Anda di halaman 1dari 13

Teks pidato pertama gw di sekolah SMPN 49 Jakarta yang bertema "Menjaga Kebersihan

Lingkungan"

Assalamualaikum Wr.Wb

Yth. Ibu wali kelas


Serta teman-teman sekalian yang saya cintai

Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah SWT karena
berkah dan karunianya kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal’afiat pada hari
yang cerah ini

Teman-teman yang saya banggakan,

Pertama-tama perlu kita sadari bahwa lingkungan adalah tempat menggantungkan hidup bagi
kita semua, umat manusia. Maka kita harus menjaga lingkungan kita baik-baik agar bumi
menghasilkan keuntungan bagi kita, bukan kerugian bahkan bencana bagi kita. Salah satu cara
agar lingkungan tidak memberikan bencana bagi kita adalah menjaga kebersihan lingkungan

Dalam menjaga kebersihan lingkungan maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apa arti
kebersihan lingkungan. Arti kebersihan lingkungan yang sesungguhnya adalah suatu keadaan
dimana lingkungan tersebut adalah layak untuk ditinggali manusia, dimana keadaan kesehatan
manusia secara fisik dapat terjaga.. Maka kita harus menjaga kebersihan lingkungan agar tercipta
kehidupan yang layak dan sejahtera.

Teman-teman yang Berbahagia,

Menjaga Kebersihan Lingkungan adalah cara terbaik dalam mencegah berbagai penyakit yang
mengintai pada musim hujan seperti sekarang. Menjaga kebersihan lingkungan dapat dimulai
dari membersihkan sekolah kita tercinta, SMPN 49 Jakarta. Apabila sekolah kita bersih maka
orang lainpun tak segan untuk mencontoh kebiasaan baik kita dalam membersihkan sekolah kita
ini. Dan kita sebagai penghuni sekolah ini juga terkena dampak positifnya yaitu kegiatan belajar
mengajar menjadi nyaman karena lingkungan sekolah kita bersih.

Menjaga kebersihan Lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara membuang sampah yang
ada di lingkungan sekolah kita ke tempat sampah, melaksanakan kegiatan piket kelas setiap hari
secara teratur dan PSN 30 menit setiap hari jum’at dalam rangka membersihkan lingkungan
sekolah dari Sarang nyamuk Ades Aegypti yang menimbulkan penyakit demam berdarah.
Teman-teman Sekalian,

Sebagai penutup saya mengutip kata pepatah yang mengatakan bahwa kebersihan adalah
sebagian dari iman maka apabila seseorang tidak peduli terhadap kebersihan maka ia
sesungguhnya bukan merupakan orang yang beriman penuh. Kedepanya saya juga berharap kita
sebagai umat manusia dapat lebih giat lagi dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Sekian pidato dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf


Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Contoh Teks Naskah Pidato Singkat Terbaik Top Google

Saya cuman nuruti trend pencarian google saja, dengan demikian artikel dibawah
ini bisa lebih berguna dan anda tidak usah mencari cari kesana kemari bila membutuhkannya,
dalam daftar web search google 30hari terakhir keyword Pidato berada dalam urutan ke tujuh
rising searches / pencarian meningkat dengan nilai kenaikan 90%, mungkin lagi musim adik adik
pelajar atau mahasiswa yang lagi belajar pidato nih, peringkat tiga besar tema yang diangkat
terpopuler adalah naskah teks tentang pidato pendidikan, perpisahan, dan kebersihan ,
berikut ini kami coba pilihkan contoh pidatonya dari blog/web terbaik atas petunjuk google,

Contoh Teks Pidato Kebersihan Lingkungan

Salam sejahtera
Yth. Suster, Bapak dan Ibu guru, serta teman-teman yang terkasihSelamat Pagi,
Marilah kita bersama-sama memanjatkan syukur kepada Tuhan, karena pada pagi hari yang
cerah ini kita bisa berkumpul bersama di tempat ini.
Teman-teman yang saya kasihi, kita ketahui bahwa lingkungan merupakan tempat hidup bagi
semua makhluk hidup. Oleh karena itu kita harus menjaga kelestarian lingkungan kita agar kita
dapat hidup dengan nyaman. Salah satu cara menjaga kelestarian lingkungan adalah menjaga
kebersihannya. Menjaga kebersihan lingkungan dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, tetapi
terkadang sangat sulit dilakukan oleh kita. Contohnya adalah membuang sampah pada
tempatnya.

Agar kita bisa menjaga kebersihan lingkungan kita, terlebih dahulu kita harus mengetahui
definisi dari kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan adalah suatu keadaan dimana
lingkungan tersebut layak untuk ditinggali manusia, dimana keadaan kesehatan manusia secara
fisik dapat terjaga.
Saat ini kesadaran untuk menjaga kebersihan di kalangan kita sebagai seorang murid sangatlah
kurang. Dilihat dari lingkungan sekolah kita yang masih terdapat sampah yang berserakan, entah
sampah plastik makanan-minuman, atau kertas. Padahal tempat sampah yang disediakan sekolah
sudah memadai. Di setiap sudut sekolah terdapat tempat sampah, di dalam kelas pun terdapat
tempat sampah. Namun tidak adanya kesadaran dari kita untuk membuang sampah pada
tempatnya sebagai wujud menjaga kebersiahan lingkungan sekolah kita.

Selain membuang sampah pada tempatnya, kita juga dapat menjalankan piket kelas sebagai aksi
menjaga kebersihan lingkungan di lingkup sekolahan. Dan biasakan memilah sampah sesuai
dengan kelompoknya sebelum dimasukkan ke tempat sampah.
Jenis sampah dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Sampah Basah yaitu sampah yang mudah terurai dan membusuk,
contoh; sisa makanan, sayur dan buah2an, sampah kebuh dan sampah dapur.

2. Sampah Kering yaitu sampah yang tidak bisa membusuk dan terurai secara alamiah,
contoh: kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kaca, kaleng, dll

3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) yaitu sampah beracun dan reaktif yang sangat
membahayakan kesehatan dan kehidupan organisme antara lain, baterai, cat, pestisida, sampah
rumah sakit, dll.
Tetapi tempat sampah yang biasa disediakan hanya 2 jenis, yaitu sampah basah dan sampah
kering.

Saat ini kita harus disadarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita, karena akibat dari
kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dapat membuat bencana bagi kita, seperti banjir dan
wabah penyakit. Dan masalah utama kita saat ini adalah Global Warming atau pemanasan
global. Oleh karena itu harus timbul kesadaran dari setiap pribadi kita untuk menjaga kebersihan
lingkungan kita. Agar kelak, tidak ada bencana yang menimpa kehidupan kita akibat dari
kurangnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan.

Sebagai penutup, saya hanya ingin menyampaikan pesan dari pidato saya dengan menyampaikan
sebuah pepatah. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Dengan ini saya berharap teman-teman
peduli dan sadar dengan pentingnya menjaga kebersiahan

Sekian pidato dari saya, mohon maaf jika ada salah kata.

Terimakasih dan selamat pagi.

Negara Versus Korupsi: Mencari Indonesia Dalam Agama dan Kebudayaan

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Suatu kehormatan yang besar bagi kami memperoleh kesempatan menyampaikan Pidato
Kebudayaan “Negara Versus Korupsi: Mencari Indonesia dalam Agama dan Kebudayaan” di
Taman Ismail Marzuki. Terlebih lagi, kesempatan ini diberikan di dalam sepertiga akhir bulan
mulia Ramadhan 1425 H. Saat dimana kita kian mendekatkan diri kepada-Nya sembari berkaca
diri terhadap pencapaian moral spiritual individual dan kesalehan sosial kita. Untuk kehormatan
yang membahagiakan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Dewan Kesenian Jakarta, yang telah memelihara suatu tradisi positif untuk
menciptakan kedekatan hubungan rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan pemimpin. Usaha ini
perlu dipelihara dan didorong terus, mengingat makin berjaraknya hubungan keduanya. Dus,
karena berjaraknya hubungan ini, isu-isu dan agenda bangsa menjadi elitis kian menjauh dari
kepentingan kalangan akar rumput. Tradisi tatap muka ini, sangat mungkin menghadirkan
kehangatan bersosialisasi, sekaligus memberi kesempatan para pemimpin untuk belajar langsung
dari kebersahajaan rakyatnya.

Para hadirin dan hadirat yang terhormat, para budayawan, para seniman, para aktivis, para
cendekiawan, para mahasiswa dan kawan-kawan tercinta,

Dalam kesempatan yang terhormat dan penuh kebahagian ini, sungguh tepat bila kita
merenungkan sejenak perjalanan reformasi yang mengamanatkan demokratisasi , pemberantasan
korupsi, perbaikan ekonomi dan jaminan keamanan. Perihal proses demokratisi, kita bersyukur
kepada Allah SWT, karena rakyat telah berhasil melaksanakan pemilu legislatif, DPD dan
pemilihan presiden langsung ; suatu tradisi berdemokrasi yang begitu penting dan akan
menentukan nasib bangsa dan negara kita.

Harus diakui secara jujur, perjalanan nasib bangsa dan negara kita telah mengalami berbagai
musim pancaroba dan gelombang pasang surut yang melahirkan harapan sekaligus kecemasan.
Kecemasan yang mendalam selama sewindu krisis multidimensi ini bahkan berimbas pada krisis
identitas bangsa. Taufiq Ismail (2003) secara sinis memotret kondisi ini dalam, “Tak Tahu Aku
Apa Jati Diriku Kini”:

Kita hampir paripurna jadi bangsa porak poranda,


terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara didunia

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia kini, sudah untung
Pergelanggan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor
Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita kaos oblong dicap sablon
besar-besar : Tahanan IMF dan Bank Dunia.
Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu di dunia,
diusir pula di tangga pelabuhan,
terapung-apung di lautan,
Kita sudah tidak merdeka lagi.
Indonesia sudah masuk ke dalam masa kolonialisme baru,
dengan penjajah yang banyak negara sekaligus,
Nilai-nilai luhur telah luluh lantak,
berkeping-keping dan hancur,
berserakan di kubangan Lumpur,…”

Senada dengan gambaran di atas, dalam bahasa lain yang futuristik, pujangga Ronggowarsito
(1802-1873) menulis “Serat Kalatidha” memprediksi munculnya “jaman edan”, suatu masa krisis
sebuah bangsa. Secara bijak, pujangga ini menasihati kita agar tetap “eling” dan “waspada”.
Amenangi jaman edan ,ewuh aya ing pambudi

melu edan ora tahan

yen tan melu anglakoni,boya kaduman melik

kaliren wekasanipun

Ndilallah karsa Allah

Sakbeja-bejane kang lali

luwih beja kang eling lawan waspada..

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Masalah korupsi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tubuh bangsa ini. Ia telah menjalar
sebagai budaya sekaligus penyakit akut bagai virus ganas yang aktif menggerogoti ke sekujur
tubuh negara. Ia bukan lagi bisul yang bisa ditutup-tutupi. Sungguh ironis, sebagai bangsa yang
berbudaya luhur dan beragama –bahkan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pilar
pertama dasar negara- juara pertama korupsi justru kita sandang. Berbagai indikator “olimpiade
korupsi” diselenggarakan oleh lembaga asing semacam Transparancy International (TI) dan
Political Economic Risk Consultancy (PERC), menempatkan RI sebagai ‘pemenang’.

Dampak praktik korupsi begitu jelas telah memporak-porandakan bangsa kita. Studi Rose
Ackerman (1999) menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat korupsi yang tinggi
memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap institusi-institusi publik. Ini berakibat lanjut
pada pudarnya komitmen warga pada proyek kolektif dan perilaku warga, memacu tingkat
kriminalitas dan disorganisasi sosial. Secara lebih khusus, laporan UNSFIR (United Nations
Support for Indonesia Recovery, 2000) menyatakan bahwa keterlambatan Indonesia untuk
melakukan pemulihan (recovery) pasca krisis yang menimpa Asia sejak 1997 juga akibat
meluasnya korupsi di sektor publik
Sedangkan, Della Porta (2000) menengarai bahwa korupsi merupakan sebab dari buruknya
kinerja pemerintahan. “Korupsi membawa buruk kinerja pemerintahan, dan buruknya kinerja
pemerintahan merangsang warga negara untuk mengembangkan praktik-praktik penyuapan
untuk mempermudah urusan atau mempengaruhi proses pengambilan keputusan, yang pada
gilirannya kian menyuburkan praktik korupsi. Pada akhirnya, tingginya tingkat korupsi
menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaaan terhadap demokrasi.” Dengan kata lain,
meminjam istilah Yudi Latif (2002), korupsi sangat erat dengan delegitimasi politik. Walhasil,
pemerintahan yang koruptif akan menuai delegitimasi politik yang tidak menguntungkan sama
sekali dengan demokrasi.

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Relasi agama dan pemberantasan korupsi dapat disederhanakan sebagai, “prestasi negara yang
bangsanya religius akan lebih baik dalam pemberantasan korupsi”. Apabila yang terjadi
sebaliknya, kita tidak serta merta menunjuk kesalahan terletak pada an sich agama, namun pada
penghayatan keberagamaan masyarakat. Sangat gamblang, semua agama melarang perbuatan
korupsi. Tetapi, mengapa orang beragama masih terjerumus pada tindakan yang dimusuhi
agama? Salah satu jawabannya adalah tercerabutnya penghayatan terhadap visi agama yang
luhur dalam praksis sosial sehari-hari. Sebagian kita masih lebih mementingkan kesalehan
individual, dan kehilangan elan kesalehan sosial. Disinilah dibutuhkan peran keteladanan para
pemimpin nasional untuk menegakkan kualitas spiritual bangsa, memupuk kualitas moral dan
meningkatkan harkat martabat bagsa , menjadi krusial.

Kita menaruh harapan besar pada upaya pemberantasan korupsi sebagaimana telah dijanjikan
oleh presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono yang kini bekerja keras dengan kabinet
Indonesia Bersatu. Selain keberadaan berbagai perundangan untuk penyelenggaraan tata
pemerintahan yang bebas KKN, rencana program 100 hari dengan terapi kejut seperti
me”Nusakambang”kan para koruptor patut kita apresiasi dan tunggu pengejawantahannya.
Larangan yang diserukan Komite Pemberantasan Korupsi supaya pejabat tidak menerima parsel
juga merupakan angin segar pertanda mulai muncul gerakan mengurangi masuknya pintu-pintu
budaya KKN.

Jauh sebelum hingar bingar Pemilu, ormas tertua di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah bersama-sama telah mengikat janji untuk bahu membahu memerangi budaya
korupsi. Kita juga bersyukur dengan maraknya jaringan lembaga-lembaga swadaya masyarakat
atau organisasi non pemerintah sejak beberapa tahun silam membentuk koalisi anti korupsi di
setiap kabupaten dan provinsi melalui Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK).

Meskipun perlu terus mengkritisi efektivitas gerakan populis tersebut, kita berharap ormas-ormas
lain untuk terlibat aktif dan kreatif menyambut semangat perang memberantas korupsi. Secara
moral, lembaga dan ormas keagamaan memiliki otoritas menyerukan kepada institusi maupun
individu anggotanya untuk menolak keras setiap sumbangan haram yang terindikasikan korupsi.
Seruan atau slogan-slogan pemberantasan budaya korupsi seyogianya selalu dikelola secara
cerdas dan berkesinambungan, mengimbangi kampanye konsumtivisme, hedonisme dan
materialisme yang setiap hari gencar mengepung pemirsa lewat berbagai media massa.

Alangkah indahnya membayangkan sinergi agama dan negara dalam pemberantasan korupsi;
penegakkan hukum yang adil tanpa pandang bulu dilakukan pemerintah , sementara penghayatan
keberagamaan melalui keteladanan para pemimpin dijalankan secara nyata, bukan sekedar
wacana belaka.

Dengan begitu agama benar-benar mampu menjadi kekuatan solutif bagi problema bangsa dan
selalu mengedepankan azas manfaat (utility). Agama seyogianya menjadi ujung tombak yang
merekatkan seluruh umat untuk saling mengokohkan eksistensi bangsa dalam memberantas
korupsi. Ini sekaligus menepis anggapan negatif bahwa agama menjadi sumber konflik dan teror.
Kita patut mendorong fungsi profetik agama yang mengedepankan supremasi hukum, proses
demokratiasai dan memerangi korupsi. Fungsi ini hendaknya ditumbuh kembangkan secara
partisipatoris dan dialogis mengingat pluralisme dalam kebangsaan kita. Jadi, tidak dibenarkan
oleh agama atau hukum positif manapun, upaya pengurasakan secara sepihak terhadap tempat-
tempat atau simbol kemaksiatan tanpa mengindahkan dampak yang muncul sebagai akibatnya.
Terdapat ungkapan ‘the fish rots from the head’, ikan membusuk dari kepala. Dalam kalimat lain
dinyatakan, ‘Bayangan selalu mengikuti sang badan’. Intinya adalah budaya paternalistik kita
masih kuat. Rakyat cenderung melihat contoh dari apa yang dilakukan pemimpinnya. Karenanya,
budaya paternalistik ini seyogianya mampu kita kelola untuk merekonstruksi perubahan mental
pada elitnya. Jika para elit pimpinan bangsa menghendaki perubahan, perubahan itu pun harus
dimulai dari pucuk pimpinan. Mustahil mengharapkan muncul perubahan budaya melawan
korupsi, apabila elit pemimpin justru merasa nyaman dengan praktik tersebut. Mustahil
mengharap negara berani membersihkan koruptor jika pemimpin kita membiarkan inefisiensi
birokrasi tetap terjadi.

Kebersahajaan, kebersihan dan kepedulian merupakan contoh-contoh ajaran mulia setiap agama
untuk diperbincangkan sekedar sebuah idiologi. Semua ini bisa dipraktikkan sehari-hari, dan
alangkah indahnya jika dimulai dari para pemimpin kita yang memiliki kedudukan sangat
penting di dalam masyarakat, dan karenanya mempunyai pengaruh yang luas dalam masyarakat.

Pada dasarnya, semua agama mengajarkan idealisme yang baik bagi penganutnya. Idealisme
seperti bersahaja, bersih dan peduli jika dikerjakan dari yang kecil-kecil oleh pemimpin-
pemimpin besar kita, maka merupakan bagian dari pengobatan penyakit sosial seperti korupsi.

Pemimpin yang peduli tidak akan membiarkan kemungkaran terjadi di depan mata mereka.
Mereka tidak saja menjaga fisik dan lingkungan sosial yang bersih, namun lebih dari itu
kebersihan moral dan nurani akan selalu dipelihara. Mereka merasa kepemimpinan adalah
amanah yang harus dijunjung tinggi, namun tetap dengan sikap bersahaja terhadap rakyat yang
dipimpinnya. Mereka yang bersahaja akan jauh dari sikap tamak yang selalu menginginkan
kelebihan materialisme dan hedonisme, -sumber godaan melakukan korupsi-.

Kebesaran seorang tokoh pemimpin yang bersahaja, bersih dan peduli tidak datang secara
sekejap dan tiba-tiba. Ia terlahir dari proses transformasi nilai yang lama ditempa sejak dini
dalam lingkungan keluarga. Transformasi nilai tidak datang mendadak dalam kuliah-kuliah di
perguruan tinggi atau lembaga-lembaga pendidikan formal. Kepuasan kita selama ini hanya pada
verbalisme (Nurcholish Madjid, 2004) Yaitu perasaan telah berbuat sesuatu karena karena telah
mengucapkannya sehari-hari. Seolah-olah kalau kita bicara kitab suci, sabda Tuhan, sabda Allah,
dan suri tauldan para Rasul, para nabi, para aulia itu semuanya sudah selesai (Mohamad Sobary,
2004). Kebersahajaan, kebersihan dan kepedulian tidak akan terwujud hanya karena dikatakan
dan dibicarakan setiap hari –betapapun kita sering dan rajinnya melakukan –melainkan harus
dengan tindakan keteladanan yang berani, teguh dan istiqamah. “Mengapa kamu semua
mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerjakannya?! Sungguh besar dosanya di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerjakannya”

Kalau kita tengok sejarah, transformasi nilai yang dialami tokoh-tokoh pemimpin berawal dari
didikan sejak kecil pada keluarga mereka. Di rumah tangga, patut diadakan dialog-dialog tata
nilai atau ajaran yang meskipun normatif, tidak melulu diajarkan secara normatif. Diperlukan
pendekatan secara dialektis dalam keluarga sehingga terlatih jika ada bandingan-bandingan.
Ketika orang bicara bersih dan bersahaja, maka bersih dan bersahaja tidak bisa dijejalkan kepada
anak sebagai sesuatu yang jadi. Ketika masih kanak-kanak kita tentu hapal bahwa kebersihan
sebagian dari iman, namun bagaimana kebersihan sebagian dari iman itu supaya tidak tinggal
kata-kata.

Secara singkat dapat disimpulkan, kita menginginkan pemimpin bersahaja, bersih dan perduli
bukan karena kebetulan bersahaja, bersih dan perduli. Namun karena bersahaja yang betul, tidak
karena kebetulan. Bersih dan perduli pun yang betul, bukan karena kebetulan. “Tugas
kebudayaan bangsa kita mengubah, mentransformasi segala hal apakah itu wisdom, apakah itu
nilai-nilai dan semua perangkat ajaran dari tataran normatif menjadi tataran yang menyejarah,
membuat orang-orang jujur itu jujur menyejarah.” (M. Sobary, 2004) .Barangkali inilah saatnya
tatkala elit pemimpin kita justru perlu belajar dari kebersahajaan, kebersihan dan kepedulian dari
rakyatnya.

Keteladanan yang berani, teguh dan istiqamah termasuk nilai budaya yang kita ingin
transformasikan sehingga menjadi gerakan nyata baik di tingkat elit pemimpin atau rakyat.
Keteladan yang berani dapat muncul oleh karena kesadaran ketuhanan yang merata. Menurut
Moh. Iqbal:

“The sign of a kafir is that he is lost in horizon, while the sign of a mukmin is that the horizon
lost in him”

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Sesuai dengan pasal 32 UUD 1945 yang telah diamendemen, salah satu tugas kebudayaan kita
juga adalah mendorong pluralisme budaya. Negara memajukan kebudayaan nasional dengan
tetap menjamin kemerdekaan masyarakat dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
kebudayaanya. Selanjutnya, negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional. Kemajemukan budaya ini harus kita terus dorong tanpa perlu terjebak
pada etnosentrime sempit sehingga warisan adi luhung nenek moyang kita tetap eksis di tengah-
tengah pertempuran global elemen budaya asing.

Salah satu warisan adi luhung yang cukup relevan kita pelihara adalah wasiat Ronggowarsito. Di
tengah zaman “edan”, ketika budaya korupsi sudah mewabah demikian dahsyat, nasihat
untuk“eling” dan “waspodo” dapat dikontekstualisasi dengan apa yang menjadi nilai-nilai
kebangsaan di dalam UUD 1945.

Kita diharapkan ‘eling’ bahwa bangsa ini memiliki potensi untuk bangkit dan bersaing dengan
budaya bangsa lain (global). Kita menyadari , ‘eling’ sepenuhnya bahwa dengan kesederhanaan
ketika masa perjuangan mampu menghantarkan bangsa ini merdeka dari penjajah.

“Waspodo” dapat dimaknai agar kita menghadirkan kesadaran penuh tentang jati diri bangsa
yang tidak ingin tereduksi justru karena budaya korupsi. Secara sederhana, budaya ‘waspodo’
telah ditunjukkan oleh rakyat kita dalam Pemilu 2004 silam. Budaya ‘money politics’ sudah
berkurang tidak seperti dikhawatirkan banyak pihak.

Wallahua’lam bishowaab,
Wabillahitaufik wal hidaayah,

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Contoh Pidato HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Saudara-saudara sekalian !
Yang saya hormati Dosen Stai Darul Qalam Drs. Habibullah .
Yang saya hormati mahasiswa/ mahasiswi Stai Darul Qalam .
Alangkah bahagianya saya selaku menjabat sebagai ibu kepada Negara Indonesia, pada hari ini !
pada hari ini, kita merayakan hari pendidikan Nasional, yang bertempat dilapangan Istana Bogor
pada tanggal 2 Mei 2007. Dengan memperingati Pendidikan Nasional semoga kita lebih
semangat /bangkit untuk memajukan dan mencerdaskan pendidikan anak-anak bangsa agar
berguna bagi bangsa, Negara dan Agama.
Pertambahan anak umur sekolah yang cepat dan pertambahan lulusan tiap jenjang pendidikan
yang besar, tapi tidak diikuti penambahan prasarana dan sarana pendidikan yang cepat dan
memadai, menimbulkan masalah bagi pemerintah untuk memberikan “pendidikan dan
pengajaran” pada semua warga Negara sebagaimana diamanatkan oleh undang- undang Dasar.
Persoalan ini krusial mengingat beragamanya geografis nusantara yang luas dan terpencar
dengan tingkat perkembangan sosial-ekonomi-kultural berbeda. Ketika itu untuk pertama kali
pelaksanakan REPELITA dengan tekanan pada pembangunan ekonomi yang dipandang sebagai
landasan bagi aspek- aspek lain dari pembangunan nasional. Dalam pembaruan pendidikan
perhatian difokuskan pada upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas serta penataan
kesempatan mendapat pendidikan. Mengenai yang terakhir ini sulitlah dicapai bila hanya melalui
cara-cara konvesial yaitu memanfaatkan teknologi komunikasi dan teknologi ,informasi radio
dan televisi. Pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan APBN untuk pendidikan sebesar
20% bagi SD, SLTP dan SLTA. Program dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata atas
dasar pertambahan jumlah gedung sekolah, guru, buku dan lain-lain.

Alternatif yang didentifikasikan adalah :

1. Penambahan daya tampung SLP yang dilakukan baik dengan penambahan sekolah baru
2. Peningkatan daya tampung sekolah- sekolah swasta
3. Pengembangan sekolah terbuka dengan media korespodensi, modul, siaran radio, siaran
televisi dan lain-lain
4. Pembukaan kursus- kursus ketrampilan praktis diluar sekolah sebagai jalur penyaluran
kemasyarkat..

Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprokarsai


berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat” tut wuri
handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara mengklasifikasikan
tujuan pandidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga adalah huruf terakhir dalam abjad jawa
ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti” (memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah
“ngrasa” adalah (merasakan aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan
atau aspek psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk mengatur diri sendiri, oleh
karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan
tenaga. Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat
memisahkan orang tepelajar dengan rakyat.
Akhir sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta
menciptakan anak-anak didik yang produktif, kreatif, dan inovatif yang berguna bagi bangsa dan
Negara, Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri yang dapat memenuhi
kebutuhan global

Contoh Pidato Perpisahan


Pidato Perpisahan Ibu Yasmin Fachir

Malam ini, tepatnya jam 01.00 dini hari, Bapak dan Ibu Yasmin Fachir serta
keluarganya akan berangkat menuju Cairo, Mesir. Untuk mengenang Ibu Yasmin,
dibawah ini adalah ucapan perpisahan beliau saat acara perpisahan dengan DWP dan
Malindo.
Ass. Wr. Wb
1. Yth. Bapak KUAI dan bapak-bapak homestaff KBRI KL
2. Yth. Tengku.., Puan Sri2, datin2 dan ahli2 malindo
3. Yang saya cintai dan saya sayangi, Ibu2 pengurus dan anggota Dharma Wanita
Persatuan KBRI KL
4. Serta para undangan dan hadirin yang saya hormati
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkah karunia dan rahmat Nya kepada kita semua.

Pertama2 saya mengucapkan terima kasih kepada Pengurus Dharma Wanita KBRI
KL yang secara khusus mengadakan acara perpisahan untuk saya pada hari ini. Waktu
berlalu begitu cepat, 3 tahun kurang 1 bulan, tidak terasa saya mendampingi suami
bertugas sebagai Wakil Kepala Perwakilan KBRI KL. Kini, karena penugasan yang baru,
kami harus berpindah ke pos yang baru pada akhir bulan ini.

Untuk dimaklumi hadirin semua, pada tanggal 11 September yang lalu, Ibu Marita
Razak telah terpilih secara aklamasi sebagai ketua DWP KBRI KL yang baru. Untuk itu
saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaannya sekaligus selamat atas
kepercayaan para anggota untuk menjadi nakhoda organisasi.

Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan permohonan maaf atas segala
kata maupun tingkah laku saya yang tidak berkenaan di hati ibu2 semua.

Hadirin yang saya hormati,


Saya merasa mendapat kehormatan dan bersyukur diberi Allah kesempatan menjadi
wakil dan ketua DWP KBRI KL dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun. Dalam masa
ini, menurut pandangan saya, DWP KBRI KL berjalan baik sesuai dengan program yang
telah ditetapkan oleh DWP Deplu. Semua ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa
bantuan ibu2 pengurus yang saya cintai dan saya sayangi.
Pada hari ini, saya ingin mengenang kembali hari2 indah dan meyenangkan saat
kebersamaan saya dengan ibu2 pengurus dharma wanita KBRI KL dan sekaligus
berbagi kesan tentang mereka satu per satu kepada para hadirin.

Di bagian sekretariat, kita mempunyai seorang sekretaris yang cantik dan kelihatan
masih seperti anak2 sweet 17. Kalau menyusun acara rapat, dokumen serah terima
jabatan dll, selalu rapi dan teliti. Tidak salah kalau ibu2 pengurus akhirnya memilih ibu
Marita Razak yang rendah hati ini menjadi ketua, menggantikan saya.

Ibu yang mempunyai rambut keriting ini lain lagi. Kalau duduk lama di depan
komputer, rambutnya akan tambah keriting, terutama kalau kami mau menerima
kedatangan presiden dan wakil presiden. Walaupun demikian, ia masih bisa tetap
tersenyum apalagi dengan tahi lalat di bibirnya, tambah manis senyuman ibu Dyah Eka.

Sarjana S2 dan masih tergolong ibu2 muda ini juga tidak kalah dengan seniornya.
Dia juga pandai berjalan di atas catwalk dengan postur tubuh layaknya model
professional. Itu lah Ibu Lina Hari.

Buletin DWP KBRI KL tidak akan bisa dinikmati oleh kita semua tanpa kecanggihan
dan pengalaman yang dimiliki oleh Ibu Isnawati Sukendar. Beliau juga menjadi country
Rep DWP KBRI KL di ASEAN Ladies Circle.

Ibu yang satu ini juga mempunyai banyak kelebihan. Selain suka menyanyi, ia juga
pandai menari dengan lemah gemulai. Ibu Mira Sapto adalah satu2nya ibu yang nekad,
berani tampil bergabung dengan bapak2 home staff bermain drama.

Bila kami berkumpul di dharma wanita, tentunya kami perlu makan dan minum. Ibu
angkatan udara inilah yang menyediakan logistik dharma wanita. Selain itu juga
menyediakan cendera mata, sertifikat penghargaan untuk ibu2 yang akan kembali ke
tanah air. Ibu Suciani Kodrat juga mewakili Indonesia diajang kompetisi karaoke ALC.

Last but not least, sekretariat DWP dibantu oleh Ibu Titi Rizaldi yang tadinya
ditempatkan sebagai fotografer bulletin. Tetapi sekarang dia sedang cuti menunggu
kehadiran si buah hati kembar yang sudah dinantikan kurang lebih 9 tahun lamanya.

Setiap bulan, pertemuan DWP ibu2 pasti akan disambut oleh Ibu Desi Muzakir yang
murah senyum dan tanpa banyak bicara. Ia akan mengumpulkan uang arisan dan iuran
DWP untuk semua pengurus dan anggota.

Ibu Muzakir dibantu oleh Ibu Eulis yang geulis dan berkerudung ini di bagian
bendahara dharma wanita. Saya dan Ibu Eulis punya suami yang hobinya sama bermain
golf. Kami sudah biasa kalau pada hari sabtu dan minggu ditinggal pergi main golf. Apa
boleh buat kami pergi sendiri membawa anak2 pergi ke mall atau tinggal di rumah.

Kita beralih ke bidang pendidikan. Bidang ini dikomandani oleh “Ibu Pejabat Polis”,
begitu biasanya beliau dipanggil oleh ibu2 pengurus. Jangan salah loh! Bukan “kantor
pusat kepolisian”. Tetapi istri “ Senior Liason Officer” (SLO) di KBRI KL. Ibu Hardina
Setyo suka melucu dan membanyol. Hampir saja dia ditarik menjadi anggota srimulat.
Karena Pak Setyo ditugaskan ke Malaysia akhirnya tidak jadi, dan sekarang malah
menjadi Ibu guru bagi tenaga kerja wanita Indonesia yang bermasalah di shelter KBRI.

Di seksi pendidikan juga ada ibu yang menjadi anggota Korps Wanita AL, yang
sebelum suaminya ditempatkan di Malaysia, dia bertugas di bagian protocol kantor
wakil presiden di Jakarta. Ibu Bebi Yunus yang expert dalam membuat kue sus ini
bertugas mengkoordinir pengajian DWP. Sedang di bagian beasiswa DWP KBRI KL
menugaskan Ibu Endang Jawad, istri Kepsek SIK yang juga seorang guru. Beliau ini
mempunyai vokal yang indah bila membaca puisi dan menjadi MC pada setiap acara di
KBRI.

Saya juga merasa bersyukur mempunyai Ibu Amran dan Ibu Febri Agus yang ahli di
bidang sulam menyulam dan menjahit. Keahlian ibu2 ini kami salurkan untuk
memberikan pelatihan pada TKW yang menunggu proses pemulangan ke Indonesia.

Bidang Ekonomi. Bidang ini identik dengan seksi konsumsi. Setiap ada kepanitiaan
di dharma wanita, ibu2 bidang ekonomi selalu ditunjuk sebagai seksi konsumsi.

Meniko lho ibu2! Ketua bidang ini adalah istri dari angkatan udara. Ibu Retno
anjar meniko tiangi pun orangnya tegas dan disiplin. Sepertinya lebih tegas daripada
Ibu Bebi yang SERKA AL dan Bapak Anjar yang Kolonel AU. Beliau ini sangat piawai
dalam bernegosiasi dengan mitra bisnisnya. Ketegasan ketua bidang Ekonomi
dinetralisir oleh wakilnya, Ibu Ugi Pramono yang kalau berbicara hampir2 tidak
terdengar suaranya.

Ibu Yanti Slamet yang suka menulis novel di bulletin DWP ini, juga kami
perbantukan di bidang ekonomi. Walaupun beliau pada jam2 tertentu sering mendapat
serangan “kepyur” katanya orang Jawa, alias mengantuk bahasa Indonesianya.

Bidang ini tambah solid dengan kehadiran 3 serangkai ; ibu Siti Redi, ibu Murni Edy
dan ibu Sawitri Anwar. Ibu2 ini mengetahui secara mendalam seluk beluk pasar. Jangan
salah lho ibu2! Bukan “pasar modal” atau “stock exchange” tetapi pasar “chow kit”.

Bidang social budaya. Pada awal kedatangan Ibu yulia Dibyo ke Malaysia, beliau
harus menerima dan mengurus tamu2 serta ibu2 jendral dari pusat. Saya merasa kasian
kepada Ibu Dibyo. Untung saja wakilnya Ibu Kusmulyasari Teguh dapat mengambil alih
tugas2 sosbud. Tugas mereka menyiapkan parsel yang dikirim pada saat kedatangan
home staff ke KL. Tim sosbud diperkuat oleh Ibu Indri Widodo, Ibu Musliana Imran,
Ibu Tri Handoko dan Ibu Sahar. Mereka berbagi tugas untuk mengirim bunga bila ada
tamu2 VIP dari Jakarta dan mengunjungi pengurus serta anggota yang sakit dan
bersilaturahmi dengan masyarakat.

Demikianlah sekilas kesan saya mengenai ibu-ibu yang selama ini bekerja bersama
saya dalam suka dan duka. Saya minta ambillah segala sesuatu yang indah-indah
tentang kebersamaan kita dan lupakanlah hal-hal yang tidak disukai. Peliharalah
kekompakan yang telah kita ciptakan dan bina sejauh ini. Saya yakin, tidak ada tugas
yang berat bila dilaksanakan secara bersama-sama atas dasar solidaritas yang tinggi.

Akhirnya, perpisahan fisik ini bukanlah sebuah akhir. Silaturrahmi kita akan terus
berlangsung meski kita dipisahkan oleh samudera dan perbedaan waktu selama enam
jam. Yang jelas, kini ibu-ibu punya alasan dan motivasi untuk menabung untuk dapat
menyaksikan sphinx dan belly dancing. Pintu Wisma Duta di Cairo akan terbuka dengan
lebar untuk menyambut ibu-ibu. I am gonna miss you all, so very much.
Mohon pamit.
Wass. Wr. Wb.
Ibu Yasmin Fachir
33.

Anda mungkin juga menyukai