Kepada
Yth. Sekretaris Daerah, Asisten,
Staf Ahli, Seluruh Kepala OPD
Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Tana Tidung
di -
Tempat
SURAT EDARAN
Nomor : T.800.1.11/3016/BKPSDM
TENTANG
A. Cuti Tahunan
1. PNS dan CPNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) Tahun secara terus
menerus berhak atas cuti tahunan.
2. Lamanya hak cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah 12
(dua belas) hari kerja.
3. Cuti tahunan bisa diambil minimal 1 (satu) hari kerja.
4. Bila cuti dalam 1 (satu) tahun tidak pernah diambil, maka pada tahun
berikutnya mempunyai hak cuti selama 18 (delapan belas) hari kerja. Bila 2
(dua) tahun berturut-turut tidak pernah mengambil cuti, maka pada tahun
ketiga mempunyai hak cuti selama 24 (dua puluh empat) hari kerja dalam
tahun berjalan.
5. Prosedur cuti tahunan adalah PNS yang bersangkutan mengajukan
permohonan cuti kepada atasan langsung, dan bagian kepegawaian OPD
melanjutkan ke pejabat yang berwenang diserahkan ke Bupati Tana Tidung
Cq. Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM, diajukan paling
lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum cuti dilaksanakan.
6. Menggunakan formulir permohonan cuti (terlampir), lampiran I.a.
B. Cuti Besar
1. PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus
berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan.
2. PNS yang menggunakan hak cuti besar, tidak berhak atas cuti tahunan pada
tahun yang bersangkutan/tahun berjalan.
3. Untuk kegiatan keagamaan seperti Ibadah Haji dll, agar PNS menggunakan
hak cuti besar.
4. Prosedur mengajukan cuti besar, adalah PNS yang bersangkutan mengajukan
permohonan cuti kepada atasan langsung, dan bagian kepegawaian OPD
menyerahkan berkas ke Bupati Tana Tidung Cq. Kepala Badan Kepegawaian
dan Pengembangan SDM, untuk mendapat persetujuan diajukan paling
lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum cuti dilaksanakan.
C. Cuti Sakit
1. Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2. PNS yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara
tertulis kepada atasan langsung dengan melampirkan surat keterangan
dokter.
3. PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Bupati Tana Tidung
Cq. Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM, dengan
melampirkan surat keterangan dokter (dokter yang berstatus PNS atau dokter
yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan pemerintah).
4. Hak cuti sakit diberikan waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat ditambah
paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan
tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah dibidang kesehatan.
5. PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, harus diuji kembali oleh tim kesehatan dan apabila berdasarkan
hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud belum sembuh dari
penyakitnya, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling
lama 1 ½ (satu setengah) bulan.
7. Penyampaian usul cuti sakit ke Bupati Tana Tidung Cq. Kepala Badan
Kepegawaian dan Pengembangan SDM paling lambat 7 (tujuh) hari kalender
sejak tanggal awal pelaksanaan sakit, dan menggunakan formulir
permohonan cuti, lampiran I.a.
D. Cuti Melahirkan
1. Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada
saat menjadi PNS berhak atas cuti melahirkan
2. Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya kepada PNS diberikan cuti
besar.
3. Lama cuti melahirkan adalah 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal 1 (satu)
bulan sebelum HPL (hari perkiraan lahir).
4. Usul cuti melahirkan disampaikan ke Bupati Tana Tidung Cq. Kepala Badan
Kepegawaian dan Pengembangan SDM, untuk mendapat persetujuan
diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum cuti dilaksanakan.
E. Cuti Karena Alasan Penting
1. PNS berhak atas cuti karena alasan penting apabila:
a. Ibu, bapak, istri atau suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu
sakit keras atau meninggal dunia.
b. Salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a, meninggal
dunia dan menurut peraturan perundang-undangan PNS yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarga yang
meninggal dunia.
c. Melangsungkan perkawinan, prosedur pengajuan 1 (satu) bulan sebelum
pelaksanaan.
2. PNS laki-laki yang istrinya melahirkan/operasi ceaser, dapat diberikan cuti
alasan penting dengan melampirkan surat rawat inap dari unit pelayanan
kesehatan.
3. Dalam hal mendesak, sehingga PNS yang bersangkutan tidak dapat
menunggu keputusan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, pejabat
yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja dapat memberikan
izin sementara dengan menggunakan formulir lampiran I.b (terlampir) dan
harus segera diberitahukan kepada pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
4. Penyampaian usul cuti alasan penting ke Bupati Tana Tidung Cq. Kepala
Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM paling lambat 7 (tujuh) hari
kalender sejak tanggal awal pelaksanaan cuti, dan menggunakan formulir
permohonan cuti, lampiran I.a.
F. Cuti Bersama
1. Cuti bersama ditetapkan oleh Presiden.
2. Cuti bersama tidak mengurangi hak cuti tahunan.
I. PNS yang jabatannya (dokter, perawat, petugas keamanan, dll) tidak diberikan
hak atas cuti bersama, maka hak cuti tahunannya ditambah sesuai jumlah cuti
bersama yang tidak diberikan.
J. Keperluan melaksanakan ibadah haji dan umroh/perjalanan reliji lainnya bukan
merupakan kategori cuti alasan penting.
K. Bagi PNS yang melaksanakan ibadah haji agar menggunakan cuti besar.
M. PNS yang melaksanakan ibadah umroh dalam 1 (satu) tahun 2 (dua) kali, untuk
yang pertama dapat diberikan/menggunakan cuti tahunan dan apabila masa
terpenuhi yang kedua dapat diberikan/ menggunakan cuti besar.
B. Cuti Sakit
1. Setiap PPPK yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2. PPPK yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara
tertulis kepada atasan langsung dengan melampirkan surat keterangan
dokter.
3. PPPK yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PPPK harus mengajukan
permintaan secara tertulis pada pejabat yang berwenang memberikan cuti
dengan melampirkan surat keterangan dokter.
4. PPPK sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang menderita lebih dari 14
(empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan harus
mengajukan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah.
5. Dokter pemerintah yang dimaksud adalah dokter yang berstatus pegawai
negeri sipil atau dokter yang bekerja pada unit pelayanan pemerintah.
6. Lamanya hak atas cuti sakit diberikan paling lama 1 (satu) bulan atau
30 (tiga puluh) hari kerja secara kumulatif dan diberikan 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun masa perjanjian kerja, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter pemerintah/unit pelayanan kesehatan pemerintah.
7. Dalam hal PPPK telah mendapatkan cuti sakit selama 1 (satu) bulan atau
30 (tiga puluh) hari kerja kumulatif dan telah masuk kerja namun PPPK
tersebut belum pulih, maka PPPK tersebut dapat diberikan kesempatan sekali
lagi untuk mendapatkan cuti sakit.
8. PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti paling lama 1 ½
(satu setengah) bulan.
9. PPPK yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang bersangkutan perlu
mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai dengan berakhirnya masa
hubungan perjanjian kerja.
10. Prosedur PPPK mengajukan secara tertulis ke atas langsung ke pejabat yang
berwenang/berhak memberikan cuti dengan menggunakan format
lampiran II.
C. Cuti Melahirkan
1. Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada
saat menjadi PPPK, berhak atas cuti melahirkan.
2. Lamanya hak cuti melahirkan diberikan paling lama 3 (tiga) bulan
3. Prosedur pengajuan 1 (satu) bulan sebelum HPL (hari perkiraan lahir). Dengan
menggunakan format lampiran II.
D. Cuti Bersama
1. Cuti bersama bagi PPPK mengikuti ketentuan cuti bersama bagi PNS
2. Cuti bersama tidak mengurangi cuti tahunan
3. Cuti bersama ditentukan oleh Presiden
4. PPPK yang karena jabatannya tidak digunakan cuti bersama, hak cutinya
ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak digunakan pada
tahun berjalan
5. Ketentuan penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan sebagaimana
dimaksud pada angka 4 dapat dikecualikan dalam hal tanggal cuti bersama
merupakan beberapa hari terakhir dalam tahun berjalan.
6. Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 5
dapat digunakan pada tahun berikutnya.
E. PPPK yang sedang menjalani cuti tahunan dan cuti bersama dapat dipanggil
kembali bekerja apabila terdapat kepentingan mendesak.
F. PPPK diberikan cuti untuk pelaksanaan ibadah haji yang pertama kali dan
memotong cuti tahunan
G. Dalam hal PPPK dipanggil kembali bekerja, jangka waktu cuti yang belum
digunakan tetap menjadi hak PPPK.
H. Hak atas cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti melahirkan yang akan dijalankan di
luar negeri, hanya dapat di berikan oleh PPK.
I. Dalam hal mendesak sehingga PPPK tidak dapat menunggu keputusan dari PPK,
pejabat yang tertnggi di tempat PPPK bekerja dapat memberikan izin sementara
secara tertulis untuk menggunakan cuti. dan segera diberitahukan oleh pejabat
yang tertinggi di tempat PPPK bekerja kepada PPK atau pejabat lain yang
mendapat kuasa.
6. Bagi PNS/CPNS dan PPPK yang melanggar terkait aturan cuti tersebut, akan
diberikan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Sehubungan dengan hal tersebut, diharapkan kepada seluruh Kepala OPD agar
mempedomani dan menerapkan di Lingkungan kerjanya dengan Surat Edaran
ini, tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana di maksud dalam Perubahan atas
Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor: 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan Badan Kepegawaian
Negara Nomor: 7 Tahun 2021 dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor:
7 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah Dengan
Perjajian Kerja.