Adoc - Pub Didactical Design Research DDR Dalam Pengembangan
Adoc - Pub Didactical Design Research DDR Dalam Pengembangan
Didi Suryadi
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, pada
saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Hasil analisis dari proses tersebut berpotensi
menghasilkan disain didaktis inovatif, dan ketiga proses tersebut dapat diformulasikan sebagai
rangkaian langkah untuk menghasilkan disain didaktis baru. Rangkaian aktivitas tersebut diformulasikan
sebagai Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR). Penelitian Disain Didaktis pada
dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya
berupa Disain Didaktis Hipotetis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis
retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis
metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup
kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.
Pendahuluan
Proses berpikir guru dalam konteks pembelajaran terjadi pada tiga fase yaitu sebelum
pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran.
Kecenderungan proses berpikir sebelum pembelajaran yang lebih berorientasi pada
penjabaran tujuan berdampak pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi
terutama yang bersifat didaktis. Penyiapan bahan ajar pada umumnya hanya didasarkan pada
model sajian yang tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses rekontekstualisasi
dan repersonalisasi. Padahal, sajian materi matematika dalam buku acuan, baik berupa uraian
konsep, pembuktian, atau penyelesaian contoh masalah, sebenarnya merupakan sintesis dari
suatu proses panjang yang berakhir pada proses dekontekstualisasi dan depersonalisasi. Selain
itu, proses belajar matematika yang cenderung diarahkan pada berpikir imitatif, berdampak
pada kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam persiapan yang dilakukan guru.
Rencana pembelajaran biasanya kurang mempertimbangkan keragaman respon siswa atas
situasi didaktis yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis yang dikembangkan
berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintasan belajar (learning
trajectory) masing-masing siswa. Lebih jauh, proses belajar matematika yang idealnya
dikembangkan mengarah pada proses re-dekontekstualisasi dan re-depersonalisasi belum
menjadi pertimbangan utama bagi para guru di lapangan.
Kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam perencanaan pembelajaran, dapat
berdampak kurang optimalnya proses belajar bagi masing-masing siswa. Hal tersebut antara
lain disebabkan sebagian respon siswa atas situasi didaktik yang dikembangkan di luar
jangkauan pemikiran guru atau tidak tereksplor sehingga kesulitan belajar yang muncul
beragam tidak direspon guru secara tepat atau tidak direspon sama sekali yang akibatnya
proses belajar bisa tidak terjadi.
Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui
refleksi tentang keterkaitan rancangan dan proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Jika
pembelajaran yang dikembangkan lebih berorientasi pada pencapaian tujuan, maka substansi
refleksi cenderung berorientasi pada hal tersebut, sehingga permasalahan terkait keragaman
proses, hambatan, dan lintasan belajar siswa bisa jadi bukan merupakan substansi utama dari
refleksi tersebut. Dengan demikian, alternatif situasi didaktis dan pedagogis yang ditawarkan
untuk perbaikan belum tentu merupakan hal yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
1
Seminar Nasional Pembelajaran MIPA di UM Malang, 13 November 2010
SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 1
Berdasarkan permasalahan-permasalahan terkait proses berpikir guru dalam ketiga
fase tersebut, pada tulisan ini akan diformulasikan sebuah metodologi penelitian disain
didaktis dalam pengembangan pembelajaran matematika. Tulisan akan diawali uraian tentang
proses berpikir dalam pelaksanaan pembelajaran yang kemudian akan disebut sebagai analisis
metapedadidaktik. Berdasarkan uraian ini selanjutnya akan diformulasikan langkah-langkah
dasar dari Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR).
Metapedadidaktik
Berdasarkan hasil penelitian Suryadi (2005) tentang pengembangan berpikir
matematis tingkat tinggi melalui pendekatan tidak langsung, terdapat dua hal mendasar yang
perlu pengkajian serta penelitian lebih lanjut dan mendalam yaitu hubungan siswa-materi dan
hubungan guru-siswa. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa untuk mendorong
terjadinya suatu aksi mental, proses pembelajaran harus diawali sajian masalah yang memuat
tantangan bagi siswa untuk berpikir. Masalah tersebut dapat berkaitan dengan penemuan
konsep, prosedur, strategi penyelesaian masalah, atau aturan-aturan dalam matematika. Jika
aksi mental yang diharapkan tidak terjadi, yakni ditandai oleh ketidakmampuan siswa
menjelaskan keterkaitan antar obyek mental yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi, maka guru dapat melakukan intervensi tidak langsung melalui penerapan teknik
scaffolding (tindakan didaktis) serta dorongan untuk terjadinya interaksi antar siswa (tindakan
pedagogis).
Dalam penelitian tersebut, aspek-aspek mendasar sekitar proses pembentukan obyek
mental baru belum dikaji secara lebih mendalam dari sudut pandang teori situasi didaktis
sebagaimana yang dikemukakan Brousseau (1997). Menurut teori ini, tindakan didaktis
seorang guru dalam proses pembelajaran akan menciptakan sebuah situasi yang dapat
menjadi titik awal bagi terjadinya proses belajar. Walaupun situasi yang tersedia tidak serta
merta menciptakan proses belajar, akan tetapi dengan suatu pengkondisian misalnya melalui
teknik scaffolding, proses tersebut sangat mungkin bisa terjadi. Jika proses belajar terjadi,
maka akan muncul situasi baru yang diakibatkan aksi siswa sebagai respon atas situasi
sebelumnya. Situasi baru yang terjadi bisa bersifat tunggal atau beragam tergantung dari
milieu atau seting aktivitas belajar yang dirancang guru. Semakin beragam milieu yang
terbentuk, maka akan semakin beragam pula situasi yang terjadi sehingga proses
pembelajaran menjadi sangat kompleks.
Kompleksitas situasi didaktis sangat potensial untuk menciptakan interaktivitas antar
individu dalam suatu milieu atau antar milieu. Interaktivitas tersebut pada dasarnya
merupakan hal yang baik, akan tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap interaksi dapat
memunculkan collaborative learning yang mampu menjamin terjadinya lompatan belajar.
Selain itu, perlu diingat pula bahwa dalam setiap situasi didaktis serta interaktivitas yang
menyertainya akan muncul proses coding dan decoding yang tidak tertutup kemungkinan bisa
menyebabkan terjadinya distorsi informasi. Hal ini tentu saja akan menjadi masalah sangat
serius dalam proses belajar selanjutnya dan secara psikologis bisa menjadi penyebab
terjadinya prustasi pada diri siswa atau mereka menjadi tidak fokus dalam belajar. Dengan
demikian, permasalahan yang muncul di luar situasi didaktis yakni yang terkait dengan
hubungan guru-siswa merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk dikaji sehingga
kualitas pembelajaran matematika dapat senantiasa ditingkatkan. Situasi yang tetkait dengan
hubungan guru-siswa selanjutnya akan disebut sebagai situasi pedagogis (pedagogical
situation).
Dua aspek mendasar dalam proses pembelajaran matematika sebagaimana
dikemukakan di atas yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa, ternyata dapat
menciptakan suatu situasi didaktis maupun pedagogis yang tidak sederhana bahkan seringkali
terjadi sangat kompleks. Hubungan Guru-Siswa-Materi digambarkan oleh Kansanen (2003)
sebagai sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara siswa
Peran guru paling utama dalam konteks segitiga didaktis ini adalah menciptakan suatu
situasi didaktis (didactical situation) sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa (learning
stituation). Ini berarti bahwa seorang guru selain perlu menguasai materi ajar, juga perlu
memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi
didaktis yang dapat mendorong proses belajar secara optimal. Dengan kata lain, seorang guru
perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan relasi didaktis (didactical relation) antara siswa
dan materi ajar sehingga tercipta suatu situasi didaktis ideal bagi siswa.
Dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru biasanya mengawali aktivitas dengan
melakukan suatu aksi misalnya dalam bentuk menjelaskan suatu konsep, menyajikan
permasalahan kontekstual, atau menyajikan suatu permainan matematik. Berdasarkan aksi
tersebut selanjutnya terciptalah suatu situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa
sehingga terjadi proses belajar. Dalam proses belajar ini siswa melakukan aksi atas situasi yang
ada sehingga tercipta situasi baru yang selanjutnya akan menjadi sumber informasi bagi guru.
Aksi lanjutan guru sebagai respon atas aksi siswa terhadap situasi didaktis sebelumnya, akan
menciptakan situasi didaktis baru. Dengan demikian, situasi didaktis pada kenyataannya akan
bersifat dinamis, senantiasa berubah dan berkembang sepanjang periode pembelajaran. Jika
milieu tidak bersifat tunggal, maka dinamika situasi didaktis ini akan menciptakan situasi
belajar yang kompleks sehingga guru perlu melakukan tindakan pedagogis untuk terciptanya
situasi pedagogis yang mampu mensinergikan setiap potensi siswa.
Untuk menggambarkan penjelasan di atas dalam situasi nyata, berikut akan
diilustrasikan sebuah kasus pembelajaran matematika di SMP dengan materi ajar faktorisasi.
Berdasarkan skenario yang dirancang guru, pembelajaran diawali sajian masalah sebagai
berikut. Tersedia tiga gelas masing-masing berisi uang Rp. 1000,00 dan tiga gelas lainnya
masing-masing berisi uang Rp. 5000,00. Siswa diminta menemukan sedikitnya tiga cara untuk
menentukan nilai total uang yang ada dalam gelas. Untuk membantu proses berpikir siswa,
guru menyajikan ilustrasi berupa gambar (Gambar 2) yang cukup terstruktur sehingga situasi
didaktis yang dirancang mampu mendorong proses berpikir kearah yang diharapkan.
Dengan bantuan ilustrasi ini, guru memperkirakan akan ada tiga macam respon siswa
yaitu: (1) 1000 + 1000 + 1000 + 5000 + 5000 + 5000, (2) 3 × 1000 + 3 × 5000, dan (3) 3(1000 +
5000) atau 3 × (6000). Walaupun ketiga macam respon yang diperkirakan ternyata semuanya
muncul, akan tetapi siswa ternyata memiliki pikiran berbeda dengan perkiraan guru yaitu 6000
+ 6000 + 6000 atau 3 × 6000. Prediksi yang diajukan guru tentu saja dipengaruhi materi yang
diajarkan yaitu faktorisasi, sehingga dapat dipahami apabila respon yang diharapkan juga
dikaitkan dengan konsep faktorisasi suku aljabar. Adanya distorsi antara hasil linguistic coding
yang dilakukan guru dan decoding yang dilakukan siswa merupakan hal wajar dan seringkali
terjadi. Dengan demikian, keberadaan respon siswa terahir, walaupun tidak terlalu relevan,
tidak perlu dipandang sebagai masalah. Walaupun guru tetap menghargai setiap respon siswa
termasuk yang kurang relevan bahkan mungkin salah, akan tetapi dia perlu memilih respon
yang perlu ditindak lanjuti sehingga tercipta situasi didaktik baru.
Pada kasus pembelajaran ini, guru mencoba memanfaatkan tiga macam respon
sebagaimana yang diperkirakan semula. Melalui diskusi kelas, selanjutnya diajukan sejumlah
pertanyaan sehingga siswa berusaha menjelaskan hubungan antara ketiga representasi
matematis tersebut. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan siswa, faktor 3 pada
representasi kedua diperoleh dari banyaknya angka 1000 dan 5000 yaitu masing-masing tiga
buah. Karena masing-masing suku pada representasi kedua mengandung faktor yang sama
yaitu 3, maka representasi tersebut dapat disederhanakan menjadi representasi ketiga. Hasil
diskusi ini sekilas menunjukkan adanya pemahaman siswa mengenai konsep faktorisasi suku
aljabar. Namun demikian, dari masalah serupa yang diajukan berikutnya oleh guru, ternyata
masih ada sejumlah siswa yang masih menggunakan representasi pertama untuk memperoleh
nilai total uang yang ada dalam gelas. Masalah tersebut adalah sebagai berikut. Tersedia dua
gelas masing-masing berisi uang Rp. 1000,00 dan dua gelas lainnya masing-masing berisi uang
Rp. 5000,00. Siswa diminta menemukan dua cara untuk menentukan nilai total uang yang ada
dalam gelas. Seperti pada soal pertama, guru menyajikan ilustrasi (Gambar 3) yang serupa
seperti gambar sebelumnya.
Untuk soal ketiga ini, terdapat tiga kemungkinan yang diperkirakan guru akan muncul
sebagai respon siswa yaitu: (1) x + x + x + y + y + y, (2) 3x + 3y, dan (3) 3(x + y). Dari respon
siswa yang teramati, ternyata penggunaan variabel sebagaimana yang diperkiraan guru tidak
langsung muncul. Respon yang muncul dari sebagian besar siswa adalah representasi model
kedua tetapi tidak menggunakan variabel, melainkan dengan cara sebagai berikut:
(1) 3 × banyaknya uang dalam gelas putih + 3 × banyaknya uang dalam gelas hitam.
(2) 3 +3
Walaupun respon atas masalah terahir ini tidak sepenuhnya sesuai dengan prediksi
guru, akan tetapi melalui diskusi kelas dengan cara: (1) mengaitkan respon terahir ini dengan
representasi matematis yang diperoleh pada soal pertama dan kedua, dan (2)
mempertanyakan kemungkinan penggantian kalimat panjang pada representasi pertama atau
lambang gelas pada representasi kedua dengan huruf tertentu misalnya a, b, c atau x, y, z,
maka pada akhirnya siswa bisa memahami bahwa solusi atas masalah yang diajukan bisa
direpresentasikan sesuai dengan yang diharapkan guru.
Setelah siswa diperkenalkan dengan konsep variabel, selanjutnya guru menyajikan soal
keempat yaitu sebagai berikut. Terdapat a buah gelas yang masing-masing berisi uang sebesar
x rupiah, dan terdapat a buah gelas yang masing-masing berisi uang sebesar y rupiah.
Tentukan dua cara menghitung total nilai uang yang ada dalam seluruh gelas. Walaupun masih
ada siswa yang belum memahami inti materi yang dipelajari melalui aktivitas belajar
sebagaimana yang sudah dijelaskan, akan tetapi melalui interaktivitas yang diciptakan guru,
pada ahirnya mereka bisa sampai pada representasi matematis yang diharapkan yaitu: (1) ax +
ay dan (2) a(x + y).
Dari kasus pembelajaran yang diuraikan di atas, terdapat beberapa hal penting yang
perlu digaris bawahi terkait dengan situasi didaktis yang diciptakan guru. Pertama, aspek
kejelasan masalah dilihat dari model sajian maupun keterkaitan dengan konsep yang diajarkan.
Masalah yang dihadapkan kepada siswa disajikan dalam dua cara yaitu model kongkrit dengan
memanfaatkan beberapa gelas dan uang, serta model ilustrasi berupa gambar terstruktur.
Walaupun masih terdapat respon siswa yang kurang sesuai dengan prediksi guru, akan tetapi
Pada gambar di atas, terdapat segitiga ABC, ABD, dan segitiga DEF. Garis CF
dan AE sejajar. Segitiga manakah yang luasnya paling besar?
DINAMIKA (ILMUWAN)
SAINS DASAR/MIPA DALAM
MEMBANGUN DIRI DAN
BANGSA
Oleh
Prof. Ir. Drs. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D.
Guru Besar Fisika Bumi, FMIPA – ITB
ISI
1. DINAMIKA
2. STRUKTUR PROSES DINAMIKA SISTEM
PENALARAN SAINS DASAR
3. SOLUSI ITERATIF
4. MEMBANGUN BANGSA
5. PENUTUP
1. DINAMIKA
c. DINAMIKA PERTUMBUHAN
ARAH DINAMIKA SAINS DASAR ADALAH UNTUK
1) MEMBANGUN DIRINYA
• KUATNYA CARA BERPIKIR DAN BERTINDAK/TUMBUH SAINS
DASAR (ASPEK FILOSOFI MAKIN MANTAP)
• CARA PEMBELAJARAN SISTEMATIK DAN MUDAH DIPAHAMI
• HASIL RISETNYA APRECIATIF DAN TERPERHATIKAN
2. MEMBANGUN BANGSA
• MENGHASILKAN KARYA-KARYA UNIVERSAL MEMAJUKAN ILMU,
SEHINGGA MENJADI CIRI DAN JATIDIRI BANGSA INDONESIA
SEBAGAI BANGSA PEMAJU
• MENGHASILKAN KOMODITAS (PEMIKIRAN, JASA DAN PRODUK)
YANG DIMANFAATKAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP SEJAHTERA
DAN MAJU
d. KOMPONEN DINAMIKA
AGAR TERJADI SUATU DINAMIKA, KOMPONEN
BERIKUT SANGAT BERPERAN :
• POSISI SAINS DASAR DALAM PERTUMBUHAN ILMU
PENGETAHUAN (DAN TEKNOLOGI) DAN DAN
PERADABAN MANUSIA
• STRUKTUR PENALARAN DAN PEMAHAMAN DARI
SAINS DASAR
• KEMANDIRIAN, SIKAP DAN PERILAKU DAN
KEPEMIMPINAN ILMUWAN SAINS DASAR
• KENDALA YANG HARUS DIATASI
MANUSIA
2 3 4 5
5 ESENSIAL
NAMA : “MAJELIS” PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
1. MATEMATIKA
a) DEFINISI/PENGERTIAN DASAR DARI OBYEK BAHASAN
b) PENGERTIAN BENAR, SALAH, DSB
c) UNGKAPAN KETERKAITAN BEBERAPA PENGERTIAN
(DALAM SIMBOL) DALAM SATU RUMUSAN DAN RUMUS
d) KETERAMPILAN DALAM MELAKUKAN PROSES
ARITMATIKA, ANALISIS (DIFERENSIAL-INTEGRAL),
BENTUK FUNGSI, URAIAN, NUMERIK, DSB.
e) KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, ANALISIS,
DEDUKTIF, INDUKTIF, ANALISIS, SINTESIS, DSB.
2. FISIKA
a) MEMODELKAN KEJADIAN/PERISTIWA DALAM SISTEM
SEBAB (SUMBER) DAN AKIBAT (BENTUK, GERAK,
KINERJA, HASIL) YANG DAPAT DIUKUR LANGSUNG
DAN TAK LANGSUNG. DENGAN MERUJUK HUKUM
ALAM DAN PRINSIP-PRINSIP TURUNANNYA.
b) MENGGUNAKAN BAHASA MATEMATIKA (ANALISIS,
KETERAMPILAN TERKAIT, PROBABILISTIK, DSB)
UNTUK MERUMUSKAN HUBUNG SEBAB-AKIBAT TADI
(HUBUNGAN DINAMIKA).
4. KIMIA
KIMIA ADALAH PROSES PERTUKARAN ELEKTRON DI KULIT
LUAR SUATU ATOM DARI SUATU SENYAWA.
PENALARAN KIMIA SELALU TERKAITKAN DENGAN PROSES
PENGOLAHAN BAHAN/MATERI.
FISIK-MATEMATIKA MENJADI ALAT PENALARAN PROSES KIMIA.
PROSES KIMIA DALAM SISTEM HAYATI DISEBUT BIOKIMIA
MENDASARI BIOPROSES.
5. BIOLOGI, ILMU HAYATI
MEMPELAJARI SISTEM KEHAYATAN: MANUSIA, TUMBUHAN,
HEWAN, MIKROBA YANG SEMULA DIUNGKAPKAN DARI HASIL
PENGAMATAN (FAKTA) DAN KEMUDIAN BIOKIMIA, BIOFISIKA
MENJADI BAHASA MEKANISME PROSES
MODIFIKASI MODEL
Start FENOMENA,
RANCANGAN BARU,
METODE
Tidak
ATAU PERSOALAN
KHASANAH YANG DIBAHAS PENGUKUR-
IPTEK AN DAN
PENGOLAH-
- HUKUM ALAM, KONSEP AN DATA
PENGUKURAN
Ya
- PRINSIP-PRINSIP
- RANCANGAN LANGSUNG DAN
DASAR TAK LANGSUNG PERILAKU EMPIRIS
FENOMENA RANCANGAN
INSTRUMENTASI
BARU ATAU PERSOALAN
RANCANGAN PENGUKURAN
TERJELASKAN
HUKUM, PRINSIP-
TEMUAN, INOVASI, INVENSI
PRINSIP, ATAU
RANCANGAN
DASAR PREDIKSI REALISASI RANCANGAN
METODE INI MENGARAHKAN HASIL MERUPAKAN HASIL PENEMUAN MEMAJUKAN ILMU (DISCOVERY) ATAU YANG
MENGHILIR MENJADI “KOMODITAS” YANG DIPERLUKAN MANUSIA
9. PENDEKATAN SISTEM
PENJELASAN PROSES SEBAB-AKIBAT SECARA GARIS BESAR
MEMERIKAN BESARAN/SATUAN YANG TERKAIT DALAM PROSES
• HUKUM ALAM
• PRINSIP-PRINSIP
• ATURAN
KENDALI
KOTAK PROSES
IN PUT c OUT PUT
“INTERAKSI”
UMPAN BALIK
• KONDISI/KENDALI
LINGKUNGAN
• KATALIS
• PELUANG; KENDALA
KURANG
PENGHARGAAN KURIKULUM MAHASISWA
“WAJIB” KELUAR ATAU
KAKU PINDAH
SEBAGIAN
GURU BESAR
LULUSAN
ATAU
DOSEN ASAL PAHAM
LINGKARAN KEBUNTUAN
INDUSTRI YANG BERHASIL
PENGAJAR SAINS DASAR TIDAK BERI
INFORMASI
• AKIBAT
DOSEN SAINS DASAR :
– INTROVERT “NRIMO”, KURANG PERCAYA DIRI
– TER”MARGINAL”KAN (TERPINGGIRKAN)
– DEKAT DENGAN “GARIS KEMISKINAN”
– TIDAK BISA MENANGGAPI “PEMBAHARUAN”
– TIDAK MAMPU MENGADAKAN PERUBAHAN
– TERBENTUK “MEDIO CRICITY”
– BUDAYA “IRI” (SMS : SENANG MELIHAT ORANG LAIN
SEDIH, SEDIH MELIHAT ORANG LAIN SENANG)
3. SOLUSI ITERATIF
(REVITALISASI SAINS DASAR/MIPA)
a. INSENTIF
• PERBAIKAN GAJI DAN TUNJANGAN FUNGSIONAL
• BEASISWA PASCASARJANA (S2, S3) DENGAN SISTEM
PENERIMAAN SELEKTIF DAN ATAU ADAPTIF, BATAS
UMUR DILONGGARKAN
• DIBANGUNKAN “SURPLUS CENTER” SAMBIL STUDI S3
• ADA “KAPLING KHUSUS” UNTUK RISET SAINS DASAR
• KEGIATAN DIBINA DAN DIKAWAL AGAR ADA
KEMUDAHAN FASILITAS SERTA BEKERJA BENAR DAN
MENJADI KUAT
INSTITUSI PERGURUAN
DITJEN LAIN TINGGI
DAERAH PUSAT
DIKTI PERTUMBUHAN
PASAR
TAWARKAN
PROGRAM & TOPIK
PROMOVENDUS SURPLUS
S3 CENTER
LAB
TIM WORKSHOP
PROMOTOR GRUP RISET
PROD HOUSE
MA, STAT, FI, KI, BI
PT PENYELENGGARA
3. INSTITUSI, ORGANISASI
• SAINS DASAR TUMBUH BESAR BERSAMA-SAMA TUNAS DAN
TURUNANNYA
• JANGAN MEMISAHKAN TUNAS ATAU TURUNANNYA MENJADI
ORGANIASASI TERPISAH, KARENA AKAN MEMUTUS PROSES
PENGUATAN DARI SAINS DASAR DAN MEMPERLEMAH KEKUATAN
INSTITUSI INDUK UNTUK MENJALANKAN KEWAJIBAN MEMBERIKAN
PENGETAHUAN DASAR BAGI PEMELAJAR
• FAKTA MENUNJUKKAN INDUK SAINS DASAR AKAN MEMUNCULKAN
TUNAS YANG SAMA DAN TUMBUH
• INSTITUSI MEWADAHI PROSES PENGUATAN DAN PERTUMBUHAN
OLEH KARENANYA DIPERLUKAN LEADERSHIP (BAIK DI
LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA RISET DAN
ORGANISASI BIDANG ILMU/PROFESI)
• KEBERADAAN INSTITUSI HARUS MEMBERIKAN MANFAAT BAGI
ANGGOTANYA
• TIAP INSTITUSI PERLU MENGEMBANGKAN SURPLUS CENTER
UNTUK KEBERLANJUTANNYA
• JIKA INSTITUSI HILIR : FAKULTAS TEKNIK KURANG KUAT, AJAK
BERGABUNG DENGAN MEMBENTUK FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI.
a. MEMBANGUN DIRI
1) CAPAI : KOMPETENSI AKADEMIK TERTINGGI (DR),
MATANGKAN ASPEK FILOSOFI KEILMUAN TERKAIT
DAN SECARA ANALOGIS YANG TEPAT DITERAPKAN
DALAM KEHIDUPAN
2) RUJUK PARADIGMA KEMANDIRIAN :
TRIDHARMA (TERPADU PRODUKTIF TERUKUR)
SEBAGAI “POINT AND COINT GENERATOR)
MEMAJUKAN KARIR DAN SEJAHTERA
KETERPADUAN KESEIRINGAN
KEGIATAN
KEGIATAN RISET KEGIATAN PENDIDIKAN MANAJERIAL
PUTARAN SPIRAL :
DAUR AKTIVITAS MANAJERIAL
• KEMAJUAN DAN
• KEKUATAN • PRESTASI
INSTITUSI • KONTRIBUSI
• LEADERSHIP • DINAMISATOR
• APRESIASI
PENINGKATAN SEMANGAT
MATURITAS • VISIONER
KERJA/BELAJAR
• FOKUS TUGAS
• LOYAL
• GAUL
• SOP
• ADAPTASI
5. PENUTUP
• LAKUKAN “EVALUASI DIRI”
• RUJUK BUTIR-BUTIR BAIK DARI PRESENTASI INI
• TAMBAHKAN PEMIKIRAN LAIN (PENDAPAT SENDIRI
DAN ORANG LAIN) YANG SINERGIS
• SUSUN KEPUTUSAN BAGI DIRI SENDIRI ATAU
ORGANISASI
• SEGERA BERGERAK, LAKUKAN LANGKAH MAJU
DALAM KEWENANGAN ANDA
• EVALUASI LANGKAH ITU, JIKA POSITIF AJAK
ORANG LAIN BERGERAK BERSAMA ADA
(© de2010)
2
1.1 GENERAL :
THE PARADIGM OF “UNIVERSITY SUSTAINABILITY”
(© de2010)
3
GREETING …………………..
PHYSICS ? …………………..
BE EXCELLENT…………..!
(© de2010)
4
CASE METHOD
STUDY TO APPLY
GOOD BASIC
EDUCATION RESEARCH
NEW KNOWLEDGE
POST
DOCTORATE
NATIONAL
PROF INTERNATIONAL
ASS
LECTURER INSTITUSIONAL
DOCTORATE
PROGRAM
FIELD
PROFESSIONAL
ASSISTANT LABORATORIAL
(© de2010)
6
APPLIED
ACTIVITY MARKET
RESEARCH • SPECIAL STUDY INDUSTRY
• UPGRADE, IMPROVEMENT GOVERNMENT
“GOLDEN SEAT” • NEW INDUSTRY INTERNATIONAL
• SPECIAL TUITION
• OPERATROR, MANAGER SKILL
NATIONAL • SMALL, MIDLE BUSINESS WORKFORCE
PROFESSIONAL • TRAINER
MASSAL EDUCATION • SUPERMARKET PUBLIC
• TRANSPORTATION
• WARE HOUSE
GENERAL COMMODITY • OTHER SERVICES
(© de2010)
7
(© de2010)
8
CHOSEN
THEORETICAL DERIVED
MODEL THEORETICAL NO
BEHAVIOR
FIT ?
START • NEW
?
WITH PHENOMENON
PROBLEM • PROBLEM
EMPIRICAL
QUESTION • DESIGN ?
BEHAVIOR YES
• PHENOMENON IS
• PARAMETER UNDERSTOOD
GLOSSARY METHOD OF
• IDENTIFICATION • PROBLEM IS SOLVED
OF MEASUREMENT
• OBSERVATION • NEW DESIGN
KNOWLEDGE AND
• MEASUREMENT DATA PROCESSING
DESIGNING, • PREDICTION
MAKING • SOLUTION
EQUIPMENTS • APPLICATION
OR • SYNTHESES
MEANS • PRODUCTS
COST CENTER
SURPLUS CENTER
THEORY
APLLICATION
APLLICATION
INDUSTRY
INDUSTRY
PROFIT CENTER
(© de2010)
11
(© de2010)
12
• FOOD RESILIENCE
• HEALTH AND MEDICINES
• NEW AND RENEWABLE ENERGY (ENERGY AVAILABILITY)
• DEFENCE & SECURITY TECHNOLOGY
• MANAGEMENT AND TECHNOLOGY OF TRANPORTATION
• INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY
• BASIC SCIENCES AND ADVANCED MATERIALS
• SOCIAL AND HUMANITY SUPPORT PROBLEM SOLVING OF
COUNTRY PROBLEMS
(© de2010)
13
(© de2010)
14
(© de2010)
15
HUMAN
ENGINEERING
HEALTH BIO PROCESS SOCIAL,
AND
AND AND ECONOMY
INDUSTRIAL
MEDICAL AGRO TECHNOLOGY HUMANITY
TECHNOLOGY
SCIENCE
(© de2010)
16
(© de2010)
17
(© de2010)
18
4.1 IMPORTANCE
• LOCAL ENERGY AVAILABILITY
• PHYSICS INSTRUMENTATION FOR EDUCATION, RESEARCH AND
COMMERCIAL
• NATURAL DISASTER MECHANISM, OBSERVATION
MEASUREMENT, AND INSTRUMENTATION, PREDICTION AND
MITIGATION
• MATERIALS FROM LOCAL RESOURCES
• OPEARTIONS RESEARCH, PLANNING AND CONTROL
(© de2010)
19
LOCAL
NON GOVT
UNIV.
INSTITUTION
DG. HIGHER
EDUCATION
INDUSTRIAL
(GOV)
GROWTH
LOCAL CENTER
UNIVERSITY
RELEVANT
Ph.D.
STUDENT
SURPLUS
CENTER
THE SUPERVISORS
• PROFESSORS • SERVICES LAB
• EXPERTS • CONSULTING GROUP
• WORKSHOP
• PRODUCTION HOUSE
BUILD SURPLUS CENTER • INDUSTRY, ETC.
(© de2010)
20
REGION DIRECTION/TOPIC
(© de2010)
21
(© de2010)
22
5.2 ATTITUDE
(© de2010)
23
DIVERGENCE = ∇∙
W 0 INNOVATION
FOLLOWING IMPROVEMENT
THE EXISTING AND
SOP CREATIVITY
(© de2010)
24
MENGHILIRKAN
RISET FISIKA
Oleh
Lilik Hendrajaya
FMIPA – ITB
SALAM FISIKA
1. FISIKA/PHYSICS …… ?
BE EXCELLENT ………!
2. MASA DEPAN FISIKA …..?
DAHSYAT ……!
D = DREAM
A = ACTION
H = HIGH POWER
S = SKILL
Y = YEN AND PASSION
A = ACCELERATION
T = TIME PLAN
PILAR-1
PERISET WAJIB BERSEMANGAT DAN
MEMILIH METODOLOGI YANG TEPAT
AGAR SEGERA ATAU KELAK (TERUKUR
WAKTUNYA) KARYANYA MENJADI
KOMODITAS YANG TERSERAP PASAR.
OLEH KARENANYA, METODOLOGI
BERIKUT PERLU DI RUJUK
MODIFIKASI MODEL
FENOMENA RANCANGAN
INSTRUMENTASI
RANCANGAN PENGUKURAN BARU ATAU PERSOALAN
TERJELASKAN
HUKUM, PRINSIP-
TEMUAN, INOVASI, INVENSI
PRINSIP, ATAU
RANCANGAN
DASAR PREDIKSI REALISASI RANCANGAN
PILAR-2
RISET HARUS MENGUATKAN SALAH SATU DARI TIGA
KOMPONEN HASIL, YAITU :
1. TEORI, AGAR ILMU TUMBUH MAJU.
2. TERAPAN, YAITU BAGAIMANA TEORI MENJAWAB
PERSOALAN NYATA.
3.INDUSTRI, YAITU TERAPAN YANG TERBUKTI
DAPAT HASILKAN PENDAPATAN ( UANG )
BERKELANJUTAN
( UNTUK ITU PERLU DIBAKUKAN ).
CATATAN :
TEORI : COST CENTER
TERAPAN : SURPLUS CENTER
INDUSTRI : PROFIT CENTER
TEORI
TERAPAN
TERAPAN
DANA DANA ( JASA )
PENEMUAN
DANA DANA ( LABA )
PILAR-4
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA RISET
PROSES MENJADI
EMPAT BAIK • Mengembangkan kemampuan
• Baik pada bidang kompetensinya abstraksi dan menghubungkan
teori dalam menyederhanakan
dan maupun alih iptek dari dan
permasalahan
kedirinya
• Mengembangkan dirinya
• Baik produktivitas karyanya dan
sebagai “server”masyarakat dan
diakui oleh komunitas bidangnya pasar
• Baik leadershipnya (team work) • Mengembangkan dirinya untuk
• Baik peran sosialnya menjadi terbaik
(komunikatif) • Mengembangkan kemampuan
manajemen kerja
MANUSIA
2 3 4 5
5 ESENSIAL
NAMA : “MAJELIS” PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
INSTITUSI LAIN
• BEASISWA
• DANA RISET • BEASISWA
DIKTI • DANA RISET
UNIV LAIN
DI DAERAH
PROMOVENDUS
• DUKUNGAN
TAWARAN FASILITAS
TOPIK RISET • HIBAH PUSAT
PERTUMBUHAN
KOMPETENSI
SURPLUS
CENTER LISENSI
FAKULTAS “ BOT “
DILAKSANAKAN DENGAN :
PROFESOR / KERMA DGN SEKTOR TERKAIT
PROMOTOR SEMINAR
INTERNASIONAL
TAHAPAN
PUBLIKASI PROMOSI / PANEL
PAMERAN
(KECERDASAN MAGNETIK)
MENGHILIRKAN RISET
SAINS DASAR
Oleh :
Prof. Dr. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc.
FIMIPA - ITB
3
A. ESSENSIAL ILMU DASAR
1
MANUSIA
2 3 4 5
5 ESENSIAL
NAMA : “MAJELIS” PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
B.
PILAR-1
PERISET WAJIB BERSEMANGAT DAN
MEMILIH METODOLOGI YANG TEPAT
AGAR SEGERA ATAU KELAK (TERUKUR
WAKTUNYA) KARYANYA MENJADI
KOMODITAS YANG TERSERAP PASAR.
OLEH KARENANYA, METODOLOGI
BERIKUT PERLU DI RUJUK
MODIFIKASI MODEL
FENOMENA RANCANGAN
INSTRUMENTASI
RANCANGAN PENGUKURAN BARU ATAU PERSOALAN
TERJELASKAN
HUKUM, PRINSIP-
TEMUAN, INOVASI, INVENSI
PRINSIP, ATAU
RANCANGAN
DASAR PREDIKSI REALISASI RANCANGAN
PILAR-2
RISET HARUS MENGUATKAN SALAH SATU DARI TIGA
KOMPONEN HASIL, YAITU :
1. TEORI, AGAR ILMU TUMBUH MAJU.
2. TERAPAN, YAITU BAGAIMANA TEORI MENJAWAB
PERSOALAN NYATA.
3. INDUSTRI, YAITU TERAPAN YANG TERBUKTI DAPAT
HASILKAN PENDAPATAN ( UANG ) BERKELANJUTAN
( UNTUK ITU PERLU DIBAKUKAN ).
CATATAN :
• TEORI : COST CENTER
• TERAPAN : SURPLUS CENTER
• INDUSTRI : PROFIT CENTER
TEORI
TERAPAN
TERAPAN
DANA DANA ( JASA )
PENEMUAN
DANA DANA ( LABA )
11
12
PILAR-4
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA RISET
PROSES MENJADI
EMPAT BAIK • Mengembangkan kemampuan
• Baik pada bidang kompetensinya abstraksi dan menghubungkan
teori dalam menyederhanakan
dan maupun alih iptek dari dan
permasalahan
kedirinya
• Mengembangkan dirinya
• Baik produktivitas karyanya dan
sebagai “server”masyarakat dan
diakui oleh komunitas bidangnya pasar
• Baik leadershipnya (team work) • Mengembangkan dirinya untuk
• Baik peran sosialnya menjadi terbaik
(komunikatif) • Mengembangkan kemampuan
manajemen kerja
INSTITUSI PERGURUAN
DITJEN LAIN TINGGI
DAERAH PUSAT
DIKTI PERTUMBUHAN
PASAR
TAWARKAN
PROGRAM & TOPIK
PROMOVENDUS SURPLUS
S3 CENTER
LAB
TIM WORKSHOP
PROMOTOR GRUP RISET
PROD HOUSE
MA, STAT, FI, KI, BI
PT PENYELENGGARA
14
MULAI 2009 : DORONG PARA PROFESOR/PROMOTOR
UNTUK TAWARKAN PROGRAM DOKTOR-NYA
PROGRAM DOKTOR
MENGUATKAN GRUP RISET SENDIRI SAMBIL MENGUATKKAN UNIVERSITAS LAIN
YANG SEDANG TUMBUH DAN BANGUN “SURPLUS CENTER”
• BEASISWA
• DANA RISET
DIKTI UNIV LAIN
DI DAERAH
PROMOVENDUS
• DUKUNGAN
TAWARAN FASILITAS
TOPIK RISET • HIBAH PUSAT
PERTUMBUHAN
KOMPETENSI
SURPLUS
CENTER
“ BOT “
FAKULTAS
DILAKSANAKAN DENGAN :
PROFESOR / KERMA DGN SEKTOR TERKAIT
PROMOTOR SEMINAR
INTERNASIONAL
TAHAPAN
PUBLIKASI PROMOSI / PANEL
PAMERAN
Oleh
Lilik Hendrajaya
Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.
Guru Besar Fisika Bumi
FMIPA – ITB
HP. 0811231435
dan
dv
a
Gerakan belajar
dt Perubahan kecepatan
pemahaman (makin pandai)
1. GURU HARUS MEMILIH KALIMAT YANG MUDAH DIPAHAMI
SEHINGGA TANDA “SAMA DENGAN” (=) BERFUNGSI, KALAU
TIDAK, RUMUS TIDAK JALAN.
DIMANA
POTENSI = KOMPETENSI DAN KETERAMPILAN (HARD SKILLS)
MOTIVASI = KEINGINAN BEKERJA ATAU BELAJAR (SOFTSKILLS)
Pengetahuan keluar
-Pengetahuan masuk
= sumber baru
Hukum :
p I 0, inovasi
p 0 tidak ada inovasi
p SIMBOL PERUBAHAN PENGETAHUAN
KATA KUNCI : BERPIKIR DAN MENCIPTA
Hukum : K k 0 ada kreatifitas
K 0 tidak ada kreatifitas
KATA KUNCI KREATIFITAS :
LAKUKAN, RASAKAN, TEMUKAN PEMBAHARUAN
INPUT :
KEPANDAIAN AWAL PROSES
KEPANDAIAN BARU
PENGAJARAN
UMPAN BALIK :
PERBAIKAN
PENGKONDISIAN :
- MOTIVASI
- HIDUPKAN SOFT SKILL
KENDALA
MANUSIA
2 3 4 5
c) MEKANISME PEMAHAMAN
MULAI DENNGAN “DEFINISI SEDERHANA”
TINJAU ULANG HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP PADA KULIAH
LALU YANG TERKAIT TOPIK SEKARANG
MANA YANG HARUS DIINGAT DAN MANA HARUS DILATIH
DENGAN SOAL ATAU TUGAS
SISWA MELAKUKAN ABSTRAKSI PADA ANTARA TOPIK
JEMBATAN KELEDAI
d) PERAGAAN
BUAT ALAT PERAGA ATAU BELI (MUDAH) KALAU ADA
YANG JUAL
RUMUS PHYTAGORAS : c2 = a2 = b2
BERI SEGITIGA SIKU-SIKU, TUGASI SISWA MENGUKUR
PANJANG RUSUKNYA DAN UJI KEBENARAN RUMUS ITU
HUKUM ARCHIMEDES
air daya
angkat
DOSEN TEMUKAN
NEGARA
PELUANG DAN BERHASIL
• TIDAK KEMBALI
MAJU • TIDAK CERITERA
KURANG
PENGHARGAAN KURIKULUM MAHASISWA
“WAJIB” KELUAR ATAU
KAKU PINDAH
SEBAGIAN
GURU BESAR
LULUSAN
ATAU
DOSEN MRNJADI
ASAL PAHAM
LINGKARAN KEBUNTUAN
INDUSTRI YANG BERHASIL
PENGAJAR SAINS DASAR TIDAK BERI
INFORMASI
1. INSENTIF
PERBAIKAN GAJI DAN TUNJANGAN
UNTUK PERGURUAN TINGGI : DOSEN DITUGAS BELAJARKAN S3,
BATAS UMUR MENERIMA BEASISWA DILONGGARKAN.
DIBANGUNKAN “SURPLUS CENTER” KETIKA STUDI S3 DAN
DOSEN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN UNTUK PRODUKSI
“KOMODITAS” YANG TERSERAP PASAR : MENULIS ARTIKEL,
MENULIS BUKU, INSTRUKTUR PELATIHAN, PRODUCTION
HOUSE: ALAT PERAGA, JASA KONSULTANSI DSB.
UNTUK GURU : GURU DIDORONG UNTUK SEKOLAH S2 YANG
TERKAIT DENGAN BIDANG ILMUNYA DENGAN KETERAMPILAN
PRODUKSINYA.
MAGISTER TERAPAN
PENGAJARAN (MA, FI, KI)
4. PENUTUP
SILAKAN DIRUJUK BUTIR-BUTIR PENTING DARI TULISAN INI
KEMBANGKAN UNTUK MENCARI HAL-HAL PENTING
SELANJUTNYA
SELAMAT BEKERJA
PUISI
(UNTUK KELUAR DARI LINGKARAN KEBUTUHAN
DAN LINGKARAN KEJENUHAN)
“GURU SAINS (MA, FI, KI) KUBUKA JALAN KARIRMU UNTUK JADI:
MAGISTER DALAM PENGAJARAN, FI, MA, KI MATA PELAJARAN YANG
SULIT ITU …………………….
LANJUT KE DEPAN, KUBUKA KESEMPATAN
DENGAN SEMANGAT DAN KEMAMPUANMU
UNTUK JADI DOKTOR DI BIDANG ILMUMU
DENGAN JANJI TETAP JADI GURU
UNTUK CERDASKAN BANGSA.
Effendy
Jurusan Kimia,
FMIPA Universitas Negeri Malang
(UM)
effendy_299@ymail.com
Dasar Hukum
Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter
antara lain:
• Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan
• Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan
Kesiswaan
• Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar
Isi
• Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan
• Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional
2010-2014
• Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014
• Renstra Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010 - 2014
Agama, Pancasila,
UUD 1945,
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
UU No. 20/2003 ttg
Sisdiknas INTERVENSI
MASYA-
Teori SATUAN KELUARGA RAKAT
Pendidikan,
Nilai-nilai Perilaku
Psikologi, Luhur PENDIDIKAN Berkarakter
Nilai, Sosial
Budaya
Pengalaman terbaik
HABITUASI
(best practices)dan
praktik nyata
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana,
Kebersamaan, Komitmen pemangku
kepentingan.
OLAH HATI:
OLAH PIKIR:
Jujur
Cerdas
Bertang-
gung jawab
Nilai-nilai
Luhur dan
Perilaku
Berkarakter
OLAH
OLAH RAGA: RASA DAN
Bersih KARSA:
dan Peduli
sehat
Kreatif
PILAR SEKOLAH
KARAKTER INTERVENSI HABITUASI
UTAMA
Jujur, Tujuan Tujuan
bertanggung- Terbentuknya karakter peserta didik • Terbiasanya perilaku
jawab melalui berbagai kegiatan sekolah yang berkarakter di
sekolah
Cerdas Strategi:
Sekolah terhadap siswa Strategi:
•Intra dan kokurikuler secara • Keteladanan KS,
Sehat dan
terintegrasi pada semua mata Pendidik, tenaga
bersih pelajaran kependidikan
•Ekstrakurikuler melalui berbagai • Budaya sekolah yang
Peduli dan kegiatan antara lain: KIR, pramuka, bersih, sehat, tertib,
kreatif kesenian, olahraga, dokter kecil, PMR disiplin, dan indah
•Budaya sekolah dengan • Menggalakkan kembali
menciptakan suasana sekolah yang berbagai tradisi yang
mencerminkan karakter membangun karakter
Pemerintah terhadap sekolah seperti: hari krida,
•Kebijakan upacara, piket kelas,
•Pedoman ibadah bersama, doa
•Penguatan (perenungan), hormat
•Pelatihan orang tua, hormat guru,
hormat bendera, program
5 S, cerita kepahlawanan
PILAR MASYARAKAT
KARAKTER INTERVENSI HABITUASI
UTAMA
Jujur, Tujuan: Tujuan:
bertanggung- •Terbangunnya kerangka sistemik perencanaan, • Terciptanya
jawab pelaksanaan dan penilaian pendidikan karakter scr suasana yang
nasional kondusif dlm
Cerdas •Terciptanya suasana kondusif dlm masyarakat masyarakat
yang mencerminkan kepekaan kesadaran yang
kemauan dan tanggungjawab untuk membangun mencerminka
karakter utama n koherensi
Sehat dan •Strategi: pembangunan
bersih Dari pemerintah: karakter
•Pengembangan grand design pendidikan karakter secara
•Pencanangan nasional pendidikan karakter nasional
•Pengembangan perangkat pendukung pendidikan • Tumbuhnya
Peduli dan karakter, al: iklan layanan masyarakat, sajian keteladanan
kreatif multimedia (poster, siaran tv, siaran radio) dalam
Dalam masyarakat: masyarakat
•Pengembangan peranan komite sekolah dlm
pembangunan karakter melalui MBS Strategi:
•Perintisan berbagai kegiatan kemasyarakatan, • Keteladan dan
pengabdian kepada masyarakat yg melibatkan penguatan
peserta didik dalam
•Pelibatan semua komponen bangsa dalam kehidupan
pendidikan karakter, al: media massa masyarakat
JUJUR
Karakter dalam
hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Kuasa:
Religius:
Bertaqwa pada Tuhan Yang
Maha Kuasa
Apa contohnya?
1. Pemahaman tentang air yang kita minum.
Sebagian besar dari kita mungkin telah
mengetahui bahwa molekul-molekul air
dapat mengadakan ikatan hidrogen
antarmolekul.
Pada air cair molekul-molekul membentuk
ikatan hidrogen antarmolekul seperti
ditunjukkan pada gambar berikut:
104.5o
O Ikatan hidrogen
ke molekul-molekul
air yang lain
Ikatan hidrogen 177 pm
H
99 pm
O
H
Persoalannya:
Alkohol
Diminum
Bila konsentrasi
alkohol dalam darah:
3,5 g/L bisa mati Asetaldehida
5,5 g/L kematian sangat beracun
bagi liver
Kerusakan liver
Caranya:
(1) Banyak belajar baik materi
pelajaran sesuai dengan bidang
ilmunya maupun ilmu agama.
(2) Mengerjakan semua perintah
Tuhan.
(3) Menjauhi semua larangan Tuhan.
(4) Dapat menjadi tauladan bagi
siswanya.
Dengan menerapkan
pembelajaran dimana mata
pelajaran yang diajarkan
digunakan secara terencana
untuk meningkatkan ketaqwaan
siswa, berarti kita telah
melaksanakan salah satu aspek
dari pendidikan karakter.