Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2

Disusun oleh :

Nama : Andry cahaya putra

NIM : 021.06.0009

Kelompok : 3

Fasilitator : dr . Ida Ayu Made Mahayani, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya dan dengan kemampuan yang saya miliki, penyusunan makalah SGD (Small
Group Discussion) LBM 2 yang berjudul ‘MEKANISME PENCERNAAN’ dapat
diselesaikan tepat padawaktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 1 yang berjudul ‘mekanisme pencernaan’ meliputi seven jumps step yang
dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan inikami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr . Ida Ayu Made Mahayani, M.Biomed sebagai dosen fasilitator kelompok
SGD 3 yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam
pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 28 juli 2022

Penyusun
Andrycahaya putra

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Skenario LBM 2 ......................................................................................... 1
1.2 Pembahasan Skenario ...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 17


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

ii
BAB I
SKENARIO LBM 1

1.1 Skenario LBM

Mekanisme Pencernaan

Seminggu sudah Randi menempuh blok sistem pencernaan, banyak hal yang telah dipelajari Randi
mulai dari makro hingga mikroanatomi sistem pencernaan atas. Di sela-sela waktu belajar
mandiri, Randi menyempatkan diri berselancar di dunia maya mencari literatur untuk menambah
pengetahuannya terkait sistem pencernaan. Sewaktu pencarian Randi menemukan video yang
dirasa menarik untuk dipelajari dan Randi pun menyalakan video tersebut.
*Pemutaran Video

4
1.2 Pembahasan Skenario

Pada pembahasan skenario randi yang mempelajari sistem pencernaan yang dimana sistem
pencernaan sendiri terbagi menjadi ingesti, mastikasi, degluitasi, digesti, absorbsi, dan defekasi.
Sistem pencernaan dari masuknya makanan dalam mulut dan bercampur dengan saliva karena
memiliki enzim amilase yang membantu proses makanan dan menjadi bolus. Bolus akan melewati
esophagus dan ke ginjal. Di dalam ginjal memiliki enzim pepsin yang berfungsi untuk memecah
struktur protein pada makanan menjadi asam amino. Setelah dari ginjal maka akan melewati usus
halus lalu berakhir ke usus besar dan makanan yang telah di serap akan keluar dari anus.
Sistem pencernaan dibagi menjadi Mastikasi atau mengunyah, yaitu motilitas mulut yang
melibatkan pengirisan, pernbekall, penggilingan, dan pencampuran makanan oleh gigi. Motilitas
adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong maju isi saluran cerna. Meskipun otot polos
di dinding saluran cerna merupakan otot polos fasik yang tnemperlihatkan lonjakan kontraksi yang
terinduksi oleh potensial Aksi, otot ini juga mempertahankan kontraksi berkadar rendah dan konstan
yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting untuk mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran
cerna serta untuk mencegah dindingnya teregang permanen setelah mengalami distensi. Digesti
Manusia mengonsumsi tiga kategori utama bahan makanan kaya-energi: karbohidrat,

protein, dan lemak. Absorsi adalah Masuknya cairan, ion, dan produk pencernaan yang
ditelan dan disekresi ke dalam lapisan sel epitel lumen saluran gastrointestinal. Defekasi adalah
Bahan sisa, bahan yang tidak dapat dicerna, bakteri, sel yang terlepas dari dinding saluran
gastrointestinal, dan bahan-bahan tercerna yang tidak diserap dalam perjalanan menelusuri saluran
gastrointestinal akan dikeluarkan dari tubuh melalui anus.
Pada LBM kali ini mahasiswa harus mengetahui proses dari pencernaan itu sendiri, enzim
yang terdapat dalam sistem pencernaan, mulai dari Cavum oris,Esophagus,Lambung dan Duodenum,
keempat organ itu kita akan membahas mengenai bagaimana saluran,Digesti dan absorbsinya. Itulah
materi yang mahasiswa perlu ketahui karena dapat membantu untuk melanjutkan lbm selanjutnya

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Proses Pencernaan dan Proses Absorbsi Pada Cavum Oris

Pada sistem pencernaan sendiri terdapat proses pencernaan yang terjadi pada
mulut. Dimana langkah pertama dalam proses pencernaan yaitu mastikasi atau mengunyah, yaitu
motilitas mulut yang melibatkan pengirisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan oleh gigi yang akan menjadi bolus. Tindakan mengunyah dapat volunter, tetapi
sebagian besar mengunyah selama makan merupakan refleks ritmik yang dihasilkan oleh
pengaktifan otot rangka rahang, bibir, pipi, dan lidah sebagai respons terhadap tekanan makanan
pada jaringan mulut. Adapun fungsi dari mengunyah yaitu untuk menggiling dan memecahkan
makanan menjadi potongan-patongan yang lebih kecil sehingga makanan mudah ditelan dan
untuk meningkatkan luas permukaan makanan yang akan terkena enzim, untuk mencampur
makanan dengan liur, dan untuk merangsang kuntum kecap. Fungsi yang terakhir tidak saja
menghasilkan rasa nikmat kecap yang subjektif tetapi juga, melalui mekanisme umpan maju,
secara refleks meningkatkan sekresi liur, lambung, pankreas, dan empedu untuk persiapan
menyambut kedatangan makanan. (Sherwood, 2018).

Pada proses mastikasi melibatkan hidrolisis polisakarida oleh amilase. Namun, sebagian
besar pencernaan oleh enzim ini dilakukan di korpus lambung setelah massa makanan dan liur
6
tertelan. Asam menginaktifkan amilase, tetapi di bagian tengah makanan, tempat asam lambung
belum hingga, enzim liur ini terus berfungsi selama beberapa jam. Tidak terjadi penyerapan
makanan di mulut. Hal yang penting, sebagian obat dapat diserap oleh mukosa oral yaitu obat
vasodilator (nitrogliserin). (Sherwood, 2018).

Kelenjar saliva memulai pencernaan karbohidrat

Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang
kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan liur melalui duktus
pendek ke dalam mulut. Liur mengandrrng 99,5% H2O dan 0,5% elektrolit dan proteiri.
Konsentrasi NaCI (garam) dalam liur hariya sepertujuh konsentrasinya di plasma, yang penting
dalam mempersep- sikan rasa asin. Protein liur yang terpenting adalah amilase, mukus, dan
lisozim. (Sherwood, 2019).

• Liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur. Produk-produk digesti
mencakup maltosa, yaitu suatu disakarida yang terdiri dari dua molekul dan a-limit dekstrin, yaitu
poEisakarida rantai cabang sebagai hasil dari pencernaan amilopektin

• Liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel makanan sehingga partikel-
partikel tersebut menyatu, serta menghasilkan pelumasan oleh adanya mukus, yang kental dan
Iicin.

• Liur memiliki silat antibakteri melalui efek empat kali lipat, dengan lisozim, suatu enzim yang
melisiskan, atau menghancurkan, bakteri tertentu dengan merusak dinding sel; kedua, dengan
glikoprotein pengikat yang mengikat erat besi yang di perlukan untuk multiplikasi baktari; dan
keempat, dengan membilas bahan yang mungkin berfungsi sebagai sumber makanan untuk
bakteri.

• Liurkaya akan dapar bikarbonat, yang menetralkan asam dalam makanan serta asam yang
dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga karies dentis dapat dicegah. (Sherwood, 2019).

Pencernaan di mulut melibatkan hidrolisis polisakarida oleh amilase. Namun, sebagian


besar pencernaan oleh enzim ini dilakukan di korpus lambung setelah massa makanan dan liur
tertelan. Asam menginaktifkan amilase, tetapi di bagian tengah makanan, ternpat asam lambung
belum hingga, enzim liur ini terus berfungsi selama beberapa jam. Tidak terjadi penyerapan
makanan di mulut. Hal yang penting, sebagian obat dapat diserap oleh mukosa orai, (Sherwood,
2018).
7
Setelah tahap volunter yang terjadi di cavum oris, terdapat tahap orofaring terdiri dari
pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. Ketika lidah mendorong
bolus ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke
dalam saluran napas seperti saluran hidung dan trakea. (Sherwood, 2018).

Semua ini diatur oleh aktivitas-aktivitas terkoordinasi yaitu sebagai berikut:

• Seorang lndividu tidak akan berusaha untuk bernapas ketika saluran napasnya tertutup
sementara karena pusat menelan secara sementara menghambat pusat respirasi yang berdekatan.

• Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorok,menutup saluran hidung dari
faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.

• Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak masuk
kembali ke mulut sewaktu menelan.

• Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat
lipatan vokal di pintu masuk laring, atau glotis. Bagian pertama trakea adalah laring, atau kotak
suara, yang melaluinya lipatan vokal teregang. Sewaktu menelan, lipatan vokal melakukan tugas
yang tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring mendekatkan kedua lipatan
vokal satu sama lain sehingga pintu masuk glotis tertutup. Terakhir, epiglotis, penutup jaringan
kartilagenosa yang terletak di anterior glotis, melipat ke belakang menutupi glotis yang telah
tertutup sebagai proteksi tambahan agar makanan tidak masuk ke saluran napas.

• Dengan glotis yang tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke
dalam esofagus. (Sherwood, 2018).

Setelah proses mastikasi atau mengunyah kemudian dilanjutkan dengan proses menelan.
Dimana menelan dimulai ketika suatu bolus, atau gumpalan makanan yang telah dikunyah atau
encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut dan menuju faring. Tekanan bolus
merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang mengirim impuls aferen ke pusat menelan
yang terletak di

8
medula batang otak. Pusat menelan kemudian secara refleks mengaktifkan otot-otot yang
terlibat dalam proses menelan dalam urutan yang sesuai. Menelan merupakan refleks yang
paling rumit di tubuh. Pada proses menelan, terjadi pengaktifan berbagai respons yang sangat
terkoordinasi dalam suatu pola tuntas-atau-gagal spesifik dalam suatu periode waktu. Menelan
dimulai secara volunter, tetapi sekali dimulai maka gerakan ini tidak dapat dihentikan.
(Sherwood, 2019).

2.2 Proses Pencernaan dan Proses Absorbsi Pada Esofagus

Pada ujung esofagus, muskularis terdapat bagian yang lebih menonjol dan
membentuk dua sfingter- katup atau sfingter esofagus atas (SEA), yang terdiri dari otot
rangka, dan katup atau sfingter esofagus bawah (SEB) yang terdiri dari otot polos. Sfingter
esofagus atas mengatur pergerakan makanan dari faring ke dalam esofagus dan sfingter
esofagus bawah mengatur pergerakan makanan dari esofagus ke dalam lambung. Jadi, jika
ada sesuatu yang tidak seharusnya melewati esofagus misalnya benda, maka sfingter
esofagus akan otomatis menutup, sehingga benda yang masuk tersebut tidak bisa melewati
esofagus. Daerah bertekanan tinggi yang pertama adalah Sfingter esofagus atas (SEA) yang
dinamakan
9 sfingter faringoesofagus karena berada di antara perbatasan faring dan esofagus
bagian proksimal. Kemudian, daerah bertekanan tinggi yang kedua adalah sfingter bagian
bawah (SEB) yang dinamakan dengan sfingter gastroesofagus karena berada di antara
perbatasan esofagus bagian distal dengan lambung (gastric). Lapisan superfisial esofagus
dikenal sebagai adventisia, bukan serosa seperti di lambung dan usus, karena jaringan ikat
areolar lapisan ini tidak dilapisi oleh mesotel dan karena jaringan ikat menyatu dengan
jaringan ikat struktur sekitar di mediastinum yang dilewatinya. Adventisia melekatkan
esofagus ke struktur-struktur di sekitarnya. (Tortora, 2016).

Setelah tahap volunter yang terjadi di cavum oris, terdapat tahap orofaring terdiri
dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. Ketika lidah
mendorong bolus ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah
untuk masuk ke dalam saluran napas seperti saluran hidung dan trakea. (Sherwood, 2018).
Semua ini diatur oleh aktivitas-aktivitas terkoordinasi yaitu sebagai berikut:

1
0
 Seorang lndividu tidak akan berusaha untuk bernapas ketika saluran
napasnya tertutup sementara karena pusat menelan secara sementara
menghambat pusat respirasi yang berdekatan.
 Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorok,menutup saluran
hidung dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.
 Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak
masuk kembali ke mulut sewaktu menelan.
 Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan
penutupan erat lipatan vokal di pintu masuk laring, atau glotis. Bagian
pertama trakea adalah laring, atau kotak suara, yang melaluinya lipatan
vokal teregang. Sewaktu menelan, lipatan vokal melakukan tugas yang tidak
berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring mendekatkan kedua
lipatan vokal satu sama lain sehingga pintu masuk glotis tertutup. Terakhir,
epiglotis, penutup jaringan kartilagenosa yang terletak di anterior glotis,
melipat ke belakang menutupi glotis yang telah tertutup sebagai proteksi
tambahan agar makanan tidak masuk ke saluran napas.
 Dengan glotis yang tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong
bolus ke dalam esofagus. (Sherwood, 2018).

Kemudian tahap yang terakhir yaitu tahap esofageal. Pada tahap ini pusat menelan
memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus,
mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. Dimana
peristalsik sendiri merupakan kontraksi otot polos sirkular berbentuk cincin yang bergerak
prugresif maju, mendorong bolus ke bagian di depannya yang masih melemas. Gelombang
peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 hingga 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus.
Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus.
(Sherwood, 2018).

1
1
Gambar 4: Gerakan peristaltik di esofagus

(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)

Jika bolus berukuran besar atau lengket yang tertelan, misalnya potongan roti lapis
selai kacang, tidak dapat didorong peristaltik mencapai lambung oleh gelombang peristalsisk primer,
bolus yang tertahan tersebut akan meregangkan esofagus, merangsang reseptor tekanan di dindingnya.
Akibatnya, pleksus saraf intrinsik di tempat distensi memulai gelombang peristaltik tambahan untuk
mendorong bolus yang tertahan tersebut. Gelombang peristaltik kedua ini tidak melibatkan pusat
menelan, dan yang bersangkutan tidak menyadari kejadiannya. Peregangan esofagus juga secara
refleks meningkatkan sekresi liur. Bolus yang terperangkap akhirnya terlepas dan bergerak maju
melalui efek kombinasi pelumasan oleh liur tambahan yang tertelan dan gelombang peristaltik kedua
yang kuat. Peristalsis esofagus sedemikian efektif sehingga kita dapat menghabiskan sepiring hidangan
dalam posisi terbalik dan semua makanan akan segera terdorong ke dalam lambung. Disamping itu,
pada esofagus sendiri tidak terjadi proses penyerapa atau absorbsi. Hal tersebut dikarenakan esofagus
merupakan suatusaluran menuju ke lambung. (Sherwood, 2018).

1
2
2.3 Proses Pencernaan dan Proses Absorbsi Pada Gaster

Gambar 5: Mukosa Lambung

(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)

Lambung merupakan rongga seperti kantong berbentuk huruf J yang terletak diantara
esofagus dan usus halus. Lambung setiap hari menyekresikan sekitar 2 liter getah lambung.
Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada dilapisan dalam lambung, mukosa lambung,
yang dibagi menjadi dua daerah berbeda yaitu mukosa oksintik, yang melapisi korpus dan
fundus, dan daerah kelenjar pilorus (pyloric gland area, PGA) yang melapisi antrum.
Permukaan luminal lambung berisi sumur-sumur kecil dengan kantong dalam yang terbentuk
oleh pelipatan-masuk mukosa lambung. Bagian pertama invaginasi ini disehut sumur gastrik,
yang di dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik melapisi bagian dalam
invaginasi ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin atauparakrin. (Sherwood, 2018).

Pada lambung terdapat HCL yang akan mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen
menjadi enzim aktif, pepsin, dan membentuk medium asam yang optimal bagi aktivitas
pepsin. Pepsinogen disimpan di sitoplasma sel utama di dalam vesikel sekretorik yang dikenal
sebagai granula zimogen. Dari granula ini enzim tersebut dibebaskan oleh eksositosis pada
stimulasi yang sesuai. Ketika pepsinogen disekresikan ke dalam lumen lambung, HCl
memutuskan sepotong

1
3
kecil molekul, mengubahnya menjadi bentuk aktif pepsin. Setelah terbentuk, pepsin bekerja
pada molekul pepsinogen lain untuk menghasilkan lebih banyak pepsin, suatu mekanisme
yang disebut proses otokatalisis. (Sherwood, 2019).

Pada lambung terdapat proses absrobsi yang dimana substansi non nutrien diabsorbsi
langsung oleh lambung yaitu berupa etil alcohol dan aspirin. Dimana alcohol ini bersifat
larut lipid yang berdifusi melalui membrane lipis sel epitel lambung dan masuk ke kapiler
mukosa. Dan aspirin pada lingkungan asam hampir tidak terionisasi, serta bersifat larut lipid.
Absorbsi aspirin ini dapat dilakukan dengan cepat jika melewati membrane plasma sel
epitel. (Sherwood, 2019).

Gambar 6: Aktivasi pepsinogen di Lumen Lambung

(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)

Pepsin memulai pencernaan protein dengan memutuskan ikatan-ikatan asain


amino tertentu dalain protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen, yang dimana enzim
ini bekerja paling efektif dalam lingkungan asam yang dihasilkan oleh HCI. Karena dapat
mencerna protein, pepsin harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif sehingga
zat ini tidak mencerna protein protein sel di tempatnya terbentuk. Karena itu, pepsin
dipertahankan dalam bentuk inaktif
1
4
pepsinogen hingga zat ini mencapai lumen lambung, tempat ia diaktifkan oleh HCl yang
disekresikan ke dalam lumen oleh jenis sel lain. (Sherwood, 2018).

Salah satu gambaran penting pencernaan pepsin yaitu kemampuannya untuk mencerna
protein kolagen, suatu jenis protein albuminoid yang sangat sedikit dipengaruhi oleh enzim
enzim pencernaan lainnya. Kolagen merupakan unsur dasar utama jaringan ikat antarsel daging;
oleh karena itu, agar enzim saluran pencernaan dapat menembus daging dan mencerna protein
daging lain, hal yang terpenting adalah mencerna serat serat kolagen tersebut. Akibatnya, orang
yang kekurangan pepsin di dalam getah lambung, daging yang dicerna kurang dapat ditembus
oleh enzim-enzim pencernaan lain dan, oleh karena itu proses pencernaannya buruk. (Guyton,
2018).

Fungsi motorik lambung ada tiga:

1. penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses di dalam lambung,
duodenum, dan traktus intestinal bawah

2. pencampuran makanan ini dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran
setengah cair yang disebut kimus

3. pengosongan kimus dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada kecepatan yang
sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus. (Guyton, 2016)

• Pengisian

Pengisian lambung melibatkan relaksasi reseptif. Ketika kosong, lambung memiliki


volume sekitar 50 mL, tetapi volume lambung dapat bertambah hingga sekitar 1 liter (1000
mL) saat makan. Lambung dapat menampung peningkatan volume 20 kali lipat tersebut
melalui mekanisme berikut. Bagian interior lambung membentuk lipatan-lipatan dalant.
Sewaktu makan, lipatan menjadi lebih kecil dan nyaris men datar sewaktu lambung sedikit
melemas setiap kali makanan masuk, seperti ekspansi bertahap kantong es yang sedang diisi.
Respons yang diperantarai oleh vagus ini, disebut relaksasi reseptif, memungkinkan lambung
menampung makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan intralambung.
Namun, jikamakanan yang dikonsumsi melebihi satu liter, lambung mengalami peregangan
berlebih- an, tekanan intralambung meningkat, dan yang bersangkutan merasa tidak nyaman.
(Sherwood, 2018)
1
5
Gambar 2.26 Pengosongan dan Pencampuran Lambung Akibat Kontraksi Peristaltik
Antrum

Fungsi Penyimpanan Lambung

Saat makanan masuk ke dalam lambung, makanan membentuk lingkaran konsentris


makanan di bagian orad lambung, makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan
pembukaan esofagus dan makanan yang paling lama terletak paling dekat dengan dinding luar
lambung. Normalnya, bila makanan meregangkan lambung, "refleks vasovagal" dari lambung
ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di dalam otot
dinding korpus lambung sehingga dinding menonjol keluar secara progresif, menampung
jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas saat lambung berelaksasi
sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 L. Tekanan dalam lambung tetap rendah sampai batas ini
tercapai. (Guyton, 2016)

Pencampuran dan Propulsi Makanan dalam Lambung —Irama Listrik Dasar Dinding Lambung

Getah pencernaan lambung disekresikan oleh kelenjar gastrik, yang berada pada hampir
seluruh dinding korpus lambung kecuali sepanjang garis sempit di kurvatura minor lambung.
1
Sekresi6 ini terjadi dengan segera saat berkontak dengan bagian makanan yang disimpan terletak
berhadapan dengan permukaan mukosa lambung. Selama lambung berisi makanan, gelombang
konstriktor peristaltik lemah, juga disebut gelombang pencampur, mulai timbul di bagian
tengah sampai ke bagian yang lebih atas dinding lambung dan bergerak ke arah antrum sekitar
satu kali setiap 15 sampai 20 detik. Gelombang ini ditimbulkan oleh irama listrik dasar dinding
lambung terdiri atas "gelombang pendek" listrik yang terjadi secara spontan pada dinding
lambung. Saat gelombang konstriktor berjalan dari korpus lambung ke dalam antrum,
gelombang tersebut menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin
konstriktor yang digerakkan oleh potensial aksi peristaltik yang kuat, yang mendorong isi
antrum di bawah tekanan yang semakin lama semakin tinggi ke arah pilorus.

Cincin konstriktor ini juga memainkan peran penting dalam mencampur isi lambung
melalui cara berikut. Setiap kali gelombang peristaltik melewati dinding antrum bergerak ke
bawah menuju pilorus, gelombang itu menembus isi makanan semakin dalam pada antrum.
Tetapi pembukaan pilorus masih cukup sempit sehingga hanya beberapa mililiter atau kurang
isi antrum yang dikeluarkan ke dalam duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Demikian
juga, ketika setiap gelombang peristaltik mendekati pilorus, otot pilorus itu sendiri sering
berkontraksi, yang selanjutnya menghalangi pengosongan melalui pilorus. Oleh karena itu,
sebagian besar isi antrum akan diperas terbalik arahnya melalui cincin peristaltik menuju
korpus lambung, tidak menuju pilorus. Sehingga, gerakan cincin konstriktif peristaltik,
digabung dengan kerja memeras dengan arah terbalik, disebut "retropulsi": adalah mekanisme
pencampuran yang sangat penting dalam lambung. (Guyton, 2016)

Kimus.

Sesudah makanan dalam lambung seluruhnya bercampur dengan sekresi lambung, hasil
campuran yang berjalan ke usus disebut kimus. Derajat keenceran kimus bergantung pada
jumlah relatif makanan, air, dan sekresi lambung serta pada derajat pencernaan yang telah
terjadi. Ciri-ciri kimus adalah cairan keruh setengah cair atau seperti pasta. (Guyton, 2016)

Kontraksi Peristaltik Antrum yang Kuat Selama Pengosongan Lambung—"Pompa


Pilorus".

Pada umumnya, kontraksi-kontraksi ritmis lambung bersifat lemah dan terutama


berfungsi untuk menyebabkan pencampuran makanan dan sekresi lambung. Akan tetapi, sekitar
20 persen dari seluruh waktu ketika makanan berada dalam lambung, kontraksi menjadi kuat,
bermula pada bagian pertengahan lambung dan menyebar melalui bagian kaudal lambung,
1
kontraksi ini adalah peristaltik yang kuat, sangat ketat seperti kontraksi cincin sehingga dapat
7
menyebabkan pengosongan lambung. Saat lambung secara progresif menjadi semakin kosong,
konstriksi ini mulai makin menjauh dalam korpus lambung, secara berangsur-angsur menje-pit
makanan pada korpus lambung dan menambahkan makanan pada kimus di dalam antrum.
Kontraksi peristaltik yang kuat ini sering menimbulkan tekanan air 50 sampai 70 cm, yang
kirakira enam kali lebih kuat dari jenis gelombang peristaltik pencampuran yang biasa.

Bila tonus pilorus normal, setiap gelombang peristaltik yang kuat akan mendorong
beberapa mililiter kimus ke dalam duodenum. Jadi, gelombang peristaltik, selain menyebabkan
pencampuran di dalam lambung, juga menyediakan kerja pemompaan yang disebut "pompa
pilorus" (Guyton, 2016)

Peranan Pilorus dalam Mengontrol Pengosongan Lambung.

Pembukaan bagian distal lambung adalah pilorus. Di sini ketebalan dinding otot sirkular
menjadi 50 sampai 100 persen lebih besar daripada bagian awal antrum lambung, dan secara
tonik tetap berkontraksi secara ringan hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, otot sirkular
pilorus disebut sfingter pilorus. Walaupun terdapat kontraksi tonik sfingter pilorus yang
normal, pilorus biasanya cukup terbuka bagi air dan cairan lain untuk dikosongkan dari
lambung ke dalam duodenum dengan mudah. Sebaliknya, konstriksi biasanya mencegah pasase
(lewatnya) partikel makanan hingga partikel tersebut telah tercampur dalam kimus sehingga
memiliki konsistensi hampir cair. Derajat konstriksi pilorus ditingkatkan atau diturunkan di
bawah pengaruh sinyal refleks saraf dan humoral dari lambung dan duodenum, seperti yang
akan didiskusikan secara singkat. (Guyton)

Pengaturan Pengosongan

Lambung Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari lambung dan
duodenum. Akan tetapi, duodenum memberi sinyal yang lebih kuat, mengontrol pengosongan
kimus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak melebihi kecepatan kimus dicerna dan
diabsorbsi dalam usus halus. (Guyton )

Sekresi lambung dikatakan terjadi dalam tiga "fase" yaitu fase sefalik, fase gastrik, dan
fase intestinal. (Guyton & Hall, 2019)

1. Fase sefalik

Fase sefalik sekresi lambung berlangsung bahkan sebelum makanan masuk ke dalam
lambung, terutama sewaktu makanan sedang dikonsumsi. Fase ini timbul akibat melihat,
membaui, membayangkan, atau mencicipi makanan; dan semakin besar nafsu makan, semakin
1
kuat rangsangan
8 itu timbul. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik sekresi lambung
berasal dari korteks serebri dan pada pusat nafsu makan di amigdala dan hipotalamus. Sinyal
ditransmisikan melalui nukleus motorik dorsalis nervus vagus dan kemudian melalui saraf
vagus ke lambung. Fase sekresi ini normalnya menghasilkan sekitar 30 persen sekresi lambung
yang berkaitan dengan konsumsi makanan. (Guyton & Hall, 2016)

2. Fase gastrik

Sekali makanan masuk ke lambung, makanan akan membangkitkan (1) refleks


vagovagal yang panjang dari lambung ke otak dan kembali ke lambung, (2) refleks enteric
setempat, dan (3) mekanisme gastrin, yang semuanya kemudian menyebabkan terjadinya
sekresi getah lambung selama beberapa jam ketika makanan berada di dalam lambung. Fase
gastrik sekresi membentuk sekitar 60 persen dari total sekresi lambung yang berkaitan dengan
konsumsi makanan dan karena itu merupakan sebagian besar dari total sekresi lambung sehari-
hari, yaitu sebanyak 1.500 ml. (Guyton & Hall, 2016)

3. Fase intestinal

Keberadaan makanan di bagian atas usus halus, khususnya pada duodenum, akan terus
mengakibatkan lambung menyekresi sejumlah kecil getah pencernaan, mungkin sebagian
akibat sejumlah kecil gastrin yang dilepaskan oleh mukosa duodenum. Ini meliputi kurang
lebih 10 persen respons asam terhadap makanan. (Guyton & Hall, 2016)

2.4 Proses Pencernaan dan Proses Absorbsi Pada Duodenum

1
9
Pencernaan pada usus halus sebagian besar pencernaan di lumen usus halus
dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi
empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak direduksi secara sempurna menjadi unit-
unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi
fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat diubah menjadi
disakarida, dekstrin a-limit, dan beberapa monasakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah
selesai di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.
(Sherwood, 2018).

Pada permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus seperti
rambut, mikrovilus, yang membentuk brush border. Membran plasma brush border mengandung
tiga kategori enzim yang berfungsi sebagai enzim-enzim terikat membran yaitu:

1. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim proteolitik pankreas tripsinogen


2. Disakaridase, yang terdiri atas maltase, sukrase-isomaltase, dan laktase
yang bekerja pada maltose, dekstrin a-limit, dan disakarida diet. Maltosa
yang merupakan produk amilase liur dan pankreas diurai menjadi glukasa
oleh aktivitas maltase atau sekrase-isomaltase. Namun, produk pencernaan

2
0
karbohidrat lainnya, dekstrin a-limit, hanya dapat diuraikan oleh sukrase-
isotnaltase. Hasil akhir pencernaan disakarida sukrnsa dan laktosa diet
masing-masing diselesaikan oleh enzim sukrase- isamaltase dan laktase.
3. Aminopeptidase, yang menghidrolisis hampir semua fragmen fragmen
peptida kecil menjadi komponen-komponen asam amino mereka sehingga
pencernaan protein tuntas. (Sherwood, 2018).

Pada usus halus juga terdapat proses absorbsi yang dimana semua produk pencernaan
karbohidrat, lemak, dan protein, serta sebagian besar elekrolit, vitamin, dan air, normalnya
diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya penyerapan kalsium dan besi yang
biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, semakin banyak yang akan dicerna
maka semakin banyak juga yang diserap. Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan
jejunum yaitu hanya sedikit yang terjadi di ileum, bukan karena ileum tidak memiliki
kemampuan menyerap tetapi karena sebagian besar penyerapan telah diselesaikan sebelum isi
usus mencapai ileum. Usus halus memiliki kapasitas absorptif cadangan yang besar. Sekitar
50% usus halus dapat diangkat tanpa banyak mengganggu penyerapan dengan satu
pengecualian. Jika ileum terminal diangkat, penyerapan vitamin B12 dan garam empedu akan
terganggu, karena mekanisme transpor khusus untuk kedua bahan tersebut hanya terdapat di
bagian tersebut. Semua bahan lain dapat diserap di seluruh panjang usus halus. (Sherwood,
2018).

Mukosa yang melapisi bagian dalam usus halus telah beradaptasi sangat baik
untuk fungsi absorptifnya karena dua alasan yaitu mukosa ini memiliki luas permukaan
yang sangat besar, dan sel-sel epitel di iapisan ini memiliki beragam mekanisme transpor
khusus. Selama proses absorbs substansi cerna masuk ke jaringan kapiler atau lacteal
pusat. Subtansi tersebut akan melewati secara sempurna sel epitel dengan difusi cairan
intersial core jaringan konektif villus pada dinding kapiler atau pembuluh limfe.
(Sherwood, 2018).

Pada absorbsi di usus halus dibantu oleh faktor intrinsik, yang merupakan produk
sekretorik lain sel parietal selain HCI, dan penting dalam penyerapan vitamin B12. Pengikatan
faktor intrinsik dengan vitamin B12, dapat memicu endositosis diperantaian reseptor
kompleks ini di ileum terminal, yaitu bagian
2
1
terakhir usus halus. Vitamin B12, bersifat esensial dalam pembentukan normal sel darah
merah. Tanpa faktor intrinsik, vitamin B12 tidak diserap sehingga produksi eritrosit terganggu
dan timbul anemia pernisiosa. (Sherwood, 2018).

Berikut penjelasan dari hal-hal yang diabsorbsi pada usus halus:

1. Absorbsi karbohidrat

Gambar: Proses Absorbsi karbohidrat


(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)
Karbohidrat diserap terutama dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa.
Disakaridase yang terletak di membran brush border sel epitel usus meneruskan penguraian
disakarida ini menjadi unit-unit monosakarida yang dapat diserap, yaitu glukosa (sebagian besar),
galaktosa, dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder, tempat pembawa
siinporter, seperti kotransporter natrium dan glukosa, di membran luminal memindahkan
monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Bekerjanya pembawa simporter ini,
yang tidak secara langsung menggunakan energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na+ yang
tercipta oleh pompa Na+ -K+ basolateral yang menggunakan energi. Glukosa atau galaktosa,
setelah

2
2
dipekatkan di sel oleh simporter ini, meninggalkan sel menuruni gradien konsentrasi oleh
difusi terfasilitasi melalui transporter glukosa (GLUT-2) di batas hasal untuk masuk ke darah
di dalam vilus. Selain terjadi penyerapan glukosa melalui sel oleh simporter, terdapat bukti
bahwa cukup banyak glukosa melintasi sawar epitel melalui taut erat yang bocor di antara sel-
sel epitel. (Sherwood, 2018).
Fruktosa diserap ke dalam sel epitel dari lumen melalui GLUT-5 dengan menggunakan
difusi terfasilitasi. Proses ini melibatkan konsentrasi fruktosa lutninal yang lebih tinggi yang
menuntun monosakarida masuk ke dalam sel. Seperti monosakarida lainnya, fruktosa keluar
melalui GLUT-2 dan rnemasukidarah. (Sherwood, 2018).
2. Absorbsi Protein

Gambar: Proses Absorbsi Protein


(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)
Protein dari makanan maupun protein endogen yang masuk ke lurnen
saluran cerna dari sumber berikut dicerna dan diserap yaitu:
 Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang disekresikan
ke dalam lumen.
 Protein di dalam sel yang terdorong hingga lepas dari vilus ke dalam
lumen selarna proses pergantian mukosa.

2
3
 Sejumlah kecil protein plasma yang normalnya bocor dari kapiler ke
dalam lumen saluran cerna. (Sherwood, 2018).

Sekitar 20 hingga 40 g protein endogen masuk ke lumen setiap hari dari ketiga sumber
tersebut. Jumlah tersebut dapat melebihi jumlah protein yang berasal dari makanan. Semua
protein endogen harus dicerna dan diserap, bersama dengan protein makanan, untuk
rnencegah terkurasnya simpanan protein tubuh. Asam-asam amino yang diserap dari protein
makanan dan endogen terutama digunakan untuk membentuk protein baru di tubuh.
(Sherwood, 2018).

Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk asam
amino dan beberapa potongan kecil peptida, Asam amino diserap menembus sel usus oleh
simporter, serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Simporter glukosa berbeda
dengan simporter asam amino, dansimporter asam amino bersifat selektif untuk asam amino
yang berbeda. Peptida kecil masuk melalui pembawa dependen-Na+ lainnya melalui proses
yang dikenal dengan transpor aktif tersier. Dalam hal ini, simporter secara bersamaan
mengangkut H+ dan peptida dari lumen menuju sel, yang digerakkan oleh H+ yang bergerak
menuruti gradien konsentrasinya dan peptida yang bergerak melawan gradien
konsentrasinya. Gradien H+ diciptakan oleh antiporter di membran luminal yatlg digerakkan
oleh Na+ yang bergerak menuju sel menuruni gradien konsentrasinya dan H+ yang bergerak
keluar sel melawan gradien konsentrasinya. Gradien konsentrasi Na+ yang menggerakkan
antiporter tersebut pada saatnya dicetuskan oleh pompa Na+ - K+ dependen energi di
membran basolateral. Karena itu, glukosa, galaktosa, asam amino, dan peptida berukuran
kecil semuanya mendapat tumpangan gratis untuk masuk dari transpor Na+ yang
membutuhkan energi. Peptida kecil diuraikan menjadi asam-asam amino konstituennya oleh
amino-peptidase di membran brush border atau oleh peptidase intrasel. Seperti
monosakarida, asam amino rneninggalkan sel usus melalui difusi terfasilitasi dan masuk ke
anyaman kapiler di dalam vilus. (Sherwood, 2018).

2
4
3. Absorbsi lemak

Gambar: Pencernaan dan Absorbsi Lemak


(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)
Garam-garam empedu terus-menerus mengurangi fungsi melarutkan lemaknya di
sepanjang usus halus hingga semua lemak terserap. Kemudian garam-garam empedu itu
sendiri direabsorpsi di ileum terminal oleh transpor aktif khusus. lni adalah suatu proses yang
efesien karena gararn empedu dalam jumlah relatif sedikit dapat mempermudah pencernaan
dan penyerapan lemak dalam jumlah besar, dengan setiap garam empedu melakukan fungsi
pengangkutnya berulang-ulang sebelum akhirnya direabsorpsi. (Sherwood, 2018).
Setelah berada di interior sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas diresintesis
menjadi trigliserida. Trigliserida-trigliserida ini menyatu menjadi butiran-butiran lalu
dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein yang menyebabkan butiran lemak tersebut larut air.
Butiran lemak besar yang telah dibungkus ini, yang dikenal sebagai kilomikron, dikeluarkan
oleh eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan interstisium di dalam vilus. Kilomikron
berdiameter 75 hingga 500 nm, dibandingkan dengan misel, yang berdiameter 3 hingga 10
nm. Kilomikron kemudian masuk ke lakteal sentral dan bukan ke

2
5
kapiler karena perbedaan struktural antara kedua pembuluh tersebut. Kapiler
memiliki membran basal yang mencegah kilomikron masuk, tetapi pembuluh
limfe tidak memiliki penghalang ini. Karena itu, lemak dapat diserap ke dalam
pembuluh limfe tetapi tidak dapat langsung ke dalam darah. (Sherwood, 2019).
Penyerapan sebenarnya monogliserida dan asam lemak bebas dari kimus
menembus membran luminal sel epitel usus halus secara tradisional dianggap
sebagai suatu proses pasif karena produk-produk akhir lemak yang larut lemak
hanya larut dan melewati bagian lemak membran. Namun, keseluruhan
rangkaian kejadian yang diperlukan untuk absorpsi lemak memerlukan energi.
Sebagai contoh, garam empedu disekresikan secara aktit oleh hati,
pembentukan kilomikron di dalam sel epitel adalah proses yang aktif, dan
eksositosis kilomikron memerlukan energi. (Sherwood, 2018).
4. Absorbsi Besi

Gambar: Proses Absorbsi Besi


(Sherwood L. 2019. Introduction To Human Physiology. 8th ed.)
Penyerapan besi ke dalam darah melibatkan dua langkah utama yaitu
penyerapan besi dari lumen ke dalam sel epitel usus halus dan penyerapan besi
dari sel epitel ke dalam darah. Besi secara aktif dipindahkan dari lumen ke
dalam sel epitel, dengan wanita memiliki tempat transpor aktif sekitar empat
2
6
kali lebih banyak dari pada pria. Tingkat penyerapan besi yang dimakan oleh sel
epitel bergantung pada jenis besi yang dikonsumsi. Besi diet terdapat dalam dua bentuk
yaitu besi heme, tempat besi terikat sebagai bagian dari kelompok heme yang terdapat
di hemoglobin dan terdapat dalam daging, dan besi anorganik, yang ada pada tanaman.
Heme diet diserap dengan lebih efisien daripada besi anorganik. Besi anorganik diet
terutama terdapat dalam bentuk teroksidasi Fe3+ (feri), tetapi bentuk besi yang
tereduksi (Fe2+) diserap lebih mudah. Fe3+ direduksi menjadi Fe2+ oleh enzim yang
terikat membran pada membran luminal sebelum penyerapan. Adanya bahan lain di
lumen dapat meningkatkan atau rnenghambat penyerapan besi. Sebagai contoh, vitamin
C rneningkatkan penyerapan besi, terutama dengan mereduksi besi feri menjadi fero.
Fosfat dan oksalat, sebaliknya, berikatan dengan besi yang masuk untuk membentuk
garam besi taklarut yang tidak dapat diserap. (Sherwood, 2018).
Besi heme dan Fe2+ ditranspor menembus membran luminal melalui
pembawa dependen-energi terpisah di brush border yaitu Besi heme memasuki sel
intestinal melalui pembawa heme protein I dan Fe2+ dibawa melalui transporter metal
divalen I, yang juga mengangkut metal lain yang bernivatan
+2. Sebuah enzim di dalam sel membebaskan besi dari kompleks heme.
(Sherwood, 2018).
Setelah diserap ke dalam sel epitel usus halus, besi memiliki dua
kemungkinan yaitu:
 Besi yang segera dibutuhkan untuk produksi sel darah merah diserap ke
dalam darah untuk disalurkan ke sumsum tulang, tempat pembentukan
sel darah merah. Besi keluar dari sel epitel usus halus melalui
transporter besi membran yang dikenal sebagai feroportin. Absorpsi
besi terutama dikendalikan oleh suatu hormon yang barubaru ini
ditemukan, hepsidin, yang dilepaskan dari hati ketika kadar besi di
dalam tubuh menjadi terlalu tinggi. Hepcidin mencegah lebih jauh
"ekspor" besi dari sel epitel usus halus menuju darah dengan terikat
pada ferroportin dan memacu internalisasinya menuju sel dengan
endositosis dan penguraiannya dengan lisosom. Karena itu, hepsidin
adalah reguiator utama pada homeostasis besi. Defisiensi hepsidin

2
7
menyebabkan kelebihan besi pada jaringan karena feroportin berlanjut
untuk mentransfer besi ke dalam tubuh tanpa kendali. Besi yang keluar
dari sel epitel usus halus diangkut menuju darah melalui pembawa
protein plasma yang dikenal sebagai hemoglobin bagi sel darah merah
yang baru saja terbentuk. (Sherwood, 2019).
 Besi yang tidak segera dibutuhkan akan tetap tersimpan di dalam sel
epitel dalam bentuk granular yang disebut feritin, yang tidak dapat
diserap ke dalam darah. Besi yang disimpan sebagai feritin akari keluar
melalui tinja dalam tiga hari karena sel-sel epitel yang mengandung
granula ini terlepas selama regenerasi mukosa. Besi dalam jumlah besar
di tinja menyebabkan tinja berwarna gelap, nyaris hitam. (Sherwood,
2019).
5. Absorbsi kalsium
Jumlah kalsium (Ca2+) yang diserap juga diatur. Kalsium memasuki membran luminal sel
epitel usus halus menuruni gradien elektrokimianya melewati saluran Ca2+ khusus, yang
dihantarkan dalam sel oleh protein pengikat kalsium, kalbindin, dan keluar dari membran
basolateral melalui dua rnekanisme dependen-energi yaitu pompa Ca2+ ATPase transpor aktif
primer dan antiporter Na+ - Ca2+ transpor aktif sekunder. Vitamin D sangat meningkatkan
semua langkah ini pada absorpsi kalsium. Vitamin D melaksanakan efek ini hanya setelah ia
diaktifkan di hati dan ginjal, suatu proses yang didorong oleh hormon paratiroid. Karena itu,
sekresi hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan konsentrasi Ca2+
dalam darah. Dalam keadaan normal, dari sekitar 1000 mg Ca2+ yang dikonsumsi setiap hari,
hanya duapertiga yang diserap di usus halus dan sisanya keluar melalui tinja. (Sherwood, 2018).

Dalam hal ini dari proses pencernan yang sudah dibahas sebelumnya, dapat
dijelaskan secara singkat mengenai enzim-ezim yang berperan di dalam sistem pencernaa.
Dimana penjelasan yang dimaksud dapat dilihat pada tabel dibawah ini yaitu sebagai berikut:

2
8
Ringkasan Enzim Pencernaan

Enzim Sumber Substrat Produk

SALIVA
Amilase saliva Kelenjar Saliva Tepung Maltose (disakarida),
(polisakarida) maltotriosa
(trisakarida), dan α-
dekstrin
Lipase lingual Kelenjar lingualis di Trigliserida (lemak Asam lemak dan
lidah dan minyak) dan digliserida
lemak lain
GETAH LAMBUNG
Pepsin (diaktifkan dari Chief cell lambung Protein Peptide
pepsinogen oleh pepsin dan
asam hidroklorida
Lipase lambung Chief cell lambung Trigliserida (lemak Asam lemak dan
dan minyak) monogliserida
GETAH PANKREAS
Amylase pankreas Sel asinus pankreas Tepung Maltose (disakarida),
(polisakarida) maltotriosa
(trisakarida), dan α-
dekstrin
Tripsin (diaktifkan dari sel asinus pankreas Protein Peptide
tripsinogen oleh enterokinase)
Kimotripsin (diaktifkan dari Sel asinus pankreas Protein Peptide
kimotripsinogen oleh tripsin)
Elastase (diaktifkan dari Sel asinus pankreas Protein Peptide
proelastase oleh tripsin)
Karboksipeptidase (diaktifkan Sel asinus pankreas Asam amino di Asam amino dan
dari prakarboksipeptidase oleh ujung karboksil peptida
tripsin) peptida
2
9
Lipase pankreas Sel asinus pankreas Trigliserida (lemak Asam lemak dan
dan minyak) yang monogliserida
telah mengalami
emulsifikasi oleg
garam empedu
Nuklease
 Ribonuklease Sel asinus pankreas Asam ribonukleat Nukleotida
 Deoksiribonuklease Sel asinus pankreas Asam Nukleotida
deoksiribonukleat
ENZIM BRUSH BORDER DI MEMBRAN PLASMA MIKROVILUS
α-dekstrinase Usus halus α-dekstrin Glukosa
Maltase Usus halus Maltosa Glukosa
Sukrase Usus halus Sukrosa Glukosa dan fruktosa
Laktase Usus halus Laktosa Glukosa dan
galaktosa
Enterokinase Usus halus Tripsinogen Tripsin
Peptidase
 Aminopeptidase Usus halus Asam amino di Asam amino dan
 Dipeptidase Usus halus ujung peptida peptida
Dipeptida Asam amino
Nukleosidase dan fosfatase Usus halus Nukleotida Basa nitrogenosa,
pentose dan fosfat
(Tortora, 2016)

14
14
BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan di atas, sistem pencernaan dibagi menjadi Mastikasi atau


mengunyah, yaitu motilitas mulut yang melibatkan pengirisan, pernbekall, penggilingan,
dan pencampuran makanan oleh gigi. Digesti Manusia mengonsumsi tiga kategori utama
bahan makanan kaya- energi: karbohidrat, protein, dan lemak. Absorsi adalah Masuknya
cairan, ion, dan produk pencernaan yang ditelan dan disekresi ke dalam lapisan sel epitel
lumen saluran gastrointestinal. Defekasi adalah Bahan sisa, bahan yang tidak dapat dicerna,
bakteri, sel yang terlepas dari dinding saluran gastrointestinal, dan bahan-bahan tercerna
yang tidak diserap dalam perjalanan menelusuri saluran gastrointestinal akan dikeluarkan
dari tubuh melalui anus. Asam lambung tidak dapat melukai dinding nya sendiri karena di
dinding lambung memiliki sel sel mukus.mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar
tubular yang penting: kelenjar oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorus. .
Pada sistem percernaan terdapat beberapa organ dari Upper Digestive Tract yang terdiri atas
mulut, esofagus, lambung, dan doudenum. Dimana dari masing-masing organ tersebut
memiliki proses pencernaan dan proses absorbsinya masing-masing, kecuali pada esofagus
tidak terdapat proses absorbsi karena hanya merupakan saluran menuju ke lambung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L.Z., 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed: 9. Jakarta: EGC
Tortora, Gerard J. 2016. “Dasar Anatomi dan Fisiologi: Sistem

Organisasi, Sistem Penunjang dan Gerak, dan systemkontrol”. Edisi

13. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C. (2014), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,Jakarta,


Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Barret, Kim E. et.al. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. (Ganong’s
Review of Medical Physiology). Edisi 24. EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai