Anda di halaman 1dari 25

Makalah

“ASUHAN INTRANATAL”

Disusun Oleh :
Kelompok

1. Mira Mustika Sari


2. Dela Gustiana
3. Anggraini
4. Kadek Fitriani

Dosen Pengampuh :
Hj, Siti Aisyah, S.Psi, SST. M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Intranatal”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Continuity Of Care. Di
Universitas Kader Bangsa Palembang.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa kami tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.

Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Palembang, 07 November 2021


DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................6
C. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Pengalaman Selama Proses Kelahiran..................................................................7
B. Model Asuhan Intranatal.......................................................................................8
C. Respectful Maternity Care....................................................................................9
D. Dukungan Emosial Dari Pendamping...................................................................12
E. Komunikasi Efektif...............................................................................................13
F. Strategi Pengurangan Rasa Nyeri.........................................................................13
G. Intake Cairan Oral Dan Nutrisi.............................................................................15
H.Mobilisasi Kehamilan & Pemilihan Posisi Persalinan...........................................15
I. COC........................................................................................................................20
J. Manajement Intrantal.............................................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................................24
A. Kesimpulan .........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu–tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan, namun disisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh bayi (Kuswanti, Melina, 2014:1). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Persalinan lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai
persalinan yang abnormal/sulit. Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu:
kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, dan kelainan jalan lahir (Prawirohardjo,
2014:562).
Kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562).
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin. Kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562). Angka
kematian ibu (AKI) di Dunia mencapai angka 289.000 jiwa dimana dibagi atas beberapa
negara antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu (AKI) di Negara-negara Asia Tenggara seperti
Malaysia (39/100.000 kelahiran hidup), Thailand (44/100.000 kelahiran hidup), Fhilipina
(170/100.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (60/100.000 kelahiran hidup), Vietnam
(160/100.000 kelahiran hidup), serta Singapore (3/100.000 kelahiran hidup). Jumlah AKI di
Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negara Asia Tenggara lainnya
(WHO, 2014). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, ratarata
AKI tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjok dibandingkan hasil SDKI tahun 2007 yang
mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam hal ini faktor melonjaknya AKI tersebut tentu
sangat jauh dari rata-rata yang akan ditargetkan Mellenium Develoment Goal (MDG’s) pada
tahun 2015 yang mencapai 108/100.000 kelahiran hidup dan di Indonesia sendiri sebenarnya
mempunyai target 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Di
Sulawesi Selatan, tahun 2013 jumlah kematian ibu yang dilaporkan menjadi 115 orang atau
78.38 /100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 18 orang (15,65%), kematian
ibu bersalin 59 orang (51,30%), kematian ibu nifas 38 orang (33,04%). Sedangkan Tahun
2014 jumlah kematian ibu yang dilaporkan menjadi 138 orang atau 93,20/100.000 kelahiran
hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 15 orang (10,86%), kematian ibu bersalin 54 orang
(39,13%), kematian ibu nifas 69 orang (50,00%) (Profil Kesehatan Prov. SulSel, 2015:27).
Angka kematian ibu maternal yang dilaporkan di Sulawesi Selatan dari tahun 2009-2014
masih berfluktuasi yaitu tahun 2009 sebesar 78,84/100.000 kelahiran hidup, menurun pada
tahun 2010 menjadi 77,13/100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 meningkat menjadi
78,88/100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 meningkat secara signifikan 31,38% yaitu
110,26/100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 menurun 78,38/100.000 kelahiran hidup, dan
pada tahun 2014 meningkat menjadi 93,20/10000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Prov.
SulSel, 2015:26).
Menurut SDKI 2012 53% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan,
persalinan lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar 9%, demam sebesar 7%,
komplikasi kejang 2% dan KPD lebih dari 6 jam 17% (Kemenkes RI, 2012). Penyumbang
AKI salah satunya adalah partus lama. Pada tahun 2013 angka kejadian partus lama adalah
1,1%, sedangkan pada tahun 2014 angka kejadian partus lama meningkat menjadi 1,8%
(Direktorat Kesehatan Ibu, 2014:2). Pada tahun 2015 jumlah persalinan di RS Haji Makassar
mencapai 692 orang, dari 692 wanita yang mengalami persalinan terdapat 12 wanita yang
mengalami distosia persalinan yang disebabkan dengan kelainan his. Pada tahun 2016 jumlah
persalinan di RS Haji Makassar mencapai 720 orang, dari 720 wanita yang mengalami
persalinan terdapat 27 wanita yang mengalami distosia persalinan yang disebabkan dengan
kelainan his. Pada tahun 2016 angka kejadian distosia persalinan yang disebabkan oleh
inersia uteri mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari sisi obstetri ada empat
penyebab utama kematian ibu, janin, bayi baru lahir ialah perdarahan, infeksi dan sepsis,
hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, serta persalinan macet (distosia). Persalinan macet
hanya dapat terjadi pada saat persalinan berlangsung. Penyebab dari persalinan lama dapat
dibagi dalam 3 golongan yaitu: kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, dan kelainan
jalan lahir (Prawirohardjo, 2014:391)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengalaman Yang Diambil Pada Proses Persalinan?
2. Bagimana Resfectful Maternity Care?
3. Apa Dukungan Emosional Pendamping Persalinan?
4. Apakah komunikasi Efektif?
5. Bagaimana Strategi Pengurangan Rasa Nyeri?
6. Bagaimana Intake Cairan Oral Dan Nutrisi?
7. Bagaimana Mobilisasi Persalinan & Posisi Persalinan?
8. Apa Itu Coc?
9. Apa Itu Manajement Asuhan Intranatal?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengalaman Yang Diambil Pada Proses Persalinan
2. Mengetahui Resfectful Maternity Care
3. Mengetahui Apa Dukungan Emosional Pendamping Persalinan
4. Mengetahui Komunikasi Efektif
5. Mengetahui Strategi Pengurangan Rasa Nyeri
6. Mengetahui Intake Cairan Oral Dan Nutrisi
7. Mengetahui Mobilisasi Persalinan & Posisi Persalinan
8. Mengetahui Coc
9. Mengetahui Manajement Asuhan Intranatal
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGALAMAN YG DI DAPAT WANITA SELAMA PROSES KELAHIRAN


Hampir seluruh ibu hamil merasa takut saat akan menjalani proses persalinan pertama
kali. Namun rasa takut dapat berkurang dengan kehadiran suami sebagai pendamping selama
proses persalinan. Menurut penelitian Sokoya et al (2014), persepsi perempuan tentang
dukungan suami selama kehamilan, persalinan dan melahirkan bahwa beberapa wanita
beranggapan kehamilan mereka adalah milik mereka sendiri sehingga harus ditangani dan
wanita dibuat untuk memahami bahwa tidak peduli seberapa kuat mereka, mereka masih
membutuhkan bantuan dari pasangan mereka untuk mendorong mereka selama proses
persalinan, hal ini untuk mengurangi stres fisik dan juga memberi keamanan emosional bagi
ibu yang melahirkan, sehingga para wanita menginginkan dukungan dari suami selama proses
persalinan.
Sebagian ibu memang sudah dari awal merencanakan proses persalinan dengan
dampingan suami, meskipun tidak sedikit suami menolak untuk mendampingi dengan alasan
karena rasa takut terhadap darah ataupun kasihan terhadap istri mereka. Akan tetapi ibu
memiliki alasan yang kuat untuk didampingi suami diantaranya memberikan perasaan tenang.
Seorang ibu akan merasa tenang ketika suami mendampingi selama proses persalinan. Selain
ingin mendapatkan kenyamanan selama persalinan, selain ketenangan alasan ibu
menginginkan kehadiran suami yaitu sebagai penyemangat ibu selama proses persalinan
seperti semangat dalam mengejan.
Menurut Marmi (2012) menyatakan bahwa kehadiran suami sebagai pendamping
dalam persalinan dapat memberikan kenyamanan ketika persalinan serta dapat menimbulkan
efek positif terhadap hasil persalinan, rasa sakit berkurang, persalinan berlagsung lebih
singkat serta menurunkan persalinan degan operasi caesar. Sedangkan menurut Rukiyah dkk
(2009), selama proses persalinan seorang ibu menjadi kuat serta mampu melalui proses
persalinan karena support dari pasangan. Dukungan suami selama proses persalinan
merupakan sumber kekuatan ibu yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal
tersebut dapat dibenarkan penelitian Abusaikha & Massah (2012), bahwa kehadiran suami
selama proses persalinan pada periode tertentu sangat penting bagi ibu karena dapat
memberikan mereka dukungan dan dorongan kepada ibu saat melahirkan. Suami dapat
memberikan dukungan psikologis dan spiritual, kehadiran dan perhatian serta memenuhi
kewajiban sosial selama proses persalinan sehingga ibu menginginkan pendampingan suami.
Pada penelitian Ambarwati (2015), mengatakan bahwa saat ibu menjalani proses
persalinan terutama saat terjadinya pembukaan ibu merasa cemas, takut dan khawatir.
Sehingga pendampingan seorang suami dapat menurunkan tingkat kecemasan, takut dan
perasaan khawatir pada ibu dengan cara memberikan dukungan yaitu berupa pendampingan
persalinan. Menurut Marmi (2012), bahwa ibu mengalami perubahan psikolgis selama proses
persalinan, terutama fase laten, aktif, dan transisi pada kala I persalinan, kontraksi uterus
akan meningkat lebih sering dan mengakibatkan ketakutan wanita meningkat sehingga wanita
ingin suami mendampinginya karena ibu takut ditinggalkan sendiri dan tidak mampu
mengatasi kontraksi yang dialami. Saat terjadinya proses persalinan ibu merasakan cemas
dikarenakan rasa takut akan rasa sakit yang luar biasa serta ketakutan melahirkan anaknya
serta ketakutan antara hidup dan mati. Menurut partisipan kecemasan berkurang ketika
selama proses persalinan ada pendampingan dari suami. Hal ini didukung oleh penelitian
Primasnia dkk (2013), bahwa ibu dengan primigravida yang pertama kali melahirkan serta
belum memiliki pengalaman dalam persalinan kecemasannya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang multigravida, sehingga dengan adanya dukungan dan
pendampingan suami selama proses persalinan dapat menurunkan kecemasan ibu dan
membuat proses persalinan menjadi lebih baik.

B. MODEL ASUHAN INTRANATAL


Model konseptual asuhan kebidanan / Asuhan Intranatal adalah merupakan gambaran
abstrak suatu ide yang menjadi gambaran suatu disiplin ilmu. Konseptual model berkembang
dari wawasan inisiatif keilmuan kemudian disimpulkan dalam kerangka acuan ilmu sehingga
konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang dapat mendasari
disiplin ilmu dan kemudian ditetpakan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing.
Model memberikan kerangka dan kemudahan untuk memahami dan mengembangkan
praktik serta untuk membimbing dalam melaksanakan tindakan nyata.
Jenis model meliputi : mental model, mental fisik, dan simbolik model (Lancaster and
lavaster, 1992). Ketiga jenis model tersebut mempunyai tujuan yaitu :
 Untuk mengembangkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak) dengan
 mengartikan persamaannya seperti gambar, diagram, struktur dan rumus.
 Merupakan gagasan model sebagai bagian teori yang memberikan bantuan ilmu-ilmu
social dalam mengkonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses social.
 Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak.

Model kesehatan untuk semua (KESUMA) dikemukakan oleh WHO sejak tahun 1978
sejak tahun 1978 kemudian tahun 1981 secara perlahan juga diperuntukan dalam pelayanan
kebidanan yang berfokus kepada perawatan wanita, keluarga, dan masyarakat.
Deklarasi Model KESUMA adalah focus dan titik berat dalam pencapaian tujuan adalah
dengan menggunakan Primary Health Care/PHC. Terdapat lima konsep dalam model
KESUMA, yaitu:
Pemerataan upaya kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat.
 Pelayanan kesehatan yang berupa promotif,preventif,kuratif, rehabilitative.
 Pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat.
 Optimalisasi peran serta masyarakat
 Kolaborasi lintas sektoral.

C. RESPECTFUL MATERNITY CARE


Konsep keperawatan yang berpusat pada keluarga diarahkan kepada pemenuhan
kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, mempromosikan dan
melindungi kesejahteraan ibu dan bayinya dengan melibatkan keluarga dan lingkungan dalam
intervensi keperawatan baik intervensi edukasi maupun pemenuhan kebutuhan ibu pada saat
menjalani masa persalinan, kehamilan dan nifas (Pillitteri, 1999, Hanvey, 2000). Penerapan
konsep ini didukung oleh konsep maternitas lainnya yaitu FCMC (Family Centered
Maternity Care, yaitu melahirkan secara aman dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas
sambil mengenali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan-kebutuhan baik
pasien, keluarga dan bayinya. Penekanan konsep ini adalah pada pelayanan maternitas / ibu
dan bayinya yang mendukung kesatuan keluarga ambil mempertahankan keamanan dan
kesehatan fisik (Mahlmeister, 1994). Pendapat diatas sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pangrestomo (1999) yang menyatakan bahwa dukungan / motivasi suami
selama persalinan dan proses menyusui sangat penting menurunkan kecemasan istri
dibandingkan dengan dukungan yag diberikan oleh orang lain. Sebaliknya peran keluarga
terutama suami yang kurang mendukung, menjadi salah satu penyebab tidak langsung
tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia, terutama peran dalam proses pelayanan
kehamilan, melahirkan dan nifas (Kusumowardhani, 2003). Pendampingan keluarga / suami
dalam proses persalinan, sesuai dengan komponenkomponen dasar yang terkandung dalam
konsep FCMC, yaitu: rumah sakit hendaknya memberikan kelas edukasi persiapan
melahirkan untuk ibu dan suaminya, termasuk peran untuk suami saat persalinan. Suami
sebaiknya dilibatkan saat proses persalinan. rumah sakit hendaknya menyediakan runagan
melahirkan seperti suasana dirumah yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

1. Asumsi-asumsi dasar dan prinsip yang mendasari pentingnya pendampingan keluarga


sesuai dengan konsep RMC (Hanvey, 2000) adalah: Asumsi-asumsi dasar:
a. Peristiwa persalinan dan kelahiran adalah peristiwa normal dan peristiwa yang
sehat dalam kehidupan suatu keluarga.
b. Peristiwa persalinan dan kelahiran merupakan awal pembentukan baru pentingnya
suatu hubungan keluarga.
c. Keluarga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan tentang perawatan
selama masa childbearing, memberikan informasi adekuat dan dukungan
profesional.

Sedangkan prinsip-prinsip yang mendasari adalah:


a. Persalinan dipandang sebagai suatu kesejahteraan, bukan suatu
gangguan/penyakit. Perawatan ibu dan bayinya ditunjukan untuk
mempertahankan masa kehamilan, kelahiran, persalinan dan pasca persalinan
sebagai suatu peristiwa normal dalam kehidupan wanita yang melibatkan
perubahan fisik, emosional dan sosial yang dinamis.
b. Sikap perorangan, budaya dan agama mempengaruhi arti kehamilan,
persalinan dan nifas.
c. Kehadiran keluarga atau kerabat selama ibu memperoleh pelayanan
keperawatan dirumah sakit sangat diharapkan untuk memberikan dukungan
kepada ibu.
d. Hubungan antara ibu, keluarganya dengan perawat berrdasarkan saling
menghargai dan saling percaya.
e. Menyiapkan keluarga untuk berpartisipasi aktif selama masa childbearing dan
parenting melalui program prenatal edukasi yang komprehensif.
f. Perawat/bidan berperan sebagai advocate terhadap hak-hak seluruh anggota
keluarga termasuk janin.
g. Membantu keluarga dalam mengambil keputusan tentang perawatan masa
childbearing sesuai yang diharapkan.
h. Perawat mempersiapkan ibu merawat bayinya sendiri.
i. Peningkatan kesehatan melalui model peran, pembelajaran/konseling.
Berdasarkan hal diatas pelaksanaan pendampingan keluarga pada saat
persalinan penting diterapkan dan sesuai dengan pendekatan Family Centered
Care yaitu; peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu
keadaan sejahtera, bukan suatu keadaan sakit.

2. Langkah-langkah pelaksanaan pendampingan keluarga dalam proses persalinan


a. Memberikan informasi/pengetahuan kepada petugas kesehatan yang terkait
tentang pentingnya pendampingan keluarga. Persiapan sarana prasarana
sehingga memungkinkan suami/keluarga menemani ibu saat melahirkan.
b. Membuat panduan untuk pendamping ibu (keluarga) saat proses persalinan,
agar dapat meningkatkan perilaku positi dan motivasi bagi ibu.
c. Membuat SOP pendampingan yang jelas dan mengacu kepada konsep
pendampingan keluarga.
d. Evaluasi aplikasi pendampingan yang sudah dilakukan.

Pelaksanaan pendampingan keluarga pada saat ibu menjalani proses persalinan


a. Tanyakan kepada ibu bersalin, siapa orang yang dipercaya untuk
mendampingi proses persalinan (suami, ibu, kakak, dll).
b. Tanyakan kepada orang yang ditunjuk ibu, apakah bersedia dan ingin
berpartisipasi aktif dalam persalinan.
c. Orientasikan kepada ibu dan pendamping tentang kegiatan yang akan
dilakukan, fasilitas yang dapat digunakan diruangan seperti toilet, dll.
d. Menganjurkan ibu untuk rileks dan istirahat bila tidak ada kontraksi.
e. Komunikasikan kepada pendamping prosedur/ tindakan yang dapat dikerjakan
f. dalam membantu ibu dan apa yang diharapkan dari prosedur/tindakan tersebut
g. Membantu buang air besar/kecil.
h. Membantu memenuhi kebersihan diri, mengusap keringat.\
i. enguatkan motivasi ibu untuk tetap bersemangat.
j. Memotivasi ibu untuk berdoa.
k. Memberikan semangat kepada ibu dan membantu mempertahankan cara
3. mengedan yang benar, mengatur posisi ketika ibu bersalin melalui proses
persalinan Kala II (pengeluaran bayi). Berikan penjelasan kepada pendamping tentang
tahapan persalinan

D. DUKUNGAN EMOSIONAL DARI PENDAMPING PERSALINAN


Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan, ibudapatmengatasinya dengan
meminta keluarga atau suami untukmemberikansentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu
bahwa persalinandapatberjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikandoronganmoril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga sertamemberikan
bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan.

Menurut hasil penelitian Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dariMusbikin tentang
pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan, yaitu menemukan bahwa
para ibu yang didampingi seorangsahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama
proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi
yangmemerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan.

Ibu-Ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepatdan


lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiransuami atau kerabat
dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sangibu dari stress dan kecemasan yang
dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa
pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara
fisik(Musbikin, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Susianawati (2009) menyatakan bahwaada pengaruh


yang signifikan dari pendampingan suami terhadap tingkatkecemasan ibu selama proses
persalinan normal. Partisipasi suami yang cukuptinggi dalam pendampingan istri
menunjukkan bahwa suami menyadari akan peran yang bisa dilakukannya dalammemberikan
dukungan fisik dan
E. KOMUNIKASI EFEKTF
Upaya memuaskan klien adalah pengalaman panjang yang tidak mengenal batas akhir
(Nurunniyah & Nurhayati, 2013) Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan
kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila
memberikan kepuasan kepada pasien. Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi, salah satu diantaranya adalah kelancaran komunikasi antara
petugas kesehatan (termasuk bidan) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan 37
bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada komunikasi
karena komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien (Pohan, 2007).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mayendro (2017) dengan judul
Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD
menunjukkan bahwa hasil keseluruhan tentang komunikasi terapeutik perawat di rawat jalan
RSUD Jogja, responden merasa puas dengan komunikasi terapeutik perawat baik itu tahap
orientasi, tahap kerja maupun tahap terminasi. Komunikasi terapeutik yang di aplikasikan
secara baik akan memberikan kenyamanan tersendiri kepada pasien sehingga membuat
pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan terutama dalam hal komunikasi terapeutik.
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari 25 pasien mengatakan bahwa hanya akan merasa puas
apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari yang
diharapkan.

F. STRATEGI PENGURANGAN RASA NYERI


 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan nyeri persalinan dengan
pemijatan, sebagian besar (61,6%) cukup mengurangi nyeri dan hampir setengah
(35,1%), sangat mengurangi nyeri persalinan. Pijatan pada bahu, leher, wajah, dan
punggung bisa meredakan ketegangan otot serta memberi rasa rileks. Sirkulasi
darah juga menjadi lancar sehingga nyeri berkurang (Simkin, 2007). Manajemen
non farmakologi sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun
janin, tidak memperlambat persalinan jka diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan
tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri selama kala I meliputi, relaksasi, akupresur, kompres
dingin atau hangat, terapi musik, hidroterapi dan massage (Bobak, 2009).
Salah satu tanggung jawab Bidan paling dasar adalah melindungi klien
dari bahaya. Ada sejumlah terapi non farmakologis yang mengurangi resepsi dan
persepsi nyeri dan dapat digunakan pada keadaan perawatan acut dan perawatan
tersier. Tindakan non farmakologis tersebut mencakup intervensi prilaku kognitif
seperti imajinasi terbimbing, distraksi, relaksasi, biofeedback dan penggunaan
agen fisik meliputi stimulasi kutaneus, massase, mandi air hangat, kompres panas,
kompres dingin serta stimulasi saraf electric transkutan (TENS). (Potter dan Perry,
2009).
Bidan harus secara berkesinambungan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya, termasuk pengetahuan dan keterampilan dalam pengurangan
rasa nyeri dengan pemijatan.Selain itu dapat memberikan pembelajaran dan sabar
dalam memberikan pelayanan ibu hamil, dan dapat membudayakan pengurangan
nyeri persalinan pada keluarga dan masyarakat, sehingga dapat membantu ibu saat
membutuhkan bantuan dalam pengurangan nyeri persalinan.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan nyeri persalinan dengan


kompres hangat, sebagian besar (61,6%) cukup mengurang nyeri dan hampir
setengahnya (38,4%) sangat mengurangi nyeri persalinan. Kompres hangat dapat
meningkatkan suhu kulit lokal, sirkulasi dan metabolisme jaringan. Kompres
hangat mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri. Studi kecil
tentang kompres hangat (botol air panas) yang diletakkan di fundus menemukan
bahwa tindakan ini akan meningkatkan aktivitas rahim (Simkin,
2010).Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap
meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia
(Walsh, 2007).Tujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,
membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan mempelancar
pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien (Azril, 2009).

 Menurut Marlina ED (2018), Sebagian besar ibu mengalami nyeri persalinan berat
dan sedang sebelum dilakukan kompres hangat. Hal ini terjadi karena pada kala I
persalinan terjadi dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut,
peregangan, trauma pada serat otot dan ligamen. Pengalaman nyeri sebelumnya
tidak selalu berarti bahwa individu akanmenerima nyeri dengan lebih mudah pada
masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami
serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan
juga sebaliknya
G. INTAKE CAIRAN ORAL DAN NUTRISI
Selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama
fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi
cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan
makanan ringan selama proses persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan
memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat
kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin berhubungan
dengan kemajuan persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi kebutuhan nutrisinya akan melalui
proses persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang baik. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Broachet al (1988) dan Foulkes et al (1985) menyatakan bahwa
pembatasan makan minum atau puasa saat persalinan dapat menyebabkan dehidrasi dan
asidosis, kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan kehilangan darah intra
partum. (Munro, 2012).

Selain itu bentuk makanan akan mempengaruhi absorpsi nutrisi itu sendiri. Makanan
atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi sangat tepat diberikan
kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga akan
lebihmcepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan menambah kekuatan untuk mengedan.
(Oxorn & Forte, 2010).

H. MOBILISASI PERSALINAN DAN PEMILIHAN POSISI PERSALINAN

Mobilasi Persalinan

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
Kozier, 2006)

Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau
berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
 Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya
dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
 Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri
tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).

Posisi Persalinan

1. Posisi Miring (Lateral)

Bentuk posisi ini ibu akan disuruh berbaring miring ke arah kiri maupun kanan
dengan salah satu kaki diangkat dan untuk posisi kaki satunya dalam keadaan
lurus.Posisi ini dilakukan apabila posisi kepala bayi belum tepat.

Keuntungannya :

Peredaran darah balik ibu bisa berjalan dengan lancar,pengiriman oksigen


dalam darah ibu ke janin melalui plasenta juga tidak akan terganggu sehingga pada
proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan.Selain itu juga dapat
menjaga denyut jantung janin stabil selama kontraksi,menghemat energi dan baik
untuk ibu yang mempunyai tekanan darah rendah.

Kelebihan :

Posisi miring bisa saja menyulitkan Dokter untuk membantu proses persalinan
dikarenakan letak kepala bayi susah untuk dimonitor,diarahkan maupun
dipegang.Dokter juga akan kesulitan melakukan tindakan episiotomi.Posisi ini juga
akan memperlambat persalinan jika penggunaannya tidak tepat.

2. Posisi Setengah Duduk

Biasanya pada posisi ini ibu akan duduk dengan punggung bersandar pada bantal,kaki
ditekuk dan paha dibuka kearah samping dan posisi ini mungkin bisa membuat ibu
nyaman.
Keuntungannya :

Jalan lahir yang akan ditempuh bayi untuk bisa keluar jadi lebih pendek dan
suplai oksigen dari ibu kejanin juga akan dapat berlangsung secara maksimal.Selain
itu anda juga akan mendapatkan batuan gaya gravitasi walaupun Cuma sedikit dan
posisi ini tidak akan menggangu dalam epidural,pemasangan infus,cateter,CTG.

Kekurangannya :

Posisi ini dapat menimbulkan keluhan lelah dan rasa sangat pegal pada
punggung anda.Biasanya posisi ini akan lebih menyakitkan dibandingkan posisi
lainnya dan gerakan anda akn dibatasi.Dapat meningkatkan forcep dan vakum serta
dapat meningkatkan tekanan pada perineum yang dapat menimbulkan resiko robek.

3. Posisi Berbaring ( Litotomi)

Biasanya bunda akan disuruh terlentang ditempat tidur bersalin dengan


menggantung kedua pahanya pada penopang kursi yang khusus untuk bersalin.

Kelebihan :

Pada posisi ini jalan lahir akan menghadap kedepan dan mudah untuk
mengukur perkembangan dan pembukaan dan waktu persalinan anda.Kepala bayi
akan mudah diarahkan dan dipegang.

Kekuranganya :

Posisi berbaring akan membuat ibu hamil akan sulit mengejan pada saat prose
kelahiran bayi.Dapat meningkatkan tekanan pada peri perineum yang dapat membuat
robekan dan derajad episitomi,Pembukaan panggul sempit tidak akan maksimal.
4. Posisi Jongkok

Pada posisi ini biasanya ibu menghadapi persalinan dengan posisi jongkok
diatas bantalan empuk yang berguna untuk menahan kepala bayi dan tubuh bayi.

Kelebihannya :

Merupakan posisi yang sangat alami saat melahirkan karena memanfaatkan


gaya grevitasi bumi,sehingga ibu melahirkan gak usah terlalu kuat untuk mengejan.

Kekurangannya ;

Dapat berpeluang membuat cidera kepala bayi,posisi ini banyak dinilai kurang
menguntungkan karena sangat menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan
dan tindakan persalinan lainnya.

5. Posisi Berlutut

Posisi ini merupakan opsi untuk persalinan.Beberapa proses persalinan yang


mengalami kesulitan akan dilakukan perubahan posisi yang dapat membantu proses
persalinan berjalan lancar.

Keuntungannya :

Dengan posisi bersandar kedepan akan membantu untuk meringankan ibu dari
rasa sakit persalinan dan dapat mengurangi tekanan pada perineum sehingga robekan
perineum akan jarang terjadi serta memungkinkan pasangan untuk melakukan pijatan
atau kompres hangat pada punggung anda.

Kekurangannya :

Mungkin hampir tidak ada kekurangan dalam posisi ini


6. Posisi Merangkak

Tips : Dalam posisi ini yang terpenting adalah menjaga agar lengan vertikal
dengan bahu anda dan tidak jauh kebelakang atau kedpan tidak boleh lebar dari bahu
anda sehingga tidak akan membuang energi namun juga memungkinkan tubuh anda
beristirahat dilengan anda.

Keuntungannya :

Posisi ini dapat membantu meringankan rasa sakit,posisi ini juga sangat bagus
untuk bayi anda yang berukuran besar,dapat juga membantu jika terjadi prolaps tali
pusat untuk mencegah tali pusat semakin menumbung dan lebih sedikit beresiko t

7. Posisi Berdiri Tegak

Posisi berdiri tegak mungkin kurang dimanfaatkan dari semua posisi


lahir.Sebenarnya posisi tegak juga termasuk posisi baik karena manfaatnya banyak
sekali salah satunya anda dapat bergerak dengan mudah yang dapat mempercepat
proses persalinan dan membantu bayi anda dalam posisi yang sangat baik.Beberapa
variasi posisi tegak dengn cara berdansa dengan pasangan,berdiri saling berhadapan
dengan menggoyang maju mundur dan melingkari untuk mempermudah bagian
terendah janin segera turun kejalan lahir.Posisi ini sangat baik pada saat kala I.

Keuntungannya :

Posisinya mudah bergerak dan bisa menjaga napas saat anda


mengejan,membuat orang lain mudah untuk memijat ,membuat kontraksi lebih
efektif,mempercepat tahap pertama persalinan,mengurangi permintaan obat sakit
epidural,berdiri dalam posisi asimetris juga dapat membantu bayi bergerak dalam
posisi yang baik,posisi tegak untuk kelahiran bayi menggunakan besar gravitasi.
I. COC

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CoC yang diterapkan pada LTA di Prodi
D III Kebidanan Fakultas FK UNS yaitu mahasiswa mendampingi satu klien kemudian akan
dilakukan asuhan yang menyeluruh dari hamil, bersalin, masa nifas, bayi baru lahir sampai
dengan keluarga berencana (KB). Model CoC ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Homer et al (2014) yang menjelaskan tentang CoC dalam kebidanan ada- lah
serangkaian kegiatan pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana . Model CoC
diterapkan dalam LTA dimulai pada semester V, dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Rawson et.al (2007) dari UK dimana penerapan COC dengan istilah student caseloading
dimulai sejak tahun 2004, siswa mendapatkan pengalaman dengan mengikuti perempuan
dalam rentang proses kelahiran yang dimulai pada 18 bulan terakhir dari 3 tahun studi dan
siswa merupakan pemberi asuhan kebidanan yang utama terhadap perempuan yang menjadi
kasusnya

Model CoC ini sudah diterapkan lebih awal di luar negeri dan sudah mulai dilakukan
mahasiswa pada semester lebih awal. Mahasiswa dalam melakukan penyusunan LTA dengan
model CoC ini ditemukan hasil bahwa mahasiswa dapat menunjukkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa nantinya jika lulus
dan bekerja. Hal ini seperti Penelitian yang dilakukan oleh Evans et al (2020) kepada
mahasiswa kebidanan di salah satu universitas di Australia yang akan lulus, hasil
penelitiannya menunjukkan sebagian besar mahasiswa bercita cita untuk bekerja dengan
model CoC karena mereka akan mendapatkan kepuasan kerja dengan memberikan perawatan
yang berkelanjutan bagi wanita, merawat wanita dengan sepenuhnya dan mereka dapat
membuat keputusan yang mandiri terkait asuhan yang diberikan kepada wanita tersebut.

J. MANAJEMEN ASUHAN INTRANATAL

Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah pendekatan yang digunakan


oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi
(Mudillah dkk, 2012: 110). 2. Tahapan dalam Manajemen kebidanan Langkah – langkah
asuhan kebidanan menurut varney (1997), yaitu sebagai berikut :
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Langkah pertama

merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya. Mengumpulkan data


adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan
pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama
proses asuhan kebidanan berlangsung, data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.
Sumber yang dapat memerikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat
mungkin dan upaya sekecil mungkin.Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan
ekonomis, yang di sebut sebagi sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber
data skunder adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain dan anggota keluarga.

Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu ; Observasi, dimana pengumpulan data
melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran
(bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perdaban (suhu badan,
nadi). Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada
pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting di perhatikan adalah data yang
ditanyakan di arahkan data yang relefan, dan Pemeriksaan, dimana pengumpulan data
yang dilakukan dengan memakai instrument/alat mengukur. Dengan tujuan untuk
memastikan batas dimensi angka, irama kuantitas. Misalnya pengukuran tinggi badan
dengan meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter. Data
secara garis besar diklasifikasikan sebagai data subyektif dan data obyektif. Pada waktu
mengumpulkan data subyektif harus mengembangkan hubungan antar personalyang
efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih diperhatikan hal-hal yang menjadi
keluhan utama pasien dan mencemaskan, berupa pendapatan data/fakta yang sangat
bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien (Mufdillah, dkk 2012: 111-113). Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara, anamneses dengan melakukan tanya jawab
untuk memperoleh data meliputi : riwayat kesehatan, riwayat reproduksi : riwayat haid,
riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi, riwayat
KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi dan psikologi.Dan
pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah
berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya.

Langkah II : Interpretasi Diagnosa atau Masalah Aktual Pada langkah ini


dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data - data yang di kumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga di temukan masalah atau diagnose yang
spesifik. Langkah awal dari perumusan masalah/diagnose kebidanan adalah
pengelolahan/analisa data yang menggabungkan dan menghub

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnose Atau Masalah Potensial Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangakaian
masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap – siap bila diagnose/masalah potensial ini benar – benar terjadi(Mufdillah,
dkk 2012: 117)ungkan satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Mufdillah, dkk
2012: 113).

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan


Penanganan Segera. Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter. Mungkin juga
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap
pasien untuk menetukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Mufdillah, dkk 2012: 117-178)

Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Komprehensif/Menyeluruh Pada


langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau masalah yang
telah diidentiikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap di lengkapi (Mufdillah, dkk 2012)

LangkahVI : Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan Pada langkah


keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5
dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. g. Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keevektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggab efektif
jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012:
118-119).

Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar
– benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggab efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedangkan sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012: 118-119).

2. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan (SOAP)

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjekti


dan objekti yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial serta
kongseling untuk tindak lanjut. a. Data Subjektif Merupakan data yang berisi informasi
dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa. b. Data Objektif Data yang diperoleh dari apa yang dilihat
dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan laboratorium, USG, dll.Apa yang
dapat di obserfasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang
akan di tegakkan
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada saat intranatal dapat
dilakukan dengan baik melalui beberapa penerapan konsep maternitas, salah satunya
melibatkan keluarga dalam proses perawatan. Penerapan program pendampingan
keluarga/suami saat persalinan sangat penting dilakukan, karen hal ini dapat mengurangi
kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan. motivasi yang dioberikan pendamping dapat
mempengaruhi psikologis ibu secara positif yang merupakan salah satu faktor yang
menentukan suksesnya persalinan.
Program pendampingan keluarga saat proses persalinan akan terlaksanan dengan baik
apabila didukung oleh sarana dan prasaran yang tersedia. Petigas kesehatan yang terlibat
diruangan intranatal (dokter, perawat/bidan) harus memahami tujuan dan pentingnya
pelaksanaan program pendampingan ibu saat persalinan. pelaksanaan program ini akan lebih
optimal, apabila selama masa antenatal keluarga/suami sudah dibekali langkah-langkah yang
harus dilakukan pada saat mendampingi istri melahirkan.
Evaluasi pelaksanaan program pendampingan keluarga seharusnya dilakukan oleh
manager keperawatan agar terjadi kesinambungan dan perbaikan pelaksanaan program pada
masa yang akan datang. Motivasi untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi bagi
petugas kesehatan khususnya yang bertugas dibagian intranatal perlu ditngkatkan dan
difasilitasi oleh pihak manajemen dan rumah sakit, agar terjadi peningkatan keluatisa sumber
daya tenaga kesehatan. Kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas dapat meningkatkan kepuasan bagi pasien dan secara tidak langsung
meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga dalam proses persalinan yang aman dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
Lailia, I.N. (2014). Pendampingan Suami Terhadap Kelancaran Proses Persalinan Di
BPM Arifin S Surabaya. Journal of Health Science, 8 (1).

Diponegoro. A. M, & Hastuti. S. B. (2012). Pengaruh Dukungan Suami terhadap


Lama Persalinan Kala II pada Ibu Primipara. Humanitas (Jurnal Psikologi Indonesia), 6(2),
123-135.

Wijaya, D. E., Rillyani, Wandini, R., & Wardiyah, A. (2015). Pengaruh


Pendampingan Suami Terhadap Lamanya Persalinan Kala II di Ruang Delima RSUD DR.H.
Abdul Moeloek Lampung. Jurnal Keperawatan, 6, 6- 14.

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2005). Maternity Nursing. 4 th ed.
(wijayanrini, M. A, & Anugrah, P. I: Penerjemah). California: the CV. Mosby. (Sumber asli
diterbitkan 1995)

May, K.A. & Mahmlmeister, L.R. (1994). Maternal & Neonatal Nursing Family
Centred Care. 4th ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Pangrestono (1999). Ethnicity
and Social Support during pregnancy, American Journal of Community Pshycology, vol. 27

Nurunniyah & Nurhayati. 2013. Mutu Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Almatsier, Sunita.(2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Glover, P and Sweet L. 2009. An Exploration of the Midwifery Continuity of Care Program
at One Australian University as a Symbiotic Clinical Education Model. Nurse Education
Today, Volume 33, Issue 3, March 2013, pages 262-67. DOI: 10.1016/j.nedt.2011.11.020

http://eprints.ums.ac.id/59845/18/NASBUP%20REVISI%20BENAR.pdf,

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6560/2/NURJAYANTI%20pdf.pdf,

https://jurnal.uns.ac.id/placentum/article/view/43420,

Anda mungkin juga menyukai