecah.

Selection Guide (Pertanyaan Penuntun) terhadap mode kerusakan adalah:

1. Apakah hubungan kerusakan dengan age reliability diketahui? Ya

2. Apakah tindakan Time Directed bisa digunakan? Ya

3. Apakah tindakan Condition Directed dapat digunakan? Tidak

4. Apakah termasuk dalam mode kerusakan D (masalah tersembunyi)? Tidak

5. Pertanyaan 5 dilewat karena jawaban pada pertanyaan 4 adalah “Tidak”

6. Apakah tindakan yang dipilih efektif? Ya

7. Selection Task : TD (Time Directed)

Penyusunan pemilihan tindakan untuk komponen sistem mesin produksi

pada PTPN II PG Kwala Madu dapat dilihat pada Gambar 5.10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 Apakah umur kehandalan untuk kerusakan ini diketahui?

Ya Sebagian

2 Apakah T.D task dapat digunakan?

Ya Tidak

Tentukan T.D task Tidak

3 Apakah C.D task dapat digunakan?

Ya

Tentukan C.D task Tidak


YA

4 Apakah mode kegagalan termasuk kategori D?

Ya

5 Apakah F.F task dapat digunakan?

Ya Tidak

Tentukan F.F task Tidak

6 Apakah dari antara task ini efektif?

Tidak

7 Ya Dapatkah sebuah desain modifikasi mengeliminasi mode kegagalan dan efeknya?

Tidak Ya

Tentukan T.D/C.D/F.F task Menerima resiko kegagalan Desain Modifikasi

Gambar 5.10. Road Map Pemilihan Tindakan


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Rekapitulasi tindakan perawatan berdasarkan Road Map dapat dilihat pada

Tabel 5.12.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.12. Pemilihan Tindakan Perawatan Mesin PTPN II PG Kwala Madu
Selection Guide
No. Komponen Failure Mode Selection Task
1 2 3 4 5 6 7
1. Disc Disc pecah Y T Y T - Y - T.D
2. Disc Knife Disc Knife kurang pelumas Y T Y Y Y Y - F.F
3. Cane Knife Cane Knife tumpul Y T Y Y Y Y - F.F
4. Mur dan Baut Mur dan Baut putus Y Y Y T - Y - T.D
5. Bearing Bearing panas Y Y Y T - Y - C.D
6. Mata Pisau Mata Pisau patah Y Y Y T - Y - T.D
7. V-Belt V-Belt putus Y T Y T - Y - C.D
8. Cylinder Rotor Cylinder Rotor macet Y T Y T - Y - C.D
9. Handle Freed Handle Freed lepas Y T Y Y Y Y - F.F
10. Rotor Rotor kendur Y T Y Y Y Y - F.F
11. Hammer Hammer tumpul Y T Y Y Y Y - F.F
12. Disc Disc pecah Y Y Y T - Y - T.D
13. Rotor Rotor macet Y T Y T - Y - C.D
14. Disc Disc kurang pelumas Y T Y Y Y Y - F.F
15. Bearing Bearing panas Y Y Y T - Y - C.D
16. Scrapper Plate Scrapper Plate aus Y T Y T - Y - C.D
17. Plat Plat bergetar Y Y Y T - Y - T.D
18. Standard Mill Check Standard Mill Check bergetar Y T Y Y Y Y - F.F
19. Baggage Elevator Baggage Elevator tersumbat Y T Y T - Y - C.D
20. Feeding Roll Feeding Roll macet Y T Y T - Y - C.D
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pemilihan tindakan pencegahan berdasarkan hasil analisis terhadap

FMEA dan LTA adalah sebagai berikut:

1. Condition Directed (CD) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk

mendeteksi kerusakan dengan cara visual inspection, memeriksa alat, serta

memonitoring sejumlah data yang ada. Apabila ada pendeteksian ditemukan

gejala-gejala kerusakan peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau

penggantian komponen. Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan

ini adalah:

a. Bearing pada mesin Cane Cutter

b. V-Belt pada mesin Cane Cutter

c. Cylinder rotor pada mesin Cane Cutter

d. Rotor pada mesin Unigrator

e. Bearing pada mesin Unigrator

f. Scrapper Plate pada mesin Mill Roll

g. Baggage Elevator pada mesin Mill Roll

h. Feeding Roll pada mesin Mill Roll

2. Time Directed (T.D) yaitu tindakan yang diambil yang lebih berfokus pada

aktivitas pergantian yang dilakukan secara berkala. Komponen yang termasuk

dalam pemilihan tindakan ini adalah:

VI-142
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Disc pada mesin Cane Cutter

b. Mur dan Baut pada mesin Cane Cutter

c. Mata Pisau pada mesin Cane Cutter

d. Disc pada mesin Unigrator

e. Plat pada mesin Mill Roll

3. Finding Failure (F.F) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk

menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan

berkala. Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah:

a. Disc Knife pada mesin Cane Cutter

b. Cane Knife pada mesin Cane Cutter

c. Handel Freed pada mesin Cane Cutter

d. Rotor pada mesin Cane Cutter

e. Hammer pada mesin Unigrator

f. Disc pada mesin Unigrator

g. Standard Mill Check pada mesin Mill Rolli

5.2.2. Pengujian Pola Distribusi dan Reliability

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil analisis RCM pada mesin-mesin produksi, maka komponen

yang akan diuji pola distribusinya dan kemudian ditentukan nilai Reliability adalah

komponen yang tindakan perawatannya bersifat waktu Time Directed (TD).

Komponen tersebut adalah Disc pada mesin Cane Cutter, Mur dan Baut pada mesin

Cane Cutter, Mata Pisau pada mesin Cane Cutter, Disc pada mesin Unigrator, Plat

pada mesin Mill Roll.

Pengujian distribusi menggunakan software EasyFit Professional 5.6. Uji ini

digunakan untuk melihat kesesuaian/kecocokan antara distribusi teoritis dan distribusi

dari data yang teramati. Hasil pengujian pola distribusi masing-masing komponen

menggunakan Software EasyFit Professional 5.6 selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 2. Hasil rekapitulasi uji distribusi dan parameter dengan Software EasyFit

Professional 5.6. dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Hasil Rekapitulasi Uji Distribusi dan Penentuan Parameter


Distribusi Interval Kerusakan
No Komponen Pola Distribusi Parameter
1 Disc pada mesin Cane Cutter Gamma =15,163 ; =0,79609
Mur dan Baut pada mesin
2 Normal =3,0481 ; μ=15,091
Cane Cutter
Mata Pisau pada mesin Cane
3 Gamma σ=9,9815 ; =1,4026
Cutter
4 Disc pada mesin Unigrator Normal σ=4,5123 ; μ=18,889
5 Plat pada mesin Mill Roll Weibull =2,6239 ; =16,697
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Berdasarkan pola distribusi dan parameter di atas, maka dapat ditentukan

persamaan dan grafik fungsi konsep reliability. Persamaan konsep reliability dari

komponen-komponen tersebut diuraikan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Probability density function (fungsi kepadatan probabilitas); merupakan

fungsi keandalan yang menunjukkan bahwa kerusakan terjadi secara terus-

menerus (continuous) dan bersifat probabilistik dalam selang waktu (0,∞).

2. Cumulative distribution function (fungsi distribusi kumulatif); merupakan

fungsi yang menyatakan probabilitas kerusakan dalam percobaan acak.

3. Survival/ Reliability function (fungsi keandalan); merupakan fungsi yang

menyatakan keandalan dari komponen mesin.

4. Hazard function (fungsi kerusakan/laju kerusakan) merupakan fungsi limit

dari laju kerusakan dengan panjang interval waktu kerusakan.

Persamaan reliability dari komponen- komponen mesin dispenser adalah

sebagai berikut:

1. Disc pada mesin Cane Cutter

a. Fungsi Kepadatan Probabilitas

𝑡𝛽−1 𝑡
𝑓(𝑡) = exp [− ( )]
𝛼 𝛽 Γ(β) 𝛼

𝑡 0.79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) = exp [− ( )]
15,163 0,79609 Γ(0,79609) 15,163

α, β ≥ 0

b. Fungsi Distribusi Kumulatif


𝑡
𝑡𝛽−1 𝑡
𝐹(𝑡) = ∫ 𝛽
exp [− ( )] 𝑑𝑡
𝛼 Γ(β) 𝛼
0

𝑡
𝑡 0,79609−1 𝑡
𝐹(𝑡) = ∫ 0,79609
exp [− ( )] 𝑑𝑡
15,163 Γ(0,79609) 15,163
0

c. Fungsi Keandalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



𝑡 0,79609−1 𝑡
𝑅(𝑡) = ∫ 0,79609
exp [− ( )] 𝑑𝑡
15,163 Γ(0,79609) 15,163
𝑡

𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)

d. Fungsi Laju Kerusakan

𝑡 0,79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) exp [− ( )]
15,163 0,79609 Γ(0,79609) 15,163
ℎ(𝑡) = = ∞ 𝑡 0,79609−1 𝑡
𝑅(𝑡) ∫𝑡 15,163 0,79609 Γ(0,79609) exp [− (15,163 )] 𝑑𝑡

2. Mur dan Baut pada mesin Cane Cutter

a. Fungsi Kepadatan Probabilitas

1 (𝑡 − 𝜇)2
𝑓(𝑡) = exp (− ); − ∞ < 𝑡 < ∞
𝜎√2𝜋 2𝜎 2

1 (𝑡 − 15,091)2
𝑓(𝑡) = exp (− )
3,0481√2𝜋 2(3,0481)2

b. Fungsi Distribusi Kumulatif


𝑡
1 (𝑡 − 𝜇)2
𝐹(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
𝜎√2𝜋 2σ2
0

𝑡
(𝑡 − 15,091)2
1
𝐹(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
3,0481√2𝜋 2(3,0481)2
0

c. Fungsi Keandalan

1(𝑡 − 15,091)2
𝑅(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
3,0481√2𝜋 2(3,0481)2
𝑡

𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Fungsi Laju Kerusakan

1 (𝑡−15,091)2
𝑓(𝑡) exp (− )
3,0481√2𝜋2(3,0481)2
ℎ(𝑡) = (𝑡−15,091)2
𝑅(𝑡) ∫∞ 1
exp (− 2(3,0481)2 ) 𝑑𝑡
𝑡 3,0481√2𝜋

3. Mata Pisau pada mesin Cane Cutter

a. Fungsi Kepadatan Probabilitas

𝑡𝛽−1 𝑡
𝑓(𝑡) = 𝛽
exp [− ( )]
𝛼 Γ(β) 𝛼

𝑡 0.79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) = exp [− ( )]
9,9815 1,4026 Γ(1,4026) 9,9815

α, β ≥ 0

b. Fungsi Distribusi Kumulatif


𝑡
𝑡𝛽−1 𝑡
𝐹(𝑡) = ∫ 𝛽 exp [− ( )] 𝑑𝑡
𝛼 Γ(β) 𝛼
0

𝑡
𝑡1,4026−1 𝑡
𝐹(𝑡) = ∫ 1,4026
exp [− ( )] 𝑑𝑡
9,9815 Γ(1,4026) 9,9815
0

c. Fungsi Keandalan

𝑡1,4026−1 𝑡
𝑅(𝑡) = ∫ 1,4026
exp [− ( )] 𝑑𝑡
9,9815 Γ(1,4026) 9,9815
𝑡

𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)

d. Fungsi Laju Kerusakan

𝑡 1,4026−1 𝑡
𝑓(𝑡) exp [− (9,9815 )]
9,9815 1,4026 Γ(1,4026)
ℎ(𝑡) = = ∞ 𝑡 1,4026−1 𝑡
𝑅(𝑡) ∫𝑡 9,9815 1,4026 Γ(1,4026) exp [− (9,9815 )] 𝑑𝑡

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Disc pada mesin Unigrator

a. Fungsi Kepadatan Probabilitas

1 (𝑡 − 𝜇)2
𝑓(𝑡) = exp (− ); − ∞ < 𝑡 < ∞
𝜎√2𝜋 2𝜎 2

1 (𝑡 − 18,889)2
𝑓(𝑡) = exp (− )
4,5123√2𝜋 2(4,5123)2

b. Fungsi Distribusi Kumulatif


𝑡
1 (𝑡 − 𝜇)2
𝐹(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
𝜎√2𝜋 2σ2
0

𝑡
1 (𝑡 − 18,889)2
𝐹(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
4,5123√2𝜋 2(4,5123)2
0

c. Fungsi Keandalan

1 (𝑡 − 18,889)2
𝑅(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
4,5123√2𝜋 2(4,5123)2
𝑡

𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)

d. Fungsi Laju Kerusakan

1 (𝑡−18,889)2
𝑓(𝑡) exp (− )
2(4,5123)2
4,5123√2𝜋
ℎ(𝑡) = (𝑡−18,889)2
𝑅(𝑡) ∫∞ 1
exp (− 2(4,5123)2 ) 𝑑𝑡
𝑡 4,5123√2𝜋

5. Plat pada mesin Mill Roll

a. Fungsi Kepadatan Probabilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


β 𝑡 𝛽−1 𝑡 𝛽
𝑓(𝑡) = ( ) exp [(− ) ]
𝛼 𝛼 𝛼

16,697−1 16,697
16,697 𝑡 𝑡
𝑓(𝑡) = ( ) exp [(− ) ]
2,6239 2,6239 2,6239

15,697 16,697
𝑡 𝑡
𝑓(𝑡) = 6,3634 ( ) exp [(− ) ]
2,6239 2,6239

𝛼, 𝛽 ≥ 0

b. Fungsi Distribusi Kumulatif

𝑡 𝛽
𝐹(𝑡) = 1 − exp [(− ) ]
𝛼

16,697
𝑡
𝐹(𝑡) = 1 − exp [(− ) ]
2,6239

c. Fungsi Keandalan

𝑡 𝛽
𝑅(𝑡) = exp [(− ) ]
𝛼

16,697
𝑡
𝑅(𝑡) = exp [(− ) ]
2,6239

𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)

d. Fungsi Laju Kerusakan

𝑓(𝑡) 𝛽 𝑡 𝛽−1
ℎ(𝑡) = = ( )
𝑅(𝑡) 𝛼 𝛼
16,697−1
𝑓(𝑡) 16,697 𝑡
ℎ(𝑡) = = ( )
𝑅(𝑡) 2,6239 2,6239
15,697
𝑓(𝑡) 𝑡
ℎ(𝑡) = = 6,3634 ( )
𝑅(𝑡) 2,6239

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Grafik konsep keandalan Probability Density Function komponen Disc pada

mesin Cane Cutter dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Probability Density Function

0.3

0.28

0.26

0.24

0.22

0.2

0.18
f(x)

0.16

0.14

0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x

Histogram Gamma

Gambar 5.11. Probability Density Function Disc pada Mesin Cane Cutter
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Grafik konsep keandalan Cumulative Distribution Function komponen Disc

pada mesin Cane Cutter dapat dilihat pada Gambar 5.12.

Cumulative Distribution Function

0.9

0.8

0.7

0.6
F(x)

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x

Sample Gamma

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.12. Cumulative Distribution Function Disc pada Mesin Cane
Cutter
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Grafik konsep keandalan Survival/Reliability function komponen Disc pada

mesin Cane Cutter dapat dilihat pada Gambar 5.13.

Survival Function

0.9

0.8

0.7

0.6
S(x)

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x

Sample Gamma

Gambar 5.13. Survival Function Disc pada Mesin Cane Cutter


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Grafik konsep keandalan Hazard function komponen Disc pada mesin Cane

Cutter dapat dilihat pada Gambar 5.14.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hazard Function
0.52

0.48

0.44

0.4

0.36

0.32

0.28
h(x)

0.24

0.2

0.16

0.12

0.08

0.04

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x

Gamma

Gambar 5.14. Hazard Function Disc pada Mesin Cane Cutter


Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Grafik konsep keandalan dari komponen Mur dan Baut pada mesin Cane

Cutter, Mata Pisau pada mesin Cane Cutter, Disc pada mesin Unigrator, Plat pada

mesin Mill Roll selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

5.2.3. Perhitungan Total Minimum Downtime

Downtime merupakan waktu suatu komponen sistem tidak dapat digunakan

(tidak berada dalam kondisi yang baik) sehingga membuat fungsi sistem tidak

berjalan. Prinsip dasar pendekatan total minimum downtime adalah untuk menekan

periode kerusakan sampai batas minimum dalam menentukan keputusan pergantian

komponen (interval pergantian komponen). Perusahaan beroperasi selama 24 jam

selama satu hari. Waktu yang diperlukan untuk mengganti komponen karena terjadi

kerusakan disimbolkan dengan Tf, dan waktu yang diperlukan untuk mengganti

komponen berdasarkan interval waktu (tindakan preventif) disimbolkan sebagai Tp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nilai Tf dan Tp dari masin-masing komponen kritis sistem produksi dispenser dapat

dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Parameter Distribusi dan Lama Pergantian Kerusakan


Lama
Pola Pergantian
No Komponen Parameter
Distribusi Tf Tp
(Menit) (Menit)
Disc pada mesin Cane =15,163 ;
1 Gamma 123 68
Cutter =0,79609
Mur dan Baut pada
2 Normal =3,0481 ; μ=15,091 110 55
mesin Cane Cutter
Mata Pisau pada mesin
3 Gamma σ=9,9815 ; =1,4026 128 73
Cane Cutter
Disc pada mesin
4 Normal σ=4,5123 ; μ=18,889 128 73
Unigrator
Plat pada mesin Mill
5 Weibull =2,6239 ; =16,697 150 95
Roll
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

Langkah-langkah untuk perhitungan Total Minimum Downtime (TMD)

adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Fungsi Distribusi Kumulatif Komponen

Contoh Komponen : Disc pada mesin Cane Cutter

Jenis Distribusi : Gamma

Parameter : =15,163 ; =0,79609

Fungsi distribusi kumulatif untuk distribusi gamma adalah

𝑡𝛽−1 𝑡
𝑓(𝑡) = 𝛽
exp [− ( )]
𝛼 Γ(β) 𝛼

𝑡 0.79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) = 0,79609
exp [− ( )]
15,163 Γ(0,79609) 15,163

𝑓(1) = 0

𝑓(2) = 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑓(3) = 0

Perhitungan nilai f(4), f(5), …, …, f(t) dengan cara yang sama dengan

menggunakan Microsoft Excel 2010.

2. Perhitungan banyaknya kerusakan dalam interval waktu (0, Tp)

Dengan rumus

𝑡𝑝−1 𝑖+1

ℎ(𝑡𝑝) = ∑ [1 + ℎ(𝑡𝑝 − 1 − 𝑖] ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡


𝑖=0 𝑖

h(0) = selalu ditetapkan 0

ℎ(1) = {1 + ℎ(0)} 𝑥 𝑓(𝑡)

= {1 + 0} 𝑥 0

=0

ℎ(2) = {1 + ℎ(1)} 𝑥 𝑓(𝑡)

= {1 + 0} 𝑥 0

=0

ℎ(3) = {1 + ℎ(2)} 𝑥 𝑓(𝑡)

= {1 + 0} 𝑥 0

=0

Perhitungan nilai h(4), h(5),…….., h(t) dengan cara yang sama dengan

menggunakan Microsoft Excel 2010.

3. Perhitungan Total Minimum Downtime (TMD)

Dengan rumus

ℎ(𝑡𝑝) 𝑇𝑓 + 𝑇𝑝
𝐷(𝑡𝑝) =
𝑡𝑝 + 𝑇𝑝

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dimana;

h(tp) = Banyaknya kerusakan (kegagalan) dalam interval waktu (0,tp)

Tf = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena

kerusakan.

Tp = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena

tindakan preventif (komponen belum rusak).

tp = Interval waktu kerusakan.

(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(0) = = 1
0+(0,08541667)

(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(1) = = 0,320754707
1+(0,08541667)

(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(2) = = 0,191011231
2+(0,08541667)

(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(3) = = 0,136000191
3+(0,08541667)

Perhitungan nilai D(4), D(5), …, …, D(t) dengan cara yang sama dengan

menggunakan Microsoft Excel 2010. Berdasarkan hasil perhitungan Total

Minimum Downtime (TMD) dari komponen disc mesin cane cutter memiliki

minimum downtime pada hari ke-14 dengan nilai D(14) sebesar 0,042209369.

Berdasarkan perhitungan Total Minimum Downtime untuk komponen

mesin PTPN II PG Kwala Madu pada Lampiran, maka diperoleh interval

pergantian optimum untuk masing-masing komponen dapat dilihat pada Tabel

5.15.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.15. Interval Pergantian Optimum Komponen PTPN II PG Kwala
Madu
No Komponen Interval Pergantian (Hari)
1 Disc pada mesin Cane Cutter 14
2 Mur dan Baut pada mesin Cane Cutter 11
3 Mata Pisau pada mesin Cane Cutter 9
4 Disc pada mesin Unigrator 14
5 Plat pada mesin Mill Roll 11
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Rekomendasi Tindakan Perawatan Hasil Pendekatan RCM

6.1.1. Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode Failure Mode and

Effect Analysis (FMEA) terhadap komponen mesin di sistem produksi gula PT

Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) maka dapat

diperoleh nilai RPN (Risk Priority Number) untuk setiap komponen. Nilai RPN

untuk setiap komponen yang telah diurutkan berdasarkan nilai RPN terbesar ke

terkecil dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Nilai RPN Komponen Mesin-Mesin Produksi Gula PTPN II


KwalaMadu
No. Komponen Nilai RPN
1. Scrapper Plate mesin Mill Roll 350
2. Mur dan Baut mesin Cane Cutter 336
3. Bearing mesin Unigrator 320
4. Standard Mill Check mesin Mill Roll 320
5. Disc mesin Cane Cutter 300
6. Disc mesin Unigrator 280
7. Plat mesin Mill Roll 280
8. Bearing mesin Cane Cutter 256
9. Mata Pisau mesin Cane Cutter 250
10. Disc mesin Unigrator 250
11. Baggage Elevator mesin Mill Roll 250
12. Disc Knife mesin Cane Cutter 240
13. V-Belt mesin Cane Cutter 240
14. Cylinder Rotor mesin Cane Cutter 200
15. Rotor mesin Unigrator 200
16. Handle Freed mesin Cane Cutter 175
17. Cane Knife mesin Cane Cutter 150
18. Feeding Roll mesin Mill Roll 150
19. Rotor mesin Cane Cutter 140
20. Hammer mesin Unigrator 125
Sumber: Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari Tabel 6.1. di atas, dapat dilihat bahwa terdapat tujuh komponen

utama yang memiliki nilai RPN yang tinggi (> 300) dalam menyebabkan

downtime produksi gula, yaitu komponen disc pada mesin cane cutter, mur dan

baut pada mesin Cane Cutter, bearing pada mesin unigrator, scrapper plate pada

mesin mill roll dan standard mill check pada mesin mill roll.

6.1.2. Analisis Kategori Komponen Berdasarkan Logic Tree Analysis (LTA)

Berdasarkan hasil analisis Logic Tree Analysis (LTA), maka dapat

diperoleh kategori kegagalan masing-masing komponen mesin. Pengkategorian

komponen dilakukan atas pertimbangan :

1. Kategori A (safety problem) yaitu komponen yang dapat mengakibatkan

gangguan keselamatan pada operator dan lingkungan. Berdasarkan hasil

penelitian, tidak terdapat komponen mesin dalam sistem produksi gula PTPN

II PGKM yang termasuk dalam kategori ini.

2. Kategori B (outage problem) yaitu komponen yang dapat mengakibatkan

kegagalan pada seluruh atau sebagian sistem. Komponen yang termasuk

dalam kategori ini adalah:

a. Disc mesin Cane Cutter

b. Mur dan baut mesin Cane Cutter

c. Bearing mesin Cane Cutter

d. Mata pisau mesin Cane Cutter

e. V-Belt mesin Cane Cutter

f. Cylinder Rotor mesin Cane Cutter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Disc mesin Unigrator

h. Rotor mesin Unigrator

i. Bearing mesin Unigrator

j. Scrapper Plate mesin Mill Roll

k. Plat mesin Mill Roll

l. Baggage Elevator mesin Mill Roll

m. Feeding Roll mesin Mill Roll

3. Kategori C (economic problem) yaitu komponen yang tidak menyebabkan

kegagalan pada seluruh atau sebagian sistem tetapi menyebabkan

kerugian pada perusahaan karena fungsi komponen berkurang. Berdasarkan

hasil penelitian, tidak ada komponen yang termasuk dalam kategori ini.

4. Kategori D (hidden failure) yaitu komponen yang kegagalan fungsinya tidak

disadari dan sulit dideteksi oleh operator karena tersembunyi dari penglihatan

operator. Komponen yang termasuk dalam kategori ini adalah:

a. Disc Knife mesin Cane Cutter

b. Cane Knife mesin Cane Cutter

c. Handle Freed mesin Cane Cutter

d. Rotor mesin Cane Cutter

e. Hammer mesin Unigrator

f. Disc mesin Unigrator

g. Standard Mill Check mesin Mill Roll

Hasil rekapitulasi jumlah komponen untuk masing-masing kategori dan

persentase kontribusinya menyebabkan downtime dapat dilihat pada Tabel 6.2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 6.2. dapat dilihat bahwa 65% komponen di sistem produksi gula

PTPN II PGKM bersifat outage yang dapat mengakibatkan kegagalan terhadap

keseluruhan atau sebagian sistem.

Tabel 6.2. Rekapitulasi Hasil Penyususan LTA Sistem Produksi Gula PTPN
II PGKM
No. Kategori Jumlah Komponen Persentase (%)
1. A 0 0
2. B 13 65
3. C 0 0
4. D/B 7 35
Total 20 100
Sumber : Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.

6.1.3. Prosedur Perawatan Berdasarkan Pemilihan Tindakan RCM

Berdasarkan hasil pemilihan tindakan untuk komponen-komponen yang

mengalami kegagalan di sistem produksi plywood maka dapat diperoleh beberapa

tindakan pemilihan yaitu:

1. Tindakan Perawatan CD (Condition Directed)

Tindakan perawatan ini bertujuan untuk mendeteksi kegagalan

berdasarkan kondisi komponen dengan cara visual inspection dan pemeriksan

mesin. Apabila dalam proses pendeteksian ditemukan gejala-gejala kerusakan,

maka dilanjutkan dengan proses perbaikan atau penggantian komponen.

Komponen yang direncanakan dengan tindakan perawatan ini yaitu:

a. Bearing mesin Cane Cutter

b. V-Belt mesin Cane Cutter

c. Cylinder Rotor mesin Cane Cutter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Rotor mesin Unigrator

e. Bearing mesin Unigrator

f. Scrapper Plate mesin Mill Roll

g. Baggage Elevator mesin Mill Roll

h. Feeding Roll mesin Mill Roll

Rencana tindakan perawatan CD (Condition Directed) untuk komponen di

atas dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Tindakan Perawatan CD (Condition Directed) Produksi Gula


PTPN II PGKM
No. Mesin Komponen Tindakan CD (Condition Directed)
1. Cane Cutter Bearing a. Pemeriksaan visual kondisi fisik bearing
(menghindari keretakan fisik bearing)
b. Pemeriksaan kondisi suhu bearing (suhu yang
tinggi mengakibatkan bearing terbakar)
c. Pemeriksaan grease pada bearing (grease
harus ada untuk memperkecil gesekan putaran
bearing)
d. Pemeriksaan putaran bearing (bearing dapat
memutar komponen lain mesin cane cutter)
e. Pemeriksaan getaran bearing (getaran yang
kuat berarti ada masalah pada bearing)
2. Cane Cutter V-Belt a. Pemeriksaan visual kondisi fisik V-Belt
(menghindari V-Belt putus)
b. Pemeriksaan putaran mesin (putaran yang
berat mengakibatkan V-Belt putus)
c. Pemeriksaan visual oli yang mengenai V-Belt
(Frekuensi oli mengenai V-Belt yang tinggi
menyebabkan slip sehingga daya tarik V-Belt
menurun)
3. Cane Cutter Cylinder a. Pemeriksaan waste yang menempel pada
Rotor Cylinder Rotor (waste yang menempel
menyebabkan cylinder rotor macet)
b. Pemeriksaan posisi cylinder rotor (posisi
harus tepat sehingga dapat menggerakkan
rotor)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.3. Tindakan Perawatan CD (Condition Directed) Produksi Gula
PTPN II PGKM (Lanjutan)
No. Mesin Komponen Tindakan CD (Condition Directed)
4. Unigrator Rotor a. Pemeriksaan waste yang menempel pada
Rotor (waste yang menempel menyebabkan
rotor macet)
b. Pemeriksaan posisi rotor (posisi harus tepat
sebagai tempat dudukan disc)
5. Unigrator Bearing a. Pemeriksaan visual kondisi fisik bearing
(menghindari keretakan fisik bearing)
b. Pemeriksaan kondisi suhu bearing (suhu yang
tinggi mengakibatkan bearing pecah dan
terbakar)
c. Pemeriksaan grease pada bearing (grease
harus ada untuk memperkecil gesekan putaran
bearing)
d. Pemeriksaan putaran bearing (bearing dapat
memutar komponen lain mesin unigrator)
e. Pemeriksaan getaran bearing (getaran yang
kuat berarti ada masalah pada bearing)
6. Mill Roll Scrapper a. Pemeriksaan permukaan scrapper plate
Plate (permukaan harus kasar sehingga gerakan
scrapper plate lancar)
b. Pemeriksaan grease pada scrapper plate
(grease untuk mengurangi gesekan dalam
gerakan scrapper plate)
c. Pemeriksaan visual fisik scrapper plate
(mencegah ampas masuk ke dalam komponen
scrapper plate)
7. Mill Roll Baggage a. Pemeriksaan visual kondisi baggage elevator
Elevator (mencegah penumpukan ampas di dalam
pompa)
b. Pemeriksaan visual posisi baggage elevator
(posisi yang tepat agar nira dapat disalurkan
dengan lancar)
8. Mill Roll Feeding Roll a. Pemeriksaan visual kondisi feeding roll (waste
yang menempel pada cutter feeding roll
mengakibatkan feeding roll macet)
b. Pemeriksaan visual posisi feeding roll (posisi
yang tepat agar tebu dapat disalurkan
sedemikian rupa)
Sumber : Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.

Prosedur perawatan untuk komponen yang direncanakan dengan tindakan

CD (Condition Directed) yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Judul Unit

Perawatan berdasarkan kondisi fisik komponen (Condition Directed

Maintenance)

2. Deskripsi Unit

Perawatan CD (Condition Directed) dilakukan untuk mendeteksi kerusakan

awal pada komponen dengan visual inspection, pemeriksaan komponen, dan

memonitor data-data yang ada. Jika ditemukan gejala-gejala kerusakan awal,

maka dilanjutkan dengan perbaikan maupun pergantian komponen.

3. Peralatan

Obeng, linggis, kunci pas, baut L, termometer, test pen, palu, tang,

tachometer.

4. Acuan

Manual book dan hasil pemilihan tindakan perawatan berdasarkan pendekatan

RCM (Reliability Centered Maintenance).

5. Prosedur

a. Operator yang menjalankan mesin melakukan monitoring terhadap

kondisi fisik komponen mesin yang telah dijadwalkan dengan tindakan

CD (Condition Directed).

b. Jika operator menemukan gejala yang menunjukkan kondisi komponen

bermasalah, maka operator mengisi form kerusakan dan mengirimkan

form ke bagian Mechanical Departement.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Setelah menerima laporan kerusakan dari operator, pihak mechanical

department mengirimkan teknisi maintenance (mekanik) untuk

menganalisis dan memperbaiki komponen.

d. Teknisi maintenance (mekanik) kemudian melakukan penelurusuran lebih

lanjut untuk dapat mengidentifikasi penyebab masalah.

e. Setelah diketahui penyebab masalahnya, teknisi maintenance

mempersiapkan sumber daya (peralatan dan sparepart) yang diperlukan.

f. Setelah sumber daya dipersiapkan, teknisi maintenance mempersiapkan

rencana perawatan komponen mesin.

g. Teknisi maintenance kemudian melakukan serangkaian kegiatan

perawatan dalam memperbaiki komponen.

h. Jika masalah terselesaikan, maka teknisi maintenance melaporkan waktu,

penyebab kerusakan dan tindakan perawatan yang dilakukan ke supervisor

untuk kepentingan dokumentasi. Jika tidak, maka teknisi maintenance

mengidentifikasi ulang penyebab masalah dan memperbaikinya.

2. Tindakan Perawatan TD (Time Directed)

Tindakan perawatan ini bertujuan untuk menghindari kegagalan komponen

dengan lebih berfokus pada aktivitas pergantian yang dilakukan secara berkala.

Komponen-komponen yang direncanakan dengan tindakan perawatan ini yaitu:

a. Komponen Disc mesin Cane Cutter

b. Komponen Mur dan Baut mesin Cane Cutter

c. Komponen Mata Pisau mesin Cane Cutter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Komponen Disc mesin Unigrator

e. Komponen Plat mesin Mill Roll

Rencana tindakan perawatan TD (Time Directed) untuk komponen di atas

dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Tindakan Perawatan TD (Time Directed) Produksi Gula PTPN II


PGKM
No. Mesin Komponen Tindakan TD (Time Directed)
Pemeriksaan dan pergantian komponen setiap
1. Cane Cutter Disc
14 hari
Pemeriksaan dan pergantian komponen setiap
2. Cane Cutter Mur dan Baut
11 hari
Pemeriksaan dan pergantian komponen setiap
3. Cane Cutter Mata Pisau
9 hari
Pemeriksaan dan pergantian komponen setiap
4. Unigrator Disc
14 hari
Pemeriksaan dan pergantian komponen setiap
5. Mill Roll Plat
11 hari
Sumber : Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.

Prosedur perawatan untuk komponen yang direncanakan dengan tindakan

TD (Time Directed) yaitu:

1. Judul Unit

Perawatan Time Directed (Berdasarkan Waktu)

2. Deskripsi Unit

Perawatan ini bertujuan untuk menghindari kegagalan komponen dengan lebih

berfokus pada aktivitas pergantian yang dilakukan secara berkala.

3. Peralatan

Obeng, linggis, kunci pas, baut L, termometer, test pen, palu, tang,

tachometer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Acuan

Manual book dan hasil pemilihan tindakan perawatan berdasarkan pendekatan

RCM (Reliability Centered Maintenance) pada Tabel 6.4.

5. Prosedur

a. Teknisi maintenance (mekanik) melakukan pemeriksaan catatan umur

komponen Time Directed (TD).

b. Jika teknisi maintenance (mekanik) menemukan bahwa komponen sudah

saatnya diganti sesuai interval pergantian optimum maka teknisi

maintenance (mekanik) mempersiapkan sumber daya yang diperlukan.

Dalam hal ini, sparepart telah tersedia di mechanical department untuk

menghindari delay pada saat pengambilan ke gudang sparepart.

c. Teknisi maintenance (mekanik) mempersiapkan rencana pergantian

komponen dengan mempersiapkan Standar Operational Procedure (SOP)

pergantian komponen yang akan dilakukan.

d. Teknisi maintenance (mekanik) melakukan pergantian komponen sesuai

dengan SOP yang dibawa.

e. Teknisi maintenance (mekanik) melaporkan waktu, jumlah, dan jenis

komponen yang diganti kepada Supervisor untuk keperluan dokumentasi

3. Tindakan Perawatan FF (Finding Failure)

Tindakan perawatan ini bertujuan untuk menemukan kerusakan yang

tersembunyi pada mesin dengan melakukan pemeriksaan berkala.

Adapun komponen yang direncanakan dengan tindakan perawatan ini yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Komponen Disc Knife mesin Cane Cutter

b. Komponen Cane Knife mesin Cane Cutter

c. Komponen Handle Freed mesin Cane Cutter

d. Komponen Rotor mesin Cane Cutter

e. Komponen Hammer mesin Unigrator

f. Komponen Disc mesin Unigrator

g. Komponen Standard Mill Check mesin Mill Roll

Rencana tindakan perawatan FF (Finding Failure) untuk komponen di atas

dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Tindakan Perawatan FF (Finding Failure) Produksi Gula PTPN II


PGKM
No. Mesin Komponen Tindakan TD (Time Directed)
Pemeriksaan apakah kecepatan kerja mesin cane cutter
menurun atau tidak. Jika kecepatan mesin cane cutter
Cane menurun, maka pemeriksaan keadaan cane knife mesin.
1. Disc Knife
Cutter Jika cane knife tidak tumpul, maka pemeriksaan
keadaan disc knife untuk mengetahui kadar pelumas
pada disc knife.
Pemeriksaan kecepatan kerja mesin cane cutter
menurun atau tidak. Jika kecepatan kerja mesin
menurun, maka pemeriksaan pada beban electromotor
Cane bertambah atau tidak. Jika beban electromotor
2. Cane Knife
Cutter bertambah, maka pemeriksaan pada kondisi tebu terlalu
keras dan tebal atau tidak. Jika kondisi tebu ideal, maka
pemeriksaan keadaan cane knife untuk mengetahui
ketajaman pisau.
Pemeriksaan kinerja cane knife optimal atau tidak. Jika
Cane Handle kinerja cane knife tidak optimal, maka pemeriksaan
3.
Cutter Freed keadaan handle freed untuk mengetahui posisi handle
freed yang dapat mengakibatkan handle freed lepas.
Pemeriksaan keseimbangan slip putaran pada cylinder.
Cane Jika slip putaran pada cylinder tidak seimbang, maka
4. Rotor
Cutter pemeriksaan rotor kendur atau tidak sebagai akibat dari
cara pemasangan baut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.5. Tindakan Perawatan FF (Finding Failure) Produksi Gula PTPN II
PGKM (Lanjutan)
No. Mesin Komponen Tindakan TD (Time Directed)
Pemeriksaan kecepatan kerja mesin unigrator menurun
atau tidak. Jika kecepatan kerja mesin menurun, maka
pemeriksaan pada beban electromotor bertambah atau
tidak. Jika beban electromotor bertambah, maka
5. Unigrator Hammer
pemeriksaan pada kondisi tebu terlalu keras dan tebal
atau tidak. Jika kondisi tebu ideal, maka pemeriksaan
keadaan hammer mesin unigrator untuk mengetahui
tumpul atau tidak.
Pemeriksaan apakah kecepatan kerja mesin unigrator
menurun atau tidak. Jika kecepatan mesin unigrator
6. Unigrator Disc
menurun, maka pemeriksaan keadaan disc mesin untuk
mengetahui kadar pelumas pada disc knife.
Pemeriksaan kecepatan kerja mesin mill roll menurun
atau tidak. Jika kecepatan kerja mesin menurun, maka
Standard pemeriksaan standard mill check bergetar atau tidak.
7. Mill Roll
Mill Check Jika standard mill check bergetar, maka pemeriksaan
keadaaan baut set cup dan top roll untuk mengetahui
putus atau tidak.
Sumber : Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.

Prosedur perawatan untuk komponen yang direncanakan dengan tindakan

FF (Finding Failure) yaitu:

1. Judul Unit:

Perawatan dengan tindakan FF (Finding Failure)

2. Deskripsi unit:

Tindakan perawatan ini bertujuan untuk menemukan kerusakan yang

tersembunyi pada mesin dengan melakukan pemeriksaan berkala.

3. Peralatan:

Obeng, linggis, termometer, test pen, palu, tang, tachometer.

4. Acuan:

Manual book dan hasil pemilihan tindakan perawatan berdasarkan pendekatan

RCM (Reliability Centered Maintenance).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Prosedur

a. Teknisi maintenance (mekanik) melakukan pemeriksaan terhadap

komponen mesin secara berkala untuk menemukan kesalahan atau

kegagalan fungsi yang terjadi pada komponen.

b. Jika teknisi menemukan gejala-gejala kegagalan fungsi pada komponen

mesin, maka teknisi mengisi form kerusakan pada bagian

Mechanical Departement.

c. Teknisi maintenance (mekanik) melakukan identifikasi masalah.

d. Teknisi maintenance (mekanik) mempersiapkan sumber daya yang

diperlukan untuk kegiatan perbaikan.

e. Teknisi maintenance (mekanik) mempersiapkan rencana perawatan yang

akan dilakukan.

f. Teknisi maintenance (mekanik) melakukan kegiatan perbaikan.

g. Jika masalah terselesaikan, maka teknisi maintenance melaporkan waktu,

penyebab kerusakan dan tindakan perawatan yang dilakukan ke supervisor

untuk kepentingan dokumentasi. Jika tidak, maka teknisi maintenance

mengidentifikasi ulang penyebab masalah dan memperbaikinya.

6.2. Rekomendasi Jadwal Pergantian Komponen

Berdasarkan hasil pendekatan RCM, maka perhitungan reliability

dilakukan pada komponen yang bersifat berdasarkan waktu (Time Directed) yaitu

komponen Disc mesin Cane Cutter, komponen Mur dan Baut mesin Cane Cutter,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


komponen Mata Pisau mesin Cane Cutter, komponen Disc mesin Unigrator, dan

komponen Plat mesin Mill Roll.

Perhitungan interval pergantian komponen-komponen tersebut diperoleh

dengan pendekatan Total Minimum Downtime (TMD) yang paling kecil.

Sebelum menentukan nilai TMD komponen, interval kerusakan dari masing-

masing komponen diuji distribusi kerusakannya dan ditentukan parameter

yang mempengaruhi distribusi kerusakan komponen.

Hasil rekapitulasi perhitungan Total Minimum Downtime komponen

tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Rekapitulasi Perhitungan Total Minimum Downtime (TMD)


No Komponen Interval Pergantian Optimum (Hari)
1 Disc pada mesin Cane Cutter 14
2 Mur dan Baut pada mesin Cane Cutter 11
3 Mata Pisau pada mesin Cane Cutter 9
4 Disc pada mesin Unigrator 14
5 Plat pada mesin Mill Roll 11
Sumber : Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016

Berdasarkan interval pergantian komponen yang diperoleh pada Tabel 6.6,

maka dapat disusun jadwal perawatan komponen selama 1 tahun yang dapat

dilihat pada Gambar 6.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


J AN UA RI FE B RU AR I M AR E T APR I L
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
4
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 5 6 1 2 3
4
11 14 13 6 10
4 5 6 7 8 9 10 8 9 10 12 13 7 8 9 10 11 12 4 5 7 8 9
11 14 13 6 10
15 17
11 12 13 14 15 16 17 15 16 17 18 19 20 21 14 16 17 18 19 20 11 12 13 14 15 16
15 17
22 28 26 27 24
18 19 20 21 22 23 24 23 24 25 26 27 21 22 23 24 25 18 19 20 21 22 23
22 28 26 27 24
28
25 26 27 28 29 30 31 29 28 29 30 31 25 26 27 29 30
28
MEI JUNI JULI AGUSTUS
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M
3
31 5
3
1 30 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 5 6 7
5 3
31
5 3
8 11
2 3 4 5 6 7 6 7 8 9 10 12 4 5 6 7 8 9 10 8 9 10 11 12 13 14
8 11
9 19 14 17
9 10 11 12 13 14 15 13 14 15 16 17 18 11 12 13 15 16 15 16 17 18 19 20 21
19 14 17
9
20 22 22
16 17 18 19 21 20 21 23 24 25 26 18 19 20 21 22 23 24 22 23 24 25 26 27 28
20 22 22
25 31
23 24 25 26 27 28 29 27 28 29 30 26 27 28 29 30 29 30 31
25 31
Keterangan:
Start awal produksi (asumsi semua komponen diganti pada tanggal 01 Februari 2017)
Disc Mesin Cane Cutter
Mur dan Baut Mesin Cane Cutter
Mata Pisau Mesin Cane Cutter
Disc Mesin Unigrator
Plat mesin Mill Roll
Gambar 6.1. Kalender Jadwal Interval Pergantian Tahun 2017
Sumber : Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.3. Evaluasi Sistem Perawatan Sekarang dan Usulan

6.3.1. Penurunan Downtime

Hasil penurunan downtime sistem sekarang dan usulan dapat dilihat pada

Tabel 6.7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.7. Penurunan Nilai Downtime
Aktual Usulan
(Corrective Maintenance) (Hasil Metode RCM) Persentase
No. Komponen
Rata-rata Interval Penggantian Interval Penggantian Penurunan (%)
Downtime Downtime
Komponen (Hari) Komponen (Hari)
Disc 0,84
1. 15 0,042568022 14 0,042209369
mesin Cane Cutter
Mur dan Baut 33,36
2. 16 0,006169608 11 0,004111633
mesin Cane Cutter
Mata Pisau 26,67
3. 14 0,009309266 9 0,006826546
mesin Cane Cutter
Disc 29,45
4. 19 0,006490647 14 0,004579320
mesin Unigrator
Plat 18,32
5. 16 0,011481846 11 0,009378368
mesin Mill Roll
21,73
Rata-rata Penurunan Downtime
*Interval Pergantian untuk corrective maintenance diperoleh dari nilai rata-rata data historis interval kerusakan komponen
Sumber: Pengolahan Data, 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nilai downtime di atas diperoleh dari perhitungan Total Minimum

Downtime yang ditampilkan dalam tabel di Lampiran L-7. Pada Tabel 6.7. di atas,

terlihat adanya rata-rata penurunan downtime yang cukup signifikan (sebesar

21,73%) dengan diterapkannya sistem perawatan usulan menggunakan metode

Reliability Centered Maintenance.

6.3.2. Peningkatan Reliability

Nilai reliability komponen dengan metode perawatan sekarang (korektif)

dapat dihitung dengan rumus:

R(t)=1-F(t)

Sedangkan nilai reliability komponen usulan (RCM) dapat dihitung

dengan rumus:

R(t-nT)= 1- F(t-nT)

dimana n adalah jumlah pergantian pencegahan yang telah dilakukan sampai

kurun waktu t, T adalah interval pergantian komponen, dan F(t) adalah frekuensi

distribusi kumulatif komponen grafik. Peningkatan reliability dari komponen disc

mesin cane cutter dapat dilihat pada Gambar 6. 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Disc Mesin Cane Cutter
1,20

1,00

0,80
Reliability

0,60
Reliability Aktual
0,40 Reliability Hasil RCM

0,20

0,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Hari Ke-

Gambar 6.2. Peningkatan Reliability Disc Mesin Cane Cutter

Peningkatan reliability dari komponen mur dan baut mesin cane cutter

dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Mur dan Baut Mesin Cane Cutter


1,20

1,00

0,80
Reliability

0,60
Reliability Aktual
0,40 Reliability Hasil RCM

0,20

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Hari Ke-

Gambar 6.3. Peningkatan Reliability Mur dan Baut Mesin Cane Cutter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peningkatan reliability dari komponen ata pisau mesin cane cutter dapat

dilihat pada Gambar 6.4.

Mata Pisau Mesin Cane Cutter


1,20

1,00

0,80
Reliability

0,60 Reliability Aktual

0,40 Reliability Hasil


RCM
0,20

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
Hari Ke-

Gambar 6.4. Peningkatan Reliability Mata Pisau Mesin Cane Cutter

Peningkatan reliability dari komponen disc mesin unigrator dapat dilihat

pada Gambar 6.5.

Disc Mesin Unigrator


1,20

1,00

0,80
Reliability

0,60 Reliability Aktual

0,40 Reliability Hasil


RCM
0,20

0,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Hari Ke-

Gambar 6.5. Peningkatan Reliability Disc Mesin Unigrator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peningkatan reliability dari komponen plat mesin mill roll dapat dilihat

pada Gambar 6.6.

Plat Mesin Mill Roll


1,20

1,00

0,80
Reliability

0,60
Reliability Aktual

0,40 Reliability Hasil RCM

0,20

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hari Ke-

Gambar 6.6. Peningkatan Reliability Plat Mesin Mill Roll

6.3.3. Peningkatan Availability

Nilai availability dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

A(t)=1-D(t)

Hasil peningkatan availability komponen dapat dilihat pada Tabel 6.8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.8. Peningkatan Availability
Aktual Usulan Persentase
No. Komponen (Corrective Maintenance) (Hasil Metode RCM) Penurunan
Downtime Availability Downtime Availability (%)
Disc
1. mesin Cane 0,042568022 0,95743198 0,042209369 0,95779063 0,04
Cutter
Mur dan
Baut
2. 0,006169608 0,004111633
mesin Cane 0,99383039 0,99588837 0,21
Cutter
Mata Pisau
3. mesin Cane 0,009309266 0,99069073 0,006826546 0,99317345 0,25
Cutter
Disc
4. mesin 0,006490647 0,99350935 0,004579320 0,99542068 0,19
Unigrator
Plat
5. mesin Mill 0,011481846 0,98851815 0,009378368 0,99062163 0,21
Roll
0,18
Rata-rata Peningkatan Availability
Sumber: Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.

Tabel 6.8. di atas menunjukkan adanya peningkatan availability sebesar

0,18% dengan diterapkannya sistem perawatan menggunakan metode RCM. Jika

dihitung rata-rata total availability komponen maka akan diperoleh rata-rata

availability sebesar 99,82% yang memiliki arti waktu komponen untuk dapat

beroperasi sesuai fungsinya adalah sebesar 99,82% dari waktu yang tersedia.

6.4.Analisis Perbandingan dengan Pabrik Gula Sejenis

Nilai reliability komponen-komponen mesin-mesin produksi PTPN II

Pabrik Gula Kwala Madu dapat diprediksi meningkat dengan menggunakan

konsep perawatan sebagai hasil pengolahan metode Reliabily Centered

Maintenance (RCM). Selain itu, nilai availability juga mencapai 99,82%.

Peningkatan nilai tersebut dapat menjadikan PTPN II PGKM sebagai pabrik gula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang mampu memperoleh capain kelas dunia. Hal ini merupakan alternatif solusi

yang dapat digunakan.

Selain itu, PTPN PGKM sebagai pabrik tua dengan umur pabrik mencapai

32 tahun dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi dengan melakukan

revitalisasi pabrik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah

mencantumkan Program Revitalisasi Industri Gula sebagai salah satu prioritas

pembagunan dengan target swasembada gula. Permasalahannya, dengan jumlah

PG BUMN sebanyak 51 unit yang rata-rata umur mesinnya sudah tua, maka

investasi yang diperlukan untuk melakukan restrukturisasi akan sangat besar. Di

lain pihak, dana yang disediakan pemerintah terbatas. Pemerintah perlu membuat

prioritas dengan mengalokasikan dana kepada pabrik gula yang memang sangat

memerlukan. Tentunya untuk melakukan ini pemerintah memerlukan informasi

awal tentang kondisi peralatan pabrik gula agar sasaran restrukturisasi berjalan

efektif.9

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto dari Pusat Audit

Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, maka dapat dilihat

kondisi pabrik gula di seluruh Indonesia. Kondisi Pabrik Gula BUMN di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.9.

9
Subiyanto. Analisis Efektifitas Mesin/Alat Pabrik Gula Menggunakan Metode Overall
Equipments Effectiveness. Pusat Audit Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
2014.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.9. Nilai Availability, Performance, dan Quality PG BUMN Tahun 2012

Sumber : hasil pengolahan dari data kompilasi Kementerian Perindustrian, 2014.

Jika dibandingkan dengan kondisi PTPN II dengan Pabrik Gula yang lain

yang ada di Indonesia, maka kondisi Pabrik Gula Kwala Madu tidak berada pada

prioritas untuk direvitalisasi. Hal ini disebabkan karena kondisi pabrik gula yang

lain berada di bawah PG Kwala Madu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rencana aksi revitalisasi terhadap ke-19 PG ini perlu diperkaya dengan

pemahaman availability sangat ditentukan oleh jam berhenti giling (downtime),

dimana penyebabnya bukan semata karena faktor mesin/alat (faktor dalam

pabrik), tetapi juga karena sebab eksternal khususnya pasokan tebu ke pabrik.

Revitalisasi mesin/alat memerlukan informasi yang lebih spesifik khususnya

terkait data down time karena sebab mesin/alat pabrik (faktor dalam). Terpisahnya

kepemilikan dan manajemen antara kebun dan pabrik sebagai konsekuensi atas

keluarnya Kepres nomor 14 tahun 1975, kewenangan pabrik atas pasokan tebu

sangat terbatas, sehingga berdampak kepada kurang lancarnya pasokan tebu ke

pabrik. Upaya revitalisasi mesin/alat yang berorientasi kepada peningkatan nilai

Availability perlu diimbangi dengan perbaikan koordinasi antara pabrik dan

kebun khususnya dalam hal manajemen tebang angkut, agar pasokan tebu ke

pabrik tidak terganggu.

Performance yang rendah dapat terjadi karena mesin/alat tidak berfungsi

sesuai rencana (malfunction), atau karena rancangan mesin/alat yang kapasitasnya

kurang seimbang sehingga kecepatan alat harus disesuaikan pada tingkatan yang

tidak masimal. Program revitalisasi mesin/alat pabrik ke depan perlu dilengkapi

dengan informasi tentang OEE per stasiun alat agar pemilihan jenis mesin/alat

yang akan direvitalisasi tepat sasaran dan mampu memberikan nilai tambah

maksimal.

Quality dalam industri gula kristal putih nilainya sangat dipengaruhi oleh

efektifitas kerja mesin/alat dan teknologi proses, khususnya dalam pengendalian

losses. Konversi nira tebu menjadi gula kristal putih merupakan proses fisika,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kimia, dan biologi, yang efektifitasnya banyak dipengaruhi oleh kemampuan

mengendalikan kondisi proses. Kontrol pengendalian proses pada sebagian besar

PG BUMN saat ini masih menggunakan cara manual yang akurasinya sukar

diandalkan. Adanya kelengkapan instrumentasi sebagai alat kontrol kondisi proses

yang andal tentunya akan membantu kinerja PG khususnya dalam meningkatkan

nilai quality. Alat ini perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan program

revitalisasi mesin/alat pabrik gula ke depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pemecahan masalah maka

dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

1. Berdasarkan hasil penyusunan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis),

komponen-komponen yang memiliki Risk Priority Number (RPN) besar

(≥300) yaitu:

a. Komponen Disc mesin Cane Cutter

b. Komponen Mur dan Baut mesin Cane Cutter

c. Komponen Bearing mesin Unigrator

d. Komponen ScrapperPlate mesin Mill Roll

e. Komponen Standard Mill Check mesin Mill Roll

2. Hasil penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) menunjukkan komponen

sebesar 65% tergolong kategori B (outage problem).

3. Hasil pemilihan tindakan perawatan RCM menunjukkan terdapat 5

komponen kritis yang direncanakan dengan perawatan TD (Time Directed).

Untuk tindakan perawatan telah disusun Standard Operating Procedure (SOP)

perawatan sehingga tindakan perawatan lebih sistematis dan efisien dalam

mengurangi maintenance delay.

4. Total Minimum Downtime (TMD) komponen Disc mesin Cane Cutter,

komponen Mur dan Baut mesin Cane Cutter, komponen Mata Pisau mesin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cane Cutter, komponen Disc mesin Unigrator, dan komponen Plat mesin Mill

Roll adalah 0,0422, 0,0041, 0,0068, 0,0045, dan 0,0093.

5. Interval pergantian optimum komponen Disc mesin Cane Cutter, komponen

Mur dan Baut mesin Cane Cutter, komponen Mata Pisau mesin Cane Cutter,

komponen Disc mesin Unigrator, dan komponen Plat mesin Mill Roll

berturut-turut adalah sebesar 14 hari, 11 hari, 9 hari, 14 hari, dan 11 hari.

6. Dengan diterapkannya metode RCM sebagai metode perawatan yang baru,

maka dapat dilihat adanya potensi penurunan downtime sebesar 21,73%,

peningkatan reliability dan availability komponen.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan dapat memperhatikan kerugian yang disebabkan oleh

metode perawatan sekarang dan mencoba menerapkan metode perawatan yang

diusulkan yaitu metode Reliability Centered Maintenance (RCM).

2. Untuk dapat menerapkan RCM di perusahaan, maka sebaiknya perusahaan

tidak ragu dalam mempersiapkan sejumlah anggaran (budget) yang ditujukan

untuk keperluan pergantian komponen kritis di perusahaan.

3. Sebaiknya perusahaan melakukan sosialisasi Standard Operation Procedure

(SOP) perawatan untuk masing-masing komponen kritis kepada operator dan

mekanik sehingga sistem perawatan yang diusulkan dapat berjalan dengan

baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Perusahaan dapat memulai penerapan RCM dengan melakukan studi kasus

kecil terlebih dahulu sehingga karyawan terbiasa dengan metode perawatan

yang baru, kemudian baru diterapkan untuk perawatan keseluruhan pabrik.

5. Untuk dapat menerapakan metode ini dengan baik, maka seluruh bagian

pendukung perusahaan harus mengerti dengan benar manfaat yang bisa

diperoleh dari metode perawatan yang baru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Afefy, Islam H. 2010. Reliability-Centered Maintenance Methodology and

Application: A Case Study. Scientific Research Engineering, 2010,2, 863-

873. (Diakses pada November 2015)

Corder, A. (1992). Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Erlangga.

Kister, T.C. and Hawkins, B. (2006). Maintenance Planning and Scheduling

Handbook. USA: Elsevier.

Lee, JaeHoon. et.al. 2013. Development of Computerized Facility Maintenance

Management System Based on Reliability Centered Maintenance and

Automated Data Gathering. International Journal of Control and

Automation Vol. 6, No. 1. (Diakses pada tanggal 1 Februari 2013)

Manzini, R. et al. (2010). Maintenance for Industrial Systems. London: Springer.

Palit, Herry Christian dan Winny Sutanto. 2012. Perancangan RCM untuk

Mengurangi Downtime Mesin pada Perusahaan Manufaktur Aluminium.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi

MMT-ITS. (Diakses pada tanggal 4 Februari 2012)

Prayuda, Yoga. dkk. 2014. Implementasi Studi Preventive Maintenance Fasilitas

Produksi pada Pabrik Teh Hitam dengan Metode RCM di PTPN VI Kebun

Kayu Aro. E-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol. 3, No. 2. (Diakses pada

September 2014)

Sinulingga, S. (2011). Metode Penelitian. Medan: USU Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Smith, A.M. and Hinchcliffe, G.R. (2004). RCM-Gateway to World Class

Maintenance. USA: Elsevier.

Stapelberg, Rudolph Frederick. (2009). Handbook of Reliability, Availability,

Maintainability and Safety in Engineering Design. Spain: Springer.

Wahyudi, Didik. dkk. 2010. Analisis Perawatan Unit Pembangkitan Gresik Unit

III dengan Metode Reliability Centered Maintenance.Seminar Nasional VI

SDM Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176. (Diakses pada tanggal 18

November 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi PT. Perkebunan

Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah

sebagai berikut:

1. Manager Pabrik

Adapun kewajiban Manager Pabrik adalah:

a. Membantu direksi mengerjakan tugas dan kebijaksanaan yang telah

digariskan oleh perusahaan.

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan

pengawasan di pabrik, guna menunjang usaha pokok secara efektif dan

efisien.

Adapun tanggung jawab Manager pabrik adalah:

a. Manager pabrik bertanggung jawab terhadap direksi.

2. Kepala Dinas Teknik

Adapun kewajiban Kepala Dinas Teknik adalah:

a. Membantu manajemen pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang

telah digariskan oleh perusahaan.

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan pabrik

untuk menunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan oleh

manajemen pabrik.

c. Menyediakan data dan informasi yang akurat untuk kepentingan

manajemen pabrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun wewenang Kepala Dinas Teknik adalah:

a. Membuat rencana kerja jangka pendek dan jangka menengah untuk

pemeliharaan dan pengoperasian mesin/instalasi.

b. Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjalan efektif

dan efisien.

c. Memantau, mengevaluasi, dan membuat tindakan terhadap penyimpanan

operasional di Pabrik.

d. Memberikan usul dan saran perbaikan kepada manager pabrik yang dapat

meningkatkan kinerja pabrik.

Adapun tugas Kepala Dinas Teknik adalah:

a. Dalam menjalankan tugas, kepala dinas teknik harus berkoordinasi dengan

kepala pengolahan dibantu oleh asisten.

b. Mengkoordinasikan seluruh asisten yang dibawahi untuk mencapai target

dan sasaran yang ditetapkan.

c. Mengoptimalkan kerja mesin, peralatan agar proses produksi berjalan

efektif dan efisien.

d. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja.

3. Asisten Boiler

Adapun kewajiban Asisten Boiler adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membantu Kepala Dinas Teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan perencanaan dan pengoperasian mesin boiler.

Adapun wewenang Asisten Boiler adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan pada mesin boiler.

b. Menyusun program peralatan stasiun boiler.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang ditetapkan.

d. Melakukan inspeksi secara teratur dan membuat inventaris kondisnya.

e. Memantau, mengevaluasi, dan memperbaiki hasil kerja stasiun.

Adapun tugas Asisten Boiler adalah:

a. Stasiun boiler dipimpin oleh seorang staf dan dibantu oleh mandor,

bertugas mengelola peralatan dan sumber daya lainnya pada stasiun boiler.

Adapun tanggung jawab Asisten Boiler adalah:

a. Asisten Boiler bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik.

4. Asisten Gilingan

Adapun kewajiban Asisten Gilingan adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan perencanaan dan perawatan, pengoperasian stasiun

giling.

Adapun wewenang Asisten Gilingan adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan pada mesin giling.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Menyusun program perawatan mesin dan peralatan pada stasiun giling.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

d. Melakukan inventarisasi fisik.

e. Memantau, menganalisa, memperbaiki hasil kegiatan di stasiun giling.

f. Membuat laporan pertanggungjawaban hasil kerja.

Adapun tugas Asisten Gilingan adalah:

a. Stasiun Gilingan dipimpin oleh seorang staf yang dibantu oleh mandor

bertugas mengelola peralatan dan tenaga kerja pada stasiun Gilingan.

Adapun tanggung jawab Asisten Gilingan adalah:

a. Asisten Gilingan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik.

5. Asisten Listrik/ Instrument

Adapun kewajiban Asisten Listrik/ Instrument adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan layout, pengoperasian seluruh peralatan pabrik,

kantor, perumahan, pembangkit yang berkaitan dengan listrik/ instrument.

Adapun wewenang Asisten Listrik/ Instrument adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan listrik/ instrument.

b. Menyusun program perawatan peralatan listrik/ instrument.

c. Melakukan standar baik biaya, fisik, maupun mutu sesuai dengan

ketetapan.

d. Melakukan inspeksi secara teratur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Memantau, menganalisa, memperbaiki pekerjaan di bidang listrik/

peralatan.

Adapun tugas Asisten Listrik/ Instrument adalah:

a. Bidang listrik/instrument dipimpin oleh staf dan dibantu oleh mandor,

bertugas mengelola peralatan listrik dan sumber daya lainnya yang

berkaitan.

6. Asisten Work Shop

Adapun kewajiban Asisten Work Shop adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Teknik dalam pekerjaan mengelola work shop.

b. Mewakili Kepala Dinas Teknik ketika tidak ada di tempat.

Adapun wewenang Asisten Work Shop adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan

perbaikan/modifikasi dan penggunaan mesin/peralatan work shop.

b. Menyusun program perawatan peralatan work shop.

c. Melaksanakan standar biaya, fisik, dan mutu.

d. Memantau, mengevaluasi dan memperbaiki hasil kerja work shop.

Adapun tugas Asisten Work Shop adalah:

a. Work Shop dipimpin oleh seorang staf dibantu oleh mandor serta tenaga

administrasi. Asisten work shop bertugas untuk melayani perbaikan dan

pembuatan suku cadang.

Adapun tanggung jawab Asisten Work Shop adalah:

a. Asisten Work Shop bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Asisten Cane Yard

Adapun kewajiban Asisten Cane Yard adalah:

a. Membantu manager pabrik di Cane Yard

Adapun wewenang Asisten Cane Yard adalah:

a. Menentukan operasi Cane Staker, Forklift, Tractor, dll.

b. Menyusun anggaran dan program perawatan peralatan yang dipergunakan

di Cane Yard beserta keberhasilannya.

c. Pengawasan dan pengendalian administrasi, biaya serta operasi Cane Yard.

d. Menjaga keberhasilan halaman, lingkungan, jalan saluran air, pasar dan

infra struktur lainnya milik pabrik.

Adapun tugas Asisten Cane Yard adalah:

a. Asisten Cane Yard dibantu mandor dan dipimpin oleh seorang staf dan

tenaga adminstrasi. Bertugas mengatur kelancaran dalam pengolahan tebu

serta memilihara lingkungan/ infra struktur milik pribadi.

Adapun tanggung jawab Asisten Cane Yard adalah:

a. Asisten Cane Yard bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik.

8. Kepala Dinas Pengolahan

Adapun kewajiban Kepala Dinas Pengolahan adalah:

a. Membantu manager pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang

telah digariskan oleh perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Melaksanakan perencanaaan, pengoperasian, pengendalian dan

pengawasan di pabrik untuk menunjang pencapaian sasaran yang

ditetapkan oleh manager pabrik.

c. Menyediakan data dan informasi yang akurat untuk kepentingan manager

pabrik.

Adapun wewenang Kepala Dinas Pengolahan adalah:

a. Membuat rencana kerja jangka pendek dan jangka menengah untuk

memelihara pengoperasian mesin pengolahan.

b. Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjalan efektif

dan efisien.

c. Memantau, mengevaluasi, dan membuat tindakan perbaikan terhadap

penyimpangan operasional.

d. Menilai kondisi staf dan mengusulkan mutasi, demosi dan promosi.

Adapun tugas Kepala Dinas Pengolahan adalah:

a. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Dinas Pengolahan harus berkoordinasi

dengan Kepala Dinas Teknik dibantu oleh asisten.

b. Mengkoordinasikan seluruh asisten yang dibawahi untuk mencapai target

yang sudah ditetapkan.

c. Mengoptimalkan kerja mesin/peralatan

Adapun tanggung jawab Kepala Dinas Pengolahan adalah:

a. Kepala Dinas Pengolahan bertanggung jawab kepada Manager Pabrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Asisten Pemurnian

Adapun kewajiban Asisten Pemurnian adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam

proses di stasiun pemurnian.

Adapun wewenang Asisten Pemurnian adalah:

a. Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun pemurnian.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

e. Pengendalian biaya dan sistem kerja.

Adapun tugas Asisten Pemurnian adalah:

a. Stasiun pemurnian dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan

tenaga administrasi. Bertugas memaksimalkan rendemen, menekan

kehilangan dengan kualitas sebaik mungkin secara efisien.

Adapun tanggung jawab Asisten Pemurnian adalah:

a. Asisten pemurnian bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengolahan.

10. Asisten Putaran

Adapun kewajiban Asisten Putaran adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Pengolahan melaksanakan pekerjaan proses

pengolahan peralatan pada stasiun putaran.

Adapun wewenang Asisten Putaran adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun putaran.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

e. Pengendalian biaya dan sistem kerja.

Adapun tugas Asisten Putaran adalah:

a. Stasiun putaran dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan

tenaga administrasi. Bertugas memisahkan Kristal dan melakukan

pengeringan dengan prinsip efisien.

Adapun tanggung jawab Asisten Putaran adalah:

a. Asisten putaran bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengolahan.

11. Asisten Penguapan

Adapun kewajiban Asisten Penguapan adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam

proses pengolahan pada stasiun penguapan

Adapun wewenang Asisten Penguapan adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun penguapan.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Pengendalian biaya dan sistem kerja.

Adapun tugas Asisten Penguapan adalah:

a. Stasiun penguapan dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan

tenaga administrasi. Bertugas untuk mengentalkan nira dengan kecepatan

penguapan yang sesuai, tidak terjadi kerusakan dan biaya seekonomis

mungkin.

Adapun tanggung jawab Asisten Penguapan adalah:

a. Asisten penguapan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengolahan.

12. Asisten Pemasakan

Adapun kewajiban Asisten Pemasakan adalah:

a. Membantu Kepala Dinas Pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam

proses pengolahan pada stasiun pemasakan.

Adapun wewenang Asisten Pemasakan adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun pemasakan.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

d. Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

e. Pengendalian biaya dan sistem kerja.

Adapun tugas Asisten Pemasakan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Stasiun pemasakan dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan

tenaga administrasi. Bertugas melakukan pemasakan nira hingga terbentuk

kristal gula dengan prinsip efisien.

Adapun tanggung jawab Asisten Pemasakan adalah:

a. Asisten pemasakan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengolahan.

13. Kepala Tata Usaha

Adapun kewajiban Kepala Tata Usaha adalah:

a. Membantu manager pabrik/administrasi dalam melaksanakan tugasnya di

bidang administrasi.

Adapun wewenang Kepala Tata Usaha adalah:

a. Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi kantor.

b. Bersama dinas/bahagian lain menyusun rencana kerja tahunan.

c. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.

d. Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana.

e. Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan.

f. Melakukan inspeksi ke kantor unit dalam lingkup pabrik/kebun.

g. Pengamanan terhadap aset perusahaan.

Adapun tugas Kepala Tata Usaha adalah:

a. Administrasi pabrik/kebun dikelola oleh seorang staf dengan dibantu

tenaga kerja administrasi yang bertugas mengelola administrasi

pabrik/kebun secara menyeluruh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14. Asisten Umum

Adapun kewajiban Asisten Umum adalah:

a. Membantu Kepala Tata Usaha dalam mengawasi bagian umum

perusahaan.

Adapun wewenang Asisten Umum adalah:

a. Mengelola sumber daya yang ada pada perusahaan.

b. Mengelola perkoperasian perusahaan.

c. Sebagai hubungan masyarakat perusahaan

Adapun tugas Asisten Umum adalah:

a. Membantu Kepala Tata Usaha melakukan pengawasan pada bagian umum

seperti personalia dan koperasi.

Adapun tanggung jawab Asisten Umum adalah:

a. Asisten Umum bertanggung jawab kepada Kepala Tata Usaha perusahaan.

15. Asisten Kantor

Adapun kewajiban Asisten Kantor adalah:

a. Membantu Kepala Tata Usaha dalam pengawasan di bagian akuntansi,

finansial, dan perencanaan perusahaan.

Adapun wewenang Asisten Kantor adalah:

a. Membuat perencanaan perusahaan dalam tahunan.

b. Mengawasi bagian akuntansi dalam membuat pembukuan.

c. Mengawasi bagian gaji dan keuangan.

d. Mengelola peralatan kantor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun tanggung jawab Asisten Kantor adalah:

Asisten Kantor bertanggung jawab langsung kepada Kepala Tata Usaha

mengenai kondisi kantor dibantu seorang kordianator.

16. Asisten Gudang

Adapun kewajiban Asisten Gudang adalah:

a. Membantu Kepala Tata Usaha dalam mengawasi bagian gudang di pabrik.

Adapun wewenang Asisten Gudang adalah:

a. Melakukan pemeriksaan di gudang aterial dan gudang hasil.

b. Melakukan inspeksi secara teratur.

c. Menyusun laporan mengenai jumlah barang masuk dan keluar.

Adapun tanggung jawab Asisten Gudang adalah:

a. Asisten Gudang bertanggung jawab kepada Kepala Tata Usaha dalam

melakukan pengawasan di gudang di bantu seorang koordinator.

17. Kepala Laboratorium

Adapun kewajiban Kepala Laboratorium adalah:

a. Membantu manager pabrik dalam melaksanakan pekerjaan dibidang

laboratorium sebagai alat kontrol.

Adapun wewenang Kepala Laboratorium adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek tentang operasional laboratorium

b. Membuat program perawatan alat-alat laboratorium dan unit pengolah

limbah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Mengadakan analisa/kontrol terhadap hasil kerja pengolahan/peralatan.

d. Memeriksa dan menguasai metode, pelaksanaan dan peralatan analisa.

e. Pengawasan terhadap bahan-bahan pembantu.

f. Pengendalian biaya laboratorium.

Adapun tanggung jawab Kepala Laboratorium adalah:

a. Kepala Laboratorium bertanggung jawab terhadap manager.

18. Asisten Laboratorium

Adapun kewajiban Asisten Laboratorium adalah:

a. Membantu tugas Kepala Laboratorium dalam pengawasan di laboratorium.

Adapun wewenang Asisten Laboratorium adalah:

a. Mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan di laboratorium.

b. Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

c. Membuat rencana kerja tahunan dengan bahagian lain.

Adapun tanggung jawab Asisten Laboratorium adalah:

a. Asisten Laboratorium bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Laboratorium dibantu oleh seorang koordinator.

19. Asisten Instrumen

Adapun kewajiban asisten instrumen adalah:

a. Bidang instrument dipimpin oleh seorang staff dan dibantu oleh mandor,

bertugas Membantu kepala dinas teknik dalam melaksanakan pekerjaan

yang berhubungan dengan layout, perawatan, pengoperasian seluruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


peralatan pabrik, kantor, perumahan, pembangkit yang berkaitan dengan

instrument.

Adapun wewenang asisten instrumen adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan dan

penggunaan peralatan-peralatan listrik/ instrument.

b. Menyusun program perawatan peralatan listrik dan instrument.

c. Melaksanakan standar baik biaya fisik maupun mutu sesuai dengan

ketetapan.

d. Melakukan inspeksi secara teratur.

e. Memantau menganalisa dan memperbaiki pekerjan dibidang listrik/

instrument.

Adapun tanggung jawab asisten instrumen adalah:

a. Asisten listrik/ instrument bertanggung jawab terhadap kepala dinas

teknik.

20. Asisten Timbangan

Adapun kewajiban Asisten Timbangan adalah:

a. Membantu tugas Kepala Tata Usaha dalam pengawasan di Timbangan

Bahan Baku yang sampai dan Produk Gula.

Adapun wewenang Asisten Timbangan adalah:

a. Mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan di Timbangan.

b. Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

c. Membuat rencana kerja tahunan dengan bahagian lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun tanggung jawab Asisten Timbangan adalah:

a. Asisten Timbangan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Timbangan dibantu oleh seorang koordinator.

21. Perwira Pengamanan

Adapun kewajiban Perwira Pengamanan adalah:

a. Menjaga keamanan pabrik dan aset –aset yang dimilikinya. Askam( /Papam

dipimpin oleh seorang bintara /TNI-POLRI/ yang dibantu oleh hansip.

Adapun wewenang Perwira Pengamanan adalah:

a. Membantu manager pabrik/ administrasi dalam melaksanakan tugasnya

dibidang keamanan.

b. Melakukan patroli/ inspeksi secara sistematis.

c. Pengamanan terhadap aset perusahaan, tenaga kerja beserta keluarganya.

Menganalisa dan memperbaiki serta miningkatkan hasil kerja dibidang

keamanan.

Adapun tanggung jawab Perwira Pengamanan adalah:

a. Askam/ Papam bertanggung jawab kepada administrasi/papam PTPN II

dikantor direksi.

22. Komandan Regu (Danru)

Adapun kewajiban Komandan Regu adalah:

a. Membantu perwira pengaman dalam melaksanakan tugasnya dibidang

keamanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun tugas Komandan Regu adalah:

a. Pengawasan terhadap keamanan aset perusahaan, tenaga kerja dan

keluarga.

23. Koordinator Boiler

Adapun kewajiban Koordinator Boiler adalah:

b. Membantu Asisten Boiler dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian mesin boiler.

Adapun wewenang Koordinator Boiler adalah:

f. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan pada mesin boiler.

g. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang ditetapkan.

h. Melakukan inspeksi secara teratur dan membuat inventaris kondisnya.

Adapun tugas Koordinator Boiler adalah:

b. Koordinator bertugas mengelola peralatan dan sumber daya lainnya pada

stasiun boiler.

Adapun tanggung jawab Koordinator Boiler adalah:

b. Koordinator Boiler bertanggung jawab kepada Asisten Boiler.

24. Mandor Boiler

Adapun kewajiban Mandor Boiler adalah:

a. Membantu Koordinator Boiler dalam mengarahkan pekerjaan teknis yang

berhubungan dengan operasi mesin boiler.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun wewenang Mandor Boiler adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan,

dan penggunaan peralatan pada mesin boiler.

b. Mengarahkan operator dalam pengoperasian teknis sesuai prosedur

Adapun tugas Mandor Boiler adalah:

a. Mandor bertugas mengarahkan operator untuk mengoperasikan boiler.

Adapun tanggung jawab Mandor Boiler adalah:

a. Mandor bertanggung jawab kepada Koordinator Boiler.

25. Koordinator Gilingan

Adapun kewajiban Koordinator Gilingan adalah:

a. Membantu Asisten Gilingan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian stasiun giling.

Adapun wewenang Koordinator Gilingan adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan pada mesin giling.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

c. Melakukan inventarisasi fisik.

Adapun tugas Koordinator Gilingan adalah:

a. Koordinator Gilingan bertugas mengelola peralatan dan sumber daya pada

stasiun Gilingan.

Adapun tanggung jawab Koordinator Gilingan adalah:

a. Koordinator Gilingan bertanggung jawab kepada Asisten Gilingan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26. Mandor Gilingan

Adapun kewajiban Mandor Gilingan adalah:

a. Membantu Koordinator Gilingan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis stasiun giling.

Adapun wewenang Mandor Gilingan adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan pada mesin giling.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

Adapun tugas Mandor Gilingan adalah:

a. Mandor Gilingan bertugas mengarahkan operator mengoperasikan mesin

Gilingan.

Adapun tanggung jawab Mandor Gilingan adalah:

a. Mandor Gilingan bertanggung jawab kepada Koordinator Gilingan.

27. Koordinator Listrik

Adapun kewajiban Koordinator Listrik adalah:

a. Membantu Asisten Listrik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan peralatan pabrik, kantor, perumahan, pembangkit

yang berkaitan dengan listrik.

Adapun wewenang Koordinator Listrik adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan listrik.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Melakukan inventarisasi fisik.

Adapun tugas Koordinator Listrik adalah:

a. Koordinator Listrik bertugas mengelola peralatan dan sumber daya pada

stasiun Listrik.

Adapun tanggung jawab Koordinator Listrik adalah:

a. Koordinator Listrik bertanggung jawab kepada Asisten Listrik.

28. Mandor Listrik

Adapun kewajiban Mandor Listrik adalah:

a. Membantu Koordinator Listrik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis peralatan pabrik dan

pembangkit yang berkaitan dengan listrik.

Adapun wewenang Mandor Listrik adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan listrik.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

Adapun tugas Mandor Listrik adalah:

a. Mandor Listrik bertugas mengarahkan operator mengoperasikan peralatan

pabrik dan pembangkit Listrik.

Adapun tanggung jawab Mandor Listrik adalah:

a. Mandor Listrik bertanggung jawab kepada Koordinator Listrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29. Koordinator Work Shop

Adapun kewajiban Koordinator Work Shop adalah:

a. Membantu Asisten Work Shop dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengelolaan Work Shop.

Adapun wewenang Koordinator Work Shop adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan Work Shop.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

c. Melakukan inventarisasi fisik.

Adapun tugas Koordinator Work Shop adalah:

a. Koordinator Work Shop bertugas mengarahkan operator dalam melayani

perbaikan dan pembuatan suku cadang.

Adapun tanggung jawab Koordinator Work Shop adalah:

a. Koordinator Work Shop bertanggung jawab kepada Asisten Work Shop.

30. Mandor Work Shop

Adapun kewajiban Mandor Work Shop adalah:

a. Membantu Koordinator Work Shop dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola Work Shop.

Adapun wewenang Mandor Work Shop adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Work Shop.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun tugas Mandor Work Shop adalah:

a. Mandor Work Shop bertugas mengarahkan operator mengoperasikan

peralatan Work Shop.

Adapun tanggung jawab Mandor Work Shop adalah:

a. Mandor Work Shop bertanggung jawab kepada Koordinator Work Shop.

31. Koordinator Cane Yard

Adapun kewajiban Koordinator Cane Yard adalah:

a. Membantu Asisten Cane Yard dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengelolaan mesin dan peralatan Cane Yard.

Adapun wewenang Koordinator Cane Yard adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan Cane Yard.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

c. Menentukan operasi Cane Staker, Forklift, Tractor, dll.

Adapun tugas Koordinator Cane Yard adalah:

a. Koordinator Cane Yard bertugas mengelola peralatan dan sumber daya

Cane Yard.

Adapun tanggung jawab Koordinator Cane Yard adalah:

a. Koordinator Cane Yard bertanggung jawab kepada Asisten Cane Yard.

32. Mandor Cane Yard

Adapun kewajiban Mandor Cane Yard adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membantu Koordinator Cane Yard dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola Cane Yard.

Adapun wewenang Mandor Cane Yard adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Cane Yard.

b. Melaksanakan standar teknis, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

Adapun tugas Mandor Cane Yard adalah:

a. Mandor Cane Yard bertugas mengarahkan operator mengoperasikan

peralatan Cane Yard.

Adapun tanggung jawab Mandor Cane Yard adalah:

a. Mandor Cane Yard bertanggung jawab kepada Koordinator Cane Yard.

33. Koordinator Instrument

Adapun kewajiban Koordinator Instrument adalah:

a. Membantu Asisten Instrument dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan layout, perawatan, pengoperasian seluruh peralatan

pabrik, kantor, perumahan,.

Adapun wewenang Koordinator Instrument adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan Instrument.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

c. Melakukan inspeksi secara teratur pada bidang teknis/ instrument.

Adapun tugas Koordinator Instrument adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Koordinator Instrument bertugas mengelola peralatan dan sumber daya

Instrument.

Adapun tanggung jawab Koordinator Instrument adalah:

a. Koordinator Instrument bertanggung jawab kepada Asisten Instrument.

34. Mandor Instrument

Adapun kewajiban Mandor Instrument adalah:

a. Membantu Koordinator Instrument dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola Instrument.

Adapun wewenang Mandor Instrument adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Instrument.

b. Melaksanakan standar teknis, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

Adapun tugas Mandor Instrument adalah:

a. Mandor Instrument bertugas mengarahkan operator mengoperasikan

peralatan Instrument.

Adapun tanggung jawab Mandor Instrument adalah:

a. Mandor Instrument bertanggung jawab kepada Koordinator Instrument.

35. Operator Teknik

Adapun kewajiban Operator Teknik adalah:

a. Membantu Mandor Teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola dinas Teknik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun wewenang Operator Teknik adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Teknik.

Adapun tugas Operator Teknik adalah:

a. Melaksanakan dan mengoperasikan tugas-tugas keteknikan pada tiap

bidang.

Adapun tanggung jawab Operator Teknik adalah:

a. Operator Teknik bertanggung jawab kepada Mandor Teknik.

36. Operator Laboratorium

Adapun kewajiban Operator Laboratorium adalah:

a. Membantu Mandor Laboratorium dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola dinas Laboratorium.

Adapun wewenang Operator Laboratorium adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Laboratorium.

Adapun tugas Operator Laboratorium adalah:

a. Melaksanakan dan mengoperasikan tugas-tugas Laboratorium dalam

penelitian proses produksi dan produk jadi.

Adapun tanggung jawab Operator Laboratorium adalah:

a. Operator Laboratorium bertanggung jawab kepada Mandor Laboratorium.

37. Hansip

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun kewajiban Hansip adalah:

a. Membantu Danru dalam melaksanakan tugasnya dibidang keamanan..

Adapun wewenang Hansip adalah:

a. Melakukan patrol keamanan/ inspeksi secara sistematis.

b. Pengamanan terhadap aset perusahaan, mesin dan peralatan.

Adapun tugas Hansip adalah:

a. Melaksanakan dan mengoperasikan tugas-tugas Laboratorium dalam

penelitian proses produksi dan produk jadi.

Adapun tanggung jawab Hansip adalah:

a. Hansip bertanggung jawab kepada Danru.

38. Koordinator Lab

Adapun kewajiban Koordinator Lab adalah:

a. Membantu Asisten Lab dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan

dengan pengelolaan Laboratorium.

Adapun wewenang Koordinator Lab adalah:

a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan Lab.

b. Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

c. Melakukan inventarisasi fisik.

Adapun tugas Koordinator Lab adalah:

a. Koordinator Lab bertugas mengelola peralatan dan sumber daya pada

Laboratorium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun tanggung jawab Koordinator Lab adalah:

a. Koordinator Lab bertanggung jawab kepada Asisten Lab.

39. Mandor Lab

Adapun kewajiban Mandor Lab adalah:

a. Membantu Koordinator Lab dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola Lab.

Adapun wewenang Mandor Lab adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Lab.

b. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

Adapun tugas Mandor Lab adalah:

a. Mandor Lab bertugas mengarahkan operator mengoperasikan peralatan

Lab.

Adapun tanggung jawab Mandor Lab adalah:

a. Mandor Lab bertanggung jawab kepada Koordinator Lab.

40. Koordinator Gudang

Adapun kewajiban Koordinator Gudang adalah:

a. Membantu Asisten Gudang dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan bagian gudang pabrik.

Adapun wewenang Koordinator Gudang adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan, dan

penggunaan peralatan-peralatan Gudang.

b. Melakukan pemeriksaan di gudang material dan gudang hasil.

c. Melakukan inspeksi secara teratur pada bidang Gudang.

Adapun tugas Koordinator Gudang adalah:

a. Koordinator Gudang bertugas mengelola peralatan dan sumber daya

Gudang.

Adapun tanggung jawab Koordinator Gudang adalah:

a. Koordinator Gudang bertanggung jawab kepada Asisten Gudang.

41. Mandor Gudang

Adapun kewajiban Mandor Gudang adalah:

a. Membantu Koordinator Gudang dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola Gudang Hasil.

Adapun wewenang Mandor Gudang adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Gudang.

b. Melaksanakan standar teknis, biaya dan mutu yang telah ditetapkan.

Adapun tugas Mandor Gudang adalah:

a. Mandor Gudang bertugas mengarahkan operator mengelola bagian

Gudang.

Adapun tanggung jawab Mandor Gudang adalah:

a. Mandor Gudang bertanggung jawab kepada Koordinator Gudang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42. Koordinator Keuangan

Adapun kewajiban Koordinator Keuangan adalah:

a. Membantu Asisten Keuangan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan bagian akuntansi, finansial, dan perencanaan

perusahaan..

Adapun wewenang Koordinator Keuangan adalah:

a. Membuat perencanaan perusahaan dalam tahunan.

b. Mengawasi bagian akuntansi dalam membuat pembukuan.

c. Mengawasi bagian gaji dan keuangan

Adapun tugas Koordinator Keuangan adalah:

a. Koordinator Keuangan bertugas mengelola sumber daya Keuangan.

Adapun tanggung jawab Koordinator Keuangan adalah:

a. Koordinator Keuangan bertanggung jawab kepada Asisten Keuangan.

43. Mandor Keuangan

Adapun kewajiban Mandor Keuangan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membantu Koordinator Keuangan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola bagian akuntansi,

finansial.

Adapun wewenang Mandor Keuangan adalah:

a. Mengawasi bagian akuntansi dalam membuat pembukuan.

b. Mengawasi bagian gaji dan keuangan.

Adapun tugas Mandor Keuangan adalah:

a. Mandor Keuangan bertugas mengarahkan operator mengelola bagian

Keuangan.

Adapun tanggung jawab Mandor Keuangan adalah:

a. Mandor Keuangan bertanggung jawab kepada Koordinator Keuangan.

44. Koordinator SDM & Umum

Adapun kewajiban Koordinator SDM & Umum adalah:

a. Membantu Asisten SDM & Umum dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan bagian umum perusahaan..

Adapun wewenang Koordinator SDM & Umum adalah:

a. Mengelola sumber daya yang ada pada perusahaan.

b. Mengelola perkoperasian perusahaan.

c. Sebagai hubungan masyarakat perusahaan.

Adapun tugas Koordinator SDM & Umum adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Koordinator SDM & Umum bertugas mengelola pada bagian umum

seperti personalia dan koperasi..

Adapun tanggung jawab Koordinator SDM & Umum adalah:

a. Koordinator SDM & Umum bertanggung jawab kepada Asisten SDM &

Umum.

45. Mandor SDM & Umum

Adapun kewajiban Mandor SDM & Umum adalah:

a. Membantu Koordinator SDM & Umum dalam melaksanakan pekerjaan

yang berhubungan bagian umum perusahaan.

Adapun wewenang Mandor SDM & Umum adalah:

a. Mengelola sumber daya yang ada pada perusahaan.

b. Mengelola perkoperasian perusahaan.

Adapun tugas Mandor SDM & Umum adalah:

a. Mandor SDM & Umum bertugas mengarahkan operator mengelola

bagian SDM & Umum.

Adapun tanggung jawab Mandor SDM & Umum adalah:

a. Mandor SDM & Umum bertanggung jawab kepada Koordinator SDM &

Umum.

46. Koordinator Timbangan

Adapun kewajiban Koordinator Timbangan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membantu Asisten Timbangan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan Timbangan Bahan Baku yang sampai dan Produk

Gula.

Adapun wewenang Koordinator Timbangan adalah:

a. Mengelola sumber daya yang ada pada bagian Timbangan.

b. Mengelola pengoperasian pada bagian Timbangan.

c. Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

Adapun tugas Koordinator Timbangan adalah:

a. Koordinator Timbangan bertugas mengelola pada bagian Timbangan

dengan pengukuran yang efektif.

Adapun tanggung jawab Koordinator Timbangan adalah:

a. Koordinator Timbangan bertanggung jawab kepada Asisten Timbangan.

47. Mandor Timbangan

Adapun kewajiban Mandor Timbangan adalah:

a. Membantu Koordinator Timbangan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan bagian Timbangan Bahan Baku yang sampai dan Produk

Gula.

Adapun wewenang Mandor Timbangan adalah:

a. Mengelola pengoperasian pada bagian Timbangan.

b. Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

Adapun tugas Mandor Timbangan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Mandor Timbangan bertugas mengarahkan operator mengelola bagian

Timbangan.

Adapun tanggung jawab Mandor Timbangan adalah:

a. Mandor Timbangan bertanggung jawab kepada Koordinator Timbangan.

48. Operator Tata Usaha

Adapun kewajiban Operator Tata Usaha adalah:

a. Membantu Mandor Tata Usaha dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola dinas Tata Usaha.

Adapun wewenang Operator Tata Usaha adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Tata Usaha.

Adapun tugas Operator Tata Usaha adalah:

a. Melaksanakan dan mengoperasikan tugas-tugas Tata Usaha dalam

penelitian proses produksi dan produk jadi.

Adapun tanggung jawab Operator Tata Usaha adalah:

a. Operator Tata Usaha bertanggung jawab kepada Mandor Tata Usaha.

49. Koordinator Pemurnian

Adapun kewajiban Koordinator Pemurnian adalah:

a. Membantu Asisten Pemurnian dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses di stasiun pemurnian.

Adapun wewenang Koordinator Pemurnian adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun pemurnian.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

Adapun tugas Koordinator Pemurnian adalah:

a. Koordinator Pemurnian bertugas mengelola memaksimalkan rendemen,

menekan kehilangan dengan kualitas sebaik mungkin secara efisien.

Adapun tanggung jawab Koordinator Pemurnian adalah:

a. Koordinator Pemurnian bertanggung jawab kepada Asisten Pemurnian.

50. Mandor Pemurnian

Adapun kewajiban Mandor Pemurnian adalah:

a. Membantu Koordinator Pemurnian dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses di stasiun pemurnian.

Adapun wewenang Mandor Pemurnian adalah:

a. Melaksanakan tentang pengadaan, perbaikan, dan pengoperasian

peralatan pada stasiun pemurnian.

b. Menyusun program perawatan peralatan dan mesin pemurnian.

Adapun tugas Mandor Pemurnian adalah:

a. Mandor Pemurnian bertugas mengarahkan operator mengelola bagian

Pemurnian.

Adapun tanggung jawab Mandor Pemurnian adalah:

a. Mandor Pemurnian bertanggung jawab kepada Koordinator Pemurnian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51. Koordinator Penguapan

Adapun kewajiban Koordinator Penguapan adalah:

a. Membantu Asisten Penguapan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses pengolahan pada stasiun penguapan.

Adapun wewenang Koordinator Penguapan adalah:

a. Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun penguapan.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

Adapun tugas Koordinator Penguapan adalah:

a. Koordinator Penguapan bertugas mengentalkan nira dengan kecepatan

penguapan yang sesuai, tidak terjadi kerusakan dan biaya seekonomis

mungkin.

Adapun tanggung jawab Koordinator Penguapan adalah:

a. Koordinator Penguapan bertanggung jawab kepada Asisten Penguapan.

52. Mandor Penguapan

Adapun kewajiban Mandor Penguapan adalah:

a. Membantu Koordinator Penguapan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses di stasiun Penguapan.

Adapun wewenang Mandor Penguapan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Melaksanakan tentang pengadaan, perbaikan, dan pengoperasian

peralatan pada stasiun Penguapan.

b. Menyusun program perawatan peralatan dan mesin Penguapan.

Adapun tugas Mandor Penguapan adalah:

a. Mandor Penguapan bertugas mengarahkan operator mengelola bagian

Penguapan.

Adapun tanggung jawab Mandor Penguapan adalah:

a. Mandor Penguapan bertanggung jawab kepada Koordinator Penguapan.

53. Koordinator Masakan

Adapun kewajiban Koordinator Masakan adalah:

a. Membantu Asisten Masakan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses pengolahan pada stasiun Masakan.

Adapun wewenang Koordinator Masakan adalah:

a. Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun Masakan.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

Adapun tugas Koordinator Masakan adalah:

a. Koordinator Masakan bertugas melakukan pemasakan nira hingga

terbentuk kristal gula dengan prinsip efisien.

Adapun tanggung jawab Koordinator Masakan adalah:

a. Koordinator Masakan bertanggung jawab kepada Asisten Masakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54. Mandor Masakan

Adapun kewajiban Mandor Masakan adalah:

a. Membantu Koordinator Masakan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses di stasiun Masakan.

Adapun wewenang Mandor Masakan adalah:

a. Melaksanakan tentang pengadaan, perbaikan, dan pengoperasian

peralatan pada stasiun Masakan.

b. Menyusun program perawatan peralatan dan mesin Masakan.

Adapun tugas Mandor Masakan adalah:

a. Mandor Masakan bertugas mengarahkan operator mengelola bagian

Masakan.

Adapun tanggung jawab Mandor Masakan adalah:

a. Mandor Masakan bertanggung jawab kepada Koordinator Masakan.

55. Koordinator Putaran

Adapun kewajiban Koordinator Putaran adalah:

a. Membantu Asisten Putaran dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses pengolahan pada stasiun Putaran.

Adapun wewenang Koordinator Putaran adalah:

a. Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, dan

pengoperasian peralatan pada stasiun Putaran.

b. Menyusun program perawatan peralatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

Adapun tugas Koordinator Putaran adalah:

a. Koordinator Putaran bertugas memisahkan Kristal dan melakukan

pengeringan dengan prinsip efisien.

Adapun tanggung jawab Koordinator Putaran adalah:

a. Koordinator Putaran bertanggung jawab kepada Asisten Putaran.

56. Mandor Putaran

Adapun kewajiban Mandor Putaran adalah:

a. Membantu Koordinator Putaran dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan proses di stasiun Putaran.

Adapun wewenang Mandor Putaran adalah:

a. Melaksanakan tentang pengadaan, perbaikan, dan pengoperasian

peralatan pada stasiun Putaran.

b. Menyusun program perawatan peralatan dan mesin Putaran.

Adapun tugas Mandor Putaran adalah:

a. Mandor Putaran bertugas mengarahkan operator mengelola bagian mesin

Putaran.

Adapun tanggung jawab Mandor Putaran adalah:

a. Mandor Putaran bertanggung jawab kepada Koordinator Putaran.

57. Operator Pengolahan

Adapun kewajiban Operator Pengolahan adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Membantu Mandor Pengolahan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan pengoperasian teknis mengelola dinas Pengolahan.

Adapun wewenang Operator Pengolahan adalah:

a. Melaksanakan rencana jangka pendek dalam hal perbaikan, dan

penggunaan peralatan -peralatan Pengolahan.

Adapun tugas Operator Pengolahan adalah:

a. Melaksanakan dan mengoperasikan tugas-tugas Pengolahan dalam

penelitian proses proses produksi.

Adapun tanggung jawab Operator Pengolahan adalah:

a. Operator Pengolahan bertanggung jawab kepada Mandor Pengolahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa beban kerja untuk setiap

pekerja tidak merata, sehingga mengakibatkan kelebihan dan kekurangan jumlah

pekerja pada perusahaan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2

Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu


Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015

Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
06-02-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
08-02-2015 Mill Roll Plat bergetar
09-02-2015 Unigrator Disc pecah
12-02-2015 Cane Cutter Disc pecah
12-02-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
13-02-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
14-02-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
14-02-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
15-02-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
16-02-2015 Unigrator Rotor macet
18-02-2015 Cane Cutter Bearing panas
19-02-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
20-02-2015 Cane Cutter Disc pecah
20-02-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
20-02-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
21-02-2015 Unigrator Disc pecah
21-02-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
22-02-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
24-02-2015 Unigrator Hammer tumpul
26-02-2015 Mill Roll Plat bergetar
26-02-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
27-02-2015 Cane Cutter Rotor kendur
01-03-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
02-03-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
02-03-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
04-03-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
05-03-2015 Unigrator Hammer tumpul
06-03-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
06-03-2015 Unigrator Disc pecah
08-03-2015 Unigrator Bearing panas
09-03-2015 Cane Cutter Disc pecah
09-03-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
09-03-2015 Mill Roll Plat bergetar
10-03-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
10-03-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
11-03-2015 Mill Roll Scraper Plate aus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu
Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015 (Lanjutan)

Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
16-03-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
16-03-2015 Cane Cutter V-Belt putus
17-03-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
17-03-2015 Unigrator Rotor macet
18-03-2015 Cane Cutter Disc pecah
18-03-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
18-03-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
19-03-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
19-03-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
21-03-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
22-03-2015 Cane Cutter Bearing panas
24-03-2015 Unigrator Hammer tumpul
25-03-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
25-03-2015 Cane Cutter Rotor kendur
26-03-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
27-03-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
27-03-2015 Unigrator Disc pecah
28-03-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
29-03-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
31-03-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
31-03-2015 Mill Roll Plat bergetar
31-03-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
01-04-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
01-04-2015 Unigrator Bearing panas
01-04-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
02-04-2015 Cane Cutter Disc pecah
03-04-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
05-04-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
06-04-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
07-04-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
08-04-2015 Cane Cutter Rotor kendur
08-04-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
09-04-2015 Cane Cutter Disc pecah
14-04-2014 Mill Roll Feeding Roll macet
15-04-2015 Unigrator Hammer tumpul
16-04-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
16-04-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
17-04-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
17-04-2015 Unigrator Rotor macet
17-04-2015 Mill Roll Plat bergetar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu
Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015 (Lanjutan)

Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
17-04-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
18-04-2015 Unigrator Disc pecah
20-04-2015 Cane Cutter Disc pecah
20-04-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
20-04-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
21-04-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
21-04-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
22-04-2015 Cane Cutter Bearing panas
25-04-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
25-04-2015 Cane Cutter V-Belt putus
25-04-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
27-04-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
30-04-2015 Unigrator Bearing panas
01-05-2015 Cane Cutter Disc pecah
03-05-2015 Unigrator Hammer tumpul
03-05-2015 Unigrator Disc pecah
04-05-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
04-05-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
07-05-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
07-05-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
08-05-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
09-05-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
10-05-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
10-05-2015 Mill Roll Plat bergetar
10-05-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
10-05-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
11-05-2015 Unigrator Rotor macet
13-05-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
13-05-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
14-05-2015 Cane Cutter Disc pecah
16-05-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
16-05-2015 Cane Cutter Rotor kendur
17-05-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
19-05-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
19-05-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
20-05-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
20-05-2015 Cane Cutter Bearing panas
21-05-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
23-05-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
23-05-2015 Unigrator Hammer tumpul
24-05-2015 Unigrator Disc pecah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu
Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015 (Lanjutan)

Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
25-05-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
25-05-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
26-05-2015 Cane Cutter Disc pecah
26-05-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
27-05-2016 Cane Cutter V-Belt putus
31-05-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
31-05-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
01-06-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
03-06-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
03-06-2015 Unigrator Hammer tumpul
03-06-2015 Mill Roll Plat bergetar
05-06-2015 Unigrator Rotor macet
06-06-2015 Cane Cutter Disc pecah
07-06-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
08-06-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
09-06-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
10-06-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
11-06-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
11-06-2015 Cane Cutter Bearing panas
12-06-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
12-06-2015 Mill Roll Plat bergetar
13-06-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
13-06-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
14-06-2015 Cane Cutter V-Belt putus
15-06-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
15-06-2015 Unigrator Bearing panas
15-06-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
16-06-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
16-06-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
16-06-2015 Cane Cutter Rotor kendur
17-06-2015 Unigrator Hammer tumpul
18-06-2015 Unigrator Disc pecah
20-06-2015 Cane Cutter Disc pecah
20-06-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
20-06-2015 Unigrator Rotor macet
20-06-2015 Mill Roll Plat bergetar
24-06-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
27-06-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
27-06-2015 Mill Roll Feeding Roll macet

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu
Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015 (Lanjutan)

Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
28-06-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
29-06-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
29-06-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
30-06-2015 Cane Cutter Disc pecah
30-06-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
30-06-2015 Cane Cutter Bearing panas
01-07-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
02-07-2015 Cane Cutter Rotor kendur
02-07-2015 Unigrator Hammer tumpul
05-07-2015 Cane Cutter V-Belt putus
06-07-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
06-07-2015 Mill Roll Plat bergetar
06-07-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
08-07-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
10-07-2015 Unigrator Disc pecah
11-07-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
11-07-2015 Unigrator Bearing panas
12-07-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
12-07-2015 Unigrator Hammer tumpul
12-07-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
14-07-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
15-07-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
15-07-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
16-07-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
17-07-2015 Cane Cutter Disc pecah
19-07-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
19-07-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
19-07-2015 Mill Roll Plat bergetar
20-07-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
21-07-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
23-07-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
23-07-2015 Cane Cutter Bearing panas
25-07-2015 Unigrator Hammer tumpul
25-07-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
26-07-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
26-07-2015 Unigrator Rotor macet
27-07-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
27-07-2015 Unigrator Bearing panas
29-07-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
29-07-2015 Unigrator Disc pecah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Laporan Masalah pada Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu
Periode Masa Produksi Februari – Juli 2015 (Lanjutan)

Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
29-07-2015 Mill Roll Plat bergetar
30-07-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
31-07-2015 Cane Cutter Disc pecah
31-07-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
31-07-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

Hasil Pengujian Distribusi Menggunakan Software Easy Fit Professional 5.6.

1. Disc pada mesin Cane Cutter

Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Gamma 0,10785
2 Lognormal 0,12111
3 Weibull 0,1253
4 Normal 0,13519
5 Exponential 0,44004

Probability Density Function Cumulative Distribution Function

0.3 1

0.28
0.9
0.26

0.24 0.8

0.22
0.7
0.2
0.6
0.18
F(x)
f(x)

0.16
0.5

0.14
0.4
0.12

0.1 0.3

0.08
0.2
0.06

0.04 0.1

0.02
0
0
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x x

Histogram Gamma Sample Gamma

Survival Function Hazard Function


0.52
1
0.48

0.9
0.44

0.8 0.4

0.7 0.36

0.32
0.6

0.28
S(x)

h(x)

0.5

0.24
0.4
0.2

0.3
0.16

0.2
0.12

0.1 0.08

0 0.04

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x x

Sample Gamma Gamma

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Mur dan Baut pada mesin Cane Cutter

Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Normal 0,17464
2 Gamma 0,18585
3 Lognormal 0,19691
4 Weibull 0,21354
5 Exponential 0,48452

Probability Density Function Cumulative Distribution Function

0.48 1

0.44
0.9

0.4
0.8

0.36
0.7
0.32

0.6
0.28
F(x)
f(x)

0.5
0.24

0.2 0.4

0.16 0.3

0.12
0.2

0.08
0.1

0.04
0
0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x

Histogram Normal Sample Normal

Survival Function Hazard Function

0.72
0.9

0.64
0.8

0.56
0.7

0.48
0.6
S(x)

h(x)

0.5 0.4

0.4 0.32

0.3
0.24

0.2
0.16

0.1
0.08

0
0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x

Sample Normal Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Mata Pisau pada mesin Cane Cutter

Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Gamma 0,1577
2 Lognormal 0,16
3 Weibull 0,16256
4 Normal 0,17413
5 Exponential 0,43528

Probability Density Function Cumulative Distribution Function


0.36
1

0.32 0.9

0.28 0.8

0.7
0.24

0.6
0.2
F(x)
f(x)

0.5

0.16
0.4

0.12
0.3

0.08 0.2

0.1
0.04

0
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x

Histogram Gamma Sample Gamma

Survival Function Hazard Function


0.34
1
0.32

0.9 0.3

0.28
0.8
0.26
0.7
0.24

0.6 0.22

0.2
S(x)

h(x)

0.5
0.18

0.4 0.16

0.14
0.3
0.12

0.2 0.1

0.08
0.1
0.06
0
0.04

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x

Sample Gamma Gamma

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Disc pada mesin Unigrator

Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Normal 0,23561
2 Weibull 0,24524
3 Gamma 0,25767
4 Lognormal 0,26395
5 Exponential 0,47022
Probability Density Function Cumulative Distribution Function
0.36
1

0.32 0.9

0.28 0.8

0.7
0.24

0.6
0.2

F(x)
f(x)

0.5

0.16
0.4

0.12
0.3

0.08 0.2

0.1
0.04

0
0
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
x x

Histogram Normal Sample Normal

Survival Function Hazard Function

1 0.4

0.9
0.36

0.8
0.32

0.7
0.28

0.6
0.24
S(x)

h(x)

0.5
0.2

0.4
0.16
0.3

0.12
0.2

0.08
0.1

0.04
0

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
x x

Sample Normal Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Plat pada mesin Mill Roll

Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Weibull 0,14555
2 Gamma 0,14672
3 Normal 0,14958
4 Lognormal 0,15241
5 Exponential 0,40408

Probability Density Function Cumulative Distribution Function


0.4
1

0.36
0.9

0.32
0.8

0.28
0.7

0.24 0.6
F(x)
f(x)

0.2 0.5

0.16 0.4

0.3
0.12

0.2
0.08

0.1
0.04

0
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
x x

Histogram Weibull Sample Weibull

Survival Function Hazard Function

1
0.26

0.9 0.24

0.8 0.22

0.7 0.2

0.6 0.18
S(x)

0.16
h(x)

0.5

0.14
0.4

0.12
0.3

0.1
0.2
0.08
0.1
0.06

0
0.04
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
x x

Sample Weibull Weibull

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

Perhitungan Total Minimum Downtime.

6. Disc pada mesin Cane Cutter

t F(t) H(t) D(t)


0 0 0 1
1 0,000000000 0,000000000 0,320754707
2 0,000000055 0,000000055 0,191011231
3 0,000007978 0,000007978 0,136000191
4 0,000197150 0,000197151 0,105593823
5 0,001847528 0,001847892 0,086323257
6 0,009420040 0,009437447 0,073085920
7 0,031708562 0,032007810 0,063562912
8 0,079156593 0,081690222 0,056561301
9 0,158115980 0,171032510 0,051395672
10 0,266427607 0,311995389 0,047637626
11 0,393607244 0,516410889 0,045007174
12 0,525033417 0,796166391 0,043314501
13 0,647094921 1,162290148 0,042420704
14 0,750646787 1,623116153 0,042209370
15 0,831926694 2,182240349 0,042568023
16 0,891564340 2,837172016 0,043379938
17 0,932812816 3,579363233 0,044525503
18 0,959892752 4,395697578 0,045889879
19 0,976865242 5,270869422 0,047372216
20 0,987070280 6,189788834 0,048892267
21 0,992981166 7,139324898 0,050392528
22 0,996290967 8,109135871 0,051836333
23 0,998088162 9,091720680 0,053203599
24 0,999037001 10,082002367 0,054485991
25 0,999525214 11,076740787 0,055682637
26 0,999770537 12,073969620 0,056796912
27 0,999891143 13,072546431 0,057834258
28 0,999949248 14,071832220 0,058800863

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Mur dan Baut pada mesin Cane Cutter

t F(t) H(t) D(t)


0 0 0 1
1 0,000001892 0,000001892 0,036789433
2 0,000008742 0,000008742 0,018739678
3 0,000036432 0,000036433 0,012572343
4 0,000137030 0,000137035 0,009460889
5 0,000465503 0,000465566 0,007588037
6 0,001429459 0,001430125 0,006343566
7 0,003972003 0,003977683 0,005469910
8 0,009999484 0,010039259 0,004847025
9 0,022842397 0,023071717 0,004420890
10 0,047437844 0,048532316 0,004174234
11 0,089774077 0,094131021 0,004111633
12 0,155273640 0,169889706 0,004250814
13 0,246356203 0,288209585 0,004618005
14 0,360198639 0,464011340 0,005245671
15 0,488091481 0,714571464 0,006169608
16 0,617231822 1,058288069 0,007422026
17 0,734438214 1,511685414 0,009019172
18 0,830050545 2,084825848 0,010946327
19 0,900155522 2,776823020 0,013147931
20 0,946356878 3,574222441 0,015531605
21 0,973724035 4,454030335 0,017987897
22 0,988294434 5,390187825 0,020416596

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Mata Pisau pada mesin Cane Cutter

t F(t) H(t) D(t)


0 0 0 1
1 0,000000005 0,000000005 0,048248509
2 0,000002739 0,000002739 0,024720740
3 0,000082814 0,000082815 0,016619757
4 0,000776324 0,000776388 0,012532037
5 0,003840806 0,003843788 0,010104771
6 0,012713692 0,012762561 0,008565775
7 0,031964954 0,032372909 0,007598121
8 0,065861066 0,067993180 0,007047625
9 0,116825246 0,124768567 0,006826546
10 0,184553366 0,207579825 0,006879722
11 0,266068162 0,321298545 0,007171885
12 0,356518118 0,471066870 0,007681470
13 0,450299698 0,662420967 0,008396205
14 0,542104645 0,901206127 0,009309266
15 0,627650763 1,193293477 0,010415797
16 0,704027799 1,544139579 0,011709854
17 0,769712858 1,958256946 0,013181969
18 0,824366461 2,438687809 0,014817529

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Disc pada mesin Unigrator

t F(t) H(t) D(t)


0 0 0 1
1 0,000036775 0,000036775 0,048251620
2 0,000090961 0,000090965 0,024724564
3 0,000214747 0,000214767 0,016623602
4 0,000484031 0,000484135 0,012525624
5 0,001041866 0,001042370 0,010055468
6 0,002142276 0,002144509 0,008409789
7 0,004209366 0,004218393 0,007243174
8 0,007906966 0,007940321 0,006384573
9 0,014205456 0,014318252 0,005741789
10 0,024422119 0,024771801 0,005262958
11 0,040203249 0,041199155 0,004918839
12 0,063415840 0,066028519 0,004693808
13 0,095929502 0,102263585 0,004580947
14 0,139297063 0,153542080 0,004579320
15 0,194380505 0,224226093 0,004692518
16 0,261005046 0,319529188 0,004927951
17 0,337741997 0,445660423 0,005296482
18 0,421907101 0,609934397 0,005812011
19 0,509812762 0,820765102 0,006490647
20 0,597242446 1,087438202 0,007349153
21 0,680047765 1,419557683 0,008402447
22 0,754729571 1,826111733 0,009660262
23 0,818869519 2,314216754 0,011123422
24 0,871326044 2,887763374 0,012780692
25 0,912179378 3,546337577 0,014607358
26 0,942477271 4,284819833 0,016566442
27 0,963874335 5,093902200 0,018612674
28 0,978264063 5,961445526 0,020698265

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Plat pada mesin Mill Roll

t F(t) H(t) D(t)


0 0 0 1
1 0,000619134 0,000619134 0,061949751
2 0,003810332 0,003812692 0,032125009
3 0,011001136 0,011043080 0,021892743
4 0,023257565 0,023514400 0,016827866
5 0,041381068 0,042354119 0,013893504
6 0,065915458 0,068707249 0,012055648
7 0,097134217 0,103808042 0,010866949
8 0,135026464 0,149043297 0,010103874
9 0,179290342 0,206012366 0,009643957
10 0,229339045 0,276585724 0,009416203
11 0,284322414 0,362961935 0,009378368
12 0,343165051 0,467720902 0,009505504
13 0,404619830 0,593868982 0,009783702
14 0,467333865 0,744868951 0,010206386
15 0,529922289 0,924644948 0,010771917
16 0,591044112 1,137550064 0,011481846
17 0,649473888 1,388282952 0,012339469
18 0,704163198 1,681740961 0,013348497
19 0,754286960 2,022802236 0,014511759
20 0,799271189 2,416038738 0,015829930
21 0,838800862 2,865376238 0,017300361
22 0,872808649 3,373733812 0,018916132

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai