Anda di halaman 1dari 10

PERAN KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DALAM MEMBANGUN

KUALITAS DIRI SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN DI MUKA BUMI


(Studi Peran Kader Himpunan Mahasiswa Islam di Universitas Batam)

Fatawa imam Al muftin


Tehnik Sistem informasi, Universitas Batam Kota Batam, Perumahan Marbella 2 Blok F19 No.32A Kel. Belian
Kec.Kota Batam
Email: muftinmarmut@gamil.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peran Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Cabang Batam di Universitas Batam, (2) Model Pembangunan Jiwa
kepemimpinan berciri Himpunan Mahasiswa Islam. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Data penelitian
dikumpulkan melalui observasi tidak langsung, wawancara mendalam, dan analisis
dokumen kegiatan. Keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi. Data yang
telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan model interaktif Miles &
Hubberman meliputi; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Subjek penelitian ini terdiri 3 (Tiga) orang alumni basic training dan Intermediate
Training. Hasil penelitian ini menunjukkan 3 temuan mendasar: Pertama, kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Batam mampu membangkitkan gairah
belajar mahasiswa di Universitas Batam. Kedua, kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) melahirkan beberapa komunitas belajar di setiap fakultas yang ada di
Universitas Batam. Ketiga, kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mampu
menghidupkan dan menjaga jiwa kepemimpinan dengan menggencarkan diskusi
terbuka di dalam kampus.

Kata Kunci: Peran Kader, Himpunan Mahasiswa Islam, Tradisi Ilmiah


Abstract

his research aim to know: (1) The Role of Islamic Student Association
(HMI) cadres of Batam Branch at Universitas Batam, (2) Development
Model of Scientific Tradition in Islamic Student Association. In this
research, we used qualitative research method with descriptive type.
Research data through indirect observation, in-depth interviews, and
document analysis of activities. Validity of data used triangulation
technique. Data that have been analyzed using Miles & Hubberman
interactive models include; Data reduction, presentation of data, and
pullout. The subjects of this study consisted of 5 (Five) alumni of basic
training and Intermediate Training. The results of this study indicate 3 basic
findings: First, the cadres of Islamic Student Association (HMI) Batam
Branch are able to increase the students' passion in Universitas Batam.
Secondly, the cadres of Islamic Students Association (HMI) can generate
several learning communities in every faculty in Universitas Batam. Third,
the cadres of the Islamic Students Association (HMI) are able to live and
maintain the scientific tradition by intensifying open discussion inside the
campus.

Keywords: Role of Cadres, Islamic Students Association, Scientific


Tradition
satu cara yang terbaik untuk mewujudkan hal
PENDAHULUAN
tersebut adalah meningkatkan keaktifan
A. Latar Belakang berorganisasi mahasiswa (Yasinta Karina Caesari
dkk, 2013). Lebih lanjut, hasil penelitian (Huang &
Pendidikan adalah alat yang digunakan Chang, 2004) menemukan bahwa mahasiswa yang
untuk mengembangkan kemampuan seseorang, aktif dalam kegiatan akademik dan kokurikuler
baik dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotorik. akan memiliki kemampuan yang berbeda dengan
Pendidikan bisa didapatkan di sekolah-sekolah mahasiswa yang sama sekali tidak berorganisasi
formal, lembaga-lembaga nonformal, maupun misalnya mahasiswa yang aktif berorganisasi
informal. Seseorang bisa bebas memilih jalur mana unggul dalam kemampuan berpikir, kemampuan
yang hendak dijadikan jalan untuk menempa bakat komunikasi, kemampuan interpersonal, dan
dan potensi dalam dirinya, bahkan pada saat memiliki jiwa kepemimpinan. Jika melihat situasi
menempuh pendidikan formal pun seorang individu saat ini, penelitian di atas sejalan dengan beberapa
berhak juga ikut dalam kegiatan-kegiatan fenomena di kampus diantaranya melemahnya daya
pendidikan nonformal. Salah satu tempat yang kritis mahasiswa karena disibukkan oleh berbagai
paling tepat menempa kemampuan seseorang macam tugas akademik seperti; tugas mengarang
adalah kampus. Seluruh kampus negeri maupun atau membuat paper, belajar untuk menghadapi
swasta diwajibkan mendorong kegiatan organisasi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas
mahasiswa di dalam kampus, olehnya itu administratif penunjang proses belajar, menghadiri
dibentuklah lembaga-lembaga kemahasiswaan pertemuan, dan kinerja akademik secara
mulai dari tingkat universitas sampai ke tingkat keseluruhan Solomon & Rothblum (Ghufron &
jurusan/program studi. Hal tersebut dilakukan agar Risnawita, 2010: 157-158). Keterlibatan mahasiswa
mahasiswa memiliki pribadi seorang pemimpin dalam organisasi baik internal maupun eksternal
mengasah kemampuan dan bakat yang terpendam memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan
dalam dirinya karena ruang-ruang akademik seperti psikososialnya (Foubert & Grainger, 2006:180)
di kelas dan laboratorium tidak cukup digunakan perkembangan tersebut dapat dilihat dalam
untuk mengembangkan bakat seseorang. Kehadiran kehidupan sehari-hari antara mahasiswa
lembaga-lembaga nonformal seperti Badan berorganisasi dan yang tidak berorganisasi, nampak
Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa jelas perbedaan kemampuan dalam hal penyesuaian
Jurusan, dll akan memberi dampak positif bagi diri ketika berjumpa dengan orang-orang yang baru.
tumbuh kembangnya tradisi atau sikap ilmiah Berbagai hasil riset di atas menunjukkan
mahasiswa di dalam kampus. bahwa peran organisasi sangat penting dalam
Tidak dapat dipungkiri mahasiswa adalah penumbuhan dan peningkatan kualitas manusia.
salah satu sumber daya manusia Indonesia yang Penelitian ini tidak akan membahas lebih jauh soal
paling penting dan juga merupakan generasi mahasiswa yang beroraganisasi dan yang tidak
penerus pembangunan bangsa. Mahasiswa sebagai berorganisasi atau membedah kualitas masing-
generasi muda merupakan insan yang memiliki masing. Penelitian ini akan fokus mengkaji sejauh
banyak tanggung jawab sebab dipundaknyalah arah mana peran kader Himpunan Mahasiswa Islam
bangsa Indonesia terpikul. Saat ini, mahasiswa (HMI) Cabang Batam sebagai sebuah organisasi
merupakan harapan besar bagi rakyat indonesia, mahasiswa yang berada di luar kampus. Himpunan
sebab perannya adalah agen perubahan di Mahasiswa Islam adalah sebuah organisasi
masyarakat (Agen social of cahange). Terdapat kekaderan yang sudah sangat lama berdiri di bumi
hubungan yang sangat harmonis antara mahasiswa Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 5 Februari
dan rakyat, mahasiswa bertugas sebagai 1947 yang diprakarsai oleh Lafran Pane bersama 14
penyambung lidah rakyat, mahasiswa bertugas orang mahasiswa STI (Agus Salim Sitompul,
sebagai pengontrol berbagai kebijakan pemerintah. 1997:331). Jika membaca tahun berdirinya usia
Oleh karena itulah, posisi mahasiswa saat ini sangat HMI sudah 70 tahun, usia yang sangat matang bagi
dibutuhkan dan wajib terlibat dalam berbagai sebuah organisasi kemahasiswaan. Perkembangan
agenda pembangnan bangsa. HMI dari tahun ke tahun menandakan bahwa
Untuk mewujudkan segala peran dan organisasi tersebut dikelola dengan baik. Khusus
tanggung jawab seorang mahasiswa dibutuhkan untuk HMI cabang Batam, jumlah kadernya dari
sebuah wadah pengembangan diri, organisasi dapat tahun 2010-2022 menembus angka 1.000 kader
menjadi wadah untuk menampung itu. Saat ini, (data base HMI cabang Batam). Hal tersebut
perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat. menunjukkan adanya ketertarikan dan peran kader
Hal itu ditandai dengan persaingan untuk HMI dalam membangun citra positif di dalam
mendapatkan pekerjaan semakin sulit. Oleh sebab kampus.
itu, keberadaan perguruan tinggi sebagai lembaga Eksistensi HMI sebagai organisasi
pendidikan sangat mempengaruhi lahirnya sumber kemahasiswaan yang berkedudukan di luar
daya manusia baru yang berdaya saing tinggi, dan
salah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
kampus menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi pola
perkaderan yang dilakukan oleh HMI berbeda dari maka dalam penelitian ini akan dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
organisasi kemahasiswaan pada umumnya. Sebagai
1. Bagaimana peran kader HMI Cabang Batam
organisasi besar, HMI adalah bagian dari
dalam membangun jiwa kepemimpinan di
pendidikan luar sekolah yang menjalankan
Universitas Batam?
pelatihan dan pembinaan kepada generasi muda
khususnya mahasiswa. Pelatihan dan kaderisasi 2. Bagaimana model pembangunan jiwa
inilah yang turun temurun dilakukan oleh HMI kepemimpinan berciri HMI di Universitas
Batam ?
sehingga mampu bertahan sampai sekarang.
C. Tujuan Penelitian
Organisasi ini meyakini bahwa hanya peran kader
yang mampu melanjutkan perjuangan dan cita-cita Sesuai rumusan masalah di atas maka tujuan
HMI. Seperti yang dijelaskan oleh (Soerjono penelitian ini untuk mengetahui:
Soekanto, 2002) peran adalah aspek dinamis 1. Peran kader HMI Cabang Batam dalam
kedudukan (status) seseorang, apabila seseorang membangun jiwa kepemimpinan di Uniba.
tersebut melaksanakan hak dan kewajibannya 2. Model pembangunan jiwa kepemimpinan
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan berciri HMI di Universitas Batam.
suatu peranan. Berdasarkan penjelasan di atas,
D. Manfaat Penelitian
setiap kader HMI cabang Batam sudah seharusnya
mengetahui peranannya dan menjalankan tugas dan 1. Secara Teoritis
fungsinya masing-masing karena kader merupakan Hasil penelitian ini diharapakan menjadi
tulang punggung yang menggerakkan roda sumber dan tambahan informasi mengenai perlunya
organisasi. Oleh sebab itu, kader harus memiliki mengetahui peran kader HMI cabang Batam di
pandangan, visi, dan ideologi organisasi. Demi Kampus Universitas Batam.
2. Secara Praktis
mewujudkan itu, kader membutuhkan pendidikan
politik dan pelatihan yang baik (Sidratahta Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi
Mukhtar, 2006:89). Pendidikan dan pelatihan bagi panduan bagi mahasiswa ataupun birokrasi kampus
kader HMI merupakan gerakan politik dan dalam membangun jiwa kepemimpinan mahasiswa
keagamaan, menurut pendiri HMI Lafran Pane, di Universitas Batam.
HMI dan politik tidak bisa dipisahkan sebab untuk
METODE PENELITAN
mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI harus
A. Jenis Penelitian
dilakukan secara politis dan itu sudah menjadi
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
watak HMI sejak berdiri (Saleh Hasanuddin M,
dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penggunaan
1996:5).
metode ini adalah untuk mengungkap fakta,
Dari pendidikan dan pelatihan itulah lahir
mengurai fenomena, dan realitas secara apa adanya.
kader-kader unggul di HMI cabang Batam. Kader
Jenis ini digunakan untuk menafsirkan dan
itulah yang bergerak membangun jiwa
menuturkan data-data seperti apa peran kader HMI
kepemimpinandi dalam kampus khususnya di
cabang Batam di Universitas Batam dan bagaimana
Universitas Batam (UNIBA). Dinamika peran
kader-kader tersebut membangun jiwa
kader HMI di kampus tersebut telah memberikan
kepemimpinan di dalam kampus. Penelitian ini
banyak warna dan tradisi tersendiri, meskipun
dipilih karena peneliti ini mendalami dan melihat
masih terdapat beberapa kader yang melanggar
secara langsung proses atau dinamika kader HMI
aturan kampus. Namun meski demikian, peran
cabang Batam di dalam kampus.
positif kader HMI cabang Batam di kampus
UNIBA tidak bisa dipungkiri. Dari berbagai
B. Tempat dan Waktu Penelitian
dinamika yang terjadi peneliti tertarik untuk 1. Tempat
mendalami sejauh mana peran kader HMI cabang
Penelitian ini dilakukan di dalam kampus
Batam di Universitas Batam dalam membangun, Universitas Batam. Lebih spesifik lagi,
menjaga, dan mengembangkan jiwa dilaksanakan di setiap fakultas yang juga
kepemimpinandi kampus. merupakan komisariat HMI cabang Batam
2. Waktu
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
- November 2023. Berikut ini adalah uraian
proses penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 1. Proses Penelitian
Kegiatan Waktu
Tahap Perizinan Agustus 2023
Tahap Pengumpulan Data Agustus 2023
Tahap Pengolahan Data September 2023
Tahap Penyusunan Laporan November 2023
hal yang bersifat pokok dan penting. 2. Penyajian
C. Subjek Penelitian
data, data disajikan dalam bentuk narasi berupa
Subjek penelitian ini adalah kader HMI
informasi mengenai hal-hal yang terkait evaluasi
cabang Batam yang berkampus di Universitas
keberhasilan program pelatihan dasar (basic
Batam. Penentuan subjek atau informan
training) HMI Cabang Batam. Penyajian data
menggunakan prosedur purposif, Bunging
dimaksudkan untuk mengorganisir hasil reduksi
(2010:107) menjelaskan prosedur purposif adalah
data dan menyusunnya ke dalam pola hubungan
suatu strategi yang digunakan dalam menentukan
yang jelas sehingga mudah dipahami. 3. Penarikan
informan sesuai dengan kriteria dan relevan dengan
kesimpulan, penarikan kesimpulan secara kritis
masalah penelitian. Tujuan menggunakan prosedur
dengan menggunakan metode induktif yang
ini karena informan dianggap memiliki peran di
berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh
dalam kampus khususnya pada komisariatnya
kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan
masing-masing.
tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat
kembali hasil reduksi dan display data sehingga
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan
masal.
menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. (1) teknik wawancara merupakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan
A. Sejarah Berdirinya
antara pewawancara dengan informan. Jenis
Sejarah berdirinya Himpunan Mahasiswa
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
Islam tidak bisa dilepaskan dengan nama yang
yaitu jenis menggunakan pendekatan pedoman
sangat populer dikalangan HMI yaitu Lafran Pane
wawancara. Patton (2009: 188) menjelaskan
sebagai inisiator berdrinya HMI. Pada hari Rabu
bahwa pendekatan pedoman wawancara adalah
Pon, 14 Rabiulawal 1366 H atau bertepatan dengan
daftar pertanyaan atau soal yang dicari selama
5 Februari 1947 M pukul 16.00 WIB, Lafran Pane
berjalannya wawancara dan dilakukan secara
mendeklarasikan berdirinya organisasi mahasiswa
mendalam. (2) dalam penelitian ini, jenis observasi
Islam dengan memanfaatkan jam perkuliahan Prof.
yang digunakan adalah observasi tak terstruktur.
Husein Yahya dihadapan 20 mahasiswa lainnya
Menurut (Sugiyono, 2010:313) observasi tak
diantaranya Kartono, Dahlan Husein, Anton Timur
tersturktur adalah observasi yang tidak
Djaelani, Yusdi Ghozali dll. Acara deklarasi
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
tersebut bertempat di salah satu ruang kuliah
akan diobservasi (3) dokumentasi merupakan
Sekolah Tinggi Islam/STI (sekarang UII), Jl.
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
Setyodiningratan 30 (Sekarang P. Senopati 30).
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari sesorang. Berawal dari tempat itulah HMI berdiri dengan
deklarasi singkat Lafran Pane berikut ini: “Hari ini
E. Keabsahan Data adalah rapat pembentukan organisasi mahasiswa
Islam, karena seluruh persiapan maupun
Teknik pemeriksaan data digunakan untuk
perlengkapan yang diperlukan sudah siap”.
menetapkan keabsahan suatu data agar data itu sah.
Sejak berdirinya, HMI mengidentifikasi
Moleong, (2007:332) mengemukakan bahwa
dirinya sebagai organisasi independen yang
“Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
berbasis kemahasiswaan dengan mengutamakan
keabsahan data yang dapat digunakan untuk
kebebasan berpikir dan bertindak sesuai hati nurani
menghilangkan perbedaan konstruksi realitas
masing-masing. Prinsip dan komitmen pada
dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
perjuangan Islam dalam bingkai Negara Kesatuan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari
Republik Indonesia adalah 101 idealisme yang
berbagai pandangan.
selalu dipegang teguh dan utuh oleh para kader
F. Teknik Analisis data HMI, hal tersebut disebutkan secara padat dalam
tujuan awal pembentukan HMI yaitu (1)
Proses analisis data menggunakan model
mempertahankan Negara Republik Indonesia dan
interaktif Miles dan Hubberman (1994) yaitu
mempertinggi derajat rakyat Indonesia, (2)
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
menegakkan dan mengembangkan Agama Islam.
kesimpulan. 1. Reduksi data, data yang dihasilkan
Tujuan tersebut dikembangkan menjadi lebih
dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
universal yaitu pada bab 3 pasal 4 anggaran dasar
merupakan data mentah yang masih bersifat acak
HMI yang berbunyi ”terbinanya insan akademis,
dan kompleks. Untuk itu, peneliti melakukan
pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan
pemilihan data yang relevan dan bermakna serta
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat
mampu menjawab permasalahan penelitian.
adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
Selanjutnya, data disederhanakan kemudian
Wata’ala”. Selain hal tersebut, ada yang
disusun secara sistematis ke dalam unit-unit sesuai
dengan sifat masing-masing dan menonjolkan hal-
dilakukan oleh seorang kader, tetapi bekal
Melatar belakangi berdirinya HMI. Setelah
menelisik lebih jauh, ada 3 faktor yang dijadikan semangat dan dorongan senior-seniornya, kader
tersebut mampu mengambil bagian dalam berbagai
sebagai alasan didirikannya organisasi mahasiswa
dinamika di dalam kampus. Seperti yang
berbasis Islam tersebut yaitu, (1) situasi kebangsaan
disampaikan oleh Rayhan Valcon, kader yang
terdiri dari 2 yaitu internal dan eksternal, internal
berkampus di Fakultas Tehnik Sistem informasi.
ditandai dengan kehadiran Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang dengan terang-terangan ingin Menurutnya, ketika peran seorang kader adalah
mengganti ideologi pancasila menjadi ideologi harus mampu mengajak mahasiswa lainnya agar
terlibat di HMI. Berikut ulasannya, saat ditanya
komunis, sedangkan eskternal ditandai dengan
mengenai perannya sebagai kader HMI:
ancaman dan agresi militer belanda II pada kisaran
“Ketertarikan teman-teman yang jadi
tahun 1948, (2) pergolakan umat islam di tanah air
pengurus itu lebih besar di organisasi
juga menjadi tanda kelahiran HMI dimana pada
fase tersebut tepat pasca kemerdekaan Republik kampus dari pada HMI, itu yang menjadi
Indonesia organisasi bernafaskan Islam muncul permasalahan. Saya berusaha untuk
merangkul semua teman-teman dengan cara
dengan kepentingan yang berbeda-beda, terutama
apapun, tentu bukan cara negatif, misalnya
golongan Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah
mereka membutuhkan sesuatu saya
yang berselisih paham. Oleh karena itu, masyarakat
usahakan”
menjadi bingung memilih aliran yang paling tepat,
(3) situasi kampus dan kemahasiswaan di Indonesia Ulasan di atas menyiratkan bahwa, seorang
khususnya di Yogyakarta ditandai dengan kader memiliki peran merangkul setiap mahasiswa
menyebarnya virus- virus sosialisme dan agar bisa menjadi salah satu bagian dari HMI. Oleh
komunisme dikalangan masyarakat dan mahasiswa. karena itulah HMI secara kuantitas unggul, terlebih
untuk wilayah Cabang Batam. Lebih lanjut, Fajar
Sehingga pada perjalanannya HMI berhasil
membentuk beberapa cabang di Indonesia termasuk irawan menambahkan mengenai perannya sebagai
cabang Batam. Kahim HMSI dan kader HMI. Menurutnya, jiwa
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Batam kepemimpinan itu penting dikembangkan di dalam
merupakan salah satu cabang yang berada dibawah kampus, sejauh ini peran Fajar irawan dalam hal
naungan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa tersebut adalah:
“Selalu mendorong kegiatan diskusi
Islam. Himpunan Mahasiswa Islam bertempat di
Sadai, Kec. Belian, Kota Batam, Kepulauan Riau Jl. maupun kajian di kampus kak, cuma
Uniba no 5 Batam Center. Keberadaan Himpunan mahasiswa cenderung apatis untuk
Mahasiswa Islam di Batam. mengikutinya”
Meskipun mahasiswa cenderung apatis dan
tidak mempedulikan kegiatan tersebut, Fajar irawan
B. Peran Kader Hmi
tidak pernah berhenti melakukan tugasnya sebagai
Peran Kader HMI di kampus Universitas
agen perubahan, khususnya di Fakultas Ekonomi
Batam tidak terlepas dari semangat perubahan yang
dan Bisnis. Tidak bisa dipungkiri, budaya baca,
terpendam dalam diri setiap kader. Semangat
diskusi, dan belajar mahasiswa menurun dan itu
tersebut diperoleh dari proses perkaderan yang
terjadi dihampir semua kampus di Indonesia. hal
dilakukan oleh HMI cabang Batam seperti Basic
inilah yang selalu menjadi tantangan HMI cabang
Training, Intermediate Training, dan Advanced
Batam. Menghidupkan budaya atau jiwa
Training. Setiap kader yang telah melewati tahapan
kepemimpinan berarti secara tidak langsung kita
pelatihan di HMI diberi tugas dan tanggungjawab
telah memberikan kontribusi yang sangat besar
agar selalu menghidupkan budaya ilmiah di kampus
untuk bangsa dan negara.
masing- masing. Peran tersebut tentu tidak mudah
Tidak hanya Rayhan dan Fajar, mahasiswa
Fakultas Hukum David Nasution sebagai ketua
HMI cabang Batam juga memperjelas peran kader
HMI di kampus Universitas Riau Kepulauan dalam
menumbuhkan tradisi ilmiah, menurutnya:
“Kampus adalah tempat pertemuan yang
efektif. Entah itu berbicara tentang
kepemimpinan ataupun berbicara tentang
apa yang terjadi pada lingkup kampus.
Apapun temanya. Diskusinya kadang
dilakukan 2 x seminggu, terkadang juga 1 x
seminggu”
Penjelasan David Nasution di atas mempertegas
jika dalam seminggu minimal berjalan 1 atau 2
kali diskusi.
Sebagai sebuah organisasi tua, HMI selalu
“kehausan”. Kehausan yang dimaksud di sini
adalah, rasa kepenasaran intelektual kader HMI menjunjung prinsip pengelolaan organisasi secara
profesional. Tanpa pengelolaan yang profesional,
tinggi dan selalu ingin belajar banyak hal, apapun
HMI tidak akan mampu mengarahkan dan
temanya. Kegiatan diskusi tersebut kadang
menumbuhkan jiwa partisipatif kader-kadernya.
dilakukan di kelas, di kantin kampus, di bawah
Hal itu jugalah yang membuat HMI bertahan
pohon, atau di sekretariat lembaga kemahasiswan.
Begitulah kader HMI bekerja mengembangkan sampai sekarang dan mampu bersaing dengan
kemampuan personal sekaligus mengharumkan organisasi kemahasiswaan lainnya. Dari
pengelolaan yang baik itulah, HMI dengan mudah
nama HMI di kampus. Peran-peran yang dijalankan
mampu merekrut peserta atau calon anggota baru.
merupakan bagian dari tanggung jawab kader
Perekrutan tersebut dilakukan di tingkat komisariat
dalam mengemban amanah dari salah satu materi
atau di masing-masing fakultas yang ada di
yang didapatkan pada saat basic training yakni
materi mission HMI. Univeristas Uniba. Setiap komisariat wajib
Bagaimanapun, setiap kader harus memahami melaksanakan minimal satu kali basic training dan
lulusan tersebut harus di dampingi sampai benar-
ideologi dan dasar kebenaran yang dianut oleh HMI
benar paham. Model pendampingan ini tersebut
dalam menjalankan nilai-nilai keislaman itu sendiri.
dilakukan dengan cara follow up. Cara ini dilakukan
Jika ideologi dan dasar-dasar kebenaran telah
secara sistematis dan terorganisir. Setiap komsariat
dipahami secara mendalam maka yakin dan percaya
seorang kader mampu melaksanakan peran dan tidak boleh melaksanakan follow up jika tidak
tanggung jawabnya sebagai seorang muslim. melalui vice of master (wakil). Wakil master ini
bertugas mendampingi proses perkaderan yang
Senada dengan ulasan fasilitator La Dewastria P.S
dilaksanakan oleh komisariat sampai proses follow
“Kebenaran yang ditanamkan adalah
up. Senada dengan ungkapan ketua umum HMI
bahwa islam itu Rahmatan Lil Alamin”
cabang Batam David Nasution:
Setiap fasilitator yang khusus membawakan materi
“Basic training itu kan dipandu oleh vice of
ke-HMI-an harus sebisa mungkin menanamkan
master nah setelah selesai basic training
kesadaran bahwa Islam itu Rahmatan Lil Alamin.
Selain itu, fasilitator harus bisa memastikan bahwa ketua komisariat harus menghubungi vice of
setiap peserta telah sampai pada kepenasaranan master ini untuk mengawal proses follow up
atau kajian adik-adik. Selama 6 bulan
intelektual. Oleh karena semangat kepenasaran
komisariat harus adakan follow up atau
intelektual itulah kader gencar melakukan kajian
pendalaman materi-materi pelatihan. Vice
dan diskusi rutin di dalam kampus. Berikut ini
ulasan fasilitator HMI tentang kecintaan kader of master inilah yang mengawal bersama
terhadap organisasi yang diikuti: ketua komisariat dan bidang PA-nya
menghadirkan narasumber, mislanya
Kenapa HMI mampu membuat setiap kader
mengadakan kajian paket logika. Vice of
mencintainya? Tentunya karena HMI
masterlah yang mencarikan materi”
mampu memberikan apa yang mereka
Penjelasan David di atas menunjukkan
inginkan dan untuk apa mereka menetap
disitu. Kebetuhan intelektual bisa diberikan bahwa dalam melaksanakan pendampingan, pihak
oleh HMI sehingga ia layak untuk ditempati. komisariat tetap harus sesuai prosedur organisasi.
Proses Follow up biasanya dilaksanakan di kampus
Persoalan kenyamanan, di HMI tidak
dimana masing-masing komisariat penyelenggara
melihat siapa junior, siapa senior. Pada
bertempat. Hal itulah yang dilakukan oleh kader-
dasarnya mereka semua sama. Kenapa
kader HMI dalam menjaga dan merawat kader-
HMI membuat kita jatuh cinta karena ada
pengalaman baru. kader baru lulusan basic training. Kebiasaan ini
Atas dasar kecintaan itulah kader dengan ikhlas dan pula memicu bangkitnya ketertarikan mahasiswa
yang lain untuk mengikuti program-program HMI
tulus menjalankan perannya tanpa ada paksaan dari
cabang Batam. Secara sengaja, kajian dilaksanakan
orang lain. Ketulusan dan keikhlasan tersebut
di tempat terbuka tetapi bukan untuk umum. Jika
terlihat dari tidak adanya praktik bayar membayar
ingin mengikuti materi tersebut, seseorang harus
antara senior dan junior saat melakukan kegiatan.
Begitulah budaya yang dibangun oleh HMI dan ikut basic training terlebih dahulu.
kader-kadernya selama ini. Berkat itu pula, Lebih lanjut, untuk menjalankan perannya,
organisasi HMI diperhitungkan baik dalam pentas kader HMI telah dibekali doktrin ke HMI-an.
politik maupun dalam panggung-panggung Menurut Adri Wislawawan, doktrin tersebut
diberikan pada saat basic training. Berikut
demokrasi baik level daerah maupun level nasional.
penjelasannya:
“Sementara mereka melaksanakan bastra
C. Model Pembangunan Jiwa Kepemimpinan
itu sudah diberikan doktrin tentang ke
PEMBAHASAN
HMI-an, doktrin tentang tujuan HMI bahkan
kita berikan mission secret HMI yang A. Peran Kader
mereka harus jalankan di kampus, namanya Kader merupakan nafas dan ujung tombak
mission secret ya peserta basic training perjuangan HMI. Tanpa kader, HMI bukanlah
yang tau. Berkat materi inilah proses siapa-siapa. Oleh sebab itu, cabang manapun harus
kaderisasi sampai sekarang tidak berhenti. menjaga agar proses kaderisasi itu agar tetap
Mission secret inilah dibawa oleh tiap kader berjalan sebagaimana mestinya. Untuk HMI cabang
memainkan peran untuk menghadirkan Batam, proses pengkaderan merupakan ajang
kader-kader selanjutnya. pembentukan kerangka berpikir. Setiap mahasiswa
Jawabannya semakin mengerucut. Alasan yang yang telah mengikuti basic training dipastikan
membuat HMI bertahan karena adanya mission motivasi belajar dan cara pandangnya berubah. Hal
secret yang melatarbelakangi peran-peran kader di itu dibuktikan dengan hadirnya diskusi-diskusi
dalam kampus. Jika ditelusuri lebih jauh, berbagai kecil di sudut-sudut kampus. Tradisi tersebut
peran yang dimainkan oleh setiap kader terpelihara sehingga banyak mahasiswa tertarik
diantaranya: gencar melakukan diskusi dengan mengikuti kegiatan basic training. Kader-kader
teman kelas, teman se-HMI, dan tidak jarang mampu membangkitkan gairah belajar mahasiswa
mengundang organisasi lain untuk mendiskusikan yang lain dan memicu terbentuknya kelompok
banyak hal. Secara tidak langsung kader-kader belajar oleh mahasiswa non HMI.
tersebut telah memperkenalkan HMI kepada Temuan di atas menunjukkan bahwa kader
mahasiswa lain. Tidak hanya sampai disitu, kader HMI cabang Batam telah memberikan dampak
HMI mengupayakan terbentukya kelompok- positif terhadap perkembangan jiwa kepemimpinan
kelompok studi di dalam kampus. Hal itu mahasiswa Terutama di dalam kampus Universitas
memudahkan koordinasi dan mengatur jadwal Batam, itu berarti pengkaderan telah memberikan
pemateri. sesuatu yang luar biasa. Senada dengan Zubaeri
Organisasi tersebut mampu memicu lahirnya (2011: 17) bahwa makna pengkaderan HMI adalah
kelompok-kelompok belajar baru dari kalangan menyadarkan kadernya agar mampu menjadi
mahasisw non HMI. Tentu hal ini sangat positif dirinya sendiri (capacity building) yang memadai
bagi tumbuh kembangnya jiwa kepemimpinan di sebagai bekal hidup dan fungsi kekhalifaan di muka
kampus Universitas Batam. Jika ingin diurutkan bumi, yaitu penjaga keseimbangan antara
model pembangunan jiwa kepemimpinan kader itu mikrokosmos dengan makrokosmos hingga
dimulai dari basic training – follow up – terciptanya dinamisasi hubungan yang saling
diskusi/kajian terbuka – basic training. Begitulah membutuhkan tetapi tidak saling menguasai.
arah pembangunan jiwa kepemimpinan berciri khas Pendapat di atas sangat sinkron dengan realitas di
HMI. Model seperti ini terpeliharan secara turun lapangan. Kader yang dulunya belum mengikuti
temurun, setiap ada kader baru, pendahulunya pasti basic training diketahui sangat malas membaca
memberi contoh sehingga dapat berlangsung buku, berdiskusi, bahkan sama sekali tidak ingin
sampai sekarang. Walau demikian, dalam berorganisasi. Tetapi, setelah mengikuti
perjalanannya, masih tetap ada kekurangan yang pengkaderan, semuanya dapat berubah. Ditemukan
ditemui. Selain contoh dari senior-seniornya, cara mahasiswa lulusan basic training menjadi pribadi
kerja seperi ini memang telah diatur dalam lebih berani dan berwibawa layaknya seorang
konstitusi HMI terkait independensi etis dan pemimpin. Walaupun di sisi lain masih ada
organisatoris. Menurut Andri Saputra Bendahara sebagian kecil lulusan pelatihan belum memiliki
Umum cabang Batam: kesadaran demikian.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kader
“Independensi etis inilah yang kemudian benar-benar berperan positif di tempat lain.
bergerak secara individual agar kita sadar Dipertegas lagi oleh Goldstein dan Ford (2002:1)
bahwa kita ini adalah kader HMI, oleh bahwa pelatihan memang sebagai wadah untuk
sebab itu langkahkanlah kaki dimana kamu mengupgrade kemampuan secara sistematis, aturan,
sebagai kader HMI, ketika itu terjadi maka dan sikap yang menghasilkan peningkatan kerja di
akan berdampak baik bagi dirimu dan dalam lingkungan lain. Oleh sebab itulah peran
intitusimu karena HMI itu akan melekat kader HMI cabang Batam di Universitas Batam
dalam dirimu dan dalam perjalanan sangat berjalan dinamis.
kehidupannmu” Di sisi lain, HMI berhasil membuat
mahasiswa mencintai dirinya, atas dasar itulah HMI
Penejelasan di atas bermakna bahwa setiap kader
selalu ada dalam diri setiap kader dimanapun
harus sadar bahwa dirinya adalah HMI dan oleh
berada. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa Kader
sebab itu harus menjaga sikap, perilaku, dan
HMI harus menjadi khalifah fil ard untuk dirinya.
tindakan-tindakannya dalam kehidupan sehari-
hari.
menarik perhatian mahasiswa yang lain untuk
pernah mengeluh dan meminta imbalan atas apa
yang telah dilkukan. Walaupun secara kompetensi mengikuti basic training. Begitu seterusnya,
sehingga tercipta satu tradisi tersendiri yang
keluaran pelatihan HMI cabang Makassar belum
mengakar dalam hati masing-masing kader. Selain
mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama
di kampus, mission secret HMI dijalankan juga
(Andi Hasdiansyah & Yoyon Suryono, 2016)
dalam kehidupan sehari-hari.
dikarenakan faktor kemalasan kader itu sendiri.
Peran kader HMI cabang Batam walau kecil namun
telah banyak memberi arti dalam kehidupan KESIMPULAN
kemahasiswaan dan agama islam itu sendiri. Setelah melakukan penelitian dan
pengkajian mendalam, maka peneliti akan
B. Model Pembangunan Jiwa Kepemimpinan menyimpulkan hasil penelitian ini. Adapun
Bagaimanapun, model pembangunan jiwa kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
kepemimpinan HMI memiliki ciri khas dan sangat 1. Peran kader HMI di kampus Universitas Uniba
berbeda dengan organisasi pada umumnya. Cara memberi dampak positif terhadap tumbuh
kerja kader HMI terstruktur dan tanpa rasa lelah. kembangnya jiwa kepemimpin dalam kampus
seperti tumbuhnya gairah belajar mahasiswa
Pembinaan demi pembinaan dilakukan agar lepasan
ditandai dengan seringnya kader HMI
basic training mampu mendalami secara khidmat
materi-materi dasar yang diberikan pada saat Berdiskus dan berani mengambil peran atau pun
pelatihan. Dengan penguasaan materi, maka berdebat dengan rekan sejawat, dan kegiatan-
diyakini kader akan dengan mudah melakukan kegiatan penyadaran lainnya.
sosialisasi dan mempengaruhi orang lain agar ikut 2. Terbentuk kelompok-kelompok belajar
mahasiswa lulusan basic training HMI cabang
ber-HMI.
Dari berbagai temuan hasil penelitian di atas Batam dan memicu lahirnya kelompok-
maka dalam bagian ini peneliti akan memberikan kelompok belajar dari mahasiswa non HMI.
gambaran mendetail bagaimana HMI menciptakan 3. Terdapat model pembangunan jiwa
dan membangun jiwa kepemimpin, andi dalam kepemimpinan yang sudah mengakar sehingga
kampus. Dari 5 kader yang menjadi informan dalam melaksanakan perannya, kader sudah
memiliki petunjuk yang alamiah pula.
penelitian ditambah ketua umum dan pengelola
pelatihan peneliti akhirnya menemukan model
pembangunan jiwa kepemimpinan tersebut. Berikut DAFTAR PUSTAKA
ini adalah model yang dimaksud:
Agussalim Sitompul. 1997. Pemikiran HMI dan
Relevansinya dengan Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media

Bunging, B. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Kencana

Foubert, J. D., & Grainger, L. U. (2006). Effect of


involvement in clubs and organization on the
psychosocial development of first-year and senior
college students. Naspa Journal, 43(1), 166-182.

Ghufron, M. N., & Risnawita, R. 2010. Teori-teori


psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Goldstein, I. L & Ford, J. K. (2002). Training In


Organization. Canada:Vicky Knight
Gambar 1. Model Pembangunan Jiwa
Kepemimpinan.
Huang, Y. & Chang, S. 2004. Academic and
Hasil ilustrasi peneliti
cocurricular involvement: Their relationship and
best combinations for student growth. Journal of
Gambar di atas merupakan model College Student Development, 45 (4), 391-406.
pembangunan jiwa kepemimpinan berciri khas
HMI. Setiap peserta pelatihan yang mengikuti basic Miles, M.B & Huberman, A.M. 1994. Qualitative
training diberikan misi tersembunyi untuk
data analysis: An expanded sourcebook (2nd ed).
dijalankan di kampus. Misi tersebut ditularkan
New York: Sage Publications.
melalui kegiatan follow up dan diskusi atau kajian
ilmiah di kampus. Berangkat dari kegiatan di atas,
HMI berhasil membangun citra positif sehingga
Moleong, L.J. 2007. Metodologi penelitian
kualitatif (Rev. ed.). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Patton. M. Q. 2009. Metode evaluasi kualitatif.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa


Azas Tunggal Pancasila, Yogyakarta : Kelompok
Studi Lingkaran.

Sidratahta Mukhtar, HMI dan Kekuasaan,


(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),

Soekanto, Soerjono. 2002, Teori Peranan, Jakarta,


Bumi Aksara

Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan


(pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D)
Bandung: Alfabeta.

Yasinta KC, Anita L, dan Jati A. 2013. “kuliah


versus organisasi” Studi kasus mengenai strategi
belajar pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi
mahasiswa pecinta alam universitas diponegoro
[elektronik] Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.

Zubaeri & Sahide, A. (2011). HMI (pemikiran dan


gerakan intelektual). Yogyakarta: The Phinisi Press
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai