SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH DESAIN SISTEM PERMESINAN II
Semester Ganjil 2021/2021
Telah diperiksa dan disetujui oleh asisten dan pengampu mata kuliah sebagai salah
satu persyaratan untuk lulus pada mata kuliah tersebut di atas.
LEMBAR PENILAIAN
MATA KULIAH DESAIN SISTEM PERMESINAN II
Semester Ganjil 2021/2021
Berdasarkan tugas mata kuliah “Desain Sistem Permesinan II” yang diberikan
kepada:
DOSEN PEMBIMBING,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas mata
kuliah Tugas Desain Sistem Permesinan II ini. Walaupun terdapat kendala yang
menghadang dalam menyelesaikan tugas ini, tetapi berkat rahmat dan hidayah-Nya
telah membimbing penyusun untuk terus berusaha menyelesaikan salah satu mata
kuliah ini.
Walaupun dalam tahap penyelesaian laporan ini saya banyak menemui
hambatan dan kesulitan mulai dari perhitungan-perhitungan data sampai
penggambaran, serta keterbatasan waktu, materi, dan lain sebagainya. Namun
semua ini dapat saya atasi dengan bantuan dari berbagai pihak.
Penyusun mengakui, laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, semua
karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta kemampuan penyusun sebagai
manusia biasa. Untuk itu penyusun mohon maaf atas semua kekurangan dan
kesalahan yang terjadi di dalam penyusunan laporan dan gambar Tugas Rencana
Umum ini, penyusun berharap masukan dan saran agar ke depannya penyusun
dapat lebih baik lagi dalam menyusun tugas.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun secara pribadi serta
pada pembaca yang menjadikan laporan ini sebagai acuan atau pedoman dalam
pembelajaran ataupun dalam menyusun laporan.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
LEMBAR PENILAIAN...............................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................2
1.3 BATASAN MASALAH.................................................................................2
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT...........................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
2.1 SISTEM INSTALASI PERPIPAAN..............................................................4
2.2 KETENTUAN UMUM SISTEM PIPA..........................................................7
2.3 PERSYARATAN UMUM INSTALASI PIPA PADA KAPAL....................8
2.4 SISTEM INSTALASI PIPA BAHAN BAKAR...........................................11
2.5 SISTEM INSTALASI PIPA MINYAK PELUMAS....................................13
2.6 SISTEM INSTALASI PIPA PENDINGIN MESIN.....................................14
2.7 SISTEM INSTALASI PIPA BILGA............................................................17
2.8 SISTEM INSTALASI PIPA BALLAST......................................................19
2.9 SISTEM INSTALASI PIPA PEMADAM KEBAKARAN.........................21
2.10 SISTEM INSTALASI PIPA SANITARI AIR LAUT DAN CUCI
GELADAK..............................................................................................................25
2.11 SISTEM INSTALASI PIPA SANITARI AIR TAWAR..........................27
2.12 SISTEM INSTALASI PIPA PEMBUANGAN AIR KOTOR.................28
BAB III........................................................................................................................31
PENYAJIAN DATA...................................................................................................31
3.1 DATA KAPAL.............................................................................................31
3.2 RUTE PELAYARAN...................................................................................31
3.3 DATA MESIN UTAMA..............................................................................32
3.4 DATA MESIN BANTU...............................................................................32
BAB IV........................................................................................................................33
PEMBAHASAN..........................................................................................................33
4.1 SISTEM INSTALASI PIPA BAHAN BAKAR...........................................33
4.1.1 Perhitungan Volume Tangki Bahan Bakar............................................33
4.1.2 Perhitungan Kapasitas Pompa Bahan Bakar.........................................34
4.1.3 Perhitungan Diameter Pipa Bahan Bakar..............................................34
4.1.4 Perhitungan Head Total Pompa Bahan Bakar.......................................38
4.1.5 Perhitungan Daya Pompa Bahan Bakar.................................................40
4.1.6 Pompa Bahan Bakar Yang Digunakan..................................................41
4.2 SISTEM INSTALASI PIPA MINYAK PELUMAS....................................41
4.2.1 Perhitungan Volume Tangki Minyak Pelumas......................................41
4.2.2 Perhitungan Kapasitas Pompa Minyak Pelumas...................................42
4.2.3 Perhitungan Diameter Pipa Minyak Pelumas........................................42
4.2.4 Perhitungan Tinggi Kenaikan Tekanan (Head) Pompa Minyak Pelumas.
...............................................................................................................43
4.2.5 Perhitungan Daya Pompa Minyak Pelumas..........................................46
4.2.6 Perhitungan Volume Tangki Minyak Pelumas......................................46
4.3 SISTEM INSTALASI PIPA PENDINGIN MESIN.....................................47
4.3.1 Perhitungan Kapasitas Pompa Pendingin Mesin...................................47
4.3.2 Perhitungan Diameter Pipa Pendingin Mesin........................................47
4.3.3 Perhitungan Tinggi Kenaikan Tekanan (Head) Pompa Pendingin Mesin
………………………………………………………………………...49
4.3.4 Perhitungan Daya Pompa Pendingin Mesin..........................................49
4.3.5 Pompa Pendingin Mesin yang Digunakan.............................................50
4.4 SISTEM INSTALASI PIPA BILGA............................................................50
4.4.1 Perhitungan Diameter Pipa Bilga..........................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem perpipaan juga terdiri dari katup pengontrol, transducer, dan actuator. Yang
berhubungan dengan peralatan yang disediakan oleh sistem dan harus sesuai dengan
kontrol dikapal dan sistem monitoring. Meskipun ilmu system perpipaan tidak secara
langsung terkait dengan desain dari semua komponen di atas, tetapi haruslah dimiliki
pengetahuan dasar dari karateristik komponen tersebut dalam pemaduan/
penggabungan dalam sebuah sistem fungsi yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perpipaan, susunan yang kompleks, menghindari- pipa melalui daerah yang tidak
boleh ditembus, menghindari penembusan terhadap struktur kapal, dll. Jarur instalasi
pipa sedapat mungkin direncanakan untuk mengindari stress yang terlalu tinggi pada
struktur. Oleh karena itu sebagai langkah awal maka dibuatlah suatu gambar diagram
yang akan menjelaskan keterkaitan antar komponen dalam suatu instalasi. Gambar
diagram sistem dibuat guna memastikan sistem akan memenuhi kebutuhan spesifikasi
dan seluruh elemen dari sistem saling compatible dengan yang lainnya. Diagram pipa
merupakan point awal untuk mengembangkan seluruh gambar-gambar perpipaan.
Diagram pipa menggambarkan komponen sistem dan hubungannya satu sama lain
dalam bentuk skematik.
Diagram ini terdiri dari :
1. Simbol-simbol komponen
2. Schedule material
3. Komponen performance rating dan kurve pompa
4. Valve description
5. Identifikasi komponen
6. Tekanan, suhu, aliran, kecepatan, penurunan tekanan sistem
7. Ukuran pipa
8. Arah aliran
9. Identifikasi kompartemen dan bul-khead
10. Karakteristik dari instrument
11. Karakteritik operasi dari tekanan, suhu, ketinggian dan kontrol aliran, dll.
Kualitas dan kejelasan diagram pipa sangat penting karena gambar diagram
memberikan informasi bermacam-macam fungsi selama perencanaan, pembangunan
dan operrasional- kapal dan membrikan pengertian awal bagaimana sistem tersebut
berjalan dan menerangkan hubungan dengan sistem lainnya. Hubungan fungsi harus
sama-sama ditonjolkan. Gambar perencenaan system pipa biasanya dibuat hanya
untuk satu sistem atau sistem yang berhubungan pada satu gambar untuk
3. Alat pemutus dan alat pengarah aliran (Valve) adalah peralatan yang berguna
untuk memutuskan, menghubungkan, serta merubah arah kebagian yang lain
dari system pipa dan juga untuk mengontrol aliran dan tekanan dari fluida.
4. Pengatur katup (Valve gear) adalah peralatan untuk mengontrol katup pada
system pipa baik dari tempat itu (local control) maupun dari tempat yang jauh
(remote control).
5. Peralatan lain, peralatan ini biasanya digunakan dalam system tertentu, antara
lain adalah sebagai berikut: x Pipa khusus untuk pemasukan (pipe line) x
Kotak Lumpur (mud boxes) x Saringan pemasukan x Separator (untuk
memisahkan air laut dengan lumpur, pasir dan batu) x Steam trap (untuk
menampung pengembunan uap air didalam system pipa) x Sprinklers (Sistem
pemadam dengan menggunakan air bertekanan didalam pipa).
sekat. Juga dilengkapi dengan saringan air laut untuk mencegah masuknya
kotoran yang akan menyumbat saluran dari bottom valve.
9. Pipa-pipa uap atau udara bertekanan berfungsi sebagai pelepas uap di sea
chest dan membersihkan saringan kotak air laut (grating). Pipa uap atau pipa
udara bertekanan tersebut harus dilengkapi dengan katup-katup yang melekat
lasngsung pada sea chest. Umumnya pipa udara pembersih (blow off) sea
chest bertekanan 2 - 3 kq/cm’’.
10. Katup-katup lambung kapal harus mudah dicapai, katup-katup pemasukan dan
pengeluaran air laut harus mudah dilayani dari pelat lantai. Kran-kran pada
lambung kapal penmgaturannya harus sedemikian rupa, sehingga
pemrtarannya hanya dapat dibuka, ketika kran-kran tersebut dalam keadaan
tertutup. Pada pemasangan hubungan-hubungan pipa dengan lambung dan
katup-katup, dipasang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perembesan/ air
yang mengalir.
11. Lubang saluran pembuangan dan pembuangan saniter tidak boleh dipasang
diatas garis muat kosong (empty load water line) di daerah tempat perluncuran
sekoci penolong atau harus ada alat pencegah pembuangan air ke dalam
sekoci penolong. Lokasi lubang harus diperhitungkan juga dalam pengaturan
letak tangga kapal dan tangga pandu.
12. Pipa pembuangan yang keluar dari ruangan dibawah geladak lambung timbul
dan dari bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup kedap cuaca, harus
dilengkapi dengan katup searah otomatis yang dapat dikunci dari tempat yang
selalu dapat dikunci dari tempat yang sela1u dapat dicapai diatas geladak
lambung timbul. Alat penunjuk bahwa katup terbuka atau tertutup harus
disediakan pada tempat penguncian.
Dalam sistem perpipaan, komponen pendukung antara lain :
1. Sumber (source) yang berasal dari tangki-tangki.
2. Pompa sebagai sumber tenaga untuk memindahkan/mengalirkan fluida.
3. Pengaturan aliran (debit dan arah), tekanin, temperatur, viscositas dan lainnya
dapat berupa : katup, fitting, heat exchanger dan Iainnya.
4. Discharge (sink) dapat langsung ke overboard, tangki dan lainnya.
Dan untuk pemasangannya/instalasinya maka penyangga pipa sangat perlu guna
mencegah yang diakibatkan oleh :
Berat pipa
Pemuaian akibat suhu dan tekanan
Beban inersia akibat getaran dan gerak kapal
Beban inersia akibat getaran dan gerakan pada instalasi pipa.
pada doble bottom mengingat kebutuhan akan pelusan pada mesin tidaklah terlalu
besar dibandingkan kebutuhan bahan bakar dan disel oil, tangki minyak pelumas di
letakkan bergantung pada lantai dua kamar mesin dengan tiga jenis tangki yaitu
tangki utama, tangki pengendapan dan tangki harian.
Adapun deskripsi aliran fluida minyak pelumas adalah sebagai berikut :
Pelumas dari tangki utama dialirkan menuju ke tangki pengendapan yang
selanjutnya dialirkan menuju ke tangki harian, kemudian dari tangki harian, pelumas
dipompakan masuk ke mesin utama dan mesin bantu yang sebelumnya disaring
terlebih dahulu dengan filter, adapun barm-bram atau partikel kecil yang mengendap
di tangki pengendapan dialirkan menuju ke sludge tank.
Sistem instalasi pipa minyak pelumas pada kapal dapat diliat dari bagan berikut.
instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi
keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan- peraturan
klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung
permesinan.
Mesin yang dipasang pada kapal dirancang untuk bekerja dengan efisien
maksimal dan berjalan selama berjam-jam berjalan lamanya. Hilangnya energi paling
sering dan maksimum dari mesin adalah dalam bentuk energi panas. untuk
menghilangkan energi panas yang berlebihan harus menggunakan media pendingin
(Cooller) untuk menghindari gangguan fungsingsional mesin atau kerusakan pada
mesin. Untuk itu, sistem air pendingin dipasang pada kapal.
Pendingin adalah suatu media yang berfungsi untuk menyerap panas. Panas
tersebut didapat dari hasil pembakaran bahan bakar didalam cylinder. Didalam sistem
pendingin terdapat beberapa komponen yang bekerja secara berhubungan antara lain :
cooler , pompa sirkulasi air tawar, pompa air laut, strainer pada air laut dan sea
chest . Dari keempat komponen inilah yang sering menyebabkan kurang
maksimalnya hasil pendinginan terhadap Motor Induk. Air pendingin dalam
fungsinya sangat vital dalam menjaga kelancaran pengoperasian motor induk (P.Van
Maanen, 2002, Motor Diesel Kapal, hal 8.1, Noutech)
Agar bangunan motor diesel terpelihara dari tegangan akibat panas, maka
panas yang timbul harus dapat dikendalikan. Keadaan tersebut hanya bisa diatasi
dengan cara mengedarkan (mensirkulasi) media pendingin dengan tekanan yang
konstan ke seluruh komponen motor induk seperti cylinder jacket cooling, cylinder
head, dan injector . Sistem ini harus menjadi pengawasan bagi para crew mesin agar
aliran pendingin selalu lancar.
Sistem pendingin pada motor diesel, dilakukan dengan dua sistem, yaitu
sistem pendinginan tertutup dan sistem pendinginan terbuka. Sistem pendinginan ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kelelahan bahan, karena pemanasan berlebihan
yang dapat mengakibatkan turunnya kinerja pada mesin itu. Tidak adanya perawatan
terhadap air pendingin mesin induk dan pesawat bantu lainnya dapat berakibat fatal
dan serius. Guna menjaga lancarnya air yang keluar dari sistem pendingin, maka
perlu dilakukan perhatian yang serius misalnya : bagian mesin yang didinginkan, pipa
pendingin, pompa air laut, sea chest dan sebagainya.
Pipa-pipa bilga tidak boleh dipasang melalui tangki minyak lumas dan air
minum
Bilamana pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak diatas alas
ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai selama pelayaran, maka
harus dilengkapi dengan katup periksa atau check valve tambahan, tepat
dimana pipa bilga tersebut dalam tangki bahan bakar.
C. Pipa Ekspansi
Pipa ekspansi dari jenis yang telah disetujui harus digunakan untuk
menampung ekspansi panas dari sistem pipa bilga, sparator ekspansi karet
tidak diijinkan untuk dipergunakan dalam kamar mesin dan tangki-tangki.
G. Bilga Well
Bilge Well merupakan suatu tempat dengan ukuran tertentu yang telah
ditentukan untuk menampung berbagai kotoran atau dalam bentuk zat cair
yang ada di kapal. Jumlah dari bilge well minimum dua buah untuk kiri dan
kanan sepasang dan setimbang, tergantung pada jumlah tangki ballast,
ditambah dengan beberapa bilge well yang terletak dibawah ruang mesin.
Letak Bilge Well dalam tangka ballast diupayakan pada paling pinggir dan
paling belakang dalam tangki tersebut. Juga berdekatan dengan Manhole
(lobang jalan masuk manusia). Volume dari bilge well tersebut maksimal 0,57
m3, sedangkan tinggi bilge well tersebut minimal 0,5 tinggi double bottom.
Pada bagian atas bilge well harus ditutup dengan strainer.
sebagai penyeimbang. Sistem ballast digunakan ketika kapal berlayar tanpa muatan
sehingga dapat menaikkan garis air dan membuat kapal lebih stabil, ketika kapal trim
atau oleng sehingga sistem ballast ini mengembalikan kapal pada kondisi seimbang.
Sistem ballast menggunakan air laut yang dipompa dari sea chest. Air laut yang di
pompa dari sea chest akan mengalir ke tiap-tiap tangki ballast. Tangki tujuan dan
jumlah air yang diperlukan dapat diatur dengan sistem katup yang terdapat pada
manifold yang terletak pada kamar mesin. Pompa yang digunakan umumnya pompa
sentrifugal yang dilengkapi dengan strainer/filter sehingga kotoran dapat tersaring
sehingga tidak terjadi endapan dalam tangki ballast dan tidak merusak pompa.
a. Susunan Pipa ballast secara umum
Pipa-pipa hisap dalam tangki ballast harus diatur sedemikian rupa sehingga
tangki-tangki tersebut dapat dikeringkan sewaktu kapal mengalami trim.
b. Pipa ballast yang melewati ruang muat
Jika pipa ballast terpasang dari ruang pompa belakang ketangki air ballast
didepan tangki muatan, maka tebal dinding pipa harus dipertebal lengkung pipa
untuk mengatasi pemuaian harus ada pada pipa ini.
c. Penempatan sistem ballast
- ballast pada afterpeak dan forepeak berguna untuk mengubah trim dari kapal
- Double bottom ballast tank berguna untuk memperoleh sarat yang tepat dan
untuk menghilangkan keolengan.
d. Cara kerja sistem ballast
Cara kerja sistem ballast, secara umum adalah untuk mengisi tangki ballast yang
berada di double bottom, dengan air laut, yang diambil dari seachest. Melalui
pompa ballast, dan saluran pipa utama dan pipa cabang.
5. Kelas E Kebakaran membakar salah satu bahan di atas bersama dengan tinggi
listrik tegangan.
Banyak alat pemadam kebakaran akan memiliki beberapa klasifikasi seperti
A, B dan C.
Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem yang sangat vital dalam sebuah
kapal, sistem ini berguna untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di kapal.
Sistem pemadam kebakaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua dilihat dari
peletakan sistem yang ada yaitu:
1. Sistem penanggulangan kebakaran pasif, sistem ini berupa aturan kelas mengenai
penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggi terjadi kebakaran dan juga
pemasangan instalasi fix pada daerah beresiko kebakaran.
2. Sistem penanggulangan kebakaran aktif, sistem ini berupa penanggulangan
kecelakaan yang bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan
pada daerah yang beresiko kebakaran. Pada dasarnya prinsip pemadaman adalah
memutus “segitiga api” yang terdiri dari panas, oksigen, dan bahan bakar.
Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media
pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.
Fungsi Sistem Pemadam Kebakaran adalah untuk penanganan jika terjadi
kebakaran di kapal. Maka peralatan yang digunakan, berasal dari sistem pemadam
kebakaran. Oleh karena itu, sistem pemadam kebakaran harus bisa menangani
kebakaran di setiap bagian kapal.
Sistem pemadam tetap dikapal terbagi atas dua yaitu hydrant dan springkler,
dimana kedua sistem ini berfungsi untuk memadamkan api dikapal, pemadaman api
diambil langsung menggunakan air laut melalui beberapa alat. Adapun komponen-
komponen alat yang digunakan pada sistem pemadam tetap di kapal adalah sebagai
berikut.
1. Kotak Air Laut (Sea Chest)
Kotak laut (sea chest) adalah suatu perangkat yang berhubungan dengan air
laut yang menempel pada sisi dalam dari pelat kulit kapal yang berada dibawah
permukaan air dipergunakan untuk mengalirkan air laut kedalam kapal sehingga
kebutuhan sistem air laut (Sea water system) dapat dipenuhi.
2. Saringan (Strainer)
Strainer adalah suatu alat berbentuk kotak atau silinder yang biasanya
dipasang pada pipa ke mesin induk, pipa ke mesin bantu atau pada pipa by pass. Alat
ini berfungsi sebagai jebakan kotoran dari laut, dalam strainer tersebut dipasang filter.
Kotoran tersebut bila tidak tersaring dan diendapkan pada strainer akan masuk
kedalam sistem air laut dalam kamar mesin dan lain-lain. Pada periode waktu tertentu
strainer harus dibuka untuk dibersihkan bersama dengan filternya. Penampang
strainer kurang lebih 1,5 sampai dengan 2 kali penampang pipanya.
3. Pipa Induk (By Pass Pipe)
Pipa by pass dipergunakan untuk saling menghubungkan antara sea chest
yang satu dengan sea chest yang lain, dengan tujuan dapat membantu suplai air laut
ke tempat tertentu dari satu sistem, bila salah satu sistem mengalami kesulitan atau
hambatan dalam suplai air laut.
Diameter pipa by pass biasanya cukup besar, sebab harus dapat mengganti
menyalurkan air laut sebanyak jumlah pipa isap dalam sea chest tersebut. Atau
digunakan saat pemindahan penggunaan saat kapal berlayar dari perairan dalam
masuk ke perairan yang dangkal, sehingga harus menggunakan sea chest samping.
4. Katup (Valve)
Semua sistem perpipaan dalam kamar mesin selalu dilengkapi dengan valve
yang berfungsi sebagai pintu untuk membuka dan menutup aliran air laut, sebagai
pengaman pula bila suatu saat aliran air harus dipompa karena kebocoran, atau karena
untuk pemadam kebakaran dan lain-lain. Untuk ukuran valve harus disesuaikan
dengan ukuran pipanya.
5. Pipa Utama (General Service Pump)
Kegunaan pompa pemadam kebakaran ini dimanfaatkan untuk memompa atau
menghisap air dari sea chest untuk disalurkan ke pipa hydrant kemudian di 11
distribusi ke hydrant pillar untuk outdoor dan hydrant valve untuk indoor dan juga
aliran didistribusikan ke springkler. Fire pump ini dimanfaatkan oleh tim pemadam
kebakaran (fire brigade) ketika terjadi kebakaran. Biasanya pompa pemadam
kebakaran membutuhkan waktu minimal 30 menit untuk dapat mengalirkan air
keseluruh pipa hydrant dan Springkler dapat digunakan untuk memadamkan
kebakaran. Pompa untuk pompa pemadam kebakaran setidaknya memiliki 2 buah
pompa dengan penggerak sendiri. Untuk kapal kurang dari 1000 GT hanya
memerlukan 1 buah pompa pemadam kebakaran. Pada setiap ruang mesin dari kapal
yang terdapat ballast, bilge atau pompa air lainnya, diharuskan untuk membuat
hubungan antara salah satu pompa diatas dengan sistem pemadam kebakaran.
6. Pompa Pemadam Bantu (Emergency Fire Pump)
Sign 'Emergency Fire Pump' berfungsi sebagai tanda adanya pompa pemadam
darurat yang hanya diaktifkan apabila terjadi kebakaran. Emergency Fire Pump
merupakan salah satu alat pemadam kebakaran yang wajib ada di kapal dan harus
berdiri independen menggunakan sumber energi sendiri. Dapat diletakkan di steering
gear room atau dekat dengan akses jalan dari ruang akomodasi ke kamar mesin. Sign
ini biasanya dipasang dekat pompa pemadam darurat. Pompa ini diaktifkan ketika
pompa pemadam utama kebakaran mengalami tekanan aliran yang rendah atau tidak
berfungsi sama sekali.
7. Hydrant
Hydrant adalah alat pemadam kebaran yang diletakkan di atas ruang muat,
dan digunakan di deck, di atas ruang muat yang ada dikapal. Hydrant harus
dilengkapi dengan hose atau selang, untuk menyemprotkan air ke sumber api.
Hydrant harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga air dari dua nozel
keluar secara bersamaan, salah satunya adalah dari satu selang panjang, dapat
mencapai setiap bagian dari kapal yang mana penumpang dan kru biasanya memiliki
akses selama perjalanan, setiap bagian dari ruang kargo kosong, Di ruang ro-ro atau
ruang kendaraan itu harus dimungkinkan untuk mencapai bagian manapun dengan air
dari dua nosel secara bersamaan, masing-masing dari selang satu panjang. Di kapal
penumpang setiap bagian dari akomodasi, ruang layanan dan mesin harus mampu
dijangkau dengan air dari setidaknya dua nosel, salah satunya adalah dari satu selang
panjang, ketika semua pintu kedap air dan semua pintu utama bulkheads zona vertikal
ditutup.
8. Sprinkler
Sprinkler adalah alat yang menggantung di langit-langit tiap deck, dengan
sistem perpipaan yang menyebar di tiap deck. Sprinkler merupakan alat detector
otomatis yang mendeteksi adanya asap dan api di bagian tertentu di kapal dan dapat
meyemprotkan air ketika terjadi kebakaran.
Peraturan instalasi sprinkler lainnya adalah temperatur operasi pada kepala
sprinkler berkisar antara 57°C atau 68°C. Salah satu tipe sistem sprinkler juga bekerja
layaknya heat detector yang mendeteksi adanya kenaikan temperatur pada kepala
sprinkler sehingga jika melewati temperatur setting, sistem sprinkler akan aktif. (Budi
Utomo).
9. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Khusus Kapal
Ini merupakan alat lainnya yang cukup vital. Sebagaimana APAR pada
gedung, APAR pada kapal laut pun juga terbagi ke dalam beragam jenis. Jenis-jenis
tersebut terbentuk berdasarkan media apa yang ada di dalam APAR tersebut.
a. APAR Dry Chemical Powder
APAR Dry Chemical Powder adalah APAR yang isinya berupa dry chemical
powder. Alat ini lazim dipakai pada kebakaran kelas C yang menimpa kapal.
Terutama, jika kebakarannya disebabkan oleh masalah kelistrikan. Alat ini
cocok dipasang di bagian mana pun yang ada pada kapal. Mulai dari tempat
makan hingga ruang penyimpanan bahan bakar.
b. APAR Foam
APAR berisi foam ini cocok dipakai untuk memadamkan kebakaran kelas B
pada kapal. Terutama, yang disebabkan oleh benda cair yang mudah sekali
terbakar. Minyak misalnya. Oleh karenanya, APAR foam sangat disarankan
untuk disimpan dibagian penyimpanan bahan bakar. Sebab, sebagaimana yang
kita tahu, di sana terdapat bahan bakar kapal berupa sulfur yang rentan
terbakar.
Untuk sistem layanan air laut, air laut dihisap langsung dari seachest dengan
menggunakan pompa sentrifugal dan dialirkan melalui bentangan jaringan pipa
menuju ke tangki harian (service tank) dan dari sinilah air mengalir secara gravitasi
ke pemakai pada setiap deck. Service tank ini dilengkapi dengan pipa limpah
(overflow pipe) yang berfungsi sebagai saluran pembuangan. Pada saluran
pembuangan pembuangan ini terdapat terdapat katup yang berfungsi berfungsi untuk
mengontrol mengontrol permukaan permukaan air pada tangki. Sela tangki.
Selain sistem gravitasi, layanan air laut juga dapat juga dapat disupplai
disupplai dengan sistem hydrophore. Dimana air dimasukkan dengan pompa yang
digerakkan dengan elektromotor melalui katup dan katup non-return valve (katup
aliran searah) ke tangki hydrophore. Pada saat permukaan air bertambah di dalam
tangki, tekanan udara di dalamnya juga naik dan membentuk bantalan udara, pada
suatu tekanan tertentu pressure relay akan memutuskan hubungan melalui switchesoff
pada elektro motor, sehingga menghentikan suplai air ke dalam tangki. Karena
tekanan udara pada tangkilah yang menyebabkan air disalurkan melalui jaringan pipa
ke pemakaian. Bila air digunakan maka tekanan didalam tangki menjadi turun,
apabila tekanan sirkulasi pemanas air menggunakan 2 set pompa type pompa type
sentrifugal dengan sentrifugal dengan penggerak elektromotor, penggerak
elektromotor, dimana 1 dimana 1 (satu) s (satu) stand-by tand-by tetapi didisain jalur
by-pass agar dapat bersirkulasi secara alami. Dan kapasitas untuk mensupplai layanan
akomodasi dan air sealing purifier adalah 5 – 30 m3/h dengan head total 35 - 40
mAg.
(hydropore) yang disuplai dari sistem udara tekan. Udara tekan ini direncanakan
memiliki head dan tekanan yang memadai untuk dapat mensuplai air ketempat yang
memerlukan, diantaranya kamar mandi, laundry room, galley, dan wash basin.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam mendesain sistem
sanitari yaitu toilet dan kamar mandi pada tiap-tiap deck diusahakan satu jalur,untuk
tujuan instalasi sederhana dan memudahkan dalam maintenance.
Sistem layanan air tawar di kapal umumnya dialirkan dari tangki induk
(storage tank) dihisap dengan menggunakan pompa ke tangki-tangki dinas (service).
Dan dari tangki ini kemudian air tawar didistribusikan ke pemakai, dalam hal ini
biasanya tangki service ini terletak pada top deck dengan sistem gravitasi. Sistem ini
digunakan pada kapal-kapal dengan ukuran kecil atau kapal yang tidak menggunakan
sistem hydrophore. Kapasitas dari tangki service ini berkisar antara 1 s/d 3 m3 . pada
tangki ini dilengkapi dengan pipa udara, over flow pipe.
Untuk kapal yang berlayar pada daerah beriklim dingin maka tangki ini harus
dilengkapi dengan pemanas (heater) dan dilapisi dengan thermal insulation untuk
mencegah terjadinya pembekuan air pada tangki. Pada sistem air tawar dengan sistem
hydrophore apabila letak tangki air tawar berada di double bottom maka air tawar
tersebut dipompa dengan pompa air tawar hydrophore menuju ke tangki hydrophore.
Biasanya sebelum pompa terdapat filter (saringan) yang berfungsi untuk mencegah
kotoran-kotoran masuk ke pompa dan instalasi pipa. Kemudian dari tangki
hydrophore ini didistribusikan ke pemakaian seperti deck-deck akomodasi, dan deck
lainnya, shower-shower dan pencucian-pencucian, tergantung dari lokasi pemakaian.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem layanan air tawar harus terdapat
komponen seperti tangki, pompa dan tangki hydrophore, dimana pompa tersebut
distart dan distop pada saat pengisian hydrophore secara otomatis karena
pendeteksian berkurangnya tekanan pada tangki. Adapun sistem air tawar ini terdiri
sistem air minum, sistem air tawar, sistem pemanas air. Sistem ini menggunakan 2
buah pompa sentrifugal berpenggerak elektromotor dimana 1 (satu) stand-by.
Pompa Sewage pada umumnya menggunakan jenis pompa rotary atau pompa
piston dengan putaran rendah, disesuaikan dengan kebutuhannya dan dilengkapi
sistim penghancur berupa baling-baling didalam tangki sewage, selain menggunakan
pompa sewage utama pada umumnya untuk kepentingan darurat juga dilengkapi
dengan pompa tangan. Sehingga sewage dapat dipompa keluar sebelum tanki penuh.
Menurut aturan MARPOL Annex IV, limbah dari kapal dapat dibuang setelah
dilakukan pengolahan. Pengolahan ini memastikan bahwa limbah yang dibuang tidak
menghasilkan padatan apung yang terlihat atau menyebabkan perubahan warna pada
air disekitar kapal. Namun peraturan tersebut dikecualikan jika kapal berada pada
posisi jarak 4 mil laut dari daratan terdekat. Ada beberapa metode pengolahannya,
tapi paling sering kita jumpai di kapal adalah metode biologis, karena cara ini dapat
menghemat ruang pengolahan atau dengan bentuk fisik pengolah limbah yang
relative kecil. Alasan lain adalah hasil dari cara biologis paling ramah lingkungan.
Sewage dalam kapal harus memenuhi aturan sesuai klasifikasi dan kebutuhan.
Jenis instalasi pengolahan limbah yang paling banyak dipakai adalah menggunakan
bakteri aerob. Bakteri anaerob mampu membusuk dan menghancurkan lumpur
selama proses, dan juga menghasilkan dan melepaskan gas berbahaya seperti H2S
dan metana yang beracun dan berbahaya bagi organisme air.
BAB III
PENYAJIAN DATA
3.1 DATA KAPAL
Length of Waterline (LWL) : 68.64 m
Length Between Perpendicular (LBP) : 66.00 m
Breadth (B) : 11.50 m
Draugth (T) : 4.31 m
Height (H) : 6.10 m
Ship Velocity (V) : 10 knot
Block Coefficient (Cb) : 0.72
Midship Coefficient (Cm) : 0.985
Waterline Coefficient (Cw) : 0.811
Horizontal Prismatik Coefficient (Cph) : 0.728
Vertical Prismatik Coefficient (Cpv) : 0.884
Volume Kapal : 2449.5419 m3
Displasemen : 2529.6113 ton
2. Samarinda-Surabaya = Karet
3. Surabaya-Samarinda = Gula
3.3 DATA MESIN UTAMA
Merek Mesin = Caterpillar
Type = C18 ACERT
Silinder =6
Daya Mesin = 448 kW
Bore = 145 mm
Stroke = 183 mm
RPM = 1800 rpm
Berat Mesin = 1673 kg
Lenght = 1504.8 mm
Width = 1077.2 mm
Height = 1143.9 mm
Jenis Bahan Bakar = Marine Diesel Oil (MDO)
Spesifik Konsumsi Bahan Bakar = 230 g/Kwh
Width = 942 mm
Height = 1165 mm
BAB IV
PEMBAHASAN
= 2.3338 m3
Kebutuhan bahan bakar untuk mesin utama dan mesin bantu adalah
12.7647 m3 + 2.3338 m3 = 15.0985 m3
Kebutuhan bahan bakar per jam (Qb1) = 15.0985 m3/120 jam (5 hari perjalanan)
= 0.1258 m3/jam
Vol. Tangki utama yang direncanakan = 18.3123 m3
B. TANGKI HARIAN
Pengisian ulang direncanakan setiap 12 jam sekali sehingga kapasitas tanki
harian harus bisa mampu meyuplai mesin utama sebelum pengisian kembali
dilakukan.
Sehingga Volume tangki harian :
V = Q b1 ×1 ×12
m3
V = 0.1258 × 1× 12 Jam
jam
V = 1.5095 m3
Ukuran Tanki Harian yang direncanakan = 1.5m x 1.5 m x 1.5 m
= 1.52088 m3
4.1.2 Perhitungan Kapasitas Pompa Bahan Bakar
Direncanakan lama pemompaan sekitar 15 menit ( 0.25 jam) dengan kapasitas
tangki harian sebesar 1.5095 m3, maka kapasitas pompa dari tangki bahan bakar ke
tangki harian :
Kapasitas pompa (Qb2) = V / 0.25 jam
= 1.5095 m3 / 0.25 jam
= 6.038 m3/jam
harian
Menurut Titah P, 2014 Perhitungan diameter pipa dari tangki bahan bakar
menuju tangki harian sebagai berikut :
D =
√ Q b2
5.75∗10
−3
D =
√ 6.038
5.75∗10−3
D = 32.40mm
Diambil diameter pipa = 40 mm
Berdasarkan standar JIS dipilih pipa dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : baja galvanized
DN : 40 mm
OD : 48.3 mm
terjamin hanya dapat digunakan sampai suhu kerja 120 °C dimana tekanan
yang diperbolehkan (σperm ≤ 80 N/mm2) akan disetujui, maka :
σ perm = diambil 80 N/mm2
V = Faktor efisiensi las
= 1.00
c = Faktor Korosi Saluran bahan bakar untuk pipa baja karbon
(BKI 2016 Vol III Sec 11 C 18/78 Tabel 11.11a)
= 1.00
b = Kelonggaran untuk bengkokan
=0
Sehingga,
(48.3 x 16)
So =
( 20 x 80 x 1 ) +16
So = 0.478 mm
Maka :
S = 0.478 + 1.00 + 0
S = 1.478 mm
Berdasarkan standar JIS dipilih Ketebalan Pipa = 1.5 mm
D =
√ Q b1
5.75∗10
−3
D =
√ 0.1258
5.75∗10−3
D = 4.677 mm
Diambil diameter pipa = 6 mm
Sehingga,
(10.3 x 16 )
So =
( 20 x 80 x 1 ) +16
So = 0.102 mm
Maka :
S = 0.102 + 1,0 + 0
S = 1.21 mm
Berdasarkan standar JIS dipilih Ketebalan Pipa = 2 mm
V2
hf2 = f
2g
Dengan ; v = 2 m/s
G = 9.8 m/s2
Θ = 90
R/D =1
f = (0.131+1.847*(1/(R/D)/2)3,5) * (90/90)0,5
f = 0.294
Sehingga ;
2
2
hf2 = 0.294
2 x 9.8
hf2 = 0.059 m
dipakai 9 sambungan siku sehingga hf2 total = 0.539 m
Jumlah koefisien hasil kali
Jenis katup/ sambungan
n f nxf
Quick Close Valve 2 1 2
Swing Check valve(Foot 2 2.5 5
Valve)
gate valve 2 0.15 0.3
saringan 1 1.79 1.79
katup bundar 1 10 10
check valve 1 2.2 2.2
flange 2 0.2 0.4
sambungan lurus 0 0.1 0
sambungan T 2 1.8 3.6
Σf = 25.29
hf3 = ∑ ¿ ¿∑ ¿ f
V
2g
2
2
hf3 = 25.29
2 x 9.8
hf3 = 5.156 m
maka, hf = hf1 + hf2 + hf3
= 0.599 m + 0.539 m + 5.156 m
= 6.295 m
c. Head tekanan ( HP)
Tidak ada perbedaan tekanan pasa tangki utama dan tangki harian sehingga
head tekanan dianggap nol.
Tinggi = 145 mm
Lebar = 145 mm
Berat = 8 Kg
daya = 0.33 HP
= 0.25 kW
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
Mesin Bantu
Berat Minyak Lumas = 0.15 x Wlo
Berat Minyak Lumas = 0.015 ton
Massa jenis Minyak Lumas = 1.25 ton/m3
Vol. Tangki yang dibutuhkan = Berat Minyak Lumas/ ρ
= ( 0.015/ 1.25)
= 0.012 m3
Penambahan faktor safety Volume tangki = (0.012 m3*10%) + 0.012 m3
= 0.0132 m3
Kebutuhan Minyak Lumas untuk mesin utama dan mesin bantu adalah
0.0704 m3 + 0.0132 m3 = 0.0836 m3
Maka kebutuhan Minyak Lumas per jam (Qb1) = 0.0836 m3/117 jam (5 hari
perjalanan)
= 0.0007 m3/jam
b. Tangki Harian
Pengisian ulang direncanakan setiap 60 jam sekali dalam 5 hari perjalanan
sehingga kapasitas tanki harian harus bisa mampu meyuplai mesin utama dan
mesin bantu sebelum pengisian kembali dilakukan.
Sehingga Volume tangka harian :
V2 = Q b1 ×1 ×12
m3
V2 = 0.0007 ×1 ×60 Jam
jam
V2 = 0.0429 m3
Ukuran Tanki Harian yang direncanakan = 0.36 m x 0.36 m x 0.36 m
= 0.0466 m3
Menurut Titah P, 2014 Perhitungan diameter pipa dari tangki minyak lumas
menuju tangki harian sebagai berikut :
D =
√ Q b2
5.75∗10
−3
D =
√ 0.1716
5.75∗10−3
D = 5.53mm
Diambil diameter pipa = 10 mm
Berdasarkan standar JIS dipilih pipa dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : baja Seamless Drawing Steel
DN : 10 mm
OD : 17.3 mm
Ketebalan : 2.3 mm
b. Perhitungan diameter pipa dari tangki harian menuju mesin
Menurut Titah P, 2014 Perhitungan diameter pipa dari tangki harian ke mesin
sebagai berikut :
D =
√ Q b1
5.75∗10
−3
D =
√ 0.0007
5.75∗10−3
D = 0.349 mm
Diambil diameter pipa = 10 mm
Berdasarkan standar JIS dipilih pipa dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : baja Seamless Drawing Steel
DN : 10 mm
OD : 17.3 mm
Ketebalan : 2.3 mm
ha = ht + hi
dimana,
ht = tinggi pipa dari discharge pompa ke tangki harian
= 4.910 m
hi = tinggi dari main tank ke sisi hisap pompa
= 1.171 m
ha = ht + hi
= 6.081 m
b. hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi + hpt
dimana,
hpi =Tekanan pada tangki isap
= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (Tangki tidak ada)
sehingga hp = 0 m
c. hv = kehilangan akibat kecepatan zat cair (m)
= V2/2g
V = kecepatan aliran fluida (m/dt)
= Q/A
Q = Debit aliran (m3/dt)
= 0.00005 m3/dt
= 0.8779 m
N =
Dimana
Q = kapasitas pompa (m3/jam)
= 0.1716 m3/jam
H = tinggi kenaikan tekanan (m)
= 6.129 m
Tinggi = 155mm
Lebar = 140 mm
Berat = 11 Kg
Daya = 0.33 HP
= 0.25 kW
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
Jadi, berdasarkan standar JIS dipilih pipa yang digunakan sebesar 65 mm dengan
spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : Baja galvanized
DN : 65 mm
OD : 76.3 mm
Ketebalan : 4.2 mm
antara pompa dan cock tertinggi, kerugian dalam pipa, dan suction head. Rentang
Total Head biasanya 35 - 40 m dalam sistem terus menerus. Nilai Total Head dengan
memakai system Hydrophore adalah 40-50 mAq.
Karena dalam hal ini menggunakan sistem menerus hingga ke reservoir maka tinggi
kenaikan tekanan yang diambil yaitu :
H = 35 m
N =
Dimana
Q = kapasitas pompa (m3/jam)
= 10 m3/jam
H = tinggi kenaikan tekanan (m)
= 35 m
γ = massa jenis air tawar (kg/m3)
= 1000 kg/m3
η = efisiensi pompa
= 0.98
sehingga :
N = 1.32 HP
= 1.45 (penambahan faktor safety 10%) (1 HP = 0.7454 Kw)
= 1.08 kW
Tinggi = 220 mm
Lebar = 240 mm
Berat = 32 Kg
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
H = tinggi kapal
= 6.10 m
l = Panjang Kompartemen (Main Deck)
Untuk Menghitung Diameter pipa Utama dapat dengan formula sebagai berikut :
dh = 1.68 + √ ( B+ H )∗L+25
= 1.68 + √ ( 11.50 ×6.10 ) × 66+25
= 82.26 mm
Untuk Menghitung Diameter pipa Cabang dapat dengan formula sebagai berikut :
dz = 2.15 + √ ( B+ H )∗l+25
= 2.15 + √ ( 11.50 ×6.10 ) × 18.806+25
= 64.11 mm
Menurut aturan BKI vol.III Pada tabel 11.2 section 11-15C ketebalan minimum pipa
Jalur Bilga dengan diameter dalam utama sebesar 100 mm pada beberapa tempat
ditentukan sebagai berikut :
a. Instalasi pada kamar mesin, s = 4.5 mm
b. Coferdam / Ruang Hampa , s = 4.5 mm
Berdasarkan standar JIS maka dipilih pipa utama dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : Baja galvanized
DN : 100 mm
OD : 114.3 mm
Ketebalan : 4.5 mm
Berdasarkan standar JIS maka dipilih pipa cabang dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : Baja galvanized
DN : 65 mm
OD : 76.3 mm
Ketebalan : 4.2 mm
ha = ht + hi
dimana,
ht = tinggi pipa buang minimal 30 cm di atas sarat kapal (m)
= 2.990 m
hi = tinggi pipa hisap
= 0.773 m
ha = ht + hi
= 3.763 m
b. hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi + hpt
dimana,
= 1.724 m
hl2 = K.hv
= 6.87 m
Sehingga
hl = hl1 + hl2
= 8.59 m
Jadi tinggi kenaikan tekanan yaitu :
H = ha + hp + hv + hl
= 12.54 m
Tinggi = 290 mm
Lebar = 265 mm
Berat = 41 Kg
= 3 Kw
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
Berdasarkan Nilai Q = 0.602 m3/menit menurut standar JIS maka dipilih pipa utama
dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : Baja galvanized
DN : 80 mm
OD : 89.1 mm
Ketebalan : 4.5 mm
ha = ht + hi
dimana,
ht = tinggi pipa buang minimal 30 cm di atas sarat kapal (m)
= 3.226 m
hi = tinggi pipa hisap
= 1.411 m
ha = ht + hi
= 4.637 m
b. hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi + hpt
dimana,
hpi =Tekanan pada tangki isap
= 2.51 m
hl2 = K.hv
= 5.67 m
Sehingga
hl = hl1 + hl2
= 8.18 m
Jadi tinggi kenaikan tekanan yaitu :
H = ha + hp + hv + hl
= 4.637 + 0 + 0.20 + 8.18
= 13.023 m
Tinggi = 440 mm
Lebar = 150 mm
Berat = 150 Kg
= 2.2 Kw
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
dF = 0.8 . dH ,
Dimana
dH = diameter pipa utama pada sistem bilga
Ketentuan minimal nilai adalah dFmin = 50 mm
Sehingga
dF = 0 , 8 x 82.258 mm
dF = 65.80 mm (diambil 80 mm)
Dimana 80 mm (Inside Diameter Japan Internasional Standard Tahun 2002)
Menurut aturan BKI vol.III Sec.12- 19E Tahun 2019 Pada tabel 11.2 section 11-15C
ketebalan minimum pipa air laut dengan diameter dalam sebesar 80 mm pada
beberapa tempat ditentukan sebagai berikut
a. Instalasi pada kamar mesin, s = 4.5 mm
b. Geladak akomodasi , s = 4.5 mm
c. Geladak cuaca, s = 2.6 mm
Berdasarkan standar JIS dipilih pipa dengan spesifikasi seperti berikut :
Jenis Pipa : Baja galvanized
DN : 80 mm
OD : 88.9 mm
Ketebalan : 4.5 mm
Untuk diameter pipa cabang ke setiap hydrant diperoleh dengan cara berikut. Pipa
utama dibagi menjadi 3 cabang sehingga kapasitas aliran ke setiap cabang yaitu :
Qpc = Q/3
Qpc = 25.71 m3/jam /3
Qpc = 8.57 m3/jam
= 0.14 m3/menit
Dalam buku "Pompa dan Kompresor", Prof. Dr. Haruo Tahara, 23; Tabel 2.10 untuk
kapasitas pompa volut kecil kurang dari 0.20 m3/menit memakai pipa berdiameter 40
meter.
Berdasarkan standar JIS dipilih pipa seperti berikut :
Jenis Pipa : baja galvanized
DN : 40 mm
OD : 48.6 mm
Ketebalan : 3.7 mm
ha = ht - hi
Dimana
ht = tinggi pompa ke ujung pipa ke hidran teratas pada geladak
= 15.656 m
hi = tinggi pipa hisap ke pipa sisi isap pompa
= 1.337 m
ha = ht - hi
= 14.3183 m
b. hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi + hpt
dimana,
hpi =Tekanan pada tangki isap
= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (Tangki tidak ada)
sehingga hp = 0 m
c. hv = kehilangan akibat kecepatan zat cair (m)
= V2/2g
Dimana
V = kecepatan aliran fluida (m/dt)
= Q/A
Q = Debit aliran (m3/dt)
= 0.007 m3/dt
A = Luas penampang pipa (m2)
= ¼ π D2
= 0.005 m2
= 1.422 m/dt
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
= 9.8 m/dt2
maka
hv = V2/2g
= 0.103 m
d. hl = kehilangan pada pipa lurus (m)
= hl1 + hl2
Dimana
hl1 =
= 0.007 m3/dt
= 199.338 m
= 0.08 m
Sehingga
hl1 = 15.06 m
Dimana
hl2 = K.hv
= 2.93 m
Sehingga
hl = hl1 + hl2
= 17.99 m
Jadi tinggi kenaikan tekanan yaitu :
H = ha + hp + hv + hl
= 32.41 m
Tinggi = 290 mm
Lebar = 265 mm
Berat = 41 Kg
= 3 Kw
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
dan alarm kebakaran tetapsistem harus dipasang dan diatur sedemikian rupa
untuk menyediakan deteksi asap di semua koridor, tangga dan rute pelarian di
dalam akomodasi spasi.
Berdasarkan “Ship Safety and Evironmental Protection” by GAUTAM SEN
Area/Cakupan Sprinkle maksimal 16 m2
Tekanan keluar di nosel itu tidak menjadi kurang dari nilai yang ditunjukkan pada
Tabel 12.3 ketika air diambil secara bersamaan dari dua hidran yang berdekatan. Pada
tanker gas cair persyaratan ini harus dipenuhi pada tekanan minimum pada nosel dari
0.50 N/mm2
V =q
( P1
P1−P2
+a
)
Dimana
q = volume air yang disuplai oleh pompa dalam waktu 1 - 2 menit
= 0.64 m3
P1 = tekanan pompa untuk posisi stop
= 4.5 kg/cm2
P2 = tekanan pompa untuk posisi star
= 3 kg/cm2
a = jumlah air yang tetap dalam tangki hydrophore
= 1.5
Sehingga
V = 2.873 m3
Dengan demikian volume tangki hydrophore yang digunakan yaitu 3000 liter. Dari
brosur didapatan spesifikasi hydrophore/pressure tank yaitu :
Merk : Taiko
Model : VPT-3000T
Jika pompa sanitasi memasok sanitasi sampai keseluruhan kapasitas pompa (Q) harus
dihitung sebagai berikut :
x+V tangki
Q =
t
3
m 3
0.208333 + 4.627 m
Q = jam
0.25 jam
Q = 19.34 m3/jam
= 0.322 m3/menit
= 0.005 m3/detik
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air ke kamar mandi di
Main Deck
Q1 = Q1a + Q1b + Q1c + Q1d
Dimana Q1a = Q1b = Q1c = Q1d
Q1 = 4Q1a
Q1a = Q1/4
Q1a = 1.21 m3/jam
Q1a = 0.0003 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Main Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.00015 m2
π
D2 =A/
4
D2 = 0.00019 m
D = 0.014 m
Diambil diameter ;
D = 15 mm
- Pipa cabang Poop Deck
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air ke kamar mandi di
Poop Deck
Q1 = Q1a + Q1b
Dimana Q1a = Q1b
Q1 = 2Q1a
Q1a = Q1/2
Q1a = 2.4175 m3/jam
Q1a = 0.00067 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Main Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.000335 m2
π
D2 =A/
4
D2 = 0.00043 m
D = 0.021 m
Diambil diameter ;
D = 25 mm
- Pipa cabang Boat Deck
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air ke kamar mandi di Boat
Deck
Q1 = Q1a + Q1b
Dimana Q1a = Q1b
Q1 = 2Q1a
Q1a = Q1/2
Q1a = 2.4175 m3/jam
Q1a = 0.00067 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Main Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.000335 m2
π
D2 =A/
4
D2 = 0.00043 m
D = 0.021 m
Diambil diameter ;
D = 25 mm
4.7.3 Perhitungan Tinggi Kenaikan Teknanan (Head) Pompa Sanitari Air Laut
Berdasarkan Buku Machinery Outfitting Design Manual perhitungan tinggi kenaikan
tekanan (Total Head) sanitari ditentukan dengan mempertimbangkan tekanan pada
peralatan (sekitar 1kg/cm2) , lokasi peralatan, dan kehilangan tekanan dalam
perpipaan. Rentang Total Head biasanya 35 - 40 m. Nilai Total Head dengan
memakai system Hydrophore adalah 40-50 mAq.
Karena dalam hal ini menggunakan Hydrophore maka tinggi kenaikan tekanan yang
diambil yaitu :
H = 45 m
V =q
( P1
P1−P2
+a
)
Dimana :
q = volume air yang disuplai oleh pompa dalam waktu 1 - 2 menit ( 0.322 m3)
P1 = tekanan pompa untuk posisi stop ( 4.5 kg/cm2 )
P2 = tekanan pompa untuk posisi star ( 3 kg/cm2 )
a = jumlah air yang tetap dalam tangki hydrophore ( 1.5 )
sehingga :
V = 1.449 m3
Dengan demikian volume tangki hydrophore yang digunakan yaitu 1500 liter. Dari
brosur didapatan spesifikasi hydrophore/pressure tank yaitu :
Merk : Taiko
Model : VPT-1500T
Tinggi = 195 mm
Lebar = 260 mm
Berat = 48 Kg
= 2.2 Kw
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
Untuk mencari volume tangki hydrophore maka perlu dihitung pompa sanitasi yang
memasok sanitasi sampai keseluruhan. Kapasitas pompa Keseluruhan (Qs) harus
dihitung sebagai berikut :
x+V tangki
Qs =
t
3
m 3
5 +17.648 m
Qs = jam
0.5 jam
Qs = 45.296 m3/jam
= 0.755 m3/menit
= 0.013 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk tiap deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1 =Axv
A = Q1 / v
A = 0.00157 m2
π
D2 =A/
4
D2 = 0.02 m
D = 0.04 m
D = 40 mm
- Pipa cabang Main Deck
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air tawar di Main
Deck
Deck
Q1 = Q1a + Q1b + Q1c + Q1d +Q1e
Dimana Q1a = Q1b = Q1c = Q1d = Q1e
Q1 = 5Q1a
Q1a = Q1/5
Q1a = 2.26 m3/jam
Q1a = 0.0006 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Main Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.0003 m2
π
D2 =A/
4
D2 = 0.0004 m
D = 0.02 m
Diambil diameter ;
D = 20 mm
- Pipa cabang Poop Deck
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air tawar di Poop Deck
Q1 = Q1a + Q1b + Q1c
Dimana Q1a = Q1b = Q1c
Q1 = 3Q1a
Q1a = Q1/3
Q1a = 3.774 m3/jam
Q1a = 0.001 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Poop Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.0005 m2
π
D2 =A/
4
2
D = 0.00066 m
D = 0.025 m
Diambil diameter ;
D = 25 mm
- Pipa cabang Boat Deck
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air tawar di Boat Deck
Q1 = Q1a + Q1b + Q1c
Dimana Q1a = Q1b = Q1c
Q1 = 3Q1a
Q1a = Q1/3
Q1a = 3.774 m3/jam
Q1a = 0.001 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Boat Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.0005 m2
π
D2 =A/
4
2
D = 0.00066 m
D = 0.025 m
Diambil diameter ;
D = 25 mm
- Pipa cabang Bridge Deck
Diameter pipa yang akan dipakai untuk menyuplai air tawar di Bridge Deck
Q1 = Q1a + Q1b
Dimana Q1a = Q1b
Q1 = 2Q1a
Q1a = Q1/2
Q1a = 5.662 m3/jam
Q1a = 0.0015 m3/detik
Sehingga Diameter pipa untuk Bridge Deck dapat dihitung sebagai berikut :
Q1a =Axv
A = Q1a / v
A = 0.00078 m2
π
D2 =A/
4
2
D = 0.0001 m
D = 0.032 m
Diambil diameter ;
D = 35 mm
Karena dalam hal ini menggunakan sistem menerus hingga ke reservoir maka tinggi
kenaikan tekanan yang diambil yaitu :
H = 40 m
V =q
( P1
P1−P2
+a
)
Dimana :
q = volume air yang disuplai oleh pompa dalam waktu 1 - 2 menit ( 0.755 m3)
P1 = tekanan pompa untuk posisi stop ( 4.5 kg/cm2 )
P2 = tekanan pompa untuk posisi star ( 3 kg/cm2 )
a = jumlah air yang tetap dalam tangki hydrophore ( 1.5 )
sehingga :
V = 3.3975 m3
Dengan demikian volume tangki hydrophore yang digunakan yaitu 3500 liter. Dari
brosur didapatan spesifikasi hydrophore/pressure tank yaitu :
Merk : Taiko
Model : VPT-3500T
Tinggi = 320 mm
Lebar = 270 mm
Berat = 38 Kg
= 1.5 Kw
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
V tangki
Qs =
t
3
4.627 m
Qs =
0.25 jam
Qs = 18.508 m3/jam
Qs = 0.308 m3/menit
Qs = 0.0051 m3/detik
dalam perpipaan. Rentang Total Head biasanya 35 - 40 m. Nilai Total Head dengan
memakai system Hydrophore adalah 40-50 mAq.
Karena dalam hal ini tidak menggunakan Hydrophore maka tinggi kenaikan tekanan
yang diambil yaitu :
H = 35 m
Dimensi Pompa :
Panjang = 790 mm
Tinggi = 250 mm
Berat = 70 Kg
= 2.2 Kw
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan, dan
pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; jadi direncanakan menggunakan 2 (dua) buah
pompa.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan Tugas Rencana Umum ini dapatlah diambil
kesimpulan yang perlu diperhatikan:
1. Dalam perancanaan umum penentuan dan perhitungan alat-alat mulai dari
jumlah ABK sampai dengan peralatan kapal harus berdasarkan rules yang
berlaku.
2. Ruang muat merupakan sumber pendapatan.
3. Penentuan jumlah ABK seefisien dan seefektif mungkin dengan kinerja
yang optimal pada kapal agar kebutuhan ruangan akomodasi dan keperluan
lain dapat ditekan.
4. Perencanaan Ruang Akomodasi dan ruangan lain termasuk kamar mesin
dilakukan dengan seefisien dan seefektif mungkin dengan hasil yang
optimal.
5. Pengaturan sistem yang seoptimal mungkin agar mempermudah dalam
pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemakaian ruangan yang kecil dan
mempersingkat waktu kapal dipelabuhan saat bongkar muat.
5.2 SARAN
Perbanyak buku referensi yang dibaca, belajar dari senior yang sudah
berpengalaman, rajinlah mengerjakan tugas dan jangan menunda untuk
mengerjakannya. Sebaiknya dalam proses pengerjaan dilakukan pemeriksaan tugas
secara berkala dan mebuat target perpertemuan.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono Eko. 2011. System Instalasi Perpipaan. Makassar : Lembaga Kajian dan
Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin
Soelarso, Tahara Haruo. 2000. Pompa Dan Compressor - Cet. 7. Jakarta : PT.
Pradnya Paramita