Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN
CANCER MAMMAE DI RUANG MAWAR RSUP
Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2014

LAPORAN TUGAS AKHIR

NAMA : FANNY ARISTA AGNESIA


NIM : PO.71.20.1.11.023

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN
CANCER MAMMAE DI RUANG MAWAR RSUP
Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2014

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

NAMA : FANNY ARISTA AGNESIA


NIM : PO.71.20.1.11.023

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri,

dan sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : FANNY ARISTA AGNESIA

NIM : PO.71.20.1.11.023

Tanda Tangan :
Tanggal : Juli 2014

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINNGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Keperawatan


Palembang, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fanny Arista Agnesia

NIM : PO.71.20.1.11.023

Departemen : Keperawatan Maternitas

Jenis Karya : Laporan Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Keperawatan
Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“ Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cancer Mammae di Ruang Mawar
RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014”
Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jurusan Keperawatan Palembang berhak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang

Tanggal : Juli 2014

Yang menyatakan

(Fanny Arista Agnesia)

vi

!
" !

" # #" $
% && $ # ’" # # " &% # #(
) * # & & + # , # -
.% # , - # * & &% # & " %
## " % % # "" " / &0
#* ## ’ + 1 % !
#* & &% # # & # 0 2 %% # & + 0
## , + + - & & &% # &
0
3 &"4 ++ ! % & ""
+4&% " 0
)# )#. & & &% &
# # % 3 0 # + % &% 0
3 &4+ .4 2& && ’ # #, - #+

& 0 4 0 +

& &% %&0

# #5 # # # &# %
"" 0 + / ### 4 #0
# 66 # # 7 &# & # " #
& 0
#* # # 68 69 "& &# & && #
&& # 4 & & " & % %
# " ## # &0
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Fanny Arista Agnesia

viii
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang/ 18 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Sersan Sani nomor 1417 Palembang

Orang Tua : Ayah : Darwin Eka Putra


Ibu : Rosyidah

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1997-1998 : TK Harapan Bangsa Palembang

Tahun 1998-2004 : SD Negeri 272 Palembang

Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 26 Palembang

Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 6 Palembang

Tahun 2011-2014 : Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat serta karunia-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cancer Mammae di Ruang
Mawar RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014 “ ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Palembang
Tahun 2014.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

ix
1. Drg. Nur Adiba Hanun, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palembang
2. Pihak RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis butuhkan untuk
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
3. H. Ridwan Ikob, S.Pd, SKM., M. Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
4. Hj. Prahardian Putri, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mendidik dan
mengarahkan, serta memotivasi, semangat dan dorongan kepada penulis
selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Hj. Ismar Agustin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang
penuh kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan hati dalam membimbing,
memotivasi, dan memberikan masukan selama proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
6. Rosnani, M.Kep, Sp.Mat selaku penguji pertama yang dengan tulusnya
membimbing serta memberi masukan dan saran selama revisi Laporan Tugas
Akhir ini.

x
7. Hj.Maliha Amin, SKM, M.Kes selaku penguji kedua yang dengan sabarnya
telah memberi masukan selama revisi Laporan Tugas Akhir ini.
8. Dosen Pembimbing Akademikku Hj. Devi Mediarti, S.Pd terima kasih
banyak bu atas bimbingan selama 3 tahun ini.
9. Semua staf dosen jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang.
10. Kedua orang tua, kakak, dan adik yang selalu memberikan doa dan
dorongan serta semangat tanpa hentinya.
11. Teman-teman Sakura dan Dahlia, “ Imah, Nia, Puri, Yuyun, Rini, Meta,
Riska, dan Tina, Imas, Emmi, April, Fatimah, Afrida, Tika, Rani,
Kimeng, Ovina, Damai, Melia, Intan, Yunita, dan Elgha “, thanks for every
moment we have.
12. Teman-teman dinas di Prabumulih, Afif, Jun, Kak Aldino, Kak Zaedi,
Fatimah, Afrida, Putri, Ferawati, Melvi, Novika, Septisa, Imas, Karoline,
dan Asselole.
13. Teman-teman PKL, Tandri, Fatimah, Afrida, April, Selvia, Winda, Puteri,
kelompok 1 dan 2.
14. Rekan-rekan satu bimbingan Yerista Indah Wardani dan Debi Putra,
akhirnya LTA kita selesai.
15. Kepada teman-teman angkatan 44 dan adik-adik angkatan 45-46 yang telah
memberikan dukungan, semangat dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan tugas akhir ini masih
banyak terdapat kekurangan baik isi maupun cara penyusunannya. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat serta karunianya
kepada kita semua. Semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi penulis dan
pengembangan ilmu keperawatan.

Palembang, Juli 2014

Penulis
x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR ........................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................... 3
1.4.1 Bagi Penulis .................................................................. 3
1.4.2 Bagi Institusi Penidikan ................................................ 3
1.5 Metode Penulisan ..................................................................... 4
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 4
1.5.2 Sistematika Penulisan ................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit ....................................................................... 6

xii Poltekkes Kemenkes Palembang


2.1.1 Anatomi Payudara ........................................................ 6
2.1.2 Fisiologi Payudara ........................................................ 7
2.1.3 Definisi Cancer Mammae ............................................. 8
2.1.4 Etiologi ......................................................................... 8
2.1.5 Faktor Resiko Cancer Mammae .................................... 8
2.1.6 Manifestasi Klinis ......................................................... 11
2.1.7 Pathway ........................................................................ 12
2.1.8 Jenis Cancer Mammae .................................................. 13
2.1.9 Stadium Cancer Mammae ............................................ 14
2.1.10 Prognosis Cancer Mammae .......................................... 18
2.1.11 Penatalaksanaan Cancer Mammae ............................... 18
2.1.12 Proses Deteksi Cancer Mammae .................................. 25
2.1.13 Pencegahan Cancer Mammae ...................................... 30
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Cancer Mammae ............. 31
2.2.1 Pengkajian .................................................................... 31
2.2.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan ............................. 33
2.2.3 Perencanaan .................................................................. 34
2.2.4 Implementasi ................................................................ 43
2.2.5 Evaluasi ........................................................................ 39

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ................................................................................ 40
3.2 Analisa Data ............................................................................. 49
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 50
3.4 Intervensi Keperawatan ............................................................ 51
3.5 Implementasi Keperawatan ...................................................... 59
3.6 Catatan Perkembangan ............................................................. 61

xiii Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
4.1.1 Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ........... 72
4.1.2 Visi, Misi Dan Motto RS .................................................. 73
4.1.3 Pelayanan Unggulan ........................................................ 73
4.1.4 Gambaran Umum IRNA G .............................................. 74
4.2 Pembahasan Asuhan Keperawatan
4.2.1 Pengkajian ....................................................................... 74
4.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................... 78
4.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................... 80
4.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................. 85
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 87
5.2 Saran ....................................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Stadium Cancer Mammae DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Anatomi Payudara


DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Pathway Cancer Mammae DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan Data


Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
xiv Poltekkes Kemenkes Palembang
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Lembar Pengajuan Judul
Lampiran 5 : Format Asuhan Keperawatan Sistem Reproduksi
Lampiran 6 : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 7 : Inform Consent

xv Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cancer merupakan penyakit yang dapat menjadi penyebab kematian.
Cancer mammae merupakan salah satu penyakit yang ditakuti dan menyerang
kaum perempuan. Penyakit ini merupakan penyebab kematian yang paling
besar bagi perempuan berusia 18 hingga 54 tahun, dan perempuan yang
berusia 45 tahun memiliki resiko terjangkit cancer mammae berjumlah 25 %
lebih tinggi dibanding perempuan yang lebih tua. (Lee, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), 8-9 % perempuan akan
mengalami cancer mammae. Setiap tahun, lebih dari 250.000 kasus
cancer mammae terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika
Serikat, sedangkan pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta perempuan
terdiagnosis cancer mammae dan lebih dari 700.000 meninggal karena cancer
mammae. (Mulyani & Nuryani, 2013).
Menurut data The American Cancer Society (2008), dijelaskan bahwa
sekitar 178.000 perempuan Amerika didiagnosis cancer mammae setiap
tahun. Cancer mammae merupakan penyebab utama kematian perempuan
setelah kanker paru-paru. (Santoso, 2009).
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Nasional tahun
2007, kejadian cancer mammae sebanyak 8.227 kasus atau 16,85 % dari
kanker leher Rahim 5.786 kasus atau 11, 78 %. (Bambang, 2010). Menurut
data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2012 menyatakan bahwa
cancer mammae menempati posisi pertama di Indonesia dengan kasus
terbanyak, sedangkan kejadian cancer mammae di Sumatera Selatn
menduduki urutan kelima.
Berdasarkan data dari Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang, jumlah pasien cancer mammae tahun
2011 sebanyak 872. Kemudian meningkat 14,7 % menjadi 1000 orang.
Kemudian pada tahun 2012 menurun 16,4 % menjadi 846 orang.
2

1 Poltekkes Kemenkes Palembang

Cancer mammae di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moehammad Hoesin


Palembang menduduki peringkat pertama setelah kanker serviks.
(RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang, 2014).
Cancer mammae memerlukan beberapa terapi dalam pelaksanaannya,
seperti lumpektomi, mastektomi, radiasi, terapi hormon, dan kemoterapi.
Terapi tersebut dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, namun
berdampak pula pada fisik dan psikologis pasien. Pasien akan kehilangan
payudaranya, kulit akan menghitam, rambut rontok, dan tubuh menjadi kurus.
Pasien akan malu dan sedih dengan keadaannya. Pada kondisi seperti itu,
pasien memerlukan asuhan keperawatan yang holistik untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan
spiritual. Kebutuhan biologis seperti nutrisi, cairan, dan pakaian. Kebutuhan
psikologis meliputi perhatian dan dukungan dari keluarga dan orang
sekitarnya. Kebutuhan sosial yang meliputi interaksi dengan keluarga, teman,
dan masyarakat. Kebutuhan kultural yang meliputi kebiasaan dan budaya
yang dianut oleh pasien. Dan kebutuhan spiritual meliputi kebutuhan pasien
terhadap kepercayaan yang dianut, serta hubungannya dengan Tuhan.
Pasien cancer mammae memerlukan asuhan keperawatan yang holistik
(menyeluruh), sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Maka dari itu,
penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
cancer mammae di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang sebagai laporan tugas akhir (LTA).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada Laporan Tugas Akhir
(LTA) ini adalah :
1. Bagaimana konsep penyakit cancer mammae?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada cancer mammae?
3. Bagaimana profil tempat pengambilan kasus cancer mammae?
4. Apakah ada kesenjangan antara asuhan keperawatan cancer mammae
secara teori dengan asuhan keperawatan yang diberikan di lapangan?

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan tugas akhir (LTA) ini adalah
untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
cancer mammae dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyusunan laporan tugas akhir (LTA) ini
adalah :
1. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan cancer mammae.
2. Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan
cancer mammae.
3. Dapat membuat rencana keperawatan pada klien dengan cancer
mammae.
4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
cancer mammae.
5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada klien dengan cancer mammae.
6. Dapat mengetahui kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan mengupayakan pemecahan
masalah.
7. Dapat membandingkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien dengan asuhan keperawatan secara teori yang ada.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan laporan tugas akhir (LTA) ini adalah :
1.4.1 Bagi Penulis
Laporan tugas akhir (LTA) ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan berharga bagi penulis mengenai
cancer mammae, sehingga dapat menerapkan pengalaman yang
diperoleh untuk pada masyarakat luas.

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Laporan tugas akhir (LTA) diharapkan dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran, khusunya pada keperawatan maternitas yang
mempelajari kesehatan reproduksi dengan cancer mammae, sehingga
dapat membantu dalam mengaplikasikannya di praktik keperawatan
klinik.

1.5 Metode Penulisan


1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara/ Anamnesa
Teknik pengumpulan data dengan wawancara adalah dengan
melakukan anamnesa atau wawancara secara langsung kepada
pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang berhubungan
dengan keadaan pasien cancer mammae.
2. Pemeriksaan Fisik
Teknik pengumpulan data dengan cara pemeriksaan fisik
adalah memeriksa seluruh bagian tubuh dengan metode
head to toe dengan tujuan mencari kelainan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
3. Penelusuran Data Sekunder
Teknik pengumpulan data dengan cara pengumpulan data
adalah dengan melihat catatan yang diperoleh langsung dari
medical record RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
Yayasan Kanker Indonesia, antara news, dan lainnya tentang angka
kejadian cancer mammae.

1.5.2 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang penulis gunakan terdiri dari 5 bab yang
terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup
penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta metode
penulisan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

BAB II Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka terdiri dari konsep penyakit yang
meliputi anatomi, definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, factor-faktor resiko, klasifikasi, komplikasi,
proses deteksi dini, stadium, prognosis, pengobatan,
pencegahan dan konsep asuhan keperawatan maternitas
dengan cancer rmammae yang meliputi pengkajian,
perumusan masalah, perencanaan keperawatan,
implementasi, serta evaluasi.
BAB III Tinjauan Kasus
Tinjauan kasus merupakan laporan pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada klien dengan
cancer mammae.

BAB IV Pembahasan
Pembahasan merupakan perbandingan atau
kesenjangan yang terjadi antara asuhan keperawatan secara
teori dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan di
lapangan sertaa upaya pemecahannya.

BAB V Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan
penulisan. Sedangkan saran merupakan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Cancer Mammae


2.1.1 Anatomi Payudara
Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang artinya air
dan dara yang artinya perempuan. Dalam bahasa Latin, payudara
disebut glandhula mammae. Salah satu fungsi payudara adalah untuk
menyusui. (Suryaningsih & Sukaca, 2009).
Kelenjar mama atau payudara adalah perlengkapan pada organ
reproduksi perempuan yang mengeluarkan air susu. Payudara terletak di
dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan aksila
dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau
iga ketujuh. Berat dan ukuran payudara berlain-lainan, pada masa
pubertas membesar, dan bertambah besar selama hamil dan sesudah
melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang
terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini
dilingkari daerah yang berwarna cokelat yang disebut areola. Dekat
dasar puting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery,
yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting
berlubang-lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar
susu.
Payudara terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan aleolar, tersusun
atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan
lemak. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok aleolus yang bermuara ke
dalam duktus laktiferus (saluaran air susu) yang bergabung dengan
duktus-duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih besar dan
berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekat
puting, membesar untuk membentuk wadah penampungan air
7

6 Poltekkes Kemenkes Palembang

susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian saluran itu menyempit


lagi dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan payudara,
dan juga di antara lobulus. Saluran limfe banyak dijumpai. Saluran
limfe mulai sebagai pleksus halus dalam ruang interlobuler jaringan
kelenjar, bergabung dan membentuk saluran lebih besar, yang berjalan
ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler, yaitu kelenjar mammae
bagian dalam dan kelenjar supraklaikuler. Persediaan darah diambil dari
cabang arteria aksilaris, interkostalis, dan mama interna, dan pelayanan
persarafan dari saraf-saraf kutan dada. (Pearce, 2011).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

2.1.2 Fisiologi Payudara


Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi
utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai pada
minggu keenam belas. Sesudah bayi lahir, dari payudara akan keluar
sekret yang berupa cairan bening yang disebut kolostrum yang kaya
protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air susu
mengalir lebih lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah hormon
dari lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu prolaktin penting dalam
merangsang pembentukan air susu. (Pearce, 2011).

Poltekkes Kemenkes Palembang


8

2.1.3 Definisi Cancer mammae


Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah
sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara.
Tumor ini dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada
jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2009).
Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit
payudara. (Romauli & indari, 2009).
Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran
perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu
digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini
berguna untuk mempertahankan fungsi payudara, gen yang
bertanggung-jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi.
Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko, 2008).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa cancer mammae adalah suatu keadaan dimana
terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada payudara, sehingga
menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang ganas.

2.1.4 Etiologi
Penyebab cancer mammae masih belum diketahui secara pasti,
faktor genetik dan faktor hormonal dapat
berperan pada cancer mammae. (Black &
Matassarin, 1997).

2.1.5 Faktor Resiko Cancer Mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih (2009)
terdapat beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
cancer mammae, diantaranya:
1. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih
besar dibanding pria. Perbandingannya seratus banding satu
perempuan yang terkena cancer mammae dibandingkan pria.

Poltekkes Kemenkes Palembang


9

2. Pemakaian hormon
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan
bahwa terdapat peningkatan bermakna pada pengguna terapi
Estrogen Replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat
risiko cancer mammae pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan
yang menggunakan obat ini untuk mengalami kanker ini sebelum
menopause. Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya
penggunaan hormon ini secara berlebihan maka akan lebih aman.
3. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah
menopause akan beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena
cancer mammae dibandingkan dengan perempuan yang berat
badannya normal.
4. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus
menjalani terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki
kenaikan risiko terkena cancer mammae. Semakin muda ketika
menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena
cancer mammae di kemudian hari.
5. Riwayat cancer mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu
payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain
dari payudara yang sama. Tingkat risikonyo bisa tiga sampai empat
kali lipat.
6. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota
keluarga inti yang terkena cancer mammae dan semakin mudah ada
anggota keluarga yang terkena kanker maka akan semakin besar
penyakit tersebut menurun.

7. Periode menstruasi

Poltekkes Kemenkes Palembang


10

Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia


12 tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase
menopause) setelah usia 55 tahun mempunyai risiko terkena
cancer mammae yang sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai
periode menstruasi yang lebih sehingga lebih banyak hormon
estrogen dan progesteron.
8. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50
tahun ke atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring
bertambahnya usia.
9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit
putih. Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan
banyak mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan
pokok yang tidak banyak mengandung lemak yang berlebih.
10. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara
yang dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka
seorang perempuan memiliki peningkatan risiko cancer mammae.
11. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan
bahwa aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan
sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen
resiko cancer mammae. Namun, pengurangan risiko terbesar adalah
pada perempuan dengan berat badan normal. Dampak aktivitas
fisikk tidak ditemukan pada perempuan dengan obesitas. Jika
aktivitas fisik dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan berat
badan sehingga menurunkan risiko cancer mammae dan berbagai
macam penyakit.

12. Konsumsi alkohol


Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko
terkena cancer mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan

Poltekkes Kemenkes Palembang


11

hati, sehingga hati bekerja lebih keras sehingga sulit memproses


estrogen agar keluar dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat.
13. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer
mammae, apalagi bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga
yang mengidap cancer mammae.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak
terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat
pada tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran)
luas, maka tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3. Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk
yang sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara
paruparu dengan dinding dada sehingga akan menimbulkan
kesulitan dalam bernafas.
4. Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5. Fungsi hati abnormal.
2.1.7 Pathway
Pathway Cancer Mammae

Poltekkes Kemenkes Palembang


12

Bagan 1. Pathway Cancer Mammae


Sumber : Nurarif, A.H & Kusuma, H (2013)
2.1.8 Jenis Cancer mammae
Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009);

Poltekkes Kemenkes Palembang


13

Santoso (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa


jenis cancer mammae yang sering terjadi :
1. Ductul Carcinoma In Situ (DCIS)
DCIS merupakan tipe cancer mammae noninvasif yang sering
terjadi. DCIS terdeteksi pada mamogram sebagai
microcalsifications (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). DCIS
muncul dari ductal epithelium dan masuk ke duktus.
2. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)
LCIS merupakan kanker yang tidak menyebar. Pada LCIS,
pertumbuhan jumlah sel terlihat jelas dan berada di dalam kelenjar
susu (lobulus).
3. Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)
IDC terjadi di dalam saluran susu payudara lalu menjebol
dinding saluran dan menyerang jaringan lemak payudara. Bila
dipalpasi akan terasa benjolan yang keras. Biasanya terjadi
metastasis ke nodus lympha aksila.
4. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)
ILC mulai terjadi di dalam lobulus (kelenjar) payudara, tetapi
sering mengalami metastase (penyebaran) ke bagian tubuh yang
lain.
Berikut adalah beberapa jenis cancer mammae yang jarang terjadi :
a. Medullary Carcinoma
Medullary carcinoma ialah jenis cancer mammae inasif yang
membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor
dan jaringan normal.
b. Mucinous Carcinoma
Mucinous Carcinoma terbentuk oleh sel kanker yang memiliki
mukus (lendir) dan biasanya mucul bersama tipe kanker lainnya.
Pertumbuhannya lambat, namun lama-lama dapat meluas.

c. Tubular Carcinoma
Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari cancer mammae
invasif.

Poltekkes Kemenkes Palembang


14

d. Inflammatory Breast Cancer (IBC)


Inflammatory breast cancer ialah kondisi payudara yang terlihat
meradang (merah dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran
tebal yang disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat
pembuluh limfe kulit pembungkus payudara.
Pertumbuhannya cepat.
e. Paget’s Disease of The Nipple
Paget’s disease of the nipple ialah jenis cancer mammae yang
berawal dari saluran susu, lalu menyebar ke areola dan puting
payudara. Gejala yang tampak seperti kulit payudara akan
pecah-pecah, memerah, timbul borok, dan mengeluarkan
cairan.
f. Phylloides Tumor
Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak
ataupun ganas dan berkembang di dalam jaringan konektif
payudara yang dapat ditangani dengan operasi pengangkatan.

2.1.9 Stadium Cancer mammae

Stadium dalam kanker adalah untuk menggambarkan kondisi kanker,


yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana
pengaruhnuya terhadap organ tubuh lain. Dengan mengetahui stadium
kanker ini merupakan salah satu cara untuk membantu dokter untuk
menentukan pengobatan apa yang sesuai untuk pasien. (Mulyani &
Nuryani, 2013).

Sistem TNM menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium


kanker, yaitu:
1. (T, Tumor), tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan
dimana lokasinya.
2. (N, Node), kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
3. (M, Metastasis), kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain.

Poltekkes Kemenkes Palembang


15

Stadium cancer mammae berdasarkan penilaian TNM sebagai berkut:


T (Tumor Size), ukuran tumor
T0 : Tidak diketemukan tumor primer.
T1 : Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
T2 : Ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
T3 : Ukuran tumor diameter > 5cm.
T4 : Ukuran tumor berapa saja tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya. Dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit
tumor utama.

N (Node), kelenjar getah bening regionak (kgb)


N 0 : Tidak terdapat metasis pada kgb regional di ketiak/akslla.
N 1 : Ada metasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.
N 2 : Ada metasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
N 3 : Ada metasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.

M (Metasis), penyebaran jauh


M X : Metasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : Tidak terdapat metasis jauh
M 1 : Terdapat metasis jauh

Setelah masing masing faktor T, N, M diperoleh, kemudian ketiga faktor


tersebut digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0.
Stadium 1 : T1 N0 M0.
Stadium II A : T0 N2 M0/T4 N1 M0 / T4 N2 M0.
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0.
Stadium III C : Tiap T N3 M0.
Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1.

Dengan diketahuinya stadium kanker bermanfaat untuk:

Poltekkes Kemenkes Palembang


16

1. Dapat mengetahui keadaan sejauh mana tingkat pertumbuhan kanker


dan penyebaran kanker ketika pertama kali didiagnosis, apakah
merupakan stadium diri atau stadium lanjut.
2. Untuk menentukan perkiraan prognosis atau tingkat harapan
kesembuhan dan harapan hidup seberapa besar. Selain itu juga dapat
memperkirakan bebas dari kekambuhan penyakit bila setelah diobati.
3. Untuk menentukan jenis pengobatan atau tindakan terbaik berdasarkan
stadiumnya, karena masing-masing stadium berbeda cara
penanganannya.
Stadium cancer mammae :
Stadium Keterangan
0 Cancer mammae non-invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS
(ductal carcinoma in situ) dan LCIS (lobular carcinoma in
situ).
Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan
I
tidak menyerang kelenjar getah bening.
Kanker invasif, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang
II
kelenjar getah bening.
III Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan
benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit, pecah,
berdarah, dan bernanah.
IV Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ
lain, seperti paru-paru, hati, tulang, atau otak.

Tabel 2.1 Stadium Cancer Mammae

Dijelaskan lebih rinci tentang stadium cancer mammae, yaitu :


Stadium 0
Disebut Ductal Carcinoma In Situ atau Noninvasive Cancer yaitu
kanker yang tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara
dan kelenjar-kelenjar (lobulus) susu pada payudara.
Stadium 1
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening.
Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah
ditemukan pada titik-titik saluran getah bening di ketiak.
Stadium IIB

Poltekkes Kemenkes Palembang


17

Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm,


telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan
diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
Stadium IIIA
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada
titiktitik di pembuluh getah bening ketiak.
Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara dapat
didiagnosis sebagai infalammatory breast cancer. Dapat juga sudah
atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah
bening di ketiak dan lengan atas, tetapi tidak menyebar ke bagian
lain dari organ tubuh.
Stadium IIIC
Seperti stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening dalam group N3.
Stadium IV
Ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada lokasi
yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.

2.1.10 Prognosis Cancer mammae


Mulyani, N.S & Nuryani (2013) menyebutkan bahwa prognosis cancer
mammae berdasarkan stadiumnya dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Stadium I : 90%-80%
2. Stadium II : 70%-50%
3. Stadium III : 20%-11%
4. Stadium IV : 0%
5. Stadium Ca in situ : 96%

2.1.11 Penatalaksanaan Cancer mammae


Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009)
menjelaskan bahwa penatalaksanaan cancer mammae tergantung tipe
dan stadium yang dialami penderita.
Macam-macam penatalaksanaan cancer mammae :

Poltekkes Kemenkes Palembang


18

1. Lumpectomy
Pasien yang boleh menjalani lumpectomy adalah :
a. Mempunyai cukup jaringan normal. Hal ini diharapkan agar
pengangkatan tidak menghilangkan payudara,
b. Mempunyai tumor tunggal.

Pasien yang tidak boleh menjalani lumpectomy adalah :


a. Mempunyai tumor banyak (jamak) dalam satu payudara,
b. Menjalani terapi radiasi payudara untuk penanganan awal
cancer mammae,
c. Sedang hamil sehingga harus menghindari terapi radiasi.

Tahap-tahap pembedahan lumpectomy :


a. Persiapan operasi, kemudian berikan anastesi local ataupun
total dan membutuhkan waktu antara satu sampai dua jam.
b. Penjepit metalik kecil akan dimasukkan untuk memberi
tanda area serta mempermudah terapis melakukan
perawatan.
c. Simpul limfe (getah bening) juga akan diperiksa saat itu
juga, saat jaringan payudara diangkat.
d. Irisan akan dilakukan di bawah ketiak atau dengan membuat
irisan terpisah di bawah lengan.
e. Melihat kanker seberapa besar dan seberapa parahnya.
Memisahkan kanker dengan jaringan lainnya.
f. Melakukan pengangkatan kanker.
g. Menjahit bagian yang telah diangkat tadi.
Ada beberapa jenis pembedahan pada cancer mammae,
yaitu:
a. Radical Mastectomy
Radical mastectomy merupakan operasi pengangkatan
sebagian payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Lumpectomy ini biasanya
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya
kurangdari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

Poltekkes Kemenkes Palembang


19

b. Total Mastektomy
Total mastectomy merupakan operasi pengangkatan
seluruh payudara saja bukan kelenjar ketiak/ axila.
c. Modified Radikal Mastektomy
Modified Radikal Mastektomy merupakan operasi
pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang
dada, tulang selangka, dan tulang iga serta benjolan di sekitar
ketiak.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah cara pengobatan yang sangat efektif dan
sangat menuju sasaran untuk menghancurkan sel kanker yang
mungkin masih tertinggal setelah operasi. Radiasi dalam
pengobatan kanker disebut ionizing radiation. Radiasi ini dapa
mengurangi resiko kekambuhan kanker.
Biasanya terapi radiasi menggunakan x-ray berenergi tinggi
atau partikel lain untuk membunuh sel kanker. Terapi ini
dilakukan secara regular per minggu (5 hari) selama 6 minggu
tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan penderita secara
umum, dan pengobatan lainnya.
Cara kerja terapi radiasi :
Untuk mengetahui bagaimana radiasi bekerja untuk
pengobatan, pertama-tama kita harus mengetahui siklus hidup sel
normal dalam tubuh. Siklus sel terdiri daari 5 fase yaitu :
a. Fase G0 (Resting Stage)
Sel belum mulai membelah. Langkah ini dapat berlangsung
beberapa jam hingga bertahun-tahun. Hal itu tergantung pada
tipe sel. Ketika sel mendapat kode untuk menggandakan maka
kemudian dia akan menuju fase G0.
b. Fase G1
Sel mulai membuat lebih banyak protein. Gunanya persiapan
untuk membelah. Fase ini berlangsung antara 18 hingga 30
jam.
c. Fase S

Poltekkes Kemenkes Palembang


20

Fase ini menandakan bahwa kromosom yang berisi kode


genetik (DNA) dapat digandakan. Sehingga kedua sel yang
baru terbentuk itu akan mempunyai jumlah DNA yang sama.
Fase ini berlangsung antara 18 hingga 20 jam.
d. Fase G2
Sel akan membelah menjadi 2 sel yang berlansung 2 hingga 20
jam.
e. Fase M
Sel membelah menjadi 2 sel yang berlansung 30 atau 60
menit.

Efek samping radioterapi berbeda-beda tergantung pada area


tubuh yang diterapi, yang paling umum adalah rasa lemah tak
bertenaga, yang biasanya muncul beberapa minggu setelah
radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya,
diantaranya karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri, kurang
nafsu makan, atau lelah karena setiap hari harus ke rumah sakit.

Perawatan pasien dengan terapi radiasi adalah :


1. Perawatan sebelum radiasi
Sebaiknya lakukan terlebih dahulu pemikiran pasien
sebelum radioterapi, sehingga pasien mengerti radioterapi,
menghindari stres, ketakutan, dan setelah itu untuk
memperbaiki keadaan umum, memperhatikan nutrisi tubuh,
memperbaiki situasi lokal, untuk menghindari infeksi lokal.
Misalnya, NPC pasien sebelum radioterapi baiknya untuk
mencuci nasofaring, pasien kanker esofagus sebelum
radioterapi harus menghindari makan-makanan keras dan
makanan pedas.
2. Perawatan selama radiasi
Pasien kanker selama radioterapi sering merasa nyeri,
perdarahan, infeksi, pusing, kehilangan nafsu makan dan gejala
lain, pengobatan simtomatik harus tepat waktu. Pertama, dokter
harus memperhatikan menyesuaikan pengobatan dan dosis,
sejauh mungkin untuk melindungi bagian-bagian tidak perlu di

Poltekkes Kemenkes Palembang


21

radiasi, sambil memberi obat penenang, vitamin B. Kedua, kita


harus memberikan asupan air kepada pasien yang cukup
banyak, agar mencapai tujuan untuk mengurangi reaksi
sistemik dan menghindari cedera radiasi lokal. Selama
radioterapi, dokter harus memperhatikan perubahan sering
diamati dalam darah, seperti sel-sel darah putih kurang dari
3,0x109/L, trombosit kurang dari 8,0×109/L, harus mengetahui
alasan atau penangguhan radioterapi, diberikan pengobatan
yang sesuai.
3. Setelah perawatan radiasi
Para pasien setelah diiradiasi kulit lokal harus tetap bersih
untuk menghindari rangsangan fisik dan kimia, tidak dapat
membiarkan kulit lokal berlebihan tergesek. Pakaian pasien
harus lembut, kerah jangan terlalu kaku. Organ setelah
diradiasi, karena cedera radiasi, mengurangi resistensi terhadap
infeksi sekunder, sehingga harus menggunakan radioterapi
yang berbeda untuk meningkatkan perlindungan. Untuk
radioterapi lokal yang spesifik, seperti esophagus setelah
radioterapi harus mengkonsunsumsi makanan lunak, rektum
setelah radioterapi harus mencoba untuk menghindari BAB
kering. Radiasi dari situs tumor primer tidak dapat dengan
mudah biopsi, jika tidak maka dapat menimbulkan luka yang
tak tersembuhkan dan berkepanjangan.

4. Terapi hormon
Terapi hormon ini dapat menghambat pertumbuhan tumor
yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi
pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. Hal
ini dikenal therapy anti-estrogen untuk memblok kemampuan
hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan
cancer mammae. Hormon estrogen merupakan hormon yang
berfungsi membentuk dan mematangkan organ kelamin
perempuan, salah satunya payudara selama waktu pubertas
serta memicu pertumbuhan dan pematangan sel di organ
perempuan yang disebut sel duct, yang akan membelah secara

Poltekkes Kemenkes Palembang


22

normal. Dimana saat terjadi pematangan sel duct merupakan


saat yang paling rentan terkena mutasi. Jika ada satu sel yang
mengalami mutasi akibat factor keturunan, radiasi, radikal
bebas, dll. Maka sel tersebut dapat membelah secara berlebihan
yang akan berkembang menjadi kanker. Sehingga tujuan terapi
hormon ini untuk mencegah estrogen dalam mempengaruhi sel
kanker yang berada dalam tubuh.
Contoh terapi hormon adalah tamoxifen, anastrozole
(arimidex), letrozole (femara), dan exemestane (aromasin).

5. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti
kanker yang dapat diberikan secara oral atau intervenous.
Cara pemberian obat :
a. Secara oral
Diberikan secara berseri (biasanya diminum selama 2
minggu, istirahat 1 minggu).
b. Secara intravenous
Diberikan dalam 6 kali kemo yang berjarak 3 minggu
untuk yang full dosis.

Kemoterapi adjuvant, diberikan setelah operasi


pembedahan untuk jenis cancer mammae yang belum
menyebar dengan tujuan mengurangi risiko timbulnya kembali
cancer mammae. Sel-sel kanker dapat melepaskan diri dari
tumor payudara asal dan menyebar melalui aliran darah. Sel-sel
ini tidak menyebabkan gejala dan tidak muncul pada sinar-x
serta tidak dapat dirasakan pada pemeriksaan fisik. Namun
memiliki peluang untuk tumbuh dan membentuk tumor baru di
tempat lain di tubuh. Kemoterapi adjuvant ini dapat diberikan
untuk mencari dan membunuh sel-sel ini.
Neoadjuvant kemoterapi merupakan kemoterapi yang
diberikan sebelum operasi dan bermanfaat mengecilkan kanker

Poltekkes Kemenkes Palembang


23

yang berukuran besar sehingga cukup kecil untuk melakukan


lumpectomy.
Efek samping yang umunya dirasakan adalah :
a. Rambut rontok.
b. Kuku dan kulit menghitam dan kering.
c. Mual dan muntah.
d. Anoreksia.
e. Perubahan siklus menstruasi.
f. Mudah lelah.
Obat-obat kemoterapi yang biasa digunakan
pada cancer mammae adalah :
a. Cyclophosphamid (cytoxan, neosar).
b. Methotrexate.
c. Fluorouracil (5-Fu, Adrucil).
d. Paclitaxel (Taxol).
e. Docetaxel (Taxotere).
f. Vinorelbine (Navelbine).
g. Gemcitabine (Gemzar), dll.
Contoh kombinasi obat :
a. CMF (cyclophosphamide, methotrexate, dan 5-Fu).
b. FAC (5-Fu, doxorubicin, cyclophosphamide).
c. TAC (docetaxel, doxorubicin, cyclophosphamide).
d. GT (gemcitabine dan paclitaxel), dll.

Perawatan Pasien Dengan Post Kemoterapi :


1. Anoreksia
Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan
kepada pasien cara mengatur makanan:
Kebutuhan
karbohidrat, sebagai sumber energi harus dikonsumsi secara
teratur, bisa diperoleh dari tepung, sereal, pasta dan roti, tetapi
hindari yang terlalu manis seperti permen dan kue-kue basah.
Kebutuhan protein, penting karena banyak mengandung
vitamin dan mineral. Bisa dengan mengkonsumsi suplemen

Poltekkes Kemenkes Palembang


24

nutrisi seperti ensure, sustacal, resource, bisa juga dengan


osmolit, isocal, isosource. Untuk menambah masukan protein
bisa juga dengan makan telur rebus, daging, yoghurt.

2. Perubahan Indra Pengecap


Hindari makanan yang pahit, makanan lunak berprotein
( susu, ikan, ayam ), pertahankan rasa manis, konsumsi
makanan tambahan, lakukan tes pengecapan, karbohidrat pada
pasien yang tidak suka manis, dan gunakan tambahan bumbu.

3. Mual Dan Muntah

Untuk mencegah atau meminimalkan mual dan muntah :

a. Makan makanan yang dingin atau yang disajikan dengan


suhu ruangan karena makanan panas meningkatkan
sensasi mual.

b. Minum segelas jus apel, lemon, gelatin, teh atau cola


untuk meredakan mual.

c. Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak dan telalu


pedas.

d. Hindari makan dan minum 1-2 jam sebelum dan setelah


kemoterapi.

e. Gunakan teknik distraksi ( musik,radio,televisi )

f. Gunakan untuk tidur saat terasa mual

4. Diare
Hindari makanan yang mengiritasi lambung, seperti :
sereal, roti dari tepung, kacang, biji-bijian, coklat, buah segar
atau yang dikeringkan, jus buah (pisang, avocado, apel dan
anggur diperbolehkan), sayur mentah, makanan yang banyak
mengandung gas, makanan dan minuman yang mengandung
kafein.

Poltekkes Kemenkes Palembang


25

2.1.12 Proses Deteksi Cancer mammae

Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009)


terdapat beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) :
Cara pemeriksaan:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan
pada payudara. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga
tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam.
Bila terdapat kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting
susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali
kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga
payudara tergantung ke bawah dan periksa lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di
belakang kepala, dan sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah
payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah
ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan
terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka
akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini
penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara
sempurna.
2. Thermografi Payudara
Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang
menggambarkan payudara sebagai langkah deteksi dini
cancer mammae. Prosesnya akan menghasilkan peningkatan suhu
di dalam payudara.
Thermografi payudara dapat dilakukan dengan :

Poltekkes Kemenkes Palembang


26

a. Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared


cameras),
b. Komputer.
Cara penggunaan :
a. Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian dari
pinggang ke atas.

b. Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak tangan


di belakang kepala.
Hasil dengan thermografi payudara :
a. Citra inframerah yang abnormal merupakan tanda penting
adanya resiko tinggi terjadinya cancer mammae.
b. Ketidaknormalan yang tetap tertangkap pada pemeriksaan
thermografi berikutnya menandakan risiko terkena
cancer mammae di masa mendatang 22 kali lipat lebih tinggi.
c. Ketika perempuan dengan ketidaknormalan tersebut menjalani
perawatan kesehatan payudara, maka tingkat
bertahan hidupnya naik sekitar 61 %.
3. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan
menggunakan sinar X berkadar rendah. Tes dalam mamografi
disebut mammogram.
Cara menggunakan mammogram :
Tahap 1
a. Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas
dan diganti pakaian rumah sakit.
b. Berdiri di depan mesin mamografi.
c. Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara dengan
meletakkannya di atas penjepit lembar film dari plastik atau
metal.
d. Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit film dan
kotak plastik yang disebut paddle, yang menekan payudara dari
atas ke bawah.
e. Pancarkan sinar x beberapa detik.

Poltekkes Kemenkes Palembang


27

Tahap 2
a. Berposisi di samping mesin mamografi.
b. Penjepit film akan dinaikkan sehingga sisinya persis dengan
posisi luar payudara, sedangkan sudutnya menyentuh ketiak.

c. Melakukan oblique position, yaitu menekan kembali paddle


beberapa detik saat sinar x dipancarkan. Prosedur ini akan
diulang pada payudara satunya.
d. Totalnya empat sinar x, dua untuk masing-masing payudara.
4. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi.
Fungsi ductography adalah :
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan
abnormal pada putting. Cara melakukan mamografi :
a. Membersihkan dan mensterilkan payudara dengan alkohol
untuk membersihkan sisa cairan yang kering dan menempel
pada puting.
b. Pijat payudara untuk mendapatkan cairan.
c. Tempatkan satu jarum pada putting sementara pasien
memegang putting dengan telunjuk dan ibu jarinya.
d. Puting diarahkan ke bawah agar kanula dapat masuk saluran air
susu pasien.
e. Cairan radiopaque disuntikkan ke dalam payudara melalui
suntikan yang telah disambungkan dengan canula.
f. Payudara kemudian dicitrakan ke mamografi.
g. Tempelkan puting plester untuk menghindari keluarnya cairan
ke pakaian pasien.
5. Biopsi payudara
Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil
contoh jaringan payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu
maka dapat diketahui adanya sel cancer mammae yang bersarang.

Cara penggunaan biopsi payudara :


a. Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNA)

Poltekkes Kemenkes Palembang


28

Alat : menggunakan jarum kecil


Cara : Jarum kecil dimasukkan dalam payudara. Dari ujung
jarum tersebut, contoh jaringan diambil untuk kemudian
diperiksa.
b. Core Needle Biopsy
Alat : menggunakan jarum berbentuk khusus dan lebih besar.
Cara : Jarum dimasukkan hingga menembus kulit sampai ke
benjolan.
c. Open biopsy
Alat : menggunakan jarum atau kabel khusus.
Cara : Mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh
benjolan. Jika tidak ada benjolan, jarum atau kabel
khusus akan dimasukkan ke daerah yang dicurigai saat
mammogram sebelum pembedahan dilakukan. Gambar
jarum atau kabel tersebut akan membantu menentukan
daerah benjolan dan menentukan lokasi sayatan.
6. USG
USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji
klinis payudara. USG sering digunakan untuk memerksa
abnormalitas payudara.
Cara pemeriksaan :
a. Pasien berbaring pada tempat khusus.
b. Olesi payudara dengan gel.
c. Geser transduser pada payudara.
d. Bentuk dan intensitas pantulan bergantung pada kepadatan
jaringan payudara.
e. Jika sebuah kista, hampir seluruh gelombang suara akan
melewati kista serta menghasilkan pantulan yang lemah.

f. Jika tumor payudara, gelombang suara akan memantul dari


benda padat tersebut. Sehingga diterjemahkan komputer
menjadi gambar yang diindikasikan sebagai massa.
g. USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.

Poltekkes Kemenkes Palembang


29

2.2.13 Pencegahan Cancer Mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca ,
(2009) terdapat beberapa cara mencegah cancer mammae, yaitu :
a. Strategi Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang yang sehat untuk menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai resiko. Pencegahan primer dapat
berupa deteksi dini dan melakukan pola hidup sehat untuk
mencegah cancer mammae.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko untuk terkena cancer mammae. Pada setiap perempuan
yang normal serta memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk cancer mammae. Pencegahan ini dilakukan
dengan melakukan deteksi dini berupa skrining melalui
mammografi yang memiliki akurasi 90% tetapi paparan yang
terus-menerus dapat menjadi risiko cancer mammae.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif
menderita cancer mammae. Dengan penanganan yang tepat
dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan
hidup.
b. Terapkan pola hidup sehat
1. Menjaga berat badan ideal;
2. Pemberian ASI;
3. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan;
4. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses;
5. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari;
6. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak
mengandung lemak;
7. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur;
8. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es;
9. Mengurangi makanan yang diasap;

Poltekkes Kemenkes Palembang


30

10. Metode memasak dengan suhu rendah;


11. Menghentikan konsumai alkohol;
12. Olahraga yang teratur;
13. Hindari merokok;
14. Menghindari stress.
c. Konsumsi makanan pencegah cancer
Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat
mencegah cancer mammae, yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit,
teh hijau, brokoli, kembang kol, bawang putih, bayam, buah
delima, rumput laut, sayuran, gandum, ikan salmon dan tuna,
yoghurt, olahan kedelai, dan jus jeruk.
d. Makanan Penderita Cancer Mammae
Makanan yang dianjurkan untuk penderita cancer mammae
adalah sayuran seperti wortel, lobak, pisang raja, belimbimg manis,
seledri, kubis, apel, bawang, susu kedelai, dan tempe.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Cancer Mammae


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang
berhubungan dengan pasien secara sistematis.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Wijaya & Putri (2013), data yang dikaji pada
pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat
kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan
diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah
pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data, sumber data,
klasifikasi data, anaisa data dan diagnose keperawatan.
a. Identitas
Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti
nama, umur (50 tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, nomor medical record.
b. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan,
riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah
diberikan), faktor etiologi/ resiko.

Poltekkes Kemenkes Palembang


31

c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien


dengan cancer mammae.
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh
factor hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka
sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal
ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi ± 1 minggu dari hari
akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping
dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi.
e. Inspeksi
1. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.
2. Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu,
kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling,
ulserasi, dan lain-lain.
f. Palpasi
1. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata
atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal
kecil.
2. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan
operabilitas.
3. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
4. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh,
5. Stadium kanker (system TNM UICC)
g. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang klinis
a. Pemeriksaan radiologist
1. Mammografi/ USG Mamma
2. X-foto thoraks
3. Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen,
bone scan, CT scan.
b. Pemeriksaan laboraturium
1. Darah lengkap, urin
2. Gula darah puasa dan 2 jpp
3. Enxym alkali sposphate, LDH
4. CEA, MCA, AFP

Poltekkes Kemenkes Palembang


32

5. Hormon reseptor ER, PR


6. Aktivitas estrogen/ vaginal smear.
c. Pemeriksaan sitologis
1. FNA dari tumor.
2. Cairan kista dan efusi pleura.
3. Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal
seperti darah atau nanah.

2.2.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu tahap perumusan
masalah yang didapat dari data pengkajian yang telah dianalisa.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang
mungkin muncul pada pasien cancer mammae adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan mastektomi.
f. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetabolisme ke jaringan.

2.2.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang
mengidentifikasi masalah/ kebutuhan pasien,
tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil
yang diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges &
Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa

Poltekkes Kemenkes Palembang


33

perencanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan


cancer mammae adalah :
a. Diagnosa 1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
massa tumor Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri).
4. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang

Rasional
Intervensi

Poltekkes Kemenkes Palembang


34

1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Informasi memberikan data


secara komprehensif, dasar untuk mengevaluasi
termasuk lokasi, kebutuhan/ keefektifan
karakteristik, durasi, intervensi.
frekuensi, maupun kualitas.
2. Berikan pengalihan seperti 2. Memungkinkan pasien untuk
reposisi dan aktivitas berpartisipasi secara aktif
menyenangkan seperti dan meningkatkan rasa
mendengarkan music atau control.
menonton TV.
3. Evaluasi keefektifan control 3. Evaluasi dilakukan setelah
nyeri. mengajarkan teknik
pengalihan, sehingga
mengetahui kebutuhan klien.
4. Kolaborasi dalam 4. Nyeri adalah komplikasi
pemberian analgetik. sering dari kanker, meskipun
respons individual berbeda.
Saat perubahan penyakit/
pengobatan terjadi, penilaian
dosis dan pemberian akan
diperlukan.

b. Diagnosa 2 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran


tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan cemas berkurang.

Poltekkes Kemenkes Palembang


35

Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan
menunjukkan teknik mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam batas normal.
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi Rasional

1. Gunakan pendekatan yang 1. Pasien yang cemas


menenangkan. memerlukan teman dan
ketenangan dalam
mengungkapkan
kecemasannya.

2. Jelaskan semua prosedur dan 2. Prosedur, dampak dan segala


apa yang dirasakan yang berkaitan dengan terapi

selama prosedur. diberikan. Hal ini membuat


pasien tahu mengenai
dampaknya, dan dapat
mengambil keputusan yang
tepat.
3. Memberikan
3. Dorong pasien untuk
kesempatan
mengungkapkan perasaan,
untuk memeriksa rasa takut
ketakutan, persepsi. realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis.

4. Bantu pasien/ 4. Keterampilan koping sering


orang rusak setelah diagnosis dan
terdekat dalam mengenali selama fase pengobatan yang
dan mengklarifikasi rasa
berbeda. Dukungan dan
takut untuk memulai
konseling sangat diperlukan
mengembangkan strategi
untuk individu mengenal dan
koping untuk menghadapi
menghadapi rasa takut.
rasa takut.
5. Memungkinkan pasien

Poltekkes Kemenkes Palembang


36

5. Jelaskan semua prosedur dan membuat keputusan sesuai


apa yang dirasakan realita.
selama prosedur.

c. Diagnosa 3 resiko infeksi nosokomial berhubungan dengan


lingkungan operasi Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Jumlah leukosit berada pada batas normal.
3. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam
tindakan pencegahan infeksi.
Intervensi Rasional

1. Bersihkan lingkungan 1. Lingkungan yang bersih


setelah dipakai pasien lain. meminimalkan jumlah
bakteri.
2. Cuci tangan sebelum 2. Lindungi pasien dari sumber-
melakukan tindakan. sumber infeksi,
Pengunjung juga dianjurkan seperti pengunjung dan staf
melakukan hal yang sama. yang mengalami ISK.

Poltekkes Kemenkes Palembang


37

3. Monitor temperatur. 3. Peningkatan suhu terjadi


karena berbagai faktor,
misalnya efek samping
4. Tingkatkan istirahat kemoterapi, proses penyakit,
adekuat/ periode latihan. atau infeksi.
4. Membatasi keletihan,
5. Kolaborasi dalam mendorong gerakan yang

pemberian antibiotik. cukup untuk mencegah


komplikasi.
5. Diberikan secara profilaktik
pada pasien dengan
imunosupresi.

d. Diagnosa 4 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,


dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan pasien dapat mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya.
Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang 1. Memvalidasi tingkat
tingkat pengetahuan pasien pemahaman saat ini, dan
tentang proses penyakit memberikan dasar
yang spesifik. pengetahuan diamana pasien
membuat keputusan
berdasarkan informasi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


38

2. Jelaskan patofisiologi dari 2. Informasi akurat dan


penyakit dan hubungannya mendetil dapat membantu
dengan anatomi fisiologi menghilangkan ansietas dan
dengan cara yang tepat. mebmbuat keputusan.
3. Diskusikan perubahan gaya 3. Gaya hidup member
hidup yang mungkin pengaruh yang penting
diperlukan untuk mencegah dalam mencegah
komplikasi di masa yang komplikasi.
akan datang.
4. Minta pasien untuk umpan 4. Kesalahan konsep tentang
balik verbal, dan perbaiki kanker lebih mengganggu
kesalahan konsep tentang
tipe kanker dan pengobatan. dari kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan.

e. Diagnosa 5 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan


pengangkatan bedah kulit/ jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
waktu penyembuhan kulit meningkat.
Kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan baik.
2. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjdinya cedera berulang.
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawaatan alami.

Intervensi Rasional

Poltekkes Kemenkes Palembang


39

1. Kaji balutan/ luka untuk 1. Penggunaan balutan


karakteristik drainase. tergantung luas pembedahan
Monitor jumlah edema, dan penutupan luka.
kemerahan, dan nyeri pada Drainase terjadi ketika
insisi dan lengan, serta trauma prosedur dan
suhu. manipulasi banyak
pembuluh darah dan limfatik
pada area tersebut.
Pengenalan dini terjadi
ketika infeksi dapat
memampukan pengobatan
dengan cepat.
2. Tempatkan pada posisi 2. Membantu drainase cairan
semifowler. melalui gravitasi.
3. Jangan melakuka 3. Meningkatkan potensial
pengukuran TD, konstriksi , infeksi, dan
injeksi obat, atau limfedema pada posisi yang
memasukkan IV pada lengan sakit.
4. ynag sakit. 4. Menurunkan tekanan pada
Anjurkan untuk memakai jaringan yang terkena, yang
pakaian yang tidak sempit/ dapat memperebaiki
ketat, perhiasan atau jam sirkulasi/ penyembuhan.
tangan pada tangan yang
sakit.

f. Diagnosa 6 Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan


mastektomi Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam
citra tubuh kembali efektif.
Kriteria hasil :
1. Gambaran tubuh positif.
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4. Mempertahankan interaksi sosial.

Poltekkes Kemenkes Palembang


40

Intervensi Rasional

1. Kaji secara verbal dan 1. Dapat menyatakan


nonverbal respon klien bagaimana pandangan diri
terhadap tubuhnya. pasien pada perubahan.
2. Jelaskan tentang 2. Dapat menyatakan masalh
pengobatan, perawatan, penyakit sehingga membantu
kemajuan dan prognosis dalam mengambil
penyakit. keputusan.
3. Dorong klien 3. Kehilangan bagian tubuh,
mengungkapkna menerima kehilanga hasrat
perasaannya. seksual sehingga pasien
membuat rencana untuk
4. Fasilitasi kontak dengan masa depan.
individu lain dalam 4. Memberikan tempat untuk
kelompok keci. pertukaran masalah dan
perasaan dengan orang lain
yang mengalami pengalaman
yang sama dan
mengidentifikasi cara orang
terdekat dapat memudahkan
penyembuhan pasien.

g. Diagnosa 7 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan hipermetabolisme pada jaringan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam,
diharapkan nutrisi terpenuhi atau adekuat.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari
menelan.
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Rasional

Poltekkes Kemenkes Palembang


41

1. Pantau masukan makanan 1. Mengidentifikasi kekuatan/


seiap hari. defisiensi nutrisi.
2. Ukur tinggi badan, berat 2. Membantu dalam identifikasi
badan, dan ketebalan malnutrisi protein-kalori,
lipatan kulit trisep. khususnya bila berat badan
dan hasil antropometrik
kurang dari normal.
3. Ciptakan suasana makan 3. Membuat waktu makan lebih
yang menyenangkan. menyenangkan, yang dapat
meningkatkan masukan.
4. Dorong komunikasi terbuka 4. Sering sebagai distress emosi,
mengenai masalah khususnya untuk orang
anoreksia. terdekat yang menginginkan
member makan pasien
dengan sering.
5. Kolaborsi denga ahli gizi 5. Memberikan rencana diet
untuk menentukan jumlah khusus untuk memenuhi
kalori dan nutrisi yang kebutuhan individu dan
dibutuhkan pasien. menurunkan masalah
berkenaan dengan malnutrisi
protein/ kalori dan defisiensi
mikronutrien.

2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
perawatan diamana rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan
intervensi/ aktivitas yang telah ditentukan.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,
yakni proses yang dilakukan secara terus-menerus dan penting
untuk menjamin kualitas serta ketepatan perawatan yang diberikan
dan dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan
keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

Poltekkes Kemenkes Palembang


42

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian A.
Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Mayor Ruslan nomor 1580 RT. 21 RW. 05
Kelurahan 20 Ilir 1Kecamatan Ilir Timur 1
Palembang
Suku/ Bangsa : Madura/ Indonesia
Status Marital : Menikah
Tanggal Masuk RS : 12 Juni 2014
Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2014, pukul 10.00 WIB
No. Register : RI 14015940
No. Medrec : 0000755095

Nama suami/ PJ : Tn. S


Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jalan Mayor Ruslan nomor 1580 RT. 21 RW. 05
Kelurahan 20 Ilir 1Kecamatan Ilir Timur 1
Palembang
Suku/ Bangsa : Madura/ Indonesia

40 Poltekkes Kemenkes Palembang

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan terdapat
41

benjolan pada payudara dekstra,


dan mengeluarkan nanah.
2. Keluhan saat pengkajian : Pasien mengatakan bahwa
terdapat
luka yang belum sembuh dan
nodul yang mengeluarkan nanah
pada payudara dekstra, serta nyeri
bila tertekan.
3. Riwayat perjalanan penyakit : 8 tahun yang lalu, pasien
mengalami tumor pada axila
dekstra, namun pasien hanya
berobat ke pengobatan alternatif
dan tumor bermetastase ke
payudara dekstra. 1 bulan yang
lalu, pasien berobat ke YK
Madira, namun tidak mengalami
perkembangan dan dirujuk ke
RSMH Palembang. Setelah
dirawat di RSMH, pasien pernah
menjalani simple mastektomi dan
kemoterapi.
4. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit yang parah
sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak memiliki
keluarga yang mengalami kanker.

C. Riwayat sosial
1. Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga baik. Suami
dan anaknya sering datang dan membawakan makanan yang sehat,
serta memberikan dukungan untuk Ny. R.

Poltekkes Kemenkes Palembang


42

2. Pembawaan secara umum


Pasien tampak tenang dan jarang berinteraksi dengan teman
sekamarnya.
3. Lingkungan rumah
Pasien mengatakan rumahnya berada di pinggir jalan dan terdapat
banyak asap kendaraan.

D. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

No. Kebutuhan Dasar Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Nutrisi
Makan
Frekuensi 5x/ hari 3x/ hari
Madekstra Sate, jeroan, dan Sayur-sayuran dan
yang disukai daging-dagingan buah, ikan
Madekstra Tidak ada Tidak ada
pantangan
Minum 7x/ hari 5x/ hari
Frekuensi 3 Liter 3 Liter
Jumlah Air es Air mineral
Jenis minuman

2. Eliminasi
BAK
Frekuensi 4-5x/ hari 4-5x/ hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAB
Frekuensi 1x/ hari 1x/ hari
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat
Lama 8 jam 12 jam
tidur
malam 3 jam 5 jam
Lama

Poltekkes Kemenkes Palembang


43

tidur siang Menonton televisi Tidak ada


Kebiasaan
sebelum tidur Sering terjaga di Tidak ada
Keluhan malam hari
waktu tidur
4. Kebersihan diri
Frekuensi mandi 2x/ hari 2x/ hari
Frekuensi sikat
gigi 2x/ hari 2x/ hari
Frekuensi
mengganti 2x/ hari 2x/ hari
pakaian

E. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg TB : 154 cm
Denyut nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,3º C
Pernafasan : 20 x/ menit BB sekarang : 60,5 kg
Wajah Hidung
Bentuk : Simetris - Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada - Perdarahan : Tidak ada
Mata - Polip : Tidak ada

Bentuk : Simetris - Sinusitis : Tidak ada


Oedema : Tidak ada Mulut
Conjungtiva : Anemis - Bentuk : Simetris
Sclera : Putih - Warna : Merah
- Kelembaban : Lembab

Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Peningkatan JVP : Tidak ada

Thorak Payudara
Bentuk payudara : Asimetris, payudara dekstra telah
dilakukan mastektomi dan terdapat

Poltekkes Kemenkes Palembang


44

nodulnodul yang bernanah. Bentuk


payudara sinistra cembung ke depan.

Puting susu : Puting susu sinistra keluar dan puting susu


dekstra sudah tidak ada puting.
Hiperpigmentasi
: Areola dan puting payudara sinistra
mengalami hiperpigmentasi, dan payudara
dekstra sudah dilakukan mastektomi.

Kebersihan
: Payudara sinistra tampak bersih, namun
payudara dekstra mengeluarkan nanah
yang keluar dari nodul-nodul.

Benjolan abnormal
: Terdapat nodul-nodul yang mengeluarkan
nanah pada payudara dekstra. Pada
payudara sinistra tidak terdapat benjolan
abnormal.
Lain-lain : Terdapat nyeri tekan pada payudara
dekstra, dengan skala nyeri 4. Pada
payudara sinistra tidak terdapat gangguan
lainnya.

Paru-paru
Inspeksi (inspirasi/ ekspirasi) : Pengembangan dinding dada
kiri = kanan
Palpasi : Fremitus raba normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler normal

Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (regular)

Abdomen

Poltekkes Kemenkes Palembang


45

Inspeksi
Bekas luka operasi : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Aasites : Tidak ada

Palpasi
Massa : Massa tidak teraba
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi
Bunyi Normal Abdomen : Timpani

Auskultasi

Bising usus : Terdapat bising usus (10 x/ menit)

Hepar
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati
Perkusi : Timpani

Limpha
Palpasi : Limpha tidak teraba
Perkusi : Timpani

Genitalia
Vulva dan vagina
Varises : Tidak ada
Luka : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Perineum
Luka parut : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada


Periksa Dalam (data sekunder)
Serviks : Tidak terdapat kelainan
Vagina : Tidak terdapat kelainan

Poltekkes Kemenkes Palembang


46

Ekstremitas
Aksila

Pembesaran Kelenjar : Tidak ada


Ekstremitas Atas
Oedema tangan/ jari : Tidak ada
Ekstremitas Bawah
Oedema kaki : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar : Tidak ada

F. Pengkajian Faktor Predisposisi


Obesitas : Pasien mengalami obesitas,
BB = 60,5 kg, dan TB = 154 cm
Status pernikahan : Menikah
Jumlah anak : 5 orang
Usia ketika melahirkan anak : 17 tahun
pertama
Pemberian ASI : Pasien mengatakan
menyusui 5 orang anaknya
sampai usia ± 2
tahun pada kedua
payudara
Penggunaan KB : Pasien mengatakan menggunakan
KB suntik setiap 3 bulan sejak
anak pertama sampai sekarang
Konsumsi rokok :
Pasien mengatakan tidak

mengkonsumsi rokok
Riwayat tumor : Pasien mengatakan pernah

Poltekkes Kemenkes Palembang


47

memiliki tumor sebesar biji


kacang hijau pada bagian aksila
dekstra 8 tahun yang lalu
Riwayat keluarga penderita : Pasien mengatakan tidak memiliki
kanker anggota keluarga yang menderita
kanker

G. Pengkajian Psikososial
1. Konsep Diri
Pasien mengatakan bahwa ia merasa malu dengan keadaannya,
terutama karena payudara telah dilakukan mastektomi. Ia merasa ada
yang hilang dari tubuhnya.
2. Kognitif
Pasien mengatakan belum tahu penyebab cancer mammae dan
faktorfaktor yang dapat memicu cancer mammae.
3. Behavior
Pasien tampak tenang dan malu untuk berinteraksi dengan teman
sekamarnya.
4. Mekanisme koping
Pasien mengatakan bahwa ia berdoa dan bercerita kepada keluarga
setiap mendapat masalah.
5. Peran
Pasien mengatakan bahwa perannya sebagai istri dan orang-tua
berkurang karena ia dirawat di rumah sakit.
6. Support sistem
Pasien mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya mendukung
untuk kesembuhan dirinya.

H. Pemeriksaan Diagnostik
No. Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1. Darah Rutin

Poltekkes Kemenkes Palembang


48

Eritrosit 3,8 x 106 4,0 – 5,0 x 106 (P)


4,5 – 5,5 x 106 (L)

Leukosit 15,0 x 103


5,0 – 10,0 x 103
Hematokrit 32 %
40 – 50 % (P)
45 – 55 % (L)
Trombosit 321 x 10 gr/mm
3 3
150 – 400 x 103 gr/mm3
Haemoglobin 10,7 gr/ dL 12,0 – 14,0 g/ dL (P)
13,0 – 16,0 g/dL (L)

LED 14 mm/ jam < 15 mm/ jam


< 10 mm/ jam
Glukosa 111 mg/ dL 70 -115 mg/ dL
2. Kimia Darah
Natrium 141 mmol/L 135 – 145 mmol/ L
Kalium 3,7 mmol/L 3,5 – 5,0 mmol/ L

3. Urinalisa : Tidak diperiksa


4. USG : Tidak diperika
5. Rontgen : Masih terdapat nodul pada payudara yang telah
dilakukan mastektomi

6. Terapi : - Amoxicillin oral 500 mg 3 x 1 hari


- Ultracet oral 500 mg 3 x 1 hari

3.2 Analisa Data


No. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. Ds : Pasien mengatakan nyeri Nodul-nodul pada


pada nodul-nodul di payudara
payudara dekstra.
Do : Terdapat nyeri tekan pada Mendesak sel syaraf
Nyeri
nodul-nodul pada
payudara dekstra. Menekan sel syaraf
Skala nyeri 4.
Nyeri

Poltekkes Kemenkes Palembang


49

2. Ds : Pasien mengatakan luka Nodul-nodul yang


operasinya terbuka dan membengkak
terdapat nanah.
Do : Terdapat nanah Mendesak jaringan
Pada nodul-nodul di Kerusakan
payudara dekstra. Integritas Kulit
Ulkus

Kerusakan integritas
kulit

3. Ds : Pasien mengatakan luka Nodul-nodul


operasinya yang robek mendesak pembuluh
terbuka dan darah
mengeluarkan nanah.
Aliran darah
Do : Luka tampak merah, terhambat
mengeluarkan nanah.
Suhu = 36,3℃ Hipoksia Infeksi Luka Post
Leukosit = 15 x 103
Operasi
Nekrosis jaringan

Media
mikroorganisme
patogen berkembang

Infeksi

4. Ds : Pasien mengatakan bahwa Kanker pada payudara


ia merasa malu dengan Mastektomi
keadaannya, terutama
karena Hilangnya bagian
Gangguan Body
tubuh
payudara telah dilakukan Image
mastektomi. Ia merasa Timbul rasa malu
ada yang hilang dari
Gangguan body
tubuhnya.
image
Do : Pasien tampak jarang

Poltekkes Kemenkes Palembang


50

bersosialisasi dengan
teman sekamarnya.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan pendesakan oleh nodul dan luka post operasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka mastektomi.
3. Infeksi luka post operasi berhubungan dengan menurunnya sistem imun.
4. Gangguan body image berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota
tubuh; payudara.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB IV PEMBAHASAN

Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan cancer


mammae ( dari tanggal 14 Juni 2014 – 19 Juni 2014 ) di Ruang Mawar Rumah
Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang, maka pada bab ini penulis
mengemukakan pembahasannya.

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara asuhan


keperawatan cancer mammae secara teori dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan cancer mammae yang dirawat di Ruang Mawar
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Selain membahas
kesenjangan diatas, penulis juga akan mengemukakan beberapa masalah selama
melaksanakan asuhan keperawatan serta pemecahannya

Sesuai dengan tahapan proses keperawatan, maka penulis akan


mengemukakan pembahasan mulai dari pengkajian, penentuan diagnosa
perawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Gambaran Umum RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 4.1.1


Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
Alamat : Jalan Jenderal Sudirman KM 3,5
Palembang, 30126
Tipe Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Pusat tipe A
Pendidikan
Kapasitas Tempat Tidur : 661 tempat tidur
Akreditasi : Terakreditasi 16 Pelayanan Medis, menuju
JCI 2014
e-mail : rsmhplg@yahoo.com

70 Poltekkes Kemenkes Palembang


Telepon : (0711) - 351318
71

Website : www.rsmh.co.id

4.1.2 Visi, Misi Dan Motto RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang


Berdasarkan SK menteri Kesehatan RI
No.1243/Menkes/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005 tentang
penetapan 13 eks RS Perjan menjadi Unit pelaksana Teknis Depkes RI
dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Sedangkan mengenai struktur organisasinya diatur berdasarkan SK
Menteri Kesehatan RI No. 1680/Menkes/PER/XII/2005 tanggal 27
Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang mempunyai layanan unggulan yaitu di
bidang Cardiologi dan Rawat Darurat.
a. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Pusat Pelayanan Kesehatan, Pendidikan
dan Penelitian dan bermutu se-Sumatera”
b. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan berkualitas tinggi.
2. Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam
bidang kedokteran dan kesehatan.
3. Menyelenggarakan promosi kesehatan.
c. Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Anda merupakan Kebahagiaan
Kami”.

4.1.3 Pelayanan Unggulan


RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang merupakan rumah sakit
pendidikan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan
institusi pendidikan lainnya, baik dari dalam maupun dari luar
Sumatera Bagian Selatan, sehingga mempunyai peranan yang cukup
besar dalam menunjang pelayanan kesehatan dengan pelayanan
unggulan dibidang cardiovaskuler dan kegawatdaruratan.

4.1.5 Gambaran Umum IRNA G


Ruang Instalasi Rawat Inap G merupakan bagian dari Instalasi Rawat
Inap yang menjadi tempat perawatan bagi pasien selama sakit. Dalam
Poltekkes Kemenkes Palembang
72

pelayanannya Instalasi Rawat Inap Non Bedah Saraf-B melayani


semua pasien dengan kasus penyakit ginekologi, bedah, dan non-
bedah.
Klasifikasi ketenagaan perawat di ruang Instalasi Rawat Inap E
RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang diketuai oleh satu orang
Kepala Ruangan, dengan staf keperawatan yang terbagi menjadi 3 TIM
yaitu TIM 1, TIM 2, dan TIM 3. Jadwal dinas perawat dibagi dalam 3
shift yaitu shift pagi, sore dan malam.
Ruang Instalasi Rawat Inap E Ruang Mawar mempunyai 6 ruang
rawat inap dimana tiap ruangan memiliki 10 tempat tidur, sehingga
jumlah tempat tidur berjumlah 60 tempat tidur. (Medical Record RSUP
Dr Mohammad Hoesin Palembang, 2013).

4.2 Pembahasan Asuhan Keperawatan 4.2.1 Pengkajian


Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan
dengan pasien secara sistematis. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Wijaya & Putri (2013), data yang dikaji pada pengkajian
mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat
kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostic, serta review
catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah
pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan
diagnosa keperawatan.
Dalam teori asuhan keperawatan, hal-hal yang dikaji terdiri dari
data umum yang berupa pengkajian fisik, pengkajian factor predisposisi,
pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta review catatan
sebelumnya. Pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny. R dengan
cancer mammae berupa pengumpulan data umum, riwayat kesehatan
pemeriksaan fisik, pengkajian predisposisi, pengkajian psikososial, dan
pemeriksaan diagnostik.
Pengkajian dilakukan penulis pada tanggal 14 Juni 2014. Pada kepala
ditemukan bahwa rambut pasien baru tumbuh karena pernah menjalani
kemoterapi 1 bulan yang lalu dan tidak sesuai dengan pendokumentasian

Poltekkes Kemenkes Palembang


73

hasil/ data sekunder ruangan, dimana kondisi rambut pasien tidak


terdokumentasi. Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih &
Sukaca (2009), salah satu efek samping kemoterapi adalah rambut
rontok. Obat dari kemoterapi akan membunuh sel-sel abnormal dan
normal pasien, sehingga rambut pasien rontok sebagai efek dari
kemoterapi. Pada pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien dengan
cancer mammae mengalami regenerasi pada rambutnya, yang ditandai
dengan rambut yang baru tumbuh sedikit demi sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesamaan antara teori dengan kenyataan
bahwa pasien dengan cancer mammae yang telah menjalani kemoterapi
mengalami rambut rontok dan regenerasi.
Kondisi mata pasien, yakni konjungtiva tampak anemis, kadar eritrosit
pasien 3,8 x 106 , kadar haemoglobin 10,7 gr/ dL dan sesuai dengan
pendokumentasian bahwa konjungtiva pasien tampak anemis dan kadar
eritrosit di bawah normal, yaitu 3,8 x 106 serta kadar haemoglobin 10,7
gr/ dL. Pada pemeriksaan darah hemoglobin dan eritrosit biasanya
menurun. Menurut Warda (2012), pasien dengan cancer mammae akan
mengalami penurunan kadar hemoglobin dan eritrosit dalam darah,
sehingga menyebabkan anemis pada konjungtiva yang ditunjang oleh
pemeriksaan laboraturium. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan antara teori dengan kenyataan bahwa pasien dengan cancer
mammae mengalami penurunan kadar hemoglobin dan
eritrosit.
Pada pemeriksaan payudara, didapatkan bahwa pasien merasa nyeri
pada payudara dekstra, terdapat luka terbuka dan nodul yang bernanah.
Bentuk payudara asimetris, dimana payudara dekstra telah dilakukan
mastektomi. Puting susu sebelah sinistra keluar, sebelah dekstra sudah
tidak ada puting. Areola dan puting payudara sinistra mengalami
hiperpigmentasi dan sesuai dengan pendokumentasian ruangan bahwa
telah payudara dekstra telah dilakukan mastektomi, terdapat nodul dan
luka yang terinfeksi, bentuk payudara asimetris Menurut Romauli dan
Vindari (2011), bahwa tanda dan gejala cancer mammae adalah adanya
benjolan di payudara, adanya borok atau luka yang tidak sembuh, dan
nyeri di payudara. Pasien dengan cancer mammae mengalami nyeri pada

Poltekkes Kemenkes Palembang


74

payudara yang terkena cancer, terdapat benjolan/ nodul, serta luka yang
tidak sembuh (terinfeksi) sehingga muncul masalah nyeri, kerusakan
integritas kulit, dan infeksi luka post operasi yang didukung hasil
pemeriksaan rontgen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesamaan
antara teori dengan kenyataan bahwa pasien dengan cancer mammae
ditemukan adanya benjolan di payudara, adanya nodul yang bernanah,
borok atau luka yang tidak sembuh, dan nyeri.
Pada pengkajian, ditemukan bahwa hepar tidak teraba dan sesuai dengan
dokumentasi ruangan dimana hepar dan limpha tidak teraba. Cancer
mammae dapat bermetastase ke organ lain di sekitarnya, misalnya hepar,
yang ditandai dengan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan fisik thorak
pada pasien dengan cancer mammae tidak ditemukan metastase ke hepar
yang didukung dengan pemeriksaan rontgen dan hasil perkusi serta
palpasi. Menurut Mulyani & Nuryani (2013), cancer mammae yang
parah dapat bermetastase ke organ , salah satunya hepar. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesamaan antara teori dengan kenyataan
bahwa pasien dengan cancer mammae yang tidak terlalu parah tidak
mengalami metastase.
Penulis juga melakukan pengkajian faktor predisposisi cancer mammae
dimana pada kenyataannya, faktor predisposisi tidak dikaji. Pasien
mengatakan bahwa 8 tahun yang lalu pasien memiliki tumor sebesar biji
kacang hijau pada bagian aksila. Pasien takut untuk berkunjung ke
rumah sakit dan lebih memilih metode alternatif. pasien kemudian
merasakan nyeri dan adanya benjolan pada payudaranya dan tidak sesuai
dengan dokumentasi ruangan/ data sekunder, dimana tidak terdapat
riwayat penyakit terdahulu. Menurut Sukaca & Suryaningsih, (2009),
seorang perempuan yang mengalami tumor/ cancer mammae pada satu
payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita
kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara
yang sama. Tingkat risikonyo bisa tiga sampai empat kali lipat. Pasien
dengan cancer mammae memiliki riwayat tumor pada aksila dekstra
yang didukung oleh hasil rontgen yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat kesamaan antara teori dengan kenyataan bahwa pasien dengan
cancer mammae yang memiliki riwayat tumor beresiko untuk terkena
cancer mammae.
Poltekkes Kemenkes Palembang
75

Pada pengkajian berat badan, didapatkan bahwa pasien mengalami


obesitas, dengan TB = 154 cm dan BB = 60,5 kg. Menurut Sukaca &
Suryaningsih (2009), seorang perempuan yang mengalami obesitas akan
beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae
dibandingkan dengan perempuan yang berat badannya normal. Dari hasil
pengkajian, didapatkan bahwa faktor predisposisi pasien terkena cancer
mammae adalah faktor obesitas, dimana berat badan lebih dari ideal.
Pasien berstatus menikah dan memiliki 5 orang anak. Pasien melahirkan
anak pertama kali pada usia 17 tahun dan menyusui kelima anaknya
dengan kedua payudara. Pasien juga menggunakan KB suntik setiap 3
bulan dimana sesuai dengan dokumentasi ruangan bahwa status pasien
menikah, namun tidak ditemukan bahwa pasien memiliki 5 orang anak
dan menyusuinya dengan kedua payudara. Menurut Glasier & Gebbie
(2005), dalam suatu analisis terhadap data epidemiologis dari seluruh
dunia mengenai hubungan antara risiko kanker payudara dan pemakaian
kontrasepsi hormone (Collaborative Group on Hormonal Factorsin
Breast Cancer, 1996), terdapat beberapa bukti adanya risiko di antara
perempuan yang sedang memakai PP dan wanita yang pernah memakai
kontrasepsi dalam 5 tahun terakhir. Dari hasil pengkajian didapatkan
bahwa pasien menggunakan Kontrasepsi hormonal dalam waktu yang
lama memiliki pengaruh untuk terkena cancer mammae sebelum
menopaus.
Dari hasil pengkajian fisik, ditemukan bahwa pasien mengeluh nyeri
pada luka dan nodul pada payudara dekstra, mengalami obesitas,
penurunan kadar hemoglobin dan eritrosit dalam darah, memiliki riwayat
tumor pada aksila dekstra yang bermetastase ke payudara dekstra,
menggunakan kontrasepsi hormonal dalam waktu yang lama, serta tidak
ditemukan metastase ke organ lain yang didukung oleh pemeriksaan
laboraturium dan hasil rontgen.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah melakukan pengkajian pada Ny. R, maka penulis menemukan
4 diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan penedesakan oleh nodul dan luka post
operasi
Poltekkes Kemenkes Palembang
76

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka mastektomi.


3. Infeksi luka post operasi berhubungan dengan menurunnya sistem
imun.
4. Gangguan body image berhubungan dengan hilangnya salah satu
anggota tubuh; payudara.
Pada dokumentasi ruangan, penulis hanya menemukan 1 diagnosa
keperawatan yang muncul, yaitu “Infeksi luka post operasi berhubungan
dengan kurang pengetahuan.” Kenyataannya, perawat ruangan
menemukan masalah lain, namun tidak terdokumentasi dengan baik.
Secara teori, pasien dengan cancer mammae memiliki berbagai
masalah keperawatan, yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penedekstra massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
f. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan hipermetabolisme ke jaringan.

Penulis tidak memasukkan diagnosa “Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolisme ke
jaringan” karena nutrisi pasien terpenuhi, yang ditandai dengan berat
badan 60,5 kg dengan TB = 154 cm. Pada kenyataannya, penulis juga
tidak menemukan masalah tersebut dalam dokumentasi ruangan.
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), tanda dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh adalah berat badan dibawah normal, anoreksia, dan
lemas. Hal ini menunjukkan bahwa cancer mammae tidak
mempengaruhi berat badan pasien secara signifikan. Pasien memiliki
banyak cadangan jaringan, walaupun pasien mengalami anoreksia
sebagai efek obat-obatan, pasien tetap memakan makanannya, namun
porsi sedikit sehingga tidak mengalami penurunan berat badan yang
berarti.

Poltekkes Kemenkes Palembang


77

Penulis juga tidak menambahkan diagnosa “Resiko infeksi


berhubungan dengan luka operasi” karena pasien telah menunjukkan
tanda-tanda infeksi pada lukanya, seperti merah, mengeluarkan nanah,
kadar leukosit 15 x 103 , dan sesuai dengan dokumentasi ruangan dimana
tidak ditemukannya diagnosa tersebut. Menurut Nurarif & Kusuma
(2013), tanda-tanda infeksi adalah dolor, rubor, kalor, dan functio laesa
dan pasien dengan cancer mammae beresiko untuk mengalami infeksi
akibat sistem imun dan perawatan luka yang tidak adekuat. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien telah mengalami infeksi. Dimana kadar
leukosit yang tinggi merupakan bentuk kompenasi tubuh untuk
membunuh mikroorganisme patogen penyebab infeksi, sehingga
kadarnya meningkat. Luka pasien juga mengeluarkan nanah, yang berarti
pasien sudah mengalami nfeksi sehingga diagnosa resiko tidak penulis
angkat.
Diagnosa “ Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh”
tidak penulis masukkan pada kasus karena pasien tidak menunjukkan
tanda-tanda cemas. Pasien juga tampak tenang dan berdoa untuk
kesembuhannya dimana sesuai dengan dokumentasi ruangan yang tidak
memasukkan diagnosa tersebut. Menurut
Townsend (1998), gejala-gejala cemas adalah
gugup, khawatir, dan gelisah. Hal ini menununjukkan bahwa pasien tahu
mengenai keadaan dan terapi yang akan dijalani, sehingga pasien
bersikap tenang dan tidak menunjukkan gejala-gejala cemas, seperti
gugup, khawatir, ataupun gelisah.
Diagnosa “ Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi” juga
tidak penulis masukkan pada kasus karena pasien telah lama mengalami
penyakit ini. Pasien telah banyak mendapatkan informasi mengenai
keadaan dan terapi yang akan dijalani, dimana pada dokumentasi
ruangan tidak ditemukan diagnosa tersebut. Menurut Kim, Farland &
Mclane (1995), kurang pengetahuan merupakan suatu keadaan dimana
informasi-informasi khusus sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien telah mendapatkan banyak informasi khusus mengenai keadaan
dan terapi yang akan dijalani karena lamanya penyakit yang telah
diderita, sehingga pengetahuan pasien cukup baik.
Poltekkes Kemenkes Palembang
78

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi merupakan bagian dari proses keperawatan yang
mengidentifikasi masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan
intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani
masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Setelah menemukan diagnosa keperawatan, maka selanjutnya adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan untuk menanggulangi
masalahmasalah keperawatan yang dihadapi pasien. Perencanaan
tindakan disusun berdasarkan teori yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi agar rencana tindakan keperawatan yang telah disusun
dapat dilaksanakan dengan baik serta dapat memperoleh hasil sesuai
tujuan yang ingin dicapai dan kriteria hasil yang ditentukan.
Adapun perencanaan keperawatan tersebut adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan pendesakan oleh nodul dan luka post
operasi
Penulis menyusun rencana keperawatan yang disesuaikan dengan
diagnosa tersebut yaitu :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Ajarkan teknik relaksasi.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgetik; ulttracet oral 500 mg
3 x 1 hari.
Penulis tidak memberikan intervensi “Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri” karena evaluasi kontrol nyeri merupakan bagian dari
prosedur tetap keperawatan, sesuai dengan dokumentasi ruangan
yang tidak memberi intervensi ini pada pasien. Menurut Nurarif &
Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya &
Putri (2013), evaluasi dilakukan setelah mengajarkan teknik
pengalihan, sehingga mengetahui kebutuhan pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan
bahwa evaluasi merupakan bagian dari prosedur tetap perawatan,
sehingga bukan termasuk intervensi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


79

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mastektomi. Penulis


menyusun rencana keperawatan yang disesuaikan dengan
diagnosa tersebut yaitu :
a. Kaji balutan/ luka Monitor kemerahan, dan nyeri pada insisi, serta
suhu tubuh;
b. Tempatkan pada posisi semifowler.
c. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tidak sempit/ ketat pada
area luka.
Tidak semua intervensi dapat direncanakan. Penulis tidak
memberikan posisi semifowler pada pasien karena luka pasien tidak
memerlukan drainase dimana sesuai dengan dokumentasi ruangan yang
tidak memberikan intervensi ini karena luka pasien tidak memerlukan
gravitasi untuk mengurangi cairan. Menurut Nurarif & Kusuma (2013);
Geissler, Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013), posisi
semifowler membantu drainase cairan melalui gravitasi. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dengan
kenyataan, dimana luka pasien tidak memerlukan drainase cairan,
pasien dapat beristirahat dengan posisi supine ataupun sim kiri dan
kanan.
“Anjurkan untuk memakai pakaian yang tidak sempit/ ketat pada
area luka” tidak dilakukan karena pasien sudah memakai pakaian yang
longgar dimana sesuai dengan dokumentasi ruangan yang tidak
memberikan intervensi ini, dikarenakan pakaian yang ketat dapat
menekan luka, sehingga sirkulasi tidak baik. Menurut Nurarif &
Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya &
Putri (2013), pakaian longgar berfungsi menurunkan tekanan pada
jaringan yang luka dan membantu memperbaiki sirkulasi/
penyembuhan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan
antara teori dengan kenyataan, dimana pasien telah memakai pakaian
yang longgar agar tidak terjadi penekanan pada luka.
“Jangan melakukan pengukuran TD, injeksi obat, atau
memasukkan IV pada lengan yang sakit.” Penulis tidak menyusun
intervensi tersebut karena keadaan lengan pasien berada dalam
keadaan tidak sakit. Lengan pasien tidak mengalami gangguan
sehingga penulis dapat melakukan pengukuran tekanan darah, sesuai
Poltekkes Kemenkes Palembang
80

dengan dokumentasi ruangan dimana pasien tidak diberi rencana


tersebut. Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges &
Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013), lengan yang sakit sebagai
akibat dari pemasangan infus misalnya, tidak boleh dilakukan
pemeriksaan tekanan darah karena dapat menyebabkan terjadinya
injuri. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori
dengan kenyataan, dimana pasien tidak mengalami sakit pada lengan
sehingga dapat dilakukan pengukuran tekanan darah.

3. Infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem imun.


Penulis menyusun rencana keperawatan yang disesuaikan dengan
diagnosa tersebut, yaitu :
a. Beri lingkungan yang bersih.
b. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga
dianjurkan melakukan hal yang sama.
c. Monitor temperatur
d. Monitor kadar leukosit.
e. Tingkatkan istirahat adekuat/ periode latihan.
f. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik; Amoxicillin oral 500 mg 3
x 1 hari.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam perencanaan debridement.

Intervensi yang disusun sama dengan intervensi “Resiko infeksi”


untuk mengurangi infeksi yang berkelanjutan, namun penulis
menambahkan “Berikan perawatan luka” untuk mengurangi infeksi
yang berkelanjutan dan “Monitor kadar leukosit” sebagai indikator
keadaan sistem imun pasien. Pada dokumentasi ruangan, didapatkan
bahwa semua intervensi yang disusun penulis terdokumentasi dalam
dokumentasi ruangan. Menurut Warda (2012), leukosit merupakan sel
darah yang membantu melawan infeksi, sehingga menentukan keadaan
imunitas. Menurut Siregar (2011), perawatan luka berfungsi untuk
mengurangi infeksi agar tidak berkelanjtan. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan dimana
pasien telah mengalami infeksi yang didukung dengan kadar leukosit
yang tinggi (15 x 103 ) dan luka yang masih bernanah, sehingga

Poltekkes Kemenkes Palembang


81

perawatan luka biasa tidak dapat membantu kesembuhan luka, dan


pasien direncanakan untuk terapi debridement oleh tim medis guna
mengangkat jaringan nekrotik.

4. Gangguan body image berhubungan dengan mastektomi.


Penulis menyusun rencana keperawatan yang disesuaikan dengan
diagnosa tersebut.
a. Kaji secara verbal dan non-verbal respon klien terhadap tubuhnya.
b. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit.
c. Dorong klien mengungkapkna perasaannya.
d. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok keci.
Penulis tidak memberikan intervensi “Jelaskan tentang
pengobatan, perawatan, kemajauan dan prognosis penyakit” karena
pasien sudah tahu dengan perawatan pasien dengan cancer mammae.,
sesuai dengan dokumentasi ruangan dimana penulis tidak menemukan
intervensi ini dikarenakan pada dokumentasi ruangan tidak
menemukan diagnosa ganggauan body image. Hal ini dikarenakan
tidak dilakukannya pengkajian terhadap psikososial pasien secara
mendalam. Pasien termasuk tipe introvert, yaitu sebuah sifat dan
karakter yang cenderung menyendiri, sehingga membutuhkan
pendekatan yang lebih untuk menggali informasi psikososialnya.
Menurut Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges &
Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013), penjelasan mengenai
pengobatan, perawatan, kemajuan, dan prognosis memberi informasi
penting karena dapat memberikan gambaran perawatan pasien dengan
cancer mammae, sehingga rasa sedih pasien dapat berkurang. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dengan
kenyataan, dimana pasien telah mendapat banyak informasi mengenai
keadaan dan perawatannya karena pasien telah 8 tahun menderita
penyakit ini.

Poltekkes Kemenkes Palembang


82

4.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan
dimana rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/
aktivitas yang telah ditentukan. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Pada proses implementasi penulis melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan cancer mammae yang telah direncanakan
sebelumnya. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilaksanakan sesuai
dengan kondisi dan situasi serta menggunakan sarana yang tersedia
diruangan, penulis mengikuti perkembangan pasien dengan melihat dari
catatan perawatan selain itu juga penulis melihat dari catatan
perkembangan dokter yang menangani pasien, serrta sesuai dengan teori
yang telah dikemukakan oleh Nurarif & Kusuma (2013); Geissler,
Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013).
Selama melakukan asuhan keperawatan pada klien, penulis
menemukan hambatan, hambatan itu antara lain penulis merasa kesulitan
dalam melakukan tindakan keperawatan yang optimal pada klien
dikarenakan penulis sedang menjalankan Praktek Komunitas dan
terkadang terbentur dengan jadwal dinas yang ada. Penulis tidak dapat
mengawasi klien dalam 3 x 24 jam karena keterbatasan waktu yang
dimiliki penulis. Penulis hanya bisa melakukan tindakan keperawatan
pada pagi dan siang hari sehingga penulis tidak dapat memonitor keadaan
klien pada setiap jam dan pada malam hari. Pada saat pengkajian, penulis
juga mengalami hambatan dalam mengkaji psikososial pasien, karena
pasien sangat tertutup, sehingga membutuhkan pendekatan yang lebih
untuk mendapatkan data psikososialnya.
Agar perencanaan tindakan keperawatan yang telah disusun dapat
dilaksanakan, maka penulis mencari solusinya dengan cara
mendiskusikan dengan perawat ruangan, bekerjasama dengan tim
kesehatan lain untuk merawat klien, mempertahankan kontak dengan
klien dan keluarga klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni
proses yang dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin
kualitas serta ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan
Poltekkes Kemenkes Palembang
83

meninjau respon untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam


memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
Pada tahap evaluasi ini, penulis melaksanakan implementasi
berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan
evaluasi, penulis mengalami hambatan karena ada beberapa masalah yang
belum teratasi. Evaluasi akhir pada pasien adalah terdapat empat masalah
yang belum teratasi yaitu nyeri, kerusakan integritas kulit, infeksi luka
post operasi, dan gangguan body image.
Evaluasi hari terakhir perawatan pada tanggal 18 Juni 2014 adalah
nyeri pada luka post operasi dan nodul belum hilang, nyeri dirasakan
hilang timbul namun pasien dapat mengontrolnya dengan teknik relaksasi,
yaitu tarik nafas dalam. Keadaan kulit agak bersih, namun masih
mengeluarkan nanah dan baunya tidak menyengat, serta masih menunggu
jadwal debridement. Pasien juga tampak masih agak malu dengan
keadaannya dan jarang berinteraksi dengan teman sekamarnya. Sebelum
mengakhiri masa perawatan, penulis memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai makanan yang baik untuk keadaan pasien dan cara merawat
luka agar infeksi tidak terulang kembali, serta manfaat dari berinteraksi
dengan teman sekamar.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan
cancer mammae post simple mastektomi, kemoterapi di IRNA G ruang
mawar RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 5 hari (dari tanggal
14 juni 2014 - 18 juni 2014), maka penulis berkesimpulan bahwa :
1. Pengkajian
Dari pengkajian, penulis mendapatkan data bahwa pasien dengan cancer
mammae mengalami nyeri pada nodul-nodul dan luka post operasi yang
tidak sembuh-sembuh. Faktor predisposisi juga memiiliki resiko untuk
terkena cancer mammae, yaitu obesitas, penggunaan kontrasepsi hormon,
serta riwayat tumor sebelumnya. Pasien telah menjalani mastektomi dan
kemoterapi. Pada dokumentasi ruangan juga didapatkan hasil yang sama,
namun tidak dilakukan pengkajian faktor predisposisi.
2. Diagnosa keperawatan
Tidak semua diagnosa keperawatan muncul pada kasus ini. Kasus dengan
cancer mammae ini terdiri dari 4 diagnosa aktual, yaitu nyeri, kerusakan
integritas kulit, infeksi luka post operasi, dan gangguan body image,
sedangkan pada dokumentasi ruangan hanya ditemukan 1 diagnosa aktual,
yaitu infeksi luka post operasi. Diagnosa secara teori yang tidak muncul
pada kasus ini ada 4, yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, resiko infeksi, cemas, dan kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya.
3. Intervensi
Intervensi yang disusun disesuaikan dengan tinjauan teori dan tinjauan
kasus di lapangan, namun tidak semua intervensi keperawatan secara teori
dapat disusun untuk pasien, karena harus disesuaikan dengan kondisi
pasien serta sarana-prasarana ruangan.
85

85 Poltekkes Kemenkes Palembang

4. Implementasi
Pada saat implementasi, penulis mengikutsertakan pasien, keluarga,
perawat ruangan, dan petugas kesehatan lain. Tidak seluruh rencana
tindakan keperawatan dapat penulis laksanakan karena disesuaikan
dengan kondisi pasien, sarana prasarana ruangan, serta waktu yang
dimiliki penulis hanya pagi dan siang saja.
5. Evaluasi
Evaluasi atas tindakan keperawatan telah penulis lakukan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Hasil evaluasi didapatkan empat masalah
belum teratasi. Pada evaluasi secara operasional, maka dapat disimpulkan
bahwa semua masalah keperawatan belum bisa dicapai sesuai tujuan dan
respon pasien dikarenakan banyaknya rencana kolaborasi seperti
obatobatan dan pembedahan yang belum bisa dilakukan selama proses
perawatan. Sebelum mengakhiri masa perawatan, penulis memberikan
penyuluhan kesehatan mengenai makanan yang baik untuk keadaan
pasien dan cara merawat luka agar infeksi tidak terulang kembali, serta
manfaat dari berinteraksi dengan teman sekamar.

5.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit
a. Pengkajian
Bagi perawat ruangan, diharapkan agar pengkajian dapat
terdokumentasi dengan baik dan faktor predisposisi pada pasien
dengan cancer mammae dikaji, karena faktor predisposisi dapat
mengindikasikan penyebab dari cancer mammae. Perawat ruangan
dapat melakukan pendekatan kepada pasien, sehingga semua data
dapat diperoleh secara komprehensif.
b. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap perumusan diagnosa, diharapkan agar perawat ruangan
lebih teliti dalam menganalisa masalah keperawatan yang akan
ditegakkan sesuai dengan kondisi pasien dan masalah keperawatan
dapat diprioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia serta
dapat terdokumentasi dengan baik. Perawat ruangan dapat
melakukan pendekatan yang komprehensif dan komunikasi
Poltekkes Kemenkes Palembang
86

terapeutik sehingga masalah yang dialami pasien dapat diketahui.


c. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi keperawatan, diharapkan agar perawat
ruangan dapat menyesuaikan intervensi berdasarkan kondisi
pasien, fasilitas dan sarana yang ada, serta hendaknya
mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam perencanaan
keperawatan. Bagi kepala ruangan, hendaknya dapat memberi
masukan mengenai intervensi yang akan diberikan pada pasien
dengan mendiskusikan keadaan pasien dengan cancer mammae
bersama tim perawatan guna menghasilkan intervensi yang
adekuat.
d. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan, diharapkan agar perawat
ruangan dapat melanjutkan intervensi yang belum tercapai oleh
penulis dengan melakukan perawatan luka, mendorong pasien
untuk berinteraksi dengan teman sekamar. Perawat ruangan juga
dapat bekerja-sama dengan tim medis dan petugas kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik.
e. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi keperawatan, sebaiknya dilaksanakan setiap
hari oleh perawat ruangan setelah tindakan keperawatan sehingga
setiap perkembangan yang terjadi pada pasien dapat diamati dan
didokumentasikan dengan tepat dan akurat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi Pendidikan hendaknya Laporan Tugas Akhir (LTA) ini
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, khusunya pada tahap
evaluasi keperawatan maternitas yang mempelajari kesehatan
reproduksi dengan cancer mammae, sehingga dapat membantu dalam
mengaplikasikannya di praktik keperawatan klinik.

3. Bagi Penulis
Bagi penulis, hendaknya Laporan Tugas Akhir (LTA) ini dapat
dijadikan sebagai media untuk menerapkan teori-teori keperawatan
mengenai cancer mammae yang telah didapatkan untuk diberikan
pada pasien dengan cancer mammae di lapangan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2010. Kejadian Cancer mammae Masih Tertinggi. Antara News, A4.

Black, Joyce M. Matassarin & Esther. 1997. Medical Surgical Nursing. USA :
W.B Saunders Company.

Depkes. 2013. Angka Kejadian Kanker Payudara Masih Tinggi.


http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. 2013. Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. Moorhouse, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Glasier, Anna & Gebbie, Alisa. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta:EGC.

Kim, Mi Ja. 1995. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Lee. 2008. Cancer Mammae.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19173/5/Chapter%20I.pdf,
2013, chap. 1.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta : Medi Action
Publishing.

Mulyani, Nina Siti & Nuryani. 2013. Kanker Payudara dan PMS pada
Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Pearce, Evelyne C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

Romauli, Suryati & Vindari, Anna Vida. 2011. Kesehatan Reproduksi untuk
Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta : Nugroho Medika.

Santoso, Satmoko Budi. 2009. Buku Pintar Kanker. Yogyakarta : Power Books
Ihdina.

Suryaningsih, Endang Koni & Sukaca, Bertiani Eka. 2009. Kupas Tunytas
Kanker Payudara. Yogyakarta : Paradigma Indonesia.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Psikiatri.


Jakarta: EGC.
Poltekkes Kemenkes Palembang

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu : Nuha Medika.

Warda. 2012. file:///D:/My.%20Doc/warda-tik.pdf. Medan: Unimus.

Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
YKI. 2012. Jakarta Race. April 3, 2014. Yayasan Kanker Indonesia.
http://yayasankankerindonesia.org/2012/yki-jakarta-race/

Siregar, C. 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27630/4/Chapter


%20II.pdf. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai