LBM 3 SGD
LBM 3 SGD
LBM 3 SGD 9
“Pengalaman Wisata”
Disusun oleh :
NIM : 022.06.0052
KELAS :B
KELOMPOK : SGD 9
BLOK : Urogenital 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya serta kemampuan yang saya miliki dalam penyusunan Laporan SGD ( Small
Group Discussion) ini dapat tersusun
Laporan yang sudah saya susun ini membahas mengenai hasil SGD LBM 1 yang
berjudul “Pengalaman Wisata”yang meliputi seven steps yang terbagi dalam dua sesi
SGD ( Small Group Discussion) .
Tentunya dalam penyusunan laporan ini penulis banyak bantuan dan juga masukan
serta saran dari beberapa pihak, Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tentunya banyak kekurangan dan
kekeliruan kata. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap agar laporan ini bisa berguna bagi
pihak yang bersangkutan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO
Pengalaman Wisata
Seorang Bule Afrika berusia 61 tahun merupakan wisatawan datang untuk mendaki
gunung Rinjani. Selama perjalanan mendaki dengan suhu lingkungan yang sangat dingin,
dia memiliki dorongan yang kuat untuk buang air kecil berkali-kali dan kemudian
menghasilkan volume urin yang cukup besar dengan urin yang berwarna terang. Berbeda
dengan negara asalnya dia jarang BAK dan volume urinnya sedikit dan
berwarna agak gelap
Pada SGD LBM 3 kali ini yang membahas skenario yang berjudul “Pengalaman
Wisata" didapatkan beberapa identifikasi masalah. Dimana seorang bule afrika
berusia 61 tahun mendaki gunung rinjani yang dimana diketahui gunung tersebut
memiliki suhu lingkungan yang sangat dingin sehingga bule tersebut berkali kali
membuang air kecil. Sebelum itu akan dibahas mengenai bagaimana anatomi dari
Vesica Urinaria ( Kandung Kemih), Ureter, Inervasi, mekanisme, dan faktor yang
mempengaruhi dari Miksi ( Buang Air Kecil ) yang bisa kita bisa lihat pada bagian
pembahasan laporan SGD LBM 3 ini .
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI VESICA URINARIA DAN URETER
Pada fisiologi miksi, terdapat beberapa organ urinaria yang berperan. Ureter
merupakan struktur dari sistem urinaria yang menghubungkan antara pelvis renalis
dengan vesika urinaria. Ureter juga dapat didefinisikan sebagai saluran dengan panjang
25-30 cm, berdinding tebal, dengan lumen sempit berdiameter 1-10 mm. Terdapat
sepasang ureter di dalam sistem urinaria. Masing-masing dari kedua ureter mengangkut
urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih atau pelvis renalis. Di dasar kandung
kemih, ureter melengkung ke arah medial dan berjalan miring melalui dinding aspek
posterior kandung kemih. Meskipun tidak terdapat katup anatomis di tempat untuk
masing-masing ureter ke dalam kandung kemih, katup fisiologis cukup efektif. Sewaktu
terisi urine, tekanan di dalam kandung kemih menekanlubang miring temoat masuk
ureter dan mencegah aliran balik urine. Apabila katup fisiologis ini tidak bekerja dengan
baik, ada kemungkinan mikroba naik ke dalam ureter dan menginfeksi struktur diatasnya
(Tortora, GJ., Derrick. son,B, 2016)
Kandung kemih atau vesika urinaria merupakan organ berongga, berotot dan
dapat teregang yang terletak di rongga panggul posterior dan simfisis pubis. Pada pria,
organ ini, terletak tepat di anterior rectum dan pada Wanita terletak pada anterior vagina
2
dan inferior dari uterus. Lipatan-lipatan peritoneum menahan
3
kandung kemih dalam posisinya. Ketika sedikit teregang akibat penimbunan urine,
kandung kemih akan berbentuk bulat. Apabila kosong, kandung kemih akan
mengempis. Kapasitas kandung kemih berkisar antara 700-800 mL. organ ini lebih kecil
pada Wanita karena uterus menempati ruang tepat superior dari kandung kemih. Di
dasar kandung kemih terdapat daerah segitiga kecil yang disebut dengan trigonum. Dua
sudut posterior trigonum mengandung dua lubang ureter. Ostium uretra internum
merupakan lubang yang akan menuju urethra yang terletak di sudutanterior (Tortora, GJ.,
Derrick. son, B, 2016).
Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling dalam adalah
mukosa, membran mukosa yang terdiri dari epitel transisional dan lamina propria serupa
dengan di ureter. Juga terdapat rugae (lipatan mukosa) agar kandung kemih dapat
mengembang. Mukosa dikelilingi oleh muskularis intermediat, yang juga dinamai otot
detrusor, yang terdiri dari tiga lapisan serat otot polos: lapisan longitudinal di bagian
dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal di luar. Di sekitar lubang uretra serat-serat
sirkular membentuk suatu sfingter uretra internus; inferior dari sfingter terdapat sfingter
uretra eksternus, yang terdiri dari otot rangka dan merupakan modifikasi dari otot-otot
dalam perineum. Lapisan paling superfisial kandung kemih di permukaan posterior dan
inferior adalah adventisia, suatu lapisan jaringan ikat areolar yang bersambungan dengan
yang terdapat di ureter. Di permukaan superior kandung kemih terdapat serosa, suatu
lapisan peritoneum visceral (Tortora, GJ., Derrick. son, B, 2016).
Vesica urinaria adalah organ yang penting untuk menyimpan urine sampai siap
untuk dikeluarkan. Vesica urinaria letaknya subperitoneal. Dindingnya terdiri dari
mucosa, dilapisi oleh transitional epithelium yang tipis saat vesica urinaria penuh namun
menebal saat kontraksi. Vesica urinaria memiliki dinding muscular yang kuat. Urine
dikeluarkan dari vesica urinaria melalui urethra. Pada saat kosong, vesica urinaria berada
pada lesser pelvis dan pada saat penuh dapat setinggi umbilicus. Vesica urinaria
memiliki 5 bagian yaitu apex, body, fundus, neck, dan uvula. Vesica urinaria dipisahkan
dengan pubic bones oleh retropubic space dan ada di sebelah inferior peritoneum, di
pelvic floor. Vesica urinaria memiliki empat permukaan, yaitu: superior surface, dua
permukaan inferolateral satu permukaan posterior. Apex vesica urinaria (ujung anterior)
mengarah ke ujung superior pubic
4
symphysis. Fundus vesica urinaria berseberangan dengan apex, dibentuk oleh
dinding posterior yang konveks. Body of the bladder adalah bagian antara apex dan
fundus. Pada wanita, bagian fundus berdekatan dengan dinding anterior vagina. Pada
laki-laki, bagian fundus berbatasan dengan rectum. Collum vesica urinaria (neck of
the bladder) adalah bagian di mana fundus dan permukaan inferolateral memusat di
inferior (DiFiore, 2014)
Ketika vesica urinaria terisi, vesica urinaria akan naik ke superior ke arah
jaringan lemak extraperitoneal di dinding anterior abdomen dan memasuki greater
pelvis. Vesica urinaria yang terisi penuh akan berada setinggi umbilicus. Ketika
kosong, vesica urinaria berbentuk tetrahedral. Bladder bed dibentuk oleh pubic bones
serta yang menutupi obturator internus and levator ani muscles dan di sebelah
posteriorly oleh rectum atau vagina. Vesica urinaria ditutupi oleh jaringan ikat
longgar dan vesical fascia. Hanya permukaan superior yang ditutupi oleh
peritoneum. Dinding Vesica urinaria terdiri dari musculus detrusor. Dekat collum
vesica urinaria pria ada otot yang membentuk involuntary internal urethral sphincter.
Sphincter ini berkontraksi saat ejakulasi untuk mencegah ejakulasi retrograde semen
ke bladder. Pada pria, otot pada collum vesica urinaria pria kontinu dengan jaringan
fibromuscular prostat Pada pria, otot pada collum vesica urinaria pria kontinu
dengan jaringan otot pada dinding urethra. Orificium uretra dan internal urethral
orifice ada pada sudut trigonum vesica urinaria. Ureteric orifices dikeliling oleh
musculus detrusor yang menjadi kuat ketika bladder berkontraksi sehingga
mencegah reflux urine ke dalam bladder. Uvula vesica urinaria adalah sedikit
peninggian trigonum pada internal urethral orifice (Tortora, GJ., Derrick. son, B,
2016).
Uretra merupakan saluran kecil yang berjalan dari ostium uretra internum di
dasar kandung kemih ke bagian luar tubuh. Pada wanita, uretra terletak tepat di
posterior dari simfisis pubis dan memiliki panjang 4 cm. lubang uretra ke eksterior
(ostium uretra eksternum) yang terletak di antara klitoris dan lubang vagina. Pada
pria, uretra juga terbentang dari ostium uretra internum ke luar, tetapi panjang dan
alur perjalanannya berbeda. Uretra pria mula-mula melewati prostat, lalu menembus
otot-otot dalam perineum, dan akhirnya melalui penis, dengan jarak sekitar 20 cm
(Tortora, GJ., Derrick. son, B, 2016).
5
2.2 INERVASI REFLEKS MIKSI
6
2.3 FISIOLOGI MIKSI
refleks yang beregenerasi sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif
pada refleks miksi menjadi terhenti, sehingga memungkinkan kandung kemih
berelaksasi. (Hall, 2016).
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa mekanisme miksi terdiri dari
dua tahap yaitu refleks miksi dan kontrol volunter. Kontrol volunter ini dapat
terjadi akibat dari sinyal kontrol volunter dapat mengalahkan sinyal refleks
miksi sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai keinginan
dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan
reseptor regang. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter
eksternum secara refleks berelaksasi, sehingga memberi peringatan bahwa
miksi akan segera terjadi. Penundaan pengosongan kandung kemih ini dapat
dilakukan dengan cara mengencangkan sfingter uretra eksterna dan pelvis
diafragma. Sinyal eksitatorik kontrol volunter dari korteks serebrum akan
mengalahkan sinyal inhibitorik refleks miksi dari reseptor regang ke neuron
motorik, sehingga otot-otot sfingter uretra eksterna dan pelvis diafragma akan
8
tetap berkontraksi dan tidak ada urine yang keluar. Namun pengosongan
kandung kemih tidak dapat ditahan selamanya, karena kandung kemih akan
terus terisi oleh urine. Hal ini akan meningkatkan reflek dari reseptor regang,
sehingga sinyal inhibitorik refleks miksi ke neuron motorik sfingter uretra
eksterna menjadi sedemikian kuat yang tidak dapat lagi dilawan oleh sinyal
eksitatorik kontrol volunter sehingga sfingter uretra eksterna akan berelaksasi
dan terjadi pengeluaran urine. Pengosongan kandung kemih juga dapat
dilakukan dengan sengaja walaupun kandung kemih tidak berkontraksi. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara merelaksasikan otot sfingter uretra eksterna
dan pelvis diafragma, relaksasi otot ini akan menyebabkan rongga bawah
pelvis akan semakin rendah dan kandung kemih akan jatuh ke bawah.
Selanjutnya sfingter uretra interna akan terbuka dan meregangkan kandung
kemih sehingga reseptor regang akan memicu refleks miksi. Pengosongan
kandung kemih ini dapat dibantu dengan kontraksi dinding abdomen dan
diafragma pernapasan, hal ini akan meningkatkan intraabdominal sehingga
9
2.4 KONTROL VOLUNTER TERHADAP MIKSI
10
eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol
mengosongkan isinya (Sherwood, 2019).
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
teregang, dengan secara sengaja melemaskan sffngter eksternus dan diafragma pelvis.
Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan
menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih.
Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi kandung
kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja dapat
dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan
intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk
mempermudah pengosongan (Sherwood, 2019).
11
otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. (Febriyanto, Rhyno,dkk.
2012)
4. Intake cairan dan makanan.
Jenis dan makanan atau minuman yang kita konsumsi akan mempengaruhi
proses miksi. Contohnya seperti, Alkohol menghambat anti diuretik. hormon,
kopi, teh, coklat, dan cola (mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan
dan ekskresi urin. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
5. Kondisi penyakit.
Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menyebabkan retensi urin. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
6. Obat-obatan.
Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan
antihipertensi menimbulkan retensi urin. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
2.6 PERANAN ADH DAN MEDULA GINJAL YANG HIPEROSMOTIK
Persyaratan dasar untuk membentuk urine pekat adalah (1) kadra ADH
yang tinggi yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens
terhadap air, sehingga membuat segmen segmen tubulus ini mereabsorpsi air
cukup banyak dan (2) osmolaritas cairan interstisial medula ginjal yang tinggi ,
yang membentuk gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya reabsorpsi
air bila kadar ADH tinggi (Guyton and Hall, 2021).
Interstisium medula ginjal di sekitar duktus koligens dalam keadaan
normal bersifat sangat hiperosmotik, jadi, bila kadar ADH tinggi, air bergerak
melewati membran tubulus secara osmosis ke dalam interstisium ginjal;
kemudian, air akan dibawa oleh vasa rekta kembali ke peredaran darah. Jadi,
kemampuan pemekatan urine dibatasi oleh kadar ADH dan oleh tingkat
hiperosmolaritas medula ginjal (Guyton and Hall, 2021).
12
Tidak ada perbedaan komposisi urine yang bermakna selama urine mengalir
melalui kalises ginjal dan ureter menuju ke kandung kemih (Guyton and Hall,
2021).
13
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bawa urin disimpan di vesika urinaria,
yang memiliki dinding rugae dan lipatan mukosa. Lipatan ini akan semakin pudar
seiring bertambahnya urin dalam vesika urinaria. Vesika urinaria memiliki otot
detrusor yang dapat berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam vesika urinaria,
memicu refleks miksi. Terdapat sfingter yang merupakan pintu keluar bagi urin dan
dapat tertutup untuk menahan miksi. Arteri vesical superior dan inferior, yang
merupakan cabang dari arteri internal iliaka, memberikan vaskularisasi pada vesika
urinaria. Vesika urinaria disarafi oleh tiga nervus yaitu nervus pelvikus, nervus
pudendus, dan nervus hipogastrik.
Uretra terdiri dari tiga bagian utama yaitu pars prostatika, pars membranosa, dan pars
spongiosa. Secara histologi, vesika urinaria terdiri dari tiga lapisan yaitu mukosa,
muskularis, dan adventisia. Rugae (lipatan mukosa) terdapat pada dinding kandung
kemih agar kandung kemih dapat mengembang.
Miksi dapat terjadi secara otonom atau refleks, dan dapat pula terjadi secara volunter
atau secara sadar. Kunci terjadinya miksi adalah ketika vesika urinaria terisi oleh
urin, tekanan dalam vesika urinaria meningkat, dan vesika urinaria meregang.
Rangsangan pada vesika urinaria dirasakan oleh reseptor regang, yang kemudian
diteruskan ke pusat saraf di medula spinalis. Dari sana, impuls diberikan kepada otot
detrusor untuk berkontraksi dan otot sfingter untuk berelaksasi, sehingga urin
terdorong keluar dari vesika urinaria. Ketika ingin menahan miksi, otak mengirimkan
impuls ke otot sfingter eksterna untuk berkontraksi dan menutup jalan keluar urin,
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya miksi secara terus-menerus meliputi stress
atau kecemasan, diabetes, infeksi saluran kemih, dan pengaruh hormon ADH
(hormon antidiuretik) yang dapat meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan
mengurangi produksi urin.
14
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012. Kandung Kemih Neurogenik pada Anak: Etiologi, Diagnosis
dan Tata Laksana.
Sherwood, Lauralee. 2018. “Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem” ed. 9: EGC
Soemyarso N.A, dkk. 2015. Buku Gangguan Berkemih Pada Anak. Edisi Pertama,
Airlangga University Press. Surabaya.
Tortora, G. J., & Derickson, B. (2020). Dasar Anatomi dan Fisiologi (15 ed., Vol. 1).
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15
16