Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, yang pada dasarnya
melibatkan keikutsertaan publik serta keterbukaan pada seluruh proses pengambilan
keputusan pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Transparansi tersebut termuat dalam
Undangan-Undang yaitu, pada UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP). Implementasi dari UU tersebut tidak secara baik mampu dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia, dan hal tersebut juga diakui oleh Pemerintah Indonesia secara
langsung. Hal ini dapat terlihat dari kurangnya keterbukaan informasi dari pemerintah, yang
dapat dirasakan dengan tidaknya portal bebas yang dapat diakses oleh masyarakat sipil,
persoalan ini juga didukung oleh fokusnya pemerintahan indonesia terhadap pengembangan
sektor pelayanan publik yang meningkat, terlebih pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Pada September 2011. Indonesia memutuskan untuk bergabung dan menjadi bagian
dari Open Government Partnership (OGP), yang pada dasarnya memiliki prinsip menjunjung
tinggi transparansi dan keterlibatan publik pada proses pemerintahan yang terangkum pada
empat komitmen OGP. Yang pertama yaitu komitmen untuk menyediakan keterbukaan
informasi data penyelenggaraan negara, kedua mendukung partisipasi publik, integritas tinggi
profesionalitas administrasi publik, dan yang terakhir adalah meningkatkan teknologi baru
guna mendukung keterbukaan publik untuk mengakses data pemerintahan. Dari komitmen
OGP tersebut dapat kita lihat, Indonesia belum mampu dan kurang dalam segi implementasi
dan proses pemerintahannya. Walaupun komitmen tersebut masih belum terimplementasikan
dengan baik, indonesia tetap memilih untuk bergabung menjadi salah satu negara penginisiasi
program Open Government Partnership pada tahun 2011.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjadi salah satu institusi pemerintahan
yang berprestasi dengan mendapatkan predikat informatif dengan nilai 98,51 dari Komisi
Informasi Pusat (KIP) atas kinerja keterbukaan informasi publik tahun 2022 (Kemenperin,
2022). Tidak hanya itu, Kemenperin juga mendapatkan penghargaan serupa pada tahun 2020,
2017, dan 2012. Hal ini menunjukkan bahwa Kemenperin telah memiliki kapabilitas dalam
menjalankan dan memenuhi amanat Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Salah satu institusi pemerintahan di bawah Kemenperin adalah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI). Sebagai institusi di bawah
Kemenperin, implementasi Open Government pada BPSDMI tentu memiliki standar yang
sama tingginya sehingga perlu menjadi contoh ataupun panutan bagi institusi pemerintahan
lainnya.
Penelitian tentang Open Government telah dilakukan sebelumnya. Pertama, ada
penelitian dengan judul “Strategic Alignment of Open Government Initiatives in Andalusia”
oleh Muñoz, Muñoz, dan Bolívar (2023). Penelitian ini menjelaskan keterbatasan inisiatif OG
yang saat ini dikembangkan oleh administrasi publik serta pentingnya partisipasi warga
negara dalam inisiatif ini untuk membangun kepercayaan terhadap pemerintah. Iklim
ekonomi saat ini mendorong dan memperburuk ketidakpercayaan dan kekecewaan warga
negara terhadap pemerintah dan para pemimpin politik. Hal ini dapat diatasi melalui
penciptaan ruang kolaborasi kota di mana manajer publik dan legislator dapat secara
langsung menangkap suara warga, serta melalui penyelarasan strategi OG untuk mencapai
hasil ekonomi dan sosial yang efisien bagi warga. Selain itu, pengalaman implementasi OG
harus dibagikan agar pemerintah daerah yang masih ragu-ragu dapat menyadari potensinya.
Artikel ini menunjukkan bahwa pemerintah kota di Andalusia masih memiliki jalan panjang
dalam hal perumusan dan implementasi strategi dan inisiatif OG. Kedua, ada penelitian
dengan judul “DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM OPEN GOVERNMENT (STUDI
KASUS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2018-2019)” oleh Yudan dan Virgy (2021).
Penelitian ini menjelaskan topik-topik terkait menerapkan demokrasi deliberatif dalam
implementasinya open government.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini akan membahas implementasi
Open Government pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI).
Penerapan Open Government pada BPSDMI menjadi hal yang penting mengingat Open
Government dapat mendorong transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam
pemerintahan. Sehingga, secara tidak langsung meningkatkan kualitas dari kinerja BPSDMI
sebagai institusi pemerintahan yang demokratis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana bentuk implementasi Open Government pada Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Industri?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, didapat tujuan sebagai berikut: Untuk
mengetahui bentuk implementasi Open Government pada Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Industri?
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis: Sejalan dengan ilmu administrasi publik
b. Manfaat praktis: 1) Bagi pemerintah, dapat menjadi bahan evaluasi serta rekomendasi
dalam meningkatkan kualitas dari implementasi Open Government; 2) Bagi penelitian
lanjutan, memberikan referensi pada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
tentang Open Government.
1.5 Tinjauan Pustaka
1.5.1 Open Government
Desain Pemerintahan Terbuka atau secara internasional dikenal sebagai Open
government, konsep ini menjadi populer setelah adanya Memorandum on Transparency and
Open Government oleh Pemerintahan Barack Obama di Amerika Serikat pada tahun 2009,
dan diikuti oleh peluncuran data.gov.uk oleh pemerintah Inggris pada tahun 2010. Kemudian
konsep keterbukaan ini memicu gerakan yang diikuti secara global, kemunculan portal data
pemerintah yang terus menyebar, dibuat oleh pemerintah dan tim independen multilateral
bekerjasama dengan pemerintah yang bekerja untuk mengembangkan data terbuka
pemerintah di sebuah negara[1].
Open Government didefinisikan sebagai tindakan dari transparansi, partisipasi, dan
kolaborasi (Obama, 2009)[1]. Menurut Hansson et al. (2014:1), konsep open government
pada tahun pertama berdirinya (2009) cenderung hanya fokus pada transparansi dan
pertukaran informasi publik yang mengabaikan isu-isu dasar demokrasi seperti partisipasi dan
kerjasama. Gagasan open government juga dapat mendorong partisipasi dan kolaborasi
masyarakat yang sangat dihargai dan sesuai dengan demokrasi deliberatif (OECD, 2020). Ide
ini berpotensi mendekatkan kembali cita-cita ideal demokrasi dari klasik dalam mewadahi
deliberasi masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan. Wirtz dan Birkmeyer
(2015:12) mendefinisikan open government sebagai “a multilateral, political and social
process, which includes in particular transparent, collaborative and participatory action by
government and administration”.
Dalam implementasinya, pemerintah daerah harus menyadari perlunya SA di antara
strategi OG dan pencapaian tujuan strategis secara horizontal (teori kontinjensi) dan vertikal
(teori prinsipal-agen). Jika tidak, dapat berisiko mengalami inefisiensi dalam mengejar tujuan
dan menciptakan nilai publik (Ghonim et al., 2020; Moore, 1995). Selain itu, manajer publik
dan legislator harus menyadari fakta bahwa iklim ekonomi saat ini, ditambah dengan
masyarakat yang terpolarisasi secara politik, menumbuhkan dan memperburuk
ketidakpercayaan warga negara terhadap pemerintah dan pemimpin politik (Oblak rni, 2017).
Untuk mencapai tujuan ini, mungkin perlu diciptakan ruang untuk kolaborasi pemerintah
kota.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan lokasi Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perindustrian.
1.6.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis riset kualitatif yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme. Hal tersebut digunakan untuk melakukan penelitian pada kondisi objek yang
alamiah dimana peran peneliti sebagai kunci utama. Hasil penelitian kualitatif lebih
mengutamakan makna daripada generalisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus
untuk memberikan gambaran yang holistik dan kontekstual tentang suatu fenomena yang
diteliti yaitu implementasi Open Government.
1.6.3 Tahapan Penelitian
Pada penelitian deskriptif kualitatif ini memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi permasalahan dan tujuan penelitian: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk implementasi Open Government pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Industri; 2) Pengumpulan data: data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, serta
literature review; 3) Analisis data: data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara
kualitatif menggunakan analisis transkrip, narasi, dan teks; 4) Interpretasi hasil: hasil analisis
data akan diinterpretasikan untuk menghasilkan temuan yang relevan dengan tujuan
penelitian dan dijelaskan dalam bentuk laporan penelitian.
1.6.4 Sumber Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan untuk riset ini yakni, sumber data primer dan sekunder.
Data primer adalah sebuah data yang diperoleh secara langsung dari objek atau narasumber
yang diteliti. Didapatkan dari wawancara serta observasi dengan instrumen pedoman
wawancara serta aplikasi zoom. Kemudian, data sekunder adalah sebuah data yang diperoleh
dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan diperoleh melalui
literature review dengan sumber internet, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan tema
yang telah kami usung.
1.6.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada riset kualitatif menggunakan analisis transkrip, narasi, dan
teks. Menurut Miles dan Huberman, proses analisis data ini terdiri dari tiga proses tahap yang
terjadi secara bersamaan dengan tahapan: a) reduksi data; b) penyajian data; c) triangulasi; d)
menarik kesimpulan.
1.6.6 Penyimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penjabaran, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah penelitian
kualitatif ini akan dianalisis menggunakan analisis transkrip, narasi, dan teks. Diharapkan
dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi yang tepat dan faktual, sehingga
dapat bermanfaat bagi para pembaca literatur terkait Open Government.

BAB 2. GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN

BAB 3. ANALISIS DATA

BAB 4. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
Alcaide Muñoz, C., Alcaide Muñoz, L., & Rodríguez Bolívar, M. P. (2023). Strategic
Alignment of Open Government Initiatives in Andalusia. International Review of
Administrative Sciences, 89(3), 685-702.
Attard, J., Orlandi, F., Scerri, S., & Auer, S. (2015). A systematic review of open government
data initiatives. Government information quarterly, 32(4), 399-418.
Cahyanti, Anisa Tri (2022). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEIKUTSERTAAN INDONESIA PADA PROGRAM OPEN GOVERNMENT
PARTNERSHIP (OGP) TAHUN 2011.
Fernandes, A. A. R., & Fresly, J. (2017). Modeling of role of public leader, open government
information and public service performance in Indonesia. Journal of Management
Development, 36(9), 1160-1169.
Hendrawan, A., & Erowati, D. (2022). DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM OPEN
GOVERNMENT (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2018-2019).
Jurnal Wacana Politik, 7(1).
Kemenperin. (2017). Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2022, Kemenperin Raih
Predikat Informatif. Diakses pada 3 Oktober 2023, dari
https://kemenperin.go.id/artikel/23782/Anugerah-Keterbukaan-Informasi-Publik-2022,-
Kemenperin-Raih-Predikat-Informatif.
Rio Yusri Maulana, (2018). Desain Kolaborasi penyediaan layanan pemerintahan berbasis
open government.

Anda mungkin juga menyukai