Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANUSIA MINANGKABAU

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. H.M. Khudri, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Muhammad Arrayyan fiqri (19030017)


Devi Asri Purnama (19030029)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GEOGRAFI 2019 A
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PGRI SUMATERA BARAT
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Kebudayaan Minangkabau ini yang
berjudul “ MANUSIA MINANGKABAU”.
Saya telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Saya menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan baik materi, penganalisan, dan pembahasan. Semua hal ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman.
Saya berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para pembaca.
Dan saya juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat
membangun, guna terciptanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila didalam-Nya ada
kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata saya ucapkan
terima kasih. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Padang,23 September 2021,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan ………………………………………………………………………………….
D. Manfaat Penulisan..………………………………………………………………………
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Empiris… ……………………
B. Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Histiorigrafi Tradisional………………
C. Identitas Orang Minangkabau ......................................................................................

PENUTUP……………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumatera Barat adalah Provinsi yang mempunyai sejarah panjang, dimana setiap sejarahnya
mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.
Provinsi dengan jumlah penduduk 4.864.909 jiwa ini memang dominan dihuni oleh
masyarakat yang beretnis Minang, karena itu wajar saja jika Sumatera Barat dikenal lewat
suku Minangkabau.
Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung
adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat,
separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera
Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.

Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk pada
nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya
akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan
orang Minang itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Empiris
2. Bagaimana Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Histiorigrafi
Tradisional?
3. Apa Identitas Orang Minangkabau?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Empiris
2. Untuk Mengetahui Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Histiorigrafi
Tradisional?
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Identitas Orang Minangkabau

D. Manfaat Penulisan
 Sebagai sumber bacaan dan penambah resensi bagi pembaca.
Mengetahui swjarah2 minangkabau

BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Empiris
Masyarakat Minang zaman dulu tidak memiliki budaya tulis-menulis, sehingga kisah
tentang Minangkabau selalu diturunkan melalui foktor. Upaya penulisan sejarah
Minangkabau dalam bentuk Tambo (Hikayat, Babad) baru dimulai setelah Islam
masuk pada kawasan tersebut.
Secara umum sejarah Minangkabau hanya dapat Diketahui melalui Tambo. Tambo
adalah suatu hikayat Yang menjelaskan tentang asal usul nenek-moyang orang
Minangkabau, sampai tersusunnya ketentuan-ketentuan Adat dan budaya
Minangkabau yang berlaku sekarang. Sejarah Minangkabau memang banyak diliputi
Ketidakpastian, terutama waktu sebelum kedatangan Islam. Karena sejarah hanya
dituturkan secara turun temurun Dalam bentuk cerita rakyat yang diduga banyak
Mengandung unsur dongeng. Setelah cerita-cerita rakyat itu dibukukan, cerita ini
Kemudian dikenal dengan istilah Tambo. Penulisan tambo Terkadang disisipi pula
oleh pendapat pribadi penulisnya, Atau pendapat umum yang berkembang saat
penulisan itu,Sehingga muncullah berbagai macam versi tambo yang
Asalnya sama. Tidak mengherankan pula kalau kemudian Muncul penilaian bahwa
hanya terdapat 2% fakta sejarah Dalam tambo itu, sehingga selebihnya adalah mitos-
mitos. Dalam masyarakat Minangkabau masa lampau,Penyebaran tambo umumnya
berlangsung dari niniek ke Mamak, kemudian dari mamak ke kemanakan, secara terus
Menerus. Isi tambo yang penting diceritakan yaitu Mengenai asal nenek-moyang dan
ketentuan adat. Pertama Dilakukan secara lisan melalui kaba (dinyanyikan).
Kemudian muncul tambo berbentuk tulisan dengan huruf Latin dan arab. Munculnya
tulisan-tulisan mengenai tambo Yang relatif seperti asli, ditulis oleh Batuah Sango
(1955)Dan Dt.Nagari Basa (1966).Terdapat berbagai jenis Tambo, ada yang dimasuki
Interpretasi pribadi dan ada pula yang khusus menulis adat Saja. Jadi ada Tambo
lisan, tulisan, asli, saduran dan Terjemahan. Ringkasan isi Tambo yang beredar di
Sumatera Barat adalah yang disesuaikan dengan ajaran Islam. Tambo
Tertua bertuliskan Arab Melayu, namanya Tambo Loyang Umurnya kira-kira 200
tahun. (Dokumen Skrip Sajian CD Serial Aspek Budaya Minangkabau. UPTD
Museum Nagari, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Propinsi Sumatera Barat, 2003)

B. Asal Usul Orang Minangkabau Berdasarkan Temuan Historiografi Tradisional

Dalam menggali sejarah Minangkabau terdapat dua rujukan yang biasa dipakai.
Sumber pertama adalah sumber sejarah berupa peninggalan Arkeologi, seperti
prasasti, menhir, artefak, dan lain-lain. Selain itu yang menjadi rujukan adalah sumber
lisan maupun tulisan, salah satunya adalah tambo.
Tambo merupakan suatu warisan Kebudayaan Minangkabau berupa lisan yang
disampaikan dengan cara bakaba. Tambo sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
tambay atau tambe yang berarti ‘bermula’ (Navis: 1984). Berdasarkan penuturan
Amir Sjarifoedin dalam bukunya yang dirujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), tambo sama dengan sejarah, babad, hikayat kuno, uraian sejarah suatu daerah
yang sering kali bercampur dengan dongeng. Pada zaman dahulunya tambo memang
disampaikan secara lisan melalui proses bakaba itu sendiri.

Asal-Usul Tambo.
Tambo yang kita ketahui saat ini dahulunya berasal dari penyampaian secara lisan
atau oral. Dalam istilah Minangkabau, penyampaian secara lisan ini disebut dengan
bakaba. Bakaba ialah salah satu sastra lisan Minangkabau yang disampaikan secara
oral atau lisan yang berisikan tentang kisah-kisah atau kejadian masa lampau,
biasanya disampaikan pada acara-acara tertentu, seperti upacara adat.
Tidak diketahui secara pasti kapan tradisi bakaba mulai diperkenalkan di tengah
masyarakat. Mengingat tradisi bakaba ini berlangsung secara lisan maka diperkirakan
tradisi ini sudah ada sejak zaman Hindu/Budha dahulu. Karena pada masa Islam,
masyarakat sudah mengenal tulisan.
Selanjutnya, setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, pengaruh kebudayaan
Islam mulai masuk ke tengah masyarakat. Maka mulailah tambo yang disampaikan
secara lisan itu dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Penulisan tambo pada masa itu
dengan menggunakan Aksara Arab Melayu.
Sebagai warisan leluhur, tambo tetap tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Bahkan tetap tak bisa dipungkiri bahwa saat ini banyak penulis dan ahli sejarah yang
tidak bisa melepaskan diri dari tambo. Di dalam tambo alur cerita memang tidak
tersusun secara sistematis. Ia lebih pada semacam cerita mitos ataupun legenda
dibandingkan dengan fakta sejarah, dan lebih cenderung pada karya sastra.
Macam-macam tambo.
Tambo memiliki arti penting bagi masyarakat Minangkabau. Oleh sebab itu
masyarakat membagi tambo ke dalam dua bentuk atau jenis, yaitu: Pertama adalah
Tambo Alam Minangkabau, yang mengisahkan perihal asal-usul nenek moyang serta
dibangunnya Kerajaan Minangkabau. Kedua adalah Tambo Adat, yang menceritakan
adat atau sistem dan aturan pemerintahan Minangkabau pada masa dahulu
Namun demikian, tambo yang banyak kita temui dalam bentuk tertulis,
menggabungkan kedua jenis tambo ini. Biasanya pada awal tambo akan dikisahkan
sejarah asal usul hingga terbentuknya alam Minangkabau dan kemudian dilanjutkan
dengan kisah bagaimana adat dan bagaimana aturannya dibuat. Sekaligus
menceritakan tentang adat itu sendiri.
Isi tambo tidak semua bersifat empiris atau nyata, dan bahkan beberapa bagian isi
tambo lebih cenderung tidak masuk akal atau bertentangan dengan akal sehat.
Ditambah lagi penyampaiannya tidak secara runtut atau berkesinambungan. Meskipun
demikian, tambo tetap memiliki tempat yang penting sebagai warisan leluhur
Minangkabau yang memuat cerita masyarakat Minangkabau dahulunya.

Kedudukan Tambo Sebagai Historiografi Minangkabau.

Dalam penetapan tambo sebagai sumber penulisan sejarah masyarakat Minangkabau,


setidaknya dibutuhkan beberapa pertimbangan (Amir Sjarifoedin:2011)
1. Memandang tambo sebagai salah satu bentuk tradisi peninggalan dari sebuah
ekspresi kultural kehidupan masyarakat pada suatu waktu tertentu. Karena itu, untuk
menggali informasi kesejarahan yang terdapat di dalamnya diperlukan kekuatan
interprestasi. Teristimewa dalam menangkap fenomena sosial, sesuai dengan aspek
jiwa zaman (zeitgeist) yang melatar-belakangi lahirnya tambo itu sendiri.
2. Melakukan berbagai analisis perbandingan dengan sumber-sumber peninggalan
dan sumber-sumber tertulis lainnya, seperti tradisi-tradisi kesenian yang se-zaman,
kesaksian-kesaksian dan pencatatan sumber-sumber asing yang relevan, tentunya
sejauh sumber itu relevan serta mendukung interprestasi tersebut.

C. Identitas Orang Minangkabau


Minangkabau atau disingkat Minang (Jawi: ‫ )ميناڠكاباو‬merujuk pada entitas kultural
dan geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem
kekerabatan matrilineal dan identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau
meliputi daratan Sumatra Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian
barat Jambi, pantai barat Sumatra Utara, barat daya Aceh dan Negeri Sembilan di
Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali disamakan sebagai
orang Padang. Hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat, yaitu Kota
Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang
awak yang dimaksudkan sama dengan orang Minang itu sendiri.

Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih merujuk kepada kultur etnis dari suatu
rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki serta menganut sistem
adat yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau
matrilineal, walaupun budayanya sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Thomas
Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat
kedudukan Kerajaan Pagaruyuang, menyatakan bahwa Minangkabau ialah sumber
kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kelak penduduknya tersebar luas di
Kepulauan Timur.

Masyarakat Minang bertahan sebagai penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain


itu, etnis ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan
adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum.
Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak
basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Alquran) yang
berarti adat berlandaskan ajaran Islam.

Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan


intelektual. Mereka merupakan pewaris dari tradisi lama Kerajaan Melayu dan
Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan
anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Diaspora Minang pada umumnya
bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam,
Palembang, Bandar Lampung dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang
terkonsentrasi di Kuala Lumpur, Seremban, Singapura, Jeddah, Sydney dan
Melbourne. Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan
masakan Padang yang sangat digemari di Indonesia bahkan mancanegara

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung
adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat,
separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera
Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.

Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk pada
nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya
akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan
orang Minang itu sendiri.

Tambo merupakan hiyakat ataupun cerita yang menjelaskan tentang asal-usul nenek moyang
orang Minangkabau, hingga tersusunnya berbagai peraturan yang tersusun hingga saat ini.
Namun begitu, muncul sebuah penilaian bahwa hanya sekitar 2 persen isi cerita dalam tambo
yang adalah fakta sejarah. Hal ini disebabkan karena isi tambo dipenuhi dengan interpretasi
umum, maupun pribadi

B. Saran
Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak adanya
Kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
Yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk pembuatan makalah Kedepannya.
Kiranya hanya itu yang dapat penulis sampaikan, semoga Makalah ini dapat memberikan
manfaat umumnya bagi masyarakat khususnya Bagi pembaca.
Sekian Terimakasih.

Pertanyaan
1. Apa budaya dan suku di minang ini yang paling menonjol . ?
2. Gimana cara menanggapi orang minang jika ditanya kalua orang
minang itu orang nias?
3. Naskah tambo yang asli itu dimana ?
4.
DAFTAR PUSTAKA

MS, Edison, 2010. Tambo Minangkabau Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau.
Bukittinggi: Kristal Multimedia.
Navis, AA, 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti Pers.
Sjarifoeddin, Amir, 2011. Minangkabau Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Tuanku
Imam Bonjol. Jakarta: Gria Media.
Fakultas Ushuluddin UIN Gunung Djati Bandung. Analisis Historiografi Tambo
Minangkabau. http://www.fu.uinsgd.ac.id/site/detail/artikel/analisis-historiografi-tambo-
minangkabau (Akses pada 02 Juni 2013, pukul 20.05)

Anda mungkin juga menyukai