Sekretaris Dewan Kehormatan Daerah PWI Riau Redaktur Pelaksana Riau Pos Apa Itu Opini?
Secara sederhana, opini adalah produk pers non-
jurnalistik, yang di dalamnya berisi pendapat, gagasan, argumentasi, padangan, dll, yang bertujuan untuk menjelaskan atau mempengaruhi publik tentang hal yang disampaikan oleh penulisnya. Apa Saja Jenis/Bentuk Opini?
Yang masuk dalam jenis/bentuk opini antara lain
adalah Karya Ilmiah Populer, Tajuk Rencana/Editorial, Kolom, dan Surat Pembaca. Karya Ilmiah Populer
Karya Ilmiah Populer adalah jenis
tulisan/karangan yang dibuat dengan kaidah- kaidah penulisan karya ilmiah yang dikembangan pada kalangan akademisi. Isinya berupa persoalan-persoalan yang didekati dengan teori- teori dan penerapan secara sederhana. Biasanya kalangan perguruan tinggi/akademisi yang menulis tulisan jenis ini untuk media massa. Tajuk Rencana/Editorial
Lain media, lain penyebutannya. Ada yang menyebutnya
Tajuk, Tajuk Rencana, atau Editorial. Tajuk adalah opini/pandangan sebuah media atas persoalan yang berkembang. Meskipun ditulis oleh seseorang, tetapi ketika disiarkan, dia mewakili media itu sebagai sebuah lembaga. Biasanya, penulis Tajuk adalah wartawan-wartawan senior yang memiliki wawasan dan kecakapan lebih dari wartawan yang lainnya, dengan tingkat kehati-hatian dan kematangan yang tinggi. Kolom
Kolom adalah jenis tulisan yang dibuat dengan nilai dan
citarasa tinggi dengan gaya bahasa antara penulis satu dengan penulis lainnya memiliki perbedaan yang khas. Isi dari kolom sangat beragam, dan ditulis oleh wartawan atau pakar yang memang cakap di bidangnya. Biasanya media massa memilih seorang penulis kolom selain kemampuan menulisnya yang baik dan khas, juga karena kepakarannya pada masalah-masalah yang spesifik. Surat Pembaca
Surat Pembaca atau sejenisnya (belakangan bisa
berbentuk SMS, Twitter atau Facebook) adalah opini pendek, pendapat, keluh-kesah, atau curhat masyarakat kepada media massa. Ini adalah bentuk lain dari jurnalisme warga (citizen journalism) yang bersifat interaktif. Dari rubrik interaktif ini, kadang media massa bisa mengembangkannya menjadi liputan yang menarik, atau hanya akan menjadi curhat dan keluh- kesah pembaca saja. Bagaimana Menulis Opini?
Secara umum, kecuali Surat Pembaca, dasar
penulisan jenis Opini ini hampir sama, hanya penekanan penekanannya yang berbeda. 1. Robert Stanton, salah seorang pakar penulisan fiksi dan nonfiksi menjelaskan, fokus pada bidang tertentu adalah hal paling penting dalam sebuah penulisan. Fokus memungkinkan bahasan yang kita sampaikan menjadi spesifik dan spesial. Bagaimana Menulis Opini?
2. Batasi masalah. Dalam sebuah karya opini, pembatasan
masalah sangat penting. Jangan memasukkan banyak masalah yang akan membuat pembahasan kita bercabang dan melebar. Misalnya fokus kita tentang kenaikan upah minimum pekerja, maka masalah yang kita bahas misalnya pada dampak jika upah minimum itu tetap atau naik. Kadang, antara fokus dan pembatasan masalah adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Bagaimana Menulis Opini?
3. Masalah yang dibahas aktual. Pilihan ini lebih pada
media yang akan kita gunakan untuk menyiarkan tulisan kita. Media massa cenderung mengikuti peristiwa terkini yang amat cepat. Jika yang sedang hangat menjadi pembicaraan adalah masalah kenaikan upah minimum pekerja, misalnya, jangan menulis tentang persiapan menjelang Hari Raya Haji, itu sama saja menjauhkan Jaka Sembung dengan Barry Prima. Bagaimana Menulis Opini?
4. Pendekatan dan Teori. Gunakan pendekatan dan
teori ilmiah sesuai porsinya dan jangan terlalu njlimet dan berlebihan karena itu akan membosankan sebagian orang. Bagi pembaca akademisi, mungkin akan menarik dan nyambung, tetapi bagi masyarakat awam mereka akan bete. Kita harus memahami, media massa dibaca oleh semua lapisan masyarakat. Ini berbeda misalnya jika kita menulis untuk jurnal ilmiah. Bagaimana Menulis Opini?
5. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami. Bahasa akademis yang kaku dan terlalu banyak memakai istilah asing, akan menyulitkan pembaca awam. Jika ada padanan dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami, untuk apa menggunakan istilah asing. Jangan terjebak dengan tren atau sok keren, karena itu malah akan menjauhkan tulisan Anda dengan pembaca Anda. Bagaimana Menulis Opini?
6. Beri solusi atau jalan keluar, bukan malah
merumitkan. Solusi yang dimaksud harus sesuai dengan standar logika umum dengan spesifik logika milik kita yang masuk akal. Jika solusi yang kita tawarkan berada di awang-awang, jangankan pembaca umum, si editor mungkin akan cepat-cepat menjauhkan naskah Anda dari komputernya dengan menekan tombol del. Bagaimana Menulis Opini?
7. Boleh kelihatan pintar, tapi jangan sok pintar. Banyak
mahasiswa yang baru belajar menulis opini, dengan mengutip pendapat sana-sini, ingin menjelaskan bahwa dia pintar dan cakap pada masalah yang ia tulis. Padahal, dengan terlalu banyak mengutip pendapat orang, pendapat kita malah tak kelihatan. Pembaca akan cepat tahu siapa dan seberapa kemampuan kita, dan sebelum sampai ke mereka, editorlah yang akan lebih dulu tahu bahwa Anda hanya cakap mengutip pendapat orang. Bagaimana Menulis Opini?
8. Jangan terlalu panjang dan bertele-tele. Sebelum Anda
menulis, harus dipahami dulu, akan kita kirim ke media mana tulisan kita. Pahami dan amati kecenderungan tulisan yang dimuat termasuk berapa panjang tulisan yang dimuat itu. Seorang penulis yang baik adalah bisa mengaplikasikan pikirannya pada ruang yang pendek dan kecil sesuai space yang disediakan media tersebut. Jika tulisan Anda kepanjangan atau terkesan dipanjang- panjangkan, maka kemungkinan besar tulisan Anda akan dikembalikan dengan note: “Maaf, kami tak cukup punya space untuk tulisan Anda...” Bagaimana Menulis Opini?
9. Gunakan bahasa yang benar dan teliti. Jangan karena kita
merasa lulusan S-2, S-3, atau bahkan guru besar, lalu mengabaikan pemakaian bahasa Indonesia (EYD). Penggunaan bahasa yang benar amat penting karena itu sebenarnya juga memperlihatkan kualitas pikiran kita. Ide besar dan bernas tetapi abai dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar, akan membuat si editor bisa cepat bertambah minus matanya. Dan agar tak terjadi seperti itu, maka dia akan cepat-cepat memasukkan tulisan Anda ke folder “tak layak muat”. Ingat, dalam menulis, bahasa adalah alat kerja kita. Bagaimana Menulis Opini?
10. Jangan cepat menyerah. Setelah semua sudah Anda
penuhi dan lakukan, kirimlah tulisan ke media yang Anda anggap sesuai dengan tulisan itu. Sekali dua tak dimuat, jangan menyerah. Kalau bisa, dengan bahasa yang santun, Anda bertanya ke editornya, apa yang harus diperbaiki dari tulisan Anda. Diskusi seperti ini penting, tetapi jangan melakukan intervensi. Jika berpuluh-puluh kali tulisan Anda ditolak editor hampir semua media, maka sebaiknya Anda menjadi pengusaha saja. Mungkin dunia menulis memang bukan tempat terbaik Anda... Mari Kita Mencoba...