Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION

LBM 3 SGD 9

“Pengalaman Wisata”

Disusun oleh :

NAMA : Komang Riski Sastrawan

NIM : 022.06.0052

KELAS :B

KELOMPOK : SGD 9

FASILITATOR : dr. Ronanarasafa, MHPE-FFRI.

BLOK : Urogenital 1

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya serta kemampuan yang saya miliki dalam penyusunan Laporan SGD ( Small
Group Discussion) ini dapat tersusun

Laporan yang sudah saya susun ini membahas mengenai hasil SGD LBM 1 yang
berjudul “Pengalaman Wisata”yang meliputi seven steps yang terbagi dalam dua sesi
SGD ( Small Group Discussion) .

Tentunya dalam penyusunan laporan ini penulis banyak bantuan dan juga masukan
serta saran dari beberapa pihak, Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya saya dapat


menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
2. dr. Ronanarasafa, MHPE-FFRI . selaku fasilitator yang
membimbing kelompok kami dalam SGD LBM 3 Kelompok 9
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-
Azhar yang memberikan masukan terkait laporan yang saya buat.
4. Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait
dengan laporan yang telah saya buat.
5. Teman-teman sejawat yang selalu membantu memberi masukan
dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan
ini

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tentunya banyak kekurangan dan
kekeliruan kata. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap agar laporan ini bisa berguna bagi
pihak yang bersangkutan.

Mataram, 01 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 SKENARIO......................................................................................................... 1
1.2 DESKRIPSI MASALAH ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1 ANATOMI VESICA URINARIA DAN URETER ......................................... 2
2.2 INERVASI REFLEKS MIKSI ......................................................................... 6
2.3 FISIOLOGI MIKSI ........................................................................................... 7
2.4 KONTROL VOLUNTER TERHADAP MIKSI ........................................... 10
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIKSI ............................................. 11
2.6 PERANAN ADH DAN MEDULA GINJAL YANG HIPEROSMOTIK .... 12
2.7 TRANSPORT URIN DARI GINJAL MELALUI URETER MENUJU
KANDUNG KEMIH ........................................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO

Pengalaman Wisata
Seorang Bule Afrika berusia 61 tahun merupakan wisatawan datang untuk mendaki
gunung Rinjani. Selama perjalanan mendaki dengan suhu lingkungan yang sangat dingin,
dia memiliki dorongan yang kuat untuk buang air kecil berkali-kali dan kemudian
menghasilkan volume urin yang cukup besar dengan urin yang berwarna terang. Berbeda
dengan negara asalnya dia jarang BAK dan volume urinnya sedikit dan
berwarna agak gelap

1.2 DESKRIPSI MASALAH

Pada SGD LBM 3 kali ini yang membahas skenario yang berjudul “Pengalaman
Wisata" didapatkan beberapa identifikasi masalah. Dimana seorang bule afrika
berusia 61 tahun mendaki gunung rinjani yang dimana diketahui gunung tersebut
memiliki suhu lingkungan yang sangat dingin sehingga bule tersebut berkali kali
membuang air kecil. Sebelum itu akan dibahas mengenai bagaimana anatomi dari
Vesica Urinaria ( Kandung Kemih), Ureter, Inervasi, mekanisme, dan faktor yang
mempengaruhi dari Miksi ( Buang Air Kecil ) yang bisa kita bisa lihat pada bagian
pembahasan laporan SGD LBM 3 ini .

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI VESICA URINARIA DAN URETER

Pada fisiologi miksi, terdapat beberapa organ urinaria yang berperan. Ureter
merupakan struktur dari sistem urinaria yang menghubungkan antara pelvis renalis
dengan vesika urinaria. Ureter juga dapat didefinisikan sebagai saluran dengan panjang
25-30 cm, berdinding tebal, dengan lumen sempit berdiameter 1-10 mm. Terdapat
sepasang ureter di dalam sistem urinaria. Masing-masing dari kedua ureter mengangkut
urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih atau pelvis renalis. Di dasar kandung
kemih, ureter melengkung ke arah medial dan berjalan miring melalui dinding aspek
posterior kandung kemih. Meskipun tidak terdapat katup anatomis di tempat untuk
masing-masing ureter ke dalam kandung kemih, katup fisiologis cukup efektif. Sewaktu
terisi urine, tekanan di dalam kandung kemih menekanlubang miring temoat masuk
ureter dan mencegah aliran balik urine. Apabila katup fisiologis ini tidak bekerja dengan
baik, ada kemungkinan mikroba naik ke dalam ureter dan menginfeksi struktur diatasnya
(Tortora, GJ., Derrick. son,B, 2016)
Kandung kemih atau vesika urinaria merupakan organ berongga, berotot dan
dapat teregang yang terletak di rongga panggul posterior dan simfisis pubis. Pada pria,
organ ini, terletak tepat di anterior rectum dan pada Wanita terletak pada anterior vagina
2
dan inferior dari uterus. Lipatan-lipatan peritoneum menahan

3
kandung kemih dalam posisinya. Ketika sedikit teregang akibat penimbunan urine,
kandung kemih akan berbentuk bulat. Apabila kosong, kandung kemih akan
mengempis. Kapasitas kandung kemih berkisar antara 700-800 mL. organ ini lebih kecil
pada Wanita karena uterus menempati ruang tepat superior dari kandung kemih. Di
dasar kandung kemih terdapat daerah segitiga kecil yang disebut dengan trigonum. Dua
sudut posterior trigonum mengandung dua lubang ureter. Ostium uretra internum
merupakan lubang yang akan menuju urethra yang terletak di sudutanterior (Tortora, GJ.,
Derrick. son, B, 2016).
Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling dalam adalah
mukosa, membran mukosa yang terdiri dari epitel transisional dan lamina propria serupa
dengan di ureter. Juga terdapat rugae (lipatan mukosa) agar kandung kemih dapat
mengembang. Mukosa dikelilingi oleh muskularis intermediat, yang juga dinamai otot
detrusor, yang terdiri dari tiga lapisan serat otot polos: lapisan longitudinal di bagian
dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal di luar. Di sekitar lubang uretra serat-serat
sirkular membentuk suatu sfingter uretra internus; inferior dari sfingter terdapat sfingter
uretra eksternus, yang terdiri dari otot rangka dan merupakan modifikasi dari otot-otot
dalam perineum. Lapisan paling superfisial kandung kemih di permukaan posterior dan
inferior adalah adventisia, suatu lapisan jaringan ikat areolar yang bersambungan dengan
yang terdapat di ureter. Di permukaan superior kandung kemih terdapat serosa, suatu
lapisan peritoneum visceral (Tortora, GJ., Derrick. son, B, 2016).
Vesica urinaria adalah organ yang penting untuk menyimpan urine sampai siap
untuk dikeluarkan. Vesica urinaria letaknya subperitoneal. Dindingnya terdiri dari
mucosa, dilapisi oleh transitional epithelium yang tipis saat vesica urinaria penuh namun
menebal saat kontraksi. Vesica urinaria memiliki dinding muscular yang kuat. Urine
dikeluarkan dari vesica urinaria melalui urethra. Pada saat kosong, vesica urinaria berada
pada lesser pelvis dan pada saat penuh dapat setinggi umbilicus. Vesica urinaria
memiliki 5 bagian yaitu apex, body, fundus, neck, dan uvula. Vesica urinaria dipisahkan
dengan pubic bones oleh retropubic space dan ada di sebelah inferior peritoneum, di
pelvic floor. Vesica urinaria memiliki empat permukaan, yaitu: superior surface, dua
permukaan inferolateral satu permukaan posterior. Apex vesica urinaria (ujung anterior)
mengarah ke ujung superior pubic

4
symphysis. Fundus vesica urinaria berseberangan dengan apex, dibentuk oleh
dinding posterior yang konveks. Body of the bladder adalah bagian antara apex dan
fundus. Pada wanita, bagian fundus berdekatan dengan dinding anterior vagina. Pada
laki-laki, bagian fundus berbatasan dengan rectum. Collum vesica urinaria (neck of
the bladder) adalah bagian di mana fundus dan permukaan inferolateral memusat di
inferior (DiFiore, 2014)
Ketika vesica urinaria terisi, vesica urinaria akan naik ke superior ke arah
jaringan lemak extraperitoneal di dinding anterior abdomen dan memasuki greater
pelvis. Vesica urinaria yang terisi penuh akan berada setinggi umbilicus. Ketika
kosong, vesica urinaria berbentuk tetrahedral. Bladder bed dibentuk oleh pubic bones
serta yang menutupi obturator internus and levator ani muscles dan di sebelah
posteriorly oleh rectum atau vagina. Vesica urinaria ditutupi oleh jaringan ikat
longgar dan vesical fascia. Hanya permukaan superior yang ditutupi oleh
peritoneum. Dinding Vesica urinaria terdiri dari musculus detrusor. Dekat collum
vesica urinaria pria ada otot yang membentuk involuntary internal urethral sphincter.
Sphincter ini berkontraksi saat ejakulasi untuk mencegah ejakulasi retrograde semen
ke bladder. Pada pria, otot pada collum vesica urinaria pria kontinu dengan jaringan
fibromuscular prostat Pada pria, otot pada collum vesica urinaria pria kontinu
dengan jaringan otot pada dinding urethra. Orificium uretra dan internal urethral
orifice ada pada sudut trigonum vesica urinaria. Ureteric orifices dikeliling oleh
musculus detrusor yang menjadi kuat ketika bladder berkontraksi sehingga
mencegah reflux urine ke dalam bladder. Uvula vesica urinaria adalah sedikit
peninggian trigonum pada internal urethral orifice (Tortora, GJ., Derrick. son, B,
2016).
Uretra merupakan saluran kecil yang berjalan dari ostium uretra internum di
dasar kandung kemih ke bagian luar tubuh. Pada wanita, uretra terletak tepat di
posterior dari simfisis pubis dan memiliki panjang 4 cm. lubang uretra ke eksterior
(ostium uretra eksternum) yang terletak di antara klitoris dan lubang vagina. Pada
pria, uretra juga terbentang dari ostium uretra internum ke luar, tetapi panjang dan
alur perjalanannya berbeda. Uretra pria mula-mula melewati prostat, lalu menembus
otot-otot dalam perineum, dan akhirnya melalui penis, dengan jarak sekitar 20 cm
(Tortora, GJ., Derrick. son, B, 2016).

5
2.2 INERVASI REFLEKS MIKSI

Kandung kemih dipersarafi oleh nervus pelvikus yang terhubung dengan


medulla spinalis pada segmen S2 dan S3 melalui pleksus sakralis. Kandung
kemih dipersarafi oleh dua jenis saraf yaitu saraf sensorik dan saraf motorik.
Saraf sensorik berfungsi untuk mendeteksi derajat regangan dinding kandung
kemih yang bertujuan untuk memulai refleks miksi atau pengosongan
kandung kemih. Sedangkan saraf motorik pada kandung kemih akan
mempersarafi otot detrusor yang merupakan serat parasimpatis. Selain itu
terdapat juga serat motorik skeletal yang bawa oleh nervus pudendus ke
sfingter uretra eksterna. Saraf ini merupakan serat saraf somatik yang
mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter sfingter uretra eksterna.
Kandung kemih di juga dipersarafi oleh serat simpatis melalui nervus
hipogastrik yang terhubung dengan medula spinalis segmen L2. Serat simpatis
ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek terhadap
proses kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan
melalui persarafan simpatis dan mungkin penting untuk sensasi rasa penuh dan
nyeri. (Hall, 2016).

6
2.3 FISIOLOGI MIKSI

Sebelum membahas bagaimana proses dari miksi, kita harus mengetahui


bagaimana urine yang berasal dari ginjal bisa sampai ke dalam kandung
kemih. Setelah urine terbentuk di ginjal dengan kisaran 1500 ml urine/hari,
urine selanjutnya akan disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Urine
tidak mengalir melalui ureter karena gaya gravitasi, namun urine dapat
mengalir karena adanya kontraksi peristaltik dari otot polos di dinding ureter
mendorong urine maju dari ginjal ke kandung kemih. Bentuk ureter saat
menembus dinding kandung kemih secara oblik, bentuk ini bertujuan untuk
mencegah adanya aliran balik dari kandung kemih ke ginjal ketika tekanan di
dalam kandung kemih. Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter di dalam
dinding kandung kemih akan tertekan sehingga menutup. Namun, urine masih
tetap dapat masuk karena kontraksi ureter menghasilkan cukup tekanan untuk
mengatasi resistensi dan mendorong urine melewati ujung yang tertutup
(Sherwood, 2013). Kontraksi peristaltik pada ureter diperkuat oleh rangsang
parasimpatis dan dihambat oleh rangsang simpatis (Hall, 2016). Proses dari
miksi atau pengosongan kandung kemih dibagi menjadi dua bagian yaitu
refleks miksi dan kontrol volunter.

Gambar Sistometrogram normal

Gambar diatas menjelaskan bahwa kontraksi berkemih dimulai ketika


volume urine dalam kandung kemih berkisar 150 ml sampai 200 ml. Kandung
kemih pada orang dewasa rata-rata dapat menahan 400 ml sampai 600 ml urine,
7
dengan dorongan untuk miksi muncul pada sekitar 150 sampai 200 ml
(Mescher & Junqueira, 2016). Kontraksi dihasilkan dari refleks regang yang
dipicu oleh reseptor regang sensorik yang berada di kandung kemih. Sinyal dari
reseptor regang akan diteruskan ke medula spinalis segmen sakralis melalui
nervus pelvikus dan akan dikembalikan ke kandung kemih dengan refleks
berkemih melalui saraf parasimpatis. Seiring dengan bertambahnya tekanan di
dalam kandung kemih, frekuensi dari refleks miksi juga akan bertambah
sehingga menyebabkan kontraksi otot detrusor yang kuat dan merelaksasikan
otot di sfingter uretra interna. Reflek miksi akan memicu reflek lainnya
melalui nervus pudendus ke sfingter uretra eksterna untuk kontrol volunter
miksi. Jika sinyal yang sinyal refleks miksi lebih kuat daripada sinyal kontrol
volunter ke sfingter uretra eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urine.
Namun jika sinyal dari kontrol volunter lebih kuat, pengeluaran urine akan
ditunda hingga kandung kemih terus terisi dan memicu refleks miksi yang
lebih kuat. Reflek miksi ini akan membentuk siklus. Siklus ini akan berulang
terus-menerus sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang cukup kuat.
Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit,

refleks yang beregenerasi sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif
pada refleks miksi menjadi terhenti, sehingga memungkinkan kandung kemih
berelaksasi. (Hall, 2016).

Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa mekanisme miksi terdiri dari
dua tahap yaitu refleks miksi dan kontrol volunter. Kontrol volunter ini dapat
terjadi akibat dari sinyal kontrol volunter dapat mengalahkan sinyal refleks
miksi sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai keinginan
dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan
reseptor regang. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter
eksternum secara refleks berelaksasi, sehingga memberi peringatan bahwa
miksi akan segera terjadi. Penundaan pengosongan kandung kemih ini dapat
dilakukan dengan cara mengencangkan sfingter uretra eksterna dan pelvis
diafragma. Sinyal eksitatorik kontrol volunter dari korteks serebrum akan
mengalahkan sinyal inhibitorik refleks miksi dari reseptor regang ke neuron
motorik, sehingga otot-otot sfingter uretra eksterna dan pelvis diafragma akan
8
tetap berkontraksi dan tidak ada urine yang keluar. Namun pengosongan
kandung kemih tidak dapat ditahan selamanya, karena kandung kemih akan
terus terisi oleh urine. Hal ini akan meningkatkan reflek dari reseptor regang,
sehingga sinyal inhibitorik refleks miksi ke neuron motorik sfingter uretra
eksterna menjadi sedemikian kuat yang tidak dapat lagi dilawan oleh sinyal
eksitatorik kontrol volunter sehingga sfingter uretra eksterna akan berelaksasi
dan terjadi pengeluaran urine. Pengosongan kandung kemih juga dapat
dilakukan dengan sengaja walaupun kandung kemih tidak berkontraksi. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara merelaksasikan otot sfingter uretra eksterna
dan pelvis diafragma, relaksasi otot ini akan menyebabkan rongga bawah
pelvis akan semakin rendah dan kandung kemih akan jatuh ke bawah.
Selanjutnya sfingter uretra interna akan terbuka dan meregangkan kandung
kemih sehingga reseptor regang akan memicu refleks miksi. Pengosongan
kandung kemih ini dapat dibantu dengan kontraksi dinding abdomen dan
diafragma pernapasan, hal ini akan meningkatkan intraabdominal sehingga

memeras kandung kemih untuk memudahkan pengosongannya (Sherwood,


2013).

9
2.4 KONTROL VOLUNTER TERHADAP MIKSI

Gambar 8: Kontrol Volunter Berkemih

Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan


yang bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih
muncui sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa
miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama
toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga
pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan
bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika
waktu refleks miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang
bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan
mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari
korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-
neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini
tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar. Berkemih tidak dapat ditahan
selamanya. Karena kandung kemih terus terisi maka sinyal refleks dari reseptor regang
meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter
eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal

10
eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol
mengosongkan isinya (Sherwood, 2019).

Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
teregang, dengan secara sengaja melemaskan sffngter eksternus dan diafragma pelvis.
Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan
menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih.
Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi kandung
kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja dapat
dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan
intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk
mempermudah pengosongan (Sherwood, 2019).

2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIKSI


Proses miksi atau pola eliminasi urin sangat tergantung pada individu, dimana
biasanya akan terjadi berkemih setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya
berkemih dapat terjadi dalam dalam sehari sekitar lima kali atau bisa lebih. Jumlah urin
yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang
dewasa sekitar 1200 sampai 1500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali berkemih.
Jumlah ini tergantung asupan cairan, respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare.
(Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin atau proses miksi antara lain :
1. Pertumbuhan dan perkembang.
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada
usia lanjut volume kandung kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak
ditemukan setelah usia 50 tahun. Demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi
berkemih juga akan lebih sering. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
2. Psikologis.
Kondisi mental atau perasaan seseorang dapat mempengaruhi frekuensi
berkemih. Contohnya, Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan
stimulasi berkemih. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
3. Tonus otot.
Eliminasi urin atau proses miksi membutuhkan tonus otot kandung kemih,
otot abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Sehingga, Jika ada gangguan tonus

11
otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. (Febriyanto, Rhyno,dkk.
2012)
4. Intake cairan dan makanan.
Jenis dan makanan atau minuman yang kita konsumsi akan mempengaruhi
proses miksi. Contohnya seperti, Alkohol menghambat anti diuretik. hormon,
kopi, teh, coklat, dan cola (mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan
dan ekskresi urin. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
5. Kondisi penyakit.
Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menyebabkan retensi urin. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
6. Obat-obatan.
Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan
antihipertensi menimbulkan retensi urin. (Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012)
2.6 PERANAN ADH DAN MEDULA GINJAL YANG HIPEROSMOTIK
Persyaratan dasar untuk membentuk urine pekat adalah (1) kadra ADH
yang tinggi yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens
terhadap air, sehingga membuat segmen segmen tubulus ini mereabsorpsi air
cukup banyak dan (2) osmolaritas cairan interstisial medula ginjal yang tinggi ,
yang membentuk gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya reabsorpsi
air bila kadar ADH tinggi (Guyton and Hall, 2021).
Interstisium medula ginjal di sekitar duktus koligens dalam keadaan
normal bersifat sangat hiperosmotik, jadi, bila kadar ADH tinggi, air bergerak
melewati membran tubulus secara osmosis ke dalam interstisium ginjal;
kemudian, air akan dibawa oleh vasa rekta kembali ke peredaran darah. Jadi,
kemampuan pemekatan urine dibatasi oleh kadar ADH dan oleh tingkat
hiperosmolaritas medula ginjal (Guyton and Hall, 2021).

2.7 TRANSPORT URIN DARI GINJAL MELALUI URETER MENUJU


KANDUNG KEMIH

Urine yang dikeluarkan dari kandung kemih pada dasarnya memiliki


komposisi yang sama dengan cairan yang mengalir keluar dari duktus koligens.

12
Tidak ada perbedaan komposisi urine yang bermakna selama urine mengalir
melalui kalises ginjal dan ureter menuju ke kandung kemih (Guyton and Hall,
2021).

Urine mengalir di duktus koligens menuju kalises ginjal. Urine


meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker yang ada, yang
kemudian akan memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan
ke arah bawah di sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urine mengalir
dari pelvis ginjal ke arah kandung kemih. Pada orang dewasa, ureter normal
panjangnya 25 sampai 35 cm (10 - 14 inci) (Guyton and Hall, 2021).
Dinding ureter terdiri atas otot polos yang disarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis serta pleksus neuron dan serat saraf intramural sepanjang ureter.
Seperti otot polos viseral lainnya, kontraksi peristaltik pada ureter diperkuat oleh
rangsang parasimpatis dan dihambat oleh rangsang simpatis (Guyton and Hall,
2021).
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di dalam area
trigonum kandung kemih. Biasanya ureter berjalan miring sepanjang beberapa
sentimeter ketika melewati dinding kandung kemih. Tonus normal otot detrusor
di dalam kandung kemih cenderung akan menekan ureter, dengan demikian
mencegah aliran aliran balik (refluks) urine dan kandung kemih ketika tekanan di
dalam kandung kemih meningkat selama miksi atau selama kompresi kandung
kemih. Setiap gelombang peristaltik di sepanjang ureter meningkatkan tekanan di
dalam ureter sehingga darah yang menuju kandung kemih membuka dan
memungkinkan aliran urine ke dalam kandung kemih (Guyton and Hall, 2021).

13
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bawa urin disimpan di vesika urinaria,
yang memiliki dinding rugae dan lipatan mukosa. Lipatan ini akan semakin pudar
seiring bertambahnya urin dalam vesika urinaria. Vesika urinaria memiliki otot
detrusor yang dapat berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam vesika urinaria,
memicu refleks miksi. Terdapat sfingter yang merupakan pintu keluar bagi urin dan
dapat tertutup untuk menahan miksi. Arteri vesical superior dan inferior, yang
merupakan cabang dari arteri internal iliaka, memberikan vaskularisasi pada vesika
urinaria. Vesika urinaria disarafi oleh tiga nervus yaitu nervus pelvikus, nervus
pudendus, dan nervus hipogastrik.

Uretra terdiri dari tiga bagian utama yaitu pars prostatika, pars membranosa, dan pars
spongiosa. Secara histologi, vesika urinaria terdiri dari tiga lapisan yaitu mukosa,
muskularis, dan adventisia. Rugae (lipatan mukosa) terdapat pada dinding kandung
kemih agar kandung kemih dapat mengembang.

Miksi dapat terjadi secara otonom atau refleks, dan dapat pula terjadi secara volunter
atau secara sadar. Kunci terjadinya miksi adalah ketika vesika urinaria terisi oleh
urin, tekanan dalam vesika urinaria meningkat, dan vesika urinaria meregang.
Rangsangan pada vesika urinaria dirasakan oleh reseptor regang, yang kemudian
diteruskan ke pusat saraf di medula spinalis. Dari sana, impuls diberikan kepada otot
detrusor untuk berkontraksi dan otot sfingter untuk berelaksasi, sehingga urin
terdorong keluar dari vesika urinaria. Ketika ingin menahan miksi, otak mengirimkan
impuls ke otot sfingter eksterna untuk berkontraksi dan menutup jalan keluar urin,

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya miksi secara terus-menerus meliputi stress
atau kecemasan, diabetes, infeksi saluran kemih, dan pengaruh hormon ADH
(hormon antidiuretik) yang dapat meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan
mengurangi produksi urin.

14
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Febriyanto, Rhyno,dkk. 2012. Kandung Kemih Neurogenik pada Anak: Etiologi, Diagnosis
dan Tata Laksana.
Sherwood, Lauralee. 2018. “Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem” ed. 9: EGC

Soemyarso N.A, dkk. 2015. Buku Gangguan Berkemih Pada Anak. Edisi Pertama,
Airlangga University Press. Surabaya.
Tortora, G. J., & Derickson, B. (2020). Dasar Anatomi dan Fisiologi (15 ed., Vol. 1).
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

15
16

Anda mungkin juga menyukai