Modul Teori Komunikasi
Modul Teori Komunikasi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Teori
Komunikasi Keperawatan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari kekurangan dalam penyusunan modul ini, baik materi maupun
bahasa. Namun demikian, penulis berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa.
Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik demi kemajuan modul ini
kedepannya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Aamiin.
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
1. PENDAHULUAN
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan
kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya
dalam berinteraksi dengan manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah
komunikasi, diamnya seseorang adalah komunikasi, tertawanya seseorang adalah
komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah komunikasi. Dengan berkomunikasi,
kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih dinamis.
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan
menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan
keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam
setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi
dan komunikasi terapeutik sangat penting terkait dengan tugas-tugas Anda dalam
melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan hubungan profesional dengan tim
kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat ahli madya, keterampilan dasar yang penting
harus Anda kuasai adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam
praktik keperawatan akan memungkinkan Anda melaksanakan praktik keperawatan
secara berkualitas.
Topik 1 akan memberikan pengetahuan kepada Anda tentang konsep dasar
komunikasi yang meliputi pengertian, tujuan, model, bentuk-bentuk, elemen,
proses, dan faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi.
1. Pengertian Komunikasi
Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar
komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada
kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting,
sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan
memahami makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai.
2. Tujuan Komunikasi
a. Menyampaikan ide/informasi/berita
Komunikasi yang kita lakukan kepada orang lain secara kita sadari
ataupun tidak kita sadari akan memengaruhi perilaku orang lain.
Secara sadar, jika kita berkomunikasi untuk tujuan memotivasi seseorang,
kita berharap bahwa orang yang kita motivasi akan melakukan hal sesuai
dengan yang kita inginkan. Secara tidak kita sadari, jika pada saat kita
memotivasi menunjukkan wajah yang serius, kita akan membuat lawan bicara
antusias untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan
kepada dirinya
Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.
Komunikasi perawat kepada pasien saat memberikan motivasi untuk
memelihara kesehatan serta melakukan budaya hidup sehat melalui pengaturan
pola makan yang sehat dan olah raga teratur.
4
d. Memberikan pendidikan
Komunikasi antara dua orang atau lebih akan efektif jika antara
komunikator dan komunikan saling memahami ide masing-masing dan
mereka saling berusaha untuk memberi makna pada komunikasi yang
disampaikan atau diterima.
3. Elemen Komunikasi
5
b. Informasi/pesan/berita
Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menerima pesan yang
disampaikan komunikator. Komunikan yang efektif adalah komunikan yang bersikap
kooperatif, penuh perhatian, jujur, serta bersikap terbuka terhadap komunikator dan
pesan yang disampaikan.
d. Umpan balik
6
4. Bentuk/Jenis Komunikasi
Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk komunikasi,
yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Berikut akan dijelaskan perbedaan
antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Selanjutnya, lakukan latihan
untuk memperjelas pemahaman Anda terhadap perbedaan keduanya.
a. Komunikasi verbal
7
b. Komunikasi
nonverbal
5. Model Proses
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks untuk mengirim pesan dari
komunikator kepada komunikan. Vecchio (1995) menguraikan bahwa proses
komunikasi merupakan urutan tahap-tahap komunikasi kompleks meliputi idea
generation, encoding, transmitting via various channels, receiving, decoding,
understanding, dan responding yang merupakan suatu siklus yang selalu berulang.
Dalam model ini, dijelaskan bahwa komunikasi dimulai dengan munculnya
ide (gagasan) dari komunikator (sender). Ide ini selanjutnya diproses/diolah di otak
dan keluar dalam bentuk gelombang suara atau tulisan atau dalam bentuk kode-
kode tertentu (encoding). Informasi yang telah diolah dalam bentuk kode-kode
tersebut selanjutnya ditransmisikan/disalurkan oleh komunikator melalui media
(channel). Channel ini akan membantu proses penyampaian pesan dari komunikator
dan proses penerimaan pesan oleh komunikan. Pesan/informasi yang sampai atau
diterima dalam bentuk gelombang suara, tulisan, atau kode-kode tersebut diproses dan
dipersepsikan oleh komunikan (decoding). Setelah dipersepsikan, komunikan akan
sampai pada tingkat pemahaman (understanding) dan selanjutnya berespons terhadap
pesan yang diterima sebagai umpan balik untuk komunikator. Respons yang diberikan
oleh komunikan akan menstimulasi munculnya ide baru dan seterusnya ide atau
informasi akan diproses kembali sebagai suatu siklus yang berulang. Model proses
komunikasi ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.
6. Faktor-faktor yang Memengaruhi
Komunikasi
Kasep (bahasa Jawa) berarti terlambat sekali, berbeda dengan kasep (bahasa
sunda) yang berarti cakep/ganteng/tampan.
Selanjutnya, seorang komunikator harus mampu membaca peluang
(opportunity), mengolah pesan supaya mudah dipahami komunikan, dan mempunyai
alat-alat tubuh yang baik sehingga menghasilkan suara yang baik dan jelas, antara lain
pita suara, mulut, bibir, lidah, dan gigi. Seorang komunikator yang pita suaranya
terganggu, tidak mempunyai gigi, atau sumbing akan mengalami kesulitan dalam
berkata-kata yang mengakibatkan tidak jelasnya pesan yang disampaikan.
b. Pesan/informasi
Pesan yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah diterima adalah
pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan), jelas (clearly), sederhana
atau tidak bertele-tele, dan mudah dimengerti (simple). Di samping itu, informasi akan
menarik jika merupakan informasi yang sedang hangat (up to date).
c. Komunikan
Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai dengan
pesan yang disampaikan. Umpan balik ini penting bagi komunikator karena sebagai salah
satu tolok ukur keberhasilan komunikasi. Mengerti atau tidaknya komunikan terhadap
isi pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dilihat dari bagaimana komunikan
memberikan umpan balik.
e. Atmosfer
LATIHAN
Petunjuk Jawaban
Latihan
RINGKASAN
1) Komunikasi adalah suatu proses pertukaran serta penyampaian dan penerimaan
berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih kompleks komunikasi
didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan perilaku komunikator kepada
komunikan baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan verbal atau tulisan,
gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan
untuk memengaruhi orang lain.
2) Tujuan komunikasi adalah menyampaikan ide, memengaruhi orang lain,
mengubah perilaku orang lain, memberikan pendidikan kesehatan, dan
memahami ide orang lain.
3) Elemen komunikasi ada lima, yaitu komunikator, informasi yang disampaikan,
komunikan, umpan balik, dan atmosfer.
4) Jenis komunikasi ada dua, yaitu komunikasi verbal (komunikasi yang disampaikan
melalui kata-kata atau ucapan) dan komunikasi nonverbal (kontak mata, ekspresi
wajah, sikap tubuh, gerakan, penampilan, atau simbol-simbol yang digunakan).
5) Proses komunikasi merupakan urutan atau tahap-tahapan yang kompleks
TES 1
1) Berikut ini adalah benar tentang komunikasi nonverbal yang harus diketahui
perawat saat komunikasi dengan pasien ….
A. keluhan utama
A. Perawat
An
A. ideation
B. encoding
C. transmission
D. receiving
4) Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi yang ditinjau komunikan
Adalah….
A. penguasaan materi
B. bahasa yang digunakan
C. kemampuan bicara
D. vokal
13
adalah….
A. menangis
B. suara lirih
C. murung
D. bertanya
6) Di ruang konsultasi yang tenang dan sejuk, tampak perawat dan klien sedang
duduk berhadapan. Berikut ini petikan komunikasi perawat-klien dalam
pelayanan keperawatan.
P : Selamat pagi (sambil berjabat tangan). Bagaimana perasaan ibu hari ini?
A. menyampaikan ide
Komunikasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan adalah hal yang paling
esensial. Komunikasi menjadi alat kerja utama bagi perawat dalam rangka memberikan
pelayanan yang terbaik. Bagi seorang perawat, hal ini cukup beralasan karena perawat
selalu bersama dan berinteraksi dengan pasien selama 24 jam secara terus-menerus dan
berkesinambungan mulai awal kontak sampai akhir. Pengetahuan dan penerapan tentang
dasar-dasar komunikasi terapeutik dalam keperawatan ini sangat penting. Komunikasi
dalam praktik keperawatan dapat menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki
16
Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama yang
ditandai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman
ketika
membina hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103), sedangkan
Indrawati (2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal
dengan fokus adanya saling pengertian antarperawat dengan pasien. Komunikasi ini
adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien sehingga dapat
dikategorikan dalam komunikasi pribadi antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003).
Berdasarkan paparan tersebut, secara ringkas definisi komunikasi terapeutik
sebagai berikut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan
klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan
memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah
klien serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang pada akhirnya
mencapai kesembuhan klien.
a. Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga
kesehatan.
b. Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien. c.
Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
d. Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
e. Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.
Perbedaan Hubungan Terapeutik dan Hubungan Sosial (Stuart &dan Laraia, 1998)
SIAPA
SAYA?
ars
DeVito (1997) menjelaskan bahwa untuk meningkat kesadaran diri dapat dilakukan
dengan cara berikut.
Perawat sebagai role model maksudnya adalah perawat harus menjadi contoh yang
baik bagi klien. Perawat dengan nilai-nilai yang dimilikinya harus bersikap dan bertingkah
laku yang dapat dicontoh secara baik oleh klien. Peran ini harus disadari oleh perawat
sehingga perawat harus selalu mengontrol perilakunya.
e. Berorientasi untuk kepentingan orang lain (altruism)
Perawat harus berorientasi untuk kepentingan orang lain, bukan dirinya sendiri.
Perawat dapat meningkatkan kesadaran diri secara terus-menerus untuk menyelami
masalah klien dan berpikir untuk selalu berbuat baik kepada klien. Segala aktivitas
yang dilakukan perawat adalah kepentingan kesembuhan klien atau mencapai tujuan yang
diinginkan klien.
f. Ethic dan responsibility
LATIHAN
23
RINGKASAN
TES 2
25
1) Komunikasi terapeutik adalah komunikasi untuk mencapai tujuan terapi. Berikut ini
adalah tujuan komunikasi terapeutik, yaitu ….
A. memperbaiki pengalaman emosional klien
B. meningkatkan kemampuan komunikasi perawat
C. meningkatkan kemampuan perawat dalam mengambil keputusan untuk
pasien
D. mendiskusikan penyelesaian masalah
2) Berikut ini yang merupakan karakteristik hubungan terapeutik perawat-klien
adalah ….
A. informasi hampir sama antara komunikator dan komunikan
B. dibangun atas dasar untuk memenuhi kebutuhan klien
C. kebutuhan untuk kebersamaan pihak yang terlibat
D. orang yang terlibat bebas
3) Komunikasi terapeutik antara perawat-klien akan berhasil jika kedua belah pihak
(perawat-klien) saling menjaga rahasia. Faktor yang memengaruhi adalah ….
A. privasi
B. konfiden
C. berfokus pada klien
D. tujuan komunikasi jelas
4) Setiap individu harus meningkatkan kesadaran diri dengan cara memperluas
daerah terbuka. Berikut ini karakteristik daerah terbuka, yaitu ….
A. berisi informasi diri, sikap, dan perilaku yang hanya diketahui oleh orang
lain
B. informasi tentang diri individu terbuka untuk umum
C. sikap dan perilaku diketahui oleh diri sendiri
D. sikap dan perilaku diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
5) Berikut ini cara meningkatkan kesadaran diri, yaitu ….
A. melakukan komunikasi intrapersonal
B. secara sadar memberikan penilaian kepada orang lain
C. mengklarifikasi pendapat orang tentang diri kita
D. lebih sering mengamati perilaku orang lain
6) Untuk meningkatkan kualitas personal, perawat secara terus-menerus harus
melakukan eksplorasi diri terkait hal-hal yang baik/tidak baik, hal-hal yang
26
7) Berikut ini adalah sifat atau perilaku yang menunjukkan perluasan kesadaran diri
perawat, yaitu ….
A. sifat atau perilaku individu tidak diketahui oleh diri sendiri, tetapi diketahui
oleh orang lain
B. sifat atau perilaku individu diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
C. sifat atau perilaku individu tidak diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
D. sifat atau perilaku individu diketahui oleh diri sendiri, tetapi tidak diketahui
orang lain
8) Seorang perawat sedang duduk di hadapan pasien yang sedang menangis sambil
memegang tangannya. Perawat diam dan selalu memandang pasien dengan penuh
perhatian. Tujuan komunikasi terapeutik pada situasi tersebut adalah ….
A. membantu kesembuhan
B. membantu mengatasi masalah
C. melakukan tindakan yang tepat
D. memperbaiki pengalaman emosional
27
28
Selamat! Anda telah menyelesaikan Topik 1 dan 2 . Saat ini, Anda sampai topik Topik
3. Topik 3 ini membahas komunikasi dan hubungan terapeutik dalam keperawatan
yang akan memberikan pengetahuan tentang sikap terapeutik perawat dalam
komunikasi, teknik, fase-fase, dan hambatan komunikasi terapeutik.
Dalam berkomunikasi dengan klien, mulai awal sampai akhir hubungan, perawat
harus menunjukkan sikap (kehadiran) secara psikologis dengan cara mempertahankan
sikap dalam dimensi respons dan dimensi tindakan seperti berikut.
3. Sikap dalam Dimensi Respons
1) Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dengan
ideal diri (cita-cita/keinginan klien).
2) Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien.
b. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan untuk membantu klien dan
digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat
sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu dengan segera.
c. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan, dan
sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerja sama, proses belajar, katarsis, atau
dukungan klien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart
dan Sundeen, 1987: 134), ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-
klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien.
33
d. Katarsis emosional
Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan
menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan klien. Berikut ini teknik
komunikasi Stuart & Sundeen (1998) yang dikombinasikan dengan pendapat ahli lainnya,
selanjutnya coba praktikkan bersama teman Anda dan mintalah teman Anda memberikan
penilaian.
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa
perawat. Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi
berlanjut.
Contoh:
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien.
Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa
yang dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan
klien. Contoh, “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan
kegagalan hidup? ”
35
f. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi
yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih dan penting.
Contoh:
Klien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya
pikir untuk apa saya pikirkan sakit ini?”
Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”
g. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat
menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus
bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: “Ibu tampak sedih.”
Contoh:
“Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak dewasa dan
semua telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait masalah ini, apa rencana yang
akan Ibu lakukan untuk mengatasi masalah?”
k. Memberikan penghargaan (reward)
Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk menghargai
klien. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien yang berakibat klien
melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.
Contoh:
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain
atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering kali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa
pamrih.
Contoh: “Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman.”
o. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Contoh: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”
Dengan teknik ini , dapat diindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga.
p. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati
dalam menggunakan teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat
menyinggung perasaan klien yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat.
a. Fase prainteraksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat sebelum
berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan
profesional diri. Perawat juga mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan
merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Contoh
pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut.
Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
Bagaimana respons saya selanjutnya?
38
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang bertujuan
untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase selanjutnya. Pada fase ini,
perawat dapat
1) memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan ini
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi ini sebagai
berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
15 menit?”, “Untuk tempat di dalam ruang ini saja atau di taman belakang?”
c. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan perawat- klien
dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja ini, perawat tidak hanya
mencapai tujuan yang telah diinginkan bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah
bertujuan untuk memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik
39
komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (sesuai kontrak).
Contoh: “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke pembuluh darah di tangan
ibu”, “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu khawatir”.
d. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Coba sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga Ibu!
”Baik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa bahwa waktu kita
sudah berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya setelah ini adalah menemukan
alternatif penyelesaian masalah yang Ibu hadapi dan pengambilan keputusan
untuk solusi.”
format strategi komunikasi yang harus Anda siapkan dan gunakan saat
melakukan komunikasi dengan pasien.
STRATEGI PELAKSANAAN
KOMUNIKASI
LATIHAN
1) Jelaskan tentang sikap profesional perawat dalam berkomunikasi secara fisik!
2) Jelaskan tentang sikap profesional perawat dalam berkomunikasi secara
psikologis!
3) Sebutkan teknik-teknik komunikasi terapeutik dan berikan contohnya dalam
asuhan keperawatan!
4) Sebutkan tahapan (fase-fase) dalam berhubungan dan komunikasi terapeutik
dengan pasien!
5) Sebutkan hambatan-hambatan dalam komunikasi terapeutik!
RINGKASAN
TES 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang!
1) Berikut ini yang merupakan sikap terapeutik perawat pada aspek fisik yang harus
dipertahankan saat berkomunikasi dengan pasien, kecuali ….
B. kontak mata
C. menjabat tangan pasien
D. membungkuk ke arah pasien
2) Seorang perawat tampak duduk bersama pasien untuk memberikan informasi
tentang pencegahan kekambuhan. Tampak perawat duduk dengan posisi kaki
menyilang (satu kaki di atas kaki lainnya), volume keras, menghadap pasien, dan
mempertahankan pandangan ke arah pasien. Sikap perawat yang harus dikoreksi
sehingga selalu tampil dengan sikap profesional adalah ….
B. menghadap pasien
C. pandangan ke arah pasien
D. posisi satu kaki di atas kaki lainnya
3) Seorang pasien tampak menangis saat pertama kali di rawat. Dia merasa sangat
khawatir dengan penyakit yang dideritanya. Respons psikologis perawat yang
menunjukkan sikap profesional adalah ….
A. segera
B. empati
C. konfrontasi
D. sikap terbuka
4) Berikut ini contoh komunikasi dalam dimensi respons yang menghargai adalah ….
A. segera
B. terbuka
C. konfrontasi
D. bermain peran
44
6) Seorang pasien tampak menangis sambil bercerita bahwa dia menyesal telah
melakukan operasi plastik terhadap hidung dan tulang pipinya. Pasien mengatakan
takut akan dosa-dosa yang diperbuatnya karena mengubah ciptaan Tuhan. Teknik
komunikasi yang tepat digunakan sesuai situasi tersebut adalah ….
A. listening
B. restating
C. focusing
D. clarification
7) Seorang perawat sedang berinteraksi dengan pasien pada fase orientasi. Tugas
perawat yang harus dilakukan dalam berkomuniksai dalam fase tersebut
adalah….
P : Jelaskan kepada saya sejak kapan Ibu mulai mengalami gangguan tidur dan
mudah menangis
K : Lebih kurang satu tahun yang lalu sejak anak kedua saya menikah dan
meninggalkan saya untuk hidup di luar kota. Akhir-akhir ini saya rasakan gangguan
tersebut lebih meningkat terutama sejak anak ketiga saya akan di wisuda.
Proses komunikasi yang sedang terjadi sesuai situasi tersebut adalah ….
A. fase initiasi
B. fase orientasi
C. fase kerja
D. fase limitasi
9) P : (Mengangguk-angguk dan memandang klien). Iya, saya mengerti. Teruskan.
K : Saat ini, emosi saya semakin kacau karena menstruasi saya tidak teratur.
Saya sudah tua dan anak-anak sudah mulai mengabaikan saya.
Teknik komunikasi yang digunakan perawat saat interaksi dengan pasien
adalah….
45
A. mendengarkan
B. penerimaan
C. pemahaman
D. klarifikasi
10) Tugas yang sedang dilakukan perawat berdasarkan sikap verbal dan nonverbal
yang ditunjukkan oleh perawat mengenai ….
A. penyelesaian masalah
B. mempertahankan hubungan
C. identifikasi masalah bersama pasien
D. menafsirkan masalah
Tes 2
1) B
2) B
3) A
4) D
5) A
6) D
7) B
46
8) D
Tes 3
1) A
2) D
3) B
4) C
5) D
6) A
7) D
8) C
9) A
10) C
i. Diam (silence) Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan
ketetapan waktu. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya
49
l. Menawarkan diri Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lainatau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering
kali perawat hanyamenawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini
harus dilakukan tanpa pamrih. Contoh: “Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman.”
meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait masalah ini, apa rencanayang akan Ibu
lakukan untuk mengatasi masalah?”
o. Menawarkan diri Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering
kali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini
harus dilakukan tanpa pamrih.Contoh: “Saya ingin Anda merasa tenang dan
nyaman.”m. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan Memberi
kesempatan padaklien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Perawat
dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil inisiatif dalam membuka
pembicaraan. Contoh:“Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?”“Apakah yang
sedang Ibu pikirkan?”“Dari mana Ibu ingin mulai pembicaraan ini?”
r. Refleksi Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Contoh: “Bagaimana menurutmu?”
atau “Bagaimana perasaanmu?” Dengan teknik ini , dapat diindikasikan bahwa
pendapat klien adalah berharga.
s. Humor Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hatidalam
51
Ada beberapa respon nonverbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya menggerakkan badan,
tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia kurang dari enam bulan sebagai cara
menarik perhatian orang. Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak
dikenalnya adalah ciri perilaku pada bayi usia lebih dari enam bulan., dan perhatiannya
berpusat pada ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan
langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi aakan merasa takut. Lakukan
komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan/atau mainan yang dipegangnya. Tunjukkan
bahwa kita ingin membina hubungan yang baik denganya dan ibunya.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh karena itu saat menjelaskan,
gunakan kata – kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh
yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk dukursi kecil, atau berlutut sehingga
pandangan mata kitz akan sejajar denganya.
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan
tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya
mengapa dilakukan, untuk apa, dan bagaimana caranya dilakukan ? anak membutuhkan
penjelasan atas pertanyaanya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. ( Yupi Supartini, 2004 : 84)
Seperti telah disebutkan pada beberapa bagian di kegiatan belajar sebelumnya, fase remaja
adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan
demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang
dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.
Apabila anak merasa cemas atau stress jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman
sebayanya dan/ atau orang dewasa yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia
menemani dan mendengarkan keluhanya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga
dirinya merupakan hal yang prinsip untuk diperhatikan dalam berkomunikasi, tunjukka
ekspresi wajah yang bersahabat denganya, jangan memotong pembicaraan saat ia sedang
mengekspresikan perasaan dan pikiranya, dan hindari perkataan yang menyinggung harga
dirinya. Kita harus menghormati privasinya dan beri dukungan pada apa yang telah dicapainya
secara positif dengan selalu memberikanya penguatan positif (misalnya, memberi pujian).
1. Tangisan
55
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat sebaris senyum kesyukuran
terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan seorabng bayi merupakan bentuk komunikasi dari
seorang bayi kepada orang dewasa dimana dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pasan
dan orang dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.
Pada awal kehidupan paska lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat
dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu
kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya
akan menangis bila yia merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi
tangisan menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan kebutuhan mreka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan
bicara.
Perawat harus banyak berlatih mengenal macam – macam arti tangisan bayi untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
Nilai celoteh :
a) Berceloteh adalah praktek verba sebagsi dasar perkembangan gerakan terlatih yang
dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
3. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
56
Contoh :
a) Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar.
b) Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong
c) Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau
memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak.
4. Ungkapan emosional
Adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
a) Tubuh yang mengejang atau gerakan – gerakan tangan atau kaki disertai jeritan dan
wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.
b) Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki, roman muka tegang dan
menangis adlah bentuk ungkapan marah atau tidak suka.(Kemenkes,2013)
1. Pada Bayi
2. Pada Anak
a) Persiapan Fisik
57
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam
kematanganan mekanisme bicara. Pertumbuhan organ-organ bicara yang kurang sempurna
sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak.
b) Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak), yang berkembang 1-18 bulan, saat yang
tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak bisa merespon dengan kata-kata, namun suara atu
bicara yang kita tunjukkan pada bayi bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon
dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau tertawa.
e) Bimbingan
Upaya untuk membantu ketrampilan bicara anak dapat dilakukan dengan cara : menyediakan
model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang
diucapkan anak.
1. Teknik Verbal
e) Biblioterapi
Buku atau majalah dapat juga digunakan untuk membantu anak mengekspresikan pikiran dan
perasaanya. Bantu anak mengekspresikan perasanya dengan menceritakan isi buku atau
majalah. Untuk itu perawat harus tahu terlebih dahulu ini dari buku atau majalah tersebut dan
simpulkan pesan yang ada didalamnya sebelum bercerita pada anak.
a) Menulis
60
Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tiadak saja dilakukan pada anak
tetapi juga pada remaja.
Perwat dapat memulai komunikasi dengan anak dengan cara memeriksa atau menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis
perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan anak.
b) Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu terkait dengan
dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan.
Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat menggambarkan keluarganya
dan dilakukan secara bersama antara keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
d) Ungkapan marah
Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian
apa yang menyebabkan ia merasa jengkel dan marah. Untuk memberikan ketenangan anak
pada saat marah, duduklah dekat dia, pegang tangannya atau pundaknya atau peluklah dia.
e) Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian tangan atau bagian tubuh
anak misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk
memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan
orang tua. (Kemenkes, 2013)
61
- hormati privasinaya
- berikan contoh yang baik
agresif.Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang
dewasa oleh para professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai teknik dan
model konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap
dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model
komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Model konsep komunikasi yang
sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi king dan model komunikasi
kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member dan menerima
serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan sesuai
dengan yang ingin dicapai.
o pasif
o mengikuti kehendak orang lain
o mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dgn orang lain.
Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia Beberapa prinsip etika yang harus
dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah:
Empati
istilah empati menyangkut pengertian “simpati” atas dasar pengertian yang
mendalam. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang
seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan
dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan
belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi
67
dan patologik dari penderita lansia . Yang harus dan “jangan” prinsip ini sering
dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence pelayanan geriatric selalu
didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus
menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat
adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat seseorang menderita).
Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari
rasa nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup,
pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah
dan praktis untuk dikerjakan.
Otonomi
Suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sekali saja hak tersebut
mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan.
Keadilan
prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua
penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak
mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
68
A. Pengkajian Keperawatan
pesan yang diterima klien. Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus
diperhatikan oleh perawat antara lain:
1) Language deficits
Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi
karena penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien
dalam menerima pesan secara adekuat’
2) Sensory deficits
Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting
dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila
kemampuan sensori klien berfungsi dengan baik. Untuk klien yang mengalami kelemahan
mendengar, maka ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu
mencari kepastian medik yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar,
memperhatikan apakah klien menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi,
memperhatikan apakah klien mampu melihat muka dan bibir kita saat berbicara, dan
memperhatikan apakah klien mampu menggunakan tangannya sebagai bebtuk komunikasi
nonverbal.
3) Cognitive impairrnents
Adalah suatu kerusakan yang melemahakan fungsi kognitif (misalnya pada klien CVA,
Alzheimer`s, tumor otak) dpat mempengaruhi kemampuan klien dalam menggungkapkan
dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang mengalami gangguan kognitif
ini, perawat dapat menilai apakah klien merespon (baik respon verbal maupun nonverbal)
ketika ditanya ?. Apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar?.
Apakah klien dapat mengingat dengan baik ?
4) Structural deficits
Adanya gangguan pada struktur tubuh terutana pada struktur yang berhubungan
langsung dengan tenpat keluernya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat
mempengaruhi terjadinya komunikasi.
5) Paralysis
Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ekstremitas atas akan menghambat
kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan. Perawat perlu
memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukkan alam
rangka memberikan informasi kepada perawat.
70
Diagnosa Keperawatan
B. Rencana keperawatan
pengetahuan yang lebih agar acuan dalam membuat rencana tindakan sesuai dengan
sasaran. Kegagalan dalam menentukan etiologi dengan tepat akan berpengaruh
terhadap rumusan tujuan tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan
tindakan.
C. Tindakan keperawatan/implementasi
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Selama aktivitas pada tahap ini menuntut perawat untuk terampil dalam
berkomunikasi dengan klien. Umumnya ada 2 kategori aktivitas perawat dalam
berkomunikasi, yaitu saat mendekati klien untuk membantu memnuhi kebutuhan fisik
klien dan ketika klien mengalami masalah psikologis. Tindakan komunikasi pada saat
menghampiri klien :
1. Menunjukkan muka yang jujur dengan klien. Hal ini penting agar tercipta suasana
saling percaya saat berkomunikasi.
2. Mempertahankan kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat
dilihat dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien.
3. Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang
diinginkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
4. Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan
keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
5. Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai
dan menghormati klien.crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua
telinga dan satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan
komunikasi dilaksanakan dengan perbandingan 2:1, lebih banyak mendengar daripada
bicara. Sikap ini akan mengingatkan kepercayaan klien kepada perawat.
6. Relatif rilek saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak
membawa pengaruh yang baik dalam hubungan perawat - klien. Pada tahap ini petugas
kesehatan (perawat, bidan dll) juga harus meningkatkan kemampuan non verbalnya
dengan “SOLER” yang merupakan kependekatan dari : · S – Sit (duduk) menghadap
klien.postur ini memberi kesan bahwa perawat ada disana untuk mendengarkan dan
tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien. · O – Observe (mengamati) suatu
postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan tidak menyilang). Postur ini
72
menyatakan perawat “terbuka” terhadap apa yang dikatakan klien. Suatu posisi yang
“tertutup” dapat menghambat klien untuk menyampaikan perasaannya. · L – Lean
(mencondong kearah klien). Postur ini menyampaikan bahwa perawat terlibat dan
tertarik pada interaksi yang sedang dilaksanakan. · E – Establish (melakukan dan
menjaga kontak mata). Perilaku ini menyampaikan keterlibatan perawat dan kesediaan
untuk mendengarkan apa yang klien sedang katakana. Ketidakhadiran kontak mata atau
pergeseran mata member pesan bahwa perawat tidaklah tertarik akan apa yang
dikatakan klien. · R – Relax. Rileks adalah penting untuk mengkomunikasikan suatu
perasaan atau kondisi yang nyaman dan harmonis dalam berkomunikasi dengan klien.
Kegelisahan mengkomunikasikan adanyasuatu masalah yang dapat menimbulkan multi
tafsir.
D. Evaluasi
Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi
apakah tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa
pengaruh atau hasil yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah
ditentukan pada tahap sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif,
sikap dan ketrampilan yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal.
Pada tahap ini juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang
efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan. Semua tahapan proses keperawatan
tersebut diatas membutuhkan kemampuan komunikasi yang adekuat. Komunikasi
merupakan kegiatan mengumpulkan, memadukan, menyamakan, dan menyalurkan
informasi dalam pelayanan kesehatan.
73
Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali saling terkait. Pasien yang
mederita penyakit bisa dari sakit fisik memicu munculnya gangguan psikologis. Ini
lebih sering terlihat pada pasien yang sakitnya sudah tahunan. Sebaliknya pula, dari
gangguan psikologis bisa muncul sakit fisik. Misalnya pasien secara tidak sadar
melukai dirinya sendiri. Dalam mengkaji hubungan di antara keduanya, analisis
permasalahan meliputi pencarian/penggalian dan penjelasan hubungan antara
kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti dengan pendekatan penelitian kontemporer.
Sebenarnya apa perbedaan antara gangguan psikologis seperti cemas dan
depresi dengan gangguan fisik seperti penyakit infeksi dan kanker? Secara langsung,
gangguan psikologis dapat dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu
sendiri seperti stres, pengalaman trauma, dan masalah kanak-kanak. Sementara itu,
gangguan fisik dapat diakibatkan oleh penyebab fisik misalnya cacat tubuh, cacat
bawaan dan luka di tubuh yang mengganggu pergerakkan. Setelah mengetahui itu, kita
dapat menggunakan sarana terapi yang tepat bagi masing – masing pasien. Pasien
dengan gangguan psikologis seharusnya diarahkan ke sarana penyembuhan psikologi
supaya dapat disembuhkan disembuhkan dengan menggunakan terapi seperti
psikoterapi dan terapi perilaku, sedangkan gangguan fisik diarahkan ke klinik atau
rumah sakit agar disembuhkan secara medis.
Gangguan psikologis berkisar dari penyakit mental yang serius sampai kasus yang
depresi yang relatif ringan yang biasanya disebabkan ketidakseimbang biokimia, sering
dianggap sebagai gangguan keturunan. Hal ini terutama didukung oleh penelitian DNA.
Di sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang mudah terkena penyakit jantung dan
stres, yang merupakan faktor utama dalam penyebab banyak penyakit fisik. Pengobatan
holistik dan terapi sejenisnya untuk penyakit fisik seringnya mempunyai komponen
psikologi yang besar seperti program manajemen stres, relaksasi, hingga pelatihan
pernafasan.
74
Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai kekurangan pada
anggota tubuh atau terganggunya sistem organ dalam tubuh, sensorik, dan motorik pada
tubuh. Gangguan fisik yang dari kekurangan anggota tubuh sering kali membuat
pergerakan terganggu. Gangguan dari sistem organ membuat pasien berasa tidak enak
badan dan harus mendapatkan pengobatan medis.
Gangguan fisik ini bisa dialami oleh semua orang baik orang dewasa maupun anak
kecil. Untuk orang dewasa gangguan fisik ini dimungkinkan karena faktor eksternal seperti
: kecelakaan yang menyebabkan rusaknya anggota tubuh atau organ tubuh, sehingga
menimbulkan keterbatasan dalam beraktivitas. Sedangkan gangguan fisik yang dialami
oleh anak kecil dikarenakan oleh faktor bawaan seperti :
1. Kelainan pada sistem cerebral (sistem syarat pusat), gangguan fisik ini disebabkan
oleh luka pada otak yang mempengaruhi kemampuan menggerakkan bagian-bagian
tubuh manusia (gangguan motorik), disebut juga cerebral palsy (CP). Menurut letak
kelainan otak dan fungsi geraknya, cerebral palsy dibedakan atas : spastic
(kekakuan sebagian atau seluruh otot karena kerusakan pada cortex cerebri),
athetoid (gerakan kaki tangan di luar kemauan karena kerusakan pada basal
ganglia). Ataxia (hambatan keseimbangan kerema kerusakan pada otak
kecil/cerebellum), rigid (kekuatan seluruh anggota gerak karena kerusakan pada
basal ganglia), tremor (gerakan kecil yang terus-menerus karena kerusakan pada
basal ganglia).
2. Kelainan pada sistem musculus skeletal (sistem otot dan rangka), gangguan fisik ini
dialami oelh anak-anak yang memiliki cacat fisik akibat kelemahan atau penyakit
pada otot atau tulang, disebut juga gangguan orthopedic. Jenis kelainan yang
berkaitan dengan sistem ototdan rangka meliputi : polio (kelumpuhan tangan dan
kaki karena virus polio), muscular dystrophy (kelumpuhan yang bersifat progresif
karena otot tidak dapat berkembang), osteogenesis imperfect (tulang mudah patah
karena pertumbuhan kerangka tulang tidak normal), spina bifida (kelumpuhan
anggota tubuh bagian bawah karena sebagian ruas tulang belakang tidak menutup),
hambatan fisik motorik karena bawaan lahir (bentuk kaki tangan seperti tongkat,
75
tubuh kerdil, hydrocephalus atau micrcephalus, jari kurang atau lebih dari lima,
dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu, dan lain-lain)
3. Gangguan kesehatan yang mempengaruhi kemampuan fisik, antara lain : asma
(penyempitan pembuluh tenggorokan) dan hemophilia (kelainan/kurangnya
produksi factor pembekuan darah).
Gangguan fisik dan kesehatan dapat terjadi sebelum lahir, dan sesudah lahir. Pada masa
sebelum lahir, dapat disebabkan oleh : infeksi atau penyakit, kelainan kandungan bayi dalam
kandungan terkena radiasi, atau ibu mengalami trauma (kecelakaan). Pada saat lahir, kerusakan
otak bayi dapat disebabkan oleh : proses kelahiran yang terlalu lama, pemakaian alat bantu
kelahiran, dan pemakaian anastesi yang berlebihan. Pada masa sesudah lahir, hal-hal yang
dapat menyebabkan kecacatan antara lain : kecelakaan.trauma pada kepala, amputasi,
infeksi/penyakit yang menyerang otak, dan malnutrisi.
Anak-anak dengan gangguan fisik motorik biasanya mengalami kekakuan, kelumpuhan,
gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis, dan hambatan keseimbangan.
Adanya berbagai hambatan ini menyebabkan anak kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari
seperti berpindah tempat, makan, minum, berpakaian, dan lain-lain. Kerusakan sistem syaraf
pusat di otak maupun sumsum tulang belakang juga dapat menimbulkan gangguan fungsi
fisiologis tubuh seperti :
Gangguan refleks
Gangguan perasaan kulit
Gangguan fungsi sensoris
Gangguan pengaturan sikap dan gerak motorik
Gangguan fungsi metabolism dan sistem endokrin (hormonal).
Gangguan fungsi gastrointestinal
Gangguan gungsi sirkulasi darah
Gangguan fungsi pernafasan
Gangguan pembentukan ekskresi urine.
Kecerdasan anak dengan gangguan fisik dan kesehatan bervariasi dari tingkat paling
rendah sampai yang paling tinggi. Separuh anak CP diduga mengalami intelegansi yang
rendah. Hal ini karena anak-anak CP memiliki kelainan pada otak mereka dimana syaraf
penghubung dan jaringan syaraf otak mengalami kerusakan. Kondisi ini menyebabkan proses
stimulus yang berasal dari luar sulit untuk diterima dan dianalisis oleh syaraf sensoris. Anak
76
CP akan mengalami kesulitan untuk mengolah stimulus visual, auditori, dan taktil yang
diterimanya. Selanjutnya mereka akan mengalami kesulitan dalam konsep bentuk,
keseimbangan posisi tubuh, orientasi ruang, warna, bunyi, rasa, dan peraba.
Kebanyakan anak CP mengalami hambatan bicara, karena otot-otot bicara yang lumpuh atau
kaku. Selain itu, kurangnya interaksi dengan lingkungan sekitar dapat menyebabkan anak
mengalami kemiskinan bahasa. Anak yang mempunyai gagasan atau ide yang akan
disampaikan kepada orang lain secara lisan tidak terkomunikasikan, karena bicaranya tidak
jelas dan ucapannya susah dimengerti (supena, 2012).
Anak-anak dengan gangguan fisik dan kesehatan biasanya juga mengalami kesulitan
penyesuaian sosial. Mereka kesulitan mempertahankan hubungan dengan teman-teman sebaya.
Mereka juga mungkin mempunyai konsep diri yang rendah, akibatnya untuk berinteraksi
dengan lingkungan menjadi terlambat. Anak merasa rendah diri, menolak kenyataan.
1. Orientasikan kehadiran kita dengan cara menyentuh pasien atau memposisikan diri di
hadapan yang terlihat oleh pasien.
2. Gunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan pasien membaca gerak bibir kita.
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di hadapan atau di depan pasien dan
pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika kita sedang mengunyah sesuatu, misalnya
permen karet.
5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan yang sederhana dan wajar.
6. Jika diperlukan gunakanlah bahasa jari atau jika kita menguasai bahasa isyarat, dapat
menggunakannya.
77
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam
bentuk tulisan, gambar atau simbol yang mudah dimengerti.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan pasien yang
mengalami gangguan penglihatan:
1. Sedapat mungkin pengobat mengambil posisi yang dapat dilihat pasien bila pasien
mengalami kebutaan parsial atau total.
2. Sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran kita ketika berada di dekat pasien.
3. Identifikasikan diri kita dengan menyebutkan nama .
4. Berbicaralah dengan menggunakan nada suara normal bila kondisi pasien tidak
memungkinkan pasien menerima pesan verbal secara visual. Dalam kondisi ini,
nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi pasien.
5. Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum
melakukan sentuhan apapun pada pasien.
6. Informasikan kepada pasien ketika kita akan meninggalkan ruangan atau
meninggalkan pasien / memutus komunikasi.
7. Orientasikan pasien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.
8. Orientasikan pasien pada lingkunganya bila pasien dipindah ke lingkungan /
ruangan yang baru.
78
1. Syarat-Syarat Komunikasi
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara,
ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar pasien
yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan atau gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan pasien gangguan wicara, hal – hal berikut perlu di
perhatikan:
1. Pengobat benar – benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir pasien.
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata
yang diucapkan pasien.
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik,
komunikasi dengan pasien tidak menyimpang.
4. Mengendalikan pembicaraan sehingga pasien menjadi lebih rileks dan komunikasi
menjadi lebih pelan.
5. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan
baik.
6. Gunakan bahasa isyarat, tulisan, gambar atau simbol bila diperlukan.
1. Berhati – hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat pasien karena ada
keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami
penurunan dan penerimaan rangsang pada individu yang tidak sadar dan yang
menjadi pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka perawat harus berhati –
hati tidak mengatakan sesuatu pada pasien yang tidak sadar atau pada dalam jarak
pendengaran pasien. Jaga selalu untuk tidak mengatakan hal – hal yang tidak akan
mereka katakan pada pasien yang sepenuhnya sadar.
2. Ambil asumsi bahwa pasien dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan
mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi
ucapan yang kita sampaikan di dekat klien.
3. Ucapkan kata – kata sebelum menyentuh pasien . Sentuhan diyakini dapat menjadi
salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada pasien dengan penurunan
kesadaran.
4. Upayakan untuk mempertahankan lingkungan sekitar pasien setenang mungkin
untuk membantu pasien pada komunikasi yang dilakukan.
5. Pasien dengan gangguan perkembangan
4. Selalu lakukan pengulangan dan tanyakan kembali pesan yang diutarakan untuk
memastikan kembali maksud pesan sudah diterima dengan baik oleh pasien.
5. Berhati – hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non verbal karena dapat
menimbulkan interprestasi yang berbeda pada pasien dan menimbulkam sesuatu
yang tidak di inginkan.
82
Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk
berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih
menonjol.
4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih tua
lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya dipengaruhi
oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
organisasi. Jaringan komunikasi informal terjadi di antara orang di tingkat yang sama
atau berada dalam hierarki organisasi tersebut, tetapi tidak mewakili jalur formal
kewenangan atau tanggung jawab.
2. Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota kelompok agar proses
komunikasi antaranggota kelompok dapat berkembang dengan baik.
3. komunikasi harus jelas, sederhana, dan pasti. Komunikator bertanggung jawab untuk
memastikan pesan tersebut di pahami oleh anggota.
4. komunikator sebaiknya mencari umpan balik mengenai apakah komunikasi tersebut
diterima dengan benar. Salah satu cara untuk melakukannya adalah meminta penerima
mengulang komunikasi atau petunjuk tersebut, selain itu, pengirim pesan sebaiknya
melakukan komunikasi lanjutan dalam upaya menentukan apakah komunikasi telah di
jalankan.
5. Saling menghargai anggota kelompok lain, ini sangat penting ketika terjadinya
komunikasi antar anggota kelompok, supaya komunikasi tersebut dapat berjalan lancar
dan efektif. Jika setiap anggota kelompok tidak menghargai anggota lainnya, maka
mereka akan bersikap acuh tak acuh dan bersikap profesional.
6. Jangan menyela pembicaraan orang lain. Ketika seseorang pengirim pesan atau
komunikan sedang menyampaikan pesannya tugas anggota kelompok lainnya adalah
mendengarkan nya dengan baik, ketika komunikan sudah selesai menyampaikan maka
anggota lainnya boleh menyanggah pesan yang disampaikan agar komunikasi dapat
berjalan dengan baik.
7. Selalu memperhatikan orang yang mengajak bicara. Ini sama dengan berhadapan atau
menjaga kontak mata agar si penyampai pesan dapat fokus dengan pesan yang
disampaikannya.
G. Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta
secara efektif,yaitu:
1. Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull
attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik)
dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan
melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di
sekitanya.
87
2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan
untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang
lain.
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia
akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog
dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya
melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat
memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
3. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah
pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si
penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan,
atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
4. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak,
orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu
caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).
5. Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah
anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan
maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
6. Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka
laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.
Perawat menyatakan tidak enak dan menjadi malas saat berkomunikasi dengan
keluarga pasien dikarenakan keluarga pasien terkadang bersikap jutek. Dilema
komunikasi yang dirasakan oleh perawat tidak hanya terkait sikap yang
ditunjukkan oleh keluarga pasien saat berhadapan dengan mereka saja melainkan
juga kondisi psikologis dan fisik mereka seperti ketika mereka sedang lelah atau saat
sedang ada masalah pribadi terkadang perawat sering
melupakan penampilannya saat berkomunikasi dengan keluarga
pasien. Hal tersebut tentunya dapat menjadi penghambat perawat dalam
berkomunikasi dengan keluarga pasien.
2. Usia
Usia menjadi salah satu faktor demografi keluarga yang mempengaruhi
komunikasi. Hal ini dikarenakan cara kita
berkomunikasi dengan orang lain tentunya
disesuaikan dengan faktor demografi orang tersebut salah satunya adalah
usia. Dalam hal ini kita sebagai perawat
harus bisa menyesuaikan dan menempatkan
diri dengan adanya perbedaan usia antara
perawat dengan keluarga pasien baik itu
kepada yang lebih muda, sebaya, maupun kepada yang lebih tua.
3. Pendidikan
Selain usia, status pendidikan juga
sangat mempengaruhi komunikasi yang ada. Adanya perbedaan tingkat pendidikan
seseorang menjadikan setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda dalam
mencerna informasi yang diberikan.
4. Ekonomi
Salah satu status sosial yang dapat
mempengaruhi komunikasi yang ada adalah
ekonomi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan
banyak pemikiran dan pertimbangan apabila
menyangkut tentang pembiayaan mengingat hal ini merupakan sesuatu yang
sensitif bagi keluarga pasien.
5. Budaya
Budaya Budaya setiap orang berbeda tergantung daerahnya masing-
masing. Setiap daerah memiliki karakteristiknya masing-
89
masing yang dapat mempengaruhi komunikasi yang ada antar individu. Adanya
perbedaan budaya yang dirasakan oleh separuh dari informan dapat menimbulkan
kesalahpahaman saat mereka berkomunikasi dengan keluarga pasien.
6. Bahasa
Bahasa Setiap daerah bahkan setiap negara memiliki bahasanya masing-
masing. Adanya perbedaan bahasa dapat mempengaruhi
komunikasi yang ada. Beberapa informan menyatakan bahwa mereka mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien khususnya yang
menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Gangguan jiwa adalah gangguan pada otak yang ditandai oleh terganggunya
emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan
90
jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart
&Sundeen, 1998). Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur,
ras, agama, maupun status sosial dan ekonomi.
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam. Gangguan Jiwa ada yang bersumber
dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan, misalnya seperti diperlakukan
tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang yang
dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang
disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin, 2001).
Jiwa atau mental yang sehat tidak hanya berarti bebas dari gangguan. Seseorang bisa
dikatakan jiwanya sehat jika dia bisa dan mampu untuk menikmati hidup, punya
keseimbangan antara aktivitas kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat,
serta berperilaku normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya dimana dia
berada. Orang yang jiwanya sehat juga mampu mengekpresikan emosinya secara baik
dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan.
Penyakit kejiwaan, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa adalah gangguan yang
mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang
ditandai oleh tegangguanya emosi. Proses berfikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indra), penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi
penderita(dan keluarga).
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-
manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja
yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis,
atau kimiawi.
Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan
dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-
tanda dan gejala-gejala yang khas.
Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-IV
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau DSM-
IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition with text
91
revision). Kendati demikian, terdapat pula beberapa istilah yang dapat digunakan untuk
mendeskripsikan gangguan jiwa:
Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat
terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun
telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir/melamun yang tidak biasa
(delusional).
Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari
suara/bisikan itu.
Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan
tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
Paranoid (cemas/takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu ditakuti
atau dicemaskan.
Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
Kekacauan alam ayin yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya
bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan
gembira berlebihan.
Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
94
Sebenarnya ada banyak perbedaan, tetapi intinya bukan pada mengungkap perbedaan
antara penyakit jiwa dan penyakit fisik tetapi pada metode komunikasinya.Komunikasi
dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu
komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap
topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau
balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa:
Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
95
Pada pasien yang sering menarik diri harus sering dilibatkan dalam aktivitas atau
kegiatan yang bersama – sama ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang
dengan pasien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan, dll.
Sebagai contoh : Komunikasi pada pasien gangguan jiwa dengan masalah resiko bunuh
diri.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2OOO), bunuh diri memiliki 4
pengertian, antara lain:
Kita sebagai Pengobat dalam menghadapi pasien yang ingin bunuh diri ,kita harus dapat
mengekspresikan perasaannya dengan cara :
kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang
memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih
menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku
sehat.
Lawrence Green (1984), merumuskan definisi sebagai berikut : Promosi kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
.
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang
apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya
mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi
kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan.
Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka
kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan
berjalan tiga tahun.
98
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah
kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan
pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-
tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan
berjalan 6 bulan
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tertier pendidikan kesehatan Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum
(sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi (advocacy) kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi
dan turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam
perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta
dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan
mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensi
promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.
101
c. kuratif, dan
d. rehabilitatif.
Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi kesehatan
secara global dibagi menjadi tiga yang akan dibentuk dalam intervensi, yaitu :
a) Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Pendekatan
104
advokasi ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan sesuai
sektornya. Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang
dilakukan dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal dan
informal. Advokasi dalam bentuk formal misalnya : penyajian presentasi, seminar,
atau suatu usulan yang dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya
: Suatu kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan kepada
para pejabat yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat
dilakukan secara perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan
debat. Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata,
kepedulian, serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi kelanjutan
kegiatan.
b) Dukungan sosial ( Social Support )
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan tokoh
masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau pengembang kesehatan
dengan masyarakat. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan
sosial ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi para
tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan jumlah
para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan, jumlah individu
dan keluarga dimana meningkat pengetahuannya tentang kesehatan, adanya
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada misalnya posyandu.
c) Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung kepada
masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri. Intervensi
keperawatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan, posyandu, pos obat desa, dan lain
sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berperan dalam
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga memperoleh
pengetahuan kesehatan yang lebih baik diharapkan dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku sasaran. Metode adalah taktik untuk melakukan perubahan pada
kelompok sasaran.
2. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
106
perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metoda Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang
besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan
tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah
dan seminar.
a) Ceramah
b) Seminar
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
a) Diskusi Kelompok.
A. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka tahu,
mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Subejo, 2010).
Pengertian penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public
Health Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan
kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan
tersebut atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku sasaran.
Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut mempunyai masukan
(input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri
juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat
bantu atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil optimal, maka faktor-faktor
tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti, bahwa untuk masukan (sasaran
pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan
dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran
kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk
sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).
memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, menurut
WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini
adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan
pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang,
biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah
pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan
yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini
adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media
elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera,
penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar.
Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan
alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang
dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai
informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera,
penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini
adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan
penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
F. Media Penyuluhan
114
Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan
kesehatan bagi masyarakat yang dituju.
Menurut Notoatmodjo (2005), media penyuluhan didasarkan cara produksinya
dikelompokkan menjadi :
A. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media
cetak terdiri dari :
1) Booklet atau brosur adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan
bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar. merupakan barang cetakan yang berisikan
gambar dan tulisan (lebih dominan) yang berupa buku kecil setebal 10-25 halaman, dan
paling banyak 50 halaman. Booklet ini dimaksudkan untuk memepengaruhi
pengetahuan dan keterampilan sasaran tetapi pada tahapan menilai, mencoba dan
menerapkan. Dalam penggunaan media cetak brosur sebagai media pertanian ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
a. Gaya bahasa, kata-kata dan istilah harus mudah dimengerti kalimatnya ringkas dan
jelas sesuai dengan tingkat kemampuan sasaran,
b. Sebaiknya kata yang tertulis dilengkapi dengan gambar atau foto agar lebih jelas dan
mudah dimengerti,
c. Tulisan atau materi yang disajikan harus bersifat nyata, baik, dan menguntungkan
sesuai dengan kebutuhan sasaran.
d. Hharus mengandung daya penarik pembaca, kertas yang baik, berwarna, bergambar,
atau bentuknya menarik untuk dibaca (Syafrudin, 2008).
2) Leaflet atau folder adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang
dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar. sama hal nya dengan pamflet
keduanya merupakan barang cetakan yang juga dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan.
Bedanya adalah umumnya dibagikan langsung oleh penyuluh, leaflet selembar kertas yang
dilipat menjadi dua (4 halaman) sedangkan folder dilipat menjadi 3 (6 halaman ) atau lebih,
leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan daripada gambarnya dan keduanya ditujukan
kepada sasaran untuk emepengaruhi pengrtahuan dan keterampilannya pada tahapan minat,
menilai dan mencoba.
3) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun
kombinasi. Selebaran yaitu barang cetakan yang berupa selebar kertas bergambar atau
bertulisan yang dibagi-bagikan oleh penyuluh secara langsung kepada sasarannya, disebarkan
ke jalan raya atau disebarkan dari udara melalui pesawat terbang atau helikopter. Alat peraga
115
seperti ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat sasarannya meskipun
demikian, jika berisi informasi yang lebih lengkap dapat dimanfaatkan oleh sasaran pada
tahapan menilai dan mencoba.
4) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut.
adalah sekumpulan poster selebar kertas karton yang digabungkan menjadi satu. Masing-
masing berisikan pesan terpisah yang jika digabungkan akan merupakan satu kesataun yang
tidak terpisahkan yang ingin disampaikan secara utuh. Flipcard dimaksudkan untuk
mempengaruhi sikap, penegtahuan atau keterampilan. Akan tetapi, karena biasa digunakan
dalam pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih efektif dan efisien untuk disediakan bagi
sasaran pada tahapan minat, menilai, mencoba.
5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah kesehatan.
6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya ditempel di
tempat umum. merupakan barang cetakan yang ukurannya relatif besar untuk ditempel atau
direntangkan di pinggir jalan. Berbeda dengan placard yang banyak berisiskan tulisan, poster
justru lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk mempengaruhi
perasaan/sikap dan pengalaman pada tahapan sadar dan minat.
7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk member informasi
dan menghibur. merupakan alat peraga yang dimaksudkan untuk mengenalkan inovasi atau
menunjukkan bukti-bukti keberhasilan/keunggulan satu inovasi yang ditawarkan. Photo ini
dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan sasaran pada tahapan sadar, minat,
menilai.
B. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.adapun macam media elektronik
:
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film
C. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara umum
melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya :
1) Pameran
2) Banner
116
3) TV Layar Lebar
4) Panduk
5) Papan Reklame
15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing.
Dengan modul atau pengajaran berprograma, peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.
a) Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
b) Metode Diskusi Kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang
telah ditunjuk.
c) Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing – masing peserta, dan
evaluasi atas pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian.
d) Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang
sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
e) Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh
kelompok.
f) Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal
yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
g) Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang
berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
h) Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah
dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya
120
DAFTAR PUSTAKA
Kozier dan Erb. 1999. Fundamental of Nursing: Concept and Practice. St. Louis:
Mosby. Stuard, G.W., dan M.L. Laraia. 1998. Principle and Practice of
Psychiatric Nursing. Edisi keenam. St. Louis: Mosby.
Taylor, C.; C. Lillis; dan P. LeMone. 1989. Fundamental of Nursing : The Art and
Science of Nursing Care. Philadelphia: J.B. Lippincott.
Stickey, T.& Fresh water, D. (2006). The art of listening in the rherapeutic relationship.
Mental health practice, 9 (5): 12-18.
Taylor C. (1993). Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia: Lippincott Raven Publisher.