Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

NUTRISI PADA ANAK

A. Definisi Nutrisi
Nutri adalah sesuatu yang dikonsumsi oleh seseorang dalam jangka waktu yang cukup
lama. Karena itu, ketersediaan zat nutrisi di dalam tubuh seseorang (termasuk bayi
dan balita) menentukan keadaan nutrisi bayi dan balita apakah kekurang, optimal atau
lebih. Nutrisi juga dapat diartika sebagai suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absrobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk serta menghasilkan energi (Maryunani, 2010).

B. Elemen Nutrisi
Menurut Tarwoto, Wartonah (2006) elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air
Karbohidrat, protein dan lemak disebut energi nutrient karena merupakan sumber
energi dari makanan, sedangkan vitamin, mineral dan air merupakan substansi penting
untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur metabolisme jaringan tubuh.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


1. Faktor Internal
a. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi pada anak.
b. Kondisi Fisik
Anak dan balita yang sedang sakit dan yang sedang dalam penyembuhan
semuanya memerlukan asupan makanan khusus, karena status kesehatan mereka
sedang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya memburuk sangatlah
rawan karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk
pertumbuhan cepat.
c. Infeksi
Infeksi dan demam pada anak dan balita dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan menerima makanan.
2. Faktor Eksternal
a. Pendapatan
Masalah nutrisi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga
yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Supariasa,
2005).
b. Pendidikan
Pengetahuan mengenai nutrisi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,
sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan status nutrisi
yang baik untuk anak-anaknya.
c. Budaya
Budaya adalah salah satu ciri khas yang akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan mengenai pola makan pada suatu daerah.

D. Penilaian Status Nutrisi


1. Antropometri
Penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi
kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan (BB), tinggi badan (TB),
lingkar kepala (LK), lingkar lengan atas (LLA) dan tebal lemak kulit. Pada usia
kurang dari 2 tahun, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mengukur panjang
badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih pengukuran
dilakukan dalam keadaan berdiri.
Penilalan status Nutrisi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BWTB Standart Baku
Antropometri WHO-NCHS

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi


1 BB/U < - 3 SD Gizi buru
- 3 s/d < - 2 SD Gizi kurang
- 2 SD + 2 SD Gizi baik
>+ 2 SD Gizi lebih
2 TB/U < 3 - SD Sangat pendek
- 3 s/d + 2 SD Pendek
- 2 s/d + 2 SD Normal
> - 3 SD Tinggi
3 BB/TB < - 3 SD Sangat kurus
- 3 s/d < - 2 SD Kurus
- 2 SD + 2 SD Normal
< + 2 SD Gemuk
Sumber Depkes RI 2005

2. Klinis
Pemeriksaan klinis pada anak dan balita adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status nutrisi. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat nutrisi.
3. Biokimia
Biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi.
4. Biofisik
Penentuan status nutrisi secara biofisik adalah metode penentuan status nutrisi
melalui perubahan struktur dari jaringan tubuh.

E. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak


1. Dampak Psikologi
a. Psikodinamik (Freud)
Pada usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar
melalui oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan
dalam pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Dampak
psikodinamik yang diperoleh bayi adalah kepuasan karena terpenuhinya
kebutuhan dasar dan kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.
b. Psikososial (Erikson)
Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan
psikososial adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya. Makanan
merupakan stimulus yang dapat meringankan rasa lapar anak dan pemuasan
yang konsisten terhadap rasa lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak
terhadap lingkungannya terutama lingkungan keluarga.
c. Maturasi Organik (Piaget)
Perkembangan organik yang dilalui anak melalui makanan adalah pengalaman
mendapatkan beberapa sensoris seperti rasa atau pengecapan, penciuman,
pergerakan dan perabaan. Dengan diperkenalkan berbagai macam makanan,
anak akan kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan
bertambah kayanya penciuman melalui bau makanan. Selain itu, dengan
makanan anak dapat meningkatkan keterampilan seperti memegang botol
susu, cangkir, sendok dan keterampilan koordinasi gerak seperti menyuap dan
menyendok makanan.
d. Dampak Fisiologis
Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap pertumbuhan
fisik anak. Selama masa intrauterin, asupan nutrisi yang adekuat pada ibu
berdampak tidak hanya pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan
janin. Dengan asupan nutrisi yang adekuat dari hari ke hari kehamilan ibu
bertambah besar dan sejalan dengan itu, janin tumbuh dan berkembang sampai
pada usia kehamilan yang matang maka janin siap dilahirkan dengan berat
badan dan pertumbuhan organ fisik yang normal terutama pada trimester
pertama pada saat terjadi pertumbuhan otak, asupan nutrisi yang adekuat
terutama protein akan mempengaruhi pertumbuhan otak. Sebaliknya, apabila
ibu tidak mendapat asupan gizi yang adekuat, bayi dapat lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), diet atau pembatasan makanan pada ibu selama
masa kehamilan akan menurunkan berat badan bayi.
Begitu juga setelah anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi,
toddler, prasekolah dan remaja akan sangat berdampak pada pertumbuhan
fisik, yaitu anak akan bertambah berat dan bertambah tinggi atau meningkat
secara kuantitas.
F. Manisfestasi Klinis Anak Kekurnngnn Nutrisi
1. Tanda dan gejala subjektif:
a. Mual
b. Anoreksia
c. Lemas
d. Lesu
2. Tanda dan gejala objektif :
a. Rambut kusam, kering, tipis dan kasar
b. Kulit kasar, kering, pucat, bersisik
c. Konjungtiva pucat
d. Bibir kering, dan terdapat lesi anguler pada sudut mulut

G. Fokus Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet
a. Kuantitad makan, makanan kesukaan, waktu makan
b. Diet yang dilakukan secara khusus
c. Penurunan dan peningkatan BB serta berapa lama periode waktunya
d. Status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam
e. Toleransi makan dan minum tertentu
2. Faktoryang mempengaruhi diet
a. Status kesehatan
b. Kultur dan kepercayaan
c. Status sosial
d. Ekonomi
e. Faktor psikologis
f. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu
b. Berat badan: obesitas, kurus
c. Otot: lemah, tonus berkurang, tenderness, tidak mampu bekerja
d. Sistem saraf: Bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun
e. Fungsi gastrointestinal: Anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver
f. Kardiovaskular: Denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi
g. Rambut: Kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah
h. Kulit: Kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada
i. Bibir: Kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat
j. Gusi: Perdarahan, peradangan
i. Lidah: Edema, hiperemis
4. Gigi: Karies. nyeri. kotor
5. Mata: Konjungtiva pucat, kering, extotalmus, tanda-tanda infeksi
6. Kuku: Mudah patah
g. Pengukuran antropometri
h. Hasil laboratorium: Albumin, transferin, BUN, ksreksi kreatinin untuk 24jam

H. Diagnosa Keperawatan
1. Berat badan lebih
2. Defisit nutlisi
3. Disfungsi motilitas gastrointestinal
4. Kesiapan peningkatan nutrisi
5. Obesitas
6. Risiko berat badan Iebih
7. Risiko defisit nutrisi
8. Risiko disfungsi motilits gastrointestinal

I. Perencanaan
1. Mamjemen Berat Badan

O : Identifikasi berat badan ideal pisien


T : Hitung berat badan ideal pasien
E : Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dari berat badan kurang

2. Managemen Nutrisi

O : Identifikasi status nutrisi


T : Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
E : Anjurkan posisi duduk, jika mampu
K :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiematik) jika perlu

3. Pengontrolan Infeksi

O : Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular


T : Berikan tanda khususs untuk pasien dengan penyakit menular
E : Ajarkan cara nencuci tangan dengan benar

4. Edukasi Nutrisi

O : Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat nenerima informasi


T : Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
E : Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi

5. Edukasi Berat Badan Efektik

O : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


T : Sediakan materi dan media edukasi
E : Jelaskan hubungan asupan makanan, latihan peningkatan dan penurunan
berat badan

6. Edukasi Diet

O : Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini


T : Persiapan materi dan media edukasi
E : Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
K : Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga, jika perlu

7. Manajemen Gangguan Makan

O : Monitor asupan dan kelurnya makanan dan cairan serta kebutuhan


kalori
T : Timbang berat badan secara rutin
E : Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku
makan
K : Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan

Anda mungkin juga menyukai