Febrian Falentino Fredriktho-Jawaban Soal Ujian Tengah Semester Pragmatik Lintas Budaya 2022-122114253010
Febrian Falentino Fredriktho-Jawaban Soal Ujian Tengah Semester Pragmatik Lintas Budaya 2022-122114253010
========================================================================
(English)
Pertanyaannya:
a. Mengapa perempuan Amerika tersebut sangat terkejut? (10)
b. Mengapa perempuan Jepang menulis ‘Suami saya tidak ganteng?’
Kaitkan jawaban Anda dengan konsep Pragmatik Lintas Budaya dan Maxim-
maxim kesantunan dari Leech yang sesuai dengan dialog di atas. (20)
(English)
An american woman received a letter from a Japanese friend who had just got
married. The Japanese woman wrote in her letter, ‘My husband is not very
handsome. Your husband is much more handsome than mine’. The American
woman was very surprised by what her friend wrote.
The questions :
Jawaban:
a. Perempuan Amerika tersebut terkejut karena gegar budaya. Ia merasa kaget
ketika perempuan Jepang menjelekkan suaminya sendiri dan malah memuji
suami dari perempuan Amerika.
b. Perempuan Jepang menulis ‘Suami saya tidak ganteng’ karena hal ini terkait
dengan budaya Jepang yang selalu merendah dan menolak untuk memuji diri
sendiri. Hal ini juga terkait dengan bidal pujian (praise maxim) dan bidal
kerendahan hati (modesty maxim). Dalam bidal pujian (praise maxim), penutur
meminimalkan penghinaan kepada lawan bicara dan memaksimalkan pujian
kepada pihak yang lain. Dalam kasus ini, perempuan Jepang meminimalkan
pujian kepada suaminya sendiri dengan mengatakan bahwa suaminya jelek,
serta memuji pihak lain dalam hal ini suami perempuan Amerika yang dipuji
ganteng. Kemudian, dalam bidal kerendahan hati (modesty maxim), penutur
meminimalkan pujian kepada diri sendiri dan lebih memuji pihak lain, seperti
perempuan Jepang yang memuji suami perempuan Amerika dengan sebutan
ganteng, dan menjelekkan suaminya sebagai suami yang jelek.
Selamat Malam, teman-teman di sini ada yang sudah pernah ke Cina? Belum ya? Saya
minggu lalu habis dari Cina. Banyak orang Cina di sana. Penduduknya kurang lebih 1,4
milliar. Mukanya mirip semua. Dan, di sana saya sebagai Cina KW ya datang ke negara Cina
yang asli..itu agak bingung ya karena semua orang di sana ngajak saya ngomong pake bahasa
Cina. Jadi kalau saya mau beli apa-apa pake bahasa Inggris, mereka ga ada yang percaya gitu.
Kayak dengan tatapan, “alaah, jangan kayak sok ga Cina deh loh”. Kayak ga percaya gitu
sama gue. Tapi mereka kayak ga mau terima gitu kalau chasing kayak gue ga bisa bahasa
Cina. Tapi mereka tetep nyerocos dengan bahasa Cina. Akhirnya gue lakukan satu-satunya
hal yang terpaksa yang bisa gue lakukan yaitu gue taruh telunjuk gue di
bibirnya..hush..hush..biar romantis sam encik-encik yang jualan souvenir.
Kalau bokap gue itu itungannya orang sini bilang masih ASNAWI, Asli Cina Betawi. Kalau
nyokap gue tuh lebih totok. Jadi kalau nyokap gue dan keluarganya kalo ngomong gitu kayak
orang Cina yang elo tau kalau ngomong gitu. Kalau kita kan ngomongnya GUE..ELO...kalau
yokap gue engga...GUE ORANG...ELO ORANG...DIA ORANG...padahal gue tahu kita
semua orang kan bukan ubur-ubur. Selain nyokap gue totok, ternyata nyokap gue juga totok
kalau ngitung uang...sampai jago ngitung pake kaki...shiiiie....shieee sudah seperti mesin
ATM kalau mau ngeluarin uang.
a. Dari naskah di atas, apakah ras dan etnis Ernest Prakarsa? (5)
b. Mengapa dia merasa seperti CINA KW ketika berada di Cina? Berikan argumentasi
dan teori yang mendukung seputar peran bahasa dalam penanda ras dan etnis, beserta
perjalanan sejarah Cina di Indonesia sehingga membuat Ernest merasa lebih inferior
sebagai keturunan Cina yang lahir di Indonesia ketika berada di negara Cina (20)
c. Identifikasi dan jelaskan humour enhancers, maxim violence, serta superiotiy vs
incoguirity issues yang muncul dalam naskah “stand up comedy” di atas! Berikan
argumentasi dan teori pendukung dalam memberikan interpretasi atas setiap elemen
tersebut. (25)
(English)
Please answer the following questions based on the case study below!
Good evening, friends. Have you ever been to China? Not yet? I went to China last week. There were
lots of Chinese there. The population is approximately 1.4 billion. Their face is all the same. And, as
a Fake-Chinese, it seemed that I came to my hometown, Chinese country ... it was a bit confused
because everyone there invited me to speak in Chinese. So, if I wanted to buy anything in English,
they didn't believe it. Like with a stare, "alaah, don't pretend that you are not Chinese". And, they
even don’t believe me. They also don't seem to want to accept if I am a foreigner and can't speak
Chinese. They still speak in Chinese. In the end I did the only thing I was forced to do, namely I put
my forefinger on her lips..hush..hush…seems to be romantic with the lady selling souvenirs.
People here say, my father is ASNAWI, originally Betawi Chinese. My mother is more truly-Chinese.
So, my mother and her family speak Chinese like truly Chinese people. If we say GUE (I)..ELO
(YOU) ... but, my mom say... GUE ORANG (I'm PERSON) ... ELO ORANG (YOU’RE PEOPLE) ... DIA
ORANG (SHE/HE IS PEOPLE) ... even though I know we're human beings, not jellyfish. Apart from
being a full-blooded Chinese, my mother is also full-blooded when counting money ... she is good at
counting using her feet ... shiiiie ... shieee.. like an ATM machine if you want to spend money.
a. Based on the text above, what is Ernest Prakarsa's race and ethnicity? (5)
b. Why does he feel like a fake Chinese when in China? Provide supporting arguments
and theories about the role of language in racial and ethnic markers, along with the
history of China in Indonesia so that it makes Ernest feel inferior as a Chinese
descendant who was born in Indonesia while in China (20)
c. Identify and explain humor enhancers, maxim violence, as well as superiotiy vs
incognito issues that appear in the “stand up comedy” script above! Provide supporting
arguments and theories in interpreting each of these elements. (25)
Jawaban:
a. Ernest Prakasa merupkan seorang yang memiliki ras Mongoloid dari Cina,
kemudian memiliki etnisitas Jawa-Betawi.
b. Ernest Prakasa merasa inferior atau yang ia sebut sebagai “Cina KW” karena
dari wajah, ia memang mirip seperti orang yang berada di Negara Cina, namun
penduduk Cina asli merasa bahwa Ernest Prakasa bukanlah orang Cina karena
Ernest tidak bisa berbahasa Mandarin untuk berkomunikasi dengan
masyarakat di sana. Hal ini sesuai dengan teori dari Fought (2006:10) bahwa
bahasa merupakan penanda etnisitas dari seseorang. Mengacu pada teori ini,
maka etnisitas Ernest adalah Indonesia karena ia lebih lancar menggunakan
Bahasa Indonesia dibanding Bahasa Mandarin. Melihat sejarah Cina di
Indonesia, pemerintah melarang penggunaan Bahasa Mandarin dalam ruang
publik, serta penutupan sekolah-sekolah Cina di Indonesia pada tahun 1965. Hal
ini juga didukung dengan Instruksi Presiden tahun 1967 tentang Agama,
Kepercayaan, dan Adat istiadat Cina, sehingga Ernest merasa inferior sebagai
seseorang yang berketuruanan Cina, namun bukan etnis Cina.
c. Humor enhancer merupakan konsep yang mengatakan bahwa narasi
sebenarnya tidak lucu, tetapi dibantu dengan narasi lain agar menjadi lucu -
(Triezenberg, 2008: 537-538). Contoh, narasi Cina KW Ernest Prakasa
sebenarnya tidak lucu atau bahkan tidak dimengerti, namun ketika
ditambahkan frase “alaah, jangan kayak sok ga Cina deh loh”, hal ini kemudian
menjadi lucu karena Ernest merupakan orang berketurunan Cina, namun tidak
bisa berbahasa Mandarin. Frase ini juga menjadi superiority dan incongruity.
Hal ini merupakan teori dari Monro dalam Lintott (2006, 347) dan Dadlez, 2011
dalam Lintott, 2016 bahwa superiority merupakan penertawaan atas
keterbatasan diri sendiri dan orang lain, sementara incongruity merupakan
keganjilan yang lucu. Dalam hal ini, klausa ini merupakan keganjilan yang lucu
karena Ernest berasal dari ras Cina, namun tidak bisa berbahasa Mandarin.
Mengenai maxim violence, dari klausa ini, Ernest melanggar maxim kualitas
karena hal yang ia katakana berasal dari pemikirannya sendiri yang belum
tentu kebenarannya bahwa orang-orang Cina berpikir seperti yang ia katakan.