Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF

LANSIA YANG MENGALAMI MASALAH PALIATIF

Disusun oleh :
1. Lani Widiyani_2111020011
2. Nanda putri nur Azizah _2111020013
3. Navila dwi nanda_2111020014
4. Delfi Noviawati_2111020020
5. Septo nugroho_2111020026
6. Lutfiah Ayuningtyas Wibowo_2111020028
7. Syifa Nur Fadila 2111020031
8. Karina anjelita_2111020043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul ”LANJUT USIA YANG MENGALAMI
PERMASALAHAN PALIATIF” ini dengan lancar.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-


teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu
dengan senang hati penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat. Apabila ada
kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua

Purwokerto,24 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pengertian ......................................................................................................
B. Penyebab ........................................................................................................
C. Tanda Dan Gejala ..........................................................................................
D. Penatalaksanaan .............................................................................................
E. Komplikasi .....................................................................................................
F. Patofisiologi ...................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian .....................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................
C. Intervensi Keperawatan .................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Pasien paliatif adalah pasien/orang yang sedang menderita sakit
dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan
medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu,
perawatan paliatif bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi
berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif adalah
mengendalikan nyeri yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan
meminimalisir masalah emosi, sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien
(Tejawinata: 2000). Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa pasien poli
perawatan paliatif adalah orang yang didiagnosis mengidap penyakit berat yang
tidak dapat disembuhkan lagi dimana prognosisnya adalah kematian.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa
bayi,anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan
usiakronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang
usia50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin
memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
Menurut Kemenkes (2007) yang merupakan penyakit terminal
adalah penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis,
cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit
infeksi seperti HIV/AIDS. Setiap tahunnya dilaporkan adanya peningkatan
mengenai penyakit tersebut yang diderita oleh usia dewasa dan anak-anak.
Menurut World Health Organization (WHO, 2007) bahwa penyakit
yang membutuhkan perawatan paliatif pada orang dewasa adalah Alzheimer,
demensia, kanker, penyakit kardiovaskular, sirosis hati, penyakit paru obstruktif
kronik,diabetes, HIV/AIDS, gagal ginjal, multiple sclerosis, penyakit
parkinson, rheumatoidarthritis dan tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap
obat.
Salah satu penyakit yang sering menyerang pada lansia yaitu
penyakit demensia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa
gangguan fungsi atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan
dapat terganggu. Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa,
pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan konsentrasi, penyesuaian
dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
Dimensia alzheimer adalah penyakit deganeratif otak yang
progresif, yang mematikan sel otak sehigga mengakibatkan menurunya daya
ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku. Dimensia alzheimer
merupakan penyakit neurodegeneratif progresif dengan gambaran klinis dan
patologi yang khas, berfariasi dalam awitan, umur, berbagai gambar gangguan
kognitif, dan kecepatan pemburukannya. Penyakit alzheimer ditemukan oleh
seorang dokter ahli saraf dari jerman yang bernama Dr. Alois Alzheimer pada
tahun 1906 penyakit ini 60% menyebabkan kepikunan atau dimensia dan
diperkirakan akan meningkat terus, bahkan diramalkan pertumbuhannya akan
lebih cepat dari padakecepatan pertambahan jumlah penduduk usia diatas 65
tahun.

B. PENYEBAB
1. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism
2. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : Penyakit
degenerasi spino – serebelar.a). Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan
bogaert dan b) Khores Hungtington.
3. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantranya :a). Penyakit cerrebro kardioavaskuler dan b)
penyakit Alzheimer.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan Gejala dari Penyakit Dimensia anatar lain :
1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
2. Awalnya gangguan daya ingat janka pendek.
3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swingis).
4. Defist neurologi dan fokal.
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
6. Ganguuan psikotik : halusianasi, ilusi, waham, dan paranoid.
7. Keterbatasan dalam ADL (Activitics of Daily Living).
8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
9. Tidak bias pulang kerumah bila berpergian.
10. Lupa meletakkan barang penting.
11. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toilcting.
12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
13. Gangguan orientasi waktu dna tempat, misalnya : lupa hari. Minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demednsia berada.

D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi Sebagian besar kasus demensia tidak dapat
disembuhkan; Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat -
obatan antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine
, Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti
platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
2. Dukungan atau Peran Keluarga Mempertahankan lingkungan yang
familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender
yang besar, cahaya yang terang, jam dinding.
3. Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan
terapi simtomatik, meliputi : a) Latihan fisik yang sesuai b) Terapi
rekreasional dan aktifitas

E. KOMPLIKASI
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari; a)
Ulkus diabetikus; b) Infeksi saluran kencing dan c).Pneumonia.
2. Thromboemboli, infarkmiokardium: a).Kejang, b).Kontraktur sendi,c).
Kehilangan kemampuan untuk merawat diri, d).Malnutrisi dan dehidrasi
akibat nafsu makan dan kesulitan dan e). menggunakan peralatan

F. PATOFISIOLOGI
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak
sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor
etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit
lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan
untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan
menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar),
gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan
mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya
dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan
konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Untari, Novijayanti & Sugihartiningsih (2019) Pada lansia


pemeriksaan dilakukan dapat dimulai dengan pemeriksaan sederhana hingga yang
paling seksama sebagaimana berikut:

a. Lansia mengeluh mengalami gangguan ingatan, daya pikir. Misalnya kurang


lancarnya bicara, sulit menentukan kata-kata yang tepat (fungsi eksekutif yang
terganggu).

b. Menanyakan riwayat keluhan dari keluarga atau relasi yang terdekat maupun
yang terpercaya.

c. Pemeriksaan skrining neuropsikologis/ kognitif MMSE (Mini Mental State


Examination), skrining 7 menit. Tes ini yang paling sering dipakai mencakup tes
orientasi, perhatian, bahasa, memori, dan keterampilan visualspasial. Pemeriksaan
ini mempunyai skor maksimal 30. Jika mempunyai skor di bawah 24, pasien patut
dicurigai mengalami demensia. Meskipun nilai skor ini sangat subjektif karena
pengaruh pendidikan juga berperan pada tingginya nilai skor, apalagi jika seseorang
dengan pendidikan tinggi dengan gejala di alzheimer, pasien tersebut masih
mungkin mempunyai nilai skor yang lebih tinggi dari 24. Sebaliknya, pasien yang
berpendidikan rendah dapat menunjukkan nilai skornya kurang dari 24, tetapi
pasien tidak menderita demensia alzheimer.

d. Pemeriksaan status mental dengan Short Portable Mental Status Questionaire


(SPMSQ). Berikut instrumentnya : Short Portable Mental Status Questionaire
(SPMSQ) adalah suatu instrumen yang saling menunjang, mudah dipergunakan,
dan tidak memerlukan bahan-bahan yang bersifat kusus.

e. Diagnosti Medis lainnya, meliputi:

1) CT scan

2) MRI
3) Positron Emission Tomography (PET)

4) Single Photo Emission Computed Tomography (SPELT)

f. Pemeriksaan neurologic lengkap

g. Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi

h. Pemeriksaan EEG, walaupun tidak memberi gambaran spesifik

demensia alzheimer
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Menurut Kholifah (2016), pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu
tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan
kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data
subyektif dan data obyektif meliputi data:
a. Identitas klien yaitu meliputi data nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/bangsa
b. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi klien yang diperoleh melalui
wawancara yaitu meliputi data pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya,
sumber pendapatan, kecukupan pendapatan
c. Lingkungan tempat tinggal klien yang diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara meliputi data kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan,
sirkulasi udara, keadaan kamar mandi dan wc, pembuangan air kotor, sumber
air minum, pembuangan sampah, sumber pencemaran, privasi, risiko injuri.
d. Riwayat kesehatan yang dibagi menjadi :
1) Status kesehatan saat ini yaitu meliputi keluhan utama dalam 1 tahun terakhir,
gejala yang dirasakan , faktor pencetus, frekuensi timbulnya keluhan, upaya
mengatasi keluhan, apakah mengonsumsi obat-obatan, serta apakah
mengonsumsi obat tradisional.
2) Riwayat kesehatan masa lalu yaitu meliputi data tentang penyakit yang
pernah diderita, riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat pernah dirawat dirs,
serta riwayat pemakaian obat.
e. Pola fungsional yaitu data yang meliputi data :
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan yaitu data tentang pandangan
klien terhadap kesehatannya serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2) Nutrisi metabolik yaitu data yang meliputi tentang frekuensi makan, nafsu
makan, jenis makanan, makanan yang tidak disukai, alergi terhadap makanan,
pantangan makanan, serta apakah ada keluhan yang berhubungan dengan
makan klien.
3) Eliminasi yaitu data tentang buang air kecil dan buang air besar yang meliputi
data frekuensi dan waktu, konsistensi, riwayat pemakaian obat pencahar serta
keluhan yang berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar klien.
4) Aktivitas pola latihan yang meliputi data tentang rutinitas mandi, kebersihan
sehari-hari, aktivitas sehari-hari, apakah ada masalah dalam aktivitas harian,
serta kemampuan kemandirian klien.
5) Pola istirahat tidur meliputi pengkajian tentang lama tidur malam dan tidur
siang serta keluhan yang dirasakan berhubungan dengan tidur klien.
6) Pola kognitif persepsi yang meliputi pengkajian tentang apakah ada masalah
penglihatan dan pendengaran pada klien serta apakah ada masalah dalam
pengambilan keputusan pada klien.
7) Persepsi diri-pola konsep diri yaitu pengkajian yang meliputi bagaimana
klien memandang dirinya sebagai lansia serta bagaimana persepsi klien tentang
pandangan orang lain terhadap dirinya.
8) Pola peran-hubungan yang meliputi pengkajian tentang peran serta ikatan
klien dan juga kepuasan tentang peran klien di lingkungannya baik di pekerjaan,
sosial maupun dalam hubungan keluarga.
9) Seksualitas meliputi data riwayat reproduksi, kepuasan seksual, serta apakah
ada masalah maupun keluhan lain berhubungan dengan seksualitasnya. 10)
Koping-pola toleransi stress yaitu data tentang faktor penyebab timbulnya stres
pada klien serta bagaimana upaya klien dalam mengatasi stresnya.
11) Nilai-pola keyakinan meliputi data tentang bagaimana pola spiritual,
keyakinan klien tentang kesehatannya, serta keyakinan agama pada klien.
Pemeriksaan fisik yaitu pengkajian yang diperoleh petugas melalui
pemeriksaan terhadap keadaan fisik klien yang meliputi data tentang keadaan
umum, tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan, kepala, rambut, mata,
telinga, mulut, gigi dan bibir, dada, abdomen, kulit, ekstremitas atas,
ekstremitas bawah Ada juga pengkajian khusus pada lansia yang meliputi
pengkajian status fungsional dan pengkajian status kognitif:
a. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
b. Pengkajian status kognitif
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian fungsi
intelektual lansia
2) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari fungsi
mental, orientasi, registrasi, perhatian, dan kalkulasi, mengingat kembali dan
bahasa.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Definisi : diharapkan tingkat nyeri (I.08248).
Pengalaman sensorik menurun (L.08066).
atau emosional yang Kriteria Hasil : Observasi:
berkaitan dengan Indikator Awal Target -Identifikasi lokasi,
kerusakan harian aktual Keluhan 1 5 karakteristik, durasi,
atau fungsional, nyeri frekuensi, kualitas,
dengan onset Meringis 1 5 intensitas nyeri.
mendadak atau lambat Gelisah 1 -Identifikasi skala nyeri.
dan berintensitas Kesulitan 1 5 -Identifikasi respons
ringan hingga berat tidur nyeri non verbal.
yang berlangsung Frekuensi 1 5 -Identifikasi faktor yang
kurang dari tiga bulan. nadi memperberat dan
Penyebab : Tekanan 1 5 memperingan nyeri.
1. Agen pencedera darah -Identifikasi pengetahuan
fisiologis dan keyakinan tentang
(inflamasi, Keterangan : nyeri.
iskemia, 1 Meningkat -Identifikasi pengaruh
neoplasma). 2 Cukup meningkat nyeri pada kualitas
2. Agen pencedera 3 Sedang hidup.
kimiawi 4 Cukup menurun -Monitor efek samping
(terbakar, bahan 5 menurun penggunaan analgetik.
kimia, iritan).
3. Agen pencedera Terapeutik:
fisik (abses, -Berikan teknik
amputasi, nonfarmakologi untuk
terbakar, mengurangi rasa nyeri.
terpotong, -Kontrol lingkungan
mengangkat yang memperberat rasa
berat, prosedur nyeri.
operasi, trauma, -Fasilitasi istirahat dan
latihan fisik tidur.
berlebihan). -Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi :
-Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
-Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik.
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi
fisik (D.0054) keperawatan selama 24 jam ( I.05173)
Di buktikan dengan diharapkan mobilitas fisik Definisi : memfasilitasi
penyebab : meningkat (L.05042) : pasien untuk
1. Kerusakan indikator awal target meningkatkan aktivitas
integritas Pergerakan 1 5 pergerakan fisik
struktur tulang ekstremitas Tindakan
2. Perubahan meningkat Observasi :
metabolisme Kekuatan 1 5 -identifikasi adanya nyeri
3. Ketidakbugaran oto atau keluahan fisik yang
fisik meningkat lainnya
4. Penurunan Rentang 1 5 -Identifikasi toleransi
kendali otot gerak fisik melakukan
5. Penurunan (ROM) pergerakan
massa otot meningkat -Monitor frekuensi
6. Penurunan Nyeri 1 5 jantung dan tekanan
kekuatan otot menurun darah sebelum memulai
7. Keterlambatan Kaku sendi 1 5 mobilisasi
perkembangan menurun -Monitor kondisi umum
8. Kekakuan sendi Gerakan 1 5 selama melakukan
9. Kontraktur terbatas mobilisasi
10. Malnutrisi menurun Teraputik :
11. Gangguan Kelemahan 1 5 -Fasilitasi aktifitas
muskuloskeletal fisik mobilisasi dengan alat
12. Gangguan menurun bantu (misal dengan
neuromuskular Keterangan : pagar tempat tidur)
13. Indeks masa 1 Meningkat -Fasilitasi melakukan
tubuh diatas 2 Cukup meningkat pergerakan ,jika perlu
persentil ke-75 3 Sedang -Libatkan keluarga untuk
sesuai usia 4 Cukup menurun membantu pasien dalam
14. Efek agen 5 menurun meningkatkan
farmakologis pergerakan
15. Program Edukasi :
pembatasan Jelaskan tujuan dan
gerak prosedur mobilisais
16. Nyeri Anjurkan melakukan
17. Kurang mobilisasi dini
terpapar Ajarkan mobilisasi
informasi sederhana yang harus
tentang dilakukan (mis.duduk di
aktivitas fisik tempat tidur,duduk di sisi
18. Kecemasan tempat tidur,pindah dari
19. Gangguan tempat tidur ke kursi)
kognitif
20. Keengganan
melakukan
pergerakan
21. Gangguan
sensoripersepsi

3. Risiko Jatuh Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Pencegahan


Di buktikan dengan diharapkan tingkat jatuh Jatuh (1.12407)
factor resiko: menurun, (L.14138) Definisi : Memberikan
1.Usia >65 tahun (pada KRITERIA HASIL : informasi cara
dewasa) atau <2 tahun Indikator Awal Target menghindari terjadinya
(pada anak). Jatuh dari 1 5 cedera.
2.Riwayat jatuh. tempat tidur Tindakan
3.Anggota gerak Jatuh saat 1 5 Observasi :
bawah prostesis berdiri - Identifikasi gangguan
(buatan). Jatuh saat 1 5 kognitif dan fisik yang
4.Penggunaan alat duduk memungkinkan jatuh
bantu berjalan. Jatuh saat 1 5 - Periksa kesiapan,
5.Penurunan tingkat berjalan kemampuan menerima
kesadaran. Jatuh saat 1 5 informasi dan persepsi
6.Perubahan fungsi dipindahkan terhadap risiko jatuh
kognitif. Jatuh saat 1 5 Terapeutik :
7.Lingkungan tidak naik tangga -Siapkan materi, media
aman (mis. licin, gelap, Jatuh saat 1 5 tentang faktor-faktor
lingkungan asing). dikamar penyebab, cara
8.Kondisi pasca mandi identifikasi dan
operasi. Jatuh saat 1 5 pencegahan risiko jatuh
9.Hipotensi ortostatik. membungkuk di rumah sakit maupun di
10.Perubahan kadar rumah
glukosa darah. Keterangan : -Jadwalkan waktu yang
11.Anemia. 1 Meningkat tepat untuk memberikan
12.Kekuatan otot 2 Cukup meningkat pendidikan kesehatan
menurun. 3 Sedang sesuai kesepakatan
13.Gangguan 4 Cukup menurun dengan pasien dan
pendengaran. 5 menurun keluarga
14.Gangguan -Berikan kesempatan
keseimbangan. untuk bertanya
15.Gangguan Edukasi :
penglihatan (mis. - Ajarkan
glaukoma, katarak, mengidentifikasi
ablasio, retina, neuritis perilaku dan faktor yang
optikus). berkontribusi terhadap
16.Neuropati. risiko jatuh dan cara
17.Efek agen mengurangi semua faktor
farmakologis (mis. risiko
sedasi, alkohol, - Ajarkan
anastesi umum). mengidentifikasi tingkat
kelemahan, cara berjalan
dan keseimbangan
- Anjurkan meminta
bantuan saat ingin
menggapai sesuatu yang
sulit
- Jelaskan pentingnya
alat bantu jalan untuk
mencegah jatuh seperti
tongkat, walker ataupun
kruk
- Jelaskan pentingnya
handrail pada tangga,
kamar mandi dan area
jalan di rumah
- Anjurkan menghindari
objek yang membuat
anak-anak dapat
memanjat (mis, lemari,
tangga, kursi tinggi)
- Ajarkan memodifikasi
area-area yang
membahayakan di rumah

4. ( D.0112) Kesiapan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


Peningkatan intervensi diharapkan Observasi:
Manajemen manajemen Kesehatan dapat ▪ Identifikasi
Kesehatan meningkat dengan kriteria hasil kesiapan dan
: kemampuan
Definisi : menerima informasi
Pola Pengaturan dan Indikator Awal Target
▪ Identifikasi faktor-
Pengintegrasian
faktor yang dapat
program Kesehatan
kedalam kehidupan meningkatan dan
sehari-hari yang cukup menurunkan
untuk memenuhi tujuan motivasi perilaku
Kesehatan dan dapat Melakukan 1 5 hidup bersih dan
ditingkatkan Tindakan sehat
untuk Terapeutik
mengurangi ▪ Sediakan materi dan
Kondisi Klinis faktor risiko media pendidikan
Terkait kesehatan
Menerapkan 1 5
program ▪ Jadwalkan
1. Diabetes
perawatan pendidikan
melitus
kesehatan sesuai
2. Penyakit Aktivitas 1 5
jantung kesepakatan
hidup sehari-
kiongestif ▪ Berikan kesempatan
hari efektif
3. Penyakit paru untuk bertanya
memenuhi
obstruktif tujuan Edukasi:
kronis kesehatan ▪ Jelaskan faktor
4. Asma risiko yang dapat
5. Sklerosis Keterangan : mempengaruhi
multipel 1. Menurun kesehatan
6. Lupus sistemik 2. Cukup Menurun ▪ Ajarkan perilaku
7. HIV positif 3. Sedang hidup bersih dan
8. AIDS 4. Cukup sehat
9. Prematuritas Meningkat ▪ Ajarkan strategi
5. Meningkat yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Promosi Dukungan
Keluarga

Observasi :
• Identifikasi
sumber daya
fisik, emosional,
dan pendidikan
keluarga
• Indetifikasi
kebutuhan dan
harapan anggota
keluarga
• Identifikasi
persepsi tentang
situasi, pemicu
kejadian,
perasaan dan
perilaku pasien
• Identifikasi
stressor
situasional
anggota keluarga
lainnya
• Identifikasi gejala
fisik akibat stress
(mis. mual,
muntah,
ketidakmampuan)

Terapeutik :
• Sediakan
lingkungan yang
nyaman
• Fasilitasi
program
perawatan dan
pengobatan yang
dijalani anggota
keluarga
• Diskusikan
anggota keluarga
yang akan
dilibatkan dalam
perawatan
• Diskusikan
kemampuan dan
perencanaan
keluarga dalam
perawatan
• Diskusikan jenis
perawatan di
rumah
• Diskusikan cara
mengatasi
kesulitan dalam
perawatan
• Dukung anggota
keluarga untuk
menjaga atau
mempertahankan
hubungan
keluarga
• Hargai keputusan
yang dibutuhkan
keluarga
• Hargai
mekanisme
perawatan yang
digunakan
keluarga

Edukasi :
• Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan dan
pengobatan yang
dijalani pasien
• Anjurkan
keluarga bersikap
asertif
• Anjurkan
meningkatkan
aspek positif dari
situasi yang
dijalani pasien
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yangmengancam jiwa, melalui pencegahan dan penderitaan
melalui identifikasi awal, pengkajian secara menyeluruh dan pengobatan
nyeri serta masalah fisik, psikososial,dan spiritual (WHO, 2002).Menurut
World Health Organization (WHO, 2007) bahwa penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif pada orang dewasa adalah Alzheimer,
demensia, kanker, penyakit kardiovaskular, sirosis hati, penyakit paru
obstruktif kronik,diabetes, HIV/AIDS, gagal ginjal, multiple sclerosis,
penyakit parkinson, rheumatoidarthritis dan tuberkulosis (TB) yang
resisten terhadap obat.
Salah satu penyakit yang sering menyerang pada lansia yaitu
penyakit demensia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa
gangguan fungsi atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan
dapat terganggu.
B. SARAN

Laporan ini berisi tentang Palliative Care pada lansia. Diharapkan


perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care pada lansia
dancara penanganan pada pasien lansia, tidak hanya tindakan medis tetapi
penanganan pada psikis penderita Meningkatkan kualitas hidup penderita)dan
keluarga dan dapat melakukan komunikasi terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ILmu

PDF Alzheimer’s Disease International, (2009). The global voice on Dementia.


Diunduh tanggal 22 juni 2018.

Worl Healt Organitation (2010). Proposes definitation of An Order person in word.


Di unduh tanggal 23 juni 2018.

Nuhonni dkk (2010) : Bunga Rampai Perawatan paliatif , Badan Penerbit FKU
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai