Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN 2460 – 4623

e-ISSN 2716 – 4632

ANALISIS VARIABILITAS NITRAT DALAM HUBUNGAN DENGAN EL NINO SOUTHERN


OSCILLATION (ENSO)DAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) DI PERAIRAN SELAT BALI
DAN SEKITARNYA

ANALYSIS OF VARIABILITY OF NITRATE IN CORELLATION WITH EL NINO


SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) AND INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) IN THE BALI
STRAIT AND SURROUNDINGS

Sabrina Maysarah¹, Aida Sartimbul1, Widodo Setiyo Pranowo2

1ProdiIlmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Universitas Brawijaya
2Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bandung

email: aida@ub.ac.id

ABSTRAK

Tingkat kesuburan perairan laut sangat terkait dengan kadar tinggi konsentrasi
nutrien dalam kolom air. Nutrien menjadi tolak ukur merupakan nutrien. Selat bali dan
sekitarnya merupakan wilayah kajian penelitian dengan koordinat 8°8'58"LS 114°25'7"BT.
Metode yang digunakan adalah analisis dengan mengaplikasikan software ODV (Ocean
Data View) dengan data yang diolah berupa data biogeokimia dan kedalaman dari website
INDESO pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2014 hingga 2017,
yang kemudian hasil dianalisis secara deskriptif.nDari hasil data dan grafik yang diperoleh
diketahui bahwa dari ke empat kedalaman kadar nutrien (Nitrat) tertinggi berada pada
kedalaman 53,850m, dan terendah berada di 0,505. Diantara ke tiga Zona yaitu nutrien yang
paling tinggi berada di area Selat Bali dan Samudera Hindia. Sedangkan, nutrien terendah
berada di area Laut Bali. Rata – rata kadar nitrat paling tinggi berada di Musim Timur karena
pada musim tersebut adanya kejadian Upwelling yang menyebabkan nutrien yang ada di
dasar naik ke permukaan. Nutrien juga dipengaruhi oleh fenomena ENSO dan IOD, karena
adanya fenomena anomali pada angin, awan, dan SPL, yang dapat mempengaruhi
perairan.

Kata Kunci: Nitrat, ENSO, IOD, Selat Bali

ABSTRACT

The level of fertility of marine waters is strongly associated with high levels of nutrient
concentrations in the water column. Nutrients used as benchmarks are nitrate, phosphate,
and silicate. Bali Strait and its surroundings are research study areas with coordinates 8 °
8'58 "S 114 °25'7" E. The method used is the analysis model by applying ODV (Ocean Data

91
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

View) software with data processed in the form of biogeochemical data and depth from the
INDESO website in January to December 2014 to 2017, which will then be analyzed
descriptively. From the results of the data and the graph obtained shows that from the 4
depths the highest levels of Nitrate are at a depth of 53,850m, and the lowest is at the
surface. Among the 3 Zones, the highest nutrients are in the Strait of Bali and the Indian
Ocean. Meanwhile, the lowest nutrients are in the Bali Sea area. The average nitrate is
highest in the East Season because in that season there is an Upwelling event that causes
nutrients in the bottom to rise to the surface. Nutrients are also influenced by ENSO and
IOD phenomena, due to anomalous phenomena in the wind, clouds, and SPL, which can
affect the waters.

Keywords : Nitrate, ENSO, IOD, Bali Strait.

PENDAHULUAN setiap unsur di laut (Libes, 1992).


Nutrien merupakan unsur atau Selat Bali merupakan perairan semi
senyawa kimia yang digunakan untuk tertutup yang menghubungkan Laut Bali di
metabolisme atau proses fisiologi bagian utara dan Samudera Hindia di
organisme. Nutrien yang mempengaruhi bagian selatan. Menurut Priyono (2006)
produktivitas primer di perairan yaitu menyatakan perairan Selat Bali dengan
Nitrat, Fosfat, dan Silikat. Di laut untuk kondisi batimetri yang dangkal dan sempit
unsur – unsur yang mengandung N di bagian utara berakibat pada kecepatan
(nitrogen) di laut terbagi menjadi empat arus permukaan menjadi tinggi, baik
kelompok yaitu Molecular Nitrogen (N2), dikarenakan adanya aliran air yang masuk
inorganik (nitrat, nitrit dan ammonia), ke Selat Bali maupun yang keluar dari
organik nitrogen yang berasosiasi dengan Selat Bali. Massa air yang masuk dan
organisme (asam amino dan urea) dan keluar perairan Selat Bali cenderung
partikulat nitrogen (Chester, 1993). berasal dari massa air permukaan.
Nutrien tersebut memiliki respon yang Adanya sungai yang bermuara di bagian
berbeda beda terhadap proses – proses timur selat Bali juga berpengaruh
yang ada di laut. Hal tersebut juga dapat terhadap karakteristik perairan. Hal inilah
dicerminkan oleh residence time yang yang menyebabkan ketersediaan nutrien
berbeda beda dari setiap nutrien di kolom perairan yang lebih dalam tidak
(Chester, 1993). Secara fisik, setiap ikut keluar mengikuti pergerakan massa
nutrien akan mengalami persebaran air.
akibat sirkulasi massa air sehingga Selain itu, perairan Selat Bali
keberadaannya akan bervariasi secara yangberhubungan dengan Samudera
geografis. Setiap nutrien maupun unsur Hindia juga ditemukan adanya variasi oleh
yang terkandung juga akan berinteraksi pengaruh gaya penggerak (remote
dengan material lain (organik maupun forcing) seperti ENSO, secara tidak
inorganik). Interaksi tersebut langsung berpengaruh terhadap kondisi
menunjukkan sistem kesetimbangan perairan Utara Aceh (Putra, 2007).

92
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

Pengaruh musim dan fenomena kekuatan METODE PENELITIAN


remote forcing mempengaruhi parameter Waktu dan Tempat Penelitian
oseanografi seperti sebaran nutrien di Pengolahan data penelitian ini
perairan Selat Bali. Dengan adanya dilakukan pada 26 Februari 2019 sampai
informasi tentang variabilitas kesuburan di dengan 23 Maret 2019 di Pusat Riset
perairan ini maka diharapkan dapat Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya
diketahui pola sebaran secara spasial dan Manusia Kelautan dan Perikanan,
temporal antara nutrien serta korelasinya Kementerian Kelautan dan Perikanan,
dengan kondisi oseanografi di perairan Ancol, Jakarta Utara. Lokasi objek
tersebut yaitu fenomena ENSO. Selain penelitian ini adalah Perairan Selat Bali
itu, salah satu fenomena ekstrim yang dan Sekitarnya (Gambar 1). Metode
terjadi di Samudra Hindia adalah penelitian yang digunakan yaitu dengan
fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) metode observasi, dan dilakukan analisis
yang didefinisikan sebagai perbedaan secara deskriptif.
anomali Suhu Permukaan Laut (SPL)
antara Bagian Barat dan Timur dari
Samudera Hindia (Saji et al., 1999;
Behera & Yamagata, 2003). Fenomena
IOD dapat di identifikasi dengan nilai
indeks anomali SPL. SPL di perairan
Samudera Hindia Timur bersuhu lebih
dingin di bawah normalnya dari pada
bagian barat saat fenomena IOD positif
sedangkan untuk fenomena IOD negatif,
Gambar 1. Lokasi penelitian Selat Bali dan
SPL di perairan Samudera Hindia Timur
Sekitarnya.
bersuhu lebih hangat diatas normal dari
pada bagian barat (Saji et al., 1999).
Mengunduh Data
Karena letak perairan Selat Bali yang
Tahapan pertama adalah megunduh
berdekatan dengan Samudra Hindia
data harian nutrien (nitrat) di Perairan Selat
yang menjadi pusat terjadinya fenomena
Bali dan Sekitarnya pada kedalaman 0 –
ekstrim yaitu IOD maka akan berdampak
50 meter pada bulan Januari sampai
secara langsung maupun tidak langsung
dengan Desember tahun 2016. Data
pada kondisi perairan.
nutrien di download pada website INDESO
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
(http://www.indeso.web.id). Data nutrien
mengetahui variabilitas nitrat, fosfat, dan
berada pada menu Biogeochemica ocean
silikat yang ada di Selat Bali dan
model, kemudian masukan koordinat Selat
Sekitarnya, serta pengaruh nya terhadap
Bali serta kedalaman dan nutrien yang
fenomena ENSO dan IOD.
akan diunduh. Sedangkan, data SOI dan
DMI di unduh dari BOM Australia
(http://www.bom.gov.au).

93
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

Merubah File Format dan simpan sesuai zona serta bulan.


Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuka prangkat lunak Menganalisis Hubungan antara ENSO,
Ocean Data View versi 4.6.5, kemudian IOD dan Nutrien
pilih data dengan format .nc pada Januari Data yang telah dibagi menjadi 3
hingga Desember 2014 hingga 2017 bagian pada software ODV kemudian
sesuai dengan data yang sudah di unduh. diolah kembali di Software MS Excel.
Hasil peta akan keluar pada tampilan ODV Kelompokkan data setiap parameter sesuai
kemudian di export menjadi format .txt. dengan kedalaman dan Pembagian zona.
Setelah itu masukkan data SOI yang
Mengubah Data Harian Menjadi Data menggambarkan peristiwa ENSO, dan data
Bulanan DMI untuk menggambarkan peristiwa IOD,
Data yang telah di export kemudian lalu diolah dengan statistik regresi pada
dilakukan pengolahan data dengan software Minitab.
menggunakan perangkat lunak Ms. Office
Excel 2017. Pengolahan data yang Menganalisis Grafik Secara Deskriptif
dilakukan adalah mengubah data harian Setelah data sudah di export
menjadi data bulanan dengan cara copy membuat grafik agar mengetahui
paste data sesuai dengan tanggal dari perbedaan jumlah nutrien pada setiap
bulan Januari hingga bulan Desember bulan dan setiap kedalaman serta zona
2016. Setelah mengubah data harian yang ingin diketahui. Output data nitrat,
menjadi data bulanan data di rata rata fosfat, dan silikat di buka pada Ms.Excel
menggunakan rumus AVERAGE pada kemudian kembali mencari rata rata setiap
setiap bulan dan setiap nutrien. zona dan nutrien menggunakan
AVERAGE. Masukkan rata rata yang
Membuat Peta dan Pembagian Tiga sudah didapatkan pada tabel yang sudah
Zona menggunakan ODV dibuat. Masukkan pada setiap zona 1, 2, 3
Dalam menghasilkan output peta beserta masing masing kedalaman. Buat
menggunakan perangkat lunak Ocean grafik pada setiap tabel yang akan dibuat.
Data View. Langkah pertama yaitu Kemudian, penulis menganalisis hasil yang
masukkan file yang sudah diolah grafik yang sudah didapatkan. Masukkan
sebelumnya setelah itu penulis juga data hasil korelasi dari keterkaitan
memasukan data rata rata nutrien yang ENSO dan IOD dari hasil statistik regresi
diinginkan. Kemudian penulis
memberikan warna dan kontur pada peta
agar terlihat variabilitas warna yang ada di
Selat Bali dan Sekitarnya. Setelah itu untuk
membagi 3 zona lokasi yang ada di
perairan Selat Bali yaitu Laut Bali, Selat
Bali, dan Samudera Hindia. Langkah yang
dilakukan adalah melakukan cropping
pada setiap zona kemudian export data

94
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

HASIL DAN PEMBAHASAN 1,433 mmol-N/m³, terendah yaitu 0,006


Variabilitas Tahunan Nitrat 2014 - 2017 mmol-N/m³ di zona I. Pada kedalaman
9,8228 m zona II rata rata terbesar yaitu
1,886 mmol-N/m³, nilai terendah pada zona
III dengan nilai 0,002 mmol-N/m³.
Selanjutnya, pada nitrat dengan
kedalaman 30,9746 zona II memiliki nilai
lebih tinggi yaitu 5,413 mmol-N/m3,
terendah pada zona III senilai 0 mmol-
N/m3. Kedalaman 53,8506 zona II memiliki
kadar nitrat tertinggi yaitu 5,083 mmol-
Gambar 2. Variabilitas nitrat 2014. N/m³. Kadar nitrat terendah berada pada
zona II dan III yaitu 0,001 mmol-N/m³.
Pada diagram Gambar 2,
nitrat kedalaman 0,5058 m zona II rata rata
tertinggi yaitu 0,335 mmol-N/m³, terendah
0,003 mmol-N/m³. Pada kedalaman
9,8228 m zona II rata-rata sebesar 0,477
mmol- N/m³. Nilai terendah berada pada
zona III sebesar 0,001 mmol-N/m³.
Selanjutnya, pada kedalaman 30,9746
zona II rata rata tertinggi yaitu 2,825 mmol-
Gambar 4. Variabilitas nitrat 2016.
N/m³. Nilai terendah pada zona III senilai 0
mmol-N/m³. Pada kedalaman 53,8506
Pada Gambar 4, diagram nitrat tahun
zona II rata rata nitrat tertinggi yaitu 5,083
2016 kedalaman 0,5058 m zona II memiliki
mmol-N/m³. Kadar terendah berada di zona
nilai 0,085 mmol-N/m³, dan nilai terendah
II dan III bulan Desember yaitu 0,001
yaitu 0,003 mmol-N/m³ di zona I.
mmol-N/m³.
Kedalaman 9,8228 m zona II memiliki nilai
terbesar yaitu 0,047 mmol-N/m³, dan
terendah berada pada zona II dan III dibulan
Mei dengan nilai 0,002 mmol-N/m³.
Kedalaman 30,9746 m di zona II lebih tinggi
yaitu 0,025 mmol-N/ m³. Nilai terendah
pada zona III pada bulan April senilai 0
mmol-N/m³.
Pada kedalaman 53,8506 m di zona
Gambar 3. Variabilitas nitrat 2015. II memiliki nilai tertinggi yaitu 0,614 mmol-
N/m³, nilai terendah berada pada zona I, II
Pada Gambar 3, diagram nitrat dan III yaitu 0,000 mmol-N/m³, dan tertinggi
memperlihatkan tahun 2015 kedalaman berada pada zona II pada yaitu 2,020
0,5058 m zona II rata rata tertinggi yaitu mmol-N/m³.

95
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

dilihat pada Gambar 6, yaitu pada


kedalaman 0,5058m rata rata nitrat tertinggi
berada pada musim timur dengan nilai
0,2772 mmol N-m³ dan terendah pada
musim peralihan I dengan nilai 0,0004
mmol N-m³.

Gambar 5. Variabilitas nitrat 2017

Pada Gambar 5, diagram Variabilitas


nitrat tahun 2017 p a d a k e dalamanan
0,5058 m zona II memiliki nilai tertinggi
yaitu 0,509 mmol-N/m³ dan terendah 0,003 Gambar 6. Variabilitas bulanan nitrat
mmol-N/m³ di zona I. Kedalaman 9,8228 m terhadap kedalaman.
dapat dilihat bahwa zona II nilai tertinggi
yaitu 0,509 mmol-N/m³ dan terendah Selanjutnya rata rata nitrat pada
berada pada zona II. Pada kedalaman kedalaman 9,8228 m tertinggi berada pada
9,8228 m dengan nilai 0,001 mmol-N/m³. musim peralihan II dengan nilai 5,799
Selanjutnya, pada nitrat dengan mmol-N/m³, dan terendah pada pada
kedalaman 30,9746 m zona II memiliki Musim Barat yaitu 0,032 mmol-N/m³. Pada
nilai lebih tinggi yaitu 3,219 mmol-N/m³. kedalaman 30,9764 m rata rata nitrat
Nilai terendah pada zona II senilai 0 tertinggi 10,629 mmol-N/m³ pada musim
mmol-N/m³, dan tertinggi pada zona II yaitu peralihan II, dan terendah 0.016 mmol-
13,320 mmol-N/m³. N/m³ pada Musim Peralihan menuju
Pada kedalaman 53,8506 m di zona Musim Barat. Pada kedalaman 53,8506 m
II memiliki nilai tertinggi yaitu 4,490 mmol- rata- rata nitrat tertinggi yaitu pada Musim
N/m³. Kadar nitrat terendah berada pada Peralihan II 12,262 mmol-N/m³ dan
zona II 0 mmol-N/m³, dan tertinggi berada terendah pada musim barat yaitu 0,021
pada zona II pada bulan Agustus yaitu mmol-N/m³.
15,937 mmol-N/m³.
Hubungan antara ENSO dan Nitrat
Variabilitas Musiman Nitrat 2014-2017 Pada tahun 2014 El-Nino terjadi pada
Perbedaan zona dapat bulan September hingga November, hal
mempengaruhi variabilitas kadar nitrat, tersebut mengakibatkan kenaikan kadar
demikian pula perbedaan musim. nitrat yang ada di zona II dan zona III
Musim terbagi menjadi Musim Barat, meningkat. Pada tahun 2015, terjadi El
Musim Peralihan I, M u s i m T i m u r , d a n Nino dengan rentang waktu yang cukup
musim peralihan II, juga dapat lama yaitu sekitar bulan Mei hingga bulan
mempengaruhi variabilitas nitrat yang ada November. Peningkatan kadar nitrat naik
pada Selat Bali dan sekitarnya. Dapat secara signifikan akibat adanya El Nino

96
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

yang menyebabkan upwelling sehingga


nitrat yang ada didasar naik ke permukaan.
Pada tahun 2016 dan 2017 variabilitas
meningkat secara normal, ketika musim
timur dan peralihan II. Zona 1 yaitu Laut
Bali, memiliki variabilitas yang konstan.

Gambar 8. Korelasi statistik antara Nitrat


dengan SOI.

Hubungan antara IOD dan Nitrat


Gambar 7. Variabilitas temporal nitrat
terhadap ENSO.

Pada kedalaman 0,5058 m nilai


r=0,417 dimana keeratan hubungan
sedang, dan nilai p value <0,05, yaitu 0,003
yang menandakan SOI mempengaruhi
nitrat pada permukaan. Pada kedalaman Gambar 9. Hubungan antara Nitrat dengan
9,8228 m nilai r=0,389 keeratan hubungan DMI.
sedang, dengan nilai p=0,006 yang artinya
SOI mempengaruhi dikedalaman tersebut. Nitrat yang ada di perairan Selat Bali
Pada kedalaman 30,9746 m nilai r=0,343 mengalami kenaikan yang sangat pesat
dan nilai p= 0,017 sehingga nitrat di berada pada tahun 2015, hal itu terjadi
kedalaman 30,9746 m memiliki keeratan karena adanya IOD+ dari bulan mei hingga
hubungan sedang dan dipengaruhi SOI. bulan November. Nilai IOD positif yang
Kedalaman 53,850 m juga memiliki mengakibatkan peningkatan intensitas
keeratan hubungan sedang dan juga upwelling, lihat Gambar 9. Pada
dipengaruhi juga oleh SOI karena memiliki tahun2014 variabilitas nitrat tergolong
nilai r=0,334, dan p=0,011. stabil, namun terjadi penurunan, akibat
musim barat di akhir tahun. Pada tahun
2016 dan 2017 variabilitas tergolong stabil
dan normal namun tetap mengalami
fluktuasi. Walaupun Dari ke tiga zona,
selat Bali dan Samudera Hindia memiliki
pola yang sama, dikarenakan dua zona
tersebut memiliki wilayah yang saling
berkesinambungan. Sedangkan, Laut Bali
relatif stabil.

97
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

ada di dasar naik ke permukaan. Nitrat juga


dipengaruhi oleh fenomena ENSO dan
IOD, karena adanya fenomena anomali
pada angin, awan, dan SPL, yang
dapatmempengaruhi perairan. Nitrat
dipengaruhi oleh ENSO yang rata rata
memiliki keeratan lemah dan sedang,
sedangkan Nitrat dipengaruhi oleh IOD
memiliki keeratan kuat.

Gambar 10. Korelasi statistik antara Nitrat UCAPAN TERIMAKASIH


dengan DMI. Seluruh penulis memiliki kontribusi
yang sama sebagai Kontributor Utama.
Gambar 10 memperlihatkan bahwa Ucapan terima kasih disampaikan kepada
pada kedalaman 0,5058 m nilai r=0,505 Marine and Coastal Data Laboratory
yang artinya hubungan tersebut memiliki (MCDL) Pusat Riset Kelautan Jakarta
keeratan hubungan kuat, yang karena telah memberikan fasilitas dan
menandakan DMI mempengaruhi nitrat di data sehingga penelitian ini dapat
permukaan. Pada kedalaman 9,8228 m terlaksana dengan baik dan lancar.
nilai r=0,521 keeratan hubungan kuat,
yang artinya DMI mempengaruhi DAFTAR PUSTAKA
variabilitas nitrat di kedalaman tersebut. Arinardi, O. H. (1989). Upwelling di selat
Pada kedalaman 30,9746 m nilai r=0,550, bali dan hu bungannya dengan
sehingga nitrat di kedalaman 30,9746 m kandungan plankton serta
memiliki keeratan hubungan kuat denagn perikanan lemur u (Sardinella
DMI. Kedalaman 53,850 m juga memiliki longicep). Penelitia n Oseanologi
keeratan hubungan kuat dengan DMI Perairan Indones ia. Buku I. P3O-
karena memiliki nilai r=0,578. LIPI. Jakarta

KESIMPULAN Chester, R. (1993). Marine geochemistry.


Dari hasil data dan grafik yang Unwin Hyman. London 698p.
diperoleh diketahui bahwa dari ke 4
kedalaman kadar nutrien Nitrat tertinggi Dijkstra, H. A. (2008). Dynamical
berada pada kedalaman 53,850m, dan Oceanography. Springer - Verlag
terendah berada di permukaan. Diantara Berlin Heidelberg.
ke 3 Zona yaitu nutrien yang paling tinggi
berada di area Selat Bali dan Samudera Fachrul, M., Haeruman, H., & Sitepu, L.C.
Hindia. Sedangkan, nutrien terendah (2005). Komunitas Fitoplankton
berada di area Laut Bali. Rata – rata nitrat sebagai BioIndikator Kualitas
paling tinggi berada di Musim Timur karena Perairan Teluk Jakarta. Seminar
pada musim tersebut adanya kejadian Nasional MIPA 2005.
Upwelling yang menyebabkan nutrien yang

98
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

FMIPAUniversitas Indonesia, 24- Natalia, E. H., Kunarso., & Rifai, A. (2015).


26 November 2005, Jakarta. Variabilitas Suhu Permukaan Laut
dan Klorofil-a Kaitannya dengan El
Hakanson. L., & Bryan. (2008). Nino Southern Oscillation (ENSO)
Eutrophication in the Bathic Sea dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Present Situation, Nutrien pada Periode Upwelling 2010 –
Transport Processes, Remedial 2014 di Lautan Hindia (Perairan
Strategies. Springer- Verlag Berlin Cilacap). Jurnal Oseanografi. 4(4),
Heidelberg. 263p 661- 669

Hani, D. Y. Q. (2006). Distribusi Vertikal Priyono, B., Yunanto, A., & Arief, T. (2006).
Klorofil- a dan Hubungannya Karakteristik Oseanografi Dalam
dengan Nutrien di Perairan Laut Kaitannya Dengan Kesuburan
Bali dan Selat Lombok. Program Perairan di Selat Bali. Balai Riset
Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan dan Observasi Kelautan. Bali.
FPIK IPB. Bogor.
Quinn, W. H., Zopf, D. O., Short, K. S., &
Hendiarti, N., Siegel, H., & Thomas. Yang, R. T. W. K. (1978). Historical
(2004). Investigation of Different Trends and Statistic of The
Coastal Processes in Indonesian Southern Oscillation, El Nino and
Waters Using SeaWiFS Data. Indonesian Droughts. Fishery
Deep Sea Research Part II Topical Bulletin, 76(3), 663-678.
Studies in Oceanography, 51(1-3),
85-97. Sverdrup, H. U., Johnson, M. W. &
DOI:10.1016/j.dsr2.2003.10.003 Fleming, R. H. (1960). The Ocean:
Their physic, Chemistry, and
Libes, S. M. (1992). An Introduction To General Biology. Englewood cliffs,
Marine Biogeochemistry. John Practice Hall.193p
Wiley and Sons, Inc. New York
734p. Saji, N., Goswami, B. N., Vinayachandran,
P. N., & Yamagata, T. (1999). A
Makatita, J. R., Susanto, A. B., & dipole mode in the tropical Indian
Mangimbulude, J. C. (2014). Ocean. Nature, 401, 360-363.
Kajian Zat Hara Fosfat dan Nitrat https://doi.org/10.1038/43854.
Pada Air dan Sedimen Padang
Lamun Pulau Tujuh Seram Utara
Barat Maluku Tengah. In: Seminar
Nasional FMIPA-UT 2014, 23
September 2014, Universitas
Terbuka.

99
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632

100

Anda mungkin juga menyukai