Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian


1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Amin Manyar
Berawal dari kegiatan mengaji yang diasuh oleh KH. Muhammad Syifa yang
diselenggarakan dirumah beliau sehari-hari, maka dengan bantuan masyarakat
sekitar akhirnya pada tahun 2005 diputuskan untuk mendirikan pondok memiliki
tanah seluas 100 meter persegi berlokasi di desa Manyarejo Kec. Manyar Kab.
Gresik, untuk dijadikan sebuah pondok pesantren, yang kemudian diberi nama
Ponpes Al Amin tersebut mengalami perkembangan yang menggembirakan, sumber
air yang melimpah untuk mendukung terbentuknya sebuah pesantren.
Selanjutnya, atas perjuangan beliau serta Ma’unah dari Allah SWT, pada
tahun 2005. Pendiri ponpes KH. Fuad, SHI dengan didukung oleh KH. Muhammad
Syifa dan Ust. Marzuki yang terletak di desa Manyarejo Kec. Manyar Kab. Gresik,
Jawa Timur, Indonesia. Sebuah pesantren yang bernama Ponpes Al Amin yang
merupakan relokasi dan pengembangan pondok pesantren dari rencana semula,
yakni dari desa Manyarejo, Kec. Manyar Kab. Gresik, Jawa Timur, Indonesia.
Seiring dengan pembangunan pondok pesantren tersebut, datanglah santri dari
berbagai daerah, diantaranya dari Bojonegoro, Tuban, Cilacap, Magelang, Bali dan
Palembang. Kedatangan santri ini semakin menambah semarak kegiatan di Pondok
Pesantren, namun dibalik itu kedatangan mereka menjadi pemikiran baru bagi
pengelola Pondok Pesantren, karena sebagian mereka juga bermaksud mengabdi
pada kyai, yang menurut Bahasa pesantren disebut dengan nderek. Dan itu artinya
kyai harus menyediakan lapangan pekerjaan untuk mereka.
Pada umumnya mereka yang nderek, akan bekerja di sawah atau ladang, yang
kebetulan dimiliki oleh KH. Fuad, SHI untuk itu beliau berusaha menciptakan
lapangan kerja yang cocok untuk santri tanpa harus mengganggu kepentingan
mengaji. Akhirnya dengan dibantu santri yang berpengalaman itu munculah ide
untuk menanam bibit cabai, hasilnya dijual sebagian diberikan yang membutuhkan,
untuk kedepannya ingin membuat telur asin, yang bermerk produk Ponpes Al Amin
atas upaya dan keahlian santri dalam kreatifitasnya, produk ini masih dalam tahap
rencana di tahun 2018 akan mencoba, usaha dan doa kalian yang membuat kita
berdiri disini disamping itu dalam perkembangan selanjutnya para pengelola Ponpes
Al Amin juga menciptakan berbagai produk usaha yang hasilnya bisa untuk
mendukung tetap berjalannya roda pendidikan dalam pesantren.
Pondok Pesantren Al Amin pada awalnya hanya terdiri dari sebuah bangunan
mushollah, sebuah asrama putra dan sebuah asrama putri. Namun berkat kerja keras
pengelola dan upaya pengembangan yang dilakukan tiada henti, maka saat ini
Pondok Pesantren Al Amin memiliki bangunan dengan luas keseluruhan 1000m2
dan memiliki santri sebanyak 50 orang. Data sebagaimana terlampir dalam
perkembangan terakhir saat ini pondok pesantren Al Amin mengelola lembaga
pendidikan modern yakni bekerjasama dengan sekolah formal Mts dan MA yasmu
yang ditangani oleh tenaga professional lulusan Al Azhar – Kairo Mesir, UI, UGM,
ITS, UNEJ, UNESA, UNMUH, UNISMA dan IAIN.1

2. Profil Pondok Pesantren Al Amin Manyar


Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Al Amin
Metro No Statistik Pondok Pesantren :
Tipe Pondok Pesantren :
Status Pondok Pesantren : Swasta
Alamat Pondok Pesantren : Jl. Makam Dalem RT 04 RW 01
Manyarejo, Manyar Gresik
Nama Ketua Dewan Pengasuh : KH. Muhammad Syifa’ Lc
Nama Kepala Pesantren : Ust. Ainul Yakin
Nomor Telepon : 085161135583
E-mail : ponpesalaminmanyar@gmail.com

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al Amin Manyar


Visi Pondok Pesantren Al Amin Manyar yaitu menjadikan generasi yang
beriman, berilmu, bertaqwa, disiplin berakhlaqul karimah serta berakidah Ahli
Sunnah Waljama’ah. Sedangkan Misi Pondok Pesantren Al Amin yaitu: Pertama,
mencetak muslim-muslimah yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah.
Kedua, menumbuhkan semangat untuk mempelajari, memahami dan menghafalkan
Al-Qur’an sehingga menjadi generasi Qur’ani.2

1
KH. Muhammad syifa’, LC (Pengasuh ponpes al amin)
2
KH. Muhammad syifa’, LC (Pengasuh ponpes al amin)
4. Data Guru Pondok Pesantren Al Amin Manyar
Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan Menurut Pendidikan

Alamat sesuai
No Nama Lengkap Jabatan
KTP/Paspor
KH. Muhammad Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Pimpinan
1
syifa’ Lc Rw 04/01 Manyarejo pondok
Nyai Hj. Naili Jl. Ponpes Al Amin Rt/
2 Guru Tahfidz
Fathin Rw 04/01 Manyarejo
Nyai Hj. Siti Nur Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
3
Afifah Rw 04/01 Manyarejo
Kmp. Patsgemek Guru Tahfidz
4 Anjani maulidia Rt/Rw 004/004
peranggrahan kwanyar
Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
5 Yunita maulia r
Rw 04/01 Manyarejo
Jl. Giri kalimutu IX/17 Guru Tahfidz
Khoirotul B BR/link munang
6
Ainiyah muning penecutan
kelud
Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
7 Husnul Khotimah
Rw 04/01 Manyarejo
Jl. Ky. Sahlan Rt/Rw Guru Tahfidz
8 Nafisa Afwa
005/003 Manyarejo.
Uswatun Jl. Ponpes Al Amin Rt/ Guru Tahfidz
9
Khasanah Rw 04/01 Manyarejo
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo
5. Data Santri Pondok Pesantren Al Amin Manyar
Secara keseluruhan keadaan Santri Tahfidz di Pondok Pesantren Al Amin
Manyarejo berjumlah 41 orang semua santri adalah perempuan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam table di bawah mengenai keadaan siswa secara umum, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Santri

No Nama Lengkap Alamat Sesuai KTP/Paspor Kelas


1 Husnul Mahmudah Kwayan bangkalan madura -

2 Sayyidatul zakiyyah Sidofajar tajung wedoro bungah -

3 Fitrotul atiyah Purwodadi pasuruan -

4 Nirmala jannata M Kedanyang kebomas gresik MTS

5 Hamidah Islamiyah F Kedanyang kebohmas gresik MTS

6 Naila sallimil ummah Tebalo manyar gresik -

7 Siti khusnul khotimah Kandangan trucuk bojonegoro MA

8 Vanesa haliszka Tanjung wedoro bungah MTS

9 Abidatusz zahirah Peganden manyar gresik MTS

10 Denada arzakiyah Tebalo manyar gresik MTS

11 Khonsa aulia GKB Manyar Gresik -

12 Azlina qeysya aulia Campurejo panceng gresik -

13 Khula shotul iliyun Tebalo manyar Gresik -


14 Rofiqoh ulin nuha Jl. Y.A rem – arem 5/11 -

15 Salbiyah afiyatul N Sumber sari -

16 Indah azza faizah Peganden manyar gresik. -

17 Siti nur alias Jetaksari pulokuro grobongan MA

18 Nor iddatul auliyah Tanggulrejo manyar gresik S1

19 Irba almas Suci manyar gresik, -

20 Jessica Ainur putri Watu agung bungah Gresik MA

21 Nur laili Handayani Manyar gresik Mts

22 Firi yatul jannah Manyar gresik Mts

23 Dzurrotun nisa’ Manyar gresik MA


Charisah nurul
24 Leran manyar Gresik MA
qoyyimah
25 Merna setiawati Wedoro glagah lamongan -
Rahma anjani qurrotul
26 Marombuh kwanyar Bangkalan -
uyun
27 Putri Ayuningtias Canggu badas kediri -
Farikhatus sa’adah
28 Manyar Gresik MA
tajjudin
29 Inayatur rohmaniyah Ketetang kwanyar bangkalan -

30 Faridatul khusnah Manyar gresik -

31 Khoirotuz zahroh Nguruan soko tuban -

32 Siti rafi’ah Jetak sari pulokuroh grobogan -

33 Fitriani ayu lestari Tambak osowilangon -

34 Musrifah Jatisrono, -

35 Nur Ida Uqlia Hasna Sukodadi , lamongan -

36 Nurul Mufidah Wedoro, glagah lamongan -

37 Litasya Maziyatul A Tambak osowilangon -


38 Mizatul kharizah Dsn gembolo banyuwangi -

39 Saidatul Abadiyah Jl. Y.A arem arem 5/11 -

40 Alimatus sa’diyah Dsn. Wadang asem -


Betoyo kauman jl. KH, zubair Rt
41 Rikhlatin irfana S1
06 RW 03
Jumlah = 41 Santri Perempuan
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo

6. Kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren


Terkait kegiatan di Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo sendiri dibagi
menjadi 3 kegiatan: yaitu kegiatan harian, mingguan dan tahunan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam table di bawah mengenai kegiatan-kegiatan di Pondok
Pesantren, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kegiatan Harian

No Kegiatan Alokasi
1 Bangun tidur, mandi & Shalat Tahajud 03.45 - 04.30
2 sholat shubuh berjamaah 04.30 - 04.45
3 senam dzikir 04.45 - 05.00
4 tahfidz (setoran) 05.00 - 07.00
5 makan pagi & persiapan 07.00 - 07.30
6 sekolah formal 07.30 - 12.00
7 sholat dhuhur berjamaah 12.00 - 12.30
8 makan siang 12.30 - 13.00
9 tidur siang 13.00 - 14.30
10 bangun tidur & mandi 14.30 - 15.00
11 sholat ashar berjamaah 15.00 - 15.15
12 tahfidz (setoran & murojaah) 15.15 - 16.45
13 istirahat & refreshing 16.45 - 17.15
14 makan sore 17.15 - 17.45
15 sholat maghrib berjamaah 17.45 - 18.15
16 tahfidz (setoran & murojaah) 18.15 - 20.15
17 sholat isya berjamaah 20.15 - 20.30
18 Refreshing 20.30 - 21.00
19 tidur malam 21.00 - 03.45
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo

Tabel 4.4 Kegiatan Mingguan

No Hari Alokasi Kegiatan


1 Kamis 18.00 – 19.00 Tahlilan dan yasinan
2 Kamis 20.00 – 21.00 Sholawatan Al Banjari + Dziba’
3 Jum’at 05.00 – 06.00 Mudarrosah
4 Jum’at 09.00 – 10.00 Kajian/Majelis Ta’lim Usbu’iyyah
5 Selasa 18.15 – 18.45 Seni baca Al-Qur’an/Qiroatul Qur’an
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo

Tabel 4.5 Kegiatan Tahunan

No Kegiatan Alokasi
1 Hari Raya Idhul Adha (Qurban) Setiap Tahun
2 Tes Seleksi Khotmil Qur’an Setiap Tahun
3 Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Setiap Tahun
4 Wisuda Khotmil Qur’an Setiap Tahun
5 Ziarah & Study Tour Setiap Tahun
6 Kemah & Outbond Setiap Tahun
7 Liburan Akhir Tahun Setiap Tahun
Sumber: Tata Usaha Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo

B. Penyajian Data
Penyajian data ini berkenaan dengan masalah upaya guru tahfidz dalam
meningkatkan kemampuan hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Al Amin
Manyarejo dan penerapan metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an Santri Pondok
Pesantren Al Amin Manyarejo. Data yang disajikan berdasarkan hasil riset yang penulis
peroleh di lapangan, yaitu melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi.

1. Upaya Guru Tahfidz dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an


Santri
Hasil dari observasi dan wawancara kepada kepala Pondok Pesantren dan
guru tahfidz Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo bahwa upaya guru tahfidz dalam
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an Santri melalui tahapan sebagai
berikut:

a. Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala Pondok


Pesantren Al Amin Manyarejo berada di bawah struktur yayasan langsung.

Penulis teliti disini adalah Program Pembelajaran Al-Qur’an didirikan


pada tahun 2005 bertujuan untuk mewujudkan visi misi Pondok Pesantren
yang mana visinya ialah mencetak generasi yang beriman, berilmu, bertaqwa,
disiplin dan berakhlaqul karimah serta beraqidah Ahli Sunnah Waljamaah.
Sedangkan untuk misinya ialah mencetak muslim-muslimah yang beriman,
bertaqwa dan berakhlaqul karimah serta menumbuhkan semangat untuk
mempelajari, memahami dan menghafalkan Al-Qur’an sehingga menjadi
generasi Qur’ani. Salah satu cara untuk mewujudkan santri yang beriman,
berilmu dan bertaqwa yaitu dengan diwajibkannya santri hafal surah-surah
yang ada dalam Al-Qur’an. Target hafalan yang Pondok Pesantren Al Amin
wajibkan ialah juz 30 dan 29, sehingga dibentuklah pembelajaran Al-Qur’an
dengan metode takrir untuk para tahfidz. Guru yang mengajar Al-Qur’an
berjumlah 9 guru dengan status guru tetap. Guru yang mengajar pada
pembelajaran Al-Qur’an mengikuti pelatihan metode yang digunakan untuk
mengajar yang langsung dilatih dan diuji oleh para kyai dari Pondok
Pesantren Al Amin.3

Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al Amin memiliki


coordinator khusus yakni ustadzah Siti Nur Afifah. Beliau bertugas untuk
membimbing dan mengatur jadwal pembinaan guru Al-Qur’an, menyusun
jadwal evaluasi pencapaian target materi dan menjadi munaqis (penguji).
Ustadzah Siti Afifah menjadi koordinator mulai tahun 2007.

Hasil wawancara dengan ustadzah Siti Nur Afifah beliau menuturkan


bahwa Pembelajaran Al-Qur’an memiliki satu bagian yaitu belajar menghafal

3
Ainul Yakin, Wawancara, (Gresik, 02 Juli 2022)
Al-Qur’an dengan metode takrir. Waktu pembelajaran Al-Qur’an ini selama
3x120 menit. Pembelajaran Al-Qur’an dimulai dari pagi sampai malam yaitu
sebagai berikut: sesi 1 dari jam 05.00 – 07.00, sesi 2 dari jam 15.15 – 16.45,
sesi 3 dari jam 18.15 – 20.15.

Hasil wawancara dengan 4 orang guru yang mengajar Pembelajaran


Al-Qur’an yaitu KH. Muhammad Syifa’ LC, Ustdzah Yunita, Nyai Hj. Naili
Fathin dan Ustadzah Siti Nur Afifah yang menjadi coordinator pembelajaran
Al-Qur’an, mereka mengatakan bahwasannya di Pondok Pesantren Al Amin
Manyarejo tidak banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar
Pembelajaran Al-Qur’an terkhusus dalam pembelajaran tahfidz karena dari
sejak masuk santri dan pesantren mengadakan pembiasaan bagi santrinya,
diantaranya disiplin tepat waktu, membaca Al-Qur’an setiap hari serta
muraja’ah hafalan juz ke-30, hanya saja ada beberapa santri yang dikatakan
mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Quran seperti sulit dikendalikan
keaktifannya dalam belajar sehingga berpotensi mengganggu teman yang
lainnya jika teman-temannya terganggu maka pembelajaran akan terganggu
juga, merasa lelah dan malas dengan pembelajaran yang berjalan, suara siswa
yang pelan sehingga menyulitkan para guru dalam menilai makhraj huruf
yang santri baca. Menurut mereka kasus ini harus cepat ditangani agar tidak
berlarut-larut karena akan mengganggu jalannya proses pembelajaran
selanjutnya, untuk mengatasi kesulitan tersebut para guru mencari sumber
informasi untuk mencari penyebab santri tersebut dengan menahan anak
yang bersangkutan untuk tidak beranjak dan dinasehati secara individu agar
tidak mengulangi kesalahan tersebut.4

b. Pengolahan Data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru pembelajaran
Alquran mereka mengatakan bahwa setelah data diperoleh yaitu melalui
informasi yang digali dari santri yang bersangkutan langsung, kemudian
dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh
antara lain dengan mengidentifikasi kasus, yaitu menandai dan mengenali
beberapa anak yang dikatakan mengalami kesulitan seperti sulit dikendalikan
keaktifannya dalam belajar yang berpotensi akan mengganggu jalannya
4
Siti Nur Afifah, Wawancara, (Gresik, 03 Juli 2022)
proses pembelajaran, merasa lelah dan malas dengan pembelajaran yang
berjalan, sehingga mereka sedikit melupakan hafalan mereka, dengan
membandingkan antar kasus tersebut dan kemudian menarik kesimpulan.
c. Diagnosis
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembelajaran Alquran
dalam mengatasi kesulitan dalam belajar tahfiz, seorang guru harus
mengetahui jenis kesulitan belajar. Berdasarkan hasil pengolahan data di
atas, mereka menetapkan bahwa kesulitan yang di alami siswa berada pada
level yang randah dan tinggi, hal ini karna guru sudah mengamati hafalan-
hafalan mereka, pelannya suara mereka ketika mereka membaca surah yang
dihafal dan yang berat yaitu sulitnya santri dikendalikan pada pembelajaran
berlangsung tersebut akan mengganggu teman yang lain, guru juga meminta
tanggapan kepada guru-guru yang lain, serta melihat kembali buku prestasi
atau buku takrir santri.5
d. Prognosa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pembelajaran
Alquran, mereka mengatakan bahwa dalam menghafal Alquran diperlukan
konsentrasi dan keinginan atau minat yang besar agar mudah dalam
menghafal. Untuk dapat membuat anak konsentrasi dan semangat dalam
menghafal para guru mempersiapkan rencana atau program yang
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi dan semangat dalam
menghafal Alquran, yaitu dengan mengadakan kesepakatan sebelum
memulai pelajaran, misalnya dengan membuat kesepakatan jika anak ribut
atau mengganggu temannya ketika pembelajaran maka konsekuensinya siswa
ditegur dan lain sebagainya, menegur anak secara halus ketika anak tersebut
ribut para guru juga menjanjikanakan memberikan hadiah jika anak bisa
mencapai target hafalannya dan bagus bacaannya, supaya anak-anak
termotivasi untuk menghafal Alquran. Dan para guru juga menggunakan
metode takrir yaitu dengan mencontohkan bacaannya dengan menggunakan
alat peraga dan mencontohkan terlebih dahulu agar anak mudah dalam
membaca dan menghafal Alquran.6
e. Treatment (Perlakuan)

5
Nafisa Afwa, Wawancara, (Gresik 05 Juli 2022)
6
Husnul Khotimah, Wawancara, (Gresik, 05 Juli 2022)
Berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa guru pembelajaran
Al-Qur’an, bantuan atau upaya-upaya yang diberikan kepada santri dalam
menghafal Al-Qur’an yaitu melalui:

1) Memberikan Motivasi kepada Para Siswa

Motivasi adalah kekuatan diri dalam individu yang menggerakkan


individu untuk berbuat. Dorongan adalah keadaan ketidak seimbangan dalam
diri individu karena pengaruh dari dalam dan luar individu yang mengarahkan
perbuatan individu dalam rangka mencapai keseimbangan kembali atau
adaptasi.

Motivasi dalam diri siswa akan tumbuh apabila siswa tahu dan
menyadari bahwa apa yang dipelajari bermanfaat, karena pada umumnya
siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki keyakinan akan kemampuan
dirinya. “Ketika dalam pemberian motivasi, maka hendaknya setiap
pembicaraan selalu di dalam kebaikan, sehingga motivasi yang diberikan akan
diterima dengan baik. Guru sebagai pendidik hendaknya bisa mendidik dan
membangkitkan motivasi siswa.

Pendorong dan penggerak semangat termasuk unsur pendidikan yang


tidak bisa dipisahkan dari seorang guru. Guru mempunyai peran yang besar
dalam diri siswa, kemajuannya dalam menghafal dan mengulang hafalan,
pencurahan perhatiannya pada Al-Qur’an, pemanfaatan kekuatannya yang
tersembunyi, pendorong kemampuannya yang terpendam, dan pembangkit
semangatnya. Hal tersebut pada dasarnya bisa membuat seorang siswa berada
dalam kemajuan yang positif, menghambat rasa keterlambatan atau putus asa,
mendorongnya bergerak kedepan, serta menjadikan perbuatannya mempunyai
hasil yang baik dan bagus.

Pemberian motivasi berupa pujian yang dilakukan guru bertujuan


untuk membuat siswa semakin giat belajar dan membuat siswa yang belum
hafal termotivasi mengejar siswa yang sudah hafal. Pujian dan penghargaan
yang diberikan guru tersebut, diharapkan dapat membantu siswa untuk
semangat menghafal.7

7
Naili Fathin, Wawancara, (Gresik, 06 Juli 2022)
2) Memberi Tugas dan Hukuman kepada Para Siswa

Teknik latihan juga dapat menjadi cara untuk mengajarkan siswa dalam
menghafal Al-Qur’an. “Teknik latihan dapat diartikan sebagai cara mengajar
dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari.”

Guru memberikan tugas kepada para siswa untuk melanjutkan hafalan


ayat-ayat yang akan dihafalkannya, guru biasanya memberikan tugas
menghafal 3 sampai 10 baris dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan adanya
pemberian tugas maka dapat membantu para siswa untuk dapat meningkatkan
hafalannya sebab tanpa adanya pemberian tugas maka para siswa akan jarang
membuka Al-Qur’an untuk menghafal maupun mengingat hafalan yang sudah
dihafalkan sebelumnya.

Adapun yang dimaksud dengan pemberian tugas adalah suatu


pengajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki rasa tanggung jawab
untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru, diharapkan dengan
pemberian tugas kemampuan siswa akan meningkat.

Selain memberikan tugas, guru juga memberikan hukuman bagi para


siswa yang tidak mengerjakan tugas. Guru memberikan hukum kepada para
siswa dengan tujuan agar para siswa mau belajar dan menuntut ilmu, jika guru
ingin menghukum siswa selayaknya hukuman yang diberikan dalam batas
seminimal mungkin dan dengan cara tidak menimbulkan pengaruh terhadap
individu dan kepribadian anak.

Adapun beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru yang


hendak menjadikan sanksi atau hukuman sebagai teknik pendidikan untuk
mengontrol siswa di dalam kelas. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a) Sanksi itu sendiri bukan merupakan tujuan, tetapi sanksi merupakan


sarana untuk memperbaiki prilaku santri yang salah dan untuk meluruskan
respons para siswa yang tidak sempurna.
b) Bagi santri yang dikenai sanksi harus memahami tujuan di balik sanksi
itu, yaitu keinginan guru yang kuat untuk memperbaiki muridnya dan
membimbingnya pada jalan pembelajaran.
c) Sanksi yang diberikan harus disesuaikan dengan besarnya kesalahan yang
yang dilakukan oleh santri, tidak boleh kurang atau lebih.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam memberikan hukuman


kepada para santrinya, hukuman yang diberikan masih dalam batas kewajaran
tanpa menimbulkan pengaruh terhadap kepribadian anak. Seperti contoh,
santri disuruh untuk berdiri di depan aula seraya memegang Al-Qur’an untuk
menghafal tugas yang diberikan guru sehingga dengan ini dapat membantu
para santri untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dengan
hukuman tersebut diharapkan santri akan merasa malu jika mendapatkan
hukuman yang sama sehingganya santri semangat menghafal untuk tidak
mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya.8

3) Membimbing Para Satri untuk Tetap Muraja’ah

Allah telah menjadikan sifat lupa sebagai tabiat dasar umat manusia. Di
antara penyebab lupanya seseorang terhadap hafalan Al-Qur’an adalah karena
kurangnya muraja’ah (mengulang-ulang) dan mengingatingat hafalan Al-
Qur’an, atau karena banyaknya pekerjaan dan kesibukan yang harus
diselesaikannya.

Tidak mungkin bisa menghafal Al-Qur’an tanpa terus menerus


melakukan muraja’ah (pengulangan). Tanpa muraja’ah hafalan akan cepat
lepas, dan tidak lama kemudian penghafalnya segera melupakannya.
Muraja’ah atau mengulang hafalan merupakan sesuatu yang penting dalam
menghafal Al-Qur’an sebab orang yang menghafal Al-Qur’an namun tidak
pernah mengulang hafalannya akan mengakibatkan hafalan-hafalannya
terlupakan atau hilang.

Muraja’ah atau mengulang hafalan tidak kalah penting dari


menghafalnya bahkan tahap muraja’ah jauh lebih penting daripada fase
penghafalan sebab penghafalan lebih mudah dan ringan bagijiwa sehingga

8
Ibid
manusia mampu menghafal dan mudah tergerak untuk melakukannya dengan
sedikit motivasi sedangkan muraja’ah atau mengulang hafalan amat terasa
berat bagi jiwa manusia.

4) Menggunakan Metode yang Bervariasi

Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum,


metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru
dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan
pembelajaran.

Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran


dalam upauya mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang
disampaikan tanpa memperhatikan metode justru akan mempersulit guru
dalam mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah suatu cara yang memiliki
nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar, dikatakan demikian karena
metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.

Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa, penggunaan metode


dalam pembelajaran tahfidz sangat penting sebagai upaya pencapaian tujuan
belajar. Guru harus menghadirkan suasana belajar yang kondusif, guru juga
harus menggunakan metode bervariasi dalam mengajar siswa untuk menghafal
Al-Qur’an.

Adapun metode-metode yang digunakan guru dalam mengajar para


siswa untuk menghafal Al-Qur’an yaitu metode tahfiz, talaqqi, dan takrir
dengan tujuan agar para siswa yang menghafal Al-Qur’an mampu untuk
mencapai target hafalan target menghafal.

Proses pembelajaran hafalan Al-Qur’an yang dilakukan guru Tahfidz


untuk membimbing siswa dalam menghafal Al-Qur’an tentu memerlukan
usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, namun dalam proses tersebut
terdapat kendala yang dialami. Kendala yang dialami guru dalam mengajar
siswa diantaranya adalah “adanya siswa yang belum mampu membaca Al-
Qur’an dengan baik, kesehatan guru yang dapat mengganggu konsentrasi
mengajar, kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal, adanya rasa malas
dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an, adanya kecerdasan yang berbeda-
beda dari para siswa dan alokasi waktu”.

Berikut akan dijelaskan mengenai problematika yang dihadapi guru


dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa, diantaranya :

a) Adanya siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik

Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-


Qur’an pada siswa, menghadapi problematika yaitu adanya siswa yang
belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, hal ini disebabkan
karena tidak semua para siswa mampu dan bisa membaca Al-Qur’an
dengan baik. Oleh karena itu, ini menjadi salah satu problematika bagi
guru yang harus diatasi sebab orang yang menghafal Al-Qur’an tanpa
memperbaiki bacaannya terlebih dahulu banyak melakukan kesalahan
dalam menyebutkan harakat, bahkan dalam pengucapan sebagian katakata
atau bacaannya. Oleh karena itu, guru tidak akan memperbolehkan siswa
untuk menghafal sebelum para siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik sebab dikhawatirkan siswa tidak bisa memenuhi target menghafal
yang sudah ditentukan oleh sekolah.

b) Kesehatan guru yang dapat mengganggu konsentarasi dalam mengajar.

Kesehatan dapat mengganggu konsentrasi guru dalam mengajar


tahfiz Al-Qur’an. Sebab ketika guru menemukan problematika seperti ini,
maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan secaramaksimal. Hal ini
sesuai dengan, “guru yang sakit tidak akan bergairah ketika mengajar”.
Pepatah juga mengatakan “Mens sana in corpore sano”, yang artinya di
dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat.

c) Kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal Al-Qur’an

Motivasi adalah kekuatan diri dalam individu yang menggerakkan


individu untuk berbuat. Dorongan adalah keadaan ketidak seimbangan
dalam diri individu karena pengaruh dari dalam dan luar individu yang
mengarahkan perbuatan individu dalam rangka mencapai keseimbangan
kembali atau adaptasi.
Motivasi sangat dibutuhkan bagi orang yang menghafal Al-
Qur’an sebab motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Para siswa yang kurang termotivasi dalam
menghafal Al-Qur’an, akan menjadi kendala bagi guru ketika para siswa
menyetorkan hafalannya sebab hafalan yang disetorkan kepada guru
menjadi tidak maksimal.

d) Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an

Rasa malas ketika menghafal Al-Qur’an pasti akan muncul dari


diri siswa, sebab ketika menghafal Al-Qur’an siswa akan menemukan
berbagai macam problematika yang akhirnya problem yang dihadapi
siswa menimbulkan rasa malas untuk menghafal, rasa malas dari siswa
juga akan menjadi masalah bagi guru. Guru ketika mengajar para siswa
yang memiliki rasa malas ketika menghafal akan menyebabkan guru
merasa kesulitan untuk memberikan bimbingan, sebab ketika seorang
penghafal Al-Qur’an menghafal dengan rasa malas dan terpaksa dalam
menghafal, maka hasil yang diharapkan tidak akan maksimal ketika siswa
menyetorkan hafalannya.

e) Adanya kecerdasan yang berbeda dari para siswa.

Kecerdasan yang berbeda dari para siswa menjadi problematika


bagi guru ketika mengajar dan memberikan bimbingan kepada para siswa
sebab para siswa akan merasa kesulitan dalam menghafal ayat-ayat yang
akan dihafalkannya sehingga dikhawatirkan para siswa tidak mampu
untuk memenuhi target menghafal.

Oleh karena itu, kecerdasan yang berbeda dari siswa menjadi


masalah bagi guru sebab perbedaan dibidang kecerdasan menyebabkan
perbedaan di bidang minat dan bakat sehingga perbedaan tersebut juga
menyebabkan manusia memiliki kelebihan dan kekurangan di bidang
yang lain yang dapat menyebabkan prestasi belajar dari siswapun menjadi
berbeda.

f) Alokasi waktu
Mengajar para siswa untuk menghafal Al-Qur’an dibutuhkan
waktu yang panjang, sebab waktu merupakan sesuatu yang sangat
berharga, memilih waktu yang tepat merupakan hal yang sangat penting
untuk menghafal Al-Qur’an sebab tidak sepantasnya seseorang menghafal
Al- Qur’an pada waktu yang sempit maupun ketika seorang penghafal
dalam keadaan jenuh.

Keterampilan guru dalam mengelola proses pengajaran diharapkan


akan mampu mengatasi setiap kendala yang ada serta memaksimalkan
tercapainya tujuan akhir sasaran pembelajaran yang ingin dicapai.9

2. Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Santri

Metode ini merupakan metode untuk mengulang-ulang hafalan yang sudah


diperdengarkan kepada musyrif/fah. Jadi metode takrir ini sangat penting sekali
diterapkan, karena menjaga hafalan meruppakan suatu kegiatan yang sulit dan
kadang kala terjadi kebosanan. Sewaktu takrir materi yang diperdengarkan terhadap
instruktur harus selalu seimbang dengan tahfidz yang sudah dikuasainya. Jadi tidak
boleh terjadi bahwa takrir jauh ketinggalan dengan tahfidznya. Dalam hal ini
perbandingan antara tahfidz dan takrir satu banding sepuluh.

Metode ini adalah metode murajaahyaitu mengulang-ulang bacaan yang


sudah dihafalkan dan sudah didengarkan kepada gurunya agar yang telah dihafal
tetap terjaga dan tidak hilang. Hal ini lebih ditekankan karena ketika takrir akan
lebih sulit dibandingkan dengan menghafal ayat baru.

Sedangkan ada juga pendapat lain tentang metode menghafal Al- Qur’an
menggunakan metode talaqqi. Talaqqi adalah salah satu metode untuk mengetahui
sesuatu. Ada dua macam katagori talaqqi. Pertama, seseorang guru membaca atau
menyampaikan ilmu didepan murid- muridnya, sedangkan para muridnya
menyimaknya, yang mungkin diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan. Kedua, murid
membaca didepan guru, lalu guru membenarkan jika ada kesalahan.

Metode ini sangat efektif jika dijadikan media pengampai dalam


pembelajaran Tahfidz, karena metode yang langsung bertatap muka antara guru dan
9
Siti Nur Afifah, Wawancara, (Gresik, 03 Juli 2022)
siswa sehingga apa yang salah bisa langsung dibenarkan dan diberikan pengarahan
oleh gurunya.

Pada dasarnya metode menghafal Al-Qur’an ada banyak dan bervariasi,


namun tiga metode di atas merupakan beberapa metode yang sangat efektif
dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa,
karena dengan ketiga metode di atas guru dapat menilai dan memberikan materi
kepada siswanya secara menyeluruh.10

C. Analisis Data
Setelah data disajikan dalam bentuk uraian, maka selanjutnya penulis akan
menganalisa data tersebut sehingga akan lebih bermakna. Untuk terarahnya proses
penganalisaan ini, maka penulis kemukakan berdasarkan urutan penyajian data di atas,
yaitu:

1. Upaya Guru Tahfidz dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an


Santri
a. Pengumpulan Data

Dalam proses belajar mengajar, tentu memiliki rintangan atau hambatan


yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Salah satu hambatan tersebut adalah problematika yang dihadapi guru dalam
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an Santri Karena menghafal
Alquran memerlukan ketekunan, dukungan, kemaun, konsentrasi dan ingatan
yang kuat dibanding pelajaran yang lain. Untuk mengatasi masalah ini untuk
mengatasi kesulitan diatas, langkah pertama yang dilakukan oleh guru
pembelajaran Alquran yaitu menggunakan langkah pengumpulan data.
Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal
Al-Qur’an Santri. Informasi tersebut diperoleh berdasarkan buku penghubung
dan buku prestasi Santri dan dari Santrinya yang bersangkutan.

Dengan demikian langkah yang digunakan oleh guru pembelajaran


Alquran dalam mengatasi problematika meningkatkan kemapuan menghafal Al-
Qur’an Santri dapat dikatakan sudah cukup tepat,karena dari informasi yang

10
Ibid
diperoleh melalui pengumpulan data para guru dapat mengetahui sumber-
sumber penyebab problematika dalam meningkatkan kemapuan menghafal Al-
Qur’an Santri.

b. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah langkah ke dua setelah pengumpulan data.


Pengolahan data yang dilakukan oleh para guru Pembelajaran Alquran dengan
cara mengidentifikasi kasus yaitu dengan membandingkan anatar kasus tersebut
dengan proses pembelajaran berikutnya dan melihat kembali penerapan metode
yang dipakai serta buku prestasi siswa selanjutnya menarik kesimpulan.
Pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui apa saja Problematika dalam
meningkatkan kemapuan menghafal Al-Qur’an Santri.

Dengan demikian pengolahan data yang dilakukan guru pembelajaran


Alquran dalam mengatasi problematika meningkatkan kemampuan menghafal
Al-Qur’an Santri dapat didkatakan cukup baik.

c. Diagnosis

Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh guru pembelajaran Alquran


setelah pengolahan data adalah melaksanakan diagnosis atau mengambil
keputusan (penentuan). Dari hasil pengolahan data guru pembelajaran Alquran
dapat menentukan jenis kesulitan belajar tingkat berat dan ada yang ringan.
Berdasarkan data yang telah disajikan kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu
berada pada level rendah dan tinggi, hal ini karena sudah mengamati adanya
santri yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan yang berat
yaitu kurangnya motivasi dan adanya rasa malas dari diri santri ketika
menghafal Al-Qur’an, Guru juga meminta tanggapan kepada guru-guru yang
lain serta melihat kembali buku prestasi atau buku ummi santri. Guru juga bisa
meminta kepada guru BK di sekolah untuk menindak lanjuti santri yang
memang tidak bisa di tangani oleh guru pebelajaran Alquran.

Berdasarkan data di atas dapat diambil bahwa upaya mengatasi kesulitan


belajar tahfiz melalui langkah diagnosis oleh guru pembelajaran Alquran dapat
dikatakan langkah yang tepat karena melibatkan tenaga ahli untuk mengetahui
kondisi fisik dan psikis pada diri anak serta melibatkan orang tua dalam buku
prestasi dan buku penghubung.

d. Prognosa

Langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru pembelajaran Alquran


dalam mengatasi kesulitan belajar, yaitu prognosa. Prognosa merupakan
aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu
mengatasai kesulitan belajar anak. Program yang telah disusun oleh guru
pembelajaran Alquran berhubungan dengan peningkatan konsentrasi dan
semangat dalam menghafal Al-Qur’an; yaitu dengan Memberikan Motivasi
kepada Para Siswa, Memberi Tugas dan Hukuman kepada Para Siswa,
Membimbing Para Siswa untuk Tetap Muraja’ah dan Menggunakan metode
yang bervariasi.

Berdasarkan hal di atas bahwa upaya meningkatkan kemampuan


menghafal Al-Qur’an Santri melalui langkah prognosa yang dilakukan oleh
guru pembelajaran Alquran dapat dikatakan cukup tepat dan baik.11

e. Treatment

Guru pembelajaran Alquran telah memberikan tratment atau bantuan


kepada anak yang mengalami kesulitan belajar tahfiz. Bentuk bantuan atau
upaya-upaya yang diberikan adalah:

1) Memberikan Motivasi kepada Para Siswa

Dalam pendidikan dan pengajaran, guru tidak hanya berperan


sebagai administrator, demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitas dan
supervisor tetapi juga sebagai motivator dan pembimbing. Motivasi belajar
siswa merupakan hal yang sangat penting bagi pencapaian kinerja atau
prestasi belajar siswa. Hal ini tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru
untuk senantiasa dapat memelihara dan meningkatkan motivasi belajar
siswa.

Sebagai seorang motivator, guru berperan penting untuk mendorong


para siswanya agar giat dalam belajar. Keterlibatan guru dalam memberikan

11
Ainul Yakin, Wawancara, (Gresik, 02 Juli 2022)
motivasi kepada siswanya untuk menentukan kegairahan dan keberhasilan
para siswa dalam belajar, terutama pembelajaran Alquran dan tahfiz.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, bentuk motivasi yang


sering diberikan guru yaitu memberikan motivasi dalam bentuk hadiah jika
berhasil mencapai standar ketuntasan juga nasehat.

Jadi, berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pemberian motivasi


oleh guru terhadap siswanya dapat dikatakan cukup baik.

2) Memberi Tugas dan Hukuman kepada Para Siswa

Pemberian tugas yaitu memberikan PR hafalan. Pemberian tugas

hafalan memang selalu ada di Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo

karena pembelajaran Alquran memang memberikan target hafalan untuk

siswa siswinya meski tidak sesuai target. Hal ini sangat berguna sekali bagi

siswa, agar mereka mampu menambah hafalan mereka kemudian mereka

tidak melupakan hafalan mereka yang terdahul, orang tua mereka juga akan

ikut aktif dalam penghafalan anak dirumah, sehingga dapat meminimalisisr

adanya kesulitan belajar. dalam memberikan hukuman kepada para

siswanya, hukuman yang diberikan masih dalam batas kewajaran tanpa

menimbulkan pengaruh terhadap kepribadian anak. Seperti contoh, siswa

disuruh untuk berdiri di depan kelas seraya memegang Al-Qur’an untuk

menghafal tugas yang diberikan guru sehingga dengan ini dapat membantu

para siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dengan

hukuman tersebut diharapkan siswa akan merasa malu jika mendapatkan

hukuman yang sama sehingganya siswa semangat menghafal untuk tidak

mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa upaya guru mengatasi kesulitan belajar dalam bentuk

memberikan PR hafalan dirumah telah terlaksanakan dengan cukup baik


karena guru cukup aktif dalam memberikan PR hafalan tersebut. dengan

hukuman tersebut diharapkan siswa akan merasa malu jika mendapatkan

hukuman yang sama sehingganya siswa semangat menghafal untuk tidak

mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya.

3) Membimbing Para Siswa untuk Tetap Muraja’ah

Allah telah menjadikan sifat lupa sebagai tabiat dasar umat manusia.

Di antara penyebab lupanya seseorang terhadap hafalan Al-Qur’an adalah

karena kurangnya muraja’ah (mengulang-ulang) dan mengingatingat

hafalan Al-Qur’an, atau karena banyaknya pekerjaan dan kesibukan yang

harus diselesaikannya.

Muraja’ah atau mengulang hafalan tidak kalah penting dari

menghafalnya bahkan tahap muraja’ah jauh lebih penting daripada fase

penghafalan sebab penghafalan lebih mudah dan ringan bagijiwa sehingga

manusia mampu menghafal dan mudah tergerak untuk melakukannya

dengan sedikit motivasi sedangkan muraja’ah atau mengulang hafalan amat

terasa berat bagi jiwa manusia.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwasanya upaya guru

dalam meningkatkan kemampuan hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren

Al Amin Manyarejo sudah cukup baik.

4) Menggunakan Metode yang Bervariasi

Adapun metode-metode yang digunakan guru dalam mengajar para

siswa untuk menghafal Al-Qur’an yaitu metode tahfiz, talaqqi, dan takrir
dengan tujuan agar para siswa yang menghafal Al-Qur’an mampu untuk

mencapai target hafalan target menghafal.

Proses pembelajaran hafalan Al-Qur’an yang dilakukan guru

Tahfidz untuk membimbing siswa dalam menghafal Al-Qur’an tentu

memerlukan usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, namun dalam

proses tersebut terdapat kendala yang dialami. Kendala yang dialami guru

dalam mengajar siswa diantaranya adalah “adanya siswa yang belum

mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, kesehatan guru yang dapat

mengganggu konsentrasi mengajar, kurangnya motivasi dari siswa dalam

menghafal, adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an,

adanya kecerdasan yang berbeda-beda dari para siswa dan alokasi waktu”.

Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa, penggunaan

metode dalam pembelajaran tahfidz sangat penting sebagai upaya

pencapaian tujuan belajar. Guru harus menghadirkan suasana belajar yang

kondusif, guru juga harus menggunakan metode bervariasi dalam mengajar

siswa untuk menghafal Al-Qur’an.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap guru dan

dilakukan secaraterus-menerus dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran

sampai dengan berakhirnya pengajaran yang mengarah pada tujuan yang telah

ditetapkan. Berupa jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.

Dilihat dari data yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa guru

pembelajaran, sebelum memulai pelajaran guru menyuruh siswa mengulang


hafalan terdahulu, kemudian mengamati siswa pada proses pembelajaran

berlangsung jika ada siswa yang rebut atau sulit dikendalikan maka guru menegur

siswa tersebut, dalam proses pembelajaranguru menilai buku prestasi terhadap

kemampuan dan kualitas bacaan dan hafalan anak satu persatu.

Jadi, berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pemberian evaluasi oleh

guru terhadap siswanya dapat dikatakan cukup baik.12

2. Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Santri

Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upauya


mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran.
Metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar,
dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar
mengajar.

Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa, penggunaan metode dalam


pembelajaran tahfidz sangat penting sebagai upaya pencapaian tujuan belajar. Guru harus
menghadirkan suasana belajar yang kondusif, guru juga harus menggunakan metode
bervariasi dalam mengajar siswa untuk menghafal Al-Qur’an.

Adapun metode-metode yang digunakan guru dalam mengajar para siswa untuk
menghafal Al-Qur’an yaitu metode tahfiz, talaqqi, dan takrir dengan tujuan agar para
siswa yang menghafal Al-Qur’an mampu untuk mencapai target hafalan target
menghafal.

Proses pembelajaran hafalan Al-Qur’an yang dilakukan guru Tahfidz untuk


membimbing siswa dalam menghafal Al-Qur’an tentu memerlukan usaha untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai, namun dalam proses tersebut terdapat kendala yang
dialami. Kendala yang dialami guru dalam mengajar siswa diantaranya adalah “adanya
siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, kesehatan guru yang dapat
mengganggu konsentrasi mengajar, kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal,

12
Siti Nur Afifah, Wawancara, (Gresik, 03 Juli 2022)
adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an, adanya kecerdasan yang
berbeda-beda dari para siswa dan alokasi waktu”.

Namun, pada dasarnya metode menghafal Al-Qur’an ada banyak dan bervariasi,
namun metode takrir merupakan metode yang sangat efektif dilakukan guru dalam
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa, karena dengan metode tersebut
guru dapat menilai dan memberikan materi kepada siswanya secara menyeluruh.13

D. Pembahasan
Upaya Guru Tahfid dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri
di Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo dilakukan dengan membimbing dan
mengarahkan santri untuk menghafal Al-Qur’an sesuai target yang telah ditentukan
dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo.
Pondok Pesantren Al Amin Manyarejo melaksanakan Pembelajaran Al-Qur’an
memiliki satu bagian yaitu belajar menghafal Al-Qur’an dengan metode takrir. Waktu
pembelajaran Al-Qur’an ini selama 3x120 menit. Pembelajaran Al-Qur’an dimulai dari
pagi sampai malam yaitu sebagai berikut: sesi 1 dari jam 05.00 – 07.00, sesi 2 dari jam
15.15 – 16.45, sesi 3 dari jam 18.15 – 20.15.
Konsep ini dilakukan dalam rangka memberikan penguatan kepada para santri
untuk menjaga kedisiplinan, pemahaman, keimanan, ketaqwaan dan penanaman nilai-
nilai aqidah dan pembinaan melalui amal ibadah sehari-hari. Agar Konsep yang berasal
dari visi dan misi Pondok Pesantren Al Amin tetap terjaga dan dipertahankan.
Berdasarkan teori yang Penulis sajikan dan fakta yang ada di lapangan upaya yang
Guru Tahfidz lakukan dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri
dilakukan dengan berbagai cara, cara tersebut bervariasi disesuaikan sasaran yang telah
ditentukan. Sesuai fakta yang terjadi di lapangan bahwa guru telah memberikan
bimbingan kepada santri berupa nasehat, pendekatan individu, penghargaan, kompetisi,
pujian dan hukuman kepada santri yang baik secara prestasi menghafal atau kurang
dalam menghafal. Pemberian hukuman juga dilakukan oleh guru ketika santri tidak dapat
menyelesaikan hafalannya dengan baik.
Selain dengan memberikan tugas, guru juga memberikan bimbingan kepada santri
untuk tetap muraja’ah dan dengan menggunakan metode takrir yang disesuaikan dengan
kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur’an. Ternyata dengan adanya upaya Guru
dalam membimbing santrinya dalam menghafal Al-Qur’an, dapat meningkatkan
13
Sitiatava Rezema Putra, Metode Pengajaran Rasulullah SAW, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hal. 203-207
kemampuan santri dalam menghafal. Kemampuan santri yang dulunya hanya dalam
standar rata-rata, dengan adanya bimbingan, pemberian motivasi, pemberian tugas dan
hukuman yang dilakukan Guru membuat kesemangatan santri untuk terus menghafal
meningkat.
Pelaksanaan upaya yang dilakukan guru tidak lepas dari hambatan dan
probematika yang dihadapi. Selain masalah yang ada dari guru sendiri seperti kesiapan
dan kesehatan, hambatan yang dihadapi guru tidak lepas dari santri. Ada beberapa santri
yang masih kesusahan dalam mengahafal karena belum mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik, maka seorang guru harus dapat memberikan bimbingan dan latihan kepada
santri untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’annya. Solusi dari hambatan ini dapat diatasi
guru dengan memberikan bimbingan tahsin yang dilaksanakan berkala.
Selain dengan adanya beberapa santri yang belum mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik, ada juga santri yang malas untuk menghafal. Keadaan ini tidak terjadi
setiap hari namun ketika rasa malas ada dalam diri santri maka akan sulit bagi santri
untuk menghafal bahkan bagi guru untuk membimbing hafalan santri. Solusi yang dapat
dilakukan guru untuk mencegah rasa malas santri adalah dengan selalu memberikan
motivasi berupa nasehat dan target hafalan yang berkesinambungan agar hafalan santri
selalu terukur.
Selain hambatan tersebut ada juga hambatan yang secara prakteknya tidak sesuai
dengan teori yang penulis sajikan. Hambatan tersebut diantaranya kurangnya motivasi
santri dan alokasi waktu. Hambatan tersebut setelah Penulis lakukan penelitian ternyata
baik guru ataupun santri tidak mengalaminya. Kurangnya motivasi santri bukan menjadi
hambatan di Pondok Pesantren Al Amin karena dari hasil wawancara baik dengan guru
dan santri, rata-rata mereka sudah memiliki cukup motivasi yang tinggi dan sadar akan
kemuliaanya dalam menghafal Al-Qur’an. Begitu juga dengan alokasi waktu bukan
menjadi penghalang bagi guru untuk terus meningkatkan kemampuan santri dalam
menghafal karena alokasi waktu yang cukup banyak.

Anda mungkin juga menyukai