PEMBAHASAN
1
a. bernilai 0, maka tidak ada pengaruh X1 dan X2 terhadap Y.
b. bernilai negatif, maka terjadi hubungan yang berbalik arah antara variabel
bebas X1 dan X2 dengan variabel tak bebas Y.
c. bernilai positif, maka terjadi hubungan yang searah antara variabel bebas X1
dan X2 dengan variabel tak bebas Y.
2
Contoh:
No Kualitas Pelayanan Keperawatan Jumlah Pasien
1. 50 149
2. 54 158
3. 53 156
4. 48 147
5. 50 149
6. 52 150
7. 50 153
8. 53 156
9. 54 158
10 55 160
.
Pengolahan Data:
No X Y X2 Y2 XY
1. 50 149 2500 22201 7450
2. 54 158 2916 24964 8532
3. 53 156 2809 24336 8268
4. 48 147 2304 21609 7056
5. 50 149 2500 22201 7450
6. 52 150 2704 22500 7800
7. 50 153 2500 23409 7650
8. 53 156 2809 24336 8268
9. 54 158 2916 24964 8532
10. 55 160 3025 25600 8800
Tota 519 1536 26983 236120 79806
l
3
Model
Persamaan:
4
berdasarkan hasil penelitian dari sampel.
3. Fungsi regresi sampel. Fungsi regresi populasi adalah fungsi regresi
sebenarnya, namun dalam praktiknya kita tidak selalu mengetahuinya
karena kita hanya mengamati sampel dan bukan seluruh populasi. Oleh
karena itu, analisis yang dilakukan adalah terhadap fungsi regresi sampel
sebagai perkiraan dari fungsi regresi populasi. Fungsi regresi sampel inilah
yang sering digunakan untuk meramalkan nilai variabel Y jika variabel
bebas (X) diketahui. Dalam hal ini, regresi sampel merupakan pendekatan
atau perkiraan dari garis regresi sebenarnya (populasi), sehingga penting
untuk memilih sampel yang mewakili populasi.
4. Linearitas.
a) Linearitas dalam variabel.
Suatu fungsi Y=f(X) dikatakan linear terhadap variabel X jika X memiliki
pangkat satu. Contoh : E(Y/Xi) = A + B Xi
A : Merupakan intercept (jarak dari titik asal ke titik perpotongan antara
regresi dan sumbu tegak)
B : adalah koefisien arah (slope) atau koefisien regresi.
Nilai A sebenarnya merupakan nilai dari E(Y/Xi) ketika Xi sama dengan
nol. A dan B disebut sebagai koefisien sebenarnya atau parameter.
Persamaan ini memenuhi kriteria bahwa nilai X muncul dengan pangkat
satu.
b) Linearitas dalam parameter.
Dalam konteks ini, E(Y/Xi) merupakan linear dari parameter A, tetapi B
dapat tidak linear terhadap variabel. Sebagai contoh, E(Y/Xi) = A + BX2
merupakan linear dalam variabel, namun bukan merupakan fungsi linear
dalam parameter.
5
njutkan untuk uji selanjutnya, sedangkan item yang valid akan dilanjutkan
pada uji yang selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Umumnya menggunakan alpha cronbach ( α ). Setelah melakukan uji validi
tas dan ditemukan item yang valid, maka akan dilakukan uji reliabilitasnya.
Pada tahap uji reliabilitas biasanya item-itemnya tidak menggunakan skor t
otal, berbeda dengan validitas. Reliabilitas biasanya dinilai di atas 0,6 .
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Uji Normalitas
Ketika melakukan uji ini, diusahakan menggunakan angka agar diketahui
standarnya diangka berapa yang dianggap normal, dan diangka berapa ya
ng dianggap tidak normal.
Menggunakan angka pada uji normalitas sangat disarankan daripada men
ggunakan gambar karena terkesan kurang jelas.
b) Uji Multikolinieritas
Uji ini dipakai pada regresi berganda, bukan pada regresi linier sederhan
a. Nilai toleransi pada uji ini harus lebih besar dari 0,1. Jika sudah lebih
besar dari 0,1 maka dianggap bebas dari multikolinieritas.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan ketika uji yang sebelumnya (normalitas dan multikolini
eritas) lolos.
4. Uji Hipotesis
a) Uji F
Pada tahap ini disarankan uji F dilakukan terlebih dahulu daripada uji reg
resi liniernya, karena kalau uji F nya gagal, otomatis uji liniernya juga tid
ak digunakan.
Apabila uji F sudah berhasil/signifikan dengan nilai di bawah 0,05 maka
dilanjut dengan uji selanjutnya yaitu uji t.
Uji F hanya digunakan pada regresi berganda.
b) Uji t
Uji t dapat dilihat dari nilai signifikansinya, jika nilai signifikansinya kur
6
ang dari 0,05 maka akan berpengaruh, tetapi jika nilai signifikansinya leb
ih besar dari 0,05 makan tidak akan berpengaruh.
Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka itu akan berpengaruh.
c) Uji Regresi Linier
Uji ini sudah termasuk dalam uji t, dilakukan ketika penelitian akan men
getahui pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya, makan uj
i ini digunakan untuk menganalisa hal tersebut.
d) Uji R Square
Sifat pada uji ini untuk menguji koefisien determinasi yang menunjukka
n persentase pengaruh variabel x terhadap y.
Uji F, uji t, uji regresi linier, dan uji r square dalam SPSS langsung keluar s
emua pada satu tahap (keempat hasilnya).
5. Matriks Korelasi Antara Dimensi
Tahap ini digunakan apabila variabel yang diteliti memiliki dimensi, jika v
ariabelnya tidak memiliki dimensi maka tidak perlu menggunakan matrik k
orelasi antar dimensi kecuali variabel yang diteliti memiliki beberapa dime
nsi (lebih dari satu) dapat menggunakan matriks tersebut.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang membahas “Penilaian Keterampilan
Berbicara berdasarkan Pendekatan Komunikatif” dapat terselesaikan. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan benyak pengetahuan, wawasan baru,
dan manfaat bagi pembaca. Kami harap pembaca bisa memahami pembahasan
makalah ini dengan seksama agar tidak ada kekeliruan atau kesalahpahaman dan
jika dirasa kurang mengerti, diharapkan bisa mencari tambahan literatur lainnya.
8
DAFTAR PUSTAKA