4c327 Modul 1 Dasar - Dasar KPBU
4c327 Modul 1 Dasar - Dasar KPBU
Jl. Sapta Taruna Raya No. 26 Kompleks PUPR Pasar Jumat, Jakarta Selatan
Telepon: (021) 7511875
Judul Modul:
DASAR – DASAR KPBU
Penulis Modul:
Sigit Erstanto Budi Utomo, S.T.,M.T.,
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
penyusunan Modul Dasar – Dasar Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) ini dapat
diselesaikan, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran pelatihan yang
diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Modul ini terdiri atas Pendahuluan, Materi Pokok dan Penutup. Pembuatan Modul ini
adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap
Aparatur Sipil Negara di bidang jasa konstruksi, agar memiliki kompetensi dasar dalam
memahami dan mengetahui Dasar - Dasar Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU),
dengan waktu pembelajaran sebanyak 4 jam pelajaran.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan Kami sampaikan kepada Penyusun dan
Narasumber sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan modul akan
senantiasa dilakukan untuk mengakomodir perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Diharapkan modul ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
2.1 Fungsi dan Sejarah Timbulnya Peraturan Perundangan tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha ............................................................................................................ 18
2.2 Peraturan Perundangan terkait Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur ...................................................................................................... 20
2.3 Peraturan Perundangan terkait Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur ...................................................................................................... 23
2.4 Definisi dan Peristilahan dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha .............. 29
2.5 Tujuan dan Prinsip Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha .................................. 33
2.6 Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha .......................................... 34
2.7 Penerapan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Berbasis Syariah dalam Rangka
Pembiayaan Infrastruktur ..................................................................................................... 40
3.1 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Atas Prakarsa
Pemerintah ........................................................................................................................... 65
3.2 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Atas Prakarsa
Badan Usaha ......................................................................................................................... 66
3.3 Manajemen Risiko dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha....................... 67
3.4 Pemantauan, Evaluasi dan Fasilitasi dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
67
3.5 Latihan ........................................................................................................................... 67
3.6 Rangkuman .................................................................................................................... 68
BAB IV ............................................................................................................................. 69
PENUTUP ......................................................................................................................... 85
GLOSARIUM..................................................................................................................... 93
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Perbedaan Capital Expenditure (Capex) dan Operating Expenditure (Opex) ... 49
2. Tabel 3.1 Perbedaan Konsep antara Privatisasi dengan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha ......................................................................................................................... 63
1. Tabel 3.2 Perbedaan Kerjasama Konvensional dengan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha ......................................................................................................................... 64
2. Tabel 10.1 Keterkaitan Core Values dan Kode Etik & Kode Perilaku Pegawai................... 85
1. Tabel 2.1 Perbedaan Capital Expenditure (Capex) dan Operating Expenditure (Opex) ... 49
2. Tabel 10.1 Keterkaitan Core Values dan Kode Etik & Kode Perilaku Pegawai................... 85
1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat bertanya
pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini:
a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.
b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
B. Petunjuk Bagi Instruktur
Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
1) Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3) Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
PENDAHULUAN
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM). Aparatur
Sipil Negara mempunyai peranan atas keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan untuk mewujudkan tujuan
negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Mata pelatihan ini membahas materi tentang Dasar – Dasar Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang meliputi Pendahuluan, Dasar Hukum dan Ketentuan Terkait Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha, Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha, Jenis – Jenis Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha,
Penutup serta Latihan dan Rangkuman.
Hasil Belajar
1. Dasar Hukum dan Ketentuan terkait Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
a. Infrastruktur Jalan;
b. Infratstruktur Sumber Daya Air dan Irigasi;
c. Infrastruktur Air Minum;
d. Infrastruktur Infrastruktur Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat;
e. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat;
f. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Persampahan;
g. Infrastruktur Ekonomi Fasilitas Perkotaan;
h. Infrastruktur Fasilitas Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan;
i. Infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian dan Budaya;
j. Infrastruktur Perumahan Rakyat;
k. Infrastruktur Bangunan Negara.
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, peserta dapat memahami tentang Dasar –
Dasar Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha mengenai Dasar Hukum dan
Ketentuan terkait Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Fungsi dari peraturan perundangan atau regulasi secara umum adalah sebagai sarana
untuk menjaga ketertiban dalam interaksi manusia di dalam masyarakat, sehingga
keamanan dan ketertiban dapat terpelihara. Disamping itu produk hukum ini bersifat
memaksa, dalam menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, produk
hukum ini dibuat oleh badan-badan resmi negara, dimana pelanggaran atas produk hukum
tersebut mengakibatkan diambil tindakan hukum tertentu. Selanjutnya fungsi dasar hukum
secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :
Selanjutnya regulasi atau produk hukum tidak hanya berlaku pada manusia saja sebagai
anggota masyarakat tetapi juga berlaku dalam ranah Lembaga. Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU) merupakan Kerjasama antar lembaga yaitu antara Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum.
Ketersediaan infrastruktur disini adalah infrastruktur yang memadai dan
berkesinambungan serta merupakan kebutuhan mendesak, untuk mendukung
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia pada dasarnya telah
ada sejak tahun 1998 dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam
Pembangunan dan / atau Pengelolaan Infrastruktur yang diatur lebih lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Nomor KEP-319/KET/10/1998 tentang
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan /
atau Pengelolaan Infrastruktur. Selanjutnya pada tahun 2005, pengaturan mengenai KPBU
diubah dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,
yang mengalami perubahan sebanyak 3 (tiga) kali berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan terakhir
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Pada tahun 2015
Adapun Dasar Hukum Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha adalah sebagai
berikut :
Adapun Dasar Hukum Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha terkait infrastruktur
yang dapat dikerjasamakan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur adalah sebagai
berikut :
a. Jalan Arteri;
b. Jalan Kolektor;
c. Jalan Lokal;
d. Jalan Tol;
Selanjutnya infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi yang dapat dikerjasamakan
adalah sebagai berikut :
a. Waduk / Bendungan;
b. Intake;
• Pengendali Banjir;
• Pengaman Pantai;
• Pengendali Sedimen.
a. Sarana Pembelajaran;
b. Laboratorium;
c. Pusat Pelatihan;
f. Inkubator Bisnis;
g. Galeri Pembelajaran;
i. Perpustakaan;
9. Infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian dan Budaya, dengan dasar hukum :
a. Peraturan Menteri Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
Selanjutnya infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian dan Budaya yang dapat
dikerjasamakan adalah sebagai berikut :
a. Gedung Perkantoran;
b. Rumah Negara;
2.4 Definisi dan Peristilahan dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
2.7 Penerapan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Berbasis Syariah dalam
Rangka Pembiayaan Infrastruktur
Sesuai dengan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 - 2024, KNKS berupaya
membangun ekosistem ekonomi syariah yang meliputi industri halal, keuangan syariah baik
komersial maupun sosial, serta infrastruktur pendukung lainnya seperti pembangunan
sumber daya manusia, sistem informasi, dan digitalisasi ekonomi. Dalam melakukan
implementasi program strategis, KNKS mengutamakan kerja sama dan sinergi dengan
kementerian/lembaga, regulator, akademisi, peneliti, praktisi, organisasi masyarakat serta
pemangku kepentingan terkait lainnya.
1. Akad
Akad merupakan sebagai suatu kontrak/kesepakatan yang terjadi di antara dua belah
pihak. Kegiatan yang dilakukan dalam akad adalah ijab dan qobul dengan
mengutarakan keinginan penjual/pemberi dana/kontrak (yaitu ijab) dan
pembeli/penerima dana/kontrak (qobul). Setiap akad ini mempunyai akibat hukum
yaitu tercapainya sasaran yang ingin dicapai sejak semula, seperti pemindahan hak
milik dan akad itu bersifat mengikat bagi pihak – pihak yang berakad, tidak boleh
dibatalkan kecuali disebabkan oleh hal – hal yang dibenarkan syara’ seperti terdapat
cacat pada obyek akad atau akad itu tidak memenuhi salah satu rukun dan syarat akad.
2. Murabahah
Murabahah merupakan akad jual beli. Pada saat murabahah dilakukan maka
kesepakatan terkait dengan harga dan keuntungan/margin yang diperoleh akan
ditetapkan oleh nasabah dengan bank. Dapat juga dikatakan bahwa murabahah
merupakan pembiayaan yang saling menguntungkan yang dilakukan oleh pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan
bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan
keuntungan atau laba bagi pemilik modal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai
atau angsur.
3. Hawalah
Hawalah adalah akad pemindahan suatu utang atau piutang kepada pihak lain. Dalam
sistem perbankan sering terjadi pemindahan antara bank. Dengan perkembangan
Pencatatan
Dana yang dihabiskan untuk Dana yang dihabiskan mengubah
dalam
persediaan berada di bawah belanja persediaan menjadi throughput
Accounting
modal. adalah opex.
sebagai :
Istilah biaya operasi atau biaya modal ini tidak akan ditemukan dalam sebuah laporan
keuangan perusahaan maupun neraca perusahaan. Namun kedua istilah ini akan kita temui
pada hal-hal yang berhubungan dengan sisi akuntansi biaya dalam sebuah perusahaan.
Selanjutnya umumnya kontribusi yang diberikan BUP berada di kisaran 30 % dari total
kebutuhan Capex dan Opex dan sisanya dapat dipenuhi melalui berbagai opsi pembiayaan.
Pada skema KPBU Syariah, tentu pembiayaan yang digunakan oleh BUP harus sesuai
dengan prinsip prinsip syariah dan prinsip kehati - hatian dalam perbankan sebagai berikut:
1. Pembiayaan dari Bank Syariah
Badan Usaha Pelaksana (BUP) dapat mengajukan pembiayaan kepada perbankan
syariah untuk memenuhi kebutuhan proyek. Perbankan syariah dapat memberikan
pembiayaan pada BUP setelah BUP tersebut ditetapkan menjadi pemenang lelang dan
telah melakukan penandatanganan perjanjian KPBU. Pembiayaan bank tersebut hanya
dapat diberikan kepada BUP pada masa konstruksi dan masa pengelolaan. Perbankan
syariah dapat menyalurkan pembiayaan dengan berbagai akad yang dapat diterapkan
di antaranya Istishna Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT), Musyarakah Mutanaqisah
(MMQ), Musyarakah, Murabahah atau akad lain yang sesuai dan telah disetujui oleh
Dewan Pengawas Syariah bank. Pembiayaan juga bisa dilakukan dengan menggunakan
kombinasi dari akad-akad tersebut jika struktur pembiayaan yang diberikan kepada
BUP terdiri dari beberapa fasilitas. Bagian ini akan menjelaskan pembiayaan melalui
perbankan syariah dengan akad Istishna Paralel, IMBT, dan MMQ, baik secara
individual maupun sindikasi.
2. Penerbitan Sukuk Mudharabah
Alternatif pembiayaan juga dapat diperoleh BUP dengan menerbitkan efek berupa
Sukuk Mudharabah. Sukuk Mudharabah merupakan sertifikat kepemilikan atas suatu
Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Pengadaan tanah untuk
kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan,
kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan dan
keselarasan. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan menyediakan tanah
bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa, negara dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang
berhak.
Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana bersumber dari pembayaran
oleh pengguna dalam bentuk tarif, PJPK menetapkan tarif awal atas penyediaan
infrastruktur. Tarif awal dan penyesuaiannya, ditetapkan untuk memastikan pengembalian
investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam hal berdasarkan pertimbangan PJPK, jika tarif belum dapat
ditetapkan untuk mengembalikan seluruh investasi Badan Usaha Pelaksana, tarif dapat
ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan pengguna. Dalam hal tarif ditentukan
berdasarkan kemampuan pengguna, PJPK memberikan Dukungan Kelayakan sehingga
Badan Usaha Pelaksana dapat memperoleh pengembalian investasi. Selanjutnya
Pemberian Dukungan Kelayakan hanya diberikan bagi KPBU yang mempunyai
kepentingan dan kemanfaatan sosial, setelah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
melakukan kajian yang lengkap dan menyeluruh atas kemanfaatan sosial.
1. Biaya modal;
1. Infrastruktur yang dikerjasamakan telah dibangun dan dinyatakan siap beroperasi; dan
2.10 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Atas Prakarsa Badan Usaha
1. Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan;
2. Layak secara ekonomi dan finansial; dan
3. Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan keuangan yang
memadai untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
Badan Usaha pemrakarsa wajib menyusun studi kelayakan atas KPBU yang diusulkan.
Terhadap Badan Usaha pemrakarsa KPBU dapat diberikan alternatif kompensasi sebagai
berikut :
Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur
memegang peran yang cukup strategis dan penting dalam mendukung peningkatan
pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, adil, dan Makmur. Selanjutnya dalam upaya menjamin keikutsertaan badan
usaha dalam kerja sama dengan pemerintah dapat berjalan dengan baik, pengadaan
badan usaha pelaksana harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan yang baik
dan dipertanggungjawabkan. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang selanjutnya
disebut Pengadaan adalah rangkaian kegiatan pemilihan Badan Usaha untuk mendapatkan
mitra kerja sama bagi penanggung jawab proyek kerja sama dalam melaksanakan Proyek
KPBU.
2.14 Latihan
2.15 Rangkuman
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia pada dasarnya telah
ada sejak tahun 1998 dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam
Pembangunan dan / atau Pengelolaan Infrastruktur yang diatur lebih lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Nomor KEP-319/KET/10/1998 tentang
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan /
atau Pengelolaan Infrastruktur. Selanjutnya pada tahun 2005, pengaturan mengenai KPBU
diubah dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,
yang mengalami perubahan sebanyak 3 (tiga) kali berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan terakhir
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Pada tahun 2015
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan perubahan-perubahannya tersebut dicabut
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur disebutkan bahwa Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang
selanjutnya disingkat PJPK adalah Menteri / kepala Lembaga / kepala daerah, atau direksi
badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah sebagai penyedia atau penyelenggara
infrastruktur berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Simpul KPBU adalah Unit Organisasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri (dalam
hal ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) berdasarkan peraturan
perundang -undangan yang memiliki tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan,
sinkronisasi, fasilitasi, koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pembangunan KPBU. Sesuai
dengan Pasal 7 ayat 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur disebutkan bahwa Menteri menunjuk
Direktorat Jenderal sebagai Simpul KPBU.
Tim Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) adalah tim yang dibentuk oleh
Penaggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) yang membantu pengelolaan KPBU pada tahap
penyiapan dan transaksi hingga tercapai pemenuhan pembiayaan, termasuk membantu
Panitia Pengadaan dalam kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana. Panitia Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana yang selanjutnya disebut Panitia Pengadaan adalah tim yang
Sesuai dengan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 - 2024, KNKS berupaya
membangun ekosistem ekonomi syariah yang meliputi industri halal, keuangan syariah baik
komersial maupun sosial, serta infrastruktur pendukung lainnya seperti pembangunan
sumber daya manusia, sistem informasi, dan digitalisasi ekonomi. Dalam melakukan
implementasi program strategis, KNKS mengutamakan kerja sama dan sinergi dengan
kementerian/lembaga, regulator, akademisi, peneliti, praktisi, organisasi masyarakat serta
pemangku kepentingan terkait lainnya.
Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana bersumber dari pembayaran
oleh pengguna dalam bentuk tarif, PJPK menetapkan tarif awal atas penyediaan
infrastruktur. Tarif awal dan penyesuaiannya, ditetapkan untuk memastikan pengembalian
investasi yang meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam hal berdasarkan pertimbangan PJPK, jika tarif belum dapat
ditetapkan untuk mengembalikan seluruh investasi Badan Usaha Pelaksana, tarif dapat
ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan pengguna. Dalam hal tarif ditentukan
berdasarkan kemampuan pengguna, PJPK memberikan Dukungan Kelayakan sehingga
Badan Usaha Pelaksana dapat memperoleh pengembalian investasi. Selanjutnya
Pemberian Dukungan Kelayakan hanya diberikan bagi KPBU yang mempunyai
kepentingan dan kemanfaatan sosial, setelah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
melakukan kajian yang lengkap dan menyeluruh atas kemanfaatan sosial.
Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur
memegang peran yang cukup strategis dan penting dalam mendukung peningkatan
pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, adil, dan Makmur. Selanjutnya dalam upaya menjamin keikutsertaan badan
usaha dalam kerja sama dengan pemerintah dapat berjalan dengan baik, pengadaan
badan usaha pelaksana harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan yang baik
dan dipertanggungjawabkan. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang selanjutnya
disebut Pengadaan adalah rangkaian kegiatan pemilihan Badan Usaha untuk mendapatkan
mitra kerja sama bagi penanggung jawab proyek kerja sama dalam melaksanakan Proyek
KPBU.
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, peserta dapat memahami tentang Dasar –
Dasar Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha mengenai Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Disamping itu terdapat juga perbedaan antara kerjasama secara konvensional dengan
konsep Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur ini
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Perbedaan Kerjasama Konvensional dengan Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha
3.1 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Atas
Prakarsa Pemerintah
3.2 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Atas
Prakarsa Badan Usaha
Terkait dengan manajemen risiko, Direktur Jenderal menyusun manajemen risiko dalam
menyelenggarakan setiap tahapan KPBU. Direktur Jenderal berkoordinasi dengan Pimpinan
Unit Organisasi dalam menyusun manajemen risiko tersebut. Manajemen risiko
Pelaksanaan KPBU ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan Infrastruktur dan
meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan dalam Pelaksanaan KPBU.
Penerapan pelaksanaan manajemen risiko pada proyek KPBU dilakukan secara bertahap
dan terstruktur. Selanjutnya Direktur Jenderal bertanggung jawab merancang penerapan
pelaksanaan manajemen risiko proyek KPBU.
3.5 Latihan
Setelah membaca dan memahami materi di atas, Jawablah pertanyaan di bawah ini
dengan baik dan benar!
1. Jelaskan tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
atas Prakarsa Pemerintah!
2. Jelaskan tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
atas Prakarsa Badan Usaha!
3. Jelaskan terkait manajemen risiko dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha!
4. Jelaskan tentang pemantauan, evaluasi dan fasilitasi dalam Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha!
Skema KPBU diperlukan karena adanya keterbatasan anggaran (financing gap) dalam
memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan infrastruktur, sehingga diperlukan
creative financing sebagai solusi selain menggunakan dana APBN. Melalui Skema KPBU ini
Pemerintah mengajak peran serta swasta berkontribusi dalam pembagunan infrastruktur,
namun demikian Skema KPBU bukanlah privatisasi. Skema KPBU dan privatisasi merupakan
dua skema yang berbeda. Kedua skema ini dianalogikan sama mengingat adanya
keterlibatan pihak swasta dalam penyediaan infrastruktur. Namun dalam penerapannya
sangat berbeda. Tabel berikut menjelaskan perbedaan kedua skema dimaksud :
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atas Prakarsa Pemerintah
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut yaitu tahap perencanaan, tahap penyiapan,
tahap transaksi dan tahap pelaksanaan Perjanjian KPBU.
Badan Usaha dapat memprakarsai KPBU Penyediaan Infrastruktur. Prakarsa Badan
Usaha tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut usulan KPBU terintegrasi
secara teknis dengan rencana teknis sektor yang bersangkutan, layak secara ekonomi dan
finansial dan Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan keuangan
yang memadai untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur. Prakarsa
Badan Usaha dimaksud dilakukan dengan tahapan sebagai berikut yaitu tahap inisiasi,
tahap penyiapan, tahap transaksi dan tahap pelaksanaan Perjanjian KPBU.
Terkait dengan manajemen risiko, Direktur Jenderal menyusun manajemen risiko dalam
menyelenggarakan setiap tahapan KPBU. Pemantauan dan evaluasi Pelaksanaan KPBU
Infrastruktur bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung mengenai
perkembangan proses pelaksanaan Proyek KPBU, mengidentifikasi dan menginventarisasi
permasalahan Pelaksanaan KPBU sebagai upaya pemecahan masalah dan mengevaluasi
hasil Pelaksanaan KPBU khususnya berkaitan dengan manfaat dan kinerja Pelaksanaan
KPBU.
Infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi yang dapat dikerjasamakan adalah sebagai
berikut :
1. Waduk / Bendungan;
2. Intake;
3. Saluran Pembawa Air Baku;
4. Bendungan dan Jaringan Irigasi dan Rawa;
5. Bangunan Pengendali Daya Rusak Air:
a. Pengendali Banjir;
b. Drainase Utama Perkotaan;
c. Pengaman Pantai;
d. Pengendali Sedimen.
Pengelolaan sumber daya air terpadu dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang
tentang Sumber Daya Air yang menjelaskan bahwa sumber daya air harus dikelola secara
menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudan
kemanfaatan sumber daya air berkelanjutan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Lingkup pengelolaan sumber daya air meliputi upaya perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Waduk/bendungan dibangun dengan maksud untuk menyimpan air yang berlebih
pada saat musim hujan agar dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air dan daya
airpada saat dibutuhkan. Waduk/bendungan juga dibangun dalam rangka mendukung
ketahanan air melalui kegiatan pembangunan dan peningkatan kapasitas tampungan air.
Pengertian bendungan adalah bangunan berupa urukan tanah, urukan batu, beton,
dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung limbah
Tahapan kegiatan perencanaan pengelolaan air limbah skala kawasan didahului dengan
1) tahap persiapan (penyepakatan nota kesepemahaman, mekanisme pendanaan), 2)
perencanaan teknis meliputi perencanaan sarana dan prasarana air limbah dan jaringan
pipa pada lokasi yang sudah ditetapkan hasil survey, pengukuran lokasi, dan penyusunan
DED, 3) Pelaksanaan konstruksi sarana air limbah, pemasangan jaringan pipa SR serta
sistem jaringan perpipaan air limbah, 4) Operasi dan pemeliharaan, serah terima, dan
monitoring lingkungan.
Infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian dan Budaya, dengan dasar hukum :
1. Peraturan Menteri Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2018
tentang Standar Prasarana Olah Raga Berupa Bangunan Gedung Olah Raga;
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Cagar Budaya yang Dilestarikan.
Selanjutnya infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian dan Budaya yang dapat
dikerjasamakan adalah sebagai berikut : Gedung / Stadion Olah Raga dan Gedung Kesenian
dan Budaya.
4.11. Latihan
Berdasarkan materi yang telah disampaikan, Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan
baik dan benar!
1. Jelaskan dan jelaskan infrastruktur apa saja yang dapat dikerjasamakan dalam
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha!
2. Jelaskan bagaimana perkembangan infrastruktur pada saat ini yang paling layak
untuk dikerjasamakan dalam KPBU!
Adapun Dasar Hukum Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha terkait infrastruktur
yang dapat dikerjasamakan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur adalah sebagai
berikut :
Infrastruktur jalan yang dapat dikerjasamakan adalah sebagai berikut :
1. Jalan Arteri;
2. Jalan Kolektor;
3. Jalan Lokal;
4. Jalan Tol;
5. Jembatan Non Tol;
6. Penerangan Jalan Umum.
Infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi yang dapat dikerjasamakan adalah sebagai
berikut :
1. Waduk / Bendungan;
2. Intake;
3. Saluran Pembawa Air Baku;
4. Bendungan dan Jaringan Irigasi dan Rawa;
5. Bangunan Pengendali Daya Rusak Air;
a. Pengendali Banjir;
b. Drainase Utama Perkotaan;
c. Pengaman Pantai;
d. Pengendali Sedimen;
Infrastruktur air minum yang dapat dikerjasamakan adalah sebagai berikut :
1. Investasi Pengembangan Air Baku dan Unit Produksi;
2. Investasi Unit Distribusi;
3. Investasi Teknologi Pengoperasian dan Pemeliharaan.
PENUTUP
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Modul.
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada Modul ini.
Tingkat Jumlah Jawaban yang Benar
X 100%
penguasaan = Jumlah Soal
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100 % = Baik Sekali
80 – 89 % = Baik
70 – 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan
ke materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul, terutama bagian yang belum anda kuasai.
Tujuan dari Pelatihan KPBU ialah agar para ASN mampu memahami dan menerapkan
substansi dari peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berkaitan dengan pola
KPBU dan mampu memilik model KPBU yang sesuai dengan karakteristik proyek
infrastruktur.
Masih banyak hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini, ada pula yang menjadi
mata pelatihan pada program pelatihan jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk
lebih memahami mengenai Kelembagaan KPBU, peserta dianjurkan untuk mempelajari,
antara lain:
1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana tersebut
dalam daftar pustaka.
2. Modul mata pelajaran lain yang terkait.
• Badan Pembinaan Hukum Nasional, Laporan Akhir Analisis dan Evaluasi Hukum Terkait
Pembiayaan Infrastruktur (Jakarta : Kementerian Hukum dan HAM, 2020);
• Eka Nuraini Rachmawati & Ab Mumin bin Ab Ghani Mahasiswa Program Doktor &
Profesor Muda Akademi Pengajian Islam University of Malaya Malaysia University of
Malaya, Akad Jual Beli dalam Perspektif Fikih dan Praktiknya di Pasar Modal Indonesia,
Kuala Lumpur : AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 4, Desember 2015;
• Gunawan, Indra, Penerapan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Berbasis
Syariah dalam Rangka Pembiayaan Infrastruktur, dalam
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1129-1293/umum/kajian-opini-
publik/penerapan-kpbu-berbasis-syariah-dalam-rangka-pembiayaan-infrastruktur
(diakses tanggal 18 Juni 2022);
• Hadi, Abdul, Hukum Perbankan Syariah, Akad – Akad dan Dasar Hukumnya, Malang :
Setara Press, 2018;
• https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/23-228/umum/tentang-kpbu/kpbu-bukan-
privatisasi-swastanisasi (diakses tanggal 18 Juni 2022);
• http://simpulkpbu.pu.go.id (diakses : Senin, 21 maret 2022);
• http://kpbu.kemenkeu.go.id (diakses tanggal 15 Juni 2022);
• https://kppip.go.id/tentang-kppip/ (diakses tanggal 17 Juni 2022);
• Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Materi Utama Implementasi Nilai –
Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Undang – Undang Dasar 1945, Jakarta :
Lemhanas RI, Desember, 2020;
• Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, Prospek Pengadaan KPBU
sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur di Indonesia (Jakarta, 30 Oktober 2020)
• Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, Bandung : Refika Aditama, 2011;
• Niko Ramadhani, Capex: Pengertian, Contoh, dan Penggunaannya, dalam
https://www.akseleran.co.id (diakses tanggal 19 Juni 2022)
PJPK atau
:
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (Government Contracting Agency)
GCA
Direktorat
Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum
Jenderal dan Perumahan