1
KH. Muhammad syifa’, LC (Pengasuh ponpes al amin)
2
KH. Muhammad syifa’, LC (Pengasuh ponpes al amin)
4. Data Guru Pondok Pesantren Al Amin Manyar
Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan Menurut Pendidikan
Alamat sesuai
No Nama Lengkap Jabatan
KTP/Paspor
KH. Muhammad Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Pimpinan
1
syifa’ Lc Rw 04/01 Manyarejo pondok
Nyai Hj. Naili Jl. Ponpes Al Amin Rt/
2 Guru Tahfidz
Fathin Rw 04/01 Manyarejo
Nyai Hj. Siti Nur Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
3
Afifah Rw 04/01 Manyarejo
Kmp. Patsgemek Guru Tahfidz
4 Anjani maulidia Rt/Rw 004/004
peranggrahan kwanyar
Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
5 Yunita maulia r
Rw 04/01 Manyarejo
Jl. Giri kalimutu IX/17 Guru Tahfidz
Khoirotul B BR/link munang
6
Ainiyah muning penecutan
kelud
Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
7 Husnul Khotimah
Rw 04/01 Manyarejo
Jl. Ky. Sahlan Rt/Rw Guru Tahfidz
8 Nafisa Afwa
005/003 Manyarejo.
Uswatun Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
9
Khasanah Rw 04/01 Manyarejo
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo
5. Data Santri Pondok Pesantren Al Amin Manyar
Secara keseluruhan keadaan Santri Tahfidz di Pondok Pesantren Al Amin
Manyarejo berjumlah 41 orang semua santri adalah perempuan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam table di bawah mengenai keadaan siswa secara umum, yaitu
sebagai berikut:
34 Musrifah Jatisrono, -
No Kegiatan Alokasi
1 Bangun tidur, mandi & Shalat Tahajud 03.45 - 04.30
2 sholat shubuh berjamaah 04.30 - 04.45
3 senam dzikir 04.45 - 05.00
4 tahfidz (setoran) 05.00 - 07.00
5 makan pagi & persiapan 07.00 - 07.30
6 sekolah formal 07.30 - 12.00
7 sholat dhuhur berjamaah 12.00 - 12.30
8 makan siang 12.30 - 13.00
9 tidur siang 13.00 - 14.30
10 bangun tidur & mandi 14.30 - 15.00
11 sholat ashar berjamaah 15.00 - 15.15
12 tahfidz (setoran & murojaah) 15.15 - 16.45
13 istirahat & refreshing 16.45 - 17.15
14 makan sore 17.15 - 17.45
15 sholat maghrib berjamaah 17.45 - 18.15
16 tahfidz (setoran & murojaah) 18.15 - 20.15
17 sholat isya berjamaah 20.15 - 20.30
18 Refreshing 20.30 - 21.00
19 tidur malam 21.00 - 03.45
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo
No Kegiatan Alokasi
1 Hari Raya Idhul Adha (Qurban) Setiap Tahun
2 Tes Seleksi Khotmil Qur’an Setiap Tahun
3 Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Setiap Tahun
4 Wisuda Khotmil Qur’an Setiap Tahun
5 Ziarah & Study Tour Setiap Tahun
6 Kemah & Outbond Setiap Tahun
7 Liburan Akhir Tahun Setiap Tahun
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo
B. Penyajian Data
Penyajian data ini berkenaan dengan masalah upaya guru tahfidz dalam
meningkatkan kemampuan hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Al Amin
Manyarejo dan penerapan metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an Santri Pondok
Pesantren Al Amin Manyarejo. Data yang disajikan berdasarkan hasil riset yang penulis
peroleh di lapangan, yaitu melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi.
a. Pengumpulan Data
3
Ainul Yakin, Wawancara, (Gresik, 02 Juli 2022)
Al-Qur’an dengan metode takrir. Waktu pembelajaran Al-Qur’an ini selama
3x120 menit. Pembelajaran Al-Qur’an dimulai dari pagi sampai malam yaitu
sebagai berikut: sesi 1 dari jam 05.00 – 07.00, sesi 2 dari jam 15.15 – 16.45,
sesi 3 dari jam 18.15 – 20.15.
b. Pengolahan Data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru pembelajaran
Alquran mereka mengatakan bahwa setelah data diperoleh yaitu melalui
informasi yang digali dari santri yang bersangkutan langsung, kemudian
dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh
antara lain dengan mengidentifikasi kasus, yaitu menandai dan mengenali
beberapa anak yang dikatakan mengalami kesulitan seperti sulit dikendalikan
keaktifannya dalam belajar yang berpotensi akan mengganggu jalannya
4
Siti Nur Afifah, Wawancara, (Gresik, 03 Juli 2022)
proses pembelajaran, merasa lelah dan malas dengan pembelajaran yang
berjalan, sehingga mereka sedikit melupakan hafalan mereka, dengan
membandingkan antar kasus tersebut dan kemudian menarik kesimpulan.
c. Diagnosis
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembelajaran Alquran
dalam mengatasi kesulitan dalam belajar tahfiz, seorang guru harus
mengetahui jenis kesulitan belajar. Berdasarkan hasil pengolahan data di
atas, mereka menetapkan bahwa kesulitan yang di alami siswa berada pada
level yang randah dan tinggi, hal ini karna guru sudah mengamati hafalan-
hafalan mereka, pelannya suara mereka ketika mereka membaca surah yang
dihafal dan yang berat yaitu sulitnya santri dikendalikan pada pembelajaran
berlangsung tersebut akan mengganggu teman yang lain, guru juga meminta
tanggapan kepada guru-guru yang lain, serta melihat kembali buku prestasi
atau buku takrir santri.5
d. Prognosa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pembelajaran
Alquran, mereka mengatakan bahwa dalam menghafal Alquran diperlukan
konsentrasi dan keinginan atau minat yang besar agar mudah dalam
menghafal. Untuk dapat membuat anak konsentrasi dan semangat dalam
menghafal para guru mempersiapkan rencana atau program yang
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi dan semangat dalam
menghafal Alquran, yaitu dengan mengadakan kesepakatan sebelum
memulai pelajaran, misalnya dengan membuat kesepakatan jika anak ribut
atau mengganggu temannya ketika pembelajaran maka konsekuensinya siswa
ditegur dan lain sebagainya, menegur anak secara halus ketika anak tersebut
ribut para guru juga menjanjikanakan memberikan hadiah jika anak bisa
mencapai target hafalannya dan bagus bacaannya, supaya anak-anak
termotivasi untuk menghafal Alquran. Dan para guru juga menggunakan
metode takrir yaitu dengan mencontohkan bacaannya dengan menggunakan
alat peraga dan mencontohkan terlebih dahulu agar anak mudah dalam
membaca dan menghafal Alquran.6
e. Treatment (Perlakuan)
5
Nafisa Afwa, Wawancara, (Gresik 05 Juli 2022)
6
Husnul Khotimah, Wawancara, (Gresik, 05 Juli 2022)
Berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa guru pembelajaran
Al-Qur’an, bantuan atau upaya-upaya yang diberikan kepada santri dalam
menghafal Al-Qur’an yaitu melalui:
Motivasi dalam diri siswa akan tumbuh apabila siswa tahu dan
menyadari bahwa apa yang dipelajari bermanfaat, karena pada umumnya
siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki keyakinan akan kemampuan
dirinya. “Ketika dalam pemberian motivasi, maka hendaknya setiap
pembicaraan selalu di dalam kebaikan, sehingga motivasi yang diberikan akan
diterima dengan baik. Guru sebagai pendidik hendaknya bisa mendidik dan
membangkitkan motivasi siswa.
7
Naili Fathin, Wawancara, (Gresik, 06 Juli 2022)
2) Memberi Tugas dan Hukuman kepada Para Siswa
Teknik latihan juga dapat menjadi cara untuk mengajarkan siswa dalam
menghafal Al-Qur’an. “Teknik latihan dapat diartikan sebagai cara mengajar
dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari.”
Allah telah menjadikan sifat lupa sebagai tabiat dasar umat manusia. Di
antara penyebab lupanya seseorang terhadap hafalan Al-Qur’an adalah karena
kurangnya muraja’ah (mengulang-ulang) dan mengingatingat hafalan Al-
Qur’an, atau karena banyaknya pekerjaan dan kesibukan yang harus
diselesaikannya.
8
Ibid
manusia mampu menghafal dan mudah tergerak untuk melakukannya dengan
sedikit motivasi sedangkan muraja’ah atau mengulang hafalan amat terasa
berat bagi jiwa manusia.
f) Alokasi waktu
Mengajar para siswa untuk menghafal Al-Qur’an dibutuhkan
waktu yang panjang, sebab waktu merupakan sesuatu yang sangat
berharga, memilih waktu yang tepat merupakan hal yang sangat penting
untuk menghafal Al-Qur’an sebab tidak sepantasnya seseorang menghafal
Al- Qur’an pada waktu yang sempit maupun ketika seorang penghafal
dalam keadaan jenuh.
Sedangkan ada juga pendapat lain tentang metode menghafal Al- Qur’an
menggunakan metode talaqqi. Talaqqi adalah salah satu metode untuk mengetahui
sesuatu. Ada dua macam katagori talaqqi. Pertama, seseorang guru membaca atau
menyampaikan ilmu didepan murid- muridnya, sedangkan para muridnya
menyimaknya, yang mungkin diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan. Kedua, murid
membaca didepan guru, lalu guru membenarkan jika ada kesalahan.
C. Analisis Data
Setelah data disajikan dalam bentuk uraian, maka selanjutnya penulis akan
menganalisa data tersebut sehingga akan lebih bermakna. Untuk terarahnya proses
penganalisaan ini, maka penulis kemukakan berdasarkan urutan penyajian data di atas,
yaitu:
10
Ibid
diperoleh melalui pengumpulan data para guru dapat mengetahui sumber-
sumber penyebab problematika dalam meningkatkan kemapuan menghafal Al-
Qur’an Santri.
b. Pengolahan Data
c. Diagnosis
d. Prognosa
e. Treatment
11
Ainul Yakin, Wawancara, (Gresik, 02 Juli 2022)
motivasi kepada siswanya untuk menentukan kegairahan dan keberhasilan
para siswa dalam belajar, terutama pembelajaran Alquran dan tahfiz.
siswa siswinya meski tidak sesuai target. Hal ini sangat berguna sekali bagi
tidak melupakan hafalan mereka yang terdahul, orang tua mereka juga akan
menghafal tugas yang diberikan guru sehingga dengan ini dapat membantu
para siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dengan
Allah telah menjadikan sifat lupa sebagai tabiat dasar umat manusia.
harus diselesaikannya.
siswa untuk menghafal Al-Qur’an yaitu metode tahfiz, talaqqi, dan takrir
dengan tujuan agar para siswa yang menghafal Al-Qur’an mampu untuk
memerlukan usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, namun dalam
proses tersebut terdapat kendala yang dialami. Kendala yang dialami guru
menghafal, adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an,
adanya kecerdasan yang berbeda-beda dari para siswa dan alokasi waktu”.
f. Evaluasi
sampai dengan berakhirnya pengajaran yang mengarah pada tujuan yang telah
berlangsung jika ada siswa yang rebut atau sulit dikendalikan maka guru menegur
Adapun metode-metode yang digunakan guru dalam mengajar para siswa untuk
menghafal Al-Qur’an yaitu metode tahfiz, talaqqi, dan takrir dengan tujuan agar para
siswa yang menghafal Al-Qur’an mampu untuk mencapai target hafalan target
menghafal.
12
Siti Nur Afifah, Wawancara, (Gresik, 03 Juli 2022)
adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an, adanya kecerdasan yang
berbeda-beda dari para siswa dan alokasi waktu”.
Namun, pada dasarnya metode menghafal Al-Qur’an ada banyak dan bervariasi,
namun metode takrir merupakan metode yang sangat efektif dilakukan guru dalam
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa, karena dengan metode tersebut
guru dapat menilai dan memberikan materi kepada siswanya secara menyeluruh.13
D. Pembahasan
Upaya Guru Tahfid dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri
di Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo dilakukan dengan membimbing dan
mengarahkan santri untuk menghafal Al-Qur’an sesuai target yang telah ditentukan
dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo.
Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo melaksanakan Pembelajaran Al-Qur’an
memiliki satu bagian yaitu belajar menghafal Al-Qur’an dengan metode takrir. Waktu
pembelajaran Al-Qur’an ini selama 3x120 menit. Pembelajaran Al-Qur’an dimulai dari
pagi sampai malam yaitu sebagai berikut: sesi 1 dari jam 05.00 – 07.00, sesi 2 dari jam
15.15 – 16.45, sesi 3 dari jam 18.15 – 20.15.
Konsep ini dilakukan dalam rangka memberikan penguatan kepada para santri
untuk menjaga kedisiplinan, pemahaman, keimanan, ketaqwaan dan penanaman nilai-
nilai aqidah dan pembinaan melalui amal ibadah sehari-hari. Agar Konsep yang berasal
dari visi dan misi Pondok Pesantren Al Amin tetap terjaga dan dipertahankan.
Berdasarkan teori yang Penulis sajikan dan fakta yang ada di lapangan upaya yang
Guru Tahfidz lakukan dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri
dilakukan dengan berbagai cara, cara tersebut bervariasi disesuaikan sasaran yang telah
ditentukan. Sesuai fakta yang terjadi di lapangan bahwa guru telah memberikan
bimbingan kepada santri berupa nasehat, pendekatan individu, penghargaan, kompetisi,
pujian dan hukuman kepada santri yang baik secara prestasi menghafal atau kurang
dalam menghafal. Pemberian hukuman juga dilakukan oleh guru ketika santri tidak dapat
menyelesaikan hafalannya dengan baik.
Selain dengan memberikan tugas, guru juga memberikan bimbingan kepada santri
untuk tetap muraja’ah dan dengan menggunakan metode takrir yang disesuaikan dengan
kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur’an. Ternyata dengan adanya upaya Guru
dalam membimbing santrinya dalam menghafal Al-Qur’an, dapat meningkatkan
13
Sitiatava Rezema Putra, Metode Pengajaran Rasulullah SAW, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hal. 203-207
kemampuan santri dalam menghafal. Kemampuan santri yang dulunya hanya dalam
standar rata-rata, dengan adanya bimbingan, pemberian motivasi, pemberian tugas dan
hukuman yang dilakukan Guru membuat kesemangatan santri untuk terus menghafal
meningkat.
Pelaksanaan upaya yang dilakukan guru tidak lepas dari hambatan dan
probematika yang dihadapi. Selain masalah yang ada dari guru sendiri seperti kesiapan
dan kesehatan, hambatan yang dihadapi guru tidak lepas dari santri. Ada beberapa santri
yang masih kesusahan dalam mengahafal karena belum mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik, maka seorang guru harus dapat memberikan bimbingan dan latihan kepada
santri untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’annya. Solusi dari hambatan ini dapat diatasi
guru dengan memberikan bimbingan tahsin yang dilaksanakan berkala.
Selain dengan adanya beberapa santri yang belum mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik, ada juga santri yang malas untuk menghafal. Keadaan ini tidak terjadi
setiap hari namun ketika rasa malas ada dalam diri santri maka akan sulit bagi santri
untuk menghafal bahkan bagi guru untuk membimbing hafalan santri. Solusi yang dapat
dilakukan guru untuk mencegah rasa malas santri adalah dengan selalu memberikan
motivasi berupa nasehat dan target hafalan yang berkesinambungan agar hafalan santri
selalu terukur.
Selain hambatan tersebut ada juga hambatan yang secara prakteknya tidak sesuai
dengan teori yang penulis sajikan. Hambatan tersebut diantaranya kurangnya motivasi
santri dan alokasi waktu. Hambatan tersebut setelah Penulis lakukan penelitian ternyata
baik guru ataupun santri tidak mengalaminya. Kurangnya motivasi santri bukan menjadi
hambatan di Pondok Pesantren Al Amin karena dari hasil wawancara baik dengan guru
dan santri, rata-rata mereka sudah memiliki cukup motivasi yang tinggi dan sadar akan
kemuliaanya dalam menghafal Al-Qur’an. Begitu juga dengan alokasi waktu bukan
menjadi penghalang bagi guru untuk terus meningkatkan kemampuan santri dalam
menghafal karena alokasi waktu yang cukup banyak.