Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Kisah-Kisah Teladan


B. Kegiatan Belajar : Kisah Teladan Dari Ashabul Kahfi (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur'an
Kisah Ashabul Kahfi telah diabadikan oleh Allah Swt dalam
Surah Al-Kahf. Surah ini dinamakan "Al-Kahf," yang berarti
"Gua." Kisah Ashabul Kahfi ditemukan dalam ayat 9 hingga 26
Surah tersebut. Menurut M. Quraish Shihab, nama "Ashhâbul
Kahfi" merujuk kepada "Penghuni-penghuni Gua." Rasulullah
saw juga mengenal nama ini dan menyebutkannya. Beliau
bersabda, "Siapa yang menghafal sepuluh ayat awal dari
Surah Al-Kahf akan terlindungi dari fitnah ad-Dajjal" (HR
Muslim dan Abu Daud melalui Abu ad-Darda‘) (Shihab, 2017:
221-223).

2. Biografi Ashabul Kahfi


Ashabul Kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapatkan
petunjuk dari Allah Swt dan beriman kepada-Nya. Mereka
melarikan diri dari kekejaman Raja
Dikyanus/Daqyaniyus/Decius yang memaksa mereka untuk
menyembah berhala di lingkungan istananya. Di Kota
Ephesus, penduduknya menyembah berhala utama bernama
Konsep (Beberapa istilah
1 Diana, yang dianggap sebagai Dewi Bulan. Mereka
dan definisi) di KB
menyembah berhala ini di Kuil Diana (Temple of Diana), yang
kemudian diakui sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia
oleh PBB.

Kisah para pemuda yang tertidur dalam gua selama 309 tahun
didasarkan pada bukti-bukti arkeologi yang mendukung
kejadian Ashabul Kahfi di Kota Ephesus (Arab: Afsus) pada
abad ke-3 pada masa Romawi Kuno, sekitar tahun 249-251
Masehi, di Izmir, Turki. Ada setidaknya 33 lokasi yang
dianggap sebagai gua tempat persembunyian Ashabul Kahfi.
Salah satu lokasi yang paling terkenal adalah Gua Kahaf Ar-
Raqeem di Yordania, dekat kota Amman. Muhammad Wahib,
seorang arkeolog, berpendapat bahwa situs sejarah Ar-
Raqeem adalah tempat persembunyian Ashabul Kahfi. Gua
Kahaf Ar-Raqeem atau Kahaf Ar-Rajeeb di Yordania dianggap
sebagai tempat yang kuat sebagai tempat para pemuda
beriman itu tidur.

Gua Ar-Raqeem ini menunjukkan pengaruh "Islamisasi" dari


kisah Seven Sleepers itu sendiri. Pintu gua tersebut
menghadap ke arah selatan, menuju Kota Mekah. Situs ini
memiliki arsitektur Byzantium. Di dinding luar gua terdapat
pahatan dan ukiran yang mencerminkan karakter zaman di
wilayah tersebut. Gua tersebut awalnya merupakan gua alami,
tetapi kemudian dibangun oleh manusia.

3. Ashabul Kahfi dan Raja Dikyanus/Daqyaniyus/Decius


Dikyanus/Daqyaniyus/Decius adalah seorang penyembah
berhala yang fanatik. Menurut manuskrip P

seudo Zacharia Rhetor, Dikyanus naik tahta setelah


membunuh Kaisar Philip. Pada tahun 249 Masehi, Dikyanus
mengalahkan pasukan Kaisar Philip di dekat Verona, Italia, dan
menjadi Kaisar Romawi.

Nama lengkap Dikyanus adalah Gaius Messius Quintus


Traianus Decius. Pemerintahannya berlangsung singkat,
hanya dua tahun antara tahun 249-251 Masehi. Pada tahun
250 Masehi, Dikyanus mengeluarkan dekrit yang menindak
tegas mereka yang enggan melaksanakan ritual pagan. Ia juga
mengirim mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk
mengidentifikasi orang-orang yang tidak menyembah berhala.
Jika ditemukan, mereka akan dibawa ke hadapannya dan
dipenggal di hadapan publik. Dikyanus adalah seorang yang
kejam, dan ia menikmati mendengar jeritan dan tangisan
keluarga korban yang disaksikan oleh seluruh penduduk Syam.
Setiap kali Kaisar Romawi memberitahukan bahwa ia senang
dengan kepemimpinan Dikyanus, Dikyanus akan segera
mengadakan pesta besar.

Kisah Ashabul Kahfi dalam Tafsir Al-Misbah

Tafsir al-Misbah, yang ditulis oleh sekelompok ulama dan


pakar Mesir, mencoba mengungkap tempat dan waktu Ashabul
Kahfi melalui isyarat-isyarat Al-Qur'an. Mereka berpendapat
bahwa Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang
beriman kepada Allah Swt. dan mengalami penindasan agama,
sehingga mereka mengasingkan diri ke dalam gua
tersembunyi.

Ada dua peristiwa penindasan agama yang dianggap


berhubungan dengan kisah Ashabul Kahfi. Peristiwa pertama
terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Saluqi di bawah
pemerintahan Raja Antiogos IV yang memaksa penganut
Yahudi untuk meninggalkan agama mereka dan menganut
agama Yunani Kuno. Antiogos mengotori tempat peribadatan
Yahudi dengan meletakkan patung Zeus di atas sebuah altar
dan membakar naskah Taurat. Pemuda-pemuda Ashabul Kahfi
diyakini merupakan penganut agama Yahudi yang tinggal di
Palestina pada saat itu.

Peristiwa kedua terjadi pada masa Kaisar Hadrianus dari


Kekaisaran Romawi yang juga memperlakukan orang Yahudi
dengan cara yang sama seperti Antiogos. Pada tahun 132
Masehi, orang-orang Yahudi memberontak melawan Romawi
dan berhasil merebut Yerusalem. Namun, setelah tiga tahun,
Hadrianus menumpas pemberontakan tersebut.

Terdapat beberapa lokasi yang diduga sebagai tempat gua


Ashabul Kahfi. Salah satunya adalah gua di kota Episus di
Turki, tetapi tidak ada bukti yang mendukung keberadaan
masjid atau tempat ibadah di sekitarnya. Gua-gua lainnya
termasuk gua di Qasium dekat kota ash-Shalihiyyah di
Damaskus, Gua al-Batra' di Palestina, gua yang ditemukan di
Skandinavia, dan gua yang dikaitkan dengan penindasan pada
masa Theodosius.

Kesimpulannya, meskipun tahun dan lokasi pasti Ashabul Kahfi


tidak diketahui, penting untuk mengambil pelajaran berharga
dari kisah ini, terutama tentang kekuasaan Allah untuk
menghidupkan yang telah mati. Sumber utama yang harus
diperhatikan adalah Al-Qur'an, sementara riwayat dan mitos
yang tidak memiliki dasar yang kuat sebaiknya diabaikan.

Hikmah dan Keteladanan Kisah Ashabul Kahfi

Kisah Ashabul Kahfi memberikan beberapa hikmah dan


keteladanan yang dapat diambil, antara lain:

a. Keyakinan akan kekuasaan Allah Swt yang Maha Kuasa,


seperti menidurkan Ashabul Kahfi selama lebih dari tiga ratus
tahun dalam gua dan kemudian membangunkan mereka
kembali. Hal ini mengajarkan bahwa Allah Swt memiliki
kekuasaan untuk menghidupkan yang telah mati.

b. Memiliki iman yang kuat kepada Allah Swt dan


mempertahankan keimanannya meskipun menghadapi
ancaman dari penguasa yang zalim.

c. Bertawakal dan berdoa kepada Allah Swt untuk memohon


perlindungan dari ancaman orang-orang yang berbuat zalim.

d. Allah Swt akan memberikan perlindungan kepada orang-


orang yang beriman dan bertawakal kepada-Nya.

Kontekstualisasi Materi Kisah Teladan Ashabul Kahfi dengan


Moderasi Beragama

Dalam pembelajaran Akidah Akhlak, pelajaran dan nilai yang


dapat diambil dari kisah Ashabul Kahfi adalah pentingnya
memiliki iman yang teguh kepada Allah Swt dan
mempertahankan keimanannya dalam menghadapi tekanan
dan ancaman yang datang dari penguasa yang zalim. Nilai
moderasi beragama juga dapat diterapkan, di mana umat Islam
harus menunjukkan sikap moderat dalam menjalankan
kehidupan dan mempertahankan prinsip-prinsip yang diyakini.

Keteladanan merupakan suatu cara pendidikan yang


melibatkan perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru.
Dalam hal ini, keteladanan Ashabul Kahfi sebagai contoh yang
dapat diikuti oleh umat Islam adalah memegang teguh
kebenaran dan menghindari konflik yang tidak dapat
diselesaikan. Hal ini mencerminkan sikap moderat dalam
kehidupan yang dapat menjadi contoh bagi umat Muslim.

Qudwah adalah konsep kepemimpinan dalam melakukan


kebaikan demi kemaslahatan hidup manusia. Umat Islam yang
mengamalkan prinsip wasathiyyah (moderasi) dapat
memberikan kesaksian melalui perbuatan mereka dalam
masyarakat.

Dengan mengambil hikmah dan keteladanan dari kisah


Ashabul Kahfi, pembelajaran Akidah Akhlak dapat diperkaya
dengan nilai-nilai yang mengajarkan keimanan yang kuat dan
sikap moderat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Daftar materi pada KB


2 Saya tidak menemukanya.
yang sulit dipahami

Daftar materi yang sering


3 mengalami miskonsepsi Saya tidak menemukanya.
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai