Semester 3 - Yaksube Aziz - Stase Marpopil - Laporan Praktik Lapangan Karantina Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon.

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 46

Praktik Kerja Lapang Tanggal Pelaksanaan

FKH 150F
Karantina (15/08/2023-09/09/2023)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


PRAKTIK LAPANGAN KARANTINA
BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II CILEGON
PROVINSI BANTEN
15 Agustus 2023 - 09 September 2023

Disusun oleh:
PPDH Periode I Tahun 2022/2023

Kanya Anangga Putri, SKH B9404221007


Diahsari Putri, SKH B9404221018
Yaksube Aziz, SKH B9404221070

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
IPB UNIVERSITY
2023
Praktik Kerja Lapang Tanggal Pelaksanaan
FKH 150F
Karantina (15/08/2023-09/09/2023)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Praktik Lapang Karantina Hewan Balai Karantina


Pertanian Kelas II Cilegon Provinsi Banten
Anggota : Kanya Anangga Putri, SKH B9404221007
Diahsari Putri, SKH B9404221018
Yaksube Aziz, SKH B9404221070

Disetujui oleh

Pembimbing 1
Dr. drh. Mokh. Fahrudin
NIP. 19640210 199103 1 016

Pembimbing Lapang
drh. Christien Winarsih
NIP. 19840603 200912 2 001

Diketahui oleh

Koordinator Mata Kuliah


Praktik Lapang Karantina
Dr drh Mokh. Fahrudin
NIP. 19640210 199103 1 016

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan


Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University
Prof drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP, PhD
NIP. 19690207 199601 2 001

Tanggal Pengesahan: 17 Oktober 2023


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta'ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan Karantina di Balai Karantina Pertanian
(BKP) Kelas II Cilegon. Ungkapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan
kepada:
1. drh. Arum Kusnila Dewi MSi selaku Kepala BKP Kelas II Cilegon
yang telah memberikan waktu dan kesempatan dalam kegiatan
praktik kerja lapangan karantina,
2. Dr. drh. Melani Wahyu Adiningsih, MSi selaku Sub Koordinator
Karantina Hewan BKP Kelas II Cilegon yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam kegiatan praktik kerja lapangan
karantina,
3. drh. Christien Winarsih selaku pembimbing lapangan BKP Kelas II
Cilegon yang telah memberikan bimbingan dan ilmu dalam kegiatan
praktik kerja lapangan karantina,
4. Dr. drh. Mokh. Fahrudin selaku koordinator mata kuliah Praktik
Lapangan Karantina dan pembimbing dalam kampus yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu selama kegiatan praktik kerja
lapangan berlangsung serta dalam pembuatan laporan hasil kegiatan
praktik kerja lapangan karantina,
5. Bapak Matheus Bayu Wahyudi, SE selaku Kepala Sub Bagian Tata
Usaha dan Bapak Agusman Jaya, SP, MSi selaku Sub Koordinator
Karantina Tumbuhan BKP Kelas II Cilegon yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu dalam kegiatan praktik kerja lapangan karantina,
6. Dokter hewan dan paramedik Karantina Hewan atas bimbingan,
arahan, nasihat, dan ilmu yang diberikan selama kegiatan praktik
kerja lapangan berlangsung, dan
7. Seluruh staff dan pihak terkait yang telah membantu selama
berlangsungnya kegiatan di BKP Kelas II Cilegon.
Kegiatan ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama
dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Cilegon, September 2023


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2
PRAKATA 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan 6
1.3 Manfaat Kegiatan 6
BAB II METODE PELAKSANAAN 6
2.1 Waktu dan Tempat 6
2.2 Metode Pelaksanaan 6
BAB III PROFIL LOKASI MAGANG 7
3.1 Profil Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon 7
3.2 Visi dan Misi 7
3.3 Tugas dan Fungsi 8
3.4 Struktur Organisasi 8
3.5 Sarana dan Prasarana 9
BAB IV PEMBAHASAN 10
4.1 Tindakan Karantina 10
4.2 Dasar Hukum Karantina Hewan 12
4.3 Kegiatan Pengawasan dan Penindakan (Kewasdakan) 13
4.4 Hama Penyakit Hewan Karantina dan Media Pembawa 14
4.5 Persyaratan Karantina 17
4.6 Dokumen Karantina dan Dokumen Lain 19
4.7 Kegiatan Pelayanan di Kantor Induk Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II
Cilegon 20
4.8 Kegiatan di Laboratorium Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon 24
4.9 Tempat Pemasukan dan Pengeluaran atau Wilayah Kerja (Wilker) 27
4.10 Instalasi Karantina 29
4.11 Kunjungan ke Rumah Produksi Sarang Burung Walet 30
SIMPULAN 32
SARAN 33
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 34
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Dokumen persyaratan lalu lintas domestik keluar 19


Tabel 2 Jenis dan bentuk dokumen karantina 20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kegiatan harian di BKP Kelas II Cilegon 36


Lampiran 2 Contoh dokumen KH-1 39
Lampiran 3 Contoh dokumen KH-2 40
Lampiran 4 Contoh dokumen KH-3 41
Lampiran 5 Contoh dokumen KH-3 perlakuan 42
Lampiran 6 Contoh dokumen KH-11 43
Lampiran 7 Contoh dokumen KH-12 44
Lampiran 8 Contoh dokumen KH-13 45
Lampiran 9 Contoh dokumen KH-14 46
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan perdagangan yang semakin meningkat di bidang ekspor, impor
maupun antar wilayah di Indonesia khususnya hewan menyebabkan semakin
tinggi pula ancaman masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina
(HPHK) ke wilayah Republik Indonesia. HPHK merupakan ancaman yang dapat
merusak kelestarian sumber daya alam hayati yang merugikan bangsa Indonesia
karena akan menurunkan hasil produksi budidaya hewan, ikan, tumbuhan. Oleh
sebab itu, untuk mencegah masuknya hama dan penyakit hewan, ikan dan
organisme pengganggu tumbuhan baru ke wilayah Indonesia dan mencegah
penyebarannya dari satu area ke area lain, serta mencegah keluarnya hama dan
penyakit hewan tertentu dari wilayah Indonesia, telah diatur dalam Undang–
Undang No. 21 Tahun 2019 tentang Karantina hewan, Ikan, dan Tumbuhan
dengan didukung berbagai peraturan lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2019 Pasal 7, Karantina
ditujukan untuk mencegah masuk atau keluarnya pangan dan pakan yang tidak
sesuai dengan standar keamanan dan mutu, serta mencegah tersebarnya agensia
hayati, jenis asing invasif, dan PRG yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. selain itu, Karantina memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam sistem perdagangan dunia (international trade) untuk mencegah
penyebaran hama dan penyakit baik pada hewan, ikan, dan tumbuhan dari suatu
negara ke negara lain. Badan Karantina Pertanian Republik Indonesia
(BARANTAN RI) memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, diantaranya yaitu Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon
Provinsi Banten. Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon memiliki wilayah
kerja di beberapa tempat dan merupakan salah satu lembaga karantina pertanian
yang mencangkup arus lalu lintas komoditas hewan, bahan asal hewan, dan hasil
bahan asal hewan di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang karantina
hewan, ikan, dan tumbuhan menjelaskan bahwa, karantina adalah pencegahan
masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dan organisme
pengganggu tumbuhan karantina serta pengawasan dan/atau pengendalian
terhadap keamanan pangan dan mutu pangan, keamanan pakan dan mutu pakan,
produk rekayasa genetik, sumber daya genetik’ asing invasive, tumbuhan dan
satwa liar, serta tumbuhan dan satwa langka yang dimasukkan ke dalam,
tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan/atau dikeluarkan dari wilayah NKRI.
Peranan profesi dokter hewan di karantina sangat penting dalam pencegahan dan
mengawasi penyebaran penyakit, termasuk penyakit zoonotik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.
Kegiatan praktik lapang karantina yang tergabung dalam kegiatan
mahasiswa profesi pilihan berfungsi untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis
IPB University (PPDH SKHB IPB). Program PPDH SKHB IPB mengadakan
program integrasi di luar kampus dengan menjalin kerjasama dengan instansi
terkait berupa magang profesi calon dokter hewan. Melalui kegiatan ini
diharapkan calon dokter hewan mampu menyikapi perkembangan era globalisasi
dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik melalui pengembangan
kemampuan secara individu maupun lembaga pendidikan formal atau pendidikan
non formal. Salah satunya dengan melakukan kegiatan praktik lapang karantina di
Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon Provinsi Banten.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah:
1. Mempersiapkan diri sebagai calon dokter hewan yang profesional
dan kompeten dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dengan menambah bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman di
lapangan.
2. Mempersiapkan diri dalam keorganisasian untuk dapat menjadi
yang mampu mengkoordinasikan serta mempunyai kemampuan
manajemen yang baik atas diri pribadi, rekan kerja, serta
lingkungan tempat bekerja
3. Berperan aktif dalam menjalin hubungan baik antara Institusi
dalam hal ini IPB dengan instansi lain terkait seperti lembaga
pemerintahan pusat maupun daerah dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang modern dan aplikatif.

Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah:


1. Mengetahui dan memahami pengertian karantina, landasan hukum
karantina, tugas pokok karantina, fungsi karantina, jenis media
pembawa, serta jenis HPHK dan penggolongannya.
2. Mengetahui alur pelayanan, wilayah kerja, dan tindakan karantina
3. Mengetahui dokumen karantina.
4. Mengetahui sistem informasi elektronik karantina

1.3 Manfaat Kegiatan


Praktik kerja lapangan profesi pilihan dapat menambah wawasan,
keterampilan, dan pengalaman di bidang karantina hewan.

BAB II METODE PELAKSANAAN

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktik lapang karantina dilakukan pada tanggal 15 Agustus
sampai 8 September 2023 di Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon, Provinsi
Banten.

2.2 Metode Pelaksanaan


Kegiatan praktik kerja lapang profesi pilihan karantina di BKP Kelas II
Cilegon dilakukan berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan Reguler
dimulai pukul 07.30–16.00 WIB, sedangkan kegiatan piket pagi dimulai pukul
07.30–19.30 WIB dan piket malam dimulai pukul 19.30–07.30 WIB. Kegiatan
yang dilakukan selama praktik kerja lapangan profesi pilihan karantina di BKP
Kelas II Cilegon meliputi kuliah dan diskusi dengan dokter hewan karantina dan
paramedik BKP Kelas II Cilegon, kegiatan harian yaitu piket reguler pagi dan
malam seperti membantu pemeriksaan dokumen di pelayanan, pemeriksaan
kesehatan media pembawa dan pengambilan sampel media pembawa, pemeriksaan
sampel darah di laboratorium, serta monitoring di wilayah kerja BKP Kelas II
Cilegon. Setiap kegiatan yang dilakukan di BKP Kelas II Cilegon dibimbing oleh
dokter hewan atau paramedik karantina hewan serta staf karantina lain yang
sedang bertugas.
BAB III PROFIL LOKASI MAGANG

3.1 Profil Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon


Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon merupakan salah satu
unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian yang berlokasi di Jalan Raya
Transit Cikuasa Pantai Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten. BKP Kelas II
Cilegon merupakan gabungan dari dua unit Stasiun Karantina, yaitu Stasiun
Karantina Hewan Kelas II Merak dan Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas II
Merak. Penggabungan dua unit pelaksana teknis ini terdapat dalam Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 15 tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Karantina Pertanian. BKP Kelas II Cilegon memiliki tugas untuk
pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan, pengujian laboratorium,
pengawasan, dan penyidikan.
Pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan Litbang Pertanian
ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan operasional langsung dibawah Menteri
Pertanian pada tahun 1983. Kedua unsur karantina (hewan dan tumbuhan) benar-
benar diintegrasikan. Direktorat Jenderal Peternakan menyerahkan pembinaan unit
karantina hewan, sedangkan Badan Litbang Pertanian menyerahkan pembinaan
unit karantina tumbuhan, masing-masing kepada Sekretariat Jenderal Departemen
Pertanian pada tahun 1985. Tahun 2001 terbentuk Badan Karantina Pertanian,
organisasi eselon I di Departemen Pertanian melalui Kepres No. 58 Tahun 2001.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/OT.140/4/2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian
maka bergabung SKH Kelas II Merak dan SKP Kelas II Merak menjadi Balai
Karantina Pertanian Kelas II Cilegon.
Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon menggunakan beberapa standar,
diantaranya SNI ISO 9001:2015 tentang Sistem Manajemen Mutu dan Pelayanan
Umum, SNI ISO 37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan, SNI
ISO/IEC 17025:2017 tentang Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi,
UU No. 25 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Publik (SPP), PP No. 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan Zona Integritas
(ZI). Standar yang digunakan digabung menjadi Sistem Manajemen Terintegrasi
(SMT).

3.2 Visi dan Misi


Visi Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon yaitu menjadi unit pelaksana
teknis yang tangguh dan terpercaya dalam pemberian pelayanan karantina hewan
dan tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati. Adapun Misi dari Balai
Karantina Pertanian Kelas II Cilegon adalah:
1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari
masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK)
dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OTPK).
2. Mendukung terwujudnya keamanan pangan.
3. Memberikan jaminan kesehatan terhadap media pembawa yang
dilalulintaskan.
4. Memfasilitasi perdagangan dan mendukung akses pasar komoditas
pertanian.
5. Meningkatkan citra karantina pertanian dan meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
3.3 Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 tahun 2023 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Karantina
Pertanian menyatakan bahwa kedudukan, tugas dan fungsi Balai Karantina
Pertanian Kelas II Cilegon adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan: Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon berada di bawah
Badan Karantina Pertanian dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan
Karantina Pertanian serta dipimpin oleh seorang Kepala
2. Tugas: Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta
pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.
3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Karantina Pertanian Kelas II
Cilegon menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan;
b. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa
HPHK dan OPTK;
c. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK;
d. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK;
e. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;
f. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan
tumbuhan;
g. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan
hayati hewani dan nabati;
h. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, dan sarana teknik karantina
hewan dan tumbuhan;
i. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan
dan keamanan hayati hewani dan nabati; dan
j. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

3.4 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi BKP Kelas II Cilegon terdapat Kepala Balai Karantina
Pertanian Kelas II Cilegon, Kepala Bagian Tata Usaha, Subkoordinator Karantina
Hewan, Subkoordinator Karantina Tumbuhan, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon memiliki sumber daya manusia (SDM)
sebanyak 67 orang, yang terdiri atas struktural sebanyak 2 orang, pegawai
fungsional karantina hewan 24 orang, pegawai fungsional karantina tumbuhan 26
orang, dan pegawai fungsional umum berjumlah 15 orang. Struktur organisasi
BKP Kelas II Cilegon dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur organisasi BKP Kelas II Cilegon.

3.5 Sarana dan Prasarana


Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon memiliki sarana dan prasarana
untuk menunjang pelaksanaan tindakan karantina. Menurut UU No. 21 Tahun
2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan meliputi instalasi karantina,
tempat lain di luar instalasi karantina, dan laboratorium. Beberapa sarana dan
prasarana yang dimiliki BKP Cilegon yaitu gedung pelayanan, instalasi karantina,
gedung arsip, serta laboratorium. Selain itu, BKP Cilegon juga memiliki fasilitas
berupa ruang pengambilan sampel dan area spraying desinfektan kendaraan.

a. Gedung Pelayanan Terpadu


Gedung pelayanan terpadu merupakan pusat kegiatan pelayanan karantina
hewan dan tumbuhan. Fasilitas yang terdapat di dalam gedung pelayanan berupa
ruang pelayanan, ruang tunggu, ruang administrasi, ruang fungsional, ruang rapat,
ruang istirahat pejabat karantina, toilet, mushola, dapur, dan ruang menyusui.

Gambar 2 Ruang pelayanan di Gedung Pelayanan Terpadu BKP Cilegon

b. Instalasi Karantina Hewan (IKH)


Instalasi karantina hewan (IKH) merupakan suatu bangunan berikut
peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan sebagai tempat hewan
untuk dilakukan tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan pemeriksaan
fisik lebih lanjut untuk mendeteksi HPHK. Fasilitas yang terdapat pada IKH BKP
Cilegon yaitu kandang karantina dan insinerator. Kandang karantina berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina. Insinerator merupakan alat
untuk memusnahkan media pembawa yang tertular HPHK dan dokumen.

Gambar 3 Instalasi Karantina Hewan (IKH) dan insinerator di BKP Cilegon

c. Gedung Arsip
Gedung arsip merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan dokumen arsip karantina yang diperoleh dari hasil kegiatan
operasional karantina hewan maupun tumbuhan. Dokumen lama akan
dimusnahkan menggunakan insinerator yang terdapat di area instalasi hewan
karantina secara berkala.

d. Laboratorium Karantina
Laboratorium karantina hewan merupakan sarana penunjang diagnostik
dalam melakukan monitoring dan mendiagnosa HPHK dari media pembawa.
Fasilitas yang terdapat pada laboratorium BKP Cilegon yaitu ruang alat dan bahan,
ruang serologi, ruang parasitologi, ruang mikrobiologi, ruang penyimpanan
sampel, freezer, kulkas, ruang PCR, dan ruang sterilisasi dan destruksi.

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Tindakan Karantina
Tindakan karantina berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan diantaranya yaitu:

a. Pemeriksaan
Tindakan pemeriksaan menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2019 Pasal 37 yang terdiri atas pemeriksaan administratif dan kesesuaian
dokumen serta pemeriksaan kesehatan, uji keamanan pangan, uji keamanan pakan,
uji mutu pangan, dan/atau uji mutu pakan. Pemeriksaan administratif dan
kesesuaian dokumen dilakukan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran, dan
keabsahan dokumen persyaratan serta kesesuaian jenis dan jumlah media
pembawa dengan dokumen persyaratan karantina. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan terhadap hewan, produk hewan, ikan, dan produk ikan. Pemeriksaan
dan/atau uji dilakukan secara klinis, fisik, visual, dan/atau laboratoris untuk
mendeteksi HPHK, HPIK, OPTK, mengetahui kondisi fisik media pembawa,
mengetahui keamanan pangan, keamanan pakan, mutu pangan, dan mutu pakan.
b. Pengasingan
Tindakan pengasingan mengikuti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 41 yang dilakukan untuk mendeteksi HPHK, HPIK, atau OPTK tertentu
yang karena sifatnya memerlukan waktu lama, sarana, dan/atau kondisi khusus.
Pengasingan dan pengamatan dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko atau hasil
pemeriksaan kesehatan yang ditemukan gejala klinis HPHK atau HPIK.
Pengasingan dan pengamatan terhadap media pembawa yang dapat membawa
OPTK dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko.

c. Pengamatan
Tindakan pengamatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 42 dilakukan di tempat pemasukan dan tempat pengeluaran atau di instalasi
karantina yang telah ditetapkan. Pengamatan untuk pengeluaran ke luar wilayah
Negara Indonesia dapat dilakukan dengan kesepakatan negara tujuan.

d. Perlakuan
Tindakan Perlakuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 43 dilakukan untuk membebaskan atau menyucihamakan media pembawa
atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif, dan/atau promotif. Perlakuan
diperlukan apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata media pembawa tertular
HPHK, HPIK atau tidak bebas dari OPTK. Perlakuan hanya dapat dilakukan
setelah media pembawa diperiksa terlebih dahulu secara fisik dan dinilai tidak
mengganggu pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya.

e. Penahanan
Tindakan penahanan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 44 dilakukan untuk mengamankan media pembawa di bawah pengawasan
pejabat karantina. Penahanan dilakukan apabila setelah pemeriksaan, dokumen
persyaratan belum seluruhnya dipenuhi dan/atau pemilik menjamin dapat
memenuhi dokumen persyaratan. Batas pemenuhan persyaratan ini paling lambat
yaitu 3 hari kerja setelah pemilik menerima surat penahanan.

f. Penolakan
Tindakan penolakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 45 dilakukan untuk menghindari terjadinya penyebaran HPHK, HPIK, atau
OPTK serta menghindari gangguan kesehatan manusia dan kerusakan sumber daya
alam hayati. Media pembawa ditolak apabila setelah dilakukan pemeriksaan di atas
alat angkut di tempat pemasukan menunjukkan tertular HPHK, HPIK, atau tidak
bebas dari OPTK, dan merupakan jenis yang dilarang pemasukannya. Media
pembawa ditolak apabila tidak memenuhi persyaratan karantina sesuai Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2019 Pasal 33, 34, atau 35. Media pembawa ditolak
apabila setelah diberi perlakuan tidak dapat disembuhkan dari HPHK, HPIK, atau
OPTK. Media pembawa ditolak apabila setelah batas waktu yang ditentukan tidak
dapat memenuhi dokumen persyaratan. Penolakan dilakukan dengan cara
dikembalikan kepada pemilik dan tidak diterbitkan sertifikatkesehatan.

g. Pemusnahan
Tindakan pemusnahan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 47 yang dilakukan dengan cara membakar, menghancurkan, mengubur,
dan/atau pemusnahan lain yang sesuai sehingga media pembawa tidak lagi menjadi
sumber penyebaran HPHK serta tidak mengganggu kesehatan manusia dan tidak
menimbulkan kerusakan sumber daya alam hayati. Pemusnahan terhadap media
pembawa hewan dan ikan harus memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan dan
ikan. Pemusnahan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam atau
dimasukkan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Indonesia apabila
memiliki beberapa kondisi. Beberapa kondisi tersebut yaitu apabila media
pembawa mengalami kerusakan, tidak dapat dibebaskan dari HPHK, HPIK, atau
OPTK. Kondisi lainnya yaitu apabila dilakukan penolakan dan tidak segera dibawa
ke luar dari area tujuan oleh pemilik. Pemusnahan media pembawa berupa
tumbuhan dan satwa liar serta tumbuhan dan satwa langka harus disaksikan oleh
pejabat karantina dan dikoordinasikan dengan instansi yang membidangi
konservasi dan sumber daya alam.

h. Pembebasan
Tindakan pembebasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019
Pasal 55 dilakukan dengan menerbitkan sertifikat pelepasan untuk pemasukan atau
sertifikat kesehatan atau sertifikat sanitasi untuk pengeluaran. Pembebasan
dilakukan apabila media pembawa yang dimasukkan ke dalam atau dimasukkan
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Indonesia setelah dilakukan
pemeriksaan, pengasingan, dan perlakuan dinyatakan bebas dari HPHK, HPIK,
atau OPTK.

4.2 Dasar Hukum Karantina Hewan


Segala hal mengenai karantina hewan, baik pengertian, tindakan,
pelaksanaan, dan lain sebagainya diatur di dalam perundang-undangan. Dasar
hukum karantina hewan yang diterapkan di Balai Karantina Pertanian Kelas II
Cilegon antara lain sebagai berikut.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2023 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian
Pertanian
3. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Karantina Hewan,
Ikan, dan Tumbuhan
4. Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2023 tentang Balai Karantina
Indonesia
5. Peraturan Menteri Pertanian No. 15 tahun 2023 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Karantina
6. Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2015 tentang Instalasi
Karantina Hewan
7. Peraturan Menteri Pertanian No. 1 Tahun 2021 tentang Dokumen
Karantina Hewan
8. Peraturan Menteri Pertanian No. 16 Tahun 2022 tentang Perubahan
Kelima atas Peraturan Menteri Pertanian No.
94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
9. Peraturan Menteri Pertanian No. 17 Tahun 2023 tentang Tata Cara
Pengawasan Lalu Lintas Hewan, Produk Hewan, dan Media Pembawa
Penyakit Hewan Lainnya di dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
10. Keputusan Menteri Pertanian No. 3238 Tahun 2009 tentang
Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina,
Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa
11. Keputusan Menteri Pertanian No. 311 Tahun 2023 tentang Penetapan
Status Situasi Penyakit Hewan

Menurut Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2023 tentang Balai Karantina


Indonesia, bahwa Badan Karantina Indonesia merupakan lembaga pemerintah
yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang karantina hewan, ikan, dan
tumbuhan dengan mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit
hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, dan organisme pengganggu
tumbuhan karantina, serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan
pangan dan mutu pangan, keamanan pakan dan mutu pakan, produk rekayasa
genetik, sumber daya genetik, agensia hayati, jenis asing invasif, tumbuhan dan
satwa liar, serta tumbuhan dan satwa langka yang dimasukkan ke dalam,
tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Susunan organisasi Badan Karantina Indonesia
terdiri atas: kepala, sekretariat utama, deputi bidang karantina hewan, deputi
bidang karantina ikan, dan deputi bidang karantina tumbuhan. Kepala mempunyai
tugas memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan
Karantina Indonesia. Sekretariat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Badan Karantina Indonesia. Deputi
Bidang Karantina Hewan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan teknis di bidang karantina hewan. Deputi Bidang Karantina
Ikan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
teknis di bidang karantina ikan. Deputi Bidang Karantina Tumbuhan mempunyai
tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
karantina tumbuhan.

4.3 Kegiatan Pengawasan dan Penindakan (Kewasdakan)


Kewasdakan di BKP Cilegon memiliki dasar hukum yaitu Undang-Undang
Republik Indonesia No. 21 Tahun 2019 Pasal 81-91 kecuali Pasal 85 dan PP No.
29 Tahun 2023. Personel kewasdakan terdiri dari 3 bagian yaitu intelijen,
kepolisian khusus (Polsus), penyidik pegawai negeri sipil (PPNS). Intelijen
memiliki fungsi untuk berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab di
bidang intelijen negara dan/atau instansi lain yang melakukan fungsi intelijen
berkaitan dengan semua usaha, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan dalam rangka
penyidikan, pengamanan, dan penggalangan. Polsus memiliki fungsi
melaksanakan pengamanan, pengawalan, pencegahan, penangkalan, patroli, dan
penindakan non yustisial sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang. PPNS
memiliki fungsi melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana karantina, melakukan pemanggilan terhadap
seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi dalam tindak
pidana di bidang karantina, serta melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan barang bukti sehubungan dengan tindak pidana di
bidang karantina. Selain itu, PPNS juga memiliki fungsi dalam membuat dan
menandatangani berita acara dan/atau menghentikan penyidikan, memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut
umum, melakukan koordinasi dengan penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia, menyerahkan berkas kepada penuntut umum, dan melaksanakan tugas
dan tujuan dari hukum acara pidana untuk mencari dan menemukan kebenaran
materiil menurut fakta yang sebenarnya.
Kegiatan kewasdakan meliputi preemtif, preventif, dan represif. Preemtif
merupakan tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pejabat karantina hewan
dan/atau pejabat karantina tumbuhan untuk membina kesadaran masyarakat dan
pejabat karantina agar mentaati peraturan perundang-undangan di bidang karantina
hewan, tumbuhan dan keamanan hayati. Kegiatan preemtif dapat berupa sosialisasi
baik secara langsung maupun melalui media cetak atau elektronik. Preventif
merupakan tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pejabat karantina hewan
dan/atau pejabat karantina tumbuhan untuk meniadakan kesempatan masyarakat
untuk melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
karantina hewan, tumbuhan dan keamanan hayati. Beberapa kegiatan preventif
dapat berupa operasi patuh karantina yang merupakan operasi gabungan dengan
instalasi lain, patroli di wilker karantina, kegiatan intelijen atau pulbaket yang
merupakan kegiatan pengumpulan bahan keterangan setelah ada informasi dari
informan, berita acara wawancara (BAW) untuk mengumpulkan keterangan saat
terjadi pelanggaran, serta tindakan penahanan, penolakan, dan pemusnahan.
Represif merupakan penindakan yang dilakukan oleh PPNS Karantina untuk
melakukan penyidikan atas dugaan adanya tindak pidana di bidang karantina
hewan, tumbuhan dan keamanan hayati. Kegiatan represif dapat berupa berita
acara pemeriksaan (BAP) serta koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait
untuk melakukan penangkapan. Proses penangkapan dilakukan dengan
memberhentikan truk yang dicurigai telah melanggar, sesuai dengan informasi
yang telah diperoleh, dengan bantuan polisi khusus kemudian dilakukan
penggeledahan dan pengambilan barang bukti serta supir dijadikan saksi. Gelar
perkara dilakukan bersama dengan polisi, jaksa, dan BKSDA jika tangkapan
berupa satwa liar untuk menyusun kronologi dan menetapkan tersangka.
Keputusan dari gelar perkara dapat berupa pembinaan atau penindakan hukum.
Jika keputusan berupa penindakan hukum, dilakukan pembuatan BAP tersangka
dan berkas penyidikan yang lebih detail yang kemudian diserahkan kepada
kepolisian. Berkas kemudian diserahkan ke koordinator pengawas (Korwas) yang
kemudian diserahkan ke kejaksaan. Tuntutan dibuat kemudian persidangan akan
diselenggarakan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4.4 Hama Penyakit Hewan Karantina dan Media Pembawa


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Pasal 1 Ayat (3), hama dan penyakit hewan karantina
yang selanjutnya disebut HPHK adalah hama, hama dan penyakit, dan penyakit
hewan berupa organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian hewan, membahayakan kesehatan manusia, menimbulkan
kerugian sosial, ekonomi yang bersifat nasional dan perdagangan internasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk dicegah masuknya ke dalam,
tersebarnya di dalam, dan keluarnya dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009 tentang
Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan
Klasifikasi Media Pembawa.
Penggolongan jenis hama penyakit hewan karantina dibagi menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu:
1. Hama penyakit hewan karantina (HPHK) golongan I yaitu jenis HPHK
yang terdapat di wilayah negara Republik Indonesia yang memenuhi
kriteria maupun berubah sifat seperti mempunyai sifat dan potensi
penyebaran penyakit yang serius dan cepat, belum diketahui cara
penanganannya, dapat membahayakan kesehatan manusia, dapat
menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat dan dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi. Sebanyak 65 penyakit
hewan karantina dari golongan I yang terdaftar dalam Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009. Beberapa contoh jenis
HPHK golongan I adalah African swine fever (ASF) pada babi, bovine
spongiform encephalopathy (BSE) pada sapi, brucellosis pada hewan
ruminansia, dan highly pathogenic avian influenza (HPAI) pada unggas.
2. Hama penyakit hewan karantina (HPHK) golongan II yaitu jenis HPHK
yang terdapat di wilayah negara Republik Indonesia yang memenuhi
kriteria maupun berubah sifat seperti tidak mempunyai sifat dan potensi
penyebaran penyakit yang serius dan cepat, sudah diketahui cara
penanganannya, tidak membahayakan kesehatan manusia, tidak
menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat dan tidak
menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi, serta sudah ada di suatu
area dalam wilayah Indonesia. Sebanyak 56 penyakit hewan karantina
dari golongan II yang terdaftar dalam Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 3238 Tahun 2009. Beberapa contoh jenis HPHK golongan II
adalah anaplasmosis pada ruminansia, avian infectious bronchitis pada
unggas, bovine viral diarrhea pada sapi, dan hog cholera pada babi.

Media Pembawa HPHK menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019


tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, media pembawa hama penyakit
hewan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah hewan, produk
hewan, pangan, PRG, SDG, agensia hayati, jenis asing invasif, satwa liar, satwa
langka, dan media pembawa lain yang dapat membawa hama penyakit hewan
karantina.
1. Hewan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, hewan adalah binatang/satwa
yang seluruh/sebagian siklus hidupnya berada di darat, air, atau udara,
baik dipelihara maupun di habitatnya. Menurut Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis
Hama Penyakit Hewan Karantina, penggolongan dan klasifikasi media
pembawa, klasifikasi hewan sebagai media pembawa terdiri atas hewan
ternak besar dan kecil, hewan ternak unggas, hewan kesayangan, hewan
laboratorium, hewan liar, reptil, vertebrata, amfibi, dan insekta. Contoh
media pembawa yang mendominasi lalu lintas di Balai Karantina
Pertanian Kelas II Cilegon diantaranya sapi, anjing, dan ayam.
2. Produk Hewan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, produk hewan adalah semua
bahan yang berasal dari hewan yang masih segar dan/atau telah diolah
atau diproses untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika, pertanian,
pakan, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan kebutuhan dan
kemaslahatan manusia. Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3238 Tahun 2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit
Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa,
klasifikasi produk hewan atau bahan asal hewan (BAH) sebagai media
pembawa terdiri atas produk hewan pangan dan non pangan. Contoh
produk hewan pangan seperti daging sapi, daging ayam, susu, telur
konsumsi, madu, jeroan dan sarang burung walet. Sedangkan, contoh
produk hewan non- pangan seperti kulit sapi, kulit domba, kulit reptil,
telur tetas, serta bulu. Contoh media pembawa produk hewan yang
mendominasi lalu lintas di Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon
diantaranya susu, daging sapi beku, telur konsumsi, daging ayam beku,
sarang burung walet, dan kulit sapi.

3. Pangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan
bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009 tentang
Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina,
penggolongan dan klasifikasi media pembawa, klasifikasi pangan atau
hasil bahan asal hewan sebagai media pembawa terdiri atas produk
olahan asal hewan pangan dan non pangan. Contoh produk olahan asal
hewan pangan seperti dendeng, bakso, sosis, abon, nugget, keju, yogurt,
telur asin, kerupuk kulit, cingur, dan lemak. Sedangkan contoh produk
olahan asal hewan non-pangan seperti kulit, kelenjar, jaringan, tepung
tulang, tepung darah, tepung bulu, dan tepung kulit telur. Contoh media
pembawa pangan yang mendominasi lalu lintas di Balai Karantina
Pertanian Kelas II Cilegon diantaranya sosis, bakso, dan nugget.

4. Produk Rekayasa Genetik (PRG)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, produk rekayasa genetik atau
organisme hasil modifikasi yang selanjutnya disingkat PRG adalah
organisme hidup, bagian-bagiannya, dan/atau hasil olahannya yang
mempunyai susunan genetik baru dari penerapan bioteknologi modern.
5. Sumber Daya Genetik (SDG)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, sumber daya genetik yang
selanjutnya disingkat SDG adalah genetik yang berasal dari hewan, ikan,
tumbuhan, dan mikroorganisme yang mengandung unit fungsional
pembawa sifat keturunan dan yang mempunyai nilai nyata atau
potensial.

6. Agensia Hayati
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, agensia hayati adalah setiap
organisme yang dapat digunakan untuk keperluan pengendalian hama
penyakit hewan, ikan, atau organisme pengganggu tumbuhan, proses
produksi, dan pengolahan hasil pertanian untuk keperluan industri,
kesehatan, dan lingkungan.

7. Jenis Asing Invasif


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 Tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, jenis asing invasif adalah
hewan, ikan, tumbuhan, mikroorganisme, dan organisme lain yang
bukan merupakan bagian dari suatu ekosistem yang dapat menimbulkan
kerusakan ekosistem, lingkungan, kerugian ekonomi, dan/atau
berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan
manusia.

8. Satwa Liar
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, satwa liar adalah adalah semua
satwa semua binatang yang hidup di darat, air, dan/atau udara yang
masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.

9. Satwa Langka
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, satwa langka adalah semua
binatang yang hidup di alam bebas dan/atau dipelihara yang terancam
punah, tingkat perkembangbiakannya lambat, terbatas penyebarannya,
populasinya kecil, dan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

10. Media Pembawa Lainnya


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, media pembawa lainnya adalah
media pembawa yang tidak digolongkan hewan dan produk hewan yang
dapat membawa hama penyakit hewan karantina. Menurut Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 3238 Tahun 2009 tentang Penggolongan
Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, penggolongan dan
klasifikasi media pembawa, klasifikasi media pembawa lainnya sebagai
media pembawa terdiri atas pakan hewan ternak dan pakan hewan
kesayangan. Contoh pakan hewan ternak seperti pellet, konsentrat, hay,
silase, cubes meal. Contoh pakan hewan kesayangan seperti cicak, ulat,
cacing, kadal, tokek, kecoa, jangkrik, dan pet food. Contoh media
pembawa lain yang mendominasi lalu lintas di Balai Karantina Pertanian
Kelas II Cilegon adalah ulat hongkong dan ulat jerman.

4.5 Persyaratan Karantina


Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 Pasal 33, 34, dan 35,
setiap orang yang memasukkan atau mengeluarkan media pembawa ke dalam atau
dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau dibawa dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, wajib:
a. Melengkapi sertifikat kesehatan dari tempat pengeluaran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bagi hewan, produk hewan, ikan,
produk ikan, tumbuhan, dan/atau produk tumbuhan;
b. Memasukkan dan/atau mengeluarkan media pembawa melalui tempat
pengeluaran dan pemasukan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; dan
c. Melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada pejabat karantina
di tempat pengeluaran atau pemasukan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat untuk keperluan tindakan karantina dan pengawasan dan/atau
pengendalian.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2023, media pembawa


yang dimasukkan atau dikeluarkan ke dalam atau dari wilayah Negara Republik
Indonesia, atau dibawa/dikirim dari suatu area lain di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, wajib:
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang di negara asal dan negara transit atau dokter hewan karantina
di tempat pengeluaran;
b. Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media
pembawa yang tergolong benda lain;
c. Melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah
ditetapkan; dan
d. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat
pemasukan atau pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf c
untuk keperluan tindakan karantina.

Tabel 1 Dokumen persyaratan untuk lalu lintas domestik keluar


Media Pembawa Kelengkapan Dokumen

Ruminansia: sapi, kerbau, - Surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah
domba, kambing asal dengan cap dan tanda tangan basah pejabat otoritas
veteriner.
- Hasil uji laboratorium rose bengal test (RBT) yang
menunjukkan hasil negatif 100%.
- Surat keterangan bebas jembrana (khusus sapi bali).
- PMK: sesuai dengan SE Satgas PMK Nomor 8 Tahun
2022.
- Vaksin LSD untuk lalu lintas sapi dan kerbau dari daerah
dengan kasus LSD.
- Desinfeksi, dekontaminasi, dan biosekuriti ketat.
Anjing - Surat keterangan kesehatan hewan (SKKH)/ sertifikat
veteriner (SV) dari daerah asal dengan cap dan tanda
tangan basah pejabat otoritas veteriner
- Kartu vaksinasi rabies (asli).
- Pemasangan microchip (barcode).

Unggas - Surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah


asal dengan cap dan tanda tangan basah pejabat otoritas
veteriner.
- Surat keterangan bebas avian influenza (AI).

Satwa Liar - Surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah


asal dengan cap dan tanda tangan basah pejabat otoritas
veteriner.
- Surat angkut tumbuhan dan satwa dalam negeri
(SATS-DN) dari balai konservasi sumber daya alam
(BKSDA).

Babi - Surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah


asal dengan cap dan tanda tangan basah pejabat otoritas
veteriner.
- Hasil uji laboratorium dengan PCR bebas ASF dan hog
cholera.
- Persetujuan bongkar.

Produk dan Produk - Surat keterangan kesehatan produk hewan (SKKPH).


Olahan Asal Hewan - Surat keterangan halal (produk pangan).
- Keterangan isi muatan alat angkut.
- Dokumen keamanan pangan.

4.6 Dokumen Karantina dan Dokumen Lain


Dokumen karantina yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Dokumen Karantina Hewan dan
Dokumen Karantina Tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan bentuk dokumen karantina


No. Bentuk Dokumen Jenis Dokumen

1. KH-1 Berita acara serah terima media pembawa hama


penyakit hewan karantina dan dokumen karantina
kepada pejabat karantina di tempat pemasukan dan/atau
pengeluaran.

2. KH-2 Surat penugasan melakukan tindakan karantina hewan.

3. KH-3 Laporan pelaksanaan tindakan karantina hewan.

4. KH-4 Penolakan bongkar.

5. KH-5 Persetujuan bongkar.

6. KH-6 Persetujuan muat.

7. KH-7 Perintah masuk instalasi karantina hewan.


8. KH-8A Surat perintah penahanan.

9. KH-8B Berita acara penahanan.

10. KH-9A Surat perintah penolakan.

11. KH-9B Berita acara penolakan.

12. KH-10A Surat perintah pemusnahan.

13. KH-10B Berita acara pemusnahan.

14 KH-11 Sertifikat kesehatan hewan.

15 DEC-11 Pernyataan sertifikat kesehatan hewan.

16 KH-12 Sertifikat sanitasi produk hewan.

17 DEC-12 Pernyataan sertifikat sanitasi produk hewan.

18 KH-13 Surat keterangan untuk media pembawa lain.

19 DEC-13 Pernyataan surat keterangan untuk media pembawa


lain.

20 KH-14 Sertifikat pelepasan karantina hewan.

21 DEC-14 Pernyataan sertifikat pelepasan karantina hewan.

22 KH-15 Surat keterangan transit.

23. KH-16 Berita acara serah terima media pembawa hama


penyakit hewan karantina dan pelaksanaan tindakan
karantina antar dokter hewan karantina.

24. KH-17 Surat keterangan untuk barang yang bukan termasuk


media pembawa hama penyakit hewan karantina.

25. KH-18 Notification of non-compliance

26. FORM 1 Laporan rencana pemasukan atau pengeluaran media


pembawa hama dan penyakit hewan karantina

27. FORM 2 Keterangan daftar dan isi muatan sebagai media


pembawa

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2023,


dokumen lain adalah dokumen terkait dengan pengendalian dan penanggulangan
penyakit Hewan menular atau HPHK di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, antara lain sertifikat veteriner, sebagai persyaratan utama dan atau
pendukung untuk setiap pemasukan, transit, atau pengeluaran media pembawa.
Jenis dokumen lain menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2017
Pasal 12 tentang Dokumen Karantina Hewan meliputi:
1. Sertifikat Veteriner dari otoritas veteriner kabupaten/kota asal;
2. Sertifikat kesehatan dari dokter hewan praktik hewan kesayangan;
3. Sertifikat kesehatan dari dokter hewan yang ditunjuk Menteri;
4. Sertifikat sanitasi dari dokter hewan yang ditunjuk Menteri;
5. Surat keterangan asal dari produsen, tempat pengumpul atau pengolahan
untuk benda lain;
6. Dokumen pengangkutan satwa liar dari kementerian/lembaga yang
membidangi fungsi konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya; dan
7. Sertifikat halal (halal certificate) dari kementerian atau lembaga yang
membidangi fungsi kehalalan.

4.7 Kegiatan Pelayanan di Kantor Induk Balai Karantina Pertanian (BKP)


Kelas II Cilegon
Kegiatan pelayanan di kantor induk Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas
II Cilegon meliputi tindakan-tindakan karantina yang dilakukan berdasarkan alur
yang telah ditetapkan. Alur pelayanan karantina hewan untuk komoditi domestik
keluar dimulai dengan pengguna jasa yang mengajukan permohonan pemeriksaan
dengan mengisi Form 1 secara daring melalui laman PPK (Permohonan
Pemeriksaan Karantina) Online ataupun secara manual/luring di kantor induk
(offline). Setelah itu, pengguna jasa menyerahkan Form 1 beserta dokumen-
dokumen kelengkapannya. Selanjutnya petugas karantina di bagian counter (loket)
yang menerima permohonan akan mencatat, mengagendakan, dan meneruskan
kepada petugas karantina bagian input data.

Gambar 4 Kegiatan pelayanan di kantor induk Balai Karantina Pertanian (BKP)


Kelas II Cilegon
Petugas karantina akan melakukan pemeriksaan administrasi media
pembawa. Jika persyaratan lengkap akan dilanjutkan dengan pemeriksaan
kesehatan media pembawa, namun jika persyaratan tidak lengkap dilakukan
tindakan penahanan (KH-8) atau penolakan (KH-9). Jika hasil pemeriksaan
kesehatan menunjukkan bahwa media pembawa sehat atau dalam keadaan baik,
akan dilakukan sertifikasi oleh pejabat fungsional dengan menerbitkan sertifikat
karantina (KH-11, KH-12, atau KH-13 untuk domestik keluar, KH-14 untuk
domestik masuk) dan diserahkan kepada bendahara penerimaan.
Pembuatan sertifikat dilakukan dengan perangkat lunak IQFAST (Indonesia
Quarantine Full Automation System). Bendahara penerimaan menyerahkan
sertifikat karantina setelah terlebih dahulu menerima pembayaran jasa karantina
(PNBP) dari pengguna jasa lalu pengguna jasa dapat menerima sertifikat karantina.
Alur prosedur domestik keluar dan domestik masuk dapat dilihat pada Gambar 2
dan Gambar 3.

Gambar 5 Alur prosedur pelayanan domestik keluar.

Gambar 6 Alur prosedur pelayanan domestik masuk.


Penggunaan teknologi informasi berperan penting dalam mempermudah
kegiatan karantina. Hal ini disebabkan oleh lingkup karantina yang bersifat
nasional dan internasional, data dibutuhkan secara cepat dan real time, serta
dibutuhkannya data sentral untuk keseragaman tindakan karantina. Aplikasi IT
terbagi menjadi dua, yaitu aplikasi utama (IQFAST) dan pendamping (APIKH,
PPK online, e-Lab, I-Mace, Simponi Barantan, Officer, OSS, dan SSM QC).
Aplikasi IQFAST merupakan sistem teknis yang digunakan oleh petugas
karantina dalam memantau seluruh tindakan karantina. Semua data terkumpul
secara otomatis ke sistem Badan Karantina Pusat sehingga mempermudah kegiatan
monitoring data pelayanan karantina. Aplikasi APIKH berfungsi dalam penetapan
instalasi karantina hewan (IKH) dengan menggunakan perangkat sistem informasi
dengan basis operasi web. Aplikasi PPK online merupakan singkatan dari
Permohonan Pemeriksaan Karantina Online yang berfungsi untuk memudahkan
pengguna jasa karantina dalam mengajukan permohonan pemeriksaan hewan dan
tumbuhan secara daring. Aplikasi e-Lab merupakan aplikasi berbasis website yang
digunakan untuk memasukkan hasil pengujian laboratorium dan hasilnya langsung
terintegrasi dengan aplikasi IQFAST. Aplikasi I-Mace merupakan aplikasi turunan
dari sistem IQFAST yang berfungsi untuk memfasilitasi tindakan pemantauan,
monitoring data hasil pemantauan, ketertelusuran data HPHK, serta digitalisasi
layanan karantina.
Simponi Barantan merupakan aplikasi sistem pembayaran PNBP yang
terintegrasi antara Kementerian Pertanian dengan Kementerian Keuangan. Sistem
ini dibuat untuk mempercepat proses penyampaian PNBP Barantan ke Kas Negara
dengan menyelaraskan aspek kemudahan, akurasi dan keamanan data. Sistem ini
merupakan integrasi antara aplikasi inhouse sistem Barantan dengan Sistem
Informasi PNBP online (SIMPONI) Kementerian Keuangan. Officer merupakan
aplikasi berbasis android yang digunakan oleh petugas lapang untuk
mempermudah tindakan karantina. Aplikasi ini dilengkapi dengan GPS, Service
Level Agreement (SLA), serta informasi mengenai target yang akan diperiksa and
tempat pemeriksaan.
One Stop Services (OSS) IQFAST merupakan layanan terintegrasi yang
memungkinkan interkoneksi dan interoperabilitas semua jenis layanan karantina,
baik internal maupun eksternal, untuk mewujudkan peningkatan aspek pelayanan
sekaligus upaya optimalisasi dalam aspek pengawasan. SSm Quarantine Customs
(SSM-QC) merupakan aplikasi yang dapat diakses melalui Sistem Indonesia
National Single Window (SINSW), diintegrasikan dua pelayanan yang proses
bisnisnya saling beririsan, yakni layanan pabean dan karantina. Aplikasi ini
digunakan dalam kegiatan ekspor-impor untuk memantau arus barang.
Gambar 7 Website IQFAST Karantina

Sebagai salah satu langkah monitorisasi, dilakukan pengambilan sampel


darah bagi media pembawa berupa hewan yang akan dikeluarkan dari daerah asal,
dalam hal ini yaitu Pulau Jawa. Kegiatan pengambilan sampel darah pada hewan
dilakukan untuk memeriksa keberadaan penyakit menular tertentu pada hewan
sebagai media pembawa, sebelum memasuki jalur pembebasan karantina. Kegiatan
pengambilan sampel darah pada hewan selama periode magang meliputi
pengambilan sampel darah pada anjing, ayam, Day Old Chick (DOC), dan Day
Old Duck (DOD).
Pengambilan sampel dilakukan melalui vena cephalica dan vena saphena
pada anjing, melalui vena brachialis pada ayam, serta melalui vena jugularis dan
jantung pada DOC dan DOD. Menurut Kelly dan Alworth (2013), metode
pengambilan sampel darah berbeda-beda pada setiap hewan. Pengambilan darah
pada ayam dapat dilakukan pada bagian vena brachialis, vena jugularis, dan vena
medial metatarsal (Gambar 7A), sedangkan pengambilan darah pada ayam DOC
dilakukan pada bagian jantung dan vena jugularis). Head et al. (2017) juga
mengatakan bahwa metode pengambilan darah pada anjing dapat dilakukan pada
bagian vena jugularis, vena femoralis, vena cava cranial, vena cephalica, serta
vena saphena. Sampel darah akan diinkubasi pada suhu ruangan untuk dipisahkan
dan diambil serumnya untuk dilakukan uji laboratorium.

Gambar 8 Cara pengambilan sampel, (A) pengambilan darah ayam (DOC), (B)
pengambilan darah ayam (parent stock), dan (C) pengambilan darah
anjing
4.8 Kegiatan di Laboratorium Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II
Cilegon
Laboratorium BKP Kelas II Cilegon merupakan sarana penunjang diagnostik
dalam melakukan monitoring dan diagnosis HPHK dari media pembawa. Alur
pelayanan dari laboratorium karantina hewan dalam melaksanakan kegiatan
pengujian terhadap sampel yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 9 Alur pelayanan pengujian laboratorium hewan.

Laboratorium hewan BKP Kelas II Cilegon menerapkan sistem manajemen


mutu (SMM) yang berstandar SNI ISO/IEC (International Organization for
Standardization). Laboratorium hewan BKP Kelas II Cilegon memiliki sertifikat
akreditasi dengan nomor sertifikat LP-1458-IDN yang diterbitkan oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) tentang SNI ISO/IES 17025:2017 sebagai
laboratorium pengujian.
Pengujian yang dilakukan di laboratorium karantina hewan BKP Cilegon
disesuaikan dengan media pembawa yang dilalulintaskan, yaitu meliputi
ruminansia, anjing, ayam, DOC, DOD, serta produk hewan. Pengujian yang sudah
terakreditasi di laboratorium karantina BKPC, yaitu ELISA, uji HA dan HI, dan uji
RBT. Melainkan uji yang belum terakreditasi, yaitu uji PMK dan uji TPC. Semua
pengujian dilakukan untuk memonitoring jalanya pengiriman karantina. Ruang
lingkup laboratorium hewan meliputi deteksi Brucella sp. menggunakan rose
bengal test (RBT) dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), deteksi titer
antibodi rabies menggunakan ELISA, identifikasi spesies menggunakan ELISA,
deteksi Trypanosoma sp. menggunakan mikroskop, serta deteksi avian influenza
menggunakan uji hemaglutinasi (HA) dan uji hemaglutinasi inhibisi (HI), deteksi
PMK dengan ELISA non structural protein (NSP), pengujian daging yang
mengandung babi menggunakan ELISA, dan pemeriksaan cemaran mikroba
menggunakan metode total plate count (TPC). Hasil uji RBT yang positif
kemudian akan dilanjutkan pengujian kembali di Balitvet dengan metode uji
complement fixation test (CFT).
Pengujian ELISA Rabies dilakukan untuk mendeteksi antibodi anjing
terhadap virus rabies dengan prinsip uji mendeteksi reaksi antigen-antibodi dengan
penambahan konjugat dilabel enzim aktif yang bereaksi dengan substrat
menghasilkan warna spesifik (Bhaskara et al. 2021). Hemaglutinasi dan
Hemaglutinasi Inhibisi AI dilakukan untuk mendeteksi dan menghitung titer
antibodi yang terdapat pada serum unggas, prinsip uji tersebut berupa adanya
aglutinasi RBC akibat ikatan protein virus dengan sel darah merah sehingga
terbentuk pasir di dasar sumur yang merupakan darah teraglutinasi, sedangkan
prinsip uji HI adalah hambatan aglutinasi RBC akibat terikatnya virus (antigen)
dengan antibodi spesifik yang ditandai dengan adanya endapan eritrosit pada
sumur microplate untuk menentukan nilai titer antibodi (Erina et al. 2021).
Kegiatan laboratorium yang dilakukan selama periode magang yaitu uji
profisiensi lab, uji RBT, dan TPC. Uji profisiensi merupakan suatu kegiatan
penilaian kinerja suatu laboratorium pengujian yang dilakukan dengan cara uji
banding antar laboratorium dengan menggunakan kriteria penilaian yang telah
ditentukan (Oktari et al. 2023). Laboratorium yang telah terakreditasi harus
memantau kinerjanya melalui partisipasi dalam uji profisiensi berdasarkan SNI
ISO 17025:2017 klausul 7.7.2 tentang pemastian keabsahan hasil. Pengujian
profisiensi yang dilakukan berupa uji HA dan uji HI menggunakan sampel H9 dan
H5N1 yang dikirimkan dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates. Uji HA dan HI
dilakukan untuk menentukan titer virus yang diuji, kemudian hasil dikirimkan
kembali untuk dievaluasi.
Rose Bengal Test (RBT) merupakan screening test cepat dan mudah yang
direkomendasikan untuk mendeteksi hewan yang terinfeksi Brucella. Uji RBT ini
bertujuan untuk monitoring dan dilakukan terhadap sampel serum sapi dan
kambing yang diperoleh dari pengambilan darah. Prinsip uji RBT adalah dengan
mereaksikan sampel serum darah dengan antigen RBT yang dihomogenkan untuk
mengetahui hasil tes apakah menunjukkan aglutinasi atau tidak (Kusumastuti et
al. 2021). Pengujian RBT dilakukan dengan meneteskan reagen RBT yang
merupakan antigen brucellosis dengan perbandingan 1:1 untuk sampel serum sapi
atau perbandingan 1:3 untuk sampel serum kambing. Antigen dan sampel tersebut
kemudian dihomogenkan dengan menggoyangkan plate secara hati-hati.
Penetapan hasil positif didasarkan pada hasil uji sampel yang menunjukkan
terjadinya aglutinasi yang jelas pada dasar sumur (Kusumastuti et al. 2021). Hasil
uji RBT yang dilakukan menunjukkan hasil negatif pada semua sampel.

Gambar 10 Kegiatan pengujian sampel di laboratorium Balai Karantina Pertanian


(BKP)Kelas II Cilegon

Total Plate Count (TPC) merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah cemaran mikroba yang terdapat pada suatu produk. Prinsip TPC adalah
jika sel mikroba masih hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel tersebut
akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung tanpa
menggunakan mikroskop (Rizki et al. 2022). Uji TPC ini dilakukan pada produk
asal hewan seperti daging dan susu, dan produk olahan asal hewan seperti sosis,
nugget, dan yoghurt. Produk tersebut diambil sebanyak 10 gram dan diletakan di
dalam plastik. Larutan buffer phosphate water (BPW) ditambahkan ke dalam
plastik tersebut sebanyak 90 mL kemudian dihancurkan menggunakan stomacher
selama 2 menit untuk produk cair dan 4 menit untuk produk padat. Cairan dari
sampel yang telah dihancurkan diambil sebanyak 1 mL dan dilakukan
pengenceran 10-2 hingga 10-5, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Media
PCA ditambahkan dan dibiarkan mengeras, kemudian cawan petri diletakkan
terbalik di dalam inkubator dan diinkubasi selama 24 jam.

Gambar 11 Kegiatan pengujian TPC di laboratorium Balai Karantina Pertanian


(BKP) Kelas II Cilegon

4.9 Tempat Pemasukan dan Pengeluaran atau Wilayah Kerja (Wilker)


Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon memiliki sembilan tempat
pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Perubahan Kelima
atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94 Tahun 2011 tentang Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, yaitu, Pelabuhan Penyebrangan
Merak, pelabuhan Merak Mas, Pelabuhan Ciwandan, Pelabuhan Cigading,
Pelabuhan Bojonegara, Pelabuhan Labuan, Pelabuhan Karangantu, Kantor Pos
Serang, dan Kantor Pos Cilegon. Wilayah kerja BKP Kelas II Cilegon dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 12 Peta wilayah kerja BKP Kelas II Cilegon


Kegiatan pada masing-masing wilayah kerja (wilker) BKP Kelas II Cilegon
meliputi fungsi pengawasan dan pemeriksaan ulang persyaratan karantina.
Pemeriksaan ulang yang dilakukan yaitu pemeriksaan dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan, serta kesesuaian media pembawa dengan dokumen yang tertera.
Pengguna jasa yang tidak membawa dokumen lengkap akan diarahkan ke kantor
induk jika dokumen yang dibawa tidak lengkap.

Gambar 13 Kunjungan ke wilayah kerja Pelabuhan Penyebrangan Merak (PPM)

Pelabuhan Penyebrangan Merak (PPM) merupakan salah satu pelabuhan


lalu lintas antar pulau Jawa dan Sumatera. Terdapat pos pemeriksaan pada area
lalu-lintas kendaraan pengangkut sebagai tempat memeriksa kelengkapan
dokumen karantina. Pelayanan di wilayah kerja (wilker) PPM berlangsung selama
24 jam, sehingga memiliki sistem pergantian waktu kerja yang sama seperti kantor
induk, yaitu piket malam dan pagi. Petugas yang bertugas di wilker PPM terutama
berkoordinasi dengan petugas di kantor induk untuk mengonfirmasi kedatangan
pengguna jasa, serta melakukan pengecekan ulang berkas-berkas dan dokumen
yang dipersyaratkan.

Gambar 14 Kegiatan piket malam di Pelabuhan Penyebrangan Merak (PPM)

Pelabuhan Ciwandan memiliki akses jalan darat melalui tol Jakarta-Merak


serta terhubung dengan jalur penyebrangan Merak-Bakauheni. Kegiatan yang
biasa dilakukan di pelabuhan ini meliputi kegiatan impor produk curah, misalnya
meat bone meal. Pelabuhan Merak Mas digunakan sebagai tempat penurunan,
terutama untuk lalu lintas antar area (domestik). Pelabuhan Bojonegara digunakan
sebagai pelayanan lalu lintas antar area (domestik). Produk asal hewan yang sering
dilalulintaskan pada pelabuhan ini adalah telur. Kegiatan yang biasa dilakukan
pada Pelabuhan Cigading adalah lalu lintas ekspor dan impor, serta pengiriman
domestik. Pelayanan karantina di wilayah kerja Kantor Pos Serang meliputi
kegiatan ekspor, terutama produk asal hewan peternakan yang dijadikan sebagai
cinderamata, seperti tanduk kerbau, serta pengiriman domestik. Adapun kegiatan
yang biasa dilakukan di Kantor Pos Cilegon lebih banyak dilakukan oleh karantina
tumbuhan.
Gambar 15 Kunjungan ke wilayah kerja Pelabuhan Bojonegara

4.10 Instalasi Karantina


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Pasal 1 Ayat (29), instalasi karantina adalah
bangunan atau ruangan berikut peralatan, lahan, dan sarana pendukung lain yang
diperlukan sebagai tempat melaksanakan tindakan karantina. Menurut Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun 2015 tentang Instalasi Karantina, instalasi
karantina terdiri dari beberapa tipe, diantaranya:

1. Instalasi Karantina Sementara


Instalasi karantina sementara adalah instalasi karantina yang dibangun
oleh pemerintah atau pihak lain yang sifat penggunaannya satu atau beberapa
kali untuk pengiriman bertahap. Instalasi karantina sementara digunakan
sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina terhadap hewan, produk
asal hewan, dan produk olahan asal hewan yang dipergunakan untuk satu atau
beberapa kali pengiriman dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan
tidak dapat diperpanjang.

2. Instalasi Karantina Permanen


Instalasi karantina permanen adalah instalasi karantina yang dibangun
oleh pemerintah atau pihak lain yang sifat penggunaannya bersifat permanen.
Instalasi karantina permanen digunakan sebagai tempat untuk melakukan
tindakan karantina terhadap hewan, produk asal hewan, dan produk olahan asal
hewan yang dipergunakan untuk satu atau beberapa kali pengiriman dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sama dengan 3 (tiga) tahun.

3. Instalasi Karantina Pasca Masuk


Instalasi karantina pasca masuk adalah instalasi karantina yang dibangun
oleh pemerintah atau pihak lain yang dipergunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina yang memerlukan waktu lama terhadap jenis media
pembawa yang cara pendeteksiannya belum dapat dilakukan, menunggu
pertumbuhan dan/atau perkembangan media pembawa. Instalasi karantina
pasca masuk digunakan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina
terhadap hewan yang berpotensi menularkan HPHK dan mempunyai sifat
penularan serta cara mendeteksinya memerlukan masa pengamatan relatif lebih
lama. Instalasi karantina pasca masuk dipergunakan dalam jangka waktu 5
(lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun dan dapat dipergunakan kembali
selama masih memenuhi persyaratan teknis dan kajian resiko penyebaran
penyakit hewan.

4. Instalasi Karantina Pasca Masuk Permanen


Instalasi karantina pasca masuk permanen adalah instalasi karantina yang
dibangun oleh pemerintah atau pihak lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan tindakan karantina yang memerlukan waktu lama terhadap
satwa liar yang dipelihara atau ditangkarkan secara in-situ dan/atau ex-situ,
serta tindakan karantinanya dilakukan secara rutin dan berkelanjutan pada
wilayah tempat pemeliharaan atau penangkaran. Instalasi karantina pasca
masuk permanen dapat dipergunakan kembali selama masih memenuhi
persyaratan teknis dan kajian resiko penyebaran penyakit hewan.

5. Instalasi Karantina Pengamanan Maksimum


Instalasi karantina pengamanan maksimum adalah instalasi karantina
yang dibangun oleh pemerintah atau pihak lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa yang rentan.
Instalasi karantina pengamanan maksimum digunakan sebagai tempat untuk
melakukan tindakan karantina bagi pemasukan hewan yang rentan dari negara,
area, atau tempat yang masih tertular HPHK golongan I dan harus berada di
tempat atau lokasi yang terisolasi dari wilayah pengembangan budi daya
ternak, serta dapat dipergunakan selama masih memenuhi persyaratan teknis
dan kajian resiko penyebaran penyakit hewan.

6. Instalasi Karantina di Negara Asal dan/atau di Negara Transit


Instalasi karantina di negara asal dan/aau di negara transit adalah instalasi
karantina yang dibangun oleh pemerintah atau pihak lain yang dipergunakan
untuk melaksanakan tindakan karantina bagi media pembawa yang berasal dari
suatu negara dan/atau negara transit. Instalasi karantina di negara asal dan/aau
di negara transit dipergunak untuk media pembawa yang memiliki resiko tinggi
bagi masuknya HPHK ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan dapat
dipergunakan berdasarkan pertimbangan dokter hewan karantina.

4.11 Kunjungan ke Rumah Produksi Sarang Burung Walet


Rumah produksi sarang burung walet merupakan bangunan yang menjadi
tempat produksi dan penyuplai bahan baku sarang burung walet. Rumah produksi
sarang burung walet yang dikunjungi adalah milik PT. Pusaka Walet Natural
Indonesia yang terletak di Kota Serang, Banten. Rumah produksi ini rutin
mengekspor produk sarang burung walet ke negara Cina. Rumah produksi ini
memiliki kemampuan produksi sekitar 400 kg/bulan atau 30-40 kg/hari sesuai
dengan limit yang diberikan oleh negara tujuan ekspor pertahunnya. Adapun
bahan baku sarang burung walet didapatkan dari rumah-rumah burung walet yang
telah tersertifikasi.
Rumah produksi sarang burung walet secara umum terbagi atas area kotor
untuk memproses produk yang masih “mentah”, mulai dari pencucian hingga
pemanasan produk, dan area bersih untuk memproses produk yang telah melalui
proses pemanasan hingga pengemasan. Personil yang memasuki area produksi
harus berada dalam keadaan steril. Personil mula-mula perlu mencuci tangan
terlebih dahulu, kemudian mengenakan perlengkapan Alat Perlindung Diri (APD),
seperti coat, gloves, haircap, dan shoes cover (Gambar x). Personil kemudian
diwajibkan memasuki bilik air shower untuk tujuan sterilisasi sebelum memasuki
area produksi.

Gambar 16 Alat Pelindung Diri (APD) dan sterilisasi personil dalam bilik air
shower

Produksi sarang burung walet dilakukan melalui beberapa tahap, dimulai


dari pencucian, pencabutan bulu, pencetakan, pemanasan, dan pengemasan.
Pencucian sarang burung walet dilakukan dalam air filtrasi yang sudah bebas dari
zat-zat kimia, terutama zat besi, klorin, dan nitrit. Tahap pencucian ini dapat
dilakukan secara otomatis menggunakan mesin pencucian khusus, maupun secara
manual menggunakan baskom. Bulu-bulu dan kotoran berukuran besar
dibersihkan secara manual menggunakan sikat gigi. Setelah sarang burung walet
bersih dari kotoran-kotoran yang tampak secara kasat mata, dilakukan pencabutan
bulu-bulu halus dan pembersihan pasir yang menempel pada sarang secara manual
menggunakan pinset.

Gambar 17 Ruang pencucian sarang burung walet (kiri) dan proses pencabutan
bulu halus dan pembersihan pasir menggunakan pinset

Sarang burung yang sudah bersih dari kotoran selanjutnya dibawa ke ruang
pencetakan. Sarang burung dicetak berdasarkan bentuk dan permintaan konsumen.
Terdapat dua jenis cetakan berdasarkan bentuknya, yaitu bentuk mangkok dan
biskuit (indomi). Selain bentuk yang dihasilkan menggunakan cetakan, rumah
produksi sarang burung walet ini juga menyediakan bentuk remahan yang disebut
sebagai bentuk leg. Sarang burung walet yang sudah dicetak disusun dalam rak
bertingkat pada ruang pengeringan dan dikeringkan menggunakan blower. Proses
pengeringan berlangsung selama 4-12 jam dengan memerhatikan suhu serta
kelembapan ruangan.

Gambar 18 Proses pencetakan (kiri) dan pengeringan sarang burung walet (kanan)

Setelah melalui proses pengeringan, sarang burung walet melalui proses


pemanasan dengan suhu inti sebesar 70oC selama 3,5 detik menggunakan oven
untuk mematikan mikroba yang dapat mengontaminasi produk, terutama virus
High Pathogenic Avian Influenza (HPAI). Ketentuan ini disesuaikan dengan
standar internasional yang telah ditentukan oleh Joint Infection Control Committee
(JICC). Setelah dilakukan pemanasan, produk sarang burung walet dikemas secara
manual sesuai dengan bentuknya, serta diberi label sesuai dengan batch dan
nomor rumah burung walet. Sarang burung walet dengan bentuk mangkok
dikemas menggunakan biofilm, sedangkan bentuk biskuit yang dikemas dengan
kemasan vacuum. Setelah itu, produk disimpan dalam tempat atau gudang
penyimpanan untuk diekspor sesuai dengan permintaan (Gambar x).

Gambar 19 Proses pengemasan sarang burung walet yang berbentuk mangkuk


dengan biofilm

SIMPULAN
Mahasiswa PPDH IPB memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman
tentang karantina hewan di BKP Kelas II Cilegon, serta mahasiswa mengetahui
peran dokter hewan karantina diantaranya melakukan pelayanan karantina,
pengambilan sampel, pengujian laboratorium, pengawasan di wilayah kerja
(wilker), melaksanakan tindakan karantina dalam pencegahan hama penyakit
hewan karantina yang meliputi pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan sesuai landasan
hukum yang berlaku.
SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu melakukan sosialisasi kepada pengguna jasa atau
perusahaan pengirim mengenai media pembawa yang harus dilaporkan ke karantina untuk
pengiriman. Penyediaan lotion anti nyamuk di ruang tunggu dan fogging area tunggu,
serta penyediaannya pukulan nyamuk listrik. Saran untuk laboratorium hewan yaitu
dikembangkan kembali pengujian PCR

DAFTAR PUSTAKA

Bhaskara AFP, Mahardika IGNK, Suartha IN. 2021. Respons antibodi avian
influenza pada anak babi yang diberi vaksin Escherichia coli-avian
influenza. Indonesia Medicus Veterinus. 10(1):61–70.
Erina, Aninaidu H, Zuhrawat, Etriwat, Hamzah A, Abrar M, Daud MAK. 2021.
Deteksi antibodi terhadap virus newcastle disease pada burung trucukan
(Pycnonotus goiavier). Acta Veterinaria Indonesiana. 9(3): 173-178.
Head V, Eshar D, Nau MR. 2017. Techniques for nonterminal blood sampling in
black-tailed prairie dogs (Cynomys ludovicianus). Journal of the American
Association for Laboratory Animal Science.56(2): 210-213.
Kelly LM, Alworth LC. 2013. Techniques for collecting blood from the domestic
chicken. Lab Animal. 42(10): 359-361.
Kusumastuti I, Tyasningsih W, Praja RN, Suwarno, Yunita MN, Yudhana A. 2021.
Deteksi brucellosis sapi perah di Kecamatan Turen Kabupaten Malang
dengan metode Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test
(CFT). Jurnal Medik Veteriner. 4(1): 42-47.
Oktari Z, Masripah, Pramukti SR, Fadila M. Peningkatan mutu laboratorium uji
dan kalibrasi IBBN melalui uji profisiensi/uji banding sesuai persyaratan
ISO/IEC 17025:2017. Jurnal Penjaminan Mutu. 9(1): 17-23.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun 2015 Tentang Instalasi
Karantina Hewan. 2015.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2017 Tentang
Dokumen Karantina Hewan. 2017.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
2020.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Dokumen
Karantina. 2021.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16 Tahun 2022 Tentang
Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor
94/permentan/ot.140/12/2011 Tentang Tempat Pemasukan dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina. 2022.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 tahun 2023 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
2023.
[PP] Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Karantina Hewan, Ikan,
dan Tumbuhan. 2023.
Rizki Z, Fitriana, Jumadewi A. Identifikasi jumlah angka kuman pada dispenser
metode TPC (Total Plate Count). SAGO: Gizi dan Kesehatan. 4(1): 38-43.
[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2019 Tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. 2019.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kegiatan harian di BKP Kelas II Cilegon


No. Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan

1. Senin, - Mengikuti kegiatan donor darah,


14 Agustus 2023 serta pemeriksaan kadar gula
darah dan kolesterol bersama
PMI
- Pengenalan wilayah kantor
induk BKP Cilegon beserta
sarana dan prasarananya

Selasa, - Penerimaan mahasiswa PPDH


15 Agustus 2023 SKHB IPB University bersama
drh. Melani
- Penjelasan mengenai Sistem
Manajemen Terintegrasi (SMT)
laboratorium BKP Cilegon oleh
Ibu Indiyah
- Penjelasan alur dan prosedur
pelayanan BKP Cilegon oleh
drh. Isnawan

Rabu, - Melakukan kegiatan rutin piket


16 Agustus 2023 pagi di kantor induk BKP
Cilegon
- Mengikuti kegiatan profisiensi
laboratorium BKP Cilegon
- Menghadiri presentasi akhir
kegiatan magang mahasiswa
koas UGM di BKP Cilegon
- Penjelasan mengenai profil BKP
Cilegon oleh drh. Melani

Kamis, - Mengikuti kegiatan upacara


17 Agustus 2023 peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia di lapangan
Gedung Arsip BKP Cilegon
- Mengikuti perayaan Hari
Kemerdekaan Republik
Indonesia di kantor induk BKP
Cilegon

Jumat, - Mengikuti kegiatan pelayanan


18 Agustus 2023 karantina di kantor induk
- Penjelasan mengenai Kegiatan
Pengawasan dan Penindakan
(Kewasdakan) BKP Cilegon
oleh drh. Teguh

Senin, - Mengikuti kegiatan pelayanan


21 Agustus 2023 karantina di kantor induk
- Penjelasan mengenai dasar
hukum BKP Cilegon oleh drh.
Adi

Selasa, - Pengenalan wilayah kerja


22 Agustus 2023 Pelabuhan Penyeberangan
Merak (PPM) oleh drh. Fitria
- Melakukan kegiatan rutin piket
malam di kantor induk BKP
Cilegon
- Penjelasan mengenai
dokumen-dokumen karantina
oleh drh. Christien

Rabu, - Melakukan kegiatan rutin piket


23 Agustus 2023 malam di wilayah kerja
Pelabuhan Penyeberangan
Merak (PPM)

Kamis, - Mengikuti kegiatan pelayanan


24 Agustus 2023 karantina di kantor induk
- Pengenalan in house system
karantina hewan, IQ-FAST, dan
aplikasi-aplikasi teknik
perkarantinaan bersama Pak
Sunarko

Jumat, - Melakukan kegiatan rutin senam


25 Agustus 2023 pagi di lapangan Gedung Arsip
BKP Cilegon
- Pengenalan wilayah kerja
Pelabuhan Bojonegara bersama
drh. Hidayat dan drh. Isnawan

Senin, - Melakukan kegiatan rutin piket


28 Agustus 2023 malam di kantor induk BKP
Cilegon

Selasa, - Melakukan kegiatan rutin piket


29 Agustus 2023 malam di kantor induk BKP
Cilegon

Rabu, - Pengenalan mengenai rumah


30 Agustus 2023 produksi sarang burung walet
PT. Huang Ji di Serang bersama
drh. Fitria

Kamis, - Melakukan kegiatan rutin piket


31 Agustus 2023 pagi di kantor induk BKP
Cilegon
- Mengikuti kegiatan pengujian
Rose Bengal Test (RBT)
terhadap sampel serum sapi dan
kambing di laboratorium
- Penjelasan tentang alur dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium BKP Cilegon
bersama drh. Lussi

Jumat, - Melakukan kegiatan rutin senam


1 September 2023 pagi di lapangan Gedung Arsip
BKP Cilegon
- Melakukan kegiatan rutin piket
pagi di kantor induk BKP
Cilegon

Senin, - Melakukan kegiatan rutin piket


4 September 2023 pagi di kantor induk BKP
Cilegon

Selasa, - Melakukan kegiatan rutin piket


5 September 2023 malam di wilker PPM

Rabu, - Mengerjakan laporan


6 September 2023

Kamis, - Mengikuti kegiatan pengujian


7 September 2023 Total Plate Count terhadap
sampel produk asal hewan di
laboratorium

Jumat, - Ujian komprehensif mengenai


8 September 2023 pemahaman tentang
perkarantinaan yang diperoleh
- Presentasi mengenai kegiatan
magang yang dilakukan di BKP
Cilegon
- Evaluasi dan penutupan
kegiatan magang yang
dilakukan di BKP Cilegon
Lampiran 2 Contoh Dokumen KH-1
Lampiran 3 Contoh dokumen KH-2
Lampiran 4 Contoh dokumen KH-3
Lampiran 5 Contoh dokumen KH-3 perlakuan
Lampiran 6 Contoh dokumen KH-11
Lampiran 7 Contoh dokumen KH-12
Lampiran 8 Contoh dokumen KH-13
Lampiran 9 Contoh dokumen KH-14

Anda mungkin juga menyukai