Anda di halaman 1dari 7

PAPER

“HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERAN PERAWAT DALAM


KESELAMATAN PASIEN”

Oleh:
Ovilia Sari Utami
(P01720123047)

Dosen Pembimbing:
Asmawati, S.Kp., M.Kep.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2023/2024
1. Pendahuluan
Keselamatan pasien merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen
penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen
kritis dari managemen mutu. Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
Setiap rumah sakit mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien salah
satunya adalah mengidentifikasi pasien dengan benar yang bertujuan agar rumah sakit
melakukan perbaikan spesifik yang akan berdampak pada peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien. Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi disemua aspek diagnosis dan
tindakan. Melakukan identifikasi perlu keinginan dari dalam diri perawat itu sendiri atau
biasa disebutmotivasi. Jika seseorang memiliki motivasi maka seharusnya dapat
menimbulkan kepatuhan untuk melakukan tindakan identifikasi.
Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar adalah jika pasien dalam
keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan koma, saat
pasien berpindah tempat tidur, berpindah kamar tidur, berpindah lokasi didalam lingkungan
rumah sakit, terjadi disfungsi sensoris, lupa identitas diri, atau mengalami situasi lainnya.

2. Tujuan
Tujuan dari Paper ini untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan identifikasi pasien sebagai bagian dari keselamatan pasien.
3. Pembahasan
Gambaran Motivasi Perawat
Motivasi berasal dari kata Latin Moreve yang berarti dorongan dari dalam diri
manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata
kebutuhan .kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau
direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang bersangkutan merasa atau
menjadi puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon maka akan selalu berpotensi untuk
muncul kembali sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud (Soekidjo
Notoatmodjo, 2014).
Apabila motivasi perawat tinggi akan mempermudah perawat dalam menjalankan
seuatu tindakan. Pada usia 21-30 tahun merupakan usia produktif dimana pada umumnya
mereka memiliki semangat kerja yang cukup tinggi dan pada usia ini perawat bisa
membuktikan diri untuk diakui keberadaannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bustanul Aswat tahun 2010 tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Motivasi Kerja Perawat” di rumah sakit diketahui bahwa terdapat hubungan antara
usia perawat dengan motivasi kerja di rumah sakit dimana seseorang dengan usia semakin
lanjut memiliki tingkat kepuasan kerja yang semakin besar pula, tetapi kekurangannya adalah
memiliki motivasi kerja yang rendah.

Gambaran Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan asuhan agar pasien menjadi lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2008).
Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran keselamatan pasien meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh (Kemenkes RI, 2011).

Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah yang paling
sering menyebabkan insiden keselamatan pasien (Depkes RI, 2008). Komunikasi efektif,
yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan
dan yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi
lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan
segera (Kemenkes RI, 2011).

Hubungan Motivasi Perawat dengan Keselamatan Pasien

Hubungan motivasi perawat dalam keselamatan pasien menunjukkan bahwa derajat


keeratan hubungan positif memiliki hubungan yang sangat kuat antara motivasi perawat
dengan pelaksanaan komunikasi efektif dalam keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rezkiki dan Ghita Sri tahun 2016 tentang “Faktor yang
Berhubungan dengan Penerapan Komunikasi SBAR di Ruang Rawat Inap” diketahui bahwa
ada hubungan antara motivasi dengan penerapan komunikasi SBAR, dimana perawat dengan
motivasi kerja yang tinggi cenderung akan bekerja sesuai dengan standar operasional
prosedur yang telahditetapkan demi meningkatkan profesionalitas dan kualitas kerjanya dan
begitu pula sebaliknya, termasuk dalam pelaksanaan komunikasi efektif.

Motivasi menunjukkan sejauh mana seorang individu ingin ataupun bersedia berusaha
untuk mencapai kinerja yang baik di pekerjaan. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa
perawat dengan motivasi tinggi maka sikap perawat dalam mendukung penerapan program
patient safety akan semakin tinggi pula.
4. Kesimpulan

Kesimpulan dari motivasi dan peran perawat dalam keselamatan pasien adalah bahwa
perawat yang termotivasi dan memahami peran mereka dalam perawatan pasien dapat
memberikan perawatan yang lebih baik dan aman. Motivasi membantu perawat untuk tetap
fokus, bekerja dengan cermat, dan berkomunikasi dengan pasien secara efektif. Perawat juga
berperan penting dalam memantau, mencegah kesalahan medis, dan memberikan perawatan
yang sesuai, yang semuanya berkontribusi pada keselamatan pasien. Dengan demikian,
motivasi dan pemahaman peran perawat sangat penting dalam menjaga keselamatan pasien.

5. Saran

Peran perawat dalam keselamatan pasien sangat penting. Berikut beberapa saran
motivasi dan peran perawat dalam menjaga keselamatan pasien:

1) Kepatuhan Terhadap Prosedur: Ingatkan diri Anda untuk selalu mengikuti


prosedur perawatan dan protokol keamanan yang telah ditetapkan. Ini termasuk
mencuci tangan dengan benar, memeriksa identitas pasien, dan memastikan obat dan
dosis yang benar.
2) Komunikasi yang Efektif: Perawat perlu berkomunikasi dengan baik dengan tim
perawatan kesehatan dan pasien. Pastikan informasi mengenai kondisi pasien
tersampaikan dengan jelas dan tepat waktu.
3) Pendidikan Kontinu: Terus tingkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda dalam
perawatan kesehatan. Ini akan membantu Anda memberikan perawatan yang lebih
aman dan efektif.
4) Monitoring Pasien: Perawat harus selalu memantau tanda-tanda vital pasien dan
merespon perubahan yang mungkin terjadi dengan cepat.
5) Keluarga dan Pasien: Melibatkan keluarga dan pasien dalam proses perawatan.
Membangun hubungan yang kuat dengan pasien dan keluarganya dapat membantu
dalam identifikasi risiko dan pemahaman terhadap rencana perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Soekidjo Notoatmodjo. (2014). Apabila kebutuhan tersebut belum direspon maka akan selalu
berpotensi untuk muncul kembali sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang
dimaksud

Bustanul Aswat. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Perawat

Depkes RI. (2008). Keselamatan pasien adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah Sakit
yang memberikan asuhan agar pasien menjadi lebih aman

Kemenkes RI. (2011). Sasaran keselamatan pasien meliputi ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko
pasien jatuh

Depkes RI. (2008). Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah
yang paling sering menyebabkan insiden keselamatan pasien

Rezkiki dan Ghita Sri. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Komunikasi
SBAR di Ruang Rawat Inap
LAMPIRAN
Jurnal Tahun 2019 : https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Hubungan+perawat+dengan+motivasi+keselamatan+pasien&btnG
=#d=gs_qabs&t=1697451203063&u=%23p%3Dz4RtKWRrTwwJ
Jurnal Tahun 2020 : https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Hubungan+perawat+dengan+motivasi+keselamatan+pasien&btnG
=#d=gs_qabs&t=1697449267593&u=%23p%3D_-NV4kbNz6YJ

Anda mungkin juga menyukai