1 Asuhan Intranatal
1 Asuhan Intranatal
“ASUHAN INTRANATAL”
Disusun Oleh :
Kelompok
Dosen Pengampuh :
Hj, Siti Aisyah, S.Psi, SST. M.Keb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Intranatal”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Continuity Of Care. Di
Universitas Kader Bangsa Palembang.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa kami tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
COVER.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................6
C. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Pengalaman Selama Proses Kelahiran..................................................................7
B. Model Asuhan Intranatal.......................................................................................8
C. Respectful Maternity Care....................................................................................9
D. Dukungan Emosial Dari Pendamping...................................................................12
E. Komunikasi Efektif...............................................................................................13
F. Strategi Pengurangan Rasa Nyeri.........................................................................13
G. Intake Cairan Oral Dan Nutrisi.............................................................................15
H.Mobilisasi Kehamilan & Pemilihan Posisi Persalinan...........................................15
I. COC........................................................................................................................20
J. Manajement Intrantal.............................................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................................24
A. Kesimpulan .........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu–tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan, namun disisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh bayi (Kuswanti, Melina, 2014:1). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Persalinan lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai
persalinan yang abnormal/sulit. Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu:
kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, dan kelainan jalan lahir (Prawirohardjo,
2014:562).
Kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562).
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin. Kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562). Angka
kematian ibu (AKI) di Dunia mencapai angka 289.000 jiwa dimana dibagi atas beberapa
negara antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu (AKI) di Negara-negara Asia Tenggara seperti
Malaysia (39/100.000 kelahiran hidup), Thailand (44/100.000 kelahiran hidup), Fhilipina
(170/100.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (60/100.000 kelahiran hidup), Vietnam
(160/100.000 kelahiran hidup), serta Singapore (3/100.000 kelahiran hidup). Jumlah AKI di
Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negara Asia Tenggara lainnya
(WHO, 2014). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, ratarata
AKI tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjok dibandingkan hasil SDKI tahun 2007 yang
mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam hal ini faktor melonjaknya AKI tersebut tentu
sangat jauh dari rata-rata yang akan ditargetkan Mellenium Develoment Goal (MDG’s) pada
tahun 2015 yang mencapai 108/100.000 kelahiran hidup dan di Indonesia sendiri sebenarnya
mempunyai target 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Di
Sulawesi Selatan, tahun 2013 jumlah kematian ibu yang dilaporkan menjadi 115 orang atau
78.38 /100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 18 orang (15,65%), kematian
ibu bersalin 59 orang (51,30%), kematian ibu nifas 38 orang (33,04%). Sedangkan Tahun
2014 jumlah kematian ibu yang dilaporkan menjadi 138 orang atau 93,20/100.000 kelahiran
hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 15 orang (10,86%), kematian ibu bersalin 54 orang
(39,13%), kematian ibu nifas 69 orang (50,00%) (Profil Kesehatan Prov. SulSel, 2015:27).
Angka kematian ibu maternal yang dilaporkan di Sulawesi Selatan dari tahun 2009-2014
masih berfluktuasi yaitu tahun 2009 sebesar 78,84/100.000 kelahiran hidup, menurun pada
tahun 2010 menjadi 77,13/100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 meningkat menjadi
78,88/100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 meningkat secara signifikan 31,38% yaitu
110,26/100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 menurun 78,38/100.000 kelahiran hidup, dan
pada tahun 2014 meningkat menjadi 93,20/10000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Prov.
SulSel, 2015:26).
Menurut SDKI 2012 53% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan,
persalinan lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar 9%, demam sebesar 7%,
komplikasi kejang 2% dan KPD lebih dari 6 jam 17% (Kemenkes RI, 2012). Penyumbang
AKI salah satunya adalah partus lama. Pada tahun 2013 angka kejadian partus lama adalah
1,1%, sedangkan pada tahun 2014 angka kejadian partus lama meningkat menjadi 1,8%
(Direktorat Kesehatan Ibu, 2014:2). Pada tahun 2015 jumlah persalinan di RS Haji Makassar
mencapai 692 orang, dari 692 wanita yang mengalami persalinan terdapat 12 wanita yang
mengalami distosia persalinan yang disebabkan dengan kelainan his. Pada tahun 2016 jumlah
persalinan di RS Haji Makassar mencapai 720 orang, dari 720 wanita yang mengalami
persalinan terdapat 27 wanita yang mengalami distosia persalinan yang disebabkan dengan
kelainan his. Pada tahun 2016 angka kejadian distosia persalinan yang disebabkan oleh
inersia uteri mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari sisi obstetri ada empat
penyebab utama kematian ibu, janin, bayi baru lahir ialah perdarahan, infeksi dan sepsis,
hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, serta persalinan macet (distosia). Persalinan macet
hanya dapat terjadi pada saat persalinan berlangsung. Penyebab dari persalinan lama dapat
dibagi dalam 3 golongan yaitu: kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, dan kelainan
jalan lahir (Prawirohardjo, 2014:391)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengalaman Yang Diambil Pada Proses Persalinan?
2. Bagimana Resfectful Maternity Care?
3. Apa Dukungan Emosional Pendamping Persalinan?
4. Apakah komunikasi Efektif?
5. Bagaimana Strategi Pengurangan Rasa Nyeri?
6. Bagaimana Intake Cairan Oral Dan Nutrisi?
7. Bagaimana Mobilisasi Persalinan & Posisi Persalinan?
8. Apa Itu Coc?
9. Apa Itu Manajement Asuhan Intranatal?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengalaman Yang Diambil Pada Proses Persalinan
2. Mengetahui Resfectful Maternity Care
3. Mengetahui Apa Dukungan Emosional Pendamping Persalinan
4. Mengetahui Komunikasi Efektif
5. Mengetahui Strategi Pengurangan Rasa Nyeri
6. Mengetahui Intake Cairan Oral Dan Nutrisi
7. Mengetahui Mobilisasi Persalinan & Posisi Persalinan
8. Mengetahui Coc
9. Mengetahui Manajement Asuhan Intranatal
BAB 2
PEMBAHASAN
Model kesehatan untuk semua (KESUMA) dikemukakan oleh WHO sejak tahun 1978
sejak tahun 1978 kemudian tahun 1981 secara perlahan juga diperuntukan dalam pelayanan
kebidanan yang berfokus kepada perawatan wanita, keluarga, dan masyarakat.
Deklarasi Model KESUMA adalah focus dan titik berat dalam pencapaian tujuan adalah
dengan menggunakan Primary Health Care/PHC. Terdapat lima konsep dalam model
KESUMA, yaitu:
Pemerataan upaya kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berupa promotif,preventif,kuratif, rehabilitative.
Pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat.
Optimalisasi peran serta masyarakat
Kolaborasi lintas sektoral.
Menurut hasil penelitian Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dariMusbikin tentang
pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan, yaitu menemukan bahwa
para ibu yang didampingi seorangsahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama
proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi
yangmemerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan.
Menurut Marlina ED (2018), Sebagian besar ibu mengalami nyeri persalinan berat
dan sedang sebelum dilakukan kompres hangat. Hal ini terjadi karena pada kala I
persalinan terjadi dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut,
peregangan, trauma pada serat otot dan ligamen. Pengalaman nyeri sebelumnya
tidak selalu berarti bahwa individu akanmenerima nyeri dengan lebih mudah pada
masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami
serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan
juga sebaliknya
G. INTAKE CAIRAN ORAL DAN NUTRISI
Selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama
fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi
cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan
makanan ringan selama proses persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan
memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat
kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin berhubungan
dengan kemajuan persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi kebutuhan nutrisinya akan melalui
proses persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang baik. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Broachet al (1988) dan Foulkes et al (1985) menyatakan bahwa
pembatasan makan minum atau puasa saat persalinan dapat menyebabkan dehidrasi dan
asidosis, kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan kehilangan darah intra
partum. (Munro, 2012).
Selain itu bentuk makanan akan mempengaruhi absorpsi nutrisi itu sendiri. Makanan
atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi sangat tepat diberikan
kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga akan
lebihmcepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan menambah kekuatan untuk mengedan.
(Oxorn & Forte, 2010).
Mobilasi Persalinan
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau
berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya
dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri
tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
Posisi Persalinan
Bentuk posisi ini ibu akan disuruh berbaring miring ke arah kiri maupun kanan
dengan salah satu kaki diangkat dan untuk posisi kaki satunya dalam keadaan
lurus.Posisi ini dilakukan apabila posisi kepala bayi belum tepat.
Keuntungannya :
Kelebihan :
Posisi miring bisa saja menyulitkan Dokter untuk membantu proses persalinan
dikarenakan letak kepala bayi susah untuk dimonitor,diarahkan maupun
dipegang.Dokter juga akan kesulitan melakukan tindakan episiotomi.Posisi ini juga
akan memperlambat persalinan jika penggunaannya tidak tepat.
Biasanya pada posisi ini ibu akan duduk dengan punggung bersandar pada bantal,kaki
ditekuk dan paha dibuka kearah samping dan posisi ini mungkin bisa membuat ibu
nyaman.
Keuntungannya :
Jalan lahir yang akan ditempuh bayi untuk bisa keluar jadi lebih pendek dan
suplai oksigen dari ibu kejanin juga akan dapat berlangsung secara maksimal.Selain
itu anda juga akan mendapatkan batuan gaya gravitasi walaupun Cuma sedikit dan
posisi ini tidak akan menggangu dalam epidural,pemasangan infus,cateter,CTG.
Kekurangannya :
Posisi ini dapat menimbulkan keluhan lelah dan rasa sangat pegal pada
punggung anda.Biasanya posisi ini akan lebih menyakitkan dibandingkan posisi
lainnya dan gerakan anda akn dibatasi.Dapat meningkatkan forcep dan vakum serta
dapat meningkatkan tekanan pada perineum yang dapat menimbulkan resiko robek.
Kelebihan :
Pada posisi ini jalan lahir akan menghadap kedepan dan mudah untuk
mengukur perkembangan dan pembukaan dan waktu persalinan anda.Kepala bayi
akan mudah diarahkan dan dipegang.
Kekuranganya :
Posisi berbaring akan membuat ibu hamil akan sulit mengejan pada saat prose
kelahiran bayi.Dapat meningkatkan tekanan pada peri perineum yang dapat membuat
robekan dan derajad episitomi,Pembukaan panggul sempit tidak akan maksimal.
4. Posisi Jongkok
Pada posisi ini biasanya ibu menghadapi persalinan dengan posisi jongkok
diatas bantalan empuk yang berguna untuk menahan kepala bayi dan tubuh bayi.
Kelebihannya :
Kekurangannya ;
Dapat berpeluang membuat cidera kepala bayi,posisi ini banyak dinilai kurang
menguntungkan karena sangat menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan
dan tindakan persalinan lainnya.
5. Posisi Berlutut
Keuntungannya :
Dengan posisi bersandar kedepan akan membantu untuk meringankan ibu dari
rasa sakit persalinan dan dapat mengurangi tekanan pada perineum sehingga robekan
perineum akan jarang terjadi serta memungkinkan pasangan untuk melakukan pijatan
atau kompres hangat pada punggung anda.
Kekurangannya :
Tips : Dalam posisi ini yang terpenting adalah menjaga agar lengan vertikal
dengan bahu anda dan tidak jauh kebelakang atau kedpan tidak boleh lebar dari bahu
anda sehingga tidak akan membuang energi namun juga memungkinkan tubuh anda
beristirahat dilengan anda.
Keuntungannya :
Posisi ini dapat membantu meringankan rasa sakit,posisi ini juga sangat bagus
untuk bayi anda yang berukuran besar,dapat juga membantu jika terjadi prolaps tali
pusat untuk mencegah tali pusat semakin menumbung dan lebih sedikit beresiko t
Keuntungannya :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CoC yang diterapkan pada LTA di Prodi
D III Kebidanan Fakultas FK UNS yaitu mahasiswa mendampingi satu klien kemudian akan
dilakukan asuhan yang menyeluruh dari hamil, bersalin, masa nifas, bayi baru lahir sampai
dengan keluarga berencana (KB). Model CoC ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Homer et al (2014) yang menjelaskan tentang CoC dalam kebidanan ada- lah
serangkaian kegiatan pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana . Model CoC
diterapkan dalam LTA dimulai pada semester V, dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Rawson et.al (2007) dari UK dimana penerapan COC dengan istilah student caseloading
dimulai sejak tahun 2004, siswa mendapatkan pengalaman dengan mengikuti perempuan
dalam rentang proses kelahiran yang dimulai pada 18 bulan terakhir dari 3 tahun studi dan
siswa merupakan pemberi asuhan kebidanan yang utama terhadap perempuan yang menjadi
kasusnya
Model CoC ini sudah diterapkan lebih awal di luar negeri dan sudah mulai dilakukan
mahasiswa pada semester lebih awal. Mahasiswa dalam melakukan penyusunan LTA dengan
model CoC ini ditemukan hasil bahwa mahasiswa dapat menunjukkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa nantinya jika lulus
dan bekerja. Hal ini seperti Penelitian yang dilakukan oleh Evans et al (2020) kepada
mahasiswa kebidanan di salah satu universitas di Australia yang akan lulus, hasil
penelitiannya menunjukkan sebagian besar mahasiswa bercita cita untuk bekerja dengan
model CoC karena mereka akan mendapatkan kepuasan kerja dengan memberikan perawatan
yang berkelanjutan bagi wanita, merawat wanita dengan sepenuhnya dan mereka dapat
membuat keputusan yang mandiri terkait asuhan yang diberikan kepada wanita tersebut.
Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu ; Observasi, dimana pengumpulan data
melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran
(bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perdaban (suhu badan,
nadi). Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada
pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting di perhatikan adalah data yang
ditanyakan di arahkan data yang relefan, dan Pemeriksaan, dimana pengumpulan data
yang dilakukan dengan memakai instrument/alat mengukur. Dengan tujuan untuk
memastikan batas dimensi angka, irama kuantitas. Misalnya pengukuran tinggi badan
dengan meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter. Data
secara garis besar diklasifikasikan sebagai data subyektif dan data obyektif. Pada waktu
mengumpulkan data subyektif harus mengembangkan hubungan antar personalyang
efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih diperhatikan hal-hal yang menjadi
keluhan utama pasien dan mencemaskan, berupa pendapatan data/fakta yang sangat
bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien (Mufdillah, dkk 2012: 111-113). Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara, anamneses dengan melakukan tanya jawab
untuk memperoleh data meliputi : riwayat kesehatan, riwayat reproduksi : riwayat haid,
riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi, riwayat
KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi dan psikologi.Dan
pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah
berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnose Atau Masalah Potensial Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangakaian
masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap – siap bila diagnose/masalah potensial ini benar – benar terjadi(Mufdillah,
dkk 2012: 117)ungkan satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Mufdillah, dkk
2012: 113).
Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar
– benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggab efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedangkan sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012: 118-119).
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2005). Maternity Nursing. 4 th ed.
(wijayanrini, M. A, & Anugrah, P. I: Penerjemah). California: the CV. Mosby. (Sumber asli
diterbitkan 1995)
May, K.A. & Mahmlmeister, L.R. (1994). Maternal & Neonatal Nursing Family
Centred Care. 4th ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Pangrestono (1999). Ethnicity
and Social Support during pregnancy, American Journal of Community Pshycology, vol. 27
Almatsier, Sunita.(2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Glover, P and Sweet L. 2009. An Exploration of the Midwifery Continuity of Care Program
at One Australian University as a Symbiotic Clinical Education Model. Nurse Education
Today, Volume 33, Issue 3, March 2013, pages 262-67. DOI: 10.1016/j.nedt.2011.11.020
http://eprints.ums.ac.id/59845/18/NASBUP%20REVISI%20BENAR.pdf,
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6560/2/NURJAYANTI%20pdf.pdf,
https://jurnal.uns.ac.id/placentum/article/view/43420,