2311 Buss6214038 J5ea TK3-W8-S12-R0 Team8
2311 Buss6214038 J5ea TK3-W8-S12-R0 Team8
Week 8/ Sesi 12
Group 8 :
Hal ini diperkuat dengan peraturan OJK sejak tahun 2014 mengenai pentingnya
implementasi GCG ini dan kemudian diperbarui pada 2016 dan terakhir di 2019.
Meski dia mengakui, banyak perusahaan asuransi yang mengalami gagal bayar akibat
"Pandemi Covid-19 ini menjadi bukti, hanya perusahaan yang memiliki GCG dengan
implementasi bagus yang mampu bertahan.
Kita pun perlu meninjau ulang isu-isu fundamental, apa saja yang masih bolong-bolong untuk
kita improve lagi," ujarnya.
Lebih lanjut, dijelaskan Supriyono, penerapan GCG ini perlu komitmen berbagai
pemangku kepentingan. Salah satu yang ditekannya ialah peran komisaris dan direksi yang harus
lebih berfungsi lebih optimal lagi. Selain itu, berbagai aspek juga harus diperkuat seperti
manajemen risiko, pengendalian internal, hingga berbagai rencana strategis perusahaan ke depan.
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) adalah seperangkat
pedoman yang memandu perusahaan dalam menciptakan hubungan yang kondusif antara para
pemangku kepentingan di dalam perusahaan. Tujuan utama GCG ialah untuk mengembangkan
nilai perusahaan melalui kemakmuran ekonomi kepada para pemegang saham.
a. Peningkatan kinerja: GCG dapat dijadikan sebagai salah satu cara bagi
perusahaan dalam meningkatkan kesuksesan bisnisnya. Dengan menerapkan
GCG, perusahaan dapat menciptakan suatu sistem yang mengontrol perusahaan
dengan tujuan menghasilkan nilai bagi para pemangku kepentingan.
c. Peningkatan daya saing: GCG juga dapat menjadi strategi untuk menghadapi persaingan
bisnis global. Para pelaku usaha percaya bahwa dengan menerapkan GCG, perusahaan dapat
menumbuhkan persaingan yang sehat serta lingkungan kerja yang kondusif.
d. Kepatuhan: Perusahaan yang menerapkan GCG wajib menaati peraturan perundangan yang
berlaku melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat serta lingkungan guna mendukung
keberlanjutan usaha dalam rentang waktu yang panjang.
Pemahaman lainnya bahwa banyak sekali Perusahaan yang tidak menerapkan dengan baik
prinsip dari GCG (Good Corporate Governance). Hal ini menyebabkan terjadinya banyak issue di
perusahaan tersebut. Direktur Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Supriyono
juga menjelaskan bahwa pentingnya penerapan GCG (Good Corporate Governance) di
Perusahaan agar dapat menghindari hal tersebut terjadi. GCG sendiri merupakan upaya perusahaan
untuk menciptakan pola hubungan yang kondusif antar pemangku kepentingan dalam perusahaan. Tata
kelola perusahaan bisa menambah nilai pemangkuh saham secara berkelanjutan dalam jangka
panjang. GCG bisa diartikan sebagai sistem, proses peraturan yang dipakai untuk
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan agar bisa mendorong kinerja
perusahaan bekerja secara efisien, dan bisa menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang untuk
pemegang saham maupun masyarakat. Melalui penerapan prinsip-prinsip GCG secara optimal,
perusahaan dapat merasakan manfaat langsung dari peningkatan produktivitas dan efisiensi
bisnis, perbaikan proses bisnis, dan akuntabilitas kepada publiknya. Selain itu, menjadi
penting karena mengurangi praktek KKN dan konflik kepentingan yang menjadi isu paling sensitif
perusahaan saat ini. Keuntungan lain adalah promosi tata kelola organisasi yang lebih demokratis,
bertanggung jawab dan transparan. Serta manfaat dari Prinsip ini juga perusahaan dapat
meningkatkan corporate value, meningkatkan kepercayaan kepada investor serta meminimalisir
adanya benturan mengenai resiko keputusan dalam investasi
2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar yang menerapkan GCG sebagai pedoman dasar
menjalankan perusahaan.
3. Masyarakat sebagai pengguna produk/jasa dan pihak yang terkena dampak dari
keberadaan perusahaan berperan melakukan kontrol sosial secara objektif.
Transparansi
Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan serta mudah diakses dan dipahami
oleh stakeholder, termasuk hal-hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman pokok transparansi meliputi:
1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses stakeholder.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, kepemilikan saham, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem pelaksanaan GCG, serta kejadian penting yang
memengaruhi kondisi perusahaan.
Akuntabilitas
1. Penetapan rincian tugas dan tanggung jawab setiap organ perusahaan dan seluruh
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan, dan strategi
perusahaan.
2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan
sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
4. Kepemilikan ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan
sasaran perusahaan, serta memiliki sistem reward and punishment.
5. Setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku yang telah disepakati.
Tanggung Jawab
1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan perusahaan.
2. Perusahaan harus menjalankan tanggung jawab sosial, antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
Independensi
Untuk menjalankan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak pula diintervensi oleh pihak lain. Pedoman
pokok prinsip independensi adalah:
2. Perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholder sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
Pada lingkup yang lebih luas, tidak atau minimnya penerapan konsep GCG turut memberi
dampak signifikan terhadap terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor,
seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 2000 dan tahun 2008. Untuk
mengatasi krisis tersebut, pemerintah AS salah satunya mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act di
tahun 2002. Undang-Undang ini berisikan penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata
kelola perusahaan, dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, Undang-Undang ini
menjadi acuan awal dalam penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara.
Mengapa tata kelola perusahaan yang buruk dapat berimbas pada berbagai krisis di sebuah
negara atau bahkan di tingkat regional? Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan
(korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi
ekonomi dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke
dalam pemerintahan suatu negara. Sayangnya, perusahaan menjadi tidak berdaya dalam
Hal ini tidak terlepas dari perilaku tidak etis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar. Sebagian perilaku tidak etis
tersebut bahkan sudah masuk kategori kriminal.
Fungsi Penerapan GCG Dalam Perusahaan Dalam Jangka Panjang
Perusahaan tanpa tata kelola yang baik bak sayur tanpa garam. Dikhawatirkan, perusahaan tanpa
tata kelola yang baik hanya berorientasi jangka pendek dan cenderung mengejar keuntungan
dengan cara instan.
Kebalikannya, perusahaan yang menerapkan konsep GCG berorientasi jangka panjang. Hal ini
karena, secara teori, GCG merupakan sebuah konsep yang akhirnya dapat membuat sebuah
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan atau organisasi dalam menciptakan nilai
tambah (value added) untuk semua stakeholder.
e. Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri kepada
para pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.
Jadi, penerapan GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Pasalnya, untuk memenangkan persaingan global antarnegara yang makin kompetitif hanya
dapat dilalui melalui keberhasilan korporat/perusahaan/organisasi di negara tersebut terhadap
korporat negara lain.
Dengan kata lain, kunci keberhasilan perusahaan di lingkup yang lebih luas adalah
memenangkan persaingan antarkorporat. Jadi, kuat atau terpuruknya, pulih atau tetap
Yang jelas, penerapan konsep GCG dapat membantu memastikan manajemen dapat
berjalan dengan baik. Tetapi, manajemen tidak boleh cukup puas hanya dengan
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan secara efisien.
2. Jelaskan pengaruh antara bisnis, pemerintah, dan masyarakat dalam konteks kasus
lembaga keuangan seperti dalam artikel di atas.
Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis, pemerintah dan masyarakat
saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam kasus diatas yang perlu di perhatikan ialah
penerapan GCG atau good corporate governance dalam membuat suatu perusahaan dapat
bertahan dalam suatu pasar. Dari kasus diatas disampaikan beberapa situasi seperti Pandemi
Co-vid 19 yang mana diketahui sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat. Hal ini
menyebabkan banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, pemasukan yang minim namun
kebutuhan yang meningkat. Masyarakat pun tidak memiliki pilihan sehingga banyak dari
mereka yang tidak mampu melakukan pembayaran, atau melakukan investasi, dalam hal ini
perusahaan asuransi. Dengan kondisi ekonomi masyarakat yang terpuruk, hal ini berpengaruh
terhadap keuangan perusahaan. Sebagaimana pemerintah telah memberikan solusi terkait
pembangunan ekonomi pada Co-vid-19. Namun perlu dipahami bahwa, meskipun
pembangunan ekonomi telah mulai bangkit, akan tetapi Ketika suatu bisnis tidak mampu
menerapkan GCG maka perusahaan tersebut tidak mampu bersaing, menarik masyarakat dan
tidak menutup kemungkinan adanya pailit hingga bangkrut. Hal ini dikarenakan GCG sangat
Pengaruh bisnis terhadap kasus lembaga keuangan diatas yaitu perusahaan tidak mampu
untuk regulator tidak mampu dalam menjalankan bisnisnya dengan stabil dikarenakan
akibat dari situasi pandemi covid 19 yang menghambat jalannya bisnis suatu perusahaan
lembaga keuangan tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa penerapan GCG yang baik
mampu membuat bisnis suatu perusahaan lembaga keuangan tersebut dapat tetap berjalan
secara stagnan Pemerintah memiliki pengaruh terhadap pengimplementasian GCG di
dalam sebuah perusahaan. Pemerintah telah mengingatkan kepada perusahaan perusahaan
yang ada di Indonesia salah satunya lembaga keuangan tersebut guna menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik dan benar untuk dapat bertahan dalam situasi pandemi covid
19 saat ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menerbitkan Roadmap Tata Kelola
Perusahaan untuk Indonesia. Pedoman ini terutama ditujukan untuk emiten dan
perusahaan publik. Dewan koordinator mengharapkan partisipasi penuh dari emiten dalam
pemantapan tata kelola yang baik. Dengan penerapan GCG yang baik oleh suatu
perusahaan terutama lembaga keuangan hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat pada perusahaan tersebut. Sehingga masyarakat mampu untuk terus
membangun bisnis yang dijalankan oleh perusahaan itu.
Bisnis merupakan kegiatan jual beli yang menghasilkan barang dan jasa.Tujuan utama
daripada bisnis ini sendiri adalah untuk memperoleh keuntungan . Bisnis biasanya
dikelola oleh pihak swasta yang disebut (Kapitalis).Terbentuknya bisnis merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan kekayaan pemilik dari bisnis tersebut.Pemilik atau operator
dari sebuah bisnis akan mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu,usaha dan modal
yang mereka berikan .
oleh nilai-nilai sosial bangsa dan adat istiadat. Bekerja secara Bersama-sama sebagai
sebuah keluarga mengarahkan kekuatan ini yang kemudian akan menghasilkan
keuntungan bagi masyarakat dan perusahaan.
Dalam dunia bisnis terdapat suatu kelompok tertentu yang dalam pergerakannya
menjunjung tinggi kepentingan antara bisnis pemerintah dan untuk masyarakat.
Walaupun pada intinya bisnis lebih banyak dikuasai oleh swasta, bukan berarti
pemerintah tidak mempunyai pergerakan dibidang bisnis. Pemerintah mendirikan suatu
bisnis berupa Koperasi, yang mana dalam bisnis tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah dan juga masyarakat.
-Melihat dari artikel diatas , pengaruh antara bisnis pemerintah dan hubungannya
dengan masyarakat pada kasus diatas sangat penting untuk kelangsungan dari
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang asuransi tersebut.
Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa Tata kelola perusahaan ini berhubungan langsung
dengan bagaimana perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang
berkepanjangan.Yang dalam hal ini berkaitan atau berhubungan erat dengan masyarakat
sebagai konsumen dari perusahaan-perusahaan asuransi dalam artikel diatas.Dengan
sebuah tata kelola perusahaan yang baik maka perusahan tersebut akan mampu
bertanggung jawab terhadap masyrakat sebagai konsumen.Hal ini terkait ,bagaimana
perusahaan dapat mematuhi semua peraturan yang berlaku dan juga semua prosedur-
prosedur yang diatar dalam tata kelola perusahaan sehingga masyarakat tidak dirugikan
3. Analisis peran pemerintah dalam bisnis dalam konteks kasus lembaga keuangan seperti
dalam artikel di atas, untuk menjawab mengapa diperlukan regulasi dari pemerintah?
Peran Pemerintah dalam membuat regulasi tentang bisnis Asuransi menurut kami
sangatlah penting. Berikut adalah contoh manfaat regulasi pemerintah untuk bisnis
asuransi :
4. Penanganan klaim yang adil : Memastikan klaim yang diajukan oleh pemegang polis
diproses dengan adil dan transparan, sehingga pembayaran klaim bisa diterima tepat
waktu sesuai dengan ketentuan polis.
5. Transparansi : Memastikan Perusahaan asuransi membuat aturan yang jelas dan tidak
menyulitkan pemegang polis untuk melakukan klaim.
6. Perhitungan tingkat Premi : Mengawasi penetapan terif premi yang harus didasarkan
pada asumsi wajar dan praktek asuransi yang berlaku umum.
Dan juga terdapat berbagai upaya dan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah guna
mewujudkan GCG bagi sebuah perusahaan. Pemerintah mulai menciptakan iklim
pemerintahan yang kondusif melalui akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dalam
proses pemantauan dan pengelolaan anggaran nasional (APBN) dan Anggaran daerah
(APBD). Selain itu, pemerintah mendorong transparansi dalam dokumen dan Kebijakan
publik melalui Undang-Undang Informasi Publik, dan pemerintah mendorong audit
Keuangan lembaga publik melalui perusahaan audit. Maka dapat dipastikan bahwa
perusahaan lembaga keuangan tersebut akan dapat bertahan jika menerapkan GCG dengan
baik
melalui Otoritas Jasa Keuangan atau OJK selaku regulator, dinilai sangat penting dalam
Business Ethics & Sustainability – R0
menciptakan lingkungan pasar modal dan asuransi yang aman dan stabil bagi seluruh
masyarakat. Salah satu unsur penting yang berperan dalam menciptakan kondisi tersebut
adalah penerapan Good Corporate Governance (GCG) ke dalam tubuh perusahaan-
perusahaan asuransi. OJK telah melakukan upaya penekanan konsep tersebut melalui
regulasi dengan dikeluarkannya Peraturan OJK atau POJK Nomor 73 /POJK.05/2016
tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian. Peraturan yang
merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian tersebut,
mewajibkan adanya tata kelola yang baik bagi perusahaan asuransi di Indonesia. Dikutip
dari pasal 2 ayat (2) dijelaskan pula tata kelola perusahaan yang baik atau GCG yang
dimaksud terdiri dari: keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), dan kemandirian (independency), serta kesetaraan
dan kewajaran (fairness).1 Selain itu juga, pemerintah tengah mempersiapkan desain
pembentukan Lembaga Penjamin Polis melalui RUU Penjaminan Polis. Selain untuk
menjalankan amanat UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, langkah ini juga
didorong oleh kondisi masalah keuangan yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, seperti
Jiwasraya dan AJB Bumiputera di masa lalu. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU
No. 40 Tahun 2014, program penjaminan polis ini dimaksudkan untuk memberikan
jaminan pengembalian sebagian atau seluruh hak pemegang polis, tertanggung, atau
peserta perusahaan asuransi yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi. Selama
penjaminan polis belum terbentuk, maka ketentuan penjaminan bagi pemegang polis
masih berbentuk Dana Jaminan yang berasal dari kekayaan perusahaan asuransi
4. Sajikan strategi apa yang dapat digunakan perusahaan seperti lembaga keuangan untuk
berinteraksi dengan pengambil keputusan di arena politik.
JAWABAN
1. Lobying: dalam strategi ini, pelaku bisnis dalam hal ini ialah Lembaga keuangan
mampu mempengaruhi pengambil keputusan di ranah politik dalam pembuatan kebijakan
dengan usaha sperti adanya pertemuan, penjelasan akan usaha hingga kampanye dengan
pemangku kekuasaan atau pengambil keputusan. Dengan strategi lobbying maka
Lembaga keuangan mampu mendapatkan dukungan dari pengambil keputusan terkait
adanya pembentukan atau perubahan kebijakan yang mana memberikan feedback yang
positif bagi perusahaaan mereka.
2. CSR (Corporate Social Responsibility) dengan strategi ini, pelaku bisnis atau Lembaga
keuangan mampu menjalankan konsep pemberdayaan masyarakat dalam aktivitasnya
guna untuk menjalin hubungan yang kuat dengan masyarakat secara individu ataupun
kelompok. Dengan startegi ini, masyarakat merasa bahwa Lembaga keuangan mampu
dan diyakini membantu dalam menyelesaikan isu – isu yang terdapat di dalam
masyarakat, sehingga terbangun hubungan kepercayaan antara Lembaga keuangan
dengan masyarakat dan pengambil keputusan politik.
Accounting Binus. (2020). Good Corporate Governance (GCG) dan Pedoman Etika dalam
Perusahaan. Diambil dari https://accounting.binus.ac.id/2020/06/30/good-corporate-governance-
gcg-dan-pedoman-etika-dalam-perusahaan/.
asuransi/#:~:text=Hukum%20asuransi%20menetapkan%20aturan%20dan,yang%20sesuai%20
dengan%20ketentuan%20polis.
study.com/academy/lesson/business-government
www.investopedia.com/ask
accounting.binus.ac.id
www.kitalulus.com/bisnis
httpwww.soocadesign.com/