Anda di halaman 1dari 18

Menulis Opini

Oleh Hary B Kori’un


Sekretaris Dewan Kehormatan
Daerah PWI Riau
Redaktur Pelaksana Riau Pos
Apa Itu Opini?

Secara sederhana, opini adalah produk pers non-


jurnalistik, yang di dalamnya berisi pendapat,
gagasan, argumentasi, padangan, dll, yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mempengaruhi
publik tentang hal yang disampaikan oleh
penulisnya.
Apa Saja Jenis/Bentuk Opini?

Yang masuk dalam jenis/bentuk opini antara lain


adalah Karya Ilmiah Populer, Tajuk
Rencana/Editorial, Kolom, dan Surat Pembaca.
Karya Ilmiah Populer

Karya Ilmiah Populer adalah jenis


tulisan/karangan yang dibuat dengan kaidah-
kaidah penulisan karya ilmiah yang dikembangan
pada kalangan akademisi. Isinya berupa
persoalan-persoalan yang didekati dengan teori-
teori dan penerapan secara sederhana. Biasanya
kalangan perguruan tinggi/akademisi yang
menulis tulisan jenis ini untuk media massa.
Tajuk Rencana/Editorial

Lain media, lain penyebutannya. Ada yang menyebutnya


Tajuk, Tajuk Rencana, atau Editorial. Tajuk adalah
opini/pandangan sebuah media atas persoalan yang
berkembang. Meskipun ditulis oleh seseorang, tetapi ketika
disiarkan, dia mewakili media itu sebagai sebuah lembaga.
Biasanya, penulis Tajuk adalah wartawan-wartawan senior
yang memiliki wawasan dan kecakapan lebih dari wartawan
yang lainnya, dengan tingkat kehati-hatian dan kematangan
yang tinggi.
Kolom

Kolom adalah jenis tulisan yang dibuat dengan nilai dan


citarasa tinggi dengan gaya bahasa antara penulis satu
dengan penulis lainnya memiliki perbedaan yang khas. Isi
dari kolom sangat beragam, dan ditulis oleh wartawan atau
pakar yang memang cakap di bidangnya. Biasanya media
massa memilih seorang penulis kolom selain kemampuan
menulisnya yang baik dan khas, juga karena kepakarannya
pada masalah-masalah yang spesifik.
Surat Pembaca

Surat Pembaca atau sejenisnya (belakangan bisa


berbentuk SMS, Twitter atau Facebook) adalah opini
pendek, pendapat, keluh-kesah, atau curhat masyarakat
kepada media massa. Ini adalah bentuk lain dari
jurnalisme warga (citizen journalism) yang bersifat
interaktif. Dari rubrik interaktif ini, kadang media
massa bisa mengembangkannya menjadi liputan yang
menarik, atau hanya akan menjadi curhat dan keluh-
kesah pembaca saja.
Bagaimana Menulis Opini?

Secara umum, kecuali Surat Pembaca, dasar


penulisan jenis Opini ini hampir sama, hanya
penekanan penekanannya yang berbeda.
1. Robert Stanton, salah seorang pakar penulisan
fiksi dan nonfiksi menjelaskan, fokus pada bidang
tertentu adalah hal paling penting dalam sebuah
penulisan. Fokus memungkinkan bahasan yang kita
sampaikan menjadi spesifik dan spesial.
Bagaimana Menulis Opini?

2. Batasi masalah. Dalam sebuah karya opini, pembatasan


masalah sangat penting. Jangan memasukkan banyak
masalah yang akan membuat pembahasan kita bercabang
dan melebar. Misalnya fokus kita tentang kenaikan upah
minimum pekerja, maka masalah yang kita bahas
misalnya pada dampak jika upah minimum itu tetap atau
naik. Kadang, antara fokus dan pembatasan masalah
adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Bagaimana Menulis Opini?

3. Masalah yang dibahas aktual. Pilihan ini lebih pada


media yang akan kita gunakan untuk menyiarkan tulisan
kita. Media massa cenderung mengikuti peristiwa terkini
yang amat cepat. Jika yang sedang hangat menjadi
pembicaraan adalah masalah kenaikan upah minimum
pekerja, misalnya, jangan menulis tentang persiapan
menjelang Hari Raya Haji, itu sama saja menjauhkan
Jaka Sembung dengan Barry Prima.
Bagaimana Menulis Opini?

4. Pendekatan dan Teori. Gunakan pendekatan dan


teori ilmiah sesuai porsinya dan jangan terlalu njlimet
dan berlebihan karena itu akan membosankan
sebagian orang. Bagi pembaca akademisi, mungkin
akan menarik dan nyambung, tetapi bagi masyarakat
awam mereka akan bete. Kita harus memahami, media
massa dibaca oleh semua lapisan masyarakat. Ini
berbeda misalnya jika kita menulis untuk jurnal ilmiah.
Bagaimana Menulis Opini?

5. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah


dipahami. Bahasa akademis yang kaku dan terlalu
banyak memakai istilah asing, akan menyulitkan
pembaca awam. Jika ada padanan dalam bahasa
Indonesia yang mudah dipahami, untuk apa
menggunakan istilah asing. Jangan terjebak dengan
tren atau sok keren, karena itu malah akan menjauhkan
tulisan Anda dengan pembaca Anda.
Bagaimana Menulis Opini?

6. Beri solusi atau jalan keluar, bukan malah


merumitkan. Solusi yang dimaksud harus sesuai dengan
standar logika umum dengan spesifik logika milik kita
yang masuk akal. Jika solusi yang kita tawarkan berada
di awang-awang, jangankan pembaca umum, si editor
mungkin akan cepat-cepat menjauhkan naskah Anda
dari komputernya dengan menekan tombol del.
Bagaimana Menulis Opini?

7. Boleh kelihatan pintar, tapi jangan sok pintar. Banyak


mahasiswa yang baru belajar menulis opini, dengan
mengutip pendapat sana-sini, ingin menjelaskan bahwa dia
pintar dan cakap pada masalah yang ia tulis. Padahal,
dengan terlalu banyak mengutip pendapat orang, pendapat
kita malah tak kelihatan. Pembaca akan cepat tahu siapa
dan seberapa kemampuan kita, dan sebelum sampai ke
mereka, editorlah yang akan lebih dulu tahu bahwa Anda
hanya cakap mengutip pendapat orang.
Bagaimana Menulis Opini?

8. Jangan terlalu panjang dan bertele-tele. Sebelum Anda


menulis, harus dipahami dulu, akan kita kirim ke media mana
tulisan kita. Pahami dan amati kecenderungan tulisan yang
dimuat termasuk berapa panjang tulisan yang dimuat itu. Seorang
penulis yang baik adalah bisa mengaplikasikan pikirannya pada
ruang yang pendek dan kecil sesuai space yang disediakan media
tersebut. Jika tulisan Anda kepanjangan atau terkesan dipanjang-
panjangkan, maka kemungkinan besar tulisan Anda akan
dikembalikan dengan note: “Maaf, kami tak cukup punya space
untuk tulisan Anda...”
Bagaimana Menulis Opini?

9. Gunakan bahasa yang benar dan teliti. Jangan karena kita


merasa lulusan S-2, S-3, atau bahkan guru besar, lalu
mengabaikan pemakaian bahasa Indonesia (EYD).
Penggunaan bahasa yang benar amat penting karena itu
sebenarnya juga memperlihatkan kualitas pikiran kita. Ide
besar dan bernas tetapi abai dalam penggunaan bahasa
Indonesia yang benar, akan membuat si editor bisa cepat
bertambah minus matanya. Dan agar tak terjadi seperti itu,
maka dia akan cepat-cepat memasukkan tulisan Anda ke
folder “tak layak muat”. Ingat, dalam menulis, bahasa adalah
alat kerja kita.
Bagaimana Menulis Opini?

10. Jangan cepat menyerah. Setelah semua sudah Anda


penuhi dan lakukan, kirimlah tulisan ke media yang Anda
anggap sesuai dengan tulisan itu. Sekali dua tak dimuat,
jangan menyerah. Kalau bisa, dengan bahasa yang santun,
Anda bertanya ke editornya, apa yang harus diperbaiki dari
tulisan Anda. Diskusi seperti ini penting, tetapi jangan
melakukan intervensi. Jika berpuluh-puluh kali tulisan
Anda ditolak editor hampir semua media, maka sebaiknya
Anda menjadi pengusaha saja. Mungkin dunia menulis
memang bukan tempat terbaik Anda...
Mari Kita Mencoba...

Anda mungkin juga menyukai