Undergraduate Thesis
Undergraduate Thesis
net/publication/226662841
CITATIONS READS
0 49,237
2 authors, including:
Annissa Ecock
Eastern Gateway Community College
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Annissa Ecock on 21 May 2014.
Disusun oleh:
Di bawah bimbingan :
Dr. Sri Utari, S.H., M.H.
Ari Wuisang, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Penguji I Penguji II
Penguji III
Skripsi ini telah diterima dan disahkan untuk diajukan dalam sidang skripsi oleh :
Kebangkitan Nasional terjadi 103 tahun lalu, Sumpah Pemuda 83 tahun lalu, dan
Reformasi 13 tahun lalu. Ada kesamaannya, sama-sama dipelopori oleh pemuda.
(John F. Kennedy)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah
penulisan hukum (skripsi) ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Pakuan.
1. Ibu Dr. Sri Utari, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Pakuan
2. Bapak Iwan Darmawan, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Bapak Arief Ussama, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi
4. Ibu Hj. Tuti Susilawati K., S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan Bidang
5. Bapak R. M. Mihradi, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian H.T.N., H.A.N., H.I. dan
sekaligus Dosen Co. Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya bagi
Universitas Pakuan;
8. Kepala dan Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Pakuan yang telah
11. Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, khususnya Prof. Dr. N. Jenny
Penulis;
12. Keluargaku tercinta, yaitu Bapak (almarhum), Ibu (almarhumah), Eyang Lien
Nunung, terima kasih atas segala dukungan baik materiil maupun moral dalam
Rhiri, Luse, Sisri; keluarga besar Capoeira Cordão de Ouro Indonesia, keluarga
14. Google as the best search engine ever! Twitter, Facebook, My Space as very
helpful social networking sources to kill the boredom attack rapidly. And also
Wikipedia as well.
15. Untuk seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu karena
namun demikian semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
BAB I PENDAHULUAN
Nasional ............................................................................ 36
Nasional ............................................................................ 38
E. Peranan Pancasila dalam Ketahanan Nasional ................. 42
Negara .............................................................................. 66
BAB IV ANALISIS
Negara ................................................................................ 93
............................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN
ABSTRAK
merupakan aset dalam bidang ideologi, politik, sosial dan budaya. Jadi selain
secara kategori ekonomi, pemuda juga menjadi bagian dari kategori sosial.
bisa bersaing dengan bangsa yang sudah mengglobal. Dalam praktiknya korupsi,
pemuda haruslah siap menghadapi ancaman dan siap pula menjawab tantangan
yang ada. Salah satu nilai yang harus selalu ada pada pemuda adalah jiwa
kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu soft skill, menjadi salah satu
Menjadi sebuah agenda penting bagi kita bersama untuk kembali memupuk jiwa
paham dan ideologi yang bisa merusak moral dan persatuan bangsa.1
pemuda yang dimulai dari pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda
dan mahasiswa tahun 1966, sampai bangsa Indonesia memasuki masa reformasi.
Hal ini membuktikan bahwa pemuda mampu berperan aktif sebagai garda
moral, kontrol sosial, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran,
Untuk itu, tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi
1
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Petunjuk Penyelenggaraan
Pelatihan Ketahanan Nasional Untuk Pemuda (TANNASDA), (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan
Pemuda Asisten Deputi Kepemimpinan Pemuda, 2011), hlm. 1.
pembangunan perlu ditingkatkan dalam kerangka hukum nasional sesuai dengan
B. Identifikasi Masalah
mempertahankan negara?
2
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, (Jakarta: Biro Humas dan Hukum
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010), hlm. 27.
C. Maksud dan Tujuan
1. Kerangka Teoritis
yang sangat strategis di Asia Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia
3
Kaelan & Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Paradigma, 2007), hlm. 145.
4
Armaedi Armawi, Geostrategi Indonesia, Makalah Pelatihan Dosen Kewarganegaraan
(Surabaya: Dikti, 2006), hlm. 2.
stabilitas regional agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat. Indonesia
dan nonfisik, serta berasal dari luar dan dari dalam negeri. Dalam Buku Putih
strategis Indonesia pasca-2003, pada saat ini dan dalam beberapa tahun akan
mengarah ke wilayah Indonesia. Namun, kondisi yang kondusif ini tidak lalu
Oleh karena itu, di sektor pertahanan negara harus terus dipersiapkan dengan
sejumlah isu yang menonjol, di antaranya adalah isu perbatasan dan pulau-
kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan
nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai
satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh.7 Hal tersebut diatur
Tahun 1945 Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dalam Amandemen Keempat :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
(2) Untuk pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung.8
5
Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008,
(Jakarta: Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2008), hlm. 6-7.
6
Ibid., hlm.18.
7
Ibid., hlm. 43.
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen Keempat, Bab XII Pertahanan dan Keamanan Negara.
Dalam penyelengaraannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002
komponen pendukung. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
profesi.10 Pada dasarnya, pemuda dalam hal ini dapat menjadi bagian
9
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 3 Tahun
2002, LN RI No.3, TLN RI No.4169, Pasal 6.
10
Ibid., Bagian Penjelasan.
11
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kepemudaan, UU Nomor 40 Tahun 2009,
LN RI No.148, TLN RI No.5067, Pasal 16.
Lebih ditegaskan lagi mengenai tanggung jawab pemuda sebagai warga
Tunggal Ika.13
12
Ibid., Pasal 19.
13
Deputi Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan Lembaga Pertahanan Nasional Republik
Indonesia, Naskah Akademik Pedoman Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan, (Jakarta: Lembaga
Pertahanan Nasional Republik Indonesia, 2009), hlm. 50.
2. Kerangka Konseptual
istilah, sehingga bila istilah tersebut ditemukan dalam skripsi ini, pengertian
pemuda.15
dan lebih kokoh oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemantapan
14
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kepemudaan, UU Nomor 40 Tahun 2009,
LN RI No.148, TLN RI No.5067, Pasal 1 butir 1.
15
Ibid., Pasal 1 butir 2.
berlangsung lebih baik dari sebelumnya untuk menunjang kehidupan
dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak
Indonesia.17
peraturan perundang-undangan.18
16
Deputi Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan Lembaga Pertahanan Nasional Republik
Indonesia, Op. Cit., hlm. 10.
17
Ermaya Suradinata, Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam Kerangka Keutuhan
NKRI, (Jakarta: Suara Bebas, 2005), hlm. 47.
18
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kewarganegaraan, UU Nomor 12 Tahun
2006, LN RI No.63, TLN RI No.4634, Pasal 1 butir 1.
19
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 3 Tahun
2002, LN RI No.3, TLN RI No.4169, Pasal 1 butir 1.
E. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
pada kerangka pemikiran dari hal-hal yang umum menjadi hal-hal yang
undangan, surat kabar nasional, majalah, media elektronik, hasil seminar dan
3. Pengolahan Data
dengan maksud agar tersusun suatu materi pembahasan yang sistematis dan
dibutuhkan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi materi penulisan ke dalam lima Bab,
dimana setiap Bab terbagi atas beberapa bagian. Untuk memberikan gambaran,
BAB I PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
Nasional
BAB IV ANALISIS
Kepemudaan
BAB V PENUTUP
penulis dari apa yang telah dibahas dalam Bab-Bab sebelumnya, serta
ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KETAHANAN NASIONAL
oleh20 :
1. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu
2. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia
ketahanan adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara dapat
segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional.
20
Wan Usman, dkk., Daya Tahan Bangsa, (Jakarta: Program Studi Pengkajian Ketahanan
Nasional Pasacasarjana UI, 2003), hlm. 5.
Identitas merupakan ciri khas suatu negara dilihat sebagai suatu totalitas, yaitu
suatu negara yang dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah, pemerintahan dan
ataupun tidak potensial. Tantangan adalah suatu usaha yang bersifat menggugah
maupun politis. Adapun hambatan adalah suatu kendala yang bersifat atau
bertujuan melemahkan yang bersifat konseptual yang berasal dari dalam sendiri.
Apabila hal tersebut berasal dari luar maka dapat disebut sebagai kategori
gangguan.
adalah21 :
1. Integratif
alam dan suasana ke dalam saling mengadakan penyesuaian yang selaras dan
serasi.
2. Mawas ke dalam
21
Ibid., hlm. 6.
Ketahanan nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan
negara itu sendiri, untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. Pengaruh
luarnya adalah hasil yang wajar dari hubungan internasional dengan bangsa
lain.
3. Menciptakan kewibawaan
bahkan dapat juga menurun, dan hal itu sangat tergantung kepada situasi dan
kondisi.
pilihan atau alternatif dan konsepsi tentang kekuatan nasional (national power),
memanfaatkan daya dan kekuatan lainnya pada suatu bangsa. Ketahanan nasional
di dalam kehidupan nasional. Untuk dapat mencapai suatu tujuan nasional suatu
berikut :
a. Ideologi;
b. Politik;
c. Ekonomi;
d. Sosial budaya;
Panca Gatra, karena jumlahnya lima. Keseluruhan unsur secara sistematik yang
membagi kehidupan nasional dalam delapan aspek tersebut disebut Asta Gatra.
Konsepsi ketahanan nasional tidak memandang aspek-aspek alamiah
korelatif, di mana aspek yang satu senantiasa berhubungan erat dengan lainnya,
tahan nasional.22
nasional tersebut bersifat objektif dan umum, oleh karena itu secara teoretis dapat
tersebut faktor situasi dan kondisi negara sangat menentukan. Oleh karena itu,
meskipun secara konsepsional sama, namun karena situasi dan kondisi negara
Indonesia, adalah kondisi dinamis bangsa dan negara Indonesia. Sesuai dengan
situasi dan kondisi dalam negara Indonesia, maka ditentukan strategi untuk
22
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 147-149.
23
Ibid., hlm. 149-150.
mempertahankan kelangsungan hidup negara Indonesia. Bagi bangsa dan negara
Indonesia bahaya yang mengancam dapat berupa subversi dan infiltrasi terhadap
bangsa dan negara Indonesia, maka cara yang dipilih adalah dengan
ketahanan nasional.24
Bernegara
yang merupakan suatu gambaran dari kondisi sistem kehidupan nasional dalam
berbagai aspek pada suatu saat tertentu. Dengan sendirinya berbagai aspek
tersebut memiliki sifat dinamis terutama dalam era global dewasa ini.
Dalam era reformasi dewasa ini dan dalam rangka bangsa Indonesia
menyongsong era global, maka tidak mengherankan jikalau berbagai aspek akan
dalam era global dewasa ini setiap bangsa tidak mungkin dapat menentukan
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup.25
Dunia mulai bergeser dari dunia yang berpusat pada negara (state centric world)
kepada dunia yang berpusat majemuk (multi centric world) dan sebagaimana
dilihat dalam panggung politik dunia negara adidaya sangat berperan dalam
25
Stuart Hall, David Held and Tony McGraw, (ed.), Modernity and Its Future, (Cambridge:
Polity Press, 1990), hlm. 71.
segala aspek kebijakan negara, terutama negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia.
dewasa ini sangat mempengaruhi berbagai kebijakan dalam negeri maupun luar
negeri Indonesia. Pengaruh ideologi dunia menjadi semakin kuat melalui isu
berbagai elemen infrastruktur politik. Hal inilah yang merupakan kendala bagi
kokohnya ketahanan nasional yang berbasis pada ideologi bangsa dan negara,
wujud penjajahan pada era pascamodern dewasa ini. Di lain pihak kondisi krisis
elit politik Indonesia untuk mendahulukan perbaikan nasib bangsa dari pada
predikat tokoh reformasi total. Kendala yang demikian ini menimbulkan gerakan
di kalangan aktor politik yang sakit hati untuk berkiblat pada paham kiri yang
memperjuangkan tanah, rakyat miskin yang sekali lagi juga tidak mengindahkan
komitmen bangsa Indonesia sebagai suatu negara yang berdaulat dan berasas
kebersamaan.26
konsep, pengertian dasar dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Kata ‘idea’ berasal
dari bahasa Yunani ‘eidos’ yang berarti bentuk. Di samping itu ada kata
‘idein’ yang berarti melihat. Karena itu, secara harfiah, ideologi berarti ilmu
cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang
bersifat tetap itu sekaligus merupakan suatu dasar, pandangan atau paham.
Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat
merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas
atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup
26
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 151-152.
27
Ibid., hlm. 152.
cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, maka de Tracy menyebutkan
mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian yang tidak akan
menemukan kenyataan.28
lain karena pengaruh Karl Marx. Ideologi menjadi kosakata penting di dalam
atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi. Dalam
artian ini ideologi menjadi bagian dari apa yang disebutnya Uberbau atau
pengertian tentang ideologi. Hal itu antara lain disebabkan juga oleh dasar
28
A. W. M. Pranarka, Kesinambungan Penataan dan Ideologi, (Jakarta: CSIS, 1985),
hlm. 9.
filsafat apa yang dianut karena sesungguhnya ideologi itu bersumber kepada
menyangkut30 :
a. Bidang politik;
b. Bidang sosial;
c. Bidang kebudayaan;
d. Bidang keagamaan.
Karena itu, ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh
kenegaraan;
29
Kaelan & Achmad Zubaidi, Loc. Cit.
30
Suyono Soemargono, Ideologi Pancasila sebagai Penjelmaan Filsafat Pancasila dan
Pelaksanaannya dalam Masyarakat Kita Dewasa Ini (Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 2007),
hlm. 8
31
Notonegoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, (Jakarta: Pantjuran Tudjuh, 1975),
hlm. 2-3.
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,
saling tarik-menarik sehingga agar bangsa Indonesia memiliki visi yang jelas
bagi masa depan bangsa maka harus membangun ketahanan ideologi yang
berbasis pada falsafah bangsa sendiri yaitu ideologi Pancasila yang bersifat
Pada era reformasi dewasa ini yang sekaligus era global tarik-
aktivis politik yang justru menjadi budak ideologi asing, sehingga berbagai
yang dihadapi oleh negara baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
macam, yaitu :
istilah politics;32
baik. Secara singkat politik dapat diartikan sebagai suatu kebijakan yang
sistem nilai dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diyakini
baik dan benar, dilakukan oleh suatu institusi yang berwenang, agar menjadi
32
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 172.
33
R. Parmono, Ketahanan Nasional, (Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 1995), hlm. 5.
pedoman pelaksanaan dalam mewujudkan cita-citanya. Mengingat bangsa
kelompok atau golongan. Namun yang harus selalu diingat, bahwa di dalam
baik dan benar (the quality of life) dalam hidup bernegara, tingkah laku
Maha Esa, keeratan sosial, integritas bangsa serta situasi keamanan. Sesuai
rakyat. Jika tidak demikian bukannya tidak mungkin akan terjadi suatu
gangguan stabilitas baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik maupun
politik yang stabil dan dinamis dapat memberikan kesempatan yang luas
rasa aman, memperkokoh persatuan dan kesatuan, dan pada gilirannya akan
antara lain34 :
kebijakan nasional;
produktivitas;
dengan semestinya;
politik tersebut antara lain: partai politik, media massa, kelompok moral,
seluruh rakyat;
masyarakat;
dinamika perekonomian baik yang datang dari dalam maupun dari luar
berdaya saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang secara adil
mantapnya ketahanan ekonomi melalui suatu iklim usaha yang sehat serta
35
Ibid., hlm. 184-185
36
Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan Diktat
SUSCADOSWAR, (Jakarta: Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia, 2000), hlm. 7.
kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa
pemerintah, badan usaha milik negara, koperasi, badan usaha swasta dan
sektor informal harus diusahakan demi mewujudkan pertumbuhan,
sumber daya nasional secara optimal serta sarana ilmu pengetahuan dan
dinamis sosial budaya suatu bangsa yang berisi keuletan, ketangguhan dari
ancaman serta hambatan baik dari luar maupun dari dalam negeri, yang
tersebut, maka dapat dipahami bahwa ketahanan pada aspek sosial budaya
merupakan salah satu pilar yang penting untuk menyangga kelangsungan
hidup bangsa dan negara Republik Indonesia. Hal tersebut dipertegas secara
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air,
berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi
dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak
pandangan hidup, filsafat hidup dan dasar nilai yang telah ada dan
dimilikinya sejak zaman dahulu kala, yang tertuang dalam filsafat negara
37
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen Keempat, Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan.
asas kerohanian yang merupakan pedoman sikap bagi setiap tingkah laku
ancaman, gangguan dan tantangan yang datang dari dalam negeri. Dua
38
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 192-193.
39
R. Parmono, Op. Cit., hlm. 7.
potensi nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan
utama pemerintahan dan negara Republik Indonesia dengan TNI dan POLRI
diinginkan adalah kondisi daya tangkal bangsa dilandasi oleh kesadaran bela
negara dan bangsa Indonesia kepada bangsa lain. Indonesia juga tidak berada
dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain. Oleh karena itu, kemampuan
40
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 195.
41
Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 9.
bertumpu pada kekuatan TNI sebagai Komponen Utama dan didukung oleh
Pendukung.
yang memadukan lapis pertahanan militer dan lapis pertahanan nirmiliter sebagai
kemampuan TNI dengan Alutsista yang andal serta prajurit yang profesional
Selain Perang (OMSP). Dalam rangka itu, TNI sebagai kekuatan bersenjata
kekuatan di atas kekuatan pokok minimum yang mampu menjaga NKRI serta
sama pertahanan nirmiliter dengan pusat kekuatan berupa dukungan rakyat atas
peran TNI sebagai satu kesatuan dan totalitas pertahanan Indonesia. Sebaliknya,
masa damai, selain untuk tujuan penangkalan, juga diarahkan untuk memberikan
Keempat :
nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia yang
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta anti penjajahan bangsa
42
Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 65-66.
43
Republik Indonesia, Op. Cit., Bab XII Pertahanan dan Keamanan Negara.
satu terhadap bangsa lainnya karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.44
kehidupan antar bangsa. Hal tersebut dijiwai oleh filsafat negara Pancasila
sebagai tuntutan moral dan etika, politik luar negeri Indonesia ditujukan
demikian, politik luar negeri merupakan bagian integral dari strategi nasional
nasional.
44
Republik Indonesia, Op. Cit., Bagian Penjelasan.
45
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 178.
bangsa di dunia, maka politik luar negeri Indonesia harus bersifat fleksibel
dalam arti moderat dalam hal yang kurang prinsipal dan tetap berpegang
antar bangsa yang cepat dan tidak menentu. Daya penyesuaian yang tinggi
perkembangan tersebut.
persahabatan dan kerjasama antar bangsa yang saling menguntungkan perlu terus
ekonomi, IPTEK dan sosial budaya harus terus dilanjutkan dan dikembangkan.
46
Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 11.
Peran aktif Indonesia dalam Gerakan Non Blok dan OKI serta mengembangkan
hubungan demi kerjasama antar negara di kawasan Asia Pasifik perlu terus
ditingkatkan;
3. Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain melalui
4. Perkembangan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji dengan
keuangan internasional;
menyeluruh agar mereka dapat menjawab tantangan tugas yang mereka hadapi.
ditingkatkan; dan
dan melindungi hak-hak warga negara Republik Indonesia di luar negeri perlu
ditingkatkan.
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang dengan sendirinya
juga tersusun atas golongan, agama dan adat istiadat yang beraneka ragam,
sebagaimana terkandung dalam ideologi Pancasila. Oleh karena itu jikalau unsur
bangsa memiliki wawasan yang sempit maka bukannya tidak mungkin akan
47
Kaelan & Achmad Zubaidi, Op. Cit., hlm. 166.
terjadi perpecahan bangsa atau disintegrasi bangsa. Hal ini nampak pada kondisi
bangsa pada era reformasi dewasa ini yang salah memahami kebebasan serta
otonomi daerah.
yang terdiri atas berbagai gugusan pulau dan kepulauan besar maupun kecil,
ideologi merupakan suatu sistem nilai yang telah diyakini kebenaran dan
salah satu fungsi pokok Pancasila sebagai suatu ideologi bangsa dan negara
ideologi Pancasila bukan untuk dasar perjuangan kelas tertentu, golongan tertentu
manusia baik sebagai individu dan makhluk sosial. Bangsa indonesia pada
tertentu yaitu tanah tumpah darah Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau
betapapun golongan itu paling besar. Negara dan bangsa adalah untuk semua
sehingga setiap anggota, bagian, lapisan, kelompok, maupun golongan yang ada
yang membentuk negara, satu dengan lainnya saling berhubungan erat dan
49
Yusril Ihza Mahendra, Ideologi dan Negara, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm. 41.
merupakan suatu kesatuan hidup. Eksistensi setiap unsur hanya berarti dalam
kedudukan dan fungsi masing-masing yang harus diakui, dijamin, dihargai dan
dihormati. Paham ini beranggapan bahwa setiap unsur merasa berkewajiban akan
50
Kaelan & Achmad Zubaidi, Loc. Cit.
BAB III
pemuda yang dimulai dari pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda
dan mahasiswa tahun 1966, sampai dengan pergerakan mahasiswa pada tahun
1998 yang telah membawa bangsa Indonesia memasuki masa reformasi. Hal ini
moral, kontrol sosial, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran,
karakteristik, dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional.
Untuk itu, tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif,
Dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27, Pasal 28C, dan Pasal 31
ayat (1), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 juga menjadi tolok ukur yang mengisyaratkan untuk adanya suatu
51
Untuk selengkapnya, lihat Undang-Undang tentang Kepemudaan, UU Nomor 40 Tahun
2009, LN RI No.148, TLN RI No.5067, Bagian Penjelasan.
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kepemudaan. Maka dari
Kepemudaan, misalnya53:
Nasional;
Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok
antara warga negara dan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan
Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
52
Untuk selengkapnya, lihat Undang-Undang tentang Kepemudaan, UU Nomor 40 Tahun
2009, LN RI No.148, TLN RI No.5067, Bagian Konsideran.
53
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Bagian Perundang-undangan,
http://kemenpora.go.id/index/perundangan, diakses tanggal 19 Januari 2012.
Tahun 1947 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan
Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang- Undang Nomor 62 Tahun 1958
Tahun 1958 tersebut secara filosofis, yuridis, dan sosiologis sudah tidak sesuai
tersebut adalah Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak
berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada
menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia dan hak warga negara.
Tahun 1945 yang mengamanatkan agar hal-hal mengenai warga negara dan
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28D
ayat (1) dan ayat (4), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal 28J
54
Untuk selengkapnya, lihat Undang-Undang tentang Kewarganegaraan, UU Nomor 12
Tahun 2006, LN RI No.63, TLN RI No.4634, Bagian Penjelasan.
undangan yang mengatur tentang Kewarganegaraan. Karena itu, terbitlah
sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi
muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah
individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan
merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa
dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahu disebut ‘adolescenea’
55
Untuk selengkapnya, lihat Undang-Undang tentang Kewarganegaraan, UU Nomor 12
Tahun 2006, LN RI No.63, TLN RI No.4634, Bagian Konsideran.
56
Erlangga Masdiana, dkk., Peran Generasi Muda dalam Ketahanan Nasional, (Jakarta:
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2008), hlm. 1-2.
2. [treated as singular or plural] young people.57
sebagai berikut:
anggota masyarakat, atau anggota dari suatu negara). Dede Rosyada mengartikan
‘warga negara’ sebagai peserta, anggota atau warga dari suatu negara, suatu
persekutuan hidup bersama yang didirikan dengan kekuatan bersama atas dasar
57
Consice Oxford English Dictionary (Eleventh Edition), (United Kingdom: Oxford
University Press, 2003).
58
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, 2008,
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/, diakses tanggal 19 Januari 2012.
komunitas yang membentuk negara itu sendiri.59 Oxford English Dictionary
berikut:
Tahun 1945 Pasal 26 ayat (1) merumuskan ‘warga negara Indonesia’ sebagai
berikut:
59
Mali Benyamin Mikhael, dkk., Civic Education: Upaya Mengembalikan Episteme Politik,
(Jakarta: Fidei Press, 2011), hlm. 30.
60
Consice Oxford English Dictionary (Eleventh Edition), 2003, Loc. Cit.
61
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, 2008, Loc.
Cit.
62
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen Keempat, Bab X Warga Negara dan Penduduk.
Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
negaranya; mereka bisa saja tinggal menetap dan bekerja di negara lain.
Sebaliknya, ada warga negara asing yang untuk jangka waktu tertentu tinggal dan
bekerja di wilayah Indonesia. Penduduk yang WNA ini tidak memiliki hak
‘penduduk’ tidak identik ‘warga negara’. Penduduk adalah semua orang yang
bertempat tinggal di wilayah negara Indonesia, baik yang warga negara maupun
yang bukan warga negara (WNA) yang dalam jangka waktu tertentu (sesuai
63
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kewarganegaraan, UU Nomor 12 Tahun
2006, LN RI No.63, TLN RI No.4634, Pasal 1 butir 1.
64
Ibid., Pasal 2.
65
Mali Benyamin Mikhael, dkk., Op. Cit., hlm. 31.
66
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen Keempat, Bab XA Hak Asasi Manusia.
Setiap orang yang tinggal di wilayah negara dapat diklasifikasikan ke dalam
berdomisili atau bertempat tinggal tetap di wilayah Indonesia. Penduduk ini dapat
dibedakan atas warga negara (WNI) dan bukan warga negara (WNA). Orang
namun bersifat sementara, sesuai dengan visa yang diberikan oleh pemerintah
Indonesia (dalam hal ini Kantor Imigrasi) dan tidak bermaksud tinggal menetap
di Indonesia.68
67
Istilah ‘warga negara’ berkaitan erat dengan istilah ‘rakyat’. Rakyat adalah penduduk
suatu negara; semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu wilayah negara dan tunduk pada
kekuasaan negara itu. ‘Rakyat’ terdiri atas penduduk dan bukan penduduk.
a) ‘Penduduk’: orang-orang yang mendiami suatu wilayah negara secara menetap. Seluruh
kehidupannya sejak lahir berlangsung di wilayah negara itu. Terbagi lagi atas ‘warga negara’ dan
‘bukan warga negara’ (orang asing). ‘Warga negara’ adalah orang-orang secara hukum, menurut
undang-undang negara atau suatu perjanjian, merupakan anggota dari suatu negara, atau diakui
sebagai warga negara. Termasuk di dalamnya ‘orang asing’ yang melalui proses ‘naturalisasi’
menjadi warga negara. Sementara orang ‘bukan warga negara’ adalah orang-orang yang tinggal di
suatu negara, tetapi secara hukum bukan anggota negara itu, tetapi mereka tunduk pada
pemerrintah negara itu (para duta besar beserta keluarga dan staf, kontraktor asing, para misionaris
asing, dan sebagainya).
b) ‘Bukan penduduk’: orang-orang yang berada di suatu wilayah negara hanya selama suatu jangka
waktu tertentu karena suatu kepentingan. Misalnya para turis asing, tamu-tamu instansi tertentu.
(Sumber: Mali Benyamin Mikhael, dkk., Loc. Cit.)
68
Ibid.
pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
dengan dan dalam kebergantungan pada orang lain. Keduanya juga saling
kewajiban dengan sendirinya menuntut hak. Tidak ada kewajiban tanpa ada
sesuatu yang mewajibkan, yaitu hak. Yang mewajibkan itu (hak) menuntut
sesuatu dari yang berwajib, tetapi tuntutan itu ada apabila dilakukan atas dasar
Tentang hal ihwal ‘hak dan kewajiban’ ini, di satu pihak memang
benar bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama, tetapi
di lain pihak benar juga bahwa hak dan kewajiban itu berbeda-beda pada setiap
masyarakat. Seorang pejabat negara misalnya tentu saja mempunyai hak dan
kewajiban yang berbeda dari seorang rakyat biasa, karena beban tugas dan
taunggung jawabnya berbeda dengan beban tugas dan tanggung jawab seorang
rakyat biasa.69
69
Asep Sahid Gatara & Subhan Sofian, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
Pendidikan Politik, Nasionalisme, dan Demokrasi, (Bandung: Fokusmedia, 2011), hlm. 48.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘hak’ adalah70:
1. Benar.
2. Milik; kepunyaan.
3. Kewenangan.
4. Kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan
oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya).
5. Kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu.
6. Derajat atau martabat.
7. Wewenang menurut hukum.
‘right’71:
sesuatu.
kepada ‘objek keadilan’. Bila seseorang menyatakan dia mempunyai hak atas
sesuatu, itu berarti ia memiliki kuasa atau wewenang atas sesuatu itu, yang wajib
orang lain akui dan hormati, dan bila ditagih, diminta, dan dituntut, harus
kewajiban, kita ‘harus’, sedangkan dalam hak, kita ‘boleh’ melakukan atau
mengabaikan sesuatu. Sekali lagi, hak adalah suatu otoritas moral atau legal.
Otoritas ini berbeda dari ‘penguasaan’ secara fisik. Seorang pencuri (yang tak
70
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, 2008, Loc.
Cit.
71
Consice Oxford English Dictionary (Eleventh Edition), 2003, Loc. Cit.
terlacaki) secara fisik menguasai barang yang dicurinya, namun dia
dalam pelanggaran hak (an injustice, a violation of right). Agar tidak terjerat
sanksi hukum, ia mau tidak mau ‘harus’ mengembalikan barang yang dicurinya
itu kepada pemiliknya. Disebut sebuah otoritas moral atau legal karena hak
terpancar dari ‘hukum’ yang memberikan kepada seseorang kuasa atas sesuatu
dan membebankan pada orang lain kewajiban untuk menghormati kuasa itu. Di
dalam hak seseorang terdapat kewajiban (obligation) pada pihak lain sehingga
hak dan kewajiban saling mempengaruhi. Tanpa kewajiban, hak menjadi suatu
ilusi saja. Misalnya, jika saya mempunyai hak atas uang Rp. 1.000.000,- dari
sesuatu sebagai milik sendiri” menunjuk kepada ‘objek’ dari hak. Keadilan
menuntut setiap orang memberikan kepada orang lain ‘apa’ yang menjadi haknya
(“tribuere ius suum cuique”). Ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu
‘miliknya’, ‘harta pribadinya’, atau ‘kepunyaannya’, itu berarti bahwa sesuatu itu
berada dalam hubungan yang khusus dengan dirinya, dan dimaksudkan pertama-
kehendaknya, tanpa peduli orang lain. Kata ‘sesuatu’ di sini tidak semata-mata
berarti barang materiil, tetapi juga yang immateriil dan tergolong ‘berguna-
hasil karya cipta (misalnya penemuan-penemuan, buku, lagu, patung, ukiran dan
lukisan, yang memberi ‘hak cipta’ atau ‘hak kekayaan intelektual’), dan
orang itu bisa meyatakan bahwa sesuatu itu miliknya, harus berdasarkan fakta-
tetapi apa yang merupakan miliknya ditentukan oleh fakta-fakta. Banyak hal
secara fisik menjadi milik seseorang, sejak ia dikandung atau lahir – tubuh
kepada setiap orang kemampuan-kemampuan fisik dan rohani: tubuh, akal budi,
pemilik. Kecuali itu, ada banyak hal lain lagi dihubungkan dengan pribadi
manusia, tidak secara fisik, tetapi hanya secara moral. Dengan kata lain, dalam
orang lain harus mengakui itu. Orang-orang yang membangun sebuah rumah
dan sebagainya menjadi pemilik atas barang-barang ini, dan mereka mengklaim
secara sah memesan suatu produk, atau dihadiahi sesuatu oleh orang lain, boleh
menganggap sesuatu itu sebagai miliknya yang sah secara hukum dan berhak atas
barang itu, karena ia sudah menggantikan kedudukan orang lain itu sebagai
pemilik.72
3. The title, kenyataan atas dasar mana seseorang boleh menganggap dan
4. The terminus of the right, orang yang memiliki kewajiban yang berkaitan
72
Asep Sahid Gatara & Subhan Sofian, Op. Cit., hlm. 49-51.
73
Ibid., hlm. 51.
peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari hak-hak umum yang digariskan
antaranya adalah74:
1. Pasal 26 : Hak untuk menjadi warga negara. Yang menjadi warga negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
2. Pasal 27 : Ayat (1) Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan, Ayat (2) Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Ayat (3)
menegaskan bahwa tiap warga negara berhak untuk ikut serta dalam upaya
bela negara;
warga negara Indonesia atau bukan warga negara) untuk memeluk agamanya
5. Pasal 30 ayat (1) : Tiap warga negara berhak untuk ikut serta dalam upaya
74
Ibid., hlm. 60.
6. Pasal 31 ayat (1) : Tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan
7. Pasal 34 : Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara; dan
terminologi ‘obligation’76:
75
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, 2008, Loc.
Cit.
76
Consice Oxford English Dictionary (Eleventh Edition), 2003, Loc. Cit.
Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu ‘kewajiban sempurna’ yang
selalu berkaitan dengan hak orang lain, dan ‘kewajiban tidak sempurna’ yang
tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna berkaitan dengan
tuntutan moral. Dalam konteks dua macam kewajiban itu, dikenal ‘kewajiban’77:
keluhuran pribadi warga negara sebagai manusia. Apabila tidak dilaksanakan, itu
Nomor 30 Tahun 1999). Berikut kewajiban dasar sebagai warga negara yang
194578:
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
77
I. R. Poedjawijatna, Etika, Filsafat Tingkah Laku (Jakarta: Penerbit Obor, 1977), hlm. 26.
78
Ibid, hlm. 66-67.
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
3. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
5. Tiap warga negara wajib menjunjung hukum dan pemerintahan, tidak ada
kecualinya (Pasal 27 ayat (2)). Tiap warga negara wajib ikut serta dalam
1. Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh
internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara
Republik Indonesia.
2. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai
3. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral etika,
tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
masyarakat demokratis.
di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Dalam bidang politik, rakyat mempunyai
kewajiban, seperti ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden serta anggota parlemen, ikut serta mengawsai dan mengkritisi
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi
warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air (wilayah Nusantara) dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada
konstitusi negara. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa usaha bela negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Hal ini menunjukkan adanya
asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti. Pertama,
80
Ibid.
bahwa setiap warga negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warga negara harus turut serta
masing-masing.
melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan
berhasil jika setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan negara dan
Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan
sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk ikut serta membela negara
Indonesia81:
muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda selalu menjadi
kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan, dan biasanya pula
pemuda jenis ini adalah pemuda yang terdidik. Mereka mempunyai kelebihan
Angkatan 1928, Angkatan 1945, Angkatan 1966, Angkatan 1974 dan Angkatan
Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga
menjelma menjadi tekad untuk bersatu dalam satu tanah air dan satu bangsa
82
Erlangga Masdiana, dkk., Op. Cit., hlm. 5-6.
83
Bunyi Sumpah Pemuda (dalam teks asli):
Angkatan 1945 menjadi angkatan yang mendorong lahirnya negara
pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada
1. Kami poetra dan poetri indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air indonesia.
2. Kami poetra dan poetri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa indonesia.
3. Kami poetra dan poetri indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa indonesia.
Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong. Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu "Indonesia Raya"
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut
hadir sebagai peninjau Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat)
orang. Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari 9 (sembilan) orang yang diketuai oleh Soegondo
Djojopoespito (PPPI) dan peserta terdiri dari 71 (tujuh puluh satu) orang pemuda Indonesia.
(Sumber: http://www.sumpahpemuda.org, diakses tanggal 19 Januari 2012)
84
Erlangga Masdiana, dkk., Loc. Cit.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
negara yang pada dasarnya adalah suatu sistem tentang cara-cara membangun
prasarana serta sumber daya nasional yang tersedia untuk tujuan pertahanan
negara.
doktrin dan produk hukum lama, yaitu Doktrin Pertahanan Keamanan Negara
Pertahanan Negara. Dalam masa transisi ini telah dilakukan berbagai perubahan
sesuai dengan paradigma baru TNI, namun terdapat beberapa hal yang masih
pertahanan yang akan dibangun. Dihadapkan dengan kondisi negara yang masih
Humaniter dan Hak Asasi Manusia, karena dalam suatu peperangan rakyat justru
harus dilindungi. Untuk itu diperlukan payung hukum yang mengatur, yaitu
penurunan pada titik yang kritis, hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh
globalisasi.
86
Departemen Pertahanan Keamanan Republik Indonesia, Doktrin Pertahanan Keamanan
Negara, (Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanan Republik Indonesia, 1991), hlm. 24.
Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai konflik kepentingan, baik antar negara
demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi
keadaan nasional.
baru yaitu struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam
Indonesia.
merupakan kekuatan mental spiritual yang melahirkan kekuatan yang luar biasa
dalam masa perjuangan fisik. Dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa
depan untuk mengisi kemerdekaan diperlukan perjuangan non fisik sesuai dengan
perilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin
berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila demi
perjuangan bangsa. Nilai-nilai dasar negara tersebut akan menjadi panduan dan
Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi
pengertian antar bangsa, dan perdamaian dunia serta kesadaran bela negara, sikap
dan Ketahanan Nasional kepada setiap warga negara Republik Indonesia harus
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang merupakan misi dan
penguasaannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Hak dan kewajiban
warga negara terutama kesadaran bela negara, akan benar-benar menjadi sikap
dan perilaku warga negara bila mereka dapat merasakan bahwa konsepsi
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas mandiri, sehingga mampu
bangsa.87
serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan,
sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para
87
Ibid.
88
Ibid.
terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis dan jenjang
mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan
perilaku yang89:
1. Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-
bernegara.
3. Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara.
mempertahankan negara.
membawa bangsa dan negara ini kepada kondisi yang lebih baik, generasi yang
akan mewujudkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kuat,
bangsa-bangsa maju lainnya di dunia, oleh karenanya secara ini mereka harus
disiapkan, dibentuk, dibina dan diarahkan untuk dapat menerima tongkat estafet
ketahanan yang tinggi terhadap semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,
merekalah yang memiliki tanggung jawab untuk mengisi dan memberi arti
Mereka bukan sekedar objek, namun subjek pembangunan saat ini dan di masa
semangat tinggi dengan visi yang jauh membentang ke depan, sebagai generasi
penerus bangsa.
punggung bangsa yang saat ini tengah menghadapi problema yang sangat serius
dan berpotensi pada hilangnya suatu generasi (the lost generation). Pembangunan
nasional, adalah semangat kebangsaan sebagai sinergi antara rasa kebangsaan dan
sehingga dapat diartikan bahwa kepemimpinan adalah sifat atau perilaku dari
seorang pemimpin. Banyak kajian dan pendapat dari tenaga ahli ilmu
dipacu dari berbagai aspek. Salah satunya adalah adalah menurut Harold Koontz
90
Lembaga Ketahanan Republik Indonesia, Jurnal Kajian Edisi 6 dalam artikel
Menumbuhkan Semangat Kebangsaan Bagi Generasi Muda dalam Rangka Menjamin Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Jakarta: Biro Humas Settama Lemhannas RI, 2008), hlm. 32-
33.
91
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Modul Materi Pokok Bidang Studi
Kepemimpinan Nasional, (Jakarta: Pokja Kepemimpinan Lembaga Ketahanan Nasional Republik
Indonesia, 2010), hlm. 3-4.
92
Ibid., hlm. 6.
Ilmu dan seni dalam mempengaruhi orang dan organisasi untuk
dari pengertian kepemimpinan di atas, hanya luas cakupan dan landasan serta
dalam setiap gatra (Astra Gatra) pada bidang/sektor profesi, baik di suprastruktur,
dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan
nasional dapat pula diartikan sebagai seseorang atau sekelompok elit bangsa yang
bangsa menuju tercapainya cita-cita nasional sesuai moral & etika Pancasila dan
perubahan dunia.93
negatif, karena bila hal itu terjadi maka dapat dipastikan bangsa dan negara ini
93
Ibid., hlm. 7.
akan menjadi bangsa yang rusak dan menjadikan negara ini menjadi porak
keprihatinan itu tidak harus membuat bangsa Indonesia putus asa, tetapi pada
bentuk ancaman yang dilakukan pihak yang tidak menyenangi bangsa ini maju
sasaran utama. Sebagai salah satu komponen bangsa Indonesia yang paling
produktif dan memiliki idealisme yang tinggi tetapi rentan terhadap pengaruh
semangat kebangsaan atau nasionalisme generasi muda dewasa ini lebih banyak
1. Harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat
Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif
dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda
memerlukan sarana, iklim, dan suasana yang kondusif. Kita tidak mungkin
represif.
95
Erlangga Masdiana, dkk., Op. Cit., hlm. 59-60.
subjek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses
dilakukan. Jika hal ini dilakukan secara terpadu maka diharapkan laju brain
drain dapat dihentikan, atau malah terjadi gelombang balik secara besar-
besaran. Arus balik brain drain niscaya akan mampu mengatasi dengan
inilah yang kurang dimiliki selama ini. Masyarakat terbiasa dengan sikap
pemuda Indonesia, yaitu bila bangsa ini mengalami kebuntuan, ketika masyarakat
Saat ini yang paling penting dan yang ditunggu masyarakat dalah
harus dapat menggerakkan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat,
Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah kerjanya. Semangat dan
gunanya pemuda hanya memiliki semangat dan kemampuan tetapi tidak pernah
dibuktikan dalam kerja nyata yang mendatangkan kebaikan secara riil kepada
masyarakat.
muka dan diteladani oleh yang lain. Tetapi, dapat pula memiliki arti sendiri.
yang lain. Dalam kepeloporan ada unsur menhadapi risiko. Kesanggupan untuk
memikul risiko ini penting dalam setiap perjuangan. Dalam zaman modern dan
global ini, seperti juga kehidupan makin kompleks, demikian pula makin penuh
bidang dan pada cara hidup tertentu, tetapi juga membawa parameter risiko baru
yang tidak dikenal pada era-era sebelumnya. Untuk itu, maka diperlukan
ketangguhan, baik mental maupun fisik. Tidak semua orang berani, dapat atau
mampu mengambil jalan yang penuh risiko. Sifat-sifat itu ada dalam diri pemuda,
karena tugas itu cocok bagi pemuda. Kepemimpinan bisa berada di muka, bisa di
tengah, dan bisa di belakang, seperti ungkapan “ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, dan tut wuri handayani”. Tidak semua orang juga bisa
menjadi pemimpin. Pemimpin juga tidak dibatasi oleh usia, bahkan dengan
kegiatan. Kepemimpinan serupa itu sangat sesuai untuk para pemuda, karena ciri
menjadi lebih arif karena bertambahnya pengalaman, namun hal itu bisa diikuti
Oleh karena itu, menjadi tugas para pemuda saat ini membangun
paling penting dan mendasar, di samping upaya lain untuk merangsang inisiatif
berikut97:
96
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Modul Pelatihan Kepemimpinan
Pemuda Indonesia Tingkat III Provinsi, (Jakarta: Deputi Pengembangan Kepemimpinan Pemuda
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010), hlm. 285-286.
97
Pandu Dewanata & Chavchay Syaifullah, Rekonstruksi Pemuda, (Jakarta: Kementerian
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2008), hlm. 101-102.
2. Stabilitas emosi: seorang pemimpin harus dapat diperhitungkan, artinya ia
tidak mudah marah, berpikir jernih, dapat mengendalikan emosi dengan baik.
kapasitasnya.
10. Dorongan pribadi: seorang pemimpin tentunya harus memiliki hasrat yang
kuat untuk menjadi pemimpin. Motivasi untuk maju sangat kuat, tidak takut
2. Mampu menggerakkan orang lain, sehingga mereka mau dan rela secara
kolektif.
98
Ibid., hlm. 102-104.
F. Kebijakan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dalam
bisa dilakukan baik secara formal, informal maupun non formal. Pendidikan non
formal mengacu pada jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia sebagai salah satu leading sector
non formal tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka salah satu agenda
99
Dalam hal ini Penulis merupakan salah satu peserta dari Tannasda angkatan ke-V dengan
tema “Pengembangan Kepemimpinan Pemuda dalam Rangka Membangun Ketahanan Bangsa” yang
diselenggarakan pada tanggal 19-30 April 2011 bertempat di PP-PON Cibubur dan melakukan studi
banding ke Kuala Lumpur, Malaysia, dalam rangka memantapkan seluruh materi yang diperoleh
bersama 37 (tiga puluh tujuh) peserta lainnya yang berasal dari pemuda seluruh Indonesia dengan
komposisi pimpinan/anggota organisasi kepemudaan (OKP) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
100
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Petunjuk Penyelenggaraan
Pelatihan Ketahanan Nasional Untuk Pemuda (TANNASDA), Loc. Cit.
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan
5. Peraturan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Nomor 193 Tahun 2010
101
Ibid., hlm. 2.
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, serta instansi terkait.
2. Kelompok Inti yang terdiri dari materi sajian Peranan Pancasila dalam
Indonesia; dan
Studi Lapangan.
102
Ibid., hlm. 3.
BAB IV
ANALISIS
pemuda saat ini. Selain itu, pemuda juga berperan penting dalam meningkatkan
penduduk usia muda yang relatif lebih besar dibanding penduduk lain.
Spiritual. Pemuda sejati, ketika meyakini sesuatu, akan memberi sesuatu apapun
apapun. Kedua, Potensi Intelektual. Daya analisis yang kuat didukung dengan
puncak kekuatan.
Akan tetapi apabila hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan
menjadi bumerang bagi bangsa, karena bila jumlah yang besar ini tidak dapat
terserap dalam pasar tenaga kerja maka akan menimbulkan penggangguran yang
malah menjadi beban masyarakat. Untuk itu, pemuda harus disiapkan dan
diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna
maupun horizontal. Hipotesa ini didukung oleh pemikiran Shashi Taroor dalam
makalahnya The Future of Civil Conflict, ada berbagai model yang menunjukkan
103
Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, EXECUTIVE SUMMARY
Background Study dalam Rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010 – 2014 Bidang Pemuda, (Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009), hlm.
2.
104
Munawar Fuad Noeh, Pemuda Indonesia Menggugat, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2009),
hlm. 31-33.
1. Konflik Politik
kita sering menyebutnya dengan pertikaian antar elit politik dengan latar
Daerah.
2. Rasialisme
India dan Al-Jazair, Palestina dan Israel. Kasus kerusuhan Ambon juga
contoh yang paling tepat. Terkait dengan kasus itu, disimpulkan ketegangan
etnis dan agama menjadi hambatan nyata bagi demokratisasi. Selain itu,
agama berwujud dalam dua bentuk: antara mayoritas dan minoritas pemeluk
agama; dan di antara komunitas seagama ada unsur yang bersifat ortodoks
4. Irredentialisme Etnis
Dapat berbentuk keinginan suatu kelompok etnis yang tersebar di
Indonesia bagian Timur dengan wilayah Pasifik Selatan juga contoh tren ini.
Contoh kasus lain adalah masyarakat Madura yang mulai tersebar di banyak
kerusuhan lokal dengan warga pribumi. Keuletan dan etos kerja masyarakat
rakyat terhadap pemerintah yang sah akibat tidak adanya perubahan yang
9. Humanitarian Disasters
kejatuhan mata uang dalam negeri atas mata uang asing. Dalam hal ini ada
Dalam konflik sipil tidak hanya terjadi antara rakyat dan kekuasaan
atau militer. Konflik sipil terjadi ketika rakyat berhadapan dengan dan antar
rakyat. Bukan saja di negara yang heterogen dan majemuk, konflik sosial juga
satu agama pun, konflik sipil tetap terus menjadi ancaman bagi negara-negara di
dunia ketiga. Konflik-konflik itu hampir tidak bisa diselesaikan dalam jangka
berkembang. Konflik sosial bukan hanya terjadi dalam satu negara, bahkan sudah
tersebut dapat terlihat dari lahirnya Bangsa Indonesia pada tahun 1928 melalui
Sumpah Pemuda, yang notabene mendahului lahirnya tanah air Indonesia yang
105
Ibid., hlm. 33-34.
baru terwujud tujuh belas tahun kemudian, yaitu di tahun 1945. Menyadari
bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, maka Bangsa Indonesia
mempunyai empat pilar yang harus dipegang teguh karena dapat membuat
Bangsa Indonesia untuk terus bersatu. Keempat pilar tersebut adalah Pancasila,
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu risiko bagi
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk adalah lebih banyak menerima
ancaman dari dalam negeri daripada ancaman dari luar negeri. Dalam hal ini,
ideal dari hal apapun, termasuk dalam mengilustrasikan keadaan ideal suatu
bangsa yang majemuk seperti Indonesia. Dalam konteks bangsa yang majemuk,
kurva normal di samping dapat dijelaskan bahwa kedua sisi yang menyempit
berada di tengah. Pada bagian tengah ini atau kaum moderat ini biasanya adalah
hal seperti itu, tentunya, kurva normal dapat berubah bentuk dan karenanya
semakin menunjukkan ketidakstabilan karena area sisi kanan dan kiri (daerah
ekstrimis) dari kurva normal (1) mengalami pembesaran, sedangkan area kaum
moderat dari kurva nomor 1 semakin lama semakin mengecil seperti tampak
pada kurva nomor 4. Jika area kaum ekstrimis yang ada di kanan dan kiri kurva
semakin lebar, maka potensi kestabilan akan semakin besar pula – karena jumlah
dari kaum ekstrimis yang juga semakin banyak. Pada hakikatnya para kaum
tengah untuk mengarah ke kanan dan/atau ke kiri sehingga bagian yang di tengah
semakin mengecil (kurva 2, 3, dan 4). Jika bagian tengah mengecil, maka bagian
sisi kanan dan kiri akan membesar. Jika sisi kanan dan kiri membesar, hal itu
menandakan bahwa kaum ekstrimis semakin banyak dan vokal, sedangkan kaum
moderat yang silent majority itu semakin berkurang jumlahnya. Inilah indikasi
normal jumlahnya kecil (ditandai dengan penyempitan kurva di sisi kanan dan
107
Dalam hal ini, Andi Mallarangeng menjelaskan pula selain dengan perubahan garis
horizontal, juga terdapat cara lain untuk mengganggu stabilitas bangsa dengan menggeser garis
vertikal yang terletak di tengah kurva (cara halus/soft). Misalnya anggapan rasial terhadap orang kulit
hitam yang menyebabkan adanya perbudakan di Amerika Serikat. Untuk kurva dan rangkuman
penjelasan dapat diakses di: http://ardaiyene.wordpress.com/Seminar-Nasional-Ketahanan-Nasional-
untuk-Pemuda-(Tannasda)-Angkatan-V-Tahun-2011.htm.
kiri kurva), tetapi mereka lebih vokal daripada kaum moderat yang di tengah.
Dalam hal ini digunakan istilah ‘kaum ekstrimis kanan’ (EKA), ‘kaum ekstrimis
kiri’ (EKI), atau ‘kaum ekstrimis lainnya’ (ELA). Kaum ekstrimislah yang sering
moderat untuk melakukan hal serupa sehingga keadaan menjadi jenuh, tidak
stabil, dan kacau. Jika area kaum ekstrimis tersebut tambah lebar (kurva 2, 3, 4)
Terlebih jika tinggi sisi kanan/kiri kurva lebih tinggi dari tinggi bagian tengah
kemerosotan kaum moderat yang sejatinya bisa bersikap netral. Namun, ada
(kurva nomor 1). Pertama, yaitu dengan membuat pasar bersama atau zona
bersama di mana berbagai identitas ras, suku, agama, dan sebagainya dapat
berhasil dilakukan di Ambon dan Poso. Kedua, dengan mengubah titik tengah
bergeser ke kanan atau kiri. Misalnya ada sesuatu yang tanpa disadari mendorong
para kaum moderat untuk bergeser ke kanan atau ke kiri, bukan memperbesar
peranan yang sangat penting. Hal ini diperkuat dari kuantitas pemuda Indonesia
(penduduk berusia 16-30 tahun) berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik
yang mendata dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 230,87 juta jiwa sekitar
62,775 juta jiwa atau 27,31 persen adalah pemuda108; yang berarti bahwa
seperempat dari penduduk Indonesia adalah pemuda. Jumlah pemuda yang relatif
dalam seminar yang sama, bahwa pemuda sebagai subjek ketahanan nasional
108
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Penyajian Data dan Informasi
Statistik Kepemudaan Tahun 2010, (Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia,
2010), hlm. v.
109
N. Jenny M. T. Hardjatno merupakan salah satu narasumber dalam Seminar Nasional
Tannasda RI Angkatan V sebagai perwakilan staf ahli dari Lembaga Ketahanan Nasional Republik
Indonesia. Materi yang disampaikan bertema ‘Peran Pemuda dalam Membangun Daya Saing Global
dalam Rangka Ketahanan Nasional’. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa dunia yang dihadapi pemuda
sebagai subjek ketahanan nasional adalah :
1. Dunia modern yang ditentukan oleh kemampuan ekonomi.
2. Beberapa faktor strategis :
a. Jumlah perolehan hadiah nobel;
b. Jumlah paten;
c. dan lain sebagainya.
Untuk membangun daya saing salah satu parameternya yaitu diukur dari tingkat produktivitas per jam.
Jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang tingkat produktivitasnya tinggi, maka Indonesia
masih menempati posisi di bawah negara-negara maju.
Seperti yang telah dipaparkan pada halaman 6 skripsi ini, ancaman
multidimensional, fisik dan non fisik. Hal ini selaras dengan pemaparan
Laksamana TNI Ir. Leonardi dalam seminar yang sama, bahwa dengan
globalisasi yang dihadapi saat ini maka terdapat istilah strategi perang asymetric
ideologi) dari sutau bangsa dengan metode war by proxy, yaitu perang dengan
menggunakan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang berada
pemuda memiliki idealisme yang tinggi tapi di sisi lain juga penuh dengan
asing.
110
Laksamana TNI Ir. Leonardi merupakan salah satu narasumber dalam Seminar Nasional
Tannasda RI Angkatan V sebagai perwakilan staf ahli dari Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia. Materi yang disampaikan bertema ‘Optimalisasi Potensi Bangsa dalam Membangun
Ketahanan Nasional’.
pertahanan negara, yang terdiri atas komponen utama, komponen cadangan, dan
komponen pendukung. Hal ini selaras dengan penjelasan dari Laksamana TNI Ir.
ini111:
TNI
Latsarmil
(kombatan)
KOMP. CADANGAN
Latsarmil
(kombatan setelah
Mobilisasi)
KOMP. PENDUKUNG
5 4 3 2 1 Latsar
(non kombatan)
Paramiliter :
TA / profesi A. Menwa/ B. Brimob
Industri strategis Polisi PP/
SDA/B & Sarprasnas Linmas/
S a t p a m/
warga negara lainnya : Org Kepemudaan/
. Veteran / Purn TNI
. individu Org bela diri/
. organisasi masy. (LSM dsb.) Satgas Partai, dll. 6
Pertahanan Negara Bagian Penjelasan tertulis bahwa setiap warga negara berhak
111
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Kebijakan Potensi Pertahanan dan Strategi
Pertahanan Negara, (Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, 2011). Disampaikan dalam
Pelatihan Ketahanan Nasional Untuk Pemuda Republik Indonesia (Tannasda RI) Angkatan V oleh Ir.
Bennyta Suryo Septanto, M.T.
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diselenggarakan melalui
dengan profesi.112 Karena saat ini Penulis masih aktif sebagai seorang
mahasiswa.
yang ditetapkan dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
demikian sebagian besar warga negara Indonesia terutama para pemuda belum
dapat mengetahui dengan tepat dan akurat berapa luas wilayah kedaulatan yang
yang ditamatkan oleh pemuda Indonesia sampai dengan Perguruan Tinggi hanya
6,18 persen dan presentase terbanyak adalah lulusan SMP sebesar 31,19 persen
dan berbeda tipis dengan lulusan SMA sebesar 30,93 persen yang artinya masih
112
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, Loc. Cit.
113
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor
20 Tahun 2003. LN RI No. 78, TLN RI No. 4301, Pasal 37 Ayat (2).
peranannya dalam ketahanan nasional dikaitkan dengan tanggung jawab warga
tinggi. Terlebih lagi lingkungan perguruan tinggi sarat akan dinamika karena
lingkungan yang membentuk karakter kepribadian dan ideologi dari para pemuda
Indonesia.
114
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Penyajian Data dan Informasi
Statistik Kepemudaan Tahun 2010, Op. Cit., hlm. 127.
B. Analisis Pengaturan Kedudukan dan Peranan Pemuda dalam Rangka
jaminan kepastian hukum tentang apa yang harus dilakukan pemerintah dan
115
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi
Press, 2006), hlm. 384-385.
masyarakat terhadap pemuda agar pemuda bisa memiliki kapasitas dan daya
1. Filosofis
kemerdekaan;
perjuangan bangsa;
negara;
pemuda.
2. Yuridis
memajukan dirinya”;
3. Sosiologis
a. Jumlah pemuda Indonesia yang besar (±80 juta jiwa), sebagian besar
pemuda.
mengembangkan pemuda;
kepemudaan;
5. Ekonomi
kewirausahaan pemuda;
c. Pembangunan sektor rill membutuhkan pengerahan potensi pemuda
daya saing.
sebagai objek bukan sebagai subjek).118 Dengan kedudukan dan peranan pemuda
sebagai subjek, maka dalam hal ini Penulis berpendapat perlunya suatu aturan
yang mengatur mengenai hal tersebut dan telah terjawab dengan disahkannya
118
Ibid., hlm. B.3.
119
Ibid., hlm. C.
Dalam Bab V Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Tanggung Jawab, dan Hak Pemuda. Pada halaman 8 skripsi ini, Penulis telah
tiga poin yang menjelaskan tentang kedudukan dan peranan pemuda dalam
120
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kepemudaan, Op. Cit., Pasal 16.
121
Ibid., Pasal 17 ayat (2).
Juga penegasan mengenai tanggung jawab pemuda sebagai warga
berbunyi:
dan peranan pemuda dengan cara penyadaran kepemudaan melalui dua buah
Pasal 22
(1) Penyadaran kepemudaan berupa gerakan pemuda dalam
aspek ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan, dan keamanan dalam memahami dan menyikapi
perubahan lingkungan strategis, baik domestik maupun
global serta mencegah dan menangani risiko.
(2) Penyadaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan
organisasi kepemudaan.
Pasal 23
Penyadaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diwujudkan
melalui:
a. pendidikan agama dan akhlak mulia;
b. pendidikan wawasan kebangsaan;
c. penumbuhan kesadaran mengenai hak dan kewajiban dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
d. penumbuhan semangat bela negara;
122
Ibid., Pasal 19.
123
Ibid., Pasal 22-23.
e. pemantapan kebudayaan nasional yang berbasis kebudayaan
lokal;
f. pemahaman kemandirian ekonomi; dan/atau
g. penyiapan proses regenerasi di berbagai bidang;
bidang ideologi dan pertahanan dan keamanan negara dan pihak pemerintah, baik
Pusat maupun Daerah, serta masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini,
sehingga menurut Penulis terdapat tiga poin yang sangat ditekankan, yaitu:
Pasal 24
124
Ibid., Pasal 24-25.
Pasal 25
sudah jelas pentingnya pendidikan bela negara dan ketahanan nasional bagi
40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan telah memperkuat dan menjadi salah satu
konteks kedudukan dan peranan pemuda, ternyata diatur pula dalam Bab XI
pemikiran Penulis, dalam bab tersebut lebih mengerucutkan peranan pelajar dan
di masa yang sangat produktif dengan berbagai pemikiran dan idealisme yang
kuat.
yang dimiliki pemuda Indonesia, dalam hal ini digunakan istilah ‘organisasi
125
Ibid., Pasal 40 ayat (3).
126
Ibid., Pasal 41 ayat (1).
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, tujuan dari organisasi kepelajaran
Selain itu, yang tidak kalah penting selain kedudukan dan peranan
dalam hal ini juga dibutuhkan. Hal tersebut tercantum dalam Bab XII tentang
127
Ibid., Pasal 42.
128
Ibid., Pasal 45 Ayat (1) dan Ayat (2).
(1) Masyarakat mempunyai tanggungjawab, hak, dan kewajiban
dalam berperan serta melaksanakan kegiatan untuk
mewujudkan tujuan pelayanan kepemudaan.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan dengan:
a. melakukan usaha pelindungan pemuda dari pengaruh
buruk yang merusak;
b. melakukan usaha pemberdayaan pemuda sesuai dengan
tuntutan masyarakat;
c. melatih pemuda dalam pengembangan kepemimpinan,
kewirausahaan, dan kepeloporan;
d. menyediakan prasarana dan sarana pengembangan diri
pemuda; dan/atau
e. menggiatkan gerakan cinta lingkungan hidup dan
solidaritas sosial di kalangan pemuda.129
129
Ibid., Pasal 47 Ayat (1) dan Ayat (2).
130
Sakhyan Asmara, Op. Cit., hlm. 18.
Meski undang-undang ini masih dalam proses transisi dan baru akan
diberlakukan pada 2013, menurut Penulis sosialisasi lebih cepat perlu dilakukan
pula beberapa program sebagai hasil dari kebijakan Kementerian Pemuda dan
seperti :
5. Dan sebagainya.
A. Kesimpulan
a. Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang pada intinya pemuda sebagai bagian dari
warga negara Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
c. Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-
Tanggung Jawab, dan Hak Pemuda. Ditambah dengan bab yang mengatur
nasional sebagai salah satu langkah yang harus dilakukan dalam hal
pemberdayaan pemuda.
B. Saran
Tinggi karena dinamika yang terdapat di dalamnya cukup tinggi dan rentan
tersebut.
bagi para pihak yang memerlukannya dan mudah diakses oleh umum.
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan Perundang-undangan
B. Buku
Hall, Stuart. David Held and Tony McGraw. Modernity and Its Future.
Cambridge: Polity Press, 1990.
Mahendra, Yusril Ihza. Ideologi dan Negara. Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Usman, Wan. dkk. Daya Tahan Bangsa. Jakarta: Program Studi Pengkajian
Ketahanan Nasional Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003.
C. Lain-lain
http://ardaiyene.wordpress.com/Seminar-Nasional-Ketahanan-Nasional-untuk-
Pemuda-(Tannasda)-Angkatan-V-Tahun-2011.htm.
Kabupaten Bogor dan dilanjutkan di SMPN 5 Bogor dan selesai tahun 2005, SMAN
6 Bogor menjadi tempat menimba ilmu penulis selanjutnya dan lulus tahun 2008.
Pada September 2008, penulis terdaftar di Fakultas Hukum Universitas Pakuan dan
Pemuda Republik Indonesia (TANNASDA RI) Angkatan V pada 19-30 April 2011
dan studi banding ke Kuala Lumpur yang mengubah perspektif Penulis mengenai
perkuliahan Penulis adalah Capoeira (bela diri & kesenian dari Brazil), fotografi, dan
“...beri aku sepuluh pemuda yang mencintai tanah air ini, dan akan kuguncang
dunia...!”
(Ir. Soekarno)