Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok ke-3

Week 8/ Sesi 12

1. 2301933074 – Egy Decky Saputra


2. 2702376295 – Elvaretha Soffia Abidha
3. 2702377316 – Erfan Bachtiar
4. 2702372763 – Renaldi Arlis Saputa

Group 8 :

Bacalah artikel berikut, kemudian jawablah pertanyaannya.

OJK: Kurangnya GCG Jadi Penyebab Maraknya Kasus Asuransi


https://www.cnbcindonesia.com/market/20210427160814-17-241286/ojk-kurangnya-gcg-jadi-penyebab-maraknya-
kasus-asuransi
diakses pada 05/08/2022

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan maraknya berbagai kasus di perusahaan


asuransi belakangan ini disebabkan karena beberapa perusahaan tidak menjalankan tata kelola
perusahaan (good corporate governance) dengan baik.

Direktur Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Supriyono menjelaskan,


regulator sangat menekankan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik karena ini
menjadi tonggak yang penting bagi perusahaan menjalankan bisnis.

Hal ini diperkuat dengan peraturan OJK sejak tahun 2014 mengenai pentingnya
implementasi GCG ini dan kemudian diperbarui pada 2016 dan terakhir di 2019.

"Banyaknya kasus memang sebagian besar kurangnya penerapan GCG di perusahaan.


Kalau pakai metafora, GCG seperti akar yang tidak kelihatan dari luar, tapi kelihatan buah dan
daunnya. Kalau akarnya kuat, pohonnya akan survive," kata Supriyono, dalam webinar, Selasa
(27/4/2021).

Meski dia mengakui, banyak perusahaan asuransi yang mengalami gagal bayar akibat

Business Ethics & Sustainability – R0


pandemi Covid-19. Namun, apabila perusahaan tersebut memiliki akar yang kuat, dalam hal
GCG yang baik, perusahaan masih dapat bertahan dan menghasilkan berbagai produk asuransi
yang berkualitas.

"Pandemi Covid-19 ini menjadi bukti, hanya perusahaan yang memiliki GCG dengan
implementasi bagus yang mampu bertahan.

Kita pun perlu meninjau ulang isu-isu fundamental, apa saja yang masih bolong-bolong untuk
kita improve lagi," ujarnya.

Lebih lanjut, dijelaskan Supriyono, penerapan GCG ini perlu komitmen berbagai
pemangku kepentingan. Salah satu yang ditekannya ialah peran komisaris dan direksi yang harus
lebih berfungsi lebih optimal lagi. Selain itu, berbagai aspek juga harus diperkuat seperti
manajemen risiko, pengendalian internal, hingga berbagai rencana strategis perusahaan ke depan.

Masing-masing soal dengan bobot 25%.

1. Mengapa perusahaan harus menerapkan prinsip good corporate governance (GCG)?

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) adalah seperangkat
pedoman yang memandu perusahaan dalam menciptakan hubungan yang kondusif antara para
pemangku kepentingan di dalam perusahaan. Tujuan utama GCG ialah untuk mengembangkan
nilai perusahaan melalui kemakmuran ekonomi kepada para pemegang saham.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa perusahaan harus menerapkan GCG:

a. Peningkatan kinerja: GCG dapat dijadikan sebagai salah satu cara bagi
perusahaan dalam meningkatkan kesuksesan bisnisnya. Dengan menerapkan
GCG, perusahaan dapat menciptakan suatu sistem yang mengontrol perusahaan
dengan tujuan menghasilkan nilai bagi para pemangku kepentingan.

b. Mitigasi risiko: Perusahaan yang menerapkan GCG dapat memitigasi risiko


bisnis dalam jangka panjang. Hal ini karena GCG menekankan transparansi,

Business Ethics & Sustainability – R0


akuntabilitas, dan tanggung jawab, yang dapat membantu perusahaan menghindari risiko
hukum dan reputasi.

c. Peningkatan daya saing: GCG juga dapat menjadi strategi untuk menghadapi persaingan
bisnis global. Para pelaku usaha percaya bahwa dengan menerapkan GCG, perusahaan dapat
menumbuhkan persaingan yang sehat serta lingkungan kerja yang kondusif.

d. Kepatuhan: Perusahaan yang menerapkan GCG wajib menaati peraturan perundangan yang
berlaku melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat serta lingkungan guna mendukung
keberlanjutan usaha dalam rentang waktu yang panjang.

Singkatnya, perusahaan harus menerapkan GCG untuk meningkatkan kinerja mereka,


mengurangi risiko, meningkatkan daya saing, dan mematuhi hukum dan peraturan.

Pemahaman lainnya bahwa banyak sekali Perusahaan yang tidak menerapkan dengan baik
prinsip dari GCG (Good Corporate Governance). Hal ini menyebabkan terjadinya banyak issue di
perusahaan tersebut. Direktur Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Supriyono
juga menjelaskan bahwa pentingnya penerapan GCG (Good Corporate Governance) di
Perusahaan agar dapat menghindari hal tersebut terjadi. GCG sendiri merupakan upaya perusahaan
untuk menciptakan pola hubungan yang kondusif antar pemangku kepentingan dalam perusahaan. Tata
kelola perusahaan bisa menambah nilai pemangkuh saham secara berkelanjutan dalam jangka
panjang. GCG bisa diartikan sebagai sistem, proses peraturan yang dipakai untuk
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan agar bisa mendorong kinerja
perusahaan bekerja secara efisien, dan bisa menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang untuk
pemegang saham maupun masyarakat. Melalui penerapan prinsip-prinsip GCG secara optimal,
perusahaan dapat merasakan manfaat langsung dari peningkatan produktivitas dan efisiensi
bisnis, perbaikan proses bisnis, dan akuntabilitas kepada publiknya. Selain itu, menjadi
penting karena mengurangi praktek KKN dan konflik kepentingan yang menjadi isu paling sensitif
perusahaan saat ini. Keuntungan lain adalah promosi tata kelola organisasi yang lebih demokratis,
bertanggung jawab dan transparan. Serta manfaat dari Prinsip ini juga perusahaan dapat
meningkatkan corporate value, meningkatkan kepercayaan kepada investor serta meminimalisir
adanya benturan mengenai resiko keputusan dalam investasi

Business Ethics & Sustainability – R0


Pedoman Umum GCG bukan merupakan aturan hukum yang mengikat, melainkan etika yang
menjadi acuan bagi semua perusahaan dalam menjalankan bisnis secara baik. GCG didasarkan
pada tiga pilar utama, yaitu:

1. Negara sebagai pembuat peraturan perundang-undangan dan penegak hukum untuk


menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan.

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar yang menerapkan GCG sebagai pedoman dasar
menjalankan perusahaan.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk/jasa dan pihak yang terkena dampak dari
keberadaan perusahaan berperan melakukan kontrol sosial secara objektif.

Ada 5 prinsip dasar Good Corporate Governance

 Transparansi

Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan serta mudah diakses dan dipahami
oleh stakeholder, termasuk hal-hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman pokok transparansi meliputi:

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses stakeholder.

2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, kepemilikan saham, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem pelaksanaan GCG, serta kejadian penting yang
memengaruhi kondisi perusahaan.

3. Prinsip keterbukaan yang dianut perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk


memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai peraturan perundang-undangan,
rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan


kepada stakeholder

 Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar.

Business Ethics & Sustainability – R0


Pengelolaan perusahaan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Pedoman pokoknya
adalah:

1. Penetapan rincian tugas dan tanggung jawab setiap organ perusahaan dan seluruh
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan, dan strategi
perusahaan.

2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan
sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

3. Kepastian adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan


perusahaan.

4. Kepemilikan ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan
sasaran perusahaan, serta memiliki sistem reward and punishment.

5. Setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku yang telah disepakati.
 Tanggung Jawab

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta menjalankan tanggung jawab


masyarakat dan lingkungan untuk mendukung kesinambungan usaha jangka panjang sekaligus
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman pokok prinsip ini adalah:

1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan perusahaan.

2. Perusahaan harus menjalankan tanggung jawab sosial, antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
 Independensi

Untuk menjalankan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak pula diintervensi oleh pihak lain. Pedoman
pokok prinsip independensi adalah:

1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari dominasi, tidak terpengaruh


kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan segala pengaruh atau tekanan,
untuk menjamin pengambilan keputusan yang objektif.

Business Ethics & Sustainability – R0


2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, dan tidak saling melempar tanggung
jawab.
 Kewajaran dan Kesetaraan

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang


saham dan stakeholder lain berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman pokok prinsip
ini adalah:

1. Pemberian kesempatan kepada stakeholder untuk memberikan masukan dan


menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap
informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

2. Perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholder sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3. Pemberian kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir, dan


melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan SARA, gender, dan
kondisi fisik.

 Lalu mengapa perusahaan harus menerapkan prinsip good corporate governance


(GCG)

Pada lingkup yang lebih luas, tidak atau minimnya penerapan konsep GCG turut memberi
dampak signifikan terhadap terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor,
seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 2000 dan tahun 2008. Untuk
mengatasi krisis tersebut, pemerintah AS salah satunya mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act di
tahun 2002. Undang-Undang ini berisikan penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata
kelola perusahaan, dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, Undang-Undang ini
menjadi acuan awal dalam penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara.

Mengapa tata kelola perusahaan yang buruk dapat berimbas pada berbagai krisis di sebuah
negara atau bahkan di tingkat regional? Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan
(korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi
ekonomi dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke
dalam pemerintahan suatu negara. Sayangnya, perusahaan menjadi tidak berdaya dalam

Business Ethics & Sustainability – R0


menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh di
perusahaan tersebut.

Hal ini tidak terlepas dari perilaku tidak etis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar. Sebagian perilaku tidak etis
tersebut bahkan sudah masuk kategori kriminal.
 Fungsi Penerapan GCG Dalam Perusahaan Dalam Jangka Panjang

Perusahaan tanpa tata kelola yang baik bak sayur tanpa garam. Dikhawatirkan, perusahaan tanpa
tata kelola yang baik hanya berorientasi jangka pendek dan cenderung mengejar keuntungan
dengan cara instan.

Kebalikannya, perusahaan yang menerapkan konsep GCG berorientasi jangka panjang. Hal ini
karena, secara teori, GCG merupakan sebuah konsep yang akhirnya dapat membuat sebuah
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan atau organisasi dalam menciptakan nilai
tambah (value added) untuk semua stakeholder.

Konsep GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antarpemangku kepentingan


di dalam suatu perusahaan yang mencakup:

a. Hak-hak para pemegang saham (shareholder) dan perlindungannya,

b. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) lainnya,

c. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,

d. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan,

e. Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri kepada
para pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.

Jadi, penerapan GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Pasalnya, untuk memenangkan persaingan global antarnegara yang makin kompetitif hanya
dapat dilalui melalui keberhasilan korporat/perusahaan/organisasi di negara tersebut terhadap
korporat negara lain.

Dengan kata lain, kunci keberhasilan perusahaan di lingkup yang lebih luas adalah
memenangkan persaingan antarkorporat. Jadi, kuat atau terpuruknya, pulih atau tetap

Business Ethics & Sustainability – R0


terpuruknya perekonomian suatu negara tergantung pada kualitas korporat di
negara masing- masing.

Yang jelas, penerapan konsep GCG dapat membantu memastikan manajemen dapat
berjalan dengan baik. Tetapi, manajemen tidak boleh cukup puas hanya dengan
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan secara efisien.

Ketika perusahaan sudah menetapkan arahan strategis sesuai dengan harapan


pemangku kepentingan, perusahaan itu harus melakukan manajemen risiko (risk
management) untuk merespons ketidakpastian yang mungkin terjadi. Setelah itu,
perusahaan harus memantau dan memastikan bahwa seluruh kebijakan,
pengendalian, dan peraturan yang berlaku tersebut dipatuhi melalui sistem
manajemen kepatuhan (compliance).

2. Jelaskan pengaruh antara bisnis, pemerintah, dan masyarakat dalam konteks kasus
lembaga keuangan seperti dalam artikel di atas.

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis, pemerintah dan masyarakat
saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam kasus diatas yang perlu di perhatikan ialah
penerapan GCG atau good corporate governance dalam membuat suatu perusahaan dapat
bertahan dalam suatu pasar. Dari kasus diatas disampaikan beberapa situasi seperti Pandemi
Co-vid 19 yang mana diketahui sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat. Hal ini
menyebabkan banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, pemasukan yang minim namun
kebutuhan yang meningkat. Masyarakat pun tidak memiliki pilihan sehingga banyak dari
mereka yang tidak mampu melakukan pembayaran, atau melakukan investasi, dalam hal ini
perusahaan asuransi. Dengan kondisi ekonomi masyarakat yang terpuruk, hal ini berpengaruh
terhadap keuangan perusahaan. Sebagaimana pemerintah telah memberikan solusi terkait
pembangunan ekonomi pada Co-vid-19. Namun perlu dipahami bahwa, meskipun
pembangunan ekonomi telah mulai bangkit, akan tetapi Ketika suatu bisnis tidak mampu
menerapkan GCG maka perusahaan tersebut tidak mampu bersaing, menarik masyarakat dan
tidak menutup kemungkinan adanya pailit hingga bangkrut. Hal ini dikarenakan GCG sangat

Business Ethics & Sustainability – R0


penting dalam fondasi utama bagi suatu Lembaga atau perusahaan dalam memutuskan
keputusan yang terbaik. Beberapa upaya pemerintah dalam mempengaruhi bisnis sehingga
mampu menarik masyarakat dalam melakukan investasi ialah speerti Peta Arah tata Kelola
Perusahaan Indonesia yang ditujukan untuk emiten dan perusahaan publik, peta tersebut
diterbitkan oleh OJK atau otoritas Jasa Keunngan yang dalam kasus ini berperan sebegai
pemerintah dalam bidang Lembaga keuangan.

Pengaruh bisnis terhadap kasus lembaga keuangan diatas yaitu perusahaan tidak mampu
untuk regulator tidak mampu dalam menjalankan bisnisnya dengan stabil dikarenakan
akibat dari situasi pandemi covid 19 yang menghambat jalannya bisnis suatu perusahaan
lembaga keuangan tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa penerapan GCG yang baik
mampu membuat bisnis suatu perusahaan lembaga keuangan tersebut dapat tetap berjalan
secara stagnan Pemerintah memiliki pengaruh terhadap pengimplementasian GCG di
dalam sebuah perusahaan. Pemerintah telah mengingatkan kepada perusahaan perusahaan
yang ada di Indonesia salah satunya lembaga keuangan tersebut guna menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik dan benar untuk dapat bertahan dalam situasi pandemi covid
19 saat ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menerbitkan Roadmap Tata Kelola
Perusahaan untuk Indonesia. Pedoman ini terutama ditujukan untuk emiten dan
perusahaan publik. Dewan koordinator mengharapkan partisipasi penuh dari emiten dalam
pemantapan tata kelola yang baik. Dengan penerapan GCG yang baik oleh suatu
perusahaan terutama lembaga keuangan hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat pada perusahaan tersebut. Sehingga masyarakat mampu untuk terus
membangun bisnis yang dijalankan oleh perusahaan itu.

Bisnis merupakan kegiatan jual beli yang menghasilkan barang dan jasa.Tujuan utama
daripada bisnis ini sendiri adalah untuk memperoleh keuntungan . Bisnis biasanya
dikelola oleh pihak swasta yang disebut (Kapitalis).Terbentuknya bisnis merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan kekayaan pemilik dari bisnis tersebut.Pemilik atau operator
dari sebuah bisnis akan mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu,usaha dan modal
yang mereka berikan .

-Hubungan bisnis dengan pemerintah .

Business Ethics & Sustainability – R0


Hubungan bisnis dengan pemerintah. Pemerintah menjalin hubungan dengan perusahaan
untuk membangun hubungan kooperatif dan tujuan yang saling menguntungkan.
Kerjasama ini didasari

oleh nilai-nilai sosial bangsa dan adat istiadat. Bekerja secara Bersama-sama sebagai
sebuah keluarga mengarahkan kekuatan ini yang kemudian akan menghasilkan
keuntungan bagi masyarakat dan perusahaan.

Dalam dunia bisnis terdapat suatu kelompok tertentu yang dalam pergerakannya
menjunjung tinggi kepentingan antara bisnis pemerintah dan untuk masyarakat.
Walaupun pada intinya bisnis lebih banyak dikuasai oleh swasta, bukan berarti
pemerintah tidak mempunyai pergerakan dibidang bisnis. Pemerintah mendirikan suatu
bisnis berupa Koperasi, yang mana dalam bisnis tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah dan juga masyarakat.

-Melihat dari artikel diatas , pengaruh antara bisnis pemerintah dan hubungannya
dengan masyarakat pada kasus diatas sangat penting untuk kelangsungan dari
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang asuransi tersebut.

Peran Pemerintah,Peran dari pemerintah adalah bagaimana melakukan penyuluhan atau


sosialisasi terhadap pemangku-pemangku kepentingan di perusahaan berkaitan dengan
bagaimana membuat sebuah tata kelola perusahaan perusahaan yang baik. Karena tata
kelola perusahaan merupakan sebuah fondasi atau sebuah akar dari berdirinya sebuah
perusahaan yang baik ,yang berjangka panjang.Tata kelola perusahaan menyangkut
berbagai aspek mulai dari komunikasi,kepemimpinan dan juga pengambilan keputusan
yang strategis.Sehingga kedepannya perusahaan-perusahaan asuransi dapat
menjalankan tata kelola perusahaan dengan baik.

Hubungan dengan masyarakat

Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa Tata kelola perusahaan ini berhubungan langsung
dengan bagaimana perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang
berkepanjangan.Yang dalam hal ini berkaitan atau berhubungan erat dengan masyarakat
sebagai konsumen dari perusahaan-perusahaan asuransi dalam artikel diatas.Dengan
sebuah tata kelola perusahaan yang baik maka perusahan tersebut akan mampu
bertanggung jawab terhadap masyrakat sebagai konsumen.Hal ini terkait ,bagaimana
perusahaan dapat mematuhi semua peraturan yang berlaku dan juga semua prosedur-
prosedur yang diatar dalam tata kelola perusahaan sehingga masyarakat tidak dirugikan

Business Ethics & Sustainability – R0


oleh perusahaan

3. Analisis peran pemerintah dalam bisnis dalam konteks kasus lembaga keuangan seperti
dalam artikel di atas, untuk menjawab mengapa diperlukan regulasi dari pemerintah?

Peran Pemerintah dalam membuat regulasi tentang bisnis Asuransi menurut kami
sangatlah penting. Berikut adalah contoh manfaat regulasi pemerintah untuk bisnis
asuransi :

1. Perlindungan konsumen : Dengan membuat Undang-undang tentang perlindungan


konsumen pihak asuransi harus mematuhi standar yang ketat tentang keuangan,
etika, dan transparansi. Sehingga hal-hal yang merugikan konsumen dapat dihindari.

2. Stabilisasi Industri : Membantu mencegah bisnis Asuransi melakukan kegiatan yang


beresiko besar sehingga mengancam kelangsungan bisnis. Dengan demikian
konsumen akan merasa lebih tenang karena klaim akan terpenuhi ketika mereka
membutuhkan.

3. Regulasi Industri : Memastikan Perusahaan asuransi mematuhi hukum agar tidak


merugikan konsumen ataupun mengganggu kestabilan perekonomian.

4. Penanganan klaim yang adil : Memastikan klaim yang diajukan oleh pemegang polis
diproses dengan adil dan transparan, sehingga pembayaran klaim bisa diterima tepat
waktu sesuai dengan ketentuan polis.

5. Transparansi : Memastikan Perusahaan asuransi membuat aturan yang jelas dan tidak
menyulitkan pemegang polis untuk melakukan klaim.

6. Perhitungan tingkat Premi : Mengawasi penetapan terif premi yang harus didasarkan
pada asumsi wajar dan praktek asuransi yang berlaku umum.

Dan juga terdapat berbagai upaya dan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah guna
mewujudkan GCG bagi sebuah perusahaan. Pemerintah mulai menciptakan iklim
pemerintahan yang kondusif melalui akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dalam
proses pemantauan dan pengelolaan anggaran nasional (APBN) dan Anggaran daerah
(APBD). Selain itu, pemerintah mendorong transparansi dalam dokumen dan Kebijakan
publik melalui Undang-Undang Informasi Publik, dan pemerintah mendorong audit
Keuangan lembaga publik melalui perusahaan audit. Maka dapat dipastikan bahwa
perusahaan lembaga keuangan tersebut akan dapat bertahan jika menerapkan GCG dengan
baik

melalui Otoritas Jasa Keuangan atau OJK selaku regulator, dinilai sangat penting dalam
Business Ethics & Sustainability – R0
menciptakan lingkungan pasar modal dan asuransi yang aman dan stabil bagi seluruh
masyarakat. Salah satu unsur penting yang berperan dalam menciptakan kondisi tersebut
adalah penerapan Good Corporate Governance (GCG) ke dalam tubuh perusahaan-
perusahaan asuransi. OJK telah melakukan upaya penekanan konsep tersebut melalui
regulasi dengan dikeluarkannya Peraturan OJK atau POJK Nomor 73 /POJK.05/2016
tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian. Peraturan yang
merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian tersebut,
mewajibkan adanya tata kelola yang baik bagi perusahaan asuransi di Indonesia. Dikutip
dari pasal 2 ayat (2) dijelaskan pula tata kelola perusahaan yang baik atau GCG yang
dimaksud terdiri dari: keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), dan kemandirian (independency), serta kesetaraan
dan kewajaran (fairness).1 Selain itu juga, pemerintah tengah mempersiapkan desain
pembentukan Lembaga Penjamin Polis melalui RUU Penjaminan Polis. Selain untuk
menjalankan amanat UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, langkah ini juga
didorong oleh kondisi masalah keuangan yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, seperti
Jiwasraya dan AJB Bumiputera di masa lalu. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU
No. 40 Tahun 2014, program penjaminan polis ini dimaksudkan untuk memberikan
jaminan pengembalian sebagian atau seluruh hak pemegang polis, tertanggung, atau
peserta perusahaan asuransi yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi. Selama
penjaminan polis belum terbentuk, maka ketentuan penjaminan bagi pemegang polis
masih berbentuk Dana Jaminan yang berasal dari kekayaan perusahaan asuransi

4. Sajikan strategi apa yang dapat digunakan perusahaan seperti lembaga keuangan untuk
berinteraksi dengan pengambil keputusan di arena politik.
JAWABAN

Adapun strategi yang dapat digunakan ialah;

1. Lobying: dalam strategi ini, pelaku bisnis dalam hal ini ialah Lembaga keuangan
mampu mempengaruhi pengambil keputusan di ranah politik dalam pembuatan kebijakan
dengan usaha sperti adanya pertemuan, penjelasan akan usaha hingga kampanye dengan
pemangku kekuasaan atau pengambil keputusan. Dengan strategi lobbying maka
Lembaga keuangan mampu mendapatkan dukungan dari pengambil keputusan terkait
adanya pembentukan atau perubahan kebijakan yang mana memberikan feedback yang
positif bagi perusahaaan mereka.

2. CSR (Corporate Social Responsibility) dengan strategi ini, pelaku bisnis atau Lembaga
keuangan mampu menjalankan konsep pemberdayaan masyarakat dalam aktivitasnya
guna untuk menjalin hubungan yang kuat dengan masyarakat secara individu ataupun
kelompok. Dengan startegi ini, masyarakat merasa bahwa Lembaga keuangan mampu
dan diyakini membantu dalam menyelesaikan isu – isu yang terdapat di dalam
masyarakat, sehingga terbangun hubungan kepercayaan antara Lembaga keuangan
dengan masyarakat dan pengambil keputusan politik.

Business Ethics & Sustainability – R0


perumusan kebijakan kepada pengambil keputusan politik atau pejabat
berwenang untuk meningkatkan kredibilitas pengaturan atau kebijakan yang dihasilkan.
Guna meningkatkan partisipasi institusional pemerintah dalam perumusan kebijakan,
perlu dibuka kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan
terhadap rumusan pengaturan. Hal tersebut diharapkan dapat menjembatani komunikasi
kebijakan di awal dan meningkatkan efektivitas dalam implementasi kebijakan ke
depan. Selain itu, lembaga keuangan dapat melibatkan lembaga pemerintahan dalam
melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja yang bertujuan untuk memantau
dan memastikan pencapaian kinerja yang diukur berdasarkan indikator kinerja utama
lembaga keuangan sesuai target yang telah ditetapkan di awal tahun agar selaras dengan
pencapaian visi, misi, dan strategi dari lembaga keuangan. Pelaksanaan monitoring dan
evaluasi kinerja mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Berorientasi pada pencapaian visi, misi dan implementasi strategi lembaga
keuangan sebagai pemenuhan mandat lembaga keuangan.
b. Menerapkan prinsip good governance, yaitu setiap tahapan dalam proses
monitoring dan evaluasi kinerja mengacu pada tatanan dan ketentuan terkait
manajemen kinerja yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan.
c. Menerapkan prinsip continuous improvement untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas manajemen kinerja, terutama di area pengawasan dan evaluasi kinerja.

Lembaga keuangan dapat melibatkan lembaga pemerintahan untuk


melakukan proses pengawasan secara bulanan atau triwulanan. Pelaksanaan
pengawasan tersebut dimaksud diarahkan untuk merumuskan dan menetapkan bauran
kebijakan kelembagaan guna memastikan kinerja lembaga keuangan dapat dicapai
secara efektif, efisien, dan bertatakelola dalam rangka mendukung terlaksananya mandat
lembaga keuangan secara kredibel. Sejalan dengan hal itu, dilakukan pula upaya
debottlenecking untuk mengatasi isu dan kendala yang dihadapi dan berpotensi
menghambat pencapaian kinerja lembaga keuangan, serta merumuskan upaya mitigasi
dengan memperhatikan kondisi lingkungan strategis terkini. Proses pelibatan lembaga
pemerintahan ini telah sejalan dengan best practice manajemen organisasi modern yang
dalam prosesnya juga memerhatikan tantangan eksternal dan internal, serta kredibilitas
kebijakan lembaga keuangan.

Business Ethics & Sustainability – R0


Referensi

Limanseto, Haryo (2021). Pemerintah Tekankan Pentingnya Penerapan GCG untuk


Keberlanjutan Bisnis dan Upaya Menarik Investasi. Diambil dari
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3025/pemerintah-tekankan-pentingnya-penerapan-gcg-
untuk-keberlanjutan-bisnis-dan-upaya-menarik-investasi.

Accounting Binus. (2020). Good Corporate Governance (GCG) dan Pedoman Etika dalam
Perusahaan. Diambil dari https://accounting.binus.ac.id/2020/06/30/good-corporate-governance-
gcg-dan-pedoman-etika-dalam-perusahaan/.

Rangkuti, Maksum. (2023). Apa Itu Hukum Asuransi?. Diambil dari


https://fahum.umsu.ac.id/apa-itu-hukum-
https://employers.glints.com/id-id/blog/5-prinsip-good-corporate-governance-gcg/ yefadvisor.com/
pentingnya-penerapan-gcg/ nasional.tempo.co/read/1160201/nilai-perusahaan-naik-investasi-
mengalir/full&view=ok idiotsbrainn.blogspot.com/2016/06/good-corporate-governance.
html kumparan.com/teddy-kozuma/good-corporate-governan

asuransi/#:~:text=Hukum%20asuransi%20menetapkan%20aturan%20dan,yang%20sesuai%20
dengan%20ketentuan%20polis.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422/KMK/ .06/2023.


Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Diakses pada 15
Oktober 2023 pada https://datacenter.ortax.org/ortax/aturan/show/8641.

study.com/academy/lesson/business-government

www.investopedia.com/ask

accounting.binus.ac.id

www.kitalulus.com/bisnis

httpwww.soocadesign.com/

Business Ethics & Sustainability – R0


Business Ethics & Sustainability – R0

Anda mungkin juga menyukai