Anda di halaman 1dari 14

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 2, No. 2, November 2011


Hal: 141-154

MODEL BIOEKONOMI EKSPLOITASI MULTISPESIES SUMBER DAYA


PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN SELAT BALI
(Bio-economic Model of Multispecies Exploitation of Pelagic Fishery Resources in
the Bali Strait)

Oleh:
Nimmi Zulbainarni1*, Mangara Tambunan2, Yusman Syaukat2, Achmad Fahrudin3

1 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB


2 Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, IPB
3 Depatemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)-FPIK, IPB

*Korespondensi:nimmiz_reims@yahoo.com

Diterima: 24 Juni 2011; Disetujui: 19 September 2011

ABSTRACT
Bali Strait has potential abundance of pelagic fishery resources such as Indonesian oil
sardine (lemuru), frigate mackerel (tongkol), scad mackerel (layang), short-bodied mackerel
(kembung) and others which can be caught mostly using purse seine. Fishery resources are
combined and also known asmultispecies; therefore this research aimed to analyze the model of
bio-economic multispecies exploitation of pelagic fishery resources in Bali Strait. The analytical
methods that used in this research were estimated dynamic model of Walters and Hilborn (1976)
and analysis of bio-economic model. The results showed that actual production of exploitation of
pelagic fishery resources in Bali Strait, was lower than the rate of sustainable production especially
Indonesian oil sardine and short-bodied mackerel. Production and fishing effort were below the
actual optimal value. The management of pelagic fishery resources in Bali Strait did not show a
good level of economic efficiency. Thus the exploitation of pelagic fishery resources in Bali Strait
using purse seine could still be increased.
Key words: bio-economic, multispecies, optimal

ABSTRAK
Perairan Selat Bali memiliki potensi sumber daya perikanan pelagis yang berlimpah antara
lain ikan lemuru, tongkol, layang, kembung dan lainnya yang ditangkap umumnya dengan alat
tangkap purse seine. Sumber daya perikanan bersifat gabungan atau multispesies (Clark 1990),
sehingga penelitian ini bertujuan menganalisis model bioekonomi eksploitasi multispesies sumber
daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali. Metode analisis yang digunakan adalah estimasi
dinamis model Walters dan Hilborn (1976) dan analisis model bioekonomi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di Perairan Selat Bali eksploitasi sumber daya perikanan pelagis, produksi
aktual berada di bawah produksi lestari. Produksi dan upaya penangkapan (effort) aktual berada
di bawah nilai optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya perikanan pelagis di
Perairan Selat Bali belum menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi yang baik. Dengan demikian
eksploitasi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali dengan menggunakan alat
tangkap purse seine masih dapat ditingkatkan.
Kata kunci: bio-ekonomi, multispesies, optimal
142 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

PENDAHULUAN Sehubungan dengan tujuan penelitian


tersebut maka hasil penelitian ini diharapkan
Perairan Selat Bali yang merupakan berguna sebagai bahan masukan bagi pihak-
perairan relatif sempit (sekitar 2.500 km 2), dan pihak yang berwenang dan berkepentingan
mempunyai kesuburan yang tinggi dengan atau stakeholders dalam bidang perikanan
potensi sumber daya perikanan pelagis yang khususnya dan pertanian umumnya dan untuk
sangat besar seperti ikan lemuru (Sardinella arahan kerangka kerja bagi para pengguna
longiceps), tongkol (Euthynnus spp.), layang (users) dalam menetapkan kebijakan perikan-
(Decapterus spp.), kembung (Rastrelinger sp.) an.
dan ikan lainnya. Purse seine adalah alat tang-
kap utama yang digunakan oleh nelayan di
Perairan Selat Bali sejak tahun 1972 sehingga
eksploitasi sumber daya perikanan pelagis ber- METODE
kembang sangat pesat. Penelitian terdahulu Penelitian ini dilaksanakan di Perairan
dengan menggunakan pendekatan spesies Selat Bali yang berada diantara dua provinsi
tunggal (spesies lemuru) diketahui bahwa telah yaitu Provinsi Bali (Kabupaten Jembrana) dan
terjadi overfishing biologi maupun ekonomi di Jawa Timur (Kabupaten Banyuwangi). Lokasi
Perairan Selat Bali (Sujastani dan Nurhakim ini dipilih berdasarkan pertimbangan daerah
1982; Merta et al. 1997; dan Zulbainarni 2002). penangkapan sumber daya perikanan pelagis
Usaha-usaha pelestarian sumber daya perikan- yang sempit dan subur dengan hasil tangkapan
an di Indonesia umumnya fokus kepada identifi- multispesies yang besar (Gambar 1).
kasi dengan menggunakan pendekatan spesies
tunggal. Meskipun banyak peneliti yang menya- Data yang dikumpulkan pada penelitian
dari kelemahan metode tersebut, akan tetapi ini adalah data primer dan data sekunder. Data
literatur-literatur bioekonomi tetap didominasi primer adalah data yang diperoleh dari lapang-
oleh model-model spesies tunggal. an antara lain biaya penangkapan per trip.
Teknik pengambilan sample atau contoh yang
Sumber daya perikanan tropis (pelagis) dilakukan pada penelitian ini adalah purposive
seperti di Indonesia bersifat gabungan atau sampling dimana sampling diambil berdasarkan
multispesies yang berada dalam suatu sistem karakteristik tertentu yaitu nelayan purse seine
ekologi yang kompleks. Menurut Clark (1990), dengan dua boat yang melakukan kegiatan
memodelkan kedinamisan sebuah populasi de- penangkapan di Perairan Selat Bali. Jumlah
ngan menggunakan sebuah persamaan turun- sampel yang diambil adalah 13 orang nelayan
an atau selisih secara tidak langsung menun- dari Kabupaten Jembrana dan 18 orang nela-
jukkan sebuah pengabaian dari hubungan-hu- yan Kabupaten Muncar. Adapun data sekunder
bungan interelasi-interelasi ekologis. Pengabai- adalah data yang diperoleh dari Biro Pusat
an ini dapat dibenarkan dalam beberapa kasus, Statistik (BPS), Pelabuhan Perikanan Pantai
khususnya apabila hanya ada satu spesies (PPP) Muncar-Banyuwangi dan Pelabuhan Per-
dalam sebuah ekosistem yang akan menjadi ikanan Nusantara (PPN) Pengambengan De-
subjek pengeksploitasian. Dengan selalu me- partemen Kelautan dan Perikanan Direktorat
ningkatnya permintaan atas sumber daya peri- Jenderal Perikanan Tangkap Kabupaten Jem-
kanan yang dapat diperbaharui, bagaimana brana serta sumber lainnya. Alat tangkap yang
pun, model-model spesies tunggal menjadi dominan di Perairan Selat Bali adalah purse
semakin tidak memenuhi permintaan. seine dengan dua perahu (boat) yang umum-
Tujuan umum penelitian ini adalah meng- nya menangkap spesies lemuru, tongkol, la-
identifikasi faktor dan menganalisis tingkat yang, kembung dan ikan lainnya, yang dipilih
kelestarian beberapa jenis ikan utama di per- sebagai objek dalam penelitian ini. Data yang
airan Indonesia khususnya di Perairan Selat dikumpulkan meliputi hasil tangkapan per spe-
Bali dengan menggunakan model bioekonomi sies ikan dan upaya tangkap purse seine yang
multispesies. Tujuan penelitian ini yang saling dikumpulkan berupa data time series selama
berkaitan satu dengan yang lainnya dengan dua puluh tahun (tahun 1990-2009).
urutan sebagai berikut:
Analisis Data
1. menganalisis tingkat eksploitasi
multispesis sumber daya perikanan pelagis Model bioekonomi multispesies
di Perair-an Selat Bali
2. menganalisis tingkat kelestarian multispesi- Umumnya terdapat tiga pendekatan yang
es dan tingkat optimal eksploitasi multispe- dapat digunakan dalam penelitian biologi per-
sies sumber daya perikanan pelagis di Per- ikanan multispesies. Pendekatan pertama, ada-
airan Selat Bali lah menyamaratakan semua spesies.
Zulbainarni et al. – Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Ikan Pelagis di Selat Bali 143

Gambar 1 Perairan Selat Bali.

Pendekatan ini menggabungkan atau daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali.
mencampurkan semua spesies sebagai stok Secara umum model surplus produksi dapat di-
spesies tunggal dan untuk menganalisisnya tulis:
digunakan model surplus produksi atau Bio-
mass Total Model Schaefer seperti penelitian xt 1  xt  h  m ........................................(1)
yang dilakukan oleh Brown et al. (1976), Pope
dimana:
(1979), Pauly (1979), Clark (1985) dan Pana-
xt+1 : Biomass tahun t+1
yotou (1985). Pendekatan ini sangat populer
xt : Biomass tahun t
karena hanya data hasil tangkapan dan upaya m : kematian alami (natural mortality)
tangkap (effort) yang diperlukan, dimana data
ini relatif mudah untuk diperoleh (Gulland 1974; Persamaan (4.1) menyatakan bahwa
Chaudhuri 1986; dan Fauzi 1998). ketika produksi lebih tinggi dari pada tingkat
kematian alami maka stok akan meningkat dan
Pendekatan kedua, adalah menganalisis
sebaliknya jika tingkat kematian berada di atas
faktor-faktor biologi alami setiap spesies ikan
produksi. Istilah surplus produksi digunakan
dan mengevaluasi interaksi yang terjadi dian-
untuk menggambarkan perbedaan antara pro-
tara spesies (Anderson & Ursin 1977; May et al.
duksi dan kematian alami. Menurut Hilborn dan
1979). Anderson dan Ursin (1977) mengem-
Walters (1992) bahwa surplus produksi juga
bangkan model simulasi untuk Laut Utara yang
bisa menggambarkan nilai stok ikan yang akan
menggabungkan respon balik dari predator-
meningkat apabila tidak ada kegiatan penang-
mangsa dan pengaruh dari pemindahan industri
kapan atau nilai tangkapan dimana hasil tang-
perikanan. Pendekatan ini pasti menghendaki
kapan ketika stok ikan berada pada tingkat
dibuatnya model dan estimasi parameter biologi
konstan.
yang sangat kompleks. Hilborn dan Walter
(1992) menegaskan bahwa keperluan data Terdapat beberapa tipe model surplus
yang digunakan dalam model ini sangat dibu- produksi yang menjelaskan hubungan antara
tuhkan, tapi dalam prakteknya pendekatan ini stok (biomass) dan produksi. Setiap model me-
jarang digunakan dalam pengelolaan perikanan miliki kelebihan dan kekurangan tergantung pa-
multispesies. Pendekatan ketiga dan agak lebih da situasi dimana model tersebut digunakan.
baik adalah menganalisis setiap spesies secara Pada penelitian ini digunakan model surplus
terpisah menggunakan fungsi surplus produksi produksi Walters dan Hilborn. Model surplus
seperti penelitian yang dilakukan oleh Placenti produksi yang dikembangkan oleh Walters dan
et al. (1992) dan Tai (1993). Pendekatan ini Hilborn (1976) dikenal sebagai difference mo-
secara implisit mengasumsikan bahwa setiap del. Model Walters dan Hilborn juga dikenal se-
spesies secara ekologi adalah independent bagai model yang berbeda dari model Scha-
(Clark 1985). efer. Model Walters dan Hilborn dapat dijelas-
kan pada persamaan berikut:
Penelitian ini menggunakan perpaduan
 x 
antara pendekatan pertama, kedua, dan ketiga xt 1  xt  rxt 1  t   ht ...............................(2)
untuk mengestimasi parameter biologi sumber  K
144 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

dapat menjaga kelestarian sumber daya peri-


Model Walters dan Hilborn menggunakan
kanan.
versi diskrit model biologi sedangkan Schaefer
tidak. Estimasi parameter biologi dengan meng- Eksploitasi optimal dari sumber daya
gunakan metode estimasi dinamis atau dikenal perikanan sepanjang waktu, dapat diketahui
dengan metode regresi relatif lebih mudah dengan menggunakan teori kapital ekonomi
karena dapat mengestimasi parameter biologi sumber daya yang dikembangkan oleh Clark
langsung dari persamaannya (Hilborn and dan Munro (1975), dimana manfaat dari
Walters 1992). Model surplus produksi Walters ekploitasi sumber daya perikanan sepanjang
dan Hilborn adalah linear, lag, dan reciprocal. waktu ditulis sebagai berikut:
Perubahan stok tersebut merupakan seli-  c
sih antara laju pertumbuhan biomass dengan Vt 

0
(p 
qxt
)ht e t dt .........................(6)
jumlah biomass yang ditangkap atau hasil
tangkapan. Jika proses produksi atau harvest dengan kendala:
dinamis dimasukkan kedalam model stok dina-
mis maka persamaan dapat dinyatakan secara x o
 x  f ( xt )  ht
matematis seperti pada persamaan (3). t
0  x  x max
dx  x 
 rxt 1  t   ht ..........................................(3) 0  h  hmax
dt  K
Hasil tangkapan (produksi) merupakan dimana:
fungsi linier dari usaha perikanan dan biomass, Vt : Present value rente ekonomi sumber daya
serta konstanta. Dengan mengasumsikan kon- perikanan
disi keseimbangan (equilibrium) maka kurva p : Harga output per satuan unit
tangkapan usaha perikanan lestari dari fungsi c : Biaya per satuan input
dinamis secara matematis disajikan pada per-  : Social discount rate
samaan (4), yang juga memasukkan unsur
waktu (t). Dengan memberlakukan Pontryagins
Maximum Principle,maka tingkat pemanfaatan
 qE 
ht  qEt K 1  t  ............................................(4) sumber daya perikanan yang optimal diperoleh
 r  dari Modified Golden Rule sebagai:
Ini adalah fungsi kuadratik dalam effort atau  (h, x, E )
upaya tangkap. f ( x) x ....................................(7)
 
Jika diasumsikan bahwa permintaan x  (h, x, E )
terhadap ikan elastis sempurna, dengan harga h
output konstan dan total cost linier terhadap Atau secara eksplisit ditulis sebagai:
usaha perikanan maka keuntungan dalam
suatu periode t pada suatu industri perikanan f ( x) cf ( x)
   ...........................(8)
dapat ditulis sebagai berikut: x xqxp ( f ( x))  c
ht
 t  pht  ct f(xt) : Pertumbuhan alami dari stok
qxt .............................................(5)
ikan
 t  pht  ct Et
 h, x, E 
: Rente marjinal akibat peru-
bahan biomass
dimana: x
 t : Rente sumber daya perikanan pada  h, x, E  : Rente marjinal akibat peru-
periode t
ct : Biaya per unit upaya pada periode t h bahan produksi
Et : Effot atau upaya tangkap periode t
Parameter ekonomi dan biologi ditentukan oleh
Menurut Hartwick (1998) pengetahuan besaran biaya per unit effort (c), harga ikan (p),
mengenai perbedaan antara tingkat tangkapan
discount rate () dan koefisien penangkapan
dan upaya yang aktual dan optimal diperlukan
(q).f’(xt) adalah produktivitas marjinal dari bio-
dalam penentuan kebijakan sehingga dapat
mass yang merupakan turunan pertama dari
meminimalisasi opportunity cost dalam bentuk
f(xt). Dari persamaan di atas akan dihasilkan x*
keuntungan ekonomi optimal lestari yang hi-
(biomass optimal) yang dapat digunakan untuk
lang karena mengeksploitasi sumber daya peri-
menghitung tingkat upaya penangkapan dan
kanan pada tingkat sekarang ini. Artinya
hasil tangkapan yang optimal. Secara matema-
eksploitasi pada tingkat optimal inilah yang
tis dapat ditulis sebagai berikut:
Zulbainarni et al. – Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Ikan Pelagis di Selat Bali 145

 c  x
8c 
2 dx
K    c   rx1    q1 Ex
xt *   1      1    dt  K
4  pqK r  pqK r pqKr 
  dy  y
 sy1    q 2 Ey
dt  L ....................................(13)
dz  z 
.............(9)  tz 1    q3 Ez
dt  M
Hasil tangkapan optimal dapat ditulis sebagai dw  w
 uw1    q 4 Ew
berikut: dt  N 
x * (pqx * c)  r(1  2x * / K) dn  n
 vn1    q 4 En
ht *  dt  O
c
dimana:
...........(10)
x, y, z, w dan n : Biomass spesies ke-1,
Diketahuinya hasil tangkap optimal dan (h*) sampai dengan (s/d) ke-
biomass optimal (x*) maka dapat diketahui pula 5
upaya tangkap yang optimal (E*), sebagaimana r, s, t, u dan v : Intrinsic growth rate
dapat ditulis pada persamaan berikut: spesies ke-1 s/d ke-5
K, L, M, N, dan O : Carrying capacity
*
ht spesies ke-1 s/d ke-5
Et 
*
....................................................(11)
* q1 ,q2 ,q3 , q4 dan : Catchability coefficient/
qxt
q5 koefisien kemampuan
Dengan demikian dapat diketahui rente tangkap spesies ke-1
ekonomi sumber daya perikanan yang meru- s/d ke-5
pakan hasil dari perkalian antara harga produk E : Usaha perikanan/upaya
ikan dengan tangkapan optimal dikurangi biaya penangkapan (effort)
dari tingkat upaya optimal atau secara mate-
matis dapat ditulis sebagai berikut: Spesies ke-1 : Spesies lemuru
Spesies ke-2 : Spesies tongkol
Spesies ke-3 : Spesies layang
 t*  pt*ht*  ct*Et* ……........................(12) Spesies ke-4 : Spesieskembung
Spesies ke-5 : Spesies ikan lainnya
Penelitian ini mengembangkan model
Persamaan (13) ditetapkan dan
dari empat spesies ikan dan spesies ikan
dikembangkan dari Model Schaefer untuk ka-
lainnya yang merupakan kumpulan dari spe-
sus lima spesies yang ditangkap dengan meng-
sies-spesies ikan yang sedikit sekali ditangkap
gunakan alat tangkap yang sama yaitu purse
untuk melihat dampak dari penambahan spe-
seine (pukat cincin). Jika diasumsikan bahwa
sies ke dalam kerangka bioekonomi spesies
harga yang mewakili masing-masing spesies
tunggal. Dengan demikian diharapkan keun-
p1, p2 p3, p4, dan p5 adalah konstan dan bahwa
tungan saat ini nilainya jauh lebih besar.
biaya penangkapan ikan seimbang dengan
usaha maka pendapatan bersih (economic rent)
Turunan Produktivitas dapat ditulis sebagai berikut:
Jika diasumsikan kegiatan penangkapan  ( x, y, z, w, n, E )  p1q1 xE  p2 q2 yE  p3 q3 zE  p4 q4 wE
dengan alat tangkap purse seine menangkap
beberapa spesies ikan yang dikelompokkan  p5 q 5 nE  cE ........................................…(14)
kedalam lima spesies yaitu spesies lemuru, . . . . .
pada
tongkol, layang, kembung dan ikan lainnya Solusi keseimbangan x  y  z  w  n  0
maka pada penelitian ini dikembangkan model persamaan (14) dapat muncul pada koordinat
bioekonomi Gordon-Schaefer dan Clark. Di- axis (x=0, atau y=0, atau z=0, atau w=0, atau
asumsikan pula bahwa setiap spesies meru- n=0) atau pada titik (x,y) pada segmen garis
pakan subjek dari pertumbuhan logistik dan E dapat ditulis sebagai berikut:
didenotasi sebagai usaha yang dicurahkan
untuk mengkombinasikan penangkapan, maka r  x  s  y t  z  u  w v  n
1    1    1    1    1  , ...(15)
secara matematis dapat kita tuliskan sebagai q1  K  q2  L  q3  M  q4  N  q5  O 
berikut: 0  x  K ;0  y  L;0  z  M ;0  w  N ;0  n  O
146 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

Keseimbangan bioekonomi dari industri adalah cara penangkapannya, walaupun hal ini
atau usaha perikanan pada kondisi peng- dapat menyebabkan kenaikan biaya secara
usahaan open access dikarakteristikkan oleh besar-besaran. Dengan demikian, semua popu-
persamaan (14) sehingga economic rent dapat lasi dominan yang dimiliki oleh sebuah ekosis-
ditulis sebagai berikut: tem yang dieksploitasi menjadi terus menerus
diinginkan secara ekonomis. Ada banyak tang-
  ( p1q1 x  p2 q2 y  p3 q3 z  p4 q4 w  p5 q 5 n  c) E  0 kapan yang ‘tidak disengaja’ yang dapat teram-
..……...…(16) bil sehingga tentu saja juga dapat berpengaruh
terhadap sumber daya perikanan yang ada.
Banyak contoh yang melibatkan pengeli-
minasian beberapa spesies tertentu yang
berada dibawah rezim pemanenan gabungan HASIL DAN PEMBAHASAN
atau multispesies. Pengeliminasian suatu spe-
sies dapat pula terjadi karena harga dari spe- Model bioekonomi eksploitasi
sies ikan yang ditangkap. multispesies sumber daya perikanan
pelagis
Kurva ”Yield-Effort”
Upaya penangkapan (fishing effort)
Dengan menggunakan diagram yield-
Upaya penangkapan yang digunakan
effort dapat diperoleh kebijakan penangkapan
dalam penelitian ini adalah jumlah hari melaut
optimal yang tetap mengacu pada keuntungan
atau trip karena data ini yang tersedia dalam
ekonomi total, secara matematis keuntungan
bentuk time series dan sering digunakan.
ekonomi total dapat ditulis:
Upaya penangkapan yang dilakukan untuk
TR  TRx  TRy  TRz  TRw.  TRn mengeksploitasi atau menangkap sumber daya
perikanan pelagis di perairan Selat Bali tahun
 q E  q E  q E
 p1 q1 KE 1  1   p 2 q 2 LE1  2 .  p3 q3 ME 1  3 . 1990-2009 berfluktuasi, cenderung meningkat
 r   s   t 
dari tahun 2005. Secara rinci perkembangan
 q E   q E  upaya tangkap (trip) sumber daya perikanan
 p 4 q 4 NE 1  4 .  p5 q5 OE1  n  ..............(17)
 u   v  pelagis di Perairan Selat Bali disajikan pada
Gambar 2.
Sehingga kurva total pendapatan (total re- Analisis biologi sumber daya perikanan
venue/TR) hampir sama dengan hasil penjum- pelagis
lahan parabola kurva-kurva pendapatan lima
spesies. Hasil penangkapan sumber daya perikanan
pelagis
Jika populasi spesies x memiliki ke-
mampuan produksi dengan keuntungan ekono- Produksi sumber daya perikanan pelagis
mi yang lebih besar dibandingkan dengan po- di Perairan Selat Bali berfluktuasi dalam peri-
pulasi spesies y dan seterusnya, maka penen- ode tahun 1990-2009. Secara rinci perkem-
tu utama maksimal rente pada industri perikan- bangan produksi sumber daya perikanan pela-
an gabungan atau multispesies adalah kontri- gis berdasarkan spesies di Perairan Selat Bali
busi yang diberikan oleh populasi spesies x. disajikan pada Gambar 3.
Populasi spesies y adalah hanya keberun-
Plotting hubungan antara effort dan
tungan insidental dalam industri perikanan.
CPUE per spesies ikan disajikan pada Gambar
Dalam keadaan seperti ini eksploitasi pada
4. Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa
rezim akses terbuka atau open access sudah
terdapat hubungan negatif antara CPUE dan
jelas tidak berhasil karena hal tersebut me-
effort dimana apabila effort meningkat maka
ngarah pada kehancuran sumber daya peri-
CPUE cenderung akan menurun pada setiap
kanan pelagis yang sangat berharga atau yang
spesies ikan. Korelasi negatif antara CPUE
dominan ditangkap tersebut dan mencapai
dengan upaya penangkapan mengindikasikan
sebuah equilibrium dimana hanya populasi- bahwa produktivitas alat tangkap purse seine di
populasi yang kurang berharga atau yang tidak
Perairan Selat Bali akan menurun apabila
dominan ditangkap yang dapat bertahan dan
upaya penangkapan mengalami peningkatan.
seterusnya.
Estimasi Parameter Biologi
Untuk meraih keuntungan ekonomi
maksimum dari sebuah industri perikanan, per- Estimasi parameter biologi dengan model
lu dilakukan pemilahan salah satu dari kedua surplus produksi Walters dan Hilborn dan
atau lebih populasi. Tentu saja dalam praktek derivasi parameter biologinya disajikan pada
sebenarnya, yang mungkin untuk dipisahkan Tabel 2 melalui tahapan analisis pada Tabel 1.
Zulbainarni et al. – Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Ikan Pelagis di Selat Bali 147

70,000

60,000
50,000

Effort (Trip)
40,000
30,000
20,000

10,000
-
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

Tahun

TRIP

Gambar 2 Grafik perkembangan upaya tangkap (Trip) sumber daya perikanan pelagis
di Perairan Selat Bali Tahun 1990-2009.

90,000
80,000
70,000
Produksi (Ton)

60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
(10,000)1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

IKAN LEM URU IKAN LAYANG IKAN TONGKOL IKAN KEM BUNG IKAN LAINNYA

Gambar 3 Grafik perkembangan produksi sumber daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali
tahun 1990-2009.

Tabel 1 adalah pemecahan persamaan (2). perikanan pelagis dengan metode dinamis
Nilai koefisien pada persamaan Tabel 1 dapat Walters dan Hilborn disajikan pada Tabel 2.
langsung menggambarkan nilai r dan q, serta Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai
nilai K dapat dicari dengan diketahuinya nilai r intrinsic growth rate atau tingkat pertumbuhan
dan q tersebut dan yang digunakan adalah ni- alam spesies lemuru lebih tinggi dibandingkan
lainya saja bukan bersama dengan tandanya. dengan spesies lainnya berturut-turut spesies
Nilai r identik dengan nilai koefisien intercept layang, tongkol, kembung dan spesies ikan
(α), nilai q identik dengan koefisien variabel lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa laju tum-
kedua (γ) dan nilai K diperoleh dari nilai r atau buh spesies lemuru lebih cepat dibandingkan
nilai koefisien intercept (α) dibagi dengan per- dengan spesies lainnya sehingga kemungkinan
kalian nilai koefisien variabel pertama (β) de- cepat tertangkapnya juga tinggi. Nilai koefisien
ngan nilai q atau koefisien variabel kedua (γ). kemampuan tangkap menggambarkan tingkat
Koefisien determinasi (R) menunjukkan bagai- efisiensi teknis dari penangkapan, spesies
mana parameter-parameter biologi tersebut da- layang nilainya lebih tinggi dibandingkan
pat menjelaskan kondisi stok dan kegiatan dengan spesies lainnya berturut-turut spesies
penangkapan di Perairan Selat Bali. Hubungan tongkol, lemuru, kembung, dan spesies ikan
ini diuji secara statistik dengan menggunakan lainnya. Kemudian daya dukung lingkungan
selang kepercayaan 95% dengan tingkat bias spesies kembung lebih tinggi dari spesies
atau kesalahan hanya sebesar 5%. Secara rinci lemuru, spesies ikan lainnya, tongkol dan
nilai r, q, K, dan R multispesies sumber daya spesies layang.
148 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

70,000

60,000
50,000

Effort (Trip)
40,000
30,000
20,000

10,000
-
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

Tahun

TRIP

Gambar 2 Grafik perkembangan upaya tangkap (Trip) sumber daya perikanan pelagis
di Perairan Selat Bali Tahun 1990-2009.

90,000
80,000
70,000
Produksi (Ton)

60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
(10,000)1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

IKAN LEM URU IKAN LAYANG IKAN TONGKOL IKAN KEM BUNG IKAN LAINNYA

Gambar 3 Grafik perkembangan produksi sumber daya perikanan pelagis


di Perairan Selat Bali tahun 1990-2009.

Tabel 1 Tahapan analisis parameter biologi dengan menggunakan Model Surplus Produksi
Walters dan Hilborn.
Koefisien
No. Spesies R2
α β Γ
1. Lemuru 1.8071611 -0.5030527 -2.18074E-05 0.5812
(4.7444355)** (-4.6997636)** (-2.7413796)**
2. Tongkol 1.1264021 -0.3662847 -4.25092E-05 0.3920
(3.0138888)** (-3.1602339)** (-0.4428771)
3. Layang 1.2498451 -0.4014115 -9.10888E-05 0.3941
(2.3602590)** (-2.6829469)** (-0.5039428)
4. Kembung 1.0305162 -0.3499517 1.24259E-05 0.3845
(3.0856629)** (-3.1114314)** (0.0157171)
5. Ikan lainnya 1.0180585 -0.3538890 1.77634E-05 0.3865
(1.9142154)** (-3.1664668)** (0.2264990)
Keterangan: (Angka didalam kurung menunjukkan nilai t-statistik)
**signifikan pada tingkat 5%

Tabel 2 Nilai parameter biologi multispesies sumber daya perikanan pelagis dengan menggunakan
Model Surplus Produksi Walters dan Hilborn.
No. Spesies r q K (Ton)
1. Lemuru 1.807161194 2.18074E-05 164 732.47
2. Tongkol 1.126402095 4.25092E-05 72 342.17
3. Layang 1.249845095 9.10888E-05 34 182.30
4. Kembung 1.030516173 1.24259E-05 236 983.00
5 Ikan lainnya 1.018058465 1.77634E-05 161 949.26
Sumber : Data olahan, 2010
Zulbainarni et al. – Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Ikan Pelagis di Selat Bali 149

(a) Lemuru

(b) Tongkol

(c) Layang

(d) Kembung

Gambar 5 Produksi aktual dan lestari multispesies sumber daya perikanan pelagis
di Perairan Selat Bali tahun 1990-2009.
150 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa Analisis ekonomi sumber daya perikanan


secara umum produksi aktual dan lestari semua pelagis
spesies memiliki pola magnitude yang hampir
sama kecuali spesies kembung. Produksi aktu- Biaya penangkapan
al semua spesies ikan berfluktuasi setiap ta- Dalam kajian bioekonomi model Gordon-
hunnya ada yang berada di atas atau dibawah Schaefer biaya penangkapan didasarkan atas
produksi lestari. Jika kondisi produksi aktual di asumsi bahwa hanya faktor penangkapan yang
atas produksi lestari dapat mengindikasikan diperhitungkan dan dianggap konstan, sehing-
bahwa kepunahan spesies ikan dapat segera ga dalam penelitian ini biaya penangkapan
terjadi bila hal ini dibiarkan terjadi terus mene- didefinisikan sebagai biaya variabel per trip dan
rus, begitu pula sebaliknya. Potensi lestari sum- dianggap konstan. Pada penelitian ini, total
ber daya perikanan pelagis berfluk-tuasi pada biaya penangkapan ini kemudian dihitung pro-
tahun 1990-2009. Produksi lestari spesies le- porsional berdasarkan jumlah produksi terbesar
muru paling tinggi jika dibandingkan dengan untuk masing-masing spesies sumber daya
produksi lestari sumber daya perikanan pelagis perikanan pelagis. Biaya penangkapan meliputi
lainnya. Fluktuasi kenaikan dan penurunan pro- solar (58.63%), bahan pengawet/es (18.24%),
duksi lestari spesies lemuru cenderung sama Olie (18.24%) dan pangan(4.89%). Secara rinci
dengan produksi lestari total karena spesies le- biaya penangkapan proporsional per spesies
muru adalah ikan yang dominan ditangkap de- ikan di Perairan Selat Bali disajikan pada Tabel
ngan menggunakan alat tangkap purse seine. 3.
Apabila kondisi produksi aktual lebih besar dari
pada produksi lestari dibiarkan terjadi terus me- Analisis harga ikan hasil tangkapan
nerus maka pengusahaan perikanan pelagis di Hasil estimasi parameter permintaan un-
Perairan Selat Bali akan mengalami kerugian tuk sumber daya perikanan pelagis di Perairan
karena sudah terkurasnya stok sumber daya Selat Bali disajikan pada Tabel 5.
perikanan pelagis dan pada suatu waktu dapat
terjadinya biological overfishing, sehingga ke- Analisis Bioekonomi
lestarian sumber daya perikanan pelagis pun
dapat terancam. Kondisi pengusahaan

Dengan mengetahui parameter biologi Perbandingan upaya penangkapan atau


juga bisa diestimasi biomass atau stok masing- effort (trip) dengan menggunakan purse seine
masing spesies. Secara grafik estimasi stok dan hasil tangkapan (harvest) multispesies
atau biomass disajikan pada Gambar 6. Ukuran sumber daya perikanan pelagis pada setiap
persediaan atau stok semua spesies berfluk- kondisi pengusahaan dari penggunaan model
tuasi dari tahun ke tahun. Persediaan spesies Walters dan Hilborn di Perairan Selat Bali
lemuru semakin menurun dari waktu ke waktu disajikan pada Gambar 7.
dengan angka terendah terjadi pada tahun
2007 dan angka tertinggi terjadi pada tahun Rente ekonomi optimal multispesies sumber
1999. Dalam kurun waktu 8 tahun telah cende- daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali
rung terjadi penurunan stok spesies lemuru se- Biaya korbanan dalam mengeksploitasi
besar lebih kurang 71 persen.Pada tahun 2009 sumber daya pada saat ini diperhitungkan
terjadi kembali kecenderungan kenaikan stok melalui rente optimal (optimal rent) yang seha-
spesies lemuru sebesar 2 persen dari tahun rusnya timbul dari sumber daya perikanan jika
2007. Pada tahun 1999 ukuran persediaan spe- sumber daya perikanan tersebut dikelola seca-
sies lemuru meningkat sementara ukuran per- ra optimal. Hasil perhitungan nilai optimal multi-
sedian spesies tongkol menurun sangat pesat spesies sumber daya perikanan pelagis di Per-
yaitu sebesar lebih kurang 10 persen. Spesies airan Selat Bali disajikan pada Tabel 6.
layang mengalami penurunan ukuran persedia-
an yang cukup pesat pada tahun 2004, sedang- Berdasarkan perhitungan rente ekonomi
kan spesies kembung pada tahun 1992. Penu- dan present value rente ekonomi pada tingkat
runan ukuran persediaan spesies lemuru tahun social discount rate 12 persen terlihat bahwa
2004 diikuti pula oleh penurunan ukuran perse- dengan menggunakan model bioekonomi
diaan spesies tongkol dan layang. multispesies rente ekonomi yang diperoleh jauh
lebih besar karena merupakan penjumlahan
Terdapat kecenderungan bahwa usaha dari rente ekonomi spesies lemuru, tongkol,
dimasa lalu mempengaruhi usaha dimasa yang layang, kembung dan ikan lainnya. Rente
akan datang. Terlihat pula kecenderungan pe- ekonomi dan present value rente ekonomi
rubahan effort dari tahun ke tahun menyebab- multispesies sumber daya perikanan pelagis
kan perubahan pada ukuran persediaan spesi- dengan menggunakan alat tangkap purse seine
es ikan. di Perairan Selat Bali tahun 1990-1993 dan
Zulbainarni et al. – Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Ikan Pelagis di Selat Bali 151

Gambar 6 Estimasi biomass/stok multispesies sumber daya perikanan pelagis di


Perairan Selat Bali.
152 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

Tabel 3 Biaya penangkapan proporsional per spesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan
Selat Bali.
Rata-Rata Proporsi Proporsi Biaya Penangkapan
No. Jenis Ikan
Produksi (%) (Juta Rupiah)
1 Ikan lemuru 76.78 1.1785943
2 Ikan tongkol 8.81 0.1351915
3 Ikan layang 4.67 0.0716339
4 Ikan kembung 0.55 0.0085074
5 Ikan lainnya 9.19 0.1410729
Total 100.00 1.5350000
Sumber : Data olahan, 2010

Tabel 4 Estimasi parameter permintaan sumber daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali.
Harga Species
Variabel
Lemuru Tongkol Layang Kembung Lainnya
297,710.14 740,906.69 130138.00 10238.92 -85152.15
Intercep
(0.8179) (1.3111) (0.3122) (0.0167) (-0.3204)
0.8992 0.4529 0.8972
Harga Lemuru - -
(4.9191)** (1.8535) (7.5952)**
0.3052 0.8478 0.2538
Harga Tongkol - -
(1.7613)** (8.2050)** (2.4892)**
0.4212 0.1711
Harga Layang - - -
(11.2212)** (0.7965)
0.8091 0.2813 0.2207
Harga Kembung - -
(4.0695)** (1.5415) (2.0436)**
-8.7760 -9.7688
Produksi Lemuru - - -
(-2.3049)** (-1.4745)
-89.2553 -42.2178
Produksi Tongkol - - -
(-1.8981)** (-1.2764)
-46.6045
Produksi Layang - - - -
(-0.4791)
-180.6778 -93.9597
Produksi Kembung - - -
(-0.6246) (-0.2290)
-2.3066
Produksi Lainnya - - - -
(-0.2067)
R2 0.8906 0.9569 0.9755 0.9495 0.9861

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 (diolah)

Gambar 7 Perbandingan upaya penangkapan dengan menggunakan purse seine dan hasil
tangkapan multispesies sumber daya perikanan pelagis pada setiap kondisi
pengusahaan tahun 1990-2009 di Perairan Selat Bali.
Zulbainarni et al. – Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Ikan Pelagis di Selat Bali 153

Tabel 6 Nilai optimal multispesies sumber daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali.
Effort Rente Ekonomi PV Rente Rente Ekonomi Opt PV Rente Opt
Tahun
(Trip) (Jt Rp) (i=12%) (Jt Rp) (i=12%)
1990 17.964 (2.137,51) (17.812,59) 73.125,02 609.375,15
1991 19.034 (7.873,40) (65.611,66) 83.681,40 697.345,03
1992 25.620 248.387,62 2.069.896,82 65.684,71 547.372,56
1993 16.381 (6.329,09) (52.742,41) 122.529,98 1.021.083,13
1994 12.258 7.878,36 65.653,01 64.591,66 538.263,87
1995 9.030 13.845,91 115.382,59 113.372,97 944.774,73
1996 9.954 7.607,06 63.392,14 109.388,56 911.571,32
1997 13.443 (4.865,07) (40.542,22) 115.722,32 964.352,69
1998 23.813 21.847,08 182.059,01 228.296,14 1.902.467,82
1999 10.055 220.665,74 1.838.881,17 563.579,45 4.696.495,44
2000 9.200 167.935,41 1.399.461,73 844.732,28 7.039.435,65
2001 10.298 157.728,50 1.314.404,13 703.326,77 5.861.056,41
2002 10.830 79.788,72 664.905,96 678.723,52 5.656.029,30
2003 12.230 135.817,47 1.131.812,24 665.027,12 5.541.892,65
2004 40.501 349.754,76 2.914.623,03 900.369,85 7.503.082,09
2005 19.392 88.219,96 735.166,35 736.093,30 6.134.110,85
2006 23.428 138.244,94 1.152.041,15 685.115,64 5.709.297,04
2007 57.665 276.570,84 2.304.757,03 674.070,78 5.617.256,53
2008 60.720 477.535,12 3.979.459,31 902.608,68 7.521.739,01
2009 58.045 478.039,16 3.983.659,67 992.432,40 8.270.269,97

tahun 1997 bernilai negatif. Hal ini disebabkan daya perikanan di Perairan Selat Bali dapat
karena rente ekonomi dan present value rente disimpulkan sebagai berikut:
ekonomi spesies lemuru bernilai negatif. Spe- 1) Pengelolaan multispesies sumber daya
sies lemuru merupakan spesies yang dominan perikanan pelagis meliputi spesies lemuru,
ditangkap, akan tetapi harganya sangat rendah tongkol, layang, kembung dan spesies ikan
jika dibandingkan dengan spesies lainnya lainnya pada kondisi aktual belum me-
sehingga rente ekonomi yang diperoleh negatif. ngalami kelebihan tangkap atau overfishing
Nilai negatif rente ekonomi dan present value baik secara biologi (dilihat dari nilai rata-rata
ini menjadi berkurang dengan ditambah nilai produksi aktual semua spesies yang masih
rente ekonomi positif spesies lainya. Nilai rente berada di bawah nilai MSY dimana total
ekonomi pengelolaan multispesies sumber produksi aktual hanya sebesar 22,06%)
daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali maupun ekonomi (dilihat dari nilai rata-rata
masih berada di bawah optimal. Dengan demi- upaya penangkapan aktual yang masih
kian kegiatan eksploitasi multispesies sumber berada di bawah nilai MEY dimana total
daya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali upaya penangkapan aktual hanya sebesar
masih dapat ditingkatkan melalui penambahan 17,71%).
trip (hari melaut) alat tangkap purse seine yang 2) Pengelolaan multispesies sumber daya
dominan menangkap spesies lemuru. Selain perikanan pelagis di Perairan Selat Bali
itu, karena pada kenyataannya sampai dengan pada kondisi aktual rata-rata masih berada
saat ini sistem penangkapan nelayan di Per- di bawah nilai optimal baik produksi maupun
airan Selat Bali bersifat hunting atau berburu upaya penangkapan. Oleh karena itu penge-
yang mengandalkan indera penglihatan dalam lolaan multispesies sumber daya perikanan
menentukan daerah penangkapan atau tanpa pelagis di perairan Selat Bali masih dapat
menggunakan alat bantu apapun dalam peng- ditingkatkan.
operasian alat tangkapnya maka faktor harga
tidak berpengaruh terhadap kegiatan penang- SARAN
kapan.
1) Perlu penelitian lanjutan dengan pendekatan
multispesies pada daerah-daerah penang-
KESIMPULAN kapan lainnya karena pada kenyataan
sumber daya perikanan pelagis bersifat
Dari hasil analisis dan pembahasan mo- gabungan atau multispesies.
del bioekonomi eksploitasi multispesies sumber 2) Perlu dilakukan perbaikan dalam
pencatatan
154 Marine Fisheries 2 (2): 141-154, November 2011

atau pelaporan data perikanan agar pene- Hartwick J. and Olewiler N. 1998. The
litian–penelitian yang dilakukan dapat mem- Economics of Natural Resource Use.
berikan masukan yang akurat sehingga data Second Edition, Addison-Wesley. USA
upaya penangkapan selain trip dapat digu-
Hilborn R. and Walters C. 1992. Quantitative
nakan seperti jumlah kapal dan jumlah nela-
Fisheris Stock Assessment Choice,
yan yang benar-benar menggunakan alat
Dynamic and Uncertainty, Chapman and
tangkap purse seine. Dengan demikian se-
Hall, New York.
lanjutnya dapat dilakukan penelitian multi-
spesies dan multigear. May R., J. Beddington, C. Clark, S. Holt, and R.
Laws. 1979. Management of Multispe-
sies. Fisheries Science. No. 205: 267-
DAFTAR PUSTAKA 277.
Anderson K. dan Ursin E. 1977. A Multispe- Merta I.G.S., K. Widana, Yunizal, dan R.
cies Extension to the Beverton and Holt Basuki. 1999. Status Perikanan Lemuru
Theory of Fishing, With Account of Phos- di Selat Bali: Perkembangan dan
porus Circulation and Primary Produc- Prospeknya. FAO-Balitkanlut-Dirjen Peri-
tion. The Danish Institute of Fisheries kanan, Jakarta.
and Marine Research. Danmarks.
Fiskeriog Havuldersgelser, N.S. No. 7:
319-435. Panayotou T. 1985. Small-Scale Fisheries in
asia: A Socio Economic Analysis and
Brown B., J. Brennan, M. Grosslein, E.
Heyerdahl, and R. Hennemuth. 1976. Policy. IDRC, Ottawa.
The Effect of Fishing on the Marine Placenti V., G. Rizzo, and M. Spagnolo. 1992.
Finfish Biomass in the Northwest Atlantic A Bioeconomic Model For the Optimi-
from the Gulf of Marine to Cape zation of a Multispecies, Multigear
Hatteras. Int. Comm. Northwest. Atl. Fishery: The Italian Case. Marine
Fish. Res. Bull. No.12: 49-68. Resource Economics. No. 7: 275-295.
Chaudhuri K. 1986. A Bioeconomic Model of Pope J.G. 1979. Stock Assessment in Multi-
Harvesting a Multispecies Fishery. species Fisheries, With Special Refe-
Ecological Modelling. No. 32: 267-279. rence to The Trawl Fishery in The Gulf
Clark C. 1985. Bioeconomic Modelling and of Thailand. South China Sea Fish,
Fisheries Management. John Wiley and Develop, Coop, Programme SCS/DEV/
Son, Inc., Vancouver. 79/19.
Clark C. 1990. Mathematical Bioeconomic: The Sujastani T. dan Nurhakim. 1982. Potensi
Optimal Management of Renewable Sumberdaya Perikanan Lemuru di Selat
Resources. Wiley Interscience, New Bali. Prosiding Sem. Perikanan Lemu-ru.
York. Banyuwangi 18-21 Januari 1982. Pros.,
No. 2:1-11.
Clark, C. and G.R. Munro. 1975. The Economic
of Fishing and Modern Capital Theory : Tai S.Y. 1993. Management if Small Pelagic
A Simplified Approach. Journal of Fisheries on The Northwest Coast of
Environmental Economics and Manage- Peninsular Malaysia: A Bio-Socioeco-
ment. No. 2: 92-106. nomic Simulation Analysis. PhD Thesis.
Departement of Economic. Simon Fraser
Fauzi A. 1998. The Management of Com- University.
peting Multi Species Fisheries: A Case
Study of a Small Pelagic Fishery on Walters C. and Hilborn R. 1976. Adaptive
The North Coast of Central Java. A control of fishing system. J. Fish. Res.
Thesis Submitted in Partial Fullfilment Board. No. 33: 145-159.
of The Requirement for the Degree of Zulbainarni N., M. Tambunan, and A. Fauzi,
Doctor of Philosophy. Department of 2002. Economic Analysis of Optimal Ma-
Economics. Simon Fraser University, nagement For Lemuru Fishery (Sardinella
Canada. longiceps) in Bali Strait, Indonesia. Paper
Gulland J. 1974. The Management of Marine Presented at International Socio Econo-
Fisheries. Univ. of Washington press., mics Fisheries Symposium on The 5th
Seattle. JSPS Seminar Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai