Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

PATIENT SAFETY DAN PENCEHAGAN INFEKSI


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Kebidanan
Dosen Pembimbing: Nana Usnawati, SST., M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Chindy Nofitasari
2. Villia Tri Erlina
3. Laras Ayu Junaika S
4. Anisatul Munawaroh
5. Nadya Alfira Oktavia
6. Natalia Putri Baretawati

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN SOETOMO
KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Patient safety atau Keselamatan Pasien telah menjadi suport dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang
menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga
rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan no
1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi hal
utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan
berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan
Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat
menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh.
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah
sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis
yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya
dilaksanakan secara normatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari Patien Safety ?
2. Apa saja hak pasien dalam Patien Safety ?
3. Bagaimana tanggung jawab hukum di Rumah Sakit ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tujuan dari Patien Safety.
2. Untuk mengetahui hak psien dalam Paien Safety.
3. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab hukum di Rumah Sakit.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Patient Safety


Tujuan “Patient safety” adalah
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS.
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan
KTD.
2.1 Hak pasien
Standarnya :
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan).
Kriterianya:

1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan


2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD.

Pasal 58 UU No.36/2009

“Setiap orang berhak menurut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan,


dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”

Hak pasien
Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana”
2.3 Tanggung jawab hukum rumah sakit

Pasal 46 UU No.44/2009, “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum


terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”

Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana
mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna
memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan kesalahan
ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang melakukan
kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan
terjadinya suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau
bahkan kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera serius (sentinel).
Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu
pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden
keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang merupakan bagian
penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari kebijakan,
termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada.

Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan
kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal.
Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan
pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal
dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam
lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan
pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
BAB 3
KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa tujuan dari patien safety yaitu, terciptanya budaya
keselamatan pasien di RS, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien
dan masyarakat, menurunnya KTD di RS, terlaksananya program-program
pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD. Tanggung jawab hukum RS
terdapat pada Pasal 46 UU No.44/2009, yang berisi “Rumah sakit bertanggung
jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.” Salah satu strategi dalam merancang
sistem keselamatan pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat
dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki efek yang terjadi. Upaya
untuk mengenali dan melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem
pelaporan.

3.2 Saran
Keselamatan pasien sangat penting, maka diperlukannya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, pengetahuan, maupun keterampilan dalam pelayanan
kesehatan bagi pasien.

Anda mungkin juga menyukai