Anda di halaman 1dari 3

CERITA RAKYAT “SANGKURIANG”

LEGENDA ASAL USUL TANGKUBAN PERAHU

Pada zaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang
Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.

Anak tersebut sangat gemar berburu ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing
kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa yang dikutuk
dan di usir karena telah melakukan dosa. Sangkuriang pun tidak tahu bahwa Tumang adalah
ayahnya.

Saat berusia 10 tahun, ia diminta ibunya untuk berburu di hutan dan mencari hati rusa.
Ia pergi berburu, ditemani anjingnya, Tumang.

Anehnya, tidak ada hewan buruan maupun rusa di hutan.

Namun Sangkuriang tiba-tiba melihat babi hutan.

Ia mengejar dan mencoba menembaknya dengan panah.

Tetapi dihentikan oleh Tumang, yang menyadari bahwa babi hutan itu sebenarnya
neneknya, Celeng Wayungyang, yang di kutuk menjadi babi hutan oleh dewa.

Merasa kesal karena tidak berhasil mendapatkan buruannya.

Ia tanpa sengaja memanah Tumang hingga mati.

Merasa tidak bisa pulang dengan tangan hampa, Sangkuriang memotong Tumang dan
mengambil hatinya untuk dibawa pulang.

Saat tiba waktunya makan, Dayang Sumbi meminta ia memanggil Tumang untuk
diberikan bagian hatinya yang sudah dimasak.

Merasa sangat malu dan bersalah karena menyadari telah membunuh sahabatnya,
Sangkuriang mengaku bahwa hati yang baru saja mereka makan sebenarnya adalah hati
Tumang.
Mendengar hal itu, tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang
dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara meninggal ibunya.
Dia merasa sang ibu membencinya karena membunuh si Tumang.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat
tekun bertapa.

Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan
memiliki kecantikan abadi.

Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuring jatuh cinta pada seorang Perempuan


cantik dan berusahan untuk meminangnya.Perempuan itu adalah Dayang Sumbi.

"Dayang Sumbi, kamu sangat cantik. Maukah kamu menikah denganku?" Dayang Sumbi
merasa tidak nyaman dengan sentuhannya di pundaknya, tetapi dia tidak ingin melukai
perasaannya. Dia pindah dan berkata,

"Oh, aku terlalu tua untukmu, anak muda. Aku cukup tua untuk menjadi ibumu."

"Tapi, itu tidak mungkin! Kamu masih muda dan cantik, mengapa kamu mengatakan
bahwa kamu seumuran dengan ibuku?"

"Siapa namamu? Dan siapa ibumu?"

"Entahlah. Yang bisa kuingat adalah ketakutan dan lari sekuat tenaga sampai aku
pingsan. Saat aku sadar, seorang perampok sedang merawat luka di dahiku. Kemudian
dia mengadopsiku sebagai anaknya. Dia meninggal dunia dan mewariskan kekuatan
supernaturalnya padaku. Tapi sekarang ayah angkatku telah meninggal, dan aku hidup
sendiri. ”

"Biarkan aku melihat kepalamu." Dayang Sumbi terkejut saat mengenali bekas luka di
kepalanya seperti pukulan yang dilakukan oleh sendok kayu besar miliknya.

Pemuda itu tidak percaya bahwa dia adalah putranya. Dayang Sumbi menjelaskan
bahwa dia terlihat awet muda karena jamu.

Kemudian, dia memberinya dua syarat yang tidak mungkin untuk menikah.

Pertama, dia memintanya membuat danau dengan membendung Sungai Citarum.


Kedua, dia memintanya untuk membangun perahu besar untuk rumah mereka.

Dan kedua tugas itu harus diselesaikan sebelum ayam berkokok.

Ketika Dayang Sumbi menyadari bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan


pekerjaannya, dia mencari cara untuk menghentikannya.

Dia mengambil salah satu tenunnya, kain putih besar, dan menggantungnya sambil
berdoa kepada dewa.

Kemudian dia meminta gadis desa untuk membakarnya.

Langit yang gelap menjadi seterang fajar, dan ayam jantan mulai berkokok.

Dayang Sumbi pergi ke Sangkuriang.

"Sangkuriang, waktumu habis, kamu harus menyerah sekarang!"

Sangkuriang sangat marah. Sekarang dia tidak akan bisa menikahi Dayang Sumbi!

Dia telah menggunakan banyak kekuatan dan meminta bantuan makhluk halus.

Sangkuriang sangat marah sehingga Ia pun kemudian menendang perahu besar yang
dibuatnya. Perahu itu melayang dan jatuh, menjadi sebuah gunung di bagian utara kota
Bandung, yang bernama gunung “Tangkuban Perahu".

Anda mungkin juga menyukai