Anda di halaman 1dari 5

Jawaban tiga masalah yg didiskusikan (lihat halaman 4 pd ringkasan kuliah)

A. Persamaan kisah nabi Isa Islam dengan Kristen : sejak asal-ususl Siti Maryam anak Ali
Imran: 35-37 sampai lahirnya Isa tanpa ayah (Ali Imran: 45-47) dengan berbagai
kehebatan (Ali Imran: 49) Raja hawatir digeser kekuasaannya, tentara kerajaan diperintah
menangkap pengikut2 n.Isa utk dibunuh dg cara disalib, n.Isa lari sembunyi kedalam gua.

Perbedaannya umat Islam berdasar firman Allah surat an-Nisa’ 155-158 bahwa :
1. Nabi Isa dalam gua tidak sendirian.
2. Sahabat Isa (Yudas Escariot) diserupakan
persis dengan Isa maka yang disalib
sahabatnya tsb.
3. Nabi Isa diangkat kehadirat Allah.
Umat Kristen berdasarkan laporan saksi mata (tentara kerajaan) sbg fakta sejarah, Isa dalam
gua sendirian maka mereka berkeyakinan yang disalib adalah Isa.

B. Peristiwa disalibnya nabi Isa tersebut oleh umat Kristen ditafsirkan


sebagai penghapusan dosa warisan. Umat Kristen meyakini, manusia
sejak lahir sudah berdosa disebut dosa warisan, karena dosa tersebut
diwarisi dari nabi Adam dan ibu Hawa telah berdosa di syurga melanggar
aturan Allah: makan buah Khuldi. Dosa warisan itu dimaafkan Tuhan
mereka (Trinitas) dengan cara nabi Isa disalib tersebut. Itulah sebabnya
lambang salib sangat dihormati/diagungkan di dunia Kristen, bukan
berarti mereka menyembah salib. Melainkan, dengan melihat salib umat
Kristen menjadi selalu ingat nabi Isa untuk mencontoh pengorbanan dan
akhlaqnya yang mulia kepada sesama.

Sedang menurut ajaran Islam, dalam surat Thaha ayat 120 dijelaskan, dosa nabi
Adam tersebut dimaafkan Allah melalui 2 cara :

1. Adam dan Hawa dihukum dibuang ke dunia dengan dipisah paling


timur dengan barat. Mereka saling cari-mencari dan bertemu dipadang
‘Arafah sekarang menjadi salah satu rukun haji : Wukuf di padang
‘Arafah.
2. Makan buah Khuldi bukan jatuh hina (berdosa) tetapi justru menjadi
sadar akan malu dan kreatif. Maksudnya, ketika Adam dan Hawa
makan buah khuldi digambarkan pada ayat tersebut dirinya ternyata
telanjang maka ia sadar akan rasa malu dan kreatif menutupinya
dengan dedaunan atau kulit pohon sehingga melahirkan budaya baju
sampai kita sekarang.
Melalui dua cara maaf dosa nabi Adam tersebut, maka dalam
keyakinan Islam tidak ada dosa warisan. Sebab, sebelum punya anak
dosa nabi Adam telah diampuni Allah, maka menurut Islam, setiap
anak yang lahir dalam keadaan fitrah: suci (belum berdosa).
Sebagaimana Nabi bersabda: “Kullu mauluddin yuuladu ‘alal
fithrah” artinya, setiap anak (bayi) yang lahir selalu dalam keadaan
fitrah/suci (HR. Buchari).

C. Tradisi bulan Syura (bulan Muharram)

1. Menurut ajaran Islam :

a. Disunahkan berpuasa sehari atau dua hari: tanggal 9 dan 10, Nabi
bersabda: Puasa di bulan ‘Asyura bisa menghapus dosa setahun yang
telah lalu” (HR. Buchari).
b. Memperbanyak shadaqah, Nabi bersabda : “Barangsiapa meringankan
beban atau menolong keluarga dan kerabat : tetangga dekat atau teman
akrab pada bulan Syura, Allah akan menolongnya setahun sejak bulan
syura yang bersangkutan” (HR. Baihaqi).
c. Memperbanyak ibadah mendekatkan diri kepada Allah, Nabi bersabda:
“Barangsiapa menghidup-hidupkan (dg memperbanyak dzikir atau shalat)
pada malam Syura Allah memberi kehidupan kepadanya bagaikan hidup
sepanjang masa (diberi panjang umur)” (HR. Baihaqi).
Hadits tsb sering disalahpahami: “menghidup-hidupkan” diartikan tidak
tidur semalaman (bahasa Jawanya: lek-lekkan) dengan kegiatan yang tidak
baik atau kurang bermanfaat seperti, karaoke, judi, mabuk-mabukan dll.
Nabi juga bersabda: ”Barangsiapa mensucikan diri : dari dosa-dosa
(banyak istighfar atau shalat) pada malam ‘Asyura, Allah menghindarkan
dirinya dari berbagai penyakit kecuali ketika dekat kematian” (HR. Ibnu
Majah).
Hadist tersebut sering disalahpahami: “mensucikan diri” diartikan
merendam diri dalam air (bahasa Jawanya: kungkum) di sungai-sungai.
Mensucikan diri, kadangkala juga disalah artikan sebagai “membersihkan
pusaka” (bahasa jawanya : ngumbah keris). Karena, bagi orang Jawa
pusaka dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga, sama dengan
dirinya.

2. Bulan Syura Menurut Pemikiran Islam.


Syura (Arab: ‘Asyura) artinya, yang kesepuluh. Maksudnya, bulan Syura
pernah sebagai akhir balak bencananya
10 Nabi yaitu : Adam, Isa, Zakaria,
Musa, Ibrahim, Yunus, Sulaiman, Nuh,
Ayub, Muhammad saw.

3. Bulan Syuro menurut budaya atau tradisi Jawa :

Yang salah :
Dilarang menikah, barang
siapa menikah pada bulan
syuro akan mendapat
musibah atau bencana
Kesalahan itu karena menerima apa adanya (tidak ditafsir) dongeng atau
mitos tentang bulan syuro sebagai berikut :
Berdasarkan kisah yang ditulis oleh Ki Juru Mertani (Pujangga Mataram), konon
Panembahan Senopati sebelum menjadi Raja Mataram harus mengembara
untuk berguru ke berbagai pondok pesantren dengan diakhiri bertapa di pantai
Laut Selatan. Dalam bertapa ditemui Ratu Pantai Selatan yaitu, Nyi Roro Kidul
mohon berhenti bertapa karena membuat panas seluruh makhluk halus Laut
Selatan. Atas kesediaan Panembahan Senopati, Nyi Roro Kidul bersedia
dinikahinya maka seluruh makhluk halus menjadi tentara kerajaan Mataram.
Konon pertemuan dan pernikahan itu terjadi di bulan Syura. Karenannya, Ki
Juru Mertani mengumumkan bahwa, bulan Syura sebagai bulan pernikahan
Panembahan Senopati dengan Nyi Roro Kidul. Barang siapa melakukan
hajatan, terutama pernikahan maka dianggap berani menyaingi hajatannya
Raja, maka akan kuwalat: mendapat musibah atau bencana. Kisah itu
ditangkap apa adanya (tidak ditafsirkan), sehingga orang Jawa menjadi salah
paham sampai sekarang takut hajatan pada bulan Syura.

Kisah tersebut sebuah perlambang, maka yang benar cara memahaminya


harus ditafsirkan sebagai berikut :

Laut Selatan melambangkan dunia, ombaknya besar, lambang godaan di dunia


dengan Ratu Nyi Roro Kidul lambang hawa nafsu. Jadi maksudnya, hidup
didunia ini godaannya besar, terutama hawa nafsu (wanita cantik=Ratu Nyi
Roro Kidul). Panembahan Senopati bertapa di Laut Selatan dan menikahinya,
melambangkan ketika dia hidup didunia sebagai Raja Jawa ia selalu
bertapa=berpuasa=tirakat untuk mengendalikan hawa nafsunya
(dilambangkan menikahi Nyi Roro Kidul), sehingga dia tidak sewenang-wenang
kepada sesama (rakyatnya). Maka, pemahaman yang benar tentang dongeng
atau mitos tersebut adalah, barang siapa hidup didunia ini selalu suka
mengendalikan hawa nafsu (suka tirakat=berpuasa=bertapa=suka menikahi Nyi
Roro Kidul), maka hidupnya akan bahagia. Sebaliknya, barang siapa hidup di
dunia tidak suka mengendalikan hawa nafsu (tidak suka bertapa=tidak suka
menikahi Nyi Roro Kidul) maka hidupnya akan mudah terkena musibah atau
bencana.

Jadi, salah jika jaman sekarang takut hajatan (menikah) pada bulan Syura
hanya karena hawatir mendapat bencana atas kekuasaan raja. Sebab, yang
berkuasa sekarang bukan raja tetapi presiden.

Anda mungkin juga menyukai