Anda di halaman 1dari 87

1

Material Beton

K01 Pengantar
Material Beton
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


2

Material Beton
Bahasan-bahasan utama dalam material beton meliputi:
▪ Material-material penyusun material beton
▪ Hidrasi, setting dan perkembangan kekuatan beton
▪ Perancangan proporsi campuran beton
▪ Kontrol kualitas konstruksi beton
▪ Propertis-propertis beton segar dan beton yang sudah
mengeras
▪ Pengujian beton
3

Komposisi Beton
Umumnya beton terbuat dari bahan-bahan:
▪ Semen
Pasta
▪ Air Mortar
▪ Pasir /Agregat halus Beton
▪ Agregat Kasar

Penggunaan bahan tambah atau admixtur (mineral dan


kimia) sudah umum digunakan untuk memperoleh
propertis saat beton segar atau keras yang diharapkan
4
Komposisi Beton
Udara

Air

Semen

Pasir

Agregat Kasar

Potongan Beton Fasa Beton


5

Komposisi Beton
Komposisi kasar dari beton normal dalam volume:
▪ Semen 7 - 15 %
▪ Air 14 - 21 %
▪ Pasir /Agregat halus 20 - 30 %
▪ Agregat Kasar 30 - 50 %
▪ Udara 0.5 – 6 %
6

Komposisi Beton
Terminologi: Beton mengandung:
▪ Semen + Air = Pasta ▪ + 25 % Pasta
▪ Pasta + Pasir = Mortar ▪ + 50 % Mortar
▪ Mortar + AK = Beton ▪ + 50 % Agregat Kasar (AK)
7

Beton Bertulang – Reinforced Concrete


Potongan Beton Bertulang
Baja Tulangan

Beton

Agregat
Pasta

A
H
Transition Zone
C A : C-S-H crystal
H : CH=C4AH19=C4ASH18 crystal
C : Capillary voids
8

Beton – Proses
▪ Pemilihan Material Penyusun Beton
▪ Proporsi Campuran (Mix Design)
▪ Pencampuran (Mixing)
▪ Pemindahan (Transportation)
▪ Pengecoran
▪ Pemadatan (Consolidating)
▪ Pemeliharaan (Curing)

▪ Terdapat batasan-batasan tertentu pada variabel dimana proses


pembuatan beton dikatakan “ Normal ”
▪ Jika ada dalam proses pembuatan beton keluar dari batasan
tersebut atau proses khusus terlibat maka beton perlu
diperlakukan secara khusus – “Spesial”.
9

Material Beton

K02 Proses Pembuatan


Semen
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


10

Semen Gipsum

Source: Mehta, 2005


11

Semen Lime

Source: Mehta, 2005


12

Semen Portland

▪ Pertama kali dipatenkan oleh Joseph Aspdin di tahun 1824.


▪ Nama “Portland” karena beton yang dengn bahan ini memilliki
kesamaan warna dengan batuan limestone yang berasal dari
pulau Portland.
▪ Walaupun Joseph Aspdin yang pertamakali mematenkan
formula semen, namun semen hidrolik yang dibuat dengan
memanaskan bahan alam sudah digunakan berabad-abad
(mis, bangsa Yunani dan Romawi).
Source: PCA,2011
13

Bahan Baku Pembuatan Semen

▪ Berbagai produk limbah atau produk sampingan juga digunakan dalam


campuran.
▪ Material ini dihaluskan dan dicampur dengan proporsi campuaran
tertentudan bahan mentah tersebut kemudian di masukkan ke Kiln
menjadi Klinker.
14

Bahan Baku Pembuatan Semen


15

Pengolahan Bahan Baku


▪ Produksi semen dimulai di penambangan bahan baku
▪ Bahan baku dihaluskan → primary crusher → secondary crusher
▪ Setiap bahan baku yang sudah dihaluskan disimpan secara terpisah

Source: PCA,2011
16

Pengolahan Bahan Baku


▪ Produksi semen dimulai di penambangan bahan baku
▪ Bahan baku dihaluskan → primary crusher → secondary crusher
▪ Setiap bahan yang sudah dihaluskan disimpna secara terpisah
▪ Bahan baku dicampur secara proporsional
▪ Material campuran kemudian digiling hingga halus menjadi powder
▪ Dicampur secara merata di blending silo
▪ Dimasukkan ke Kiln

Source: PCA,2011
17

Pengolahan Bahan Baku


▪ Produksi semen dimulai di penambangan bahan baku
▪ Bahan baku dihaluskan → primary crusher → secondary crusher
▪ Setiap bahan yang sudah dihaluskan disimpna secara terpisah
▪ Bahan baku dicampur secara proporsional
▪ Material cmpuran kemudian digiling hingga halus menjadi powder
▪ Dicampur secara merata
▪ Dicampur dengan air membentuk slurry
▪ Dimasukkan ke Kiln

Source: PCA,2011
18

Pengolahan Bahan Baku

▪ Bahan baku dibakar di Kiln dengan temperatur


mencapai 1450 oC
▪ Pembakaran merubah bahan baku menjadi
Klinker

Source: PCA,2011
19

Pengolahan Bahan Baku


20

Pengolahan Bahan Baku


▪ Bahan baku dibakar di Kiln dengan temperatur mencapai 1450 oC
▪ Pembakaran merubah bahan baku menjadi Klinker
▪ Klinker didinginkan
▪ Klinker dan gipsum disimpan terpisah
▪ Dimasukkan ke grinding mills untuk dihaluskan

Banyak pabrik semen


memilliki preheater dan
siklus gas panas →
mengurangi panjang Kiln

Source: PCA,2011
21

Pengolahan Bahan Baku

Source: PCA,2011
22

Penggilingan Akhir

Source: PCA,2011
23

Pengolahan Akhir, Penyimpanan & Transportasi


▪ Klinker dan gipsum dicampur dan dihaluskan menghasilkan semen
▪ Semen disimpan di silo
▪ Semen dikirim dalam bentuk curah (bulk) atau kantong

Source: PCA,2011
24

Penyimpanan dan Transportasi


▪ Produrk akhir semen disimpan di silo
▪ Semen siap untuk didistribusikan
▪ Distribusi dalam bentuk curah dikirim
melalui truk, kereta atau kapal
▪ Atau dalam karung kertas tahan air

Source: PCA,2011
25

Pabrik Semen

Source: Mehta, 2005


26

Material Beton

K03 Tipe Semen


SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


27

Perubahan Kimiawi pada Pembuatan Semen


28

Semen Portland (OPC)


Komponen utama OPC:
Bahan mentah OPC berbentuk oksida-
oksida, sbb:

Oksida Persentase
CaO 60-65
SiO2 17-22
Al2O3 3-7
Fe2O3 3
MgO 2
Na2O 0,6
K2O 0,4
29

Komposisi Kimia Semen Portland (OPC)

Akibat proses fusion, oksida-oksida tersusun berbeda menjadi


komponen yang kompleks, sbb:
30

Komposisi Kimia Semen Portland (OPC)


Persamaan Bogue:
31

Komposisi Kimia Semen Portland (OPC)


Contoh:
32

Komposisi Kimia Semen Portland (OPC)


33

Tipe Semen Portland


ASTM C 150 (AASHTO M 85)
34

Semen Blended
Klasifikasi semen Blended (ASTM C595) :
1. Type IS – Portland blast-furnace slag cement – up to 95%
slag permitted
2. Type IP – Portland-pozzolan cement – up to 40% pozzolan
permitted
3. Type IL – Portland-limestone cement – up to 15%
limestone permitted
4. Type IT – Ternary blended cement3 – up to 70% of
pozzolan + limestone + slag, with pozzolan being no more
than 40% and limestone no more than 15%
35

Semen Berbasis Kinerja


(Performanced Based Cement)
ASTM C1157 describes cements by their performance
attributes:
Cement Type Description
Type GU General Use
Type HE High Early-Strength
Type MS Moderate Sulfate Resistance
Type HS High Sulfate Resistance
Type MH Moderate Heat of Hydration
Type LH Low Heat of Hydration
36

Speifikasi Tipe Semen


Cement Applications
Cement Resistance to
Moderate High Moderate
General High sulfate alkali-silica
specification heat of early Low heat of sulfate
purpose resistance reactivity
hydration strength hydration resistance
(ASR)

ASTM C 150
II (moderate Low alkali
(AASHTO M 85) I III IV II V
heat option) option
portland cements

ASTM C 595 IS IS(MS)


IS(MH)
(AASHTO M 240) IP IP(MS)
IP(MH) Low reactivity
blended I(PM) P(LH) P(MS)
I(PM)(MH) option
hydraulic I(SM) I(PM)(MS)
I(SM)(MH)
cements S, P I(SM)(MS)
ASTM C 1157
hydraulic GU MH HE LH MS HS Option R
cements

Source: PCA,2011
37

Material Beton

K04 Propertis Semen


SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto

Teknik Sipil - FTSL ITB


38

Propertis Semen Portland


Propertis Semen:
▪ Propertis Fisik : Berat jenis, Kehalusan (Fineness)
▪ Konsistensi
▪ Setting : Initial set, Final set
▪ Kekuatan : Umur awal, 28 hari, Maksimum
▪ Soundness
▪ Ignition Loss
▪ Panas Hidrasi
▪ Kandungan Alkali
39

Propertis Semen Portland


Berat Jenis :
▪ Berat jenis semen berkisar 3100 – 3250
kg/m3 dan rata-rata 3150 kg/m3
▪ Bukan indicator kualitas
▪ Digunakan untuk perhitungan proporsi
campuran
▪ Specific gravity semen = 3.15
▪ Bulk density semen bervariasi antara
830 – 1650 kg/m3

Source: PCA,2011
40

Propertis Semen Portland


Kehalusan /Fineness:
▪ Ditentukan dari ukuran partikel semen (ukuran
saringan) atau luas permukaan (cm2/g atau m2/kg)
▪ Luas permukaan diukur dengan:
▪ Blaine air-permeability apparatus
▪ Wagner turbidimeter

Konsistensi:
▪ Merupakan ukuran dari workabilitas atau kelecakan dari
pasta semen → seberapa mudah atau sulit bekerja dengan
semen pasta
▪ Standar konsistensi adalah persentase dari air terhadap
berat semen yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta
dengan konsistensi yang ditelah ditetapkan.
Source: PCA,2011
41

Propertis Semen Portland


Setting:
▪ Terkait dengan peningkatan kekuatan dari pasta semen
▪ Reaksi kimia semen dan air terjadi sesaat setelah terjadi kontak antara
semen dan air, perlu diperhatikan:
▪ Pasta semen masih lecak “workable” untuk beberapa waktu setelah
penambahan air (memungkinkan pengecoran beton)
▪ Pasta semen sudah tidak lecak “ Not workable” setelah melewati waktu
tertentu sehingga beton dapat mengeras dan mengembangkan kekuatan
▪ Perlu diingat metode uji didesain untuk menetukan tahanan penetrasi
“penetration resistance”, sebagai ukuran proses setting.
▪ Nilai tertentu dari tahanan penetrasi diambil untuk mendefinisikan
“initial” dan “final” setting dari semen.
▪ Setting time:
▪ Initial setting time tidak kurang dari 30 menit
▪ Final setting tidak lebih dari 600 menit
42

Propertis Semen Portland


Kekuatan:
▪ Produk hidrasi semen sangat berkontribusi pada kekuatan beton.
▪ Penting untuk memahami :
▪ Peningkatan kekuatan seiring pertambahan umur beton
▪ Nilai kuat maksimum semen sebagai tahap awal untuk
memahami kekuatan beton
▪ Kekuatan yang diperoleh berkaitan dengan :
▪ w/c campuran
▪ propertis material lain yang digunakan
43

Propertis Semen Portland


Panas Hidrasi:
▪ Proses hidrasi semen menghasilkan panas hidrasi.
▪ Panas hidrasi sangat dipengaruhi oleh proporsi C3S dan C3A dalam semen
dan juga dipengaruhi oleh rasio air-semen, kehalusan dan temperatur
curing.
▪ Ditentukan berdasarkan ASTM C 186, Standard Test Method for Heat of
Hydration of Hydraulic Cement
▪ Panas hidrasi perlu diantisipasai khususnya pada beton yang jumlahnya
besar seperti pada konstruksi dam.
44

Propertis Semen Portland


Ignition Loss:
▪ Merupakan persentase kehilangan berat yang dialami sampel semen
setelah pemanasan sampai 1000oC selama 15 menit. Setiap air
yang terikat pada partikel semen terhidrasi akan dikeluarkan di atas
suhu ini.
▪ Semakin tinggi LOI, semakin sedikit kekuatan semen yang akan
dikembangkan.
▪ LOI yang tinggi dapat mengindikasikan pra-hidrasi dan karbonasi,
yang mungkin disebabkan oleh penyimpanan yang tidak tepat atau
berkepanjangan selama pengangkutan atau pemindahan.
▪ ASTM membatasi LOI sebesar 3,0%.
45

Propertis Semen Portland


Soundness:
▪ Mengacu pada kemampuan pasta semen yang
mengeras untuk mempertahankan volumenya
setelah setting tanpa ekspansi destruktif
▪ Ekspansi destruktif ini disebabkan oleh
kandungan calcium sulfate atau magnesium
yang berlebihan.
▪ Sebagian besar spesifikasi semen portland
membatasi kandungan magnesium sebesar
6%. Source: PCA,2011
46

Propertis Semen Portland

Kandungan Alkali :
▪ Keberadaan Na2O dan K2O sebegai impurities berkontribusi pada
alkali konten dari semen.
▪ Umumnya alkalinitas semen diekspresikan sebagai ekivalen Na2O
% Na2O eq = % Na2O + 0,658 % K2O
▪ Berdasarkan ekivalen Na2O, semen diklasifikasikan sebegai semen
low-akali atau sebaliknya.
▪ Batas total alkali konten pada beton untuk berbagai tipe level alkali
semen dan semen konten sebesar 3 kg/m3.
47

Propertis Semen Portland

Ekivalen Na2O konten :


= Na2O + 0,658 K2O
= 0,15 + 0,658 x 0,73
= 0,63 %
48

Standar uji semen:


▪ ASTM C109—Standard Test Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars
▪ ASTM C185—Standard Test Method for Air Content of Hydraulic Cement Mortar
▪ ASTM C 186 — Standard Test Method for Heat of Hydration of Hydraulic Cement
▪ ASTM C187—Standard Test Method for Amount of Water Required for Normal Consistency of
Hydraulic Cement Paste
▪ ASTM C191—Standard Test Methods for Time of Setting of Hydraulic Cement by Vicat Needle
▪ ASTM C204—Standard Test Method for Fineness of Hydraulic Cement by Air-Permeability
Apparatus
▪ ASTM C305—Standard Practice for Mechanical Mixing of Hydraulic Cement Pastes and Mortars of
Plastic Consistency
▪ ASTM C430—Standard Test Method for Fineness of Hydraulic Cement by the 45-µm (No. 325)
Sieve
▪ ASTM C 490—Standard Practice for Use of Apparatus for the Determination of Length Change of
Hardened Cement Paste, Mortar and Concrete
▪ ASTM C1437—Standard Test Method for Flow of Hydraulic Cement Mortar
49

Material Beton

K05 Hidrasi Semen


Portland
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


50

Hidrasi Semen Portland

Hidrasi adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan


reaksi kimia yang terjadi antara semen dan air.

▪ Sifat-sifat beton segar seperti setting dan hardening merupakan


hasil langsung dari proses hidrasi.
▪ Sifat-sifat beton keras juga dipengaruhi oleh proses hidrasi.

Oleh karena itu untuk memahami sifat dan perilaku semen dan beton,
pemahaman tentang hidrasi dan reaksi didalamnya diperlukan.
51

Hidrasi Semen Portland


1 - Calcium silicates :

▪ Hidrasi dua jenis kalsium silikat serupa, berbeda hanya jumlah


kalsium hidroksida yang terbentuk, panas yang dilepaskan, dan laju
reaksi.
▪ Produk utama hidrasi adalah C3S2H8, kalsium silikat hidrat, atau C-
S-H. Ukuran C-S-H cukup kecil.
▪ C-S-H menempati sekitar 50% komponen struktural pasta semen dan
terbentuk secara langsung di permukaan partikel semen.
▪ C-S-H adalah penyedia kekuatan utama pada beton semen portland
karena jumlah dan ukurannya yang kecil.
▪ C-S-H biasanya disebut lem gel-binder.
52

Hidrasi Semen Portland


▪ Meskipun C3S dan C2S menghasilkan produk hidrasi yang sama, laju
reaksi mereka sangat berbeda:
▪ C3S bereaksi sangat cepat di tahap awal, C2S bereaksi sangat lambat
▪ C3S melepaskan lebih banyak panas hidrasi, C2S melepaskan lebih
sedikit panas hidrasi
▪ C3S berkontribusi paling besar terhadap kekuatan beton pada usia dini,
C2S berkontribusi terhadap kekuatan beton jangka panjang.
▪ Produk lain hidrasi adalah CH, kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
Produk ini merupakan kristal dengan bentuk plat dalam banyak
kasus.
▪ CH terbentuk dalam larutan dengan kristalisasi dan menempati
sekitar 25% komponen struktural pasta semen.
53

Hidrasi Semen Portland

▪ CH dapat meningkatkan nilai pH menjadi lebih dari 12 dan baik


untuk proteksi korosi pada baja tulangan.
▪ Dari segi durabilitas beton, CH dapat menyebabkan
▪ Leaching karena kelarutannya
▪ Karbonasi akibat reaksinya dengan karbon dioksida
▪ Reaksi alkali agregat karena nilai pH tinggi atau
▪ Serangan Sulfat akibat reaksinya dengan sulfat.
▪ Namun, jumlah minimum CH diperlukan untuk menjaga lingkungan
alkali tinggi dalam beton.
54

Hidrasi Semen Portland


2-Trikalsium aluminat dan fasa ferit:
▪ Reaksi awal utama C3A dengan air dengan adanya pasokan gipsum
adalah

▪ 6-calcium aluminate trisulfate-32-hydrate, biasanya disebut calcium


sulfoaluminate hydrate dan lebih umum disebut ettringite (Aft),
yang merupakan nama mineral alami dengan komposisi yang sama..
55

Hidrasi Semen Portland


▪ Pembentukan ettringite berada di permukaan partikel C3A. Hal ini
dapat memperlambat hidrasi C3A karena bertindak sebagai
penghalang difusi di sekitar C3A, hal ini mirip dengan C-S-H selama
hidrasi kalsium silikat.
▪ Dengan demikian, bisa menghindari flash setting C3A. Ettringite stabil
hanya bila ada persediaan sulfat cukup dan pada suhu di bawah
60°C.
▪ Jika semua sulfat dikonsumsi sebelum C3A sudah terhidrasi atau
suhunya naik sampai di atas 60°C, selama hidrasi dapat dirubah
menjadi monosulfoaluminate.
56

Hidrasi Semen Portland


▪ Monosulfoaluminate (AFm ) juga disebut tetrakalsium aluminat
monosulfat-12-hidrat.
▪ Bila monosulfoaluminate kontak dengan sumber baru ion sulfat, maka
ettringit dapat terbentuk kembali:

▪ Jika tidak ada gipsum, C3A akan bereaksi dengan air dengan sangat
cepat:

Hidrat diubah lebih lanjut

Reaksi terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan flash set beton.


57

Hidrasi Semen Portland


▪ Produk hidrasi C4AF mirip dengan C3A. Namun, laju reaksi C4AF
cenderung lebih lambat dari C3A. Saat bereaksi dengan gipsum,
reaksinya sebagai berikut :

▪ C6 (A, F) S3H32 selanjutnya dapat bereaksi dengan C4AF dan air:


58

Calcium Silicate Hydrates

Source: Mehta, 2005


59

Calcium Sulfoaluminate Hydrates

Source: Mehta, 2005


60

Calcium Hydroxide

Source: Mehta, 2005


61

Mekanisme Hidrasi Semen Portland

Source: Mehta, 2005


62
Evolusi Volume Produk Hidrasi Semen

( Locher, Richartz and Sprung, 1976 ) Source: PCA,2011


63

Evolusi Panas Hidrasi Semen Portland

Hidrasi C3A
Pembentukan ettringite

Ettringite bertransformasi
menjadi monosulfate dan
Ettringite menutupi hidrasi lanjutan aluminate
dan memperlambat
hidrasi aluminate
lanjutan

Hubungan reaksi hidrasi dan evolusi panas hidrasi

Source: PCA,2011
64

Reaktifitas Unsur Utama Semen

Reaktivitas relatif unsur semen


(Tennis and Jenning,2000 ) Source: Mehta, 2005
Source: PCA,2011
65

Panas Hidrasi Semen Portland

Source: Mehta, 2005


66

Panas Hidrasi Semen Portland

Source: Mehta, 2005


67

Material Beton

K06 Setting dan


Porositas
SI 2101 – Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil

Dr. Eng. Aris Aryanto, ST. , MT.

Teknik Sipil - FTSL ITB


68

Setting & Hardening


▪ Setting dan hardening semen Portland dapat dijelaskan
menggunakan model sederhana yang menunjukkan butiran semen
yang belum terhidrasi tersebar dalam air
▪ Waktu dimulai saat pertama kali air ditambahkan dalam semen
▪ Pada kondisi ini pasta semen dalam bentuk fluida

Source: PCA,2011
69

Setting & Hardening


▪ Reaksi kimia terjadi antara air dan semen, reaksi ini dinamakan
Hidrasi

Source: PCA,2011
70

Setting & Hardening


▪ Ketika volume produk hidrasi semen > volume semen yang belum
terhidrasi.
▪ Peningkatan volume solid
▪ Penurunan jumlah air yang mengisi ruang
▪ Pada akhirnya produk hidrasi akan mengikat butiran semen
sebelahnya dan jaringan solid/padat yang menerus terbentuk.
▪ Kondisi ini dinamakan “initial set”

Initial set
Source: PCA,2011
71

Setting & Hardening


72

Setting & Hardening


▪ Antara penambahan air dan sesaat sebelum initial
set terjadi pasta memiliki sedikit kekakuan →
masih fluid
▪ Jika kekakuan pasta diplotkan terhadap waktu
maka hanya sedikit peningkatan kekakuan selama
periode ini atau kadang disebut “dormant period”

Source: PCA,2011
73

Setting & Hardening

▪ Dalam periode ini pasta masih plastis dan


beton masih dapat
dipindahkan/ditempatkan

Source: PCA,2011
74

Setting & Hardening


▪ Semakin banyak produk
hidrasi terbentuk dan
matriks semakin padat dan
kaku

Source: PCA,2011
75

Setting & Hardening

Pasta berubah
dari fluid ke
solid

Source: PCA,2011
76

Setting & Hardening

▪ Material solid
dengan propertis
material mis.
Kekuatan dan
kekakuan

Source: PCA,2011
77

Setting & Hardening

Source: PCA,2011
78

Waktu Setting

Initial Set → Waktu dari air ditambahkan hingga pasta


berhenti menjadi fluid dan plastis
Final Set → Waktu dari saat air ditambahkan hingga
untuk pasta mendapatkan derajat kekerasan
tertentu

Source: PCA,2011
79

Waktu Setting

Vicat Needle
▪ ASTM C191 Standard test
Method for Time of Setting of
Hydraulic cement by Vicat
Needle
▪ Initial set terjadi Ketika jarum
menembus 25 mm ke dalam
pasta
▪ Final set terjadi ketika sudah
tidak terlihat penetrasi

Source: PCA,2011
80

Air dalam Produk Hidrasi Semen

Source: Mehta, 2005


81

Void (Rongga Udara) dalam Produk Hidrasi Semen

Source: Mehta, 2005


82

Dimensi Solid dan Pori


83

Volume Produk Hidrasi – Pengaruh Waktu


Jika diketahui 100 cm3 semen dengan w/c = 0.63 (dalam berat)

Vsemenrsemen 100 cm3 (3.14 gr/cm3)


Vair = (w/c) = (0.63) = 200 cm3
rair
Volume Total Pasta (cm3)

1.0 gr/cm3

Pori kapiler

Produk hidrasi

Semen belum
terhidarsi
Awal 7 hari 28 hari 365 hari
50% hidarsi 75% hidarsi 100% hidarsi

Miracle of Hydartion : Vp = 2 Vc Source: Mehta, 2005


84

Volume Produk Hidrasi – Pengaruh Waktu


Jika diketahui 100 cm3 semen dengan 100 % terhidrasi
Reaksi penuh = 200 cm3
Pori kapiler
Volume Total Pasta (cm3)

37%
Produk hidrasi
30% 22%
11% 0%

Kekuatan
0.7 0.6 0.5 0.4 0.32 w/c
w/c
Vol 320 288 257 225 200

Semakain kecil w/c → semakin kecil porositas → semakin tinggi kekuatan


Source: Mehta, 2005
85

Porositas dan Derajat Hidrasi

Source: Mehta, 2005


86

Porositas, Gel Space, Kekuatan, dan Permeabilitas

[MPa]

[210]

[140]

[70]

Source: Mehta, 2005


87

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai