Uji Entomologi Tikus
Uji Entomologi Tikus
PENGAMBILAN SAMPEL
1. Penangkapan Tikus
Ada berbagai cara untuk menangkap tikus, baik secara jebakan hidup dan mati, menembak,
menjaring, memegang dengan tangan dan menggunakan hewan-hewan piaraan (kucing).
Kegiatan menangkap atau mengendalikan sering mengalami kendali karena tikus
merupakan binatang yang mempunyai mobilitas dan daya jelajah yang relatif luas.
Untuk keperluan penelitian di bidang biologi, ekologi dan pemantauan penyakit bersumber
tikus, binatang tersebut sebaiknya ditangkap dengan menggunakan perangkap.
Bermacam-macam perangkap tikus telah dibuat, antara lain :
● live trap (perangkap hidup, tikus yang tertangkap berada dalam keadaan hidup)
● break –back trap atau snap trap (perangkap mati, tikus yang tertangkap akan cepat
mati)
● sticky-board trap (perangkap berperekat, tikus yang tertangkap berada dalam
keadaan melekat pada dasar),
● gin trap (perangkap yang berupa jerat),
● pit fall trap (perangkap yang berupa lubang jebakan). Pit fall trap merupakan bentuk
awal perangkap yang biasa digunakan dalam studi populasi tikus.
Diantara berbagai bentuk dasar perangkap tersebut, live trap yang paling sering digunakan
untuk keperluan penelitian di bidang kesehatan. Adapun penangkapan dilakukan dengan
memasang perangkap pada sore hari mulai pukul 15.00-16.00 (pukul 4 sore). Kemudian
perangkap diambil esok harinya antara pukul 06.00 – 09.00. untuk penangkapan di dalam
rumah, diperlukan minimal dua perangkap. Untuk penangkapan di luar rumah, tiap area
luasnya 10 m2 cukup dipasang 2 perangkap dengan mulut perangkap saling bertolak
belakang atau satu perangkap dengan kedua sisi terbuka sebagai mulut perangkap. Tetapi
penangkapan tikus di luar rumah, seperti kebun, sawah atau ladang dapat digunakan linier
trap barrier system (multy trap).
Peletakan perangkap yang tepat juga penting untuk memperoleh hasil maksimal. Pada
dasarnya perangkap diletakkan di tempat yang diperkirakan sering dikunjungi tikus,
misalnya dengan melihat bekas telapak kaki, kotoran, rambut yang rontok. Di lingkungan
permukiman, perangkap dapat diletakkan di gudang, dapur, atap rumah, dan sebagainya.
Untuk lebih memikat masuknya tikus ke dalam perangkap, biasanya dipasang umpan
seperti kelapa bakar, ikan asin, mentega kacang. Bila umpan diperkirakan tidak menarik lagi,
jenis umpan perlu diganti. Dalam upaya penangkapan, rupanya perlu diingat bahwa tikus
dan mencit tergolong hewan yang berperilaku cerdik, sehingga perangkap dibiarkan di
tempat minimal 2–3 hari, tetapi setiap hari perangkap harus diperiksa. Seandainya yang
tertangkap binatang lain seperti cecurut, garangan, tupai dan lain-lain, perangkap harus
segera dicuci bersih dan disikat. Kadangkala binantang non target tersebut juga diperlukan,
sebab ada kemungkinan binatang ini juga berperan sebagai inang ektoparasit tertentu.
Selanjutnya perangkap yang telah berisi tikus diberi label yang mencamtumkan tanggal,
bulan, tahun, tempat (atap, dapur, kebun, jenis pohon, dan sebagainya) serta kode lokasi
daerah penangkapan. Setiap perangkap kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kantong
kain yang cukup kuat, agar ektoparasit yang lepas dari tubuh tidak banyak yang hilang
(tetap berada dalam kantong). Kantong kemudian dibawa ke laboratorium untuk diproses
tikusnya.
Kegiatan penangkapan tikus dalam suatu penelitian biasanya dilakukan selama lima hari
berturut-turut. Jumlah perangkap yang digunakan minimal 100-200 buah, buah untuk setiap
habitat tikus.
b. Pengawetan kulit, yaitu awetan yang berupa kulit tikus. Cara pembuatan awetan kulit
diawali dengan badan tikus diletakan di baki/meja dengan sisi ventral menghadap ke
atas, kulit di bagian perut diiris membujur sepanjang 3-4 cm (Gambar 1a). Kemudian
kulit dibuka dengan hati-hati, sehingga daging perut bagian dalam terlihat.
Kulit yang menempel pada daging perut ditekan sedemikian rupa ke arah kiri atau kanan
bergantian sehingga daging paha kaki belakang dapat diangkat keluar (Gambar 1b). Kaki
belakang kiri dan kanan dikeluarkan secara bergantian dan tulang sebatas lutut dipotong
dengan gunting.
Daging yang melekat pada potongan kaki dibersihkan. (Gambar 1c). Selanjutnya kulit
dilepaskan dengan hati-hati ke arah ekor. Untuk mengurangi licinnya kulit bagian dalam,
digunakan serbuk gergaji.
Ekor dicabut keluar secara hati-hati (Gambar 3). Setelah ekor keluar pelepasan kulit
dilanjutkan ke arah kepala. Setelah sampai di bagian kaki depan tulang kaki depan di potong
sampai kepangkal pergelangan kaki depan (Gambar 4). Kemudian dilanjutkan pelepasan
kulit kearah kepala secara hati-hati, pada saat sampai ditelinga, pangkal telinga kanan dan
kiri dipotong dengan pisau yang tajam (skapel), demikian pula pada bagian mata (Gambar
5). Selanjutnya kulit ditarik kedepan secara perlahan-lahan sampai ujung hidung, pelepasan
kepala dilakukan dengan menggunakan skapel atau gunting kecil (Gambar 6).
Kulit dibersihkan dari semua daging yang menempel, kemudian kulit bagian dalam dilumuri
serbuk boraks untuk pengawetan. Mempersiapkan kapas yang disesuaikan dengan ukuran
badan tikus , yaitu lembaran kapas yang diperkirakan sesuai dengan ukuran tikus dipotong,
diguling sehingga membentuk bentuk padat lonjong sesuai dengan besar badan tikus
(Gambar 7). Mempersiapkan kawat kecil dengan ukuran panjang ekor tikus, tetapi panjang
kawat sebaiknya 3–4 cm lebih panjang dari ekor tikus. Kawat dilapisi seluruhnya dengan
kapas secara dipilin sedikit demi sedikit, dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
ukuran dan volume ekor. Kawat dimasukkkan ke dalam ekor, hingga ekor menjadi padat
(Gambar 8).
Kapas yang dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan kepala dan badan tersebut,
dimasukkan secara hati-hati ke dalam kulit tikus lewat mulut dengan menggunakan pinset.
Usahakan badan terisi penuh dengan kapas (Gambar 9).
Mulut dijahit dari sebelah dalam dengan menghubungkan ketiga potongan bibir dengan
benang dan diikat (Gambar 10). Gambar 10. Menjahit mulut tikus Tulang kaki depan dan
kaki belakang dibalut/diisi kapas dan dikembalikan seperti semula. Setelah badan tikus
terbentuk , bagian perut yang diiris dijahit kembali secara zigzag (Gambar 11). Gambar 11.
Menjahit badan tikus Tikus yang sudah berisi kapas diletakan pada papan triplek dengan sisi
ventral menghadap ke bawah dan ke dua pasang kaki di atur sedemikian rupa sehingga kaki
depan lurus ke depan dan kaki belakang lurus ke belakang sejajar dengan badan. Ujung –
ujung kaki dipaku sedang ujung ekor dijepit dengan dua paku di kanan kirinya. Spesimen
dikeringkan (Gambar 12). Gambar 12. Awetan tikus diletakkan di papan dengan posisi lurus
Kepala yang masih menyatu dengan badan tikus dipotong dengan menggunakan gunting
dan direbus (Gambar 13). Setelah dagingnya lunak dibersihkan dan disimpan di dalam
tabung plastik setelah diberi label berisi nomer, lokasi, tgl. dan kolektor Gambar 13.
Tengkorak tikus yang diberi label Awetan tikus yang telah terbentuk sempurna, sebelum
disimpan di dalam kantong plastik diberi label yang lengkap sebagai berikut
Awetan kulit tikus merupakan bahan yang tidak mudah rusak, tetapi untuk menjaga
keutuhannya dalam suatu pengiriman maka, kemasan awetan tersebut tetap perlu
diperhatikan. Awetan tikus yang akan dikirim sebaiknya dibungkus dalam plastik berisi
kamper yang tertutup rapat, semua keterangan tentang tikus dan mencit, seperti tengkorak,
label dan lain-lain harus berada di dalam plastik tersebut. Untuk menghindari benturan-
benturan yang menyebabkan bentuknya berubah, plastik berisi tikus tersebut dimasukkan
dalam kotak kemasan yang terbuat dari kotak kardus, plastik atau papan kayu yang tertutup
rapat.
Tikus merupakan bianatang pengganggu dan sering merupakan vertebrata utama sebagai
reservoir beberapa penyakit, bahkan hampir semua kasus pes pada manusia berhubungan
dengan epizootik tikus. Program surveilans yang bersifat penelusuran, melakukan kegiatan
pemantauan penyakit bersumber tikus seperti pes pada populasi tikus rentan, merupakan
suatu kegiatan bagi petugas kesehatan di suatu daerah endemis penyakit tersebut.
Surveilans akan memberikan gambaran tentang peningkatan resiko penularan penyakit
bersumber tikus pada manusia, sehingga perlu mengambil tindakan cepat dan tepat dengan
melaksanakan program pencegahan dan pengendalian sebelum terjadi wabah. Identifikasi
penyakit bersumber tikus pada populasi tikus dan mencit di suatu tempat juga berperan
sebagai peringatan untuk siap mengobati kasus manusia yang mungkin terjadi.
Berdasarkanuraiantersebutmakamempelajaritikusdanmencitmerupakanhalyang penting
untuk menentukan jenis tikus dan ektoparasit yang berpotensi menyebarkan penyakit di
sekitar rumah, mengetahui dinamika kepadatan jenis tikus, serta ektoparasitnya, struktur
umur populasi tikus, habitat kesukaan tikus dan data distribusi setempat. Dari data tersebut
maka diperoleh secara memadai data dasar ekologi yang penting dalam menentukan
tindakan pengendalian tikus dan mencit di daerah tersebut. Pendugaan kepadatan absolut
populasi tikus dan mencit dapat menggunakan teknik tangkap-tanda-tangkap (T3), namun
kurang efisien untuk pengetahuan yang bersifat praktis dan dalam jangka pendek atau
hanya untuk lingkungan keluarga.
Cara yang mudah untuk mengetahui kepadatan populasi tikus di lingkungan rumah adalah
dengan menduga kepadatan relatif sebagai persentase keberhasilan penangkapan, yaitu
menentukan jumlah tikus tertangkap dibagi dengan jumlah periode penangkapan dibagi
dengan jumlah perangkap yang digunakan dikalikan 100. Tetapi untuk kebutuhan ilmiah di
bidang biologi, pertanian dan kesehatan terutama pada program surveilans untuk
pengendalian penyakit bersumber tikus dalam daerah yang luas dan waktu yang lama
maka, penelitian Tangkap -Tanda – Tangkap (Mark and Release studies) merupakan metode
yang sebaiknya digunakan. Ada beberapa model Tangkap -Tanda – Tangkap (T3) untuk
mengetahui kepadatan tikus yaitu metode T3 Petersen, Metode T3 Schanabel, MetodeT3
Jolly-Seber, metode T3 Eberhardt dan lain-lain. Dasar pemikiran dari metode T3 adalah
individu-individu tikus yang tertangkap adalah sebagai anggota sampel dari suatu populasi,
kemudian ditandai lalu dilepaskan, maka populasi tikus dalam suatu habitat yang diteliti
akan terdiri atas dua kategori individu yaitu yang bertanda pengenal dan yang tidak. Secara
rinci metode ini dibahas pada buku-buku ekologi kuantitatif. Untuk melengkapi data
kepadatan tikus di suatu habitat seorang peneliti tikus juga perlu mengetahui tentang
perhitungan parameter reproduksi tikus dan mencit, serta definisinya. Difinisi dan
penghitungan parameter reproduksi meliputi;
a. Seks Rasio (sex ratio) yaitu jumlah kelamin jantan per betina atau jumlah tikus jantan
dibagi dengan tikus betina.
b. Seks rasio kombinasi (Combined sex ratio) yaitu, seks ratio ditambah 1
c. Jumlah embrio (Embryo number ) yaitu, rata-rata embrio per anak tikus atau jumlah
embrio dibagi dengan baik jumlah betina bunting atau jumlah anak tikus yang
dihasilkan oleh betina yang bunting).
d. Angka kebuntingan (Rate of pregnancy) yaitu, proporsi betina hamil terhadap jumlah
betina yang tyerdapat dalam populasi.
e. Angka kebuntingan (Crude pregnancy rate) kasar yaitu, jumlah betina bunting dibagi
dengan seluruh jumlah betina yang tertangkap.
f. Angka penyesuaian kebuntingan (Adjusted pregnancy rate) yaitu, jumlah betina
bunting dibagi dengan jumlah betina dewasa.
g. Angka koreksi kebuntingan (Corrected pregnancy rate). Karena pada tikus genus
Rattus, penanaman embrio baru tidak terjadi sampai pada hari ke 6 atau ke 7
kebuntingan (jadi, kebuntingan tidak tampak pada pengamatan sampai saat ini),
sesungguhnya jumlah atau kehamilan tidak dapat diperkirakan. Agar dapat
memperhitungkan kebuntingan yang terlihat pada R. exulans, pengamatan angka
kebuntinggan digandakan dengan faktor koreksi 1, 3. Faktor ini adalah diperoleh dari
pembagian 23 hari (rata-rata panjang periode kebuntingan), dengan 17 hari
(rata-rata panjang kenampakan kebuntingan).
h. Angka embrio (Embryo rate) yaitu rata-rata jumlah embrio yang dihasilkan oleh 100
betina.
i. Angka emvbrio kasar (Crude embryo rate) yaitu, per 100 betina lebih besar daripada
umur menyusui (Jumlah embrio dikalikan dengan angka kebuntingan kasar).
j. Angka penyesuaian embrio (Adjusted embryo rate) yaitu per 100 betina dewasa
secara seksual (Jumlah embrio dikalikan dengan angka penyesuaian kebuntingan).
k. Angka reproduksi (Rate of reproduction) yaitu, rata-rata jumlah embrio yang dikalikan
oleh 100 tikus (baik jantan dan betina) pada suatu populasi
l. Angka reproduksi kasar (Crude rate of reproduction) yaitu, per 100 tikus dewasa
secara seksual lebih besar daripada tikus yang sedang menyusui (Angka
penyesuaian embrio dibagi kombinasi seks rasio)
m. Angka penyesuaian reproduksi (Adjusted rate of reproduction) yaitu, per 100 ekor
tikus dewasa seksual (Angka penyesuaian embrio dibagi dengan angka kombinasi
seks rasio).
n. Insidesi kebuntingan (Incidence of pregnancy). Perkiraan jumlah anak (contoh pada
kebuntingan per betina parous setiap tahun (angka kebuntingan, dinyatakan dalam
desimal, dikalikan dengan jumlah anak yang berpotensi dapat dihasilkan dalam satu
tahunnya). Jumlah anak yang berptensi untuk R. Exulans diperoleh dengan
pembagian lama hari dalam satu tahun (365 hari) dengan lama kebuntingan (23 hari)
hasilnya adalah 16.
o. Insidensi kebuntingan kasar (Incidence of pregnancy) yaitu per betina lebih besar
daripada umur yang menyusui (angka kebuntingan kasar dikalikan 16)
p. Angka penyesuaian insidensi kebuntingan (Adjusted incidence of pregnancy) yaitu,
per betina dewasa secara seksual (Angka penyesuaian kebuntingan dikalikan
dengan 16).
q. Produksi tahunan (Annual production) yaitu perkiraan rata-rata jumlah tikus muda
yang dihasilkan per betina porous setiap tahun (Jumlah embrio, dikalikan dengan
insidensi kebuntingan).
r. Angka produksi tahunan kasar (Crude annual production) yaitu per betina parous
lebih besar daripada umur menyesui (Jumlah embrio dikalikan dengan angka
insidensi kebuntingan kasar).
Angka penyesuaian produksi (Adjusted annual production) yaitu, per beyina dewasa parous
(Jumlah embrio dikalikan dengan angka penyesuaian insidensi kebuntingan). Parameter
tersebut untuk menduga perkembangan tikus tahunan. Pengetahuan tersebut berperanan
penting dalam meramalkan atau mendeteksi puncak kepadatan tikus dalam satu tahun,
sehingga dapat menentukan waktu pengendalian tikus secara tepat dan tindakan
pencegahan penyakit bersumber tikus dapat dilakukan secara dini.