VENDOR
VENDOR
Dalam teknik operating lesae, pihak pemilik objek leasing atau leasor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran
periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan
oleh lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari
perjanjian sewa sewa guna usaha yang lain.
Operating lease dapat juga disebut leasing biasa yaitu satu perjanjian
kontrak antara leasor dengan lessee, dengan catatan bahwa :
• Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur ekonomis
barang modal tersebut.
• Lessee pada ahir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor.
• Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.
8
2.4 Perkembangan Leasing di Indonesia
Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun
2000 sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-
dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa
transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang
piaraan.
Kegiatan Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada
tahun 1974 dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep.
122/MK/2/1974, No.32/M/SK/1974 dan No. 30/Kpb/1/1974 Tanggal 7 februari
1974 tentang “Perijinan usaha Leasing”. Sejak saat itu (khususnya tahun 1980)
jumlah perusahaan leasing dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan
barang-barang modal dunia usaha. Untuk mendukung perkembangan usaha ini,
Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No. 650/MK/IV/5/1974
Tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya
bea meterai terhadap usaha leasing. Selanjutnya, tanggal 20 Desember 1988
dengan kebijakan deregulasi, perusahaan pembiayaandi antaranya usaha leasing
diatur dalam paket tersebut. Dengan berlakunya paket kebijakan tersebut
ketentuan leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Dalam paket tersebut
juga diperkenalkanistilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna
sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para
pengusaha di idonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang
lazim dilakukan melalui perbankan. Ketentuan minimum modal disetor untuk
pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing
diatur dalam pakdes 20, 1988 dengan keputusan Menteri Keuangan no.
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor
9
atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :
a) Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan “ Leasing “ dapat disimpulkan bahwa :
“ Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi atau finance lease maupun tanpa hak opsi
atau operating lease untuk digunakan oleh lessee (pemakai) selama jangka
waktu terentu berdasarkan pembayaran secara berkala sampai pada akhir masa
kontrak lessee dapat membeli barang tersebut dengan sisa nilai yang disepakati
oleh lessor”.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sadar banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini,jadi untuk menyempurnakan makalah ini, kami
membutuhkan kritik dan saran pembaca dan pendengar.
11