Anda di halaman 1dari 92

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 8
JAKARTA

(Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUHAMMAD ASHIP
NIM: 107011000881

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 8
JAKARTA

(Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUHAMMAD ASHIP
NIM: 107011000881

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pror. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor, MA.


19470902 196712 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan

untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada jenjang

Strata Satu (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya,

dan atau merupakan jiplakan karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2014

Muhammad Aship
ABSTRAK

Muhammad Aship (107011000881). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif


Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D
di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).Universitas Islam Negeri Sayarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar siswa


dalam pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakartatahun pelajaran
2013/2014 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
korelasional. Data penelitian diperoleh melalui angket, observasi, dan kajian
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah
analisis deskriptif kuantitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi
sumber data.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta tahun pelajaran
2013/2014.Ini dibuktikan dari hasil observasi (angket) yang menunjukkan bahwa
penerapan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama Islam
pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta sudah baik atau mendekati sangat
baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju
yaitu sebanyak 256 (42,67%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak
236 (39,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 90
(15,00%), dan jawaban responden sangat tidak setuju adalah sebanyak 18
(3,00%). Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 Jakarta adalah
sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah
jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 263 (43,83%), jawaban
responden yang setuju adalah sebanyak 248 (41,33%), jawaban responden yang
tidak setuju adalah sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban responden yang sangat
tidak setuju adalah sebanyak 8 (1,33%). Penerapan metode kooperatif Jigsaw
berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Agama Islam pada
siswa kelas VIII D di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Hal ini berdasarkan
pada nilai t-hitung sebesar 5,374 > t-tabel sebesar 1,333 dan nilai probabilitas
(Sig) < α = 0,05. Besarnya kontribusi (pengaruh) penerapan metode jigsaw
terhadap motivasi belajar adalah 0,508 (50,8%).

Kata kunci: Metode pembelajaran kooperatif jigsaw, motivasi belajar.

i
ABSTRACT

Muhammad Aship (107011000881). The Application of Learning Method


Cooperative Type of Jigsaw to Increase Students’ Learning Motivation in PAI
Lesson in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Research Study at the Students VIII D
Grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Thesis, Department of Islamic
Education. Faculty of Tarbiya and Teaching (FITK). State Islamic University
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to improve students' motivation in learning


PAI in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta in academic year 2013/2014 by using
learning method cooperative type of jigsaw.
The methodology that was used in this research was research methodology
of correlational. The data were obtained through questionnaires, observation, and
study the documentations. The data analysis techniques used in the study is
quantitative descriptive analysis. The validity of the data using a data source
triangulation techniques.
The conclusion from this study is that the application of learning method
cooperative type of jigsaw can increase students' motivation in subject of PAI in
SMP Muhammadiyah Jakarta 8 in academic year 2013/2014. This is evidenced
from the observation that indicates that the application of learning method
cooperative type of jigsaw in teaching and learning in Islamic studies at SMP
Muhammadiyah 8 Jakarta is good or very good approach. It is based on the
frequency of the number of respondents who strongly agree that as many as 256
(42.67%), respondents who agree are as many as 236 (39.33%), respondents who
do not agree are as many as 90 (15.00%), and respondents who strongly disagree
are as many as 18 (3.00%). Students’ learning motivation in SMP
Muhammadiyah 8 Jakarta is already good or approaching very good. It is based on
the frequency of the number of respondents who strongly agree are as many as
263 (43.83%), respondents who agree are as many as 248 (41.33%), respondents
who do not agree are as many as 81 (13.50%), and respondents who strongly
disagree are as many as 8 (1.33%). The application of learning method
cooperative type of jigsaw has positif effect and significant on motivation to learn
Islamic study at the students VIII D grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. It is
based on the percentage of 5,374 t count> t-table is 1.333 and the probability
value (Sig) <α = 0.05. The amount of the contribution (influence) the application
of the Jigsaw method on learning motivation is 0.508 (50.8%).

Keywords: Jigsaw cooperative learning method, learning motivation.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji hanyalah milik Allah swt. Rabb


Semesta Alam semata, yang karena taufiq dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini meski harus melalui berbagai hambatan dan rintangan,
hingga berjuang pada penyelesaian masa study yang cukup lama. Shalawat
teriring salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada manusia agung,
Muhammad al-Musthafa, yang warisan-warisannya senantiasa menjadi bahan
kontemplasi dan rujukan di tengah kegelapan alam pikiran manusia dalam dunia
yang semakin renta.
Dalam penyelesaian skripsi ini tak terhitung banyaknya lantunan do’a,
motivasi, dukungan dan uluran tangan yang diretima oleh penulis. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
berbagai pihak sehingga penulis mampu menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih kepada Seluruh staf perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu penulis dan mengerti keadaan
penulis ketika terlambat mengembalikan buku pinjaman. Juga seluruh staf
perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk meminjamkan buku-bukunya.
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada : ( Ibu Nurlena Rifa’I,
MA.,Ph.D. selaku ketua Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ), Drs.
Sapiudin, M.Ag. Selaku dosen Penasehat Akademik, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi'i
Noor selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. H. Abdul Majid Khon, MA. Selaku
ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Ibu Marhkamah, MA. selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bpk. Faza, selaku staf administrasi
Jurusan Pendidikan Agama Islam dan seluruh Dosen Penguji Skripsi pada Sidang
Munaqosah, serta penulis sampaikan pula kepada seluruh Pengelola dan Staf
Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan juga Staf Akademik Pusat
yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi. Ucapan

iii
terimaksih juga penulis sampaikan kepada kepala sekolah dan guru serta siswa
SMP Muhammadiyah 8 Jakarta, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian dalam skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang se-tulus-tulusnya juga penulis sampaikan
kepada Ayahanda tercinta, Almarhum Almaghfurlah Bpk. Amin Mundzir, yang
nasihat-nasihat dan pesan-pesanya senantiasa penulis ingat, semangat dan
perjuangan yang tak pernah padam hingga akhir hayat beliau, yang menjadi
motivasi terdalam bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini demi mewujudkan
cita-cita dan harapan yang sempat beliau sampaikan sebelum kepergiannya, serta
untuk melanjutkan perjuangan beliau. Semoga Allah senantiasa menaunginya
dengan Rahmat dan Cinta-Nya. Aamiinn… Juga untuk Ibunda tercinta, Ibu
Fatimah, terima kasih atas curahan do'a, kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan
perhatian yang diberikan sejak penulis kecil hingga saat ini. Semoga Allah
senantiasa menjaganya dengan Kasih dan Sayang-Nya. Serta untuk keduanya-lah
skripsi ini penulis persembahkan. Serta untuk kakak-kakakku tercinta, kang udin,
kang mimin, kang ipah dan untuk adik-adikku tercinta, Ma’mun, Nur’aini dan
Zubaedah yang telah mencurahkan perhatian, kasih saying, keikhlasan do’a yang
tiada henti untuk penulis.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Guru
kami yang terhormat Bpk. H. Bachron Fathin M.A “ dan " Bpk. Subchi Ahmad
Fikri, MA., yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan taushiah-taushiah
sepirit ke-Agama-an kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda H. Azhar Fuady Azuddin
dan Bunda Faizah yang juga telah banyak meng-infaq-kan morilnya maupun
materilnya. Penulis sampaikan juga terima kasih kepada bunda Hj. Radi’ah Salim,
Hj. Retno Bambang Sumantri, Hj. Rosmawati Redha, H, Setidarma kanani selaku
Pengurus dan pengasuh anak-anak yatim Majlis ta’lim Yayasan Istiqomah Tanah
Kusir, Yang juga telah banyak membantu penulis, semoga Allah swt. Senantiasa
memberikan balasan yang se-baik-baiknya kepada mereka semua. serta Selalu
diberikan keberkahan, keselamatan, dan kebahagiaan, Dunia-Akhirat.
Aamiiinnn…

iv
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sahabat-Sahabatku,
santriwan dan santriwati serta Pengurus Mushalla Ar-Ridho Sawah Baru Ciputat
dan Pengurus Masjid Istiqomah Tanah Kusir yan telah membantu penulis dam
memotivasi penulis serta mengajarkan tentang indahnya kebersamaan.
Kemudian penulis sampaikan pula terima kasih banyak kepada Istriku
tercinta adinda Fatimatuzzahro, yang senantiasa setia mendampingi penulis
dalam suka-maupun duka pada perjuangan ini, serta kesabaran yang begitu besar,
juga lantunan do’a dan perhatiannya yang tak kenal lelah yang selalu mengiringi
penulis dalam menyelesaikan skripsi. penulis sampaikan pula kepada sahabat-
sahabat PAI, khususnya angkatan 2007, yang sama-sama dalam perjuangan keras
pada penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kalian berhasil, dan dapat berjumpa
kembali dalam dunia masa depan yang baik dan cemerlang. Aamiin..

Jakarta, 24 Juli 2014

Penulis

v
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 5

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ........................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................. 8

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw ...................... 10

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ..... 12

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ................. 12

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . 13

f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif .... 15

vi
2. Motivasi Belajar Siswa

a. Pengertian Motivasi .......................................................... 16

b. Fungsi dan Peranan Motivasi ............................................ 18

c. Macam-macam Motivasi ................................................... 19

d. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar ......................... 22

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................ 23

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ...................................... 24

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................... 25

B. Kerangka Berfikir ............................................................................ 26

C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 29

B. Subjek Penelitian ............................................................................. 29

C. Metode Penelitian ............................................................................ 30

D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 30

E. Sumber Data dan Penelitian ............................................................ 33

F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 34

G. Teknik Validitas Data ...................................................................... 35

H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP Muhammadiyah 8 Jakarta

1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ................ 40

vii
2. Tujuan, Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ........... 41

3. Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ............... 41

B. Uji Validitas dan Reabilitas.............................................................. 42

C. Deskiptif data penelitian................................................................... 46

D. Deskriptif Jawaban Responden ........................................................ 50

E. Deskriptif Total Skor ........................................................................ 55

F. Uji Prasyarat Data ............................................................................ 55

1. Uji Normalitas Data .................................................................. 56

2. Uji Linieritas Data ..................................................................... 56

3. Analisa Data dan Interpretasi .................................................... 57

4. Uji Hipotesis ............................................................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 60

B. Saran ................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uji Validitas Variabel Metode Jigsaw ........................................ 43

Tabel 2. Reliabilitas Metode Jigsaw .......................................................... 44

Tabel 3. Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ...................................... 45

Tabel 4. Reliabilitas Motivasi Belajar ...................................................... 46

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw ................................... 47

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ................................ 49

Tabel 7. Deskriptif Jawaban Metode Jigsaw ............................................. 51

Tabel 8. Deskriptif Jawaban Motivasi Belajar ......................................... 53

Tabel 9. Deskriptif Totak Skor Variabel Metode Jigsaw, dan Motivasi


Belajar ......................................................................................... 55

Tabel 10. UjiNormalitas Data Lilifors Kolmogorov-Smirnov .................... 56

Tabel 11. Uji Linieritas ................................................................................ 56

Tabel 12. Uji Model Summary ................................................................... 57

Tabel 13. Uji T (Uji Coefficients) .............................................................. 58

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Menurut Trianto, “Perubahan dan
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan”.1 Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Pada hakikatnya, pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah
merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis
oleh pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mengembangkan kepribadian,
kecerdasan, dan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih maju guna

1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.1
2
Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003) h. 5-6.

1
2

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap dan mampu
bersaing dalam menghadapi era globalisasi.
Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan
sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bertindak
melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin
disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi
pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.
Salah satu mata pelajaran khusus yang diberikan kepada siswa adalah
Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan
dalam pembentukan akhlak dan pribadi siswa. Pendidikan Agama Islam secara
umum dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam. Sehingga
menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada umumnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode
konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam,
dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan belajar mengajar masih monoton dan
kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu akan menyebabkan
menurunnya motivasi belajar siswa dan kurangnya pemahaman siswa pada mata
pelajaran PAI. Berdasarkan penelitian, permasalahan tersebut tidak jauh berbeda
terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Perhatian siswa yang rendah terhadap
mata pelajaran PAI disebabkan karena tidak adanya peningkatan motivasi belajar
siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahliannya sebagai guru didepan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah
menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat
menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan
ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik,
melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri
3

yang berbicara, sedangkan mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan


dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Oleh
karena itu, guru perlu menguasai model pembelajaran.
Perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan
berbagai cara antara lain: perbaikan model pembelajaran, penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan pra sarana, memberi
motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan orang tua agar memberi
motivasi belajar dirumah.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Rusman, “Model
pembelajaran ini bisa melatih siswa aktif. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk salin berinteraksi”.3
Penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi
semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja sama, mempunyai
rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Menurut Artzt &
Newman, sebagaimana dikutip Trianto, "menyatakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-
tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama".4
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Model
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Beberapa alasan lain yang menyebabkan model
jigsaw perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak adanya
persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan
masalah dalam mengatasi cara pikir yang berbeda. Siswa dalam kelompok
bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu
mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak
hanya mengharapkan bantuan guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan
3
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), hal.203
4
Trianto, Op. Cit., h.56
4

akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan
dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan
teacher center.
Dengan adanya faktor kesamaan tersebut, maka dalam pencapaian
keberhasilan siswa dapat pula dikombinasikan antara model pembelajaran jigsaw
dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Yang diharapakan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PAI.
Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis adalah sangat penting dalam
proses kegiatan belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Sardiman
yang mengatakan bahwa seseorang itu akan mendapat hasil yang diinginkan
dalam belajar bila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.5 Ini berarti
bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan siswa untuk mencapai
hasil yang optimal. Sebaliknya rendahnya motivasi siswa dalam belajar maka
akan rendah pula hasil yang dicapai.
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian
prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena adanya motivasi dalam
dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang
optimal. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 11 :

          


       

               
      

    


Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dalam ayat lain juga Allah berfirman :

5
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), h.40
5

  


  
   
      

      


       
 

                
   

     


        
    
Artinya :(2). apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan
kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
(3). dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu. (Q.S. At-Thalaq : 2-3)6

Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari
oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang
baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai: “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP
MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran pada mata pelajaran PAI.
2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa pada mata pelajaran PAI.

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
Al-Qur’an, 1984).
6

3. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI masih rendah.


4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum
optimal.
5. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil yang bertanggunga jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya.
2. Motivasi belajar
Yang dimaksud motivasi belajar di sini adalah adanya dorongan baik
internal maupun eksternal pada siswa kelas VIII D untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil,
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita
masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka pokok
perumusan masalah yang ingin penulis kemukakan yaitu:
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata
Pelajaran Agama Islam di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran
Lama-Jakarta Selatan?
2. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar
siswa kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan?
7

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta
pada mata pelajaran PAI.
b. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata
pelajaran PAI.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat
teoritis dan praktis.
a. Secara Teoritis
Hasil penlitian diharapakan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan
Islam.
b. Secara Praktis
1) Bagi para pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
referensi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
2) Bagi siswa
Meningkatkan motivasi serta keaktifan siswa dalam belajar
pendidikan Islam.
3) Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menggunakan metode
pembelajaran yang tepat dan efektif ketika mengajar mata pelajaran
PAI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar
bagi temannya yang lain. Lie mengatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif
dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna
jika peserta didik dapat saling mengajarkan".7 Walaupun dalam pembelajaran
kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan
teman belajar lain.
Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”.8
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi
yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
7
Made, Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009) Cet. II, h.189
8
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011) h.202

8
9

guru (multi way traffic comunication). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut


adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.
Selama belajar secara kooperatif siswa diajarkan keterampilan-
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada
teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.
Menurut Eggen and Kauchak, "Pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama".9
Pembelajaran kooperatif ini disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan
siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan
sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Diatas telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah
siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar
temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Johnson & Johnson, seperti
yang dikutip oleh Richard M. Felder dan Rebecca Brent didalam bukunya
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, memberikan gambaran lebih rinci
dengan menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).
h.58
10

melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan
bersama, dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur dan prinsip-prinsip
berikut :
1) Saling ketergantugan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama
satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran;
2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab
untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh
materi pembelajaran;
3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan
mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara
interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan,
dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan
(motivasi) satu sama lain;
4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan di bantu
untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik;
5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara
periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta
mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat
berfungsi lebih efektif. 10

b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw


Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model
kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif
yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab
terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau
tiga orang. Di dalam kelompok inilah siswa yang menjadi “ahli” dalam subtopik
yang akan bertanggung jawab untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya
agar dapat menguasai materi yang diberikan guru.
Hisyam Zaini dkk. Menyatakan bahwa “Tipe pembelajaran jigsaw
merupakan tipe yang menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

10
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung: Rosda Karya, 2012), h.166
11

apalagi materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada
tipe ini seluruh siswa dilibatkan dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
siswa yang lainnya”.11 Dengan kegiatan siswa mengajari siswa maka kondisi
seperti ini dapat memotivasi siswa lain untuk mengungkapkan gagasannya serta
bertukar pendapat. Adanya pencapaian tujuan bersama juga mendorong siswa
saling membantu setiap anggota dalam kelompoknya agar dapat mencapai
penguasaan materi.
Jhonson and Jhonson, seperti dikutip dalam bukunya Rusman, Model-
model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, melakukan
penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya
menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif
terhadap perekembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:
1) Meningkatkan hasil belajar;
2) Meningkatkan daya ingat;
3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tigkat tinggi;
4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu);
5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;
6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;
8) Meningkatkan harga diri anak;
9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 12

Kegiatan yang dilakukan dalam metode jigsaw adalah sebagai berikut:


1) Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperolah
topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari
permasalahan tersebut.
2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan
yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok
ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.
3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. 13

11
Hisyam Zainin, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),
h.56
12
Rusman, Op. Cit., h.219
13
Ibid.
12

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok. Di setiap kelompoknya bersifat
heterogen dimana kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan
akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda.
Salah satu ciri yang membedakan dari metode-metode pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran model jigsaw yang dikenal juga dengan kooperatif
para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang
berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan
dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut tim ahli
yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil
pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota
kelompoknya. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif ini menandakan bahwa
pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa, karena
pada pembelajaran ini siswa tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri
tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa juga dapat
berpartisipasi secara aktif serta saling terkait satu sama lain di dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif juga dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran
kooperatif di dorong dan di kehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas
bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran kooperatif


Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan
kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik
kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas
pemebelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar
13

peserta dapat saling membelajarkan melalui bertukar pikiran, pengalaman,


maupun gagasan-gagasan.
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok
dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan
ini amat penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana sebagian besar
orang dewasa banyak melakukan pekerjaan di dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragam.
Adapun menurut Warsono dan Hariyanto, keuntungan atau manfaat
bersama yang di dapat dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Saling memperoleh hasil usaha orang lain (suksesmu menguntungkan aku dan
suksesku menguntungkan kamu);
2) Kesadaran bahwa semua anggota kelompok akan saling berbagi manfaat yang
sama (kita semua berenang atau tenggelam bersama di sini);
3) Merasa bangga dan mau bergabung untuk merayakan keberhasilan semua
anggota kelompok. 14

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Menurut Priyanto, seperti yang telah dikutip oleh Made Wena, dalam
penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang harus
dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:15
1) Pembentukan Kelompok Asal
Setiap kelompok asal terdiri dari 4-6 orang anggota dengan kemampuan
yang heterogen.
2) Pembelajaran pada Kelomok Asal
Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang
akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas
secara individual.

14
Warsono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 166
15
Made Wena, Op. Cit., h. 194
14

3) Pembentukan Kelompok Ahli


Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya
untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing
masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung
membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
4) Diskusi Kelompok Ahli
Anggota kelompok ahli mengajarkan tugas dan saling berdiskusi tentang
masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota
kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa
yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang
menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
5) Diskusi Kelompok Asal (Induk)
Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing.
Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab
pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya
kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir
sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.
6) Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli.
Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
7) Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang di peroleh masing- masing
anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai
kelompok.
8) Pemberian Penghargaan Kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan
penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Berikut adalah ilustrasi penjelasan jigsaw:

Gambar kelas model Jigsaw


15

f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


1) Keunggulan
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran
diantaranya:
a) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
e) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga
diri, hubungan interpersoanal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa
dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.

2) Kelemahan
Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan, di antaranya:
a) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajran kooperatif
memang butuh waktu. Sangat tidak rasioanl kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
Untuk siswa yang di anggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam
kelompok.
b) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka
16

di bandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar
yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah
tercapai oleh siswa.
c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan
kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu
siswa.
d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan
hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali
penerapan strategi ini.
e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu,
idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan
pekerjaan yang mudah. 16

2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang
belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah
memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam
kehidupan sehari-sehari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan
melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak
bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab
yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.17

16
Wina, Op. Cit., h.249
17
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 139
17

Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi.


Silverstone menganggap motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi,
karena itu W.S. winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi
intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja.18 Sebab motif-motif itu tidak selamanya
aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan
untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata “motif”, diartikan
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif.19 Oleh karena itu, motif-motif menjadi aktif pada saat tertentu saja,
dan bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.
Mc. Donald mengatakan bahwa, "Motivation is a energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions".
(Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan).20 Yakni
sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata berupa
kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya,
maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya. Dan
motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan.21
Menurut M. Ustman Najati, "Motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku

18
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), h.129
19
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007). h. 73
20
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148
21
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 101
18

serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu".22 Sedangkan, menurut Prof. Dr.


Oemar Hamalik yang di kutip dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.23
Dari paparan berbagai definisi para ahli, dapat dipahami bahwa motivasi
adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah laku, daya gerak, aktivitas
seseorang yang menuntut atau mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya.
Seseorang yang mempunyai tujuan dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai
motivasi untuk mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka
semakin besar peluang untuk mencapai tujuan.

b. Fungsi dan Peranan Motivasi


Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi
berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-prinsip dalam tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan
dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar
seperti dalam uraian berikut.
1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar
Seseorang yang hanya berminat untuk belajar tapi belum sampai pada tataran
motivasi dan belum menunjukkan aktivitas nyata, maka tidak akan ada
kegiatan belajar. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat
merupakan potensi psikologi yang dapat di manfaatkan untuk menggali
motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan
melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena
itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar seseorang.
2) Motivasi Instrinsik Lebih Utama dari pada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar
Efek yang diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah
kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar
dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan
dan mudah terpengaruh. Oleh karen itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam
belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit
terpengaruh dari luar serta semangat belajarnya sangat kuat.
22
Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
Jakarta: Kencana, 2009. h. 183
23
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h.158
19

3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman


Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Memuji orang lain
berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan
memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi
kerjanya. Tetapi pujian yang dikatakan itu tidak asal mengatakan, harus pada
tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.
4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar
Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin
dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya
sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik
merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Semuanya
dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar.
5) Motivasi Dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar
bukan pekerjaan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini,
tetapi juga di hari-hari mendatang.
6) Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar
Dari berbagai hasil penelitian selau menyimpulkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan
indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. 24

Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan


dan memepengaruhi serta mengubah kelakuan. Adapun fungsi motivasi menurut
Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya, antara lain :25
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka
tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan.

c. Macam-macam Motivasi
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu bermacam-macam. Beberapa
pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut.
Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological
drive dan social motives. Physiological drive ialah dorongan-dorongan yang

24
Syaiful Bahri Op. Cit., h. 152
25
Oemar Hamalik, Op. Cit., h.161
20

bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang
lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall,
memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan,
kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.26
Disamping itu Frandsen, menambahkan macam-macam motif yaitu:
1) Cognitive motives
Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan
individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan
biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini
adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan intelektual.
2) Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting
kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana
sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk
ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini
seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.
3) Self-enhancement
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri
ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar
dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk
mencapai suatu prestasi.27

Selain dua tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi
menjadi dua, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri
tanpa di rangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah
ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk di baca.
2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi datang karena adanya perangsangan dari
luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.28
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari
luar dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit untuk

26
Abdul Rahman, Op. Cit., h. 192
27
Sadirman, Op. Cit., h. 87.
28
Abdul Rahman, Op. Cit., h. 194
21

melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Sebaliknya seseorang yang memiliki


motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan tersebut
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa kini dan
mendatang.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak
baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau
belajar. Berbagai macam cara dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar.
Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak
didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai
bentuknya.29
Abraham Maslow, mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia
memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang
hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu
peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada
peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
Aktualisasi diri
Penghargaan
Sosial
Keamanan

Faali

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang
lain, diterima, memiliki)

29
Syaiful Bahri, Op. Cit., h.151
22

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan


mendapatkan dukungan serta pengakuan)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan
kepuasan diri dan menyadari potensinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi
akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah
dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh
subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari
makan, perlindungan, dan rasa aman.

d. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Menurut De Decee dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar
yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar
anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan
harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik
ke arah yang menunjang tercapainya tujan pengajaran.30
1) Menggairahkan Anak Didik
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha
menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu
memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu
dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik
dalam belajar, yaitu dengan memberi kebebasan tertentu untuk
berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar.
2) Memberikan Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan
memodifikasi harapan-harapan yang kurng tau tidak realistis. Untuk
itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu.
Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan
yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimistis.

30
Ibid. h. 169
23

3) Memberikan Insentif
Bila anak didik mendapat keberhasilan, guru diharapkan memberikan
hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan
sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong
untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan
pengajaran.
4) Mengarahkan Perilaku Anak Didik
Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Anak didik yang
diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan
sebagainya harus di beri teguran secara arif dan bijaksana.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat
anak didik adalah sebagai berikut:
a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani,
jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini kan menimbulkan
keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan kepuasan.
b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya
didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki.
c) Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang
tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, akan merasa putus asa.
d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.31

1. Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadis, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Menurut Tayar Yusuf, mengartikan "Pendidikan Agama Islam sebagai
usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan pada generasi muda agar kelak menjadi manusia
muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian
yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupannya", sedangkan menurut A. Tafsir, "Pendidikan agama Islam adalah

31
Zakiah Daradjat, Op. Cit., h.143
24

bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang


secara maksimal sesuai ajaran Islam".32 Lalu menurut Imam Bawani menyatakan
bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-
hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.33
Tohirin dalam bukunya, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam,
bahwa mengenai pendidikan agama Islam dapat dipahami, sebagai berikut:
1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup (way of life).
2) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar
ajaran Islam.
3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-
ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan jaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat
Islam dan tidak ddidasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem
pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. 34

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam


Menurut Majid, pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut:35
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
32
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), h.11
33
Tohirin, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006), h.9
34
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.121
35
Abdul Majid, Op. Cit., h.15
25

keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut


dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar
keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan
sehari-sehari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama
Islam adalah untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama
Islam kepada anak didik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaanny serta
menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan anak didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.36

36
Ibid. h.16
26

Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan


pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.37
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam
membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian,
moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi
sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai nilai-nilai keagamaan
dan kehidupan.

B. Kerangka Berfikir
Pada dasarnya, guru adalah seorang motivator bagi para siswanya dalam
melakukan proses kegiatan belajar – mengajar, guru sebagai seorang pemimpin
melakukan dua usaha utama: (1) memperkokoh motivasi siswa. (2) memilih
strategi yang tepat.
Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) Motivasi intrinsik yang
mengacu kepada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dari tugas itu sendiri
maupun pada diri siswa. Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas
dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah
pengetahuan dan untuk menjelajah pengetahuan merupakan faktor intrinsik semua
orang. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu mengacu kepada faktor-faktor dari luar dan
ditetapkan pada tugas atau pada diri siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi
ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.
Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang tepat akan
membawa prestasi belajar siswa yang maksimal. Pemilihan metode mengajar ini
harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan juga standar

37
Undang-undang Sisdiknas, Loc. Cit.
27

kompetensi yang disampaikan, selain memperhatikan sarana dan prasaranayang


ada dan kondisi dan situasi siswa.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang erat
kaitannya dengan pembentukan karakter, sikap dan sifat siswa. Mata pelajaran ini
juga erat sekali dengan lingkungan tempat siswa beradaptasi sehingga pada
dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuan atau konsep-konsep
dasar dalam mata pelajaran ini yang diperoleh dari lingkungan dan media massa.
Dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam guru
dituntut untuk menggali konsep, pengetahuan atau informasi dasar yang telah
dimiliki oleh siswa dan memilahnya ke dalam kumpulan konsep atau pengetahuan
yang benar dan membangunnya dalam pengetahuan yang tepat untuk pembetukan
sikap dan sifat yang baik yaitu sikap siswa berdasarkan ajaran-ajaran Islam.
Dengan metode ini guru dapat menggali konsep dan pengetahuan dasar
yang telah dimiliki oleh seorang siswa dan membangunnya dalam suatu konsep
pengetahuan yang benar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model
pembelajaran kelompok. Dalam proses pembelajaran kooperatif terjadi peristiwa
pengajaran teman sebaya (peer teaching) yang cenderung lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran oleh guru. Dalam sistem pembelajaran
kooperatif siswa berkesempatan untuk bekerjasama dengan teman untuk
mengembangkan diri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator belajar sehingga
hasil belajar akan lebih bermakna mendalam bagi siswa. Pada pembelajaran
konvensional, guru yang lebih berperan aktif sebagai sumber belajar dan siswa
hanya sebagai objek pembelajaran yang cenderung bersifat pasif.
Dengan metode yang berbeda yaitu metode kooperatif tipe jigsaw dan
pembelajaran konvensional seperti terurai diatas akan membawa prestasi siswa
yang berbeda.

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai
28

berikut: “Semakin tepat penggunaan metode Jigsaw pada siswa maka akan
semakin tinggi pula motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan
hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan. Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut
adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode
Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode
Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai tempat dan


waktu penelitian, subjek penelitian, bentuk dan strategi pendidikan, sumber data
dan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, teknik analisis
data, dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta yang berlokasi
di Jl. Bendi Raya/Besar No. 42 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan.Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas VIII D, hal tersebut
dikarenakan menurut pihak sekolah dan guru kelas yang mengajar dikelas VIII D
serta hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, permasalahan pada motivasi
belajar siswa yang menurun yang menjadikan kurangnya perhatian siswa terhadap
mata pelajaran pendidikan agama Islam.

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP
Muhammadiyah 8 Jakarta Tahun ajaran 2013/2014”. Jumlah siswa dikelas
tersebut adalah 30 siswa, yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri
dengan peniliti bertindak sebagai guru kelas. Penelitian ini mengambil objek
penelitian metode pembelajara kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).

29
30

C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional,yang
bertujuan untuk melihat pengaruh atau hubungan antara dua variable.38 Yaitu
dengan cara menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian yang
berupa data dan informasi mengenai masalah pengaruh antara penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan motivasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable bebas
(Independent Variable) yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (X) dan
Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu motivasi belajar siswa (Y).
Penelitian korelasi bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variable
berpengaruh pada variable lainnya. Penelitian ini akan terlihat seberapa besar
korelasi antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Adapun sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang Disusun oleh Tim Penyusun Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2013

D. Populasi dan Sample


Agar pembahasan lebih terarah dan sistimatis sesuai dengan tujuan
penelitian, maka peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menguraikan hal-
hal yang berkaitan dengan metode penelitian ini adalah : populasi dan sampel,
instrumen pengumoulan data dan teknik analisis data.
1. Populasi
Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang populasi, terlebih dahulu
akan diuraikan batasan-batasan populasi yang dimaksud, antara lain adalah
sebagai berikut:
Menurut Donald Ary dalam bukunya Introduction to Research in
Education, mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah yang lebih

38
Nuraida & Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat:Islamic Research
Publishing, 2009), h. 132.
31

besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dan juga populasi dirumuskan sebagai
seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau obyek yang telah dirumuskan
secara jelas.39
Menurut Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa Populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian yang dilakukan baik berupa manusia, hewan, benda,
tumbuh-tumbuhan serta gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan
berkaitan dengan obyek dari suatu penelitian.40
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian. Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.41
Dalam buku Pengantar Metode Statistik II dikemukakan bahwa populasi
adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau
karakteristik yang sama.42
Jadi, yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan obyek yang
menjadi sasaran penelitian, baik itu seluruh anggota, sekelompok orang, kejadian
atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas dan memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang sama. Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian yaitu
keseluruhan siswa dengan jumlah 492 sebagai obyek penelitian yang ada di SMP
Muhammadiyah 8 Jakarta tahun ajaran 2013-3014.

2. Sampel
Sampel menurut Suharsimi Arikunto dalam Nazar Bakry yang
mengemukakan bahwa “sampel adalah sebahagian atau wakil populasi yang di

39
Donald Ary., et.all., Introduction to Research in Education, diterjemahkan oleh Arif
Furqan dengan judul Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya : Usaha Nasional, 1982),
h. 189.
40
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Cet. II. (Bandung : Tarsito, 1985),
h. 93.
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h.108.
42
Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik II, Cet. II. (Jakarta : LP3S, 1986), h. 110.
32

teliti”.43 Sedangkan Mohammad Ali mengemukakan bahwa, “Sampel adalah


sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang akan diteliti yang dianggap
mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan tehnik-
tehnik tertentu.44
Kedua penjelasan tersebut di atas, maka dengan demikian, penulis dapat
memberikan kesimpulan bahwa sampel adalah anggota bagian dari suatu populasi
yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai obyek yang diteliti
dengan mengambil sebahagian saja dari populasi yang telah ditentukan tersebut.
Peneliti menggunakan tehnik sampling. Sebab penggunaan cara tersebut
atas pertimbangan beberapa hal yaitu dengan mengacu pada pendapat Suharsimi
Arikunto yang menyatakan bahwa :
Jika peneliti mempunyai beberapa ratus atau beberapa puluh subyek dalam
suatu populasi, mereka (peneliti) dapat menentukan kurang lebih 25 sampai 30%
dari jumlah subyek tersebut. Jika jumlah subyek dalam populasi hanya meliputi
20 sampai 30 orang dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan daftar
interview atau wawancara dan sebaiknya diambil jumlah subyek secara
keseluruhan.45

Sampel dalam penulisan ini tetap akan dibatasi beberapa orang yang akan
dijadikan obyek untuk memperoleh data ini. Hal ini sesuai dengan maksud jenis
sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yang mengandung makna
bahwa seluruh populasi yang ada hanya diwakilkan atas beberapa obyek saja.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dijelaskan bahwa dari beberapa
populasi yang ada, 30 orang siswa kelas VIII D yang akan diberi angket secara
untuk memperoleh data berupa tanggapan siswa tentang penerapan Metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

43
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Cet. I. (Jakarta : Pedoman Jaya,
1995), h. 29.
44
Mohammad Ali, Penelitian Pendidikan (Prosedur dan Strtaegis), Cet. III. (Bandung :
Angkasa, 1985), h. 54.
45
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet. I. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990),
h. 125.
33

E. Sumber Data dan Penelitian


1. Jenis Data
Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif
penerapan metode Jigsaw dalam meningkat kanmotivasi belajar siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan, maka
datayang diperlukan antara lain data tentang situasi daerah penelitian yang
meliputi:
a) Letak geografis Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah
Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
b) Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah
Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
c) Struktur organisasi
d) Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah
Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
e) Keadaan siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah
Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
f) Gambar denah Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah
Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
g) Data tentang pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Sekolah
Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama –
Jakarta Selatan yang meliputi:
1) Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran Sekolah Menengah
Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta
Selatan.
2) Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8
Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
3) Sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
34

2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh.46Pada dasarnya sumber data dalam penelitian ini
penulis peroleh dari kepala sekolah, dewan guru dan wali kelas serta dokumentasi
sebagian siswa baik yang berkenaan dengan proses belajar siswa maupun data-
data lain yang penulis perlukan.

F. Teknik Pengumpulan Data


Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.Bermacam-macam tekhnik
pengumpulan data secara umum terdapat empat macam tehnik pengumpulan data,
yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.47
1. Observasi
Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian
berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan di dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam untuk mengetahui peningkatan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Di dalam kegiatan observasi ini peniliti bertindak sebagai partisipan aktif.
Dimana peneliti menempati posisi menjadi guru kelas dan berinteraksi langsung
dengan peserta didik. Sehingga dengan begitu peniliti dapat dengan mudah
mengamati dan mengetahui perkembangan afektif serta kognitif peserta didik
selama masa observasi berlangsung.
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti kemudian didiskusikan dengan
guru kelas sebelumnya. Untuk kemudian di analisis untuk mengetahui kelemahan
proses pembelajaran PAI serta mencari solusi kelemahan tersebut.

46
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
2002), h.108.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h.225
35

Dengan demikian hasil observasi atau pengamatan ini dapat dijadikan


acuan untuk melakukan siklus tindakan selanjutnya.

2. Dokumen
Peneliti melengkapi hasil penelitian observasi atau wawancara dengan
sebuah dokumen. Untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian.

3. Triangulasi
Pada teknik triangulasi ini peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif (angket), dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak.

G. Teknik Validitas Data


Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
menjalankan fungsi ukurnya. Adapun menurut Crocker dan Algina bahwa
validitas tidak sekedar mengukur apa yang seharusnya di ukur, melainkan juga
mengandung pengertian sejauh mana informasi yang diperoleh dari pengukuran
dapat diinterpretasikan sebagai tingkah laku karakteristik yang di ukur. Adapun
dilakukan tes validitas untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudah
sungguh-sungguh mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk memperoleh data yang valid, perlu dilakukan teknik-teknik uji
valditas seabagai berikut:
1. Triangulasi metode, tehnik ini digunakan untuk membandingkan data yang
telah diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan dengan data yang telah
diperoleh dari hasil wawancara.
2. Triangulasi sumber data, tehnik ini digunakan untuk menguji kebenaran data
yng diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain.
3. Refiew informan, tehnik ini dignkan untuk menanyakan informasi apakah data
yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum, dan sudah sesuai
dengan kesepakatan anatara peneliti dengan informan.
36

H. Teknik Analisis Data


Metode Analisis data adalah bagian yang terpenting dalam penelitian.Oleh
karena itu,apakah hipotesis yang telah dikemukakan penulis diatas telah sesuai
atau belum. Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran yang kemudian
diolah dan dianalisis. Dari hasil analisis dan pengolahan data inilah akan dapat
diambil kesimpulan. Data yang terkumpul untuk masing-masing variabel dibuat
tabulasi dan diolah dengan bantuan program aplikasi SPSS for WindowRelase16.
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan tiga pengujian yaitu uji
instrumen, uji prasyarat, dan uji hipotesis statistik, dengan uraian sebagai berikut:
1. Uji Validitas Butir Item Pertanyaan
Arikunto menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.Suatu instrument yang
valid (sahih) mempunyai validitas tinggi, namun sebaliknya instrument yang
kurang valid memiliki validitas rendah.Sebuah instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan.
Pengujian validitas instrument menggunakan jenis pengujian validitas
internal berdasarkan rumus korelasi Product Moment.Arikunto (2010: 213).48
Rumusnya adalah:

Keterangan:
Rxy = Koefisien korelasi variabel X dan Y
ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣXY = Jumlah kuadrat masing-masing skor X
N = Jumlah subyek keseluruhan

48
Sambas Ali MuhidindanMamanAbdurahman, AnalisaKorelasi, Regresi,
danJalurdalamPenelitian, PustakaSetia, Bandung, 2009), h.30
37

2. Uji Reliabilitas Konstruks


Menurut Arikunto, reliable artinya dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Reliabilitas menujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument
cukupdapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Jenis
pengujian reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan pengujian reabilitas
dengan rumus Alpha . Arikunto (2010: 239)

Keterangan:

3. Uji Prasyarat:
a. Uji Normalitas
Uni normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
dengan (a) Uji Kertas Peluang Normal, (b) Uji Lilifors, dan (c) Uji Chi
Kuadrat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan
metode Lilifors Kolmogorov-Smirnov.49
b. Uji Linieritas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah pola korelasi
yang terbentuk linear ataunon-linear. Pengujian linearitas hubungan
dengan menggunakan ujir2 melalui harga F untuk mengetahui kelinearan
hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan
bantuan SPSS 17 dengan taraf signifikansi 5%.

49
H.Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula, 119, 2004)
38

4. Uji Hipotesis Statistik:


a. Analisis Regresi
Langkah awal sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian adalah
dengan mencari persamaan regresilinier sederhana untuk masing-masing variable
bebas dan persamaan regresi linier ganda. Analisis regresi linier sederhana adalah
hubungan secara linear antara satu variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y),
dalam arti ada variabel yang mempengaruhi dan ada variabel yang dipengaruhi.
Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:50
Y =a+bX
Keterangan:
Y : Variabel bebas (nilai yang diprediksikan)
X : Variabel terikat
a : Konstanta (nilai Y apabilaX =0)
b : Koefisien regresi (nilai peningkatan jika bernilai positif ataupun penurunan
jika bernilai negatif)

b. Uji t
Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan Uji t.Sebagai dasar pengujian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis nilai dan hipotes isi alternatif
Ho : Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Ha : Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2) Menentukan level ofsignificanceα=0,05
Dimana T-tabel dihitung dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah variable
independen

50
H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula, 147, 2004)
39

3) Kriteria pengujian51

Gambar 3. 2. Daerah T-hitung Diterima

Ho di terima apabila T-tabel> T-hitung


Ho ditolak apabilaT-hitung> T-tabel

51
H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula, 164, 2004
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SMP Muhammadiyah 8 Jakarta


1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 8 Jakarta
SMP Muhammadiyah 8 Jakarta merupakan salah satu sekolah reguler
yang menyelenggarakan pembelajaran dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). SMP Muhammadiyah 8 mempunyai misi, visi dan bertujuan
mengidentifikasi serta mengembangkan bakat, minat, pengetahuan dan
keterampilan peserta didik untuk menjadi yang terbaik dibidang akademik
maupun non akademik.
Pada tahun 1953 – 1955 SMP Muhammadiyah berlokasi di Senayan,
dekat Pintu Sembilan (9). Mengingat Senayan akan digunakan oleh Pemerintah
untuk membangun sarana olahraga, maka sekolah dipindahkan ke gedung PU
Taman Puring (sekarang RSIA Taman Puring). Setahun kemudian dipindahkan ke
jalan Limau Kebayoran Baru. Pada tahun 1956 - 1957 sebagai uji coba SMP
dipecah menjadi dua. SMP Muhammadiyah Puteri (pagi hari) dan SMP
Muhammadiyah Putera (sore hari).
Pemisahan antara SMP Muhammadiyah puteri dan putera hanya
berlangsung 2 tahun, kemudian pada tahun 1960 terjadi pemisahan kembali yaitu
siswa yang belajar pagi menjadi siswa SMP Muhammadiyah 9 dan siswa yang

40
41

belajar siang hari menjadi siswa SMP Muhammadiyah 8. Pada masa ini sampai
dengan tahun 1980-an kedua SMP ini mencapai masa kejayaannya.
Seiring dengan perkembangan zaman para Pengurus Cabang
Muhammadiyah Kebayoran Baru dengan pertimbangan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat dan mendorong agar siswa dapat belajar pagai hari, mulai
tahun pelajaran 1994 – 1995, SMP Muhammadiyah 8 dipindahkan ke gedung baru
yang berlokasi di jalan Bendi Raya No. 42, Tanah Kusir sampai dengan saat ini.

2. Tujuan, Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta


Tujuan: membantu meletakkan dasar terbentuknya pribadi mandiri
seutuhnya dalam mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,
intelektual dan prilaku secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang Islami,
kondusif, demokratis dan kompetitif. Melalui pendekatan multiple intelegences
learning.
Visi: menjadikan sekolah yang bernuansa Islami dengan menyiapkan
peserta didik yang beriman dan bertaqwa, menguasai iptek dan mampu
mengembangkan potensi dirinya.
Misi: dengan disiplin dan pelayanan yang baik, kita tingkatkan prestasi
peserta didik. Sumber penyebarluasan pendidikan berkualitas yang dijiwai nilai-
nilai Islam.

3. Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta


Struktur kepengurusan SMP Muhammadiyah 8 Jakarta periode 2013 –
2014 adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah : Saryoto, S.Pd.
Wakil Kepala Sekolah : Rita Harpaningsih, S.Pd.
Dewan Komite : Abdul Basir
Tata Usaha : Sardias, BA
Wakil Ur. Kurikulum : Nur Aisrah, S.Pd.
Wakil Ur.Kesiswaan : Bambang Wahyu Supriyanto, S.Pd
Wakil Ur. Sarana Prasarana : Harun Syarif
42

Wakil Ur. Humas : Imron Roshidi, S.Pd


BP / BK : Kurnia Zawaly, S.Pd
H. Moch. Solichin, S.Pd
Wali Kelas VII : 1. Nurul Alipah, S.Pd
1. Budi Riva’i, S.Pd
2. Nia Roniawati, S.Kom
3. Imron Roshidi, S.Ag
4. Sri Lestari, S.Ag
5. Lena Maryana, SE
Wali Kelas VIII : 1. Yuli Astuti Asnei, S.Pd
2. Drs. Ramli Tadjudin
3. Andriyanto, S.Pd
4. Bambang Wahyu S, S.Pd
5. Mudaiyah, S.Pd
Wali Kelas IX : 1. Harun syarif
2. Nur Aisrah, S.Pd
3. Abdul Aziz Zaininurrahman, S.Pd
4. Cholis Mu’arifah, S.Pd

B. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas Item Variabel X (Metode Jigsaw)
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden
untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel,
didapat dari jumlah kasus – 2, atau 30 – 2 = 28, tingkat signifikansi 5%, maka
didapat r tabel 0,361. setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka
korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.
43

Tabel 4.1. Uji Validitas Variabel Metode Jigsaw


Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
P1 0,523 0,361 Valid
P2 0,584 0,361 Valid
P3 0,480 0,361 Valid
P4 0,471 0,361 Valid
P5 0,541 0,361 Valid
P6 0,749 0,361 Valid
P7 0,613 0,361 Valid
P8 0,606 0,361 Valid
P9 0,586 0,361 Valid
P10 0,716 0,361 Valid
P11 0,445 0,361 Valid
P12 0,648 0,361 Valid
P13 0,397 0,361 Valid
P14 0,617 0,361 Valid
P15 0,634 0,361 Valid
P16 0,624 0,361 Valid
P17 0,587 0,361 Valid
P18 0,587 0,361 Valid
P19 0,493 0,361 Valid
P20 0,480 0,361 Valid
Sumber : Output SPSS 17

Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari 20


item butir pertanyaan pada uji coba 30 responden variable Metode Jigsaw
menunjukkan bahwa terdapat 30 butir item pertanyaan adalah valid. Hal ini
karena nilai semua rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%.
44

2. Uji reliabilitas Variabel X (Metode Jigsaw)


Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah sebuah instrumen telah
dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan
yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan
mengukur koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 17. Nilai
alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika nilai
alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.2. Reliabilitas Metode Jigsaw
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.901 20

Sumber : Output SPSS 17

Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha variabel


Metode Jigsaw, adalah 0.901. Karena nilai variabel Metode Jigsaw memiliki nilai
cronbach alpha lebih dari 0.60, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk
pertanyaan dari variabel Metode Jigsaw adalah reliable.

3. Uji Validitas Item Variabel Y (Motivasi Belajar)


Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden
untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel,
didapat dari jumlah kasus – 2, atau 30 – 2 = 28, tingkat signifikansi 5%, maka
didapat r tabel 0.361. setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka
korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.
45

Tabel 4.3. Uji ValiditasVariabel Motivasi Belajar


Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
P1 0,462 0,361 Valid
P2 0,701 0,361 Valid
P3 0,663 0,361 Valid
P4 0,448 0,361 Valid
P5 0,527 0,361 Valid
P6 0,596 0,361 Valid
P7 0,610 0,361 Valid
P8 0,524 0,361 Valid
P9 0,477 0,361 Valid
P10 0,679 0,361 Valid
P11 0,529 0,361 Valid
P12 0,729 0,361 Valid
P13 0,676 0,361 Valid
P14 0,517 0,361 Valid
P15 0,397 0,361 Valid
P16 0,757 0,361 Valid
P17 0,479 0,361 Valid
P18 0,515 0,361 Valid
P19 0,550 0,361 Valid
P20 0,480 0,361 Valid
Sumber : Output SPSS 17

Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari 20


item butir pertanyaan pada uji coba 30 responden variable Metode Jigsaw
menunjukkan bahwa terdapat 30 butir item pertanyaan adalah valid. Hal
dikarenakan nilai rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%.
46

4. Uji reliabilitas Variabel Y (Motivasi Belajar)


Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah
dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan
yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan
mengukur koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 17. Nilai
alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika nilai
alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.4. Reliabilitas Motivasi Belajar
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.885 20

Sumber : Output SPSS 17

Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha variabel


Motivasi Belajar, adalah 0.885. Karena nilai variabel Motivasi Belajar memiliki
nilai cronbach alpha lebih dari 0.60, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk
pertanyaan dari variabel Motivasi Belajar adalah reliable.

C. Deskriptif Data Penelitian


Deskripsi data yang disajikan dalam penilitian ini terdiri dari variable
Metode Jigsaw (X) sebagai variable independent dan Motivasi Belajar (Y) sebagai
variable dependent. Variabel independen tersebut menentukan nilai variable
depenendent atau variable independent tersebut mempengaruhi variable
dependent. Berikut ini disajikan statistic deskriptif tentang variable X dan
variable Y.
1. Metode Jigsaw (X)

Instrumen Metode Jigsaw yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
20 item butir pertanyaan. Dari semua butir item pertanyaan adalah valid. Dari data
Metode Jigsaw memiliki rentang skor teoritik yaitu antara 20 sampai dengan 80.
47

Sesuai dengan hasil data penelitian, diperoleh data terendah 52 dan tertinggi
adalah 80. Dan berdasarkan perhitungan model Sturgess, diperoleh jumlah kelas
interval adalah 6 dan panjang interval adalah 5, dengan demikian dapat dibuat
tabel distribusi frekuensi skor metode jigsaw seperti tertera pada tabel 4.5 untuk
menentukan rentang kelas, rentang nilai, dan menyusun histogram.
Mencari skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar 80
Skor terkecil 52
28
Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar - skor terkecil
R = 80 - 52 = 28

Mencari banyaknya kelas (BK)


BK = 1 + 3,3 Log n
BK = 1 + 3,3 (1.48)
BK = 1 + 4.88
BK = 6

Mencari nilai panjang kelas (i)


I = R/BK = 28/6 = 5

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw


Frekuensi Frekuensi Frekuensi
No. Kelas Interval
Mutlak Relatif (%) Kumulatif (%)
1 52-56 7 23.33 23.33
2 57-61 6 20.00 43.33
3 62-66 7 23.33 66.67
4 67-71 4 13.33 80.00
5 72-76 1 3.33 83.33
6 77-80 5 16.67 100.00
30
Sumber : Excel 2007

Data skor di atas diperoleh berdasarkan pada pengelompokan data dalam


empat kategori, yaitu : sangat setuju, setuju, tidak setuju ,dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan tabel 4.6. di atas, menunjukkan bahwa nilai skor Motivasi Belajar
dengan frekuensi atau jumlah responden terbanyak adalah rentang interval antara
62 sampai dengan 66, yaitu sebanyak 7 responden atau (23,33%). Sedangkan
48

kedua terbanyak adalah rentang interval antara 52 sampai dengan 56, yaitu
sebanyak 7 responden atau (23,33%). Ketiga adalah rentang rentang interval
antara 57 sampai dengan 61, yaitu sebanyak 6 responden atau (20,00%). Keempat
adalah rentang interval antara 77 sampai dengan 80, yaitu sebanyak 5 responden
atau (16,67,00%). Kelima adalah rentang interval antara 67 sampai dengan 71
adalah sebanyak 4 responden atau (13,33%). Dan terakhir adalah rentang interval
antara 72 sampai dengan 76 adalah sebanyak 1 responden atau (3,33%). Jika dari
kelima terbanyak dijumlahkan diperoleh nilai sebesar 23 (76,66%), yang berarti
bahwa terdapat lebih dari separoh responden setuju jika Metode Jigsaw yang
digunakan dalam proses pembelajaran pada siswa di sekolah SMP
Muhammadiyah 8 adalah baik.

8
7
6
5
4
3
2
1
0
52-56 57-61 62-66 67-71 72-76 77-80

Gambar 4.1. Histogram Skor Metode Jigsaw

2. Motivasi Belajar (Y)


Instrumen metode jigsaw yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
20 item butir pertanyaan. Dari semua butir item pertanyaan adalah valid. Dari data
Motivasi Belajar memiliki rentang skor teoritik yaitu antara 20 sampai dengan 80.
Sesuai dengan hasil data penelitian, diperoleh data terendah 51 dan tertinggi
adalah 79. Dan berdasarkan perhitungan model Sturgess, diperoleh jumlah kelas
interval adalah 6 dan panjang interval adalah 5., dengan demikian dapat dibuat
49

tabel distribusi frekuensi skor Motivasi Belajar seperti tertera pada Tabel 4.5
untuk menentukan rentang kelas, rentang nilai, dan menyusun histogram.
Mencari skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar 79
Skor terkecil 51
28
Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar - skor terkecil
R = 79 - 48 = 31

Mencari banyaknya kelas (BK)


BK = 1 + 3,3 Log n
BK = 1 + 3,3 (1.48)
BK = 1 + 4.88
BK = 5.88

Mencari nilai panjang kelas (i)


I = R/BK = 31/6 = 5

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar


Frekuensi Frekuensi Frekuensi
No. Kelas Interval
Mutlak Relatif (%) Kumulatif (%)
1 48-52 2 6.67 6.67
2 53-57 4 13.33 20.00
3 58-62 6 20.00 40.00
4 63-67 6 20.00 60.00
5 68-72 4 13.33 73.33
6 73-79 8 26.67 100.00
30
Sumber : Excel 2007

Data skor di atas diperoleh berdasarkan pada pengelompokan data dalam


empat kategori, yaitu : sangat setuju, setuju, tidak setuju ,dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan tabel 4.5. di atas, menunjukkan bahwa nilai skor Motivasi Belajar
dengan frekuensi atau jumlah responden terbanyak adalah rentang interval antara
73 sampai dengan 79, yaitu sebanyak 8 responden atau (26,67%). Rentang
interval kedua terbanyak adalah rentang interval antara 63 sampai dengan 67,
yaitu sebanyak 6 responden atau (20,00%). Rentang interval ketiga adalah rentang
50

interval antara 58 sampai dengan 67 adalah sebanyak 6 responden atau (20,00%).


Rentang interval keempat adalah rentang interval antara 68 sampai dengan 72,
yaitu sebanyak 4 responden atau (13,33%). Rentang interval kelima adalah
rentang interval antara 53 sampai dengan 57 adalah sebanyak 4 responden atau
(13,33%). Dan terakhir adalah rentang interval antara 48 sampai dengan 52 adalah
sebanyak 2 responden atau (6,67%). Jika dari ketiga terbanyak dijumlahkan
diperoleh nilai sebesar 24 (80%), yang berarti bahwa terdapat hamper seluruhnya
responden setuju jika Motivasi Belajar yang pada siswa di sekolah SMP
Muhammadiyah 8 adalah baik.

9
8
8
7
6 6
6
5
4 4
4
3
2
2
1
0
48-52 53-57 58-62 63-67 68-72 73-79

Gambar 4.2. Histogram Skor Motivasi Belajar

D. Deskriptif Jawaban Responden


1. Metode Jigsaw (X)
Analisa deskriptif jawaban responden tentang Metode Jigsaw ini dimaksud
untuk mengetahui frkuensi nilai skor jawaban dari yang paling banyak sampai
dengan yang paling terendah di jawab oleh responden dari 20 item butir
pertanyaan tersebut.
51

Tabel 4.6. Deskriptif Jawaban Metode Jigsaw


Descriptive Statistics

Sangat
Tidak Sangat
Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan
metode jigsaw sangat menarik dan 0 3 14 13

menyenangkan.

Dengan metode jigsaw saya dan teman-teman


2 4 8 16
aktif dalam proses belajar.

Kami saling menghargai pendapat sesama


3 6 11 10
teman kelompok.

Memecahkan masalah melalui diskusi


kelompok membantu saya lebih mampu 2 9 12 7

mengenal Pendidikan Agama Islam.

Cara belajar yang telah dilakukan membuat


2 4 9 15
saya akrab dengan guru dan berani bertanya.

Belajar dengan menggunakan metode jigsaw


membuat saya semakin akrab dengan teman-
teman, sehingga saya semakin senang dan 0 3 13 14

bersemangat untuk belajar bersama teman-


teman.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu
memberikan kesempatan kepada kami untuk 0 1 13 16

bertanya.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu
memberikan jawaban yang menyenangkan
4 4 7 15
terhadap pertanyaan dan jawaban yang
diberikan murid-murid.

Belajar dengan menggunakan metode jigsaw


0 7 12 11
dapat Meningkatkan daya ingatsaya
52

Metode jigsaw dapatMeningkatkan hubungan


3 5 9 13
antarsiswa yang heterogen

Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap


0 2 10 18
siswa yang positif terhadap sekolah

Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap


1 7 13 9
siswa yang positif terhadap guru;
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
membuat saya belajar untuk memecahkan 1 7 11 11

masalah secara bersama-sama dengan teman.


Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
membuat saya lebih bertanggung jawab pada 0 8 11 11

diri saya.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
membuat saya lebih bertanggungjawab pada 0 4 14 12

teman-teman.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
0 1 14 15
dapat meningkaktkan ketrampilan berdiskusi.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
0 0 16 14
dapat meningkatkan ketrampilan bertanya.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
dapat meningkatkan kemampuan berbaha 0 4 13 13

sayang baik dalam berdiskusi.

Belajar dengan menggunakan metode jigsaw


dapat menumbuhkan rasa percaya diri saya 0 8 13 9

dalam belajar.

Belajar dengan menggunakan metode jigsaw 0 3 13 14

membuat saya tertantang untuk belajar lebih


giat lagi.

Total 18 90 236 256

Sumber : Excel 2007


53

Berdasarkan tabel deskriptif variable metode jigsaw tersebut di atas


menunjukkan bahwa dari 30 responden frekuensi jumlah jawaban yang paling
banyak adalah jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 256 (42,67%), jawaban
setuju adalah sebanyak 236 (39,33%), jawaban tidak setuju adalah sebanyak 90
(15,00%), dan jawaban paling rendah adalah sangat tidak setuju adalah sebanyak
18 (3,00%). Hal ini berarti metode jigsaw yang digunakan dalam proses belajar
mengajar pelajaran agama sudah baik atau mendekati sangat baik.

2. Motivasi Belajar (Y)


Analisa deskriptif jawaban responden tentang Motivasi Belajar ini
dimaksud untuk mengetahui frkuensi nilai skor jawaban dari yang paling banyak
sampai dengan yang paling terendah di jawab oleh responden dari 20 item butir
pertanyaan tersebut.
Tabel 4.8. Deskriptif Jawaban Motivasi Belajar
Descriptive Statistics
Sangat
Tidak Sangat
Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Hadir tepat waktu pada saat ada pelajaran
0 3 10 17
Pendidikan Agama Islam.
Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama
3 6 11 10
Islam sampai selesai.
Saya bersemangat memperhatikan guru
0 4 13 13
mengajar Pendidikan Agama Islam.
Saya mempunyai keinginan untuk
mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran 2 5 8 15
Pendidikan Agama Islam.
Saya berusaha mengerjakan tugas Pendidikan
2 5 14 9
Agama Islam dengan usaha sendiri.
Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran
0 6 13 11
Pendidikan Agama Islam.
Saya mengerjakan tugas Pendidikan Agama
0 5 11 14
Islamasal-asalan yang penting selesai.
Saya baru belajar Pendidikan Agama
0 4 12 14
Islamketika ada tugas atau ulangan.
Saya tidak pernah selesai mengikuti pelajaran
1 4 10 15
Pendidikan Agama Islam.
54

Saya puas jika mendapatkan nilai Pendidikan


0 2 14 14
Agama Islam lebih baik dari kemarin.
Saya puas mendapatkan nilai Pendidikan
0 3 13 14
Agama Islam yang rendah.
Jika saya merasa kesulitan dengan pelajaran
0 6 13 11
Pendidikan Agama Islam saya tingggalkan.
Saya tidak ingin mendapatkan nilai yang
tinggi pada pelajaran Pendidikan Agama 0 2 15 13
Islam.
Ketika guru Pendidikan Agama Islam tidak
masuk saya mendiskusikan pelajaran yang 0 3 13 14
telah lalu dengan teman.
Jika ada pelajaran kosong, maka saya
mempelajari kembali pelajarannya yang 0 1 15 14
sebelumnya
Saya ingin berprestasi lebih baik dari yang
0 6 11 13
sebelumnya
Saya tidak cepat putus asa ketika mengalami
0 2 14 14
masalah dalam belajar
Tugas-tugas dan soal-soal mudah dimengerti,
0 4 14 12
sehingga dapat saya kerjakan dengan baik.
Guru selalu memberikan kesempatan kepada
0 5 14 11
kami untuk bertanya.
Saya jadi semangat belajar, karena guru 0 5 10 15
menggunakan metode yang bervariasi.
Total 8 81 248 263

Sumber : Excel 2007

Berdasarkan tabel deskriptif variable Motivasi Belajar tersebut di atas


menunjukkan bahwa dari 30 responden frekuensi jumlah jawaban yang paling
banyak adalah jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 263 (43,83%), jawaban
setuju adalah sebanyak 248 (41,33%), jawaban tidak setuju adalah sebanyak 81
(13,50%), dan jawaban paling rendah adalah sangat tidak setuju adalah sebanyak
8 (1,33%). Hal ini menunjukkan bahwa Motivasi Belajar Siswa dengan metode
jigsaw adalah sudah baik atau mendekati sangat baik.
55

E. Deskripsi Total Skor


Pengukuran statistik deskriptif total skor suatu variabel dilakukan untuk
melihat nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi
untuk masing-masing variabel Metode Jigsaw (X), dan variabel Motivasi Belajar
(Y) disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Deskriptif Totak Skor Variabel Metode Jigsaw,
dan Motivasi Belajar
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Metode Jigsaw 30 3 4 3 0.44
Motivasi Belajar 30 3 4 3 0.42
Valid N (listwise) 30
Sumber : Excel 2007

Berdasarkan tabel descriptive statistic di atas diperoleh gambaran


mengenai deskripsi masing-masing variable. Untuk variable Metode Jigsaw (X)
menunjukkan nilai minimum jawaban responden adalah sebesar 30 atau minimal
jawaban responden adalah 3 artinya setuju, nilai maksimum sebesar 4 artinya
sangat setuju, nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3 artinya setuju ,
dan nilai standar deviasi sebesar 0.44 (simpangan bakunya adalah rendah). Untuk
variable Motivasi Belajar (Y) menunjukkan nilai minimal jawaban responden
adalah 3 artinya setuju, nilai maksimum sebesar 4 artinya sangat setuju, nilai
rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3 artinya setuju , dan nilai standar
deviasi sebesar 0.44 (simpangan bakunya adalah rendah).

F. Uji Prasyarat Data


Pengujian persyaratan analisis dilakukan apabila peneliti menggunakan
anaisis parametrik, maka harus dilakukan pengujian persyaratan analisa terhadap
asumsi-asumsinya yaitu uji normalitas data dan linieritas data untuk uji korelasi
(Prof Dr. H. Buchari Alma, 119, 2004).
56

1. Uji Normalitas Data


Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan (a)
Uji Kertas Peluang Normal, (b) Uji Lilifors, dan (c) Uji Chi Kuadrat. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan metode Lilifors
Kolmogorov-Smirnov yang tertera pada table 4.10 sebagai berikut. (Prof Dr. H.
Buchari Alma, 119, 2004).
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Lilifors Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
*
metode Jigsaw .106 30 .200 .929 30 .046
*
motivasi belajar siswa .098 30 .200 .948 30 .152
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Excel 2007

Berdasarkan table 4.10 menunjukkan bahwa nilai Asymp.sig masing-


masing variable adalah sebesar 0,200, dan 0,200. Karena nilai Asymp.sig lebih
besar dari α = 0,05, maka distribusi kedua variable adalah berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas Data


Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu
studi empirisnya sebaiknya berbentuk linier, kuadrat atau kubik. Dengan uji
linieritas dapat diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linier,
kuadrat atau kubik. (Prof Dr. H. Imam Ghazali, 115, 2012).
Tabel 4.11 Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
motivasi belajar Between (Combined) 1714.467 17 100.851 1.614 .202
siswa * metode Groups
Linearity 1308.214 1 1308.214 20.936 .001
Jigsaw
Deviation from Linearity 406.253 16 25.391 .406 .953
Within Groups 749.833 12 62.486
Total 2464.300 29

Sumber : Excel 2007


57

Berdasarkan table 4.9 dapat diperoleh nilai linieritas signifikan 0,000


lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan linieritas antara
variable Metode Jigsaw (X1) dengan Motivasi Belajar (Y)

3. Analisa Data dan Interpretasi (Pembahasan)


Uji Pengaruh antara variable metode jigsaw terhadap motivasi belajar.
Untuk melihat besarnya koefisien korelasi dan kontribusi variable Metode Jigsaw
terhadap Motivasi Belajar adalah adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12 Uji Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .713 .508 .490 5.932

a. Predictors: (Constant), metode Jigsaw

b. Dependent Variable: motivasi belajar siswa

Sumber : Excel 2007

Berdasarkan tabel Model Summary di atas dapat disimpulkan bahwa:


Nilai koefisien korelasi hubungan antara variabel metode jigsaw terhadap
metode belajar adalah sebesar 0,713. Hal ini berarti bahwa hubungan antara
variabel metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah kuat, karena nilai ini
berada pada rentang 0,70 sampai dengan 0,80 (berdasarkan table nilai korelasi
dari Guilford Emperical Rulesi).
Nilai determinasi atau nilai R square (R2) pengaruh antara variabel
variabel metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah sebesar 0,508 atau
50,8%. Hal ini berarti bahwa variabel Motivasi Belajar dapat dijelaskan oleh
variabel Metode Jigsaw sebesar 50,8% selebihnya 49.2% (100%-50,8%= 49,2%)
berasal dari variabel lain atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model ini.
58

Tabel 4.12 Uji T (Uji Coefficients)


a
Coefficients

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 22.458 8.089 2.777 .010

metode Jigsaw .670 .125 .713 5.374 .000

a. Dependent Variable: motivasi belajar siswa

Sumber : Excel 2007

Uji T-test pada regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui


besarnya pengaruh secara individual variabel independen terhadap variabel
dependen. Dimana t-tabel dihitung dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah
variable independen.
Berdasarkan tabel Coefficients dan asumsi tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa : Nilai T-hitung variabel metode jigsaw adalah
sebesar 5,374 > nilai Ttabel 1,333 (n-k =30-2=28) dan nilai signifikan adalah
0,000 < α = 0,05. Karena nilai T-hitung variable metode jigsaw 5,374 > nilai
ttabel = 1,333 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti bahwa variabel metode jigsaw berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel motivasi belajar.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi diatas, maka
dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Ŷ=a+bX
Ŷ = 28,877 + 0,670X
Dimana :
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = Metode Jigsaw

Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana di atas dapat disimpulkan


dengan nilai konstanta sebesar 28,877 menyatakan bahwa jika tidak ada
59

peningkatan dari metode jigsaw (X), maka Motivasi Belajar (Y) adalah sebesar
28,877. Sedangkan untuk nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,670 artinya bahwa
setiap peningkatan metode jigsaw satu point, maka akan meningkatkan motivasi
belajar sebesar 0,670.

4. Uji Hipotesis
Berdasarkan perhitungan pada tabel koeficient di atas menunjukan bahwa
diperoleh thitung sebesar 5,374 sedangkan ttabel sebesar 1,333 dengan nilai
signifikan sebesar 0,000 < nilai α = 0,05 . Karena nilai thitung 5,374 > 1,333
dan nilai signifikan 0,000 < nilai α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variable Metode Jigsaw (X) berpengaruh
positif terhadap Motivasi Belajar (Y). Hal ini dapat dilihat pada gambar uji t
dibawah ini :

Ho ditolak (daerah penerimaan) H1 diterima (daerah penerimaan)

0 1,333 5,374 thitung


ttabel

Berdasarkan pada gambar di atas, maka dinyatakan bahwa t hitung berada


pada daerah penolakan Ho, maka dapat dinyatakan hipotesis nol (Ho) yang
berarti terdapat pengaruh positif antara metode jigsaw terhadap motivasi belajar.
BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN

Pada bab terakhir ini, peneliti akan memberi kesimpulan mengenai dan
saran yang berkaitan dengan penelitain. Berdasarkan pada hasil pengolahan data
secara kuantitatif maupun diskriptif pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat
memberikan kesimpulan dan saran tentang penilitian ini sebagai berikut:

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis
yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti lebih
mampu meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa.
2. Penerapan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama
Islam pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta
Selatan sudah baik atau mendekati sangat baik.
3. Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 adalah sudah baik
atau mendekati sangat baik.
4. Terdapat berpengaruh positif dan signifikan penerapan metode jigsaw
terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa kelas di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-
Jakarta Selatan.

60
61

5. Besarnya kontribusi (pengaruh) penerapan metode jigsaw terhadap


motivasi belajar adalah 0,508 (50,8%).

B. Saran
Diakhir penelitian ini, dengan berdasarkan pada kesimpulan yang telah
diambil, maka disarankan kepada:
1. Bagi sekolah dan guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternative untuk merubah cara
belajar siswa yang tadinya pasif menjdi lebih aktif di dalam proses
pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran Pendidikana Agma Islam.
2. Guru, hendaknya dapat menggunakan dan mengembangkan Metode
pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran salah satunya adalah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA

Referensi dari Buku

Alisuf Sabri, M., Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya, 1993.

Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi


Aksara, 2008.

Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta:Proyek Pengadaan


Kitab Suci Al-Qur’an, 1984.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.

Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012.

Moleong. Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja


Rosdakarya. 2002.

Nuraida & Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic


Research Publishing, 2009

Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,


Jakarta: Kencana, 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,


Jakarta: RajawaliPers, 2011.

Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta: Kencana, 2011.

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2007.

62
63

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, Bandung:


Alfabeta, 2011.

Tohirin, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam,Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2006.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana,


2009.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana,


2010. Cet. 3.

Undang-undang Sisdiknas (SistemPendidikanNasional) 2003, Jakarta:


SinarGrafika, 2003.

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, Bandung: Rosda Karya, 2012.

Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT. Bumi


Aksara, 2009. Cet. 2.

Yonny, Acep, dkk, Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, yogyakarta: Familia,


2010.

Zainin, Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Insan Madani,


2008.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMP MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA


Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Kelas/ Semester : VIII / II (GENAP)
Tahun Ajaran : 2013/2014
Pokok Bahasan : MAD DAN WAQAF
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
==========================================================
A. Standar Kompetensi
Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf

B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hukum bacaan mad dan waqaf
C. Indikator
Memahami bacaan mad dan waqaf

D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami pengertian dan pembagian mad, menjelaskan pengertian dan
pembagian mad, menjelaskan waqaf, membedakan bacaan waqaf dengan washal serta
menyebutkan pembagian waqaf
E. Materi Pembelajaran
Terlampir
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Model : Kooperatif tipe jigsaw
2. Metode : Diskusi kelompok, pemberian tugas, dan presentasi.
G. Langkah- langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Pendahuluan 8 menit
1. Mempersiapkan siswa
 Guru mengucapkan salam,  Siswa menjawab salam, 1 menit
melihat kesiapan siswa untuk menyiapkan diri untuk
belajar, dan memeriksa belajar, dan memberitahu
kehadiran siswa. teman yang tidak hadir.
 Guru menyampaikan tujuan  Siswa menyimak guru 3 menit
pembelajaran dan penjelasan
memberikan apersepsi
 Guru menjelaskan model  Siswa menyimak penjelasan 4 menit
pembelajaran yang akan guru
digunakan
Kegiatan Inti 62 menit
2. Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok
 Guru menyampaikan sekilas  Siswa mendengarkan 5 menit
materi yaitu Mad dan penjelasan guru
Waqaf
 Guru membagi siswa menjadi  Siswa membentuk kelompok 5 menit
5 kelompok asal yang terdiri asal sesuai arahan guru
atas 6 siswa (masyarakat (masyarakat belajar).
belajar).
 Guru mengarahkan siswa  Siswa berbagi tugas menjadi 2 menit
untuk berbagi tugas menjadi anggota kelompok ahli di
anggota kelompok ahli dalam kelompoknya masing-masing.
setiap kelompok asal.
3. Membimbing dalam diskusi
kelompok .
 Guru memerintahkan siswa  Siswa membuka Lembar 2 menit
membuka Lembar Kerja Kerja Siswa (LKS) mengenai
Siswa ( LKS ) mengenai mad mad dan waqaf.
dan waqaf
 Guru memberikan  Siswa mulai berdiskusi untuk 20 menit
kesempatan siswa berdiskusi membangun (kontruktivisme)
untuk membangun pengetahuan dan menemukan
(kontruktivisme) pengetahuan (inkuiri) jawaban LKS dalam
dan menemukan (inkuiri) kelompok ahli.
jawaban LKS yang
diberikan.
 Guru memantau kerja setiap  Siswa mengerjakan LKS dan 3 menit
kelompok dan memberi bertanya apabila ada yang
kesempatan siswa untuk tidak mengerti.
bertanya jika mengalami
kesulitan.
 Guru meminta para anggota  Para anggota kelompok ahli 20 menit
kelompok ahli untuk kembali kembali ke kelompok asal
ke kelompok asal dan dan berdiskusi untuk
berdiskusi untuk membangun membangun (kontruktivisme)
(kontruktivisme) pengetahuan pengetahuan yang
yang diperolehnya kepada diperolehnya kepada
anggota-anggota kelompok anggota-anggota kelompok
asalnya dan menemukan asalnya dan menemukan
(inkuiri) jawaban LKS yang (inkuiri) jawaban LKS dalam
diberikan. kelompok asal.
4. Evaluasi
 Guru memberikan  Siswa bertanya apabila ada 5 menit
kesempatan kepada siswa yang tidak dimengerti.
untuk bertanya apabila ada
yang tidak dimengerti.

Penutup 10 menit
 Pemberian skor secara kelompok  Kelompok terbaik 5 menit
dan pemberian reward. mendapatkan reward.
 Guru membimbing siswa untuk  Siswa bersama dengan guru 4 menit
menyimpulkan pelajaran. menyimpulkan pelajaran.
 Guru meminta siswa untuk  Siswa memperhatikan arahan 1 menit
mempelajari materi berikutnya. guru.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat
o Whiteboard
o Spidol
o Infokus
o Layar Infokus
o Laptop
2. Sumber Belajar

o Buku PAI kelas VIII


o LKS MGMP PAI SMP / MTS
o Mushaf Al-Qur'an

I. Penilaian
1. Teknik : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Essay
3. Instrumen : Tes Tertulis
Contoh Instrumen :

1. Jelaskan pengertian hukum bacaan mad!


2. Sebutkan macam-macam mad!
3. Jelaskan pengertian waqaf!
4. Apakah perbedaan antara waqaf dengan washal!
5. Sebutkan tanda-tanda waqaf!

Mengetahui
Jakarta,……………………….

Kepala sekolah Guru Mapel PAI

Saryoto, S.Pd Muhammad Aship

NIP NIP
HUKUM MAD & WAQAF SERTA PEMBAGIANNYA

A. MAD
a. Pengertian Mad

Mad secara bahasa artinya panjang, sedangkan menurut Ilmu tajwid, mad adalah
memanjangkan suara bacaan menurut aturan-aturannya dalam membaca al-qur'an.

b. Pembagian Mad

1. Mad Tabi'I atau Mad Ashli

Yaitu memanjangkan bacaan (mad) karena adanya salah satu dari tiga huruf mad
(yaitu Alif Mati dan sebelum berbarus fathah, ya Mati dan sebelum nya berbaris
kasrah, dan wawu mati dan sebelumnya berbaris dlommah). Maka adalah alif
(2harokat). Misalnya :

‫ قبلْا‬- ْ‫ قْل‬- ‫ هْسي‬- ‫ عيسي‬- ‫ هب ال‬dan lain sebagainya.


2. Mad Far'i

a. pengertian

yaitu memanjangkan bacaan yang lebih atau sama dari mad ashli karena disebut oleh
hamzah atau sukun (tanda mati).

b. Macam-macam Mad Far'i

1). Mad Wajib Muttasil

Yaitu apabila ada huruf mad ashli bertemu dengan huruf hamzah dan masih dalam
satu suku kata. Maka kadar (ukuran) panjang nya ialah 2 1/2 Alif atau 5 harakat.
Contoh dalam ayat:

‫اذا جبء ًظس اهلل ّالفتح‬

‫اّلئل علٔ ُدٓ هي زبِن ّاّلئل ُن الوفلحْى‬

2). Mad Jaiz Munfasil

Yaitu ketika mad asli bertemu dengan huruf hamzah pada dua suku kata, yaitu huruf
mad pada akhir suku pertama dan hamzah pada awal suku kata kedua. Jika dipisah
antara dua suku kata tersebut kedua-duanya memiliki arti sendiri. Ukuran panjangnya
2 sampai 5 harakat (ketukan) contoh ayat:
~ٓ‫يببٌٔ اسسءيل اذمسّا ًعوتٔ التٔ اًعوت علينن ّاّفْا بعِد‬

‫اّف بعِد من ّائ فبزُبْى‬


3). Mad 'Arid Lisukun

Yaitu mad yang terjadi karena waqaf (memberhentikan) pada huruf akhir
suku kata dan sebelum huruf terakhir tersebut terdapat salah satu huruf mad asli (alif,
waw, dan ya mati). Ukuran mad nya 2-6 harakat (ketukan), contoh-conton mad 'arid
lissukun.
‫الديي‬ dari ayat ‫هبلل يْم الديي‬
‫ًستعييي‬ dari ayat ‫ّايبك ًستعيي‬
‫العقبة‬ dari ayat ‫شديد العقبة‬

4). Mad Badal


Yaitu terhimpunnya mad dengan hamzah dala satu suku kata, tapi huruf hamzah
terletak di depan huruf mad. Maka ukurannya adalah 1 alif (2 harakat). Contoh mad
ini adalah:
‫ااتْا‬ di baca ‫اّتْا‬ asalnya
‫ااهبى‬ dibaca ‫ايوبى‬ asalnya

5). Mad 'Iwad

Yaitu mad yang terjadi pada saat waqaf fathatain yang diikuti dengan alif rasam.
Cara membacanya adalah dengan cara membuang bunyi "an" pada fathatainndan
menggantikannya dengan "a" saja. Ukuran panjang mad ini adalah 1 alif (2 harakat).
Contoh 'Iwadh:

‫عليوبى حنيوب‬ Dibaca : ' aliiman hakiima

‫ ّمبًبهلل غفْزا‬Dibaca : wakaanallahu ghafuurur rakhiim


‫زحيوب‬
6). Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi

Yaitu mad yang berlaku ketika huruf mad bertemu dengan huruf yang bertasydid
dalam satu suku kata. Maka cara membacanya mestilah diberatkan pada kalimat itu.
Ukuran panjang mad ini adalah 3 alif (6 harakat). Contoh mad ini dalam penggalan
ayat:

َ‫ الدا ب‬- ‫ ّ ا لظب خة‬-‫ّال الضب ليي‬


7). Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi

Yaitu mad yang diiringi atau disambut oleh huruf yang bertanda mati yang terdapat
pada dua suku kata. Ukuran panjangnya adalah 3 alif ( 6 harakat). Contoh mad ini:
pada Q.S. Yunus [10]: 91

‫ءالئي ّقد عظيت قبل ّمٌت هي الوفسديي‬


8). Mad Lazim musaqqal Harfi

Nama lainnya adalah Mad Lazim Harfi Musyba, yaitu mad yang berlaku pada huruf-
huruf tunggal ( huruf-huruf potong) yang terdapat dalam beberapa pangkal surat
dalam Al-qur'an yang dikenal dengan ayat-ayat mutasyabihat. Ukuran panjangnya
adalah 3 alif (6 harakat). Contoh mad ini sebagai berikut:

a. Pada pangkal Surat Al Baqarah [2] : ‫ا لن‬

b. pada pangkal surat Yusuf [12] : ‫الس‬

c. pada pangkal surat Yaasiin [36] :‫يس‬

d. pada pangkal Surat Maryam [19] : ‫مِيعض‬

e. pada pangkal surat al Qalam [68]: ‫ى‬


9). Mad Lazim Mukhaffaf Harfi

Yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal (huruf-huruf potongan) yang
terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat pada pangkal surat-surat tertentu. Panjangnya
adalah 1 alif (2 harakat). Contoh:

a. pada pangkal surat Fushilat [41]: ‫حن‬

b. pada pangkal surat yaasiin [36] : ‫يس‬

c. pada pangkal surat tha ha [20] : َ‫ط‬


10). Mad Lien
Yaitu mad yang terjadi pada saat yaa dan wawu dan sebelumnya berbaris fathah
ketika menghentikan bacaan (waqaf). Contoh :

‫سْف – خْف – ًْم‬

11). Mad Shilah

Yaitu mad yang terjadi pada Ha dhomir ( Ha/ Hi/ Hu sebagai kata ganti). Mad jenis
ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

a. Mad Silah Qasirah ( Mad Silah Pendek)

Contoh : - َ‫اًَ – ل‬

Catatan : Jika huruf sebelum Ha Dhomir itu mati (sukun), maka tidaklah berlaku mad
nya. Seperti pada kata:

b. Mad Silah Tawilah ( Mad Silah panjang) contohnya:

)3( ٍ‫يحسبَ اى هب لَُ آخلد‬

12). Mad Farq

Yaitu mad yang terjadi pada huruf hamzah istifham ( bertanya) bertemu dengan alif
lam washal. Ukurannya adalah 3 alif ( 6 Harakat). Contoh:

‫قل الر مسيي حسم ام االًشييي‬

‫قل اهلل اذى لنن س‬


Catatan : Pada mad jenis ini sedikit sekali dijumpai dalam Alqur'an ( terdapat hanya
pada 4 ayat ) yaitu surat Al-An'am : 143 dan 144 dan Surat Yunus : 59 serta Surat An
Naml : 59.

13). Mad Tamkin

Yaitu apabila terhimpun dua buah huruf yaa. Yaa pertama berbaris dibawah serta
bertasydid dan yaa kedua mati (sukun). Ukuran panjangnya 1 alif (2 harakat). Contoh:

‫ حييتم‬- ‫والنبيين – ربنيين‬


B. WAQAF

Pengertian Waqaf
Menurut bahasa , waqaf berarti berhenti/menahan. Sedangkan menurut istilah ilmu
tajwid, waqaf adalah memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan
niat meneruskan bacaan selanjutnya.

Jenis dan Tanda Waqaf

No Lambang Nama Waqaf Arti


Waqaf
1. ‫م‬ Waqaf lazim/waqaf taam Wajib memberhentikan bacaan
2. ‫ط‬ Waqaf muthlaq Wajib memberhentikan bacaan
3. ‫ص‬ Waqaf murakhkhash Lebih baik tidak berhenti, tapi
diperbolehkan berhenti pada saat
darurat
4. ٔ‫طل‬ Waqaf al washal aulaa Meneruskan bacaan lebih baik

5. ‫ق‬ Qilaa alaihi waqaf Disini boleh waqaf

6. ‫ال‬ 'Adamul waqaf Tidak boleh waqaf

7. ‫ك‬ Khathaalik=serupa Waqaf ini semakna dengan waqaf


sebelumnya
8. ‫ج‬ Waqaf jaiz Bacaan boleh disambung atau
boleh berhenti

‫؞؞‬
9. Waqaf muraqabah/ waqaf Bila berhenti, maka berhentilah
ta'anuq pada salah satu tanda tersebut.
Jangan pada kedua-duanya
10. ‫ش‬ Waqaf Mujawal Boleh berhenti

11. ٔ‫قل‬ Al waqfu ulaa Dihentikan lebih utama


Angket Metode Jigsaw

Keterangan: SS : Sangat Setuju


S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Nama :

Kelas :
No. Pernyataan SS S TS STS
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw sangat
1.
menarik dan menyenangkan.
Dengan metode jigsaw saya dan teman-teman aktif dalam proses
2.
belajar..
3. Kami saling menghargai pendapat sesama teman kelompok..
Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok membantu saya
4.
lebih mampu mengenal Pendidikan Agama Islam.
Cara belajar yang telah dilakukan membuat saya akrab dengan
5.
guru dan berani bertanya..
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
6. semakin akrab dengan teman-teman, sehingga saya semakin
senang dan bersemangat untuk belajar bersama teman-teman.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan kesempatan
7.
kepada kami untuk bertanya.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan jawaban yang
8. menyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan
murid-murid.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
9.
Meningkatkan daya ingat saya
Metode jigsaw dapatMeningkatkan hubungan antarsiswa yang
10.
heterogen
Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif
11.
terhadap sekolah
Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif
12.
terhadap guru.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
13. belajar untuk memecahkan masalah secara bersama-sama
dengan teman
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
14.
lebih bertanggung jawab pada diri saya.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
15.
lebih bertanggungjawab pada teman-teman.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
16.
meningkaktkan ketrampilan berdiskusi.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
17.
meningkatkan ketrampilan bertanya.
18. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan berbaha sayang baik dalam
berdiskusi.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
19.
menumbuhkan rasa percaya diri saya dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
20.
tertantang untuk belajar lebih giat lagi.
Angket Motivasi Belajar

Keterangan: SS : Sangat Setuju


S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Nama :

Kelas :
No. Pernyataan SS S TS STS
Hadir tepat waktu pada saat ada pelajaran Pendidikan
1.
Agama Islam.
Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam sampai
2.
selesai.
Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar
3.
Pendidikan Agama Islam.
Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai
4.
tertinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Saya berusaha mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam
5.
dengan usaha sendiri.
Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran Pendidikan
6.
Agama Islam.
Saya mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam asal-
7.
asalan yang penting selesai.
Saya baru belajar Pendidikan Agama Islam ketika ada tugas
8.
atau ulangan.
Saya tidak pernah selesai mengikuti pelajaran Pendidikan
9.
Agama Islam.
Saya puas jika mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam
10.
lebih baik dari kemarin.
Saya puas mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam yang
11.
rendah.
Jika saya merasa kesulitan dengan pelajaran Pendidikan
12.
Agama Islam saya tingggalkan.
Saya tidak ingin mendapatkan nilai yang tinggi pada
13.
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ketika guru Pendidikan Agama Islam tidak masuk saya
14.
mendiskusikan pelajaran yang telah lalu dengan teman.
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw
15.
sangat menarik dan menyenangkan.
Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok (jigsaw)
16. membantu saya lebih mampu mengenal Pendidikan Agama
Islam.
Belajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw membuat
17.
saya akrab dengan guru dan berani bertanya.
Tugas-tugas dan soal-soal mudah dimengerti, sehingga
18.
dapat saya kerjakan dengan baik.
Guru selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk
19.
bertanya.
Saya jadi semangat belajar, karena guru menggunakan
20.
metode yang bervariasi.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai