Muhammad Aship Fitk
Muhammad Aship Fitk
Skripsi
Oleh:
MUHAMMAD ASHIP
NIM: 107011000881
Skripsi
Oleh:
MUHAMMAD ASHIP
NIM: 107011000881
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya,
dan atau merupakan jiplakan karya orang lain maka saya bersedia
Muhammad Aship
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
terimaksih juga penulis sampaikan kepada kepala sekolah dan guru serta siswa
SMP Muhammadiyah 8 Jakarta, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian dalam skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang se-tulus-tulusnya juga penulis sampaikan
kepada Ayahanda tercinta, Almarhum Almaghfurlah Bpk. Amin Mundzir, yang
nasihat-nasihat dan pesan-pesanya senantiasa penulis ingat, semangat dan
perjuangan yang tak pernah padam hingga akhir hayat beliau, yang menjadi
motivasi terdalam bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini demi mewujudkan
cita-cita dan harapan yang sempat beliau sampaikan sebelum kepergiannya, serta
untuk melanjutkan perjuangan beliau. Semoga Allah senantiasa menaunginya
dengan Rahmat dan Cinta-Nya. Aamiinn… Juga untuk Ibunda tercinta, Ibu
Fatimah, terima kasih atas curahan do'a, kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan
perhatian yang diberikan sejak penulis kecil hingga saat ini. Semoga Allah
senantiasa menjaganya dengan Kasih dan Sayang-Nya. Serta untuk keduanya-lah
skripsi ini penulis persembahkan. Serta untuk kakak-kakakku tercinta, kang udin,
kang mimin, kang ipah dan untuk adik-adikku tercinta, Ma’mun, Nur’aini dan
Zubaedah yang telah mencurahkan perhatian, kasih saying, keikhlasan do’a yang
tiada henti untuk penulis.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Guru
kami yang terhormat Bpk. H. Bachron Fathin M.A “ dan " Bpk. Subchi Ahmad
Fikri, MA., yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan taushiah-taushiah
sepirit ke-Agama-an kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda H. Azhar Fuady Azuddin
dan Bunda Faizah yang juga telah banyak meng-infaq-kan morilnya maupun
materilnya. Penulis sampaikan juga terima kasih kepada bunda Hj. Radi’ah Salim,
Hj. Retno Bambang Sumantri, Hj. Rosmawati Redha, H, Setidarma kanani selaku
Pengurus dan pengasuh anak-anak yatim Majlis ta’lim Yayasan Istiqomah Tanah
Kusir, Yang juga telah banyak membantu penulis, semoga Allah swt. Senantiasa
memberikan balasan yang se-baik-baiknya kepada mereka semua. serta Selalu
diberikan keberkahan, keselamatan, dan kebahagiaan, Dunia-Akhirat.
Aamiiinnn…
iv
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sahabat-Sahabatku,
santriwan dan santriwati serta Pengurus Mushalla Ar-Ridho Sawah Baru Ciputat
dan Pengurus Masjid Istiqomah Tanah Kusir yan telah membantu penulis dam
memotivasi penulis serta mengajarkan tentang indahnya kebersamaan.
Kemudian penulis sampaikan pula terima kasih banyak kepada Istriku
tercinta adinda Fatimatuzzahro, yang senantiasa setia mendampingi penulis
dalam suka-maupun duka pada perjuangan ini, serta kesabaran yang begitu besar,
juga lantunan do’a dan perhatiannya yang tak kenal lelah yang selalu mengiringi
penulis dalam menyelesaikan skripsi. penulis sampaikan pula kepada sahabat-
sahabat PAI, khususnya angkatan 2007, yang sama-sama dalam perjuangan keras
pada penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kalian berhasil, dan dapat berjumpa
kembali dalam dunia masa depan yang baik dan cemerlang. Aamiin..
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Teoritik
vi
2. Motivasi Belajar Siswa
vii
2. Tujuan, Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ........... 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................ 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.1
2
Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003) h. 5-6.
1
2
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap dan mampu
bersaing dalam menghadapi era globalisasi.
Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan
sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bertindak
melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin
disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi
pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.
Salah satu mata pelajaran khusus yang diberikan kepada siswa adalah
Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan
dalam pembentukan akhlak dan pribadi siswa. Pendidikan Agama Islam secara
umum dapat dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam. Sehingga
menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada umumnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode
konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam,
dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan belajar mengajar masih monoton dan
kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu akan menyebabkan
menurunnya motivasi belajar siswa dan kurangnya pemahaman siswa pada mata
pelajaran PAI. Berdasarkan penelitian, permasalahan tersebut tidak jauh berbeda
terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Perhatian siswa yang rendah terhadap
mata pelajaran PAI disebabkan karena tidak adanya peningkatan motivasi belajar
siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahliannya sebagai guru didepan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah
menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat
menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan
ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik,
melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri
3
akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan
dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan
teacher center.
Dengan adanya faktor kesamaan tersebut, maka dalam pencapaian
keberhasilan siswa dapat pula dikombinasikan antara model pembelajaran jigsaw
dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Yang diharapakan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PAI.
Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis adalah sangat penting dalam
proses kegiatan belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Sardiman
yang mengatakan bahwa seseorang itu akan mendapat hasil yang diinginkan
dalam belajar bila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.5 Ini berarti
bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan siswa untuk mencapai
hasil yang optimal. Sebaliknya rendahnya motivasi siswa dalam belajar maka
akan rendah pula hasil yang dicapai.
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian
prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena adanya motivasi dalam
dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang
optimal. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 11 :
5
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), h.40
5
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari
oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang
baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai: “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP
MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran pada mata pelajaran PAI.
2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa pada mata pelajaran PAI.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
Al-Qur’an, 1984).
6
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil yang bertanggunga jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya.
2. Motivasi belajar
Yang dimaksud motivasi belajar di sini adalah adanya dorongan baik
internal maupun eksternal pada siswa kelas VIII D untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil,
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita
masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka pokok
perumusan masalah yang ingin penulis kemukakan yaitu:
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata
Pelajaran Agama Islam di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran
Lama-Jakarta Selatan?
2. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar
siswa kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan?
7
A. Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar
bagi temannya yang lain. Lie mengatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif
dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna
jika peserta didik dapat saling mengajarkan".7 Walaupun dalam pembelajaran
kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan
teman belajar lain.
Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”.8
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi
yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
7
Made, Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009) Cet. II, h.189
8
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011) h.202
8
9
9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).
h.58
10
melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan
bersama, dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur dan prinsip-prinsip
berikut :
1) Saling ketergantugan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama
satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran;
2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab
untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh
materi pembelajaran;
3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan
mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara
interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan,
dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan
(motivasi) satu sama lain;
4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan di bantu
untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik;
5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara
periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta
mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat
berfungsi lebih efektif. 10
10
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung: Rosda Karya, 2012), h.166
11
apalagi materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada
tipe ini seluruh siswa dilibatkan dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
siswa yang lainnya”.11 Dengan kegiatan siswa mengajari siswa maka kondisi
seperti ini dapat memotivasi siswa lain untuk mengungkapkan gagasannya serta
bertukar pendapat. Adanya pencapaian tujuan bersama juga mendorong siswa
saling membantu setiap anggota dalam kelompoknya agar dapat mencapai
penguasaan materi.
Jhonson and Jhonson, seperti dikutip dalam bukunya Rusman, Model-
model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, melakukan
penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya
menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif
terhadap perekembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:
1) Meningkatkan hasil belajar;
2) Meningkatkan daya ingat;
3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tigkat tinggi;
4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu);
5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;
6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru;
8) Meningkatkan harga diri anak;
9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 12
11
Hisyam Zainin, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),
h.56
12
Rusman, Op. Cit., h.219
13
Ibid.
12
14
Warsono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 166
15
Made Wena, Op. Cit., h. 194
14
2) Kelemahan
Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan, di antaranya:
a) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajran kooperatif
memang butuh waktu. Sangat tidak rasioanl kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
Untuk siswa yang di anggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam
kelompok.
b) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka
16
di bandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar
yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah
tercapai oleh siswa.
c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan
kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu
siswa.
d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan
hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali
penerapan strategi ini.
e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu,
idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan
pekerjaan yang mudah. 16
2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang
belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah
memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam
kehidupan sehari-sehari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan
melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak
bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab
yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.17
16
Wina, Op. Cit., h.249
17
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 139
17
18
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), h.129
19
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007). h. 73
20
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148
21
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 101
18
c. Macam-macam Motivasi
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu bermacam-macam. Beberapa
pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut.
Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological
drive dan social motives. Physiological drive ialah dorongan-dorongan yang
24
Syaiful Bahri Op. Cit., h. 152
25
Oemar Hamalik, Op. Cit., h.161
20
bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang
lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall,
memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan,
kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.26
Disamping itu Frandsen, menambahkan macam-macam motif yaitu:
1) Cognitive motives
Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan
individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan
biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini
adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan intelektual.
2) Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting
kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana
sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk
ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini
seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.
3) Self-enhancement
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri
ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar
dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk
mencapai suatu prestasi.27
Selain dua tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi
menjadi dua, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri
tanpa di rangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah
ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk di baca.
2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi datang karena adanya perangsangan dari
luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.28
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari
luar dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit untuk
26
Abdul Rahman, Op. Cit., h. 192
27
Sadirman, Op. Cit., h. 87.
28
Abdul Rahman, Op. Cit., h. 194
21
Faali
29
Syaiful Bahri, Op. Cit., h.151
22
30
Ibid. h. 169
23
3) Memberikan Insentif
Bila anak didik mendapat keberhasilan, guru diharapkan memberikan
hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan
sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong
untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan
pengajaran.
4) Mengarahkan Perilaku Anak Didik
Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Anak didik yang
diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan
sebagainya harus di beri teguran secara arif dan bijaksana.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat
anak didik adalah sebagai berikut:
a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani,
jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini kan menimbulkan
keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan kepuasan.
b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya
didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki.
c) Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang
tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, akan merasa putus asa.
d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.31
31
Zakiah Daradjat, Op. Cit., h.143
24
Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat
Islam dan tidak ddidasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem
pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. 34
36
Ibid. h.16
26
B. Kerangka Berfikir
Pada dasarnya, guru adalah seorang motivator bagi para siswanya dalam
melakukan proses kegiatan belajar – mengajar, guru sebagai seorang pemimpin
melakukan dua usaha utama: (1) memperkokoh motivasi siswa. (2) memilih
strategi yang tepat.
Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) Motivasi intrinsik yang
mengacu kepada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dari tugas itu sendiri
maupun pada diri siswa. Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas
dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah
pengetahuan dan untuk menjelajah pengetahuan merupakan faktor intrinsik semua
orang. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu mengacu kepada faktor-faktor dari luar dan
ditetapkan pada tugas atau pada diri siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi
ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.
Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang tepat akan
membawa prestasi belajar siswa yang maksimal. Pemilihan metode mengajar ini
harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan juga standar
37
Undang-undang Sisdiknas, Loc. Cit.
27
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai
28
berikut: “Semakin tepat penggunaan metode Jigsaw pada siswa maka akan
semakin tinggi pula motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan
hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan. Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut
adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode
Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode
Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP
Muhammadiyah 8 Jakarta Tahun ajaran 2013/2014”. Jumlah siswa dikelas
tersebut adalah 30 siswa, yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri
dengan peniliti bertindak sebagai guru kelas. Penelitian ini mengambil objek
penelitian metode pembelajara kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).
29
30
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional,yang
bertujuan untuk melihat pengaruh atau hubungan antara dua variable.38 Yaitu
dengan cara menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian yang
berupa data dan informasi mengenai masalah pengaruh antara penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan motivasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable bebas
(Independent Variable) yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (X) dan
Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu motivasi belajar siswa (Y).
Penelitian korelasi bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variable
berpengaruh pada variable lainnya. Penelitian ini akan terlihat seberapa besar
korelasi antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Adapun sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang Disusun oleh Tim Penyusun Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2013
38
Nuraida & Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat:Islamic Research
Publishing, 2009), h. 132.
31
besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dan juga populasi dirumuskan sebagai
seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau obyek yang telah dirumuskan
secara jelas.39
Menurut Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa Populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian yang dilakukan baik berupa manusia, hewan, benda,
tumbuh-tumbuhan serta gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan
berkaitan dengan obyek dari suatu penelitian.40
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian. Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.41
Dalam buku Pengantar Metode Statistik II dikemukakan bahwa populasi
adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau
karakteristik yang sama.42
Jadi, yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan obyek yang
menjadi sasaran penelitian, baik itu seluruh anggota, sekelompok orang, kejadian
atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas dan memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang sama. Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian yaitu
keseluruhan siswa dengan jumlah 492 sebagai obyek penelitian yang ada di SMP
Muhammadiyah 8 Jakarta tahun ajaran 2013-3014.
2. Sampel
Sampel menurut Suharsimi Arikunto dalam Nazar Bakry yang
mengemukakan bahwa “sampel adalah sebahagian atau wakil populasi yang di
39
Donald Ary., et.all., Introduction to Research in Education, diterjemahkan oleh Arif
Furqan dengan judul Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya : Usaha Nasional, 1982),
h. 189.
40
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Cet. II. (Bandung : Tarsito, 1985),
h. 93.
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h.108.
42
Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik II, Cet. II. (Jakarta : LP3S, 1986), h. 110.
32
Sampel dalam penulisan ini tetap akan dibatasi beberapa orang yang akan
dijadikan obyek untuk memperoleh data ini. Hal ini sesuai dengan maksud jenis
sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yang mengandung makna
bahwa seluruh populasi yang ada hanya diwakilkan atas beberapa obyek saja.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dijelaskan bahwa dari beberapa
populasi yang ada, 30 orang siswa kelas VIII D yang akan diberi angket secara
untuk memperoleh data berupa tanggapan siswa tentang penerapan Metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.
43
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Cet. I. (Jakarta : Pedoman Jaya,
1995), h. 29.
44
Mohammad Ali, Penelitian Pendidikan (Prosedur dan Strtaegis), Cet. III. (Bandung :
Angkasa, 1985), h. 54.
45
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet. I. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990),
h. 125.
33
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh.46Pada dasarnya sumber data dalam penelitian ini
penulis peroleh dari kepala sekolah, dewan guru dan wali kelas serta dokumentasi
sebagian siswa baik yang berkenaan dengan proses belajar siswa maupun data-
data lain yang penulis perlukan.
46
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
2002), h.108.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h.225
35
2. Dokumen
Peneliti melengkapi hasil penelitian observasi atau wawancara dengan
sebuah dokumen. Untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian.
3. Triangulasi
Pada teknik triangulasi ini peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif (angket), dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak.
Keterangan:
Rxy = Koefisien korelasi variabel X dan Y
ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣXY = Jumlah kuadrat masing-masing skor X
N = Jumlah subyek keseluruhan
48
Sambas Ali MuhidindanMamanAbdurahman, AnalisaKorelasi, Regresi,
danJalurdalamPenelitian, PustakaSetia, Bandung, 2009), h.30
37
Keterangan:
3. Uji Prasyarat:
a. Uji Normalitas
Uni normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
dengan (a) Uji Kertas Peluang Normal, (b) Uji Lilifors, dan (c) Uji Chi
Kuadrat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan
metode Lilifors Kolmogorov-Smirnov.49
b. Uji Linieritas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah pola korelasi
yang terbentuk linear ataunon-linear. Pengujian linearitas hubungan
dengan menggunakan ujir2 melalui harga F untuk mengetahui kelinearan
hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan
bantuan SPSS 17 dengan taraf signifikansi 5%.
49
H.Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula, 119, 2004)
38
b. Uji t
Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan Uji t.Sebagai dasar pengujian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis nilai dan hipotes isi alternatif
Ho : Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Ha : Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2) Menentukan level ofsignificanceα=0,05
Dimana T-tabel dihitung dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah variable
independen
50
H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula, 147, 2004)
39
3) Kriteria pengujian51
51
H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula, 164, 2004
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
40
41
belajar siang hari menjadi siswa SMP Muhammadiyah 8. Pada masa ini sampai
dengan tahun 1980-an kedua SMP ini mencapai masa kejayaannya.
Seiring dengan perkembangan zaman para Pengurus Cabang
Muhammadiyah Kebayoran Baru dengan pertimbangan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat dan mendorong agar siswa dapat belajar pagai hari, mulai
tahun pelajaran 1994 – 1995, SMP Muhammadiyah 8 dipindahkan ke gedung baru
yang berlokasi di jalan Bendi Raya No. 42, Tanah Kusir sampai dengan saat ini.
Cronbach's
Alpha N of Items
.901 20
Instrumen Metode Jigsaw yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
20 item butir pertanyaan. Dari semua butir item pertanyaan adalah valid. Dari data
Metode Jigsaw memiliki rentang skor teoritik yaitu antara 20 sampai dengan 80.
47
Sesuai dengan hasil data penelitian, diperoleh data terendah 52 dan tertinggi
adalah 80. Dan berdasarkan perhitungan model Sturgess, diperoleh jumlah kelas
interval adalah 6 dan panjang interval adalah 5, dengan demikian dapat dibuat
tabel distribusi frekuensi skor metode jigsaw seperti tertera pada tabel 4.5 untuk
menentukan rentang kelas, rentang nilai, dan menyusun histogram.
Mencari skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar 80
Skor terkecil 52
28
Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar - skor terkecil
R = 80 - 52 = 28
kedua terbanyak adalah rentang interval antara 52 sampai dengan 56, yaitu
sebanyak 7 responden atau (23,33%). Ketiga adalah rentang rentang interval
antara 57 sampai dengan 61, yaitu sebanyak 6 responden atau (20,00%). Keempat
adalah rentang interval antara 77 sampai dengan 80, yaitu sebanyak 5 responden
atau (16,67,00%). Kelima adalah rentang interval antara 67 sampai dengan 71
adalah sebanyak 4 responden atau (13,33%). Dan terakhir adalah rentang interval
antara 72 sampai dengan 76 adalah sebanyak 1 responden atau (3,33%). Jika dari
kelima terbanyak dijumlahkan diperoleh nilai sebesar 23 (76,66%), yang berarti
bahwa terdapat lebih dari separoh responden setuju jika Metode Jigsaw yang
digunakan dalam proses pembelajaran pada siswa di sekolah SMP
Muhammadiyah 8 adalah baik.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
52-56 57-61 62-66 67-71 72-76 77-80
tabel distribusi frekuensi skor Motivasi Belajar seperti tertera pada Tabel 4.5
untuk menentukan rentang kelas, rentang nilai, dan menyusun histogram.
Mencari skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar 79
Skor terkecil 51
28
Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar - skor terkecil
R = 79 - 48 = 31
9
8
8
7
6 6
6
5
4 4
4
3
2
2
1
0
48-52 53-57 58-62 63-67 68-72 73-79
Sangat
Tidak Sangat
Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan
metode jigsaw sangat menarik dan 0 3 14 13
menyenangkan.
bertanya.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu
memberikan jawaban yang menyenangkan
4 4 7 15
terhadap pertanyaan dan jawaban yang
diberikan murid-murid.
diri saya.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
membuat saya lebih bertanggungjawab pada 0 4 14 12
teman-teman.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
0 1 14 15
dapat meningkaktkan ketrampilan berdiskusi.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
0 0 16 14
dapat meningkatkan ketrampilan bertanya.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw
dapat meningkatkan kemampuan berbaha 0 4 13 13
dalam belajar.
peningkatan dari metode jigsaw (X), maka Motivasi Belajar (Y) adalah sebesar
28,877. Sedangkan untuk nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,670 artinya bahwa
setiap peningkatan metode jigsaw satu point, maka akan meningkatkan motivasi
belajar sebesar 0,670.
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan perhitungan pada tabel koeficient di atas menunjukan bahwa
diperoleh thitung sebesar 5,374 sedangkan ttabel sebesar 1,333 dengan nilai
signifikan sebesar 0,000 < nilai α = 0,05 . Karena nilai thitung 5,374 > 1,333
dan nilai signifikan 0,000 < nilai α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variable Metode Jigsaw (X) berpengaruh
positif terhadap Motivasi Belajar (Y). Hal ini dapat dilihat pada gambar uji t
dibawah ini :
Pada bab terakhir ini, peneliti akan memberi kesimpulan mengenai dan
saran yang berkaitan dengan penelitain. Berdasarkan pada hasil pengolahan data
secara kuantitatif maupun diskriptif pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat
memberikan kesimpulan dan saran tentang penilitian ini sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis
yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti lebih
mampu meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa.
2. Penerapan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama
Islam pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta
Selatan sudah baik atau mendekati sangat baik.
3. Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 adalah sudah baik
atau mendekati sangat baik.
4. Terdapat berpengaruh positif dan signifikan penerapan metode jigsaw
terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa kelas di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-
Jakarta Selatan.
60
61
B. Saran
Diakhir penelitian ini, dengan berdasarkan pada kesimpulan yang telah
diambil, maka disarankan kepada:
1. Bagi sekolah dan guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternative untuk merubah cara
belajar siswa yang tadinya pasif menjdi lebih aktif di dalam proses
pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran Pendidikana Agma Islam.
2. Guru, hendaknya dapat menggunakan dan mengembangkan Metode
pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran salah satunya adalah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012.
Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada, 2007.
62
63
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hukum bacaan mad dan waqaf
C. Indikator
Memahami bacaan mad dan waqaf
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami pengertian dan pembagian mad, menjelaskan pengertian dan
pembagian mad, menjelaskan waqaf, membedakan bacaan waqaf dengan washal serta
menyebutkan pembagian waqaf
E. Materi Pembelajaran
Terlampir
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Model : Kooperatif tipe jigsaw
2. Metode : Diskusi kelompok, pemberian tugas, dan presentasi.
G. Langkah- langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Pendahuluan 8 menit
1. Mempersiapkan siswa
Guru mengucapkan salam, Siswa menjawab salam, 1 menit
melihat kesiapan siswa untuk menyiapkan diri untuk
belajar, dan memeriksa belajar, dan memberitahu
kehadiran siswa. teman yang tidak hadir.
Guru menyampaikan tujuan Siswa menyimak guru 3 menit
pembelajaran dan penjelasan
memberikan apersepsi
Guru menjelaskan model Siswa menyimak penjelasan 4 menit
pembelajaran yang akan guru
digunakan
Kegiatan Inti 62 menit
2. Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok
Guru menyampaikan sekilas Siswa mendengarkan 5 menit
materi yaitu Mad dan penjelasan guru
Waqaf
Guru membagi siswa menjadi Siswa membentuk kelompok 5 menit
5 kelompok asal yang terdiri asal sesuai arahan guru
atas 6 siswa (masyarakat (masyarakat belajar).
belajar).
Guru mengarahkan siswa Siswa berbagi tugas menjadi 2 menit
untuk berbagi tugas menjadi anggota kelompok ahli di
anggota kelompok ahli dalam kelompoknya masing-masing.
setiap kelompok asal.
3. Membimbing dalam diskusi
kelompok .
Guru memerintahkan siswa Siswa membuka Lembar 2 menit
membuka Lembar Kerja Kerja Siswa (LKS) mengenai
Siswa ( LKS ) mengenai mad mad dan waqaf.
dan waqaf
Guru memberikan Siswa mulai berdiskusi untuk 20 menit
kesempatan siswa berdiskusi membangun (kontruktivisme)
untuk membangun pengetahuan dan menemukan
(kontruktivisme) pengetahuan (inkuiri) jawaban LKS dalam
dan menemukan (inkuiri) kelompok ahli.
jawaban LKS yang
diberikan.
Guru memantau kerja setiap Siswa mengerjakan LKS dan 3 menit
kelompok dan memberi bertanya apabila ada yang
kesempatan siswa untuk tidak mengerti.
bertanya jika mengalami
kesulitan.
Guru meminta para anggota Para anggota kelompok ahli 20 menit
kelompok ahli untuk kembali kembali ke kelompok asal
ke kelompok asal dan dan berdiskusi untuk
berdiskusi untuk membangun membangun (kontruktivisme)
(kontruktivisme) pengetahuan pengetahuan yang
yang diperolehnya kepada diperolehnya kepada
anggota-anggota kelompok anggota-anggota kelompok
asalnya dan menemukan asalnya dan menemukan
(inkuiri) jawaban LKS yang (inkuiri) jawaban LKS dalam
diberikan. kelompok asal.
4. Evaluasi
Guru memberikan Siswa bertanya apabila ada 5 menit
kesempatan kepada siswa yang tidak dimengerti.
untuk bertanya apabila ada
yang tidak dimengerti.
Penutup 10 menit
Pemberian skor secara kelompok Kelompok terbaik 5 menit
dan pemberian reward. mendapatkan reward.
Guru membimbing siswa untuk Siswa bersama dengan guru 4 menit
menyimpulkan pelajaran. menyimpulkan pelajaran.
Guru meminta siswa untuk Siswa memperhatikan arahan 1 menit
mempelajari materi berikutnya. guru.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat
o Whiteboard
o Spidol
o Infokus
o Layar Infokus
o Laptop
2. Sumber Belajar
I. Penilaian
1. Teknik : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Essay
3. Instrumen : Tes Tertulis
Contoh Instrumen :
Mengetahui
Jakarta,……………………….
NIP NIP
HUKUM MAD & WAQAF SERTA PEMBAGIANNYA
A. MAD
a. Pengertian Mad
Mad secara bahasa artinya panjang, sedangkan menurut Ilmu tajwid, mad adalah
memanjangkan suara bacaan menurut aturan-aturannya dalam membaca al-qur'an.
b. Pembagian Mad
Yaitu memanjangkan bacaan (mad) karena adanya salah satu dari tiga huruf mad
(yaitu Alif Mati dan sebelum berbarus fathah, ya Mati dan sebelum nya berbaris
kasrah, dan wawu mati dan sebelumnya berbaris dlommah). Maka adalah alif
(2harokat). Misalnya :
a. pengertian
yaitu memanjangkan bacaan yang lebih atau sama dari mad ashli karena disebut oleh
hamzah atau sukun (tanda mati).
Yaitu apabila ada huruf mad ashli bertemu dengan huruf hamzah dan masih dalam
satu suku kata. Maka kadar (ukuran) panjang nya ialah 2 1/2 Alif atau 5 harakat.
Contoh dalam ayat:
Yaitu ketika mad asli bertemu dengan huruf hamzah pada dua suku kata, yaitu huruf
mad pada akhir suku pertama dan hamzah pada awal suku kata kedua. Jika dipisah
antara dua suku kata tersebut kedua-duanya memiliki arti sendiri. Ukuran panjangnya
2 sampai 5 harakat (ketukan) contoh ayat:
~ٓيببٌٔ اسسءيل اذمسّا ًعوتٔ التٔ اًعوت علينن ّاّفْا بعِد
Yaitu mad yang terjadi karena waqaf (memberhentikan) pada huruf akhir
suku kata dan sebelum huruf terakhir tersebut terdapat salah satu huruf mad asli (alif,
waw, dan ya mati). Ukuran mad nya 2-6 harakat (ketukan), contoh-conton mad 'arid
lissukun.
الديي dari ayat هبلل يْم الديي
ًستعييي dari ayat ّايبك ًستعيي
العقبة dari ayat شديد العقبة
Yaitu mad yang terjadi pada saat waqaf fathatain yang diikuti dengan alif rasam.
Cara membacanya adalah dengan cara membuang bunyi "an" pada fathatainndan
menggantikannya dengan "a" saja. Ukuran panjang mad ini adalah 1 alif (2 harakat).
Contoh 'Iwadh:
Yaitu mad yang berlaku ketika huruf mad bertemu dengan huruf yang bertasydid
dalam satu suku kata. Maka cara membacanya mestilah diberatkan pada kalimat itu.
Ukuran panjang mad ini adalah 3 alif (6 harakat). Contoh mad ini dalam penggalan
ayat:
Yaitu mad yang diiringi atau disambut oleh huruf yang bertanda mati yang terdapat
pada dua suku kata. Ukuran panjangnya adalah 3 alif ( 6 harakat). Contoh mad ini:
pada Q.S. Yunus [10]: 91
Nama lainnya adalah Mad Lazim Harfi Musyba, yaitu mad yang berlaku pada huruf-
huruf tunggal ( huruf-huruf potong) yang terdapat dalam beberapa pangkal surat
dalam Al-qur'an yang dikenal dengan ayat-ayat mutasyabihat. Ukuran panjangnya
adalah 3 alif (6 harakat). Contoh mad ini sebagai berikut:
Yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal (huruf-huruf potongan) yang
terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat pada pangkal surat-surat tertentu. Panjangnya
adalah 1 alif (2 harakat). Contoh:
Yaitu mad yang terjadi pada Ha dhomir ( Ha/ Hi/ Hu sebagai kata ganti). Mad jenis
ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Contoh : - َاًَ – ل
Catatan : Jika huruf sebelum Ha Dhomir itu mati (sukun), maka tidaklah berlaku mad
nya. Seperti pada kata:
Yaitu mad yang terjadi pada huruf hamzah istifham ( bertanya) bertemu dengan alif
lam washal. Ukurannya adalah 3 alif ( 6 Harakat). Contoh:
Yaitu apabila terhimpun dua buah huruf yaa. Yaa pertama berbaris dibawah serta
bertasydid dan yaa kedua mati (sukun). Ukuran panjangnya 1 alif (2 harakat). Contoh:
Pengertian Waqaf
Menurut bahasa , waqaf berarti berhenti/menahan. Sedangkan menurut istilah ilmu
tajwid, waqaf adalah memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan
niat meneruskan bacaan selanjutnya.
؞؞
9. Waqaf muraqabah/ waqaf Bila berhenti, maka berhentilah
ta'anuq pada salah satu tanda tersebut.
Jangan pada kedua-duanya
10. ش Waqaf Mujawal Boleh berhenti
Kelas :
No. Pernyataan SS S TS STS
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw sangat
1.
menarik dan menyenangkan.
Dengan metode jigsaw saya dan teman-teman aktif dalam proses
2.
belajar..
3. Kami saling menghargai pendapat sesama teman kelompok..
Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok membantu saya
4.
lebih mampu mengenal Pendidikan Agama Islam.
Cara belajar yang telah dilakukan membuat saya akrab dengan
5.
guru dan berani bertanya..
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
6. semakin akrab dengan teman-teman, sehingga saya semakin
senang dan bersemangat untuk belajar bersama teman-teman.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan kesempatan
7.
kepada kami untuk bertanya.
Guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan jawaban yang
8. menyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan
murid-murid.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
9.
Meningkatkan daya ingat saya
Metode jigsaw dapatMeningkatkan hubungan antarsiswa yang
10.
heterogen
Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif
11.
terhadap sekolah
Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif
12.
terhadap guru.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
13. belajar untuk memecahkan masalah secara bersama-sama
dengan teman
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
14.
lebih bertanggung jawab pada diri saya.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
15.
lebih bertanggungjawab pada teman-teman.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
16.
meningkaktkan ketrampilan berdiskusi.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
17.
meningkatkan ketrampilan bertanya.
18. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan berbaha sayang baik dalam
berdiskusi.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
19.
menumbuhkan rasa percaya diri saya dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya
20.
tertantang untuk belajar lebih giat lagi.
Angket Motivasi Belajar
Kelas :
No. Pernyataan SS S TS STS
Hadir tepat waktu pada saat ada pelajaran Pendidikan
1.
Agama Islam.
Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam sampai
2.
selesai.
Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar
3.
Pendidikan Agama Islam.
Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai
4.
tertinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Saya berusaha mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam
5.
dengan usaha sendiri.
Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran Pendidikan
6.
Agama Islam.
Saya mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam asal-
7.
asalan yang penting selesai.
Saya baru belajar Pendidikan Agama Islam ketika ada tugas
8.
atau ulangan.
Saya tidak pernah selesai mengikuti pelajaran Pendidikan
9.
Agama Islam.
Saya puas jika mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam
10.
lebih baik dari kemarin.
Saya puas mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam yang
11.
rendah.
Jika saya merasa kesulitan dengan pelajaran Pendidikan
12.
Agama Islam saya tingggalkan.
Saya tidak ingin mendapatkan nilai yang tinggi pada
13.
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ketika guru Pendidikan Agama Islam tidak masuk saya
14.
mendiskusikan pelajaran yang telah lalu dengan teman.
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw
15.
sangat menarik dan menyenangkan.
Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok (jigsaw)
16. membantu saya lebih mampu mengenal Pendidikan Agama
Islam.
Belajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw membuat
17.
saya akrab dengan guru dan berani bertanya.
Tugas-tugas dan soal-soal mudah dimengerti, sehingga
18.
dapat saya kerjakan dengan baik.
Guru selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk
19.
bertanya.
Saya jadi semangat belajar, karena guru menggunakan
20.
metode yang bervariasi.
DOKUMENTASI