Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSEP KETETARIKAN DAN RASA CINTA

SERTA KEBUTUHAN AFILIASI PADA MANUSIA

DOSEN PENGAMPU :
AMANDA SYAHRI NASUTION, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
DEWI SARTIKA (211414039)
SELFIDA SUNARIA PURBA (211414014)
NAMIRA SALSABILA RAHMADANI (211414026)

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN) ALWASHLIYAH


T.A 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Lubuk Pakam, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1
A. Latar belakang.........................................................................................
1
B. Rumusan masalah....................................................................................
1
C. Tụjuan .....................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3
A. Pengaruh Masyarakat Terhadap Perkembangan Sosial..........................
3...............................................................................................................
B. Memahami Arti Kesendirian Atau Kebersamaan Dalam Kehidupan
Sosial Individu ........................................................................................
3

ii
C. Memahami Daya Tarik Dalam Hubungan Interpersonal........................
4
D. Kegagalan Hubungan Cinta, Konsep Individu, Masalah
Keluarga, Konsep Masyarakat................................................................
8

BAB III PENUTUP

15
A. Kesimpulan...........................................................................................
15
B. Saran.....................................................................................................
15

DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Masalah Peribahasa asing mengatakan “no man is an island“ yang
dimaknai manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri. Filsuf ternama seperti arsitoteles juga
menyebutkan manusia sebagai “Zoon Politicon” , makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk
sosial ciptaan Tuhan, dikodratkan tidak dapat hidup sendiri, walaupun secara fisik dapat hidup
tanpa adanya orang lain, tetapi secara psikologis sangat tidak memungkinkan. Manusia
pastinya memerlukan keberadaan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya yang menjadi
acuan dasar terbentuknya hubungan. Hubungan seseorang atau pribadi dengan orang lain akan
menjadi semakin nyata apabila orang tersebut semakin berkembang dalam sosialisasi.
Beberapa juga bisa menyimpulkan bahwa hubungan seseorang dengan orang lain merupakan
kebutuhan pokok. Hal ini sesuai pendapat para ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk individual juga makhluk sosial. Suatu hubungan tidak terbatas pada waktu dan
tempat, dapat terjadi dimana dan bagaimana saja. Dalam hubungan bisa terjadinya adanya
rasa aman ataupun sebaliknya rasa tidak aman. Kemudian rasa aman ini berkembang menjadi
kekeuatan dalam suatu hubungan. Rasa aman dapat membuat seseorang merasa bahagia dan
puas akan hubungannya.
Keberhasilan seseorang didalam hidupnya semata-mata tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan otaknya saja, juga ada faktor penting, yaitu pergaulan atau hubungan antar pribadi.
Hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Kita juga dapat melihat
orang yang mudah bergaul dalam berhubungan itulah yang dapat merasakan kebahagiaan.
Dengan demikian setiap orang selalu berkeinginan agar mengusahakan memiliki suatu
hubungan yang baik, memuaskan agar sukses dalam usahanya mencapai ketenangan batin.
Dalam suatu hubungan, ada kiat dan ketentuan yang dapat membantu kita agar berjalan
dengan baik. Dalam psikologi biasa dikenal dengan istilah individual differences, maksudnya
yaitu adanya perbedaan individual. Tiap individual tidak sama, masing-masing memiliki ciri
khas yang berbeda. Maka sebab itu tidak semua orang memiliki sifat dan sikap hubungan
sosial yang sama pula.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Jelaskan tentang Pengaruh masyarakat terhadap perkembangan sosial ?
2. Jelaskan tentang Memahami arti kesendirian atau kebersamaan dalam kehidupan
sosial individu ?
3. Jelaskan tentang memahami daya tarik dalam hubungan interpersonal?
4. Jelaskan tentang kegagalan hubungan cinta, konsep individu, masalah keluarga,
konsep masyarakat?

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar Mahasiswa/Mahasiswi dapat menambah wawasan tentang Pengaruh masyarakat
terhadap perkembangan sosial.
2. Agar Mahasiswa/Mahasiswi dapat menambah wawasan tentang Memahami arti
kesendirian atau kebersamaan dalam kehidupan sosial individu.
3. Agar Mahasiswa/Mahasiswi dapat menambah wawasan tentang memahami daya tarik
dalam hubungan interpersonal.
4. Agar Mahasiswa/Mahasiswi dapat menambah wawasan tentang kegagalan hubungan
cinta, konsep individu, masalah keluarga, konsep masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Masyarakat Terhadap Perkembangan sosial.


Kelompok bermain baik yang berasal dari kerabat, tetangga, maupun teman sekolah
merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku
seseorang. Di dalam kelompok bermain anak mempelajari berbagai kemampuan baru yang
acap kali berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya.
Berbeda dengan pola sosialisasi dalam keluarga yang umumnya bersifat otoriter karena
melibatkan hubungan yang tidak sederajat, di dalam kelompok bermain pola sosialisasinya
bersifat ekualitas karna kedudukan para pelaku relative sederajat.
Seorang individu melewati masa kanak-kanak dan masa remaja kemudian
meninggalkan dunia kelompok permainannya, individu memasuki dunia baru, yaitu di dalam
lingkungan kerja. Pada umumnya individu yang ada di dalamnya sudah memasuki masa
hamper dewasa bahkan sebagian besar mereka sudah dewasa, maka system nilai dan norma
lebih jelas dan tegas.
Di dalam lingkungan kerja individu saling berinteraksi dan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya. Seseorang yang bekerja
di likungan birokrasi biasanya akan memiliki gaya hidup dan prilaku yang berbeda dengan
orang lain yang bekerja di perusahaan swasta. Seseorang yang bekerja dan bergaul dengan
teman-temannya di tempat kerja seperti dunia pendidikan tinggi, besar kemungkinan juga
akan berbeda prilaku dan gaya hidupnya dengan orang lain yang berprofesi di dunia
kemiliteran.

B. Memahami arti kesendirian atau kebersamaan dalam kehidupan sosial individu.


Kesendirian adalah keadaan pengasingan atau isolasi, yaitu, kurangnya kontak dengan
orang lain. Kondisi ini mungkin berasal dari hubungan yang buruk, kehilangan orang yang
dicintai, pilihan yang disengaja, penyakit menular, gangguan mental, gangguan neurologis
atau keadaan pekerjaan atau situasi (misal terdampar ditempat asing). Kesendirian jangka
pendek sering dinilai sebagai saat-saat seseorang bisa bekerja, berpikir atau beristirahat tanpa
terganggu. Yang mungkin diinginkan demi privasi. Kesendirian dan kesepian adalah dua hal
yang berbeda. Dalam pengertian ini, kedua kata tersebut mengacu pada kegembiraan dan rasa
sakit karena menyendiri.

3
Kebersamaan adalah sebuah ikatan yang terbentuk karena rasa
kekeluargaan/persaudaraan, lebih dari sekedar bekerja sama atau hubungan profesional biasa.
Selayaknya kepentingan bersama lebih diutamakan dari kepentingan pribadi.

3 Manfaat Memelihara Rasa Kebersamaan dalam Masyarakat


1. Hidup akan menjadi lebih tentram dan damai.
Kebersamaan menjadi penting adanya karena dengan selalu bersama dan hidup berdampingan
dalam masyarakat maka kita bisa saling bertukar pikiran, pengalaman hidup, dan pendapat
yang nantinya berguna saat kita menghadapi suatu masalah. Dalam kebersamaan berbagai
permasalahan dapat dipecahkan/diatasi.
2. Menciptakan lingkungan yang saling bersosialisasi dengan baik.
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karena itulah,
penting untuk menjaga kebersaman dalam hidup bermasyarakat agar tercipta lingkungan
sosial yang baik dan menyenangkan. Bila tahap ini sudah tercapai, maka tahap yang sudah
dijelaskan di nomor 1 tadi juga akan dengan mudah didapatkan.
3. Kita menjadi mudah bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain.
Kebersamaan dapat melatih kita untuk menjadi makhluk sosial yang lebih baik dari hari ke
hari. Semakin banyak kita menerapkan kebersamaan dengan lingkungan masyarakat, maka
akan semakin mudah bagi kita untuk bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. (DNR)

C. Memahami daya tarik dalam hubungan interpersonal


Daya tarik interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana
ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga
sangat tidak suka (Mulyadi dkk, 2016, hlm. 13). Dalam proses interaksi sosial, seseorang
memiliki ketertarikan kepada orang lain karena adanya pengalaman yang berharga dengan
orang lain tersebut. Pengalaman ini menciptakan respon emosi yang positif sehingga
menguatkan keinginan seseorang untuk selalu bersama orang lain tersebut (Clore & Byrne,
1974, dalam Suryanto, et. al., 2012).
Teori-teori Mengenai Ketertarikan
Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling tertarik satu dengan
yang lain. Teori-teori yang menjelaskan mengenai keterkaitan tersebut menurut Mulyadi dkk
(2016, hlm. 16) di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Teori kognitif Teori
kognitif menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan tingkah laku. Tingkah
laku sosial dipandang sebagai suatu hasil atau akibat dari proses akal. Jika seseorang berpikir

4
bahwa orang lain dapat memberikan keseimbangan terhadap apa yang kita cari maka
kemungkinan besar kita akan menyukainya.
2. Teori penguatan
Teori penguatan berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya.
Dasar teori ini cukup sederhana, yaitu bahwa orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh
hukuman. Semua ketertarikan antar pribadi diterangkan dalam hal belajar di mana untuk
berhubungan secara positif dengan hadiah, dan untuk berhubungan secara negatif dengan
perangsang hukuman. Kita kemudian akan lebih suka menjadi tertarik kepada orangorang
yang menghadiahi atau menghargai kita daripada orang-orang yang menghukum kita dengan
kritikan atau menghina kita.
3. Teori interaksionis
Teori ini dikembangkan di dalam situasi alamiah di mana suatu keputusan selalu dihubungkan
kepada situasi sosial di mana seseorang menemukan dirinya. Teori ini lebih menitik beratkan
pada ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.
Seiring dengan perkembangan psikologi sosial, semakin diketahui juga bahwa persoalan
ketertarikan ini menyinggung banyak faktor yang mempengaruhinya. Berikut adalah
pemaparan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan interpersonal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
Mengapa kita tertarik pada orang lain? Atau kenapa individu tertentu dapat tertarik pada
individu yang lain? Menurut Maryam (2018, hlm. 112) secara umum beberapa faktor yang
mendorong terjadinya ketertarikan antarindividu adalah sebagai berikut.
Faktor internal (faktor dari dalam diri kita)
Seseorang dapat tertarik pada orang lain karena dipengaruhi oleh faktor internal atau faktor
dari dalam diri sendiri yang di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Harga diri
Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung memiliki keinginan untuk memberikan
penghargaan sosial yang rendah, namun merasa percaya diri untuk mencarinya. Sedangkan
seseorang dengan harga diri rendah, cenderung berkeinginan untuk memberikan penghargaan
sosial yang tinggi, namun kurang percaya diri untuk memperoleh penghargaan tersebut
(Brehm & Kassin dalam Maryam, 2018, hlm. 112).
2. Motivasi sosial
Adanya motivasi sosial dalam diri individu yang berupa kebutuhan untuk berafiliasi
(need for affiliation) dan kebutuhan untuk berhubungan intim (need for intimacy) mendorong
individu untuk memunculkan ketertarikan dalam hubungan sosial.
3. Tekanan emosional (stress)
5
Jika seseorang berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan, cenderung
menginginkan kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain tersebut mendorong rasa suka pada
individu tersebut (Dayakisni & Hudaniah dalam Maryam, 2018, hlm. 113).
4. Perasaan atau mood positif (positive emotional arousal)
Kita cenderung tertarik atau menyukai orang lain yang kehadirannya bersamaan dengan
munculnya perasaan positif, sekalipun perasaan positif ini tidak ada kaitannya dengan
perilaku orang tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik pada
orang-orang yang kita temui saat sekeliling kita menyenangkan, sebaliknya ketertarikan kita
terhadap orang lain berkurang saat sekeliling kita tidak menyenangkan seperti padat, bising,
atau tercemar (Rotton, et. al., 1978; Glass & Singer, 1972, dalam Maryam, 2018, hlm. 113).
Faktor Eksternal (faktor dari luar diri kita)
Selain dari faktor internal, daya tarik juga dapat hadir dari konteks luar atau dari luar diri kita
yang di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Ketertarikan fisik
Penampilan fisik yang menarik memiliki keuntungan sosial, yaitu memunculkan ketertarikan
pada orang lain dan lebih mudah mendapatkan bantuan (Hatfield & Sprecher, 1986, dalam
Maryam, 2018, hlm. 113). Sebuah penelitian menunjukkan hasil bahwa sebagian besar orang
percaya jika laki-laki dan perempuan yang menarik memiliki karakteristik positif, seperti
menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah
beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki-laki) dan lebih feminin (untuk wanita)
dibandingkan orang yang tidak menarik Baron & Byrne dalam Maryam, 2018, hlm. 113).
2. Kesamaan (similarity)
Kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita, dalam hal sikap,
nilai, minat, latar belakang, atribut fisik, dan kepribadian. Mengapa demikian ? Pertama, kita
cenderung menyukai orang lain di mana mereka memiliki sikap yang sama dengan diri kita,
agar seluruh unsur kognitif kita konsisten. Kedua, orang yang memiliki kesamaan dengan kita
cenderung lebih mudah menyetujui pandangan kita dan mendukung keyakinan kita tentang
kebenaran pandangan tersebut. Ketiga, orang lain yang memiliki kesamaan dengan kita,
mendorong kita untuk bisa memperkirakan bahwa interaksi yang terjalin di masa yang akan
datang akan positif dan memberikan keuntungan (Dayakisni & Hudaniah dalam Maryam,
2018, hlm. 114).
3. Kemampuan (ability)
Kita cenderung menyukai orang lain yang secara sosial memiliki kemampuan, kompeten, dan
cerdas karena bisa memberikan keuntungan (reward) kepada kita. Tipe kemampuan atau
kompetensi yang penting tergantung pada sifat dari hubungan kita dengan seseorang (Taylor
6
dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 114). Keuntungan tersebut di antaranya mampu membantu
kita untuk menyelesaikan masalah, mampu memberikan nasihat, dan sebagainya.
Faktor Situasional
Selain dari diri sendiri dan orang lain, ketertarikan juga dapat tumbuh sebagai akibat dari
adanya situasi yang menyelubunginya yang di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kedekatan (proximity)
Orang cenderung menyukai orang lain yang tempat tinggalnya berdekatan. Hasil penelitian
Festinger tentang pola pertemanan di perumahan mahasiswa yang sudah menikah
menunjukkan bahwa mahasiswa akan berteman dengan orang yang dekat dengan tempat
tinggalnya dibandingkan dengan yang jauh (Suryanto dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 115).
Terdapat beberapa alasan mengapa kedekatan menjadi faktor penentu ketertarikan
interpersonal. Pertama, orang yang secara fisik dekat akan lebih mudah ditemui daripada
orang yang jauh. Kedua, kedekatan sein gkali berkaitan dengan kesamaan. Ketiga, kedekatan
biasanya akan meningkatkan keakraban.
2. Keakraban (familiarity)
Orang yang tinggal dekat dengan kita akan menjadi akrab, sehingga bisa memperkuat daya
Tarik interpersonal. Semakin sering kita bertemu dengan seseorang, akan meningkatkan rasa
suka kita terhadap orang tersebut (Taylor dkk dalam Maryam, 2018, hlm. 115)
3. Kesukaan timbal balik (reciprocal liking)
Saat kita mengetahui bahwa orang lain menyukai kita, bisa mempengaruhi ketertarikan kita
kepada orang tersebut. Secara umum kita menyukai orang yang juga menyukai kita,
sebaliknya kita cenderung tidak menyukai orang lain yang tidak menyukai kita.
4. Saling melengkapi atau komplementer (complementary)
Tidak selamanya orang menyukai orang lain karena adanya kesamaan-kesamaan. Perbedaan
di antara individu juga bisa memunculkan ketertarikan satu sama lain. Misalnya, individu
yang memiliki kepribadian dominan, biasanya hubungan interpersonal yang terjalin dengan
orang yang sama-sama dominan tidak akan bertahan lama. Individu yang dominan
membutuhkan partner yang submisif yang akan saling membantu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan mereka. Perilaku yang saling melengkapi memungkinkan untuk kepribadian
dominan-submisif (Strong et. al, 1988, dalam Dayakisni & Hudaniah dalam Maryam, 2018,
hlm. 116). Hasil penelitian Jones (Kruglanski & Mayseless, 1987, dalam Pines, 1999)
menunjukkan bahwa saat kita menyukai seseorang yang memiliki opini berbeda dengan kita,
kita bisa belajar hal baru dan bernilai dari orang tersebut (Maryam, 2018, hlm. 116).

7
D. Kegagalan hubungan cinta, konsep individu, masalah keluarga, konsep masyarakat
1. Kegagalan Hubungan Cinta
Jadi, Dent berpendapat bahwa kegagalan itu bukanlah opsi, melainkan hal yang tak bisa
kita hindari saat mencari belahan jiwa. Lantas, bagaimana kegagalan dapat membuat
hubungan semakin kuat? Simak tips berikut ini. Baca juga: Mari Pahami soal Ketakutan
Berkomitmen dalam Hubungan 1. Gagal dengan cepat Seseorang dalam hubungan yang
berpusat pada ego biasanya didorong oleh faktor eksternal. Oleh karena itu, mereka akan
mengatakan dan melakukan apa pun yang membuat mereka terlihat baik, atau melakukan hal
berlebihan untuk membuktikan nilai mereka dalam suatu hubungan. Padahal, orang yang
melakukan itu nyatanya kurang percaya diri dan cinta diri yang pada akhirnya bisa mengarah
pada akhir suatu hubungan. Nah, dengan gagal dengan cepat, kita bisa mendapatkan feedback
yang jujur dari pasangan, guna membantu kita menyadari bahwa meski tidak sempurna, kita
pantas dicintai. Baca juga: 15 Tanda Kamu Tidak Jatuh Cinta, Hanya Takut Jadi Jomblo 2.
Gagal dengan “murah” Dengan kata lain, tanyakan atau coba buat situasi untuk “mengetes”
pasangan dan perhatikan bagaimana cara mereka menghadapinya saat konsekuensi dari
kegagalan itu tidak terlalu parah. Dent mengingatkan bahwa itu bukan berarti kita mencoba
membuat kesal pasangan hanya untuk melihat reaksi mereka. Tapi, tanyakan saja beberapa
pernyataan sulit padanya atau hal yang paling kita butuhkan dari hubungan untuk
membuatnya langgeng. Misalnya, jika keamanan finansial adalah masalah utama kita,
tanyakan pada pasangan bagaimana mereka membuat mantan mereka sebelumnya merasa
aman soal keuangan. Atau, bisa saja pergi kencan berdua dan sengaja meninggalkan dompet
kita. Nah, bagaimana pasangan menjawab atau bereaksi pada situasi itu akan memberi kita
petunjuk tentang bagaimana mereka akan menangani berbagai hal jika kita menikah
dengannya. Jika mereka tidak menanganinya dengan benar, akan lebih baik untuk
memutuskan hubungan. Lebih menghemat biaya kan? Baca juga: Cara Mudah Lupakan Si
Dia Setelah Putus Cinta 3. Gagal secara terbuka Selain membuktikan bahwa kita mengakui
kesalahan, meminta maaf pada pasangan juga terkadang membuat pasangan terbebas dari
tanggung jawab atas peran mereka dalam konflik. Nah, meminta maaf secara terbuka dapat
memiliki beberapa efek mendalam pada hubungan kita, seperti: Membuat pasangan merasa
aman dengan mengetahui bahwa kita setuju jika perilaku yang menyakitkan tidak boleh
dilakukan dalam hubungan. Membantu membangun kembali martabat setelah menyakiti
pasangan Jadi, perbaiki hubungan agar pasangan merasa nyaman dan dapat berkomunikasi
kembali. Lalu, tunjukkan pada pasangan bahwa kita tidak bangga pada apa yang kita lakukan
dan tak akan mengulanginya. Dengan melakukannya, kita juga terlihat seperti orang yang
berintegritas dan bukan orang yang suka menyakiti orang lain. Baca juga: Posisi Cuddling dan
8
Maknanya soal Hubungan dengan Pasangan 4. Gagal untuk maju Gagal untuk maju (failing
forward) dalam suatu hubungan sangat berkaitan dengan memiliki pola pikir yang tepat. Jadi,
alih-alih berpaling ke belakang dan fokus pada suatu tindakan, fokuslah pada prosesnya.
Terima saja jika kita gagal dalam hubungan. Namun, katakan pada pasangan bahwa kita dapat
melangkah maju. Katakan langsung dan jangan menundanya, karena itu hanya akan
menunjukkan bahwa kita tak peduli pada pasangan. Lalu, telitilah tindakan yang
menyebabkan kegagalan itu. Biasanya, tindakan itu merupakan suatu pilhan yang berujung
pada serangkaian pilihan yang berujung pada kegagalan. Yakinilah bahwa tindakan itu bisa
diperbaiki. Bila perlu, carilah seseorang untuk membantu kita. Misalnya, minta saran dari
sahabat cara terbaik menyelesaikan konflik. Ingat, kita dapat pulih lebih cepat dari kegagalan
dalam hubungan jika kitadapat berbicara dengan seseorang tentang hal itu, alih-alih
menyimpannya untuk diri sendiri.

2. Konsep Individu
Individu merupakan bagian terkecil dari suatu kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan ke bagian kecil. Istilah “individu” ini berasal dari bahasa yunani, yakni
“individuum” yang artinya tidak terbagi. Dalam ilmu sosiologi, individu juga diartikan
sebagai sebuah organisasi atau perorangan yang bebas dan tidak terikat dengan organisasi
yang lain, baik itu tindakan, pikiran, atau tingkah laku.
Pada umumnya, terdapat sejumlah ciri-ciri individu yang perlu untuk Anda ketahui atau
kenalinya, antara lain:
a. Individu memiliki akal, pikiran, hasrat, dan keinginan, serta perasaan yang dapat
menentukan action dari luar diri dan dari dalam diri individu.
b. Individu mempunyai naluri bertahan hidup, mencapai kepuasan, dan lain sebagainya.
c. Individu mempunyai jiwa raga yang mampu membedakan antara individu satu dengan
lainnya.
d. Individu mempunyai tingkah laku maupun perilaku yang unik atau khas yang dapat
membedakan antara individu satu dengan individu lainnya.

3. Masalah keluarga
Pada umumnya, masalah keluarga mencakup segala bentuk dinamika, perilaku, dan atau
pola yang mengganggu rumah tangga atau keluarga. Menurut psikoterapis berlisensi, Babita
Spinelli, masalah keluarga bisa disebabkan oleh hal-hal umum maupun yang bersifat intens.
Masalah umum dalam keluarga bisa dipicu oleh perbedaan kepribadian maupun pembagian
tugas di dalam rumah. Sedangkan, masalah yang lebih intens bisa disebabkan oleh orangtua,
9
pelecehan, atau trauma antargenerasi. Masalah keluarga jika dibiarkan bisa menimbulkan
stres dan ketegangan, yang pada akhirnya berdampak negatif bagi anggota keluarga, terutama
untuk anak kecil yang terlibat. Jenis-jenis masalah keluarga
1. Kepribadian toxic Annette Nuñez, seorang psikoterapis menerangkan, ada kemungkinan
kepribadian yang bentrok dalam keluarga. Misalnya, perbedaan antarsaudara kandung atau
anak dengan salah satu atau kedua orangtuanya. Tapi, Spineli mengingatkan bentrokan
kepribadian bisa diperparah jika berhadapan dengan seseorang yang narsis atau toxic.
2. Komunikasi yang buruk Nuñez dan Spinelli sama-sama mencatat, kurangnya komunikasi
yang terbuka dan sehat adalah akar dari banyak masalah keluarga. Jika seseorang sulit
berbicara dengan salah satu atau beberapa anggota keluarga, Spinelli menduga masalah
komunikasi adalah biangnya.
3. Tekanan berat dari orangtua Perfeksionisme dalam keluarga memiliki efek yang buruk
bagi anak-anak dan harga diri mereka. Nuñez mengatakan, ketika orangtua
mempermalukan atau mendikte perasaan atau perilaku anak-anak, ini bisa mengurangi
kemampuan mereka untuk tumbuh sebagai individu. "Orangtua memang perlu memiliki
beberapa batasan tetapi tidak ketika sampai pada titik di mana itu melecehkan secara
emosional," ujar dia.
4. Pola pengasuhan yang berbeda Salah satu rintangan terbesar yang dihadapi pasangan saat
mengasuh anak adalah mencari tahu bagaimana menggabungkan gaya pengasuhan dengan
cara yang efektif. "Ini dapat menyebabkan banyak ketegangan ketika orang tua tidak
berada di halaman yang sama dengan mengasuh anak," kata Nuñez. Dan jika mereka
berurusan dengan keluarga besar, Spinelli menambahkan, masukan dari mertua soal pola
mengasuh anak juga dapat menyebabkan beberapa masalah.
5. Uang Uang sering menjadi sumber masalah, terutama di dalam keluarga. Begitu banyak
keluarga yang menghadapi masalah keuangan dan pekerjaan.
6. Mengelola rumah tangga Nuñez menyebut masalah keluarga lainnya bisa dipicu oleh tidak
seimbangnya tugas dalam keluarga. Harus ada pembagian tugas yang jelas dalam mengatur
rumah dan anak seharusnya dididik secara adil sesuai usia untuk mengurus diri mereka
sendiri.
7. Masalah kesehatan mental Keluarga harmonis bisa retak apabila salah satu anggota
keluarga memiliki masalah kesehatan mental. Selain harus ditangani secara tepat, masalah
ini sebaiknya dibicarakan secara terbuka dan jujur. "Jika orangtua menyembunyikan
penyakit mental atau jenis penyalahgunaan zat apa pun dari seorang anak, anak-anak akan
memahaminya," ucap Nuñez. "Mereka menangkap isyarat nonverbal dari inkonsistensi,

10
dan anak-anak memang membutuhkan konsistensi untuk memiliki fondasi keluarga yang
kuat dan merasa aman," tambah dia.
8. Perdebatan Merupakan hal yang lumrah bila dalam keluarga terjadi perdebatan. Tapi, jika
terjadi terus menerus, ini tanda hubungan tidak sehat. "Beberapa orang tidak menyadari
bahwa pertengkaran yang terus-menerus sebenarnya adalah masalah, karenamereka sudah
terbiasa," jelas Spinelli. "Mereka tidak menyadari bahwa ketika ada teriakan dalam
pertengkaran, itu sebenarnya menciptakan stres dan ketegangan."
9. Perceraian Kebahagiaan dalam keluarga bisa buyar karena keinginan bercerai. "Kita akan
terkejut betapa banyak orang yang belum memproses perceraian dalam keluarga," kata
Spinelli. "Itu benar-benar memengaruhi cara melihat hubungan dan membuat ketakutan
dalam hubungan, dan seringkali orang bahkan tidak membicarakannya di dalam keluarga,"
sambung dia.
10. Jarak Meskipun sulit untuk dihindari, jarak dalam keluarga dapat menyebabkan banyak
masalah. Misalnya, menjelang hari raya, sering kali terjadi pertengkaran seputar siapa
keluarga yang harus dikunjungi.
11. Ketergantungan bersama Kodependensi bukanlah hal yag baik dalam keluarga. Orang
yang mengalaminya cenderung mengutamakan kebutuhan orang lain daripada dirinya
sediri. Spinelli menyampaikan, semakin banyak keterikatan yang ditemukan dalam
keluarga, semakin banyak anggota keluarga yang kesulitan membedakan kebutuhan dan
keinginan mereka sendiri.
12. Rutinitas Rutinitas yang padat hingga membuat salah satu anggota keluarga tidak
memiliki waktu bagi keluarganya bisa menjadi masalah.
13. Trauma antargenerasi Trauma antargenerasi adalah masalah keluarga besar yang
seringkali tidak terselesaikan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut Spinelli,
jika generasi masa lalu mengalami hal-hal seperti kemiskinan ekstrem, trauma rasial,
kematian mendadak, kecanduan, masalah kesehatan mental, dan banyak lagi, semua itu
dapat diturunkan ke generasi selanjutnya. "Jika sesuatu telah terjadi pada generasi
sebelumnya, dan anggota keluarga itu tidak pernah menanganinya, pertarungan atau
pelarian itu dan apa yang mereka alami akan merembes ke anggota keluarga lainnya," kata
Spinelli. Pengaruh dari masalah keluarga Dari berbagai masalah keluarga yang sudah
disebutkan, bisa memengaruhi seseorang dari usia kecil hingga dewasa. Baca juga:
Istimewanya Makan Bersama Keluarga bagi Perkembangan Anak "Anak-anak mungkin
mulai mengalami masalah perilaku, yang kemudian menyebabkan orang tua marah dan
anak-anak lebih banyak bertingkah," imbuh Nuñez. "Katakanlah orang tua pergi pada usia
perkembangan di mana seorang anak membutuhkan orangtua, misalnya. Itu memunculkan
11
masalah pengabaian," tambahnya. Secara keseluruhan, masalah keluarga yang belum
terselesaikan dapat membuat orang merasa mereka tidak memiliki kedamaian dalam hidup.

5. KONSEP MASYARAKAT

Dikutip dari Syafrudin (2009) Definisi masyarakat terdiri dari :


1). Menurut Linton (ahli antropologi)
 Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerja
sama sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
2). Menurut MJ. Herskovits
 Masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti satu cara
hidup tertentu.
3). Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin
 Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan tradisi
sikap dan perasaan persatuan yang sama.
4). Menurut Prof. DR. Koentjoroningrat
 Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system
adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
5). Menurut R. Linton
 Setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sam sehingga
mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan social dengan batas-batas tertentu.

CIRI-CIRI MASYARAKAT
1. Interaksi antar warga.
2. Adat istiadat, norma hokum dan aturan khas yang mengatur seluruh penduduk warga kota
atau desa.
3. Satuan komunitas dalam wilayah.
4. Satuan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

a). Masyarakat desa


 Adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerja sama disuatu daerah
tertentu dengan bermata pencaharian dari sector agraris.
b). Masyarakat kota

12
 Adalah suatu himpuman penduduk tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan
disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan dsb.

c). Masyarakat pinggiran


 Adalah masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggiran kota yang
kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya
dengan cara menjadi pemulung. (Syafrudin. 2009).
1). Masyarakat berdasarkan taraf struktur sosial dan kebudayaan, masyarakat terdiri dari:
1. Masyarakat sederhana
2. Masyarakat madya
3. Masyarakat modern

2). Masyarakat berdasarkan mata pencaharian :


1. Masyarakat pemburu
2. Masyarakat peternak
3. Masyarakat peladang
4. Masyarakat nelayan
5. Masyarakat petani. (Syafrudin, 2009)

UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
1). Kategori sosial
 Adalah kesatuan manusia yang terwujut karena adanya suatu ciri-ciri yang objektif
yang dikenakan pada manusia-manusianya, seperti: seks, usia, pendapatan dll.
 Dilakukan kategori bila kriterianya sbb:
1. Tidak ada interaksi antar anggota.
2. Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki.
3. Tidak ada harapan-harapan peran.
2). Golongan sosial
 Adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering
kali ciri itu dikenalkan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Misalnya:
golongan pemuda, gelandangan dan pengemis.
3). Komunitas
 Adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang nyata dan
berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, terikat identitas komunitas dan memiliki

13
patriotism dan nasionalisme. Misalnya kesatuan-kesatuan seperti kota, desa, RW, pengrajin,
petani dll.
4). Kelompok dan himpunan
a). Kelompok
 Adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya, mempunyai adt
istiadat tertentu norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta
mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.
b). Himpunan
 Adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan atau guna, sifat hubungan
berdasarkan kotrak, dasar organisasinya buatan, pimpinan berdasarkan wewenang dan hokum.
Misalnya PPNI, IDI, IBI, IAKMI, dll. (Syafrudin, 2009)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang individu melewati masa kanak-kanak dan masa remaja kemudian
meninggalkan dunia kelompok permainannya, individu memasuki dunia baru, yaitu di dalam
lingkungan kerja. Pada umumnya individu yang ada di dalamnya sudah memasuki masa
hamper dewasa bahkan sebagian besar mereka sudah dewasa, maka system nilai dan norma
lebih jelas dan tegas.
Di dalam lingkungan kerja individu saling berinteraksi dan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya. Seseorang yang bekerja
di likungan birokrasi biasanya akan memiliki gaya hidup dan prilaku yang berbeda dengan
orang lain yang bekerja di perusahaan swasta. Seseorang yang bekerja dan bergaul dengan
teman-temannya di tempat kerja seperti dunia pendidikan tinggi, besar kemungkinan juga
akan berbeda prilaku dan gaya hidupnya dengan orang lain yang berprofesi di dunia
kemiliteran.

B. Saran
Agar kita dapat menjalin suatu hubungan yang baik dengan sesama manusia hal pertama
yang lebih baik kita ketahui adalah dengan bisa memahami keberadaan diri kita sendiri secara
nyata. Mencoba untuk memahami kebutuhan dan keinginan masing- masing individu beserta
kepentingan dan tingkat perbedaan keperluan masing-masing. Dengan menghargai secara
tulus setiap hubungan yang dijalin, maka kemungkinan besar hubungan tersebut membawa
dampak yang positif dalam kehidupan pribadi individu yang menjalaninya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baron Robet. A & Byerne Dont, ( 2004),psikologi sosial, Bandung, Erlangga


http://www.psychologymania.com/2011/09/sejarah-dan-defenisi-psikologi-sosial.html

16

Anda mungkin juga menyukai