Anda di halaman 1dari 16

1.

          Daftar Urut Kepangkatan

A.    Pengertian Daftar Urut Kepangkatan

        DUK adalah suatu daftar yang memuat nama pegawai Negeri Sipil dari suatu satuan organisasi
negara yang disusun menurut tingkat kepangkatan.

B.      Pembuatan Daftar Urut Kepangkatan

a.      DUK dibuat untuk seluru pegawai negeri sipil dari  satuan organisasi Negara
b.      DUK dibuat sekali dalam setahun

c.       Pejabat pembuat DUK : · Menteri, jaksa agung, pimpinan kesekretariasan lembaga tertinggi Negara,
pimpinan pemerintah nondepartemen, gubernur, dan pejabat lain yang ditentukan oleh presiden,
membuat dan memelihara DUK dalam lingkungan masing-masing.

d.      DUK untuk pegawa yang diperbantukan, dibuat oleh : · Instansi yang menerima bantuan · Instansi yang
memberi bantuan

e.       DUK untuk pegawai negeri sipil di luar jabatan organic tetap dicantumkan dalam DUK instansi yang
bersangkutan

f.       Calon pegawai negeri sipil tidak dicantumkan dalam DUK

g.      DUK secara nasional dibuat oleh BAKN, untuk golongan IV/a sampai dengan golongan IV/c.

C.    Penentuan Nomor Urut Daftar Urut Kepangkatan


1.      Pangkat
PNS yang berpangkat lebih tinggi dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam DUK, Jika ada
dua orang/lebih yang memiliki pangkat yang sama maka dari mereka yang lebih tua dalam pangkat
tersebut dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi.

2.      Jabatan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat itu dalam waktu
yang sama, maka dari mereka yang memangku jabatan yang lebih tinggi dicantumkan dalam nomor urut
yang lebih tinggi dan dilihat yang lebih dahulu diangkat dalam jabatan yang sama tingkatannya

3.      .Masa Kerja
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat itu dalam waktu
yang sama dan memangku jabatan yang sama, maka dari mereka yang memiliki masa kerja sebagai PNS
yang lebih banyak dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi

4.      Latihan Jabatan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat itu dalam waktu
yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa kerja yang sama, maka dari mereka
yang pernah mengikuti latihan jabatan yang ditentukan, dicantumkan dalam nomor urut yang lebih
tinggi dalam DUK.
5.      Pendidikan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat itu dalam waktu
yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa kerja yang sama, dan pernah
mengikuti latihan jabatan yang ditentukan, maka dari mereka yang lulus dari pendidikan yang lebih
tinggi dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam DUK

D.    Keberatan atas nomor urut dalam DUK

1.      PNS yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan secara tertulis melalui hierarki jabatan.

2.      Keberatan diajukan paling lambat 30 hari setelah DUK diumumkan.

3.       Pejabat Pembuat DUK wajib mempertimbangkan keberatan.

4.       Apabila mempunyai dasar yang kuat, Pejabat Pembuat DUK dapat menetapkan perubahan.

5.      Apabila tidak mempunyai dasar yang kuat Pejabat Pembuat DUK menolak secara tertulis

6.       Perubahan atau penolakan harus sudah ditetapkan atau diberitahukan dalam jangka waktu 14 hari setel
ah diajukan keberatan.

7.      Apabila PNS tidak puas dapat mengajukan banding kepada atasan Pejabat Pembuat DUK.

8.      Perubahan atau penolakan setelah pengajuan keberatan banding harus sudah ditetapkan atau diberit
ahukan oleh atasan Pejabat(Pembuat DUK dalam jangka waktu 14 hari).

E.     Perubahan Dan Penghapusan Nomor Urut

       Nama dalam DUK dapat mengalami perubahan karena :


1. Setiap mutasi yang mengakibatkan perubahan nomor urut dalam DUK dicatat.
2. Untuk memudahkan pemeliharaan DUK cukup dicatat jenis mutasi kepegawaian dan tangg
al berlakunya.

 Nama dalam DUK dapat dihapuskan karena:
     - diberhentikan sebagai PNS
     - meninggal dunia
     - pindah intansi
     Penghapusan nama dilakukan pada waktu menyusun DUK tahun berikutnya

F.     Penggunaan DUK
1.      D U K   a d a l a h   s a l a h   s a t u   b a h a n   p e r ti m b a n g a n   o b y e k ti f   d a l a m   pembinaan karier PNS.

2.      Dengan DUK pembinaan karier PNS akan lebih objektif.

3.      Bila ada lowongan jabatan, PNS yang bernomor urut lebih tinggi wajib dipertimbangkan lebih dahulu;

4.      Pertimbangan bagi PNS yang bernomor urut lebih tinggi tidak berlaku bagi PNS yang :

-          dikenakan pemberhentian sementara
-          sedang cuti  di luar tanggungan negara, kecuali PNS yang menjalani persalinan yang ke IV dan s
eterusnya.

-          sedang cuti  di luar tanggungan negara, kecuali PNS yang menjalani persalinan yang ke IV dan s
eterusnya.

-          penerima uang tunggu

2.           CUTi

A.    Pengertian Cuti

      Cuti Pegawai Negeri Sipil, selanjutnya disingkat dengan cuti. Cuti  adalah keadaan tidak masuk kerja
yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.

B.     Jenis Cuti

a.      Cuti Tahunan
1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekarang-kurangnya 1 (satu) tahun secara terus-menerus berhak
atas cuti tahunan.
2. Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
3. Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja.
4. Untuk mendapatkan cuti tahunan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengajukan permintaan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
5. Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
6. Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya, maka jangka waktu cuti
tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas) hari.
7. Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya
untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang
berjalan.
8. Cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari 2 (dua) tahun berturut-turut, dapat diambil dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang
sedang berjalan.
9. Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti untuk
paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
10. Cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diambil dalam tahun
berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang
berjalan.
11. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi guru pada sekolah dan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat
liburan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak berhak atas cuti tahunan.
b.      Cuti Besar

1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus-menerus
berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan.
2. Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang
bersangkutan.
3. Untuk mendapatkan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
4. Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
5. Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
6. Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang untuk paling lama 2 (dua)
tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
7. Selama menjalankan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima penghasilan penuh.
c.       Cuti Sakit

1. Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti sakit, dengan
ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya.
2. Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas
cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat
keterangan dokter.
3. Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) Hari berhak cuti sakit, dengan
ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter yang
ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
4. Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) antara lain menyatakan tentang
perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain yang dipandang perlu.
5. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
6. Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat ditambah untuk paling lama 6
(enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan.
7. Pegawai Negeri Sipil yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka Waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (5) dan atau ayat (6), harus Diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan.
8. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka ia diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
9. Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami gugur kandung berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1«
(satu setengah) bulan.
10. Untuk mendapatkan cuti sakit gugur kandung, Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.
11. Pegawai Negeri Sipil yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas
kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari
penyakitnya.
12. Selama menjalankan cuti sakit Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima penghasilan penuh.
13. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal-pasal 14 sampai dengan 16, kecuali 1-2 hari diberikan
secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
14. Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal-pasal 14 sampai dengan 16, kecuali yang dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
d.      Cuti Bersalin
1. Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga, Pegawai Negeri Sipil wanita berhak atas cuti
bersalin.
2. Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada Pegawai Negeri Sipil wanita diberikan
cuti di luar tanggungan Negara.
3. Lamanya cuti-cuti bersalin tersebut dalam ayat (1) dan (2) adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua)
bulan sesudah persalinan.
4. Untuk mendapatkan cuti bersalin, Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
5. Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
6. Selama menjalankan cuti bersalin Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan menerima penghasilan
penuh.
e.       Cuti Karena alasan Penting

   Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena :

·         ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau meninggal dunia;

·         salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a meninggal dunia dan menurut ketentuan
hukum yang berlaku Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota
keluarganya yang meninggal dunia itu;

·         melangsungkan perkawinan yang pertama;

1. Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti untuk
paling lama 2 (dua) bulan.
2. Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengajukan
permintaan secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasannya kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
3. Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti
4. Dalam hal yang mendesak, sehingga Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak dapat menunggu
keputusan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, maka pejabat yang tertinggi di tempat
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin sementara untuk menjalankan
cuti karena alasan penting.
5. Pemberian izin sementara dalam hal mendesak harus segera diberitahukan kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti oleh pejabat yang memberikan izin sementara.
6. Pejabat yang berwenang memberikan cuti setelah menerima pemberitahuan izin sementara dalam hal
mendesak memberikan cuti karena alasan penting kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
7. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh.
f.       Cuti di Luar Tanggungan Negara

1. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus-
menerus, karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar
tanggungan Negara.
2. Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan – paling lama 3 (tiga) tahun.
3. Jangka waktu cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dipat diperpanjang
paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya.
4. Cuti di luar tanggungan Negara mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dibebaskan dari
jabatannya, kecuali cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
5. Jabatan yang menjadi lowong karena,pemberian cuti di luar tanggungan Negara dengan segera dapat
diisi.
6. Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan Negara, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti disertai
dengan alasan-alasannya.
7. Cuti di luar tanggungan Negara hanya dapat diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang
memberikan cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) setelah mendapat persetujuan dari
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
8. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Negara, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak
berhak menerima penghasilan dari Negara.
9. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja Pegawai
Negeri Sipil.
10. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa
menjalankan cuti di luar tanggungan Negara diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
11. Pegawai Negeri Sipil yang melaporkan diri kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan
cuti di luar tanggungan Negara, maka :
a.apabila ada lowongan ditempatkan kembali;
b.apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkannya kepada
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi lain;
c.apabila penempatan yang dimaksud dalam huruf b tidak mungkin, maka Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan dengan mendapat hak-hak kepegawaian
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.Perawatan, Tunjangan Cacat Dan Uang Muka

A. Peraturan Tentang Pengobatan, Perawatan Dan Rehabilitas Pegawai

PENJELASAN
ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 1981

TENTANG

PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA

PEGAWAI NEGERI SIPIL

UMUM

Dalam melaksanakan tugas kewajibannya, Pegawai Negeri Sipil tidak luput dari kemungkinan
menghadapi risiko, seperti kecelakaan yang mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
sakit, cacad atau tewas.

Apabila Pegawai Negeri Sipil yang sakit karena dinas atau mengalami kecelakaan karena dinas
mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sakit atau cacad, sudah selayaknyalah mereka
mendapat pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi atas biaya Negara.

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang cacad karena dinas, yang mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi
dalam semua jabatan Negeri, perlu diberikan penghargaan dalam bentuk tunjangan cacad sehingga ia
dapat hidup layak.

Biaya pemakaman Pegawai Negeri Sipil yang tewas seluruhnya ditanggung oleh Negara dan kepada
keluarganya diberikan penghargaan dalam bentuk uang duka.

Dengan adanya jaminan pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi serta penghargaan sebagaimana
dimaksud di atas, maka diharapkan setiap Pegawai Negeri Sipil melaksanakan tugasnya dengan
bersemangat dan penuh rasa pengabdian dan tanggungjawab sebagai Aparatur Negara, Abdi Negara,
dan Abdi Masyarakat.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Sakit karena dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, adalah sakit yang diderita sebagai
akibat langsung dari kecelakaan karena dinas.

Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat ini hanya menyangkut rehabilitasi medis.
Ayat (2)

Surat pernyataan yang dimaksud dalam ayat ini dibuat oleh pimpinan instansi tempat Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja, serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau unit kerja
yang berdiri sendiri. Surat pernyataan tersebut antara lain memuat keterangan, bahwa
kecelakaan itu terjadi dalam salah satu keadaan yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf b.

Surat- keterangan tentang sakit karena dinas sebagai akibat langsung dari kecelakaan karena
dinas, dibuat oleh dokter Pemerintah setempat atas permintaan pimpinan instansi yang
bersangkutan. Apabila pada tempat itu tidak ada dokter Pemerintah, maka surat keterangan
tersebut dibuat oleh dokter swasta.

Berita acara tentang kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dibuat oleh pejabat yang
berwajib, seperti polisi atau pamong praja setempat.

Ayat (3)

Keputusan pemberian pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi sebagaimana dimaksud


dalam ayat ini, ditetapkan dengan berwenang berdasarkan surat pernyataan dari pimpinan
instansi yang bersangkutan dan surat keterangan atau berita acara dari yang berwajib.
Pertimbangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, dibuat secara tertulis yang antara
lain memuat keterangan tentang perlunya Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diobati,
dirawat, dan atau direhabilitasi. Pertimbangan tersebut dibuat oleh dokter Pemerintah
setempat, dan apabila pada tempat itu tidak ada dokter Pemerintah, maka pertimbangan
tersebut dibuat oleh dokter swasta.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat ini pada
dasarnya dilakukan pada Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Apabila pada suatu
Kecamatan tidak terdapat PUSKESMAS atau apabila PUSKESMAS tersebut tidak memiliki
peralatan untuk pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi yang diperlukan, maka Pegawai
Negeri Sipil tersebut diobati, dirawat, dan atau direhabilitasi pada rumah sakit yang terdekat,
baik rumah sakit Pemerintah maupun rumah sakit swasta.

Apabila di daerah yang bersangkutan tidak terdapat rumah sakit Pemerintah, maka Pegawai
Negeri Sipil tersebut diobati, dirawat, dan atau direhabilitasi di rumah sakit swasta yang
terdekat yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.

B. Tunjangan Cacat Pegawai

Tunjangan Cacat (PP No. 12 Tahun 1981)


        Kepada PNS yang menderita cacat karena dinas, yang mengakibatkan PNS tersebut tidak dapat
bekerja lagi dalam semua jabatan negeri berdasarkan surat keterangan Tim Penguji Kesehatan,
diberikan tunjangan cacat di atas pensiun yang berhak diteirmanya.
       Tunjangan ditetapkan oleh pejabat berwenang (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan LPND, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, dsb) bagi PNS berpangkat Pembina Tk.I (Gol IV/b) ke bawah
setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.

      Tunjangan ditetapkan oleh Presiden bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda (Gol. IV/c) ke
atas setelah mendapat pertimbangan dari Kepala BKN.

Besarnya tunjangan cacat tiap-tiap bulan adalah:

1.      70% gaji pokok bila kehilangan fungsi:

a.       Penglihatan pada kedua belah mata.

b.      Pendengaran pada kedua belah telinga.

c.       Kedua kaki dari pangkal paha atau dari lutut ke bawah.

2.      50% gaji pokok, bila kehilangan fungsi:

a.       Lengan dari sendi bahu ke bawah.

b.       Kedua belah kaki dari pangkal paha.

3.      40% gaji pokok, bila kehilangan fungsi:


a.       Lengan dari siku atau dari atas siku ke bawah.

b.      Sebelah kaki dari pangkal paha.

4.      30% gaji pokok, bila kehilangan fugsi


a.        Penglihatan sebelah mata.

b.      Pendengaran sebelah telinga.

c.       Tangan dari pergelangan atau dari atas pergelangan ke bawah.

d.      Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah.

5.      30% sampa 70% gaji pokok adalah berdasar pertimbangan Tim Penguji Kesehatan dan hal-hal lain yang
dapat dipersamakan dengan keadaan yang tersebut pada angka 1) sampai dengan angka 4).

6.      Dalam hal terjadi beberapa jenis cacat atau PNS, maka besarnya tunjangan cacat dengan jumlah
persentase setiap cacat, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 100% gaji pokok PNS bersangkutan.

Dasar hukum :                                                                                        


1.      Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999.

2.      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1981 tentang Perawatan, tunjangan Cacat,
dan Uang Duka Pegawai Negeri Sipil.

3.      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1983 tentang Perlakuan terhadap Calon
Pegawai Negeri Sipil yang Tewas atau Cacat Akibat Kecelakaan karena Dinas.

Sakit karena dinas : Adalah sakit yang diderita sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas. Pegawai
Negeri Sipil yang mengalami kecelakaan/sakit karena dinas berhak memperoleh pengobatan,
perawatan, dan atau rehabilitasi atas biaya negara.

Cacat karena dinas : Adalah cacat jasmani/rohani yang disebabkan oleh kecelakaan karena dinas/sakit
karena dinas. Tunjangan cacat diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang cacat karena dinas dan yang
bersangkutan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.

Tewas : Adalah meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajiban, atau dalam
keadaan lain yang ada hubungannya denga dinas, atau karena luka/cacat jasmani/rohani yang didapat
dalam dan karena dinas, atau karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab.

Calon Pegawai Negeri Sipil Cacat dan Tewas karena Dinas

o    Karena cacat =} dapat diangkat Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai tanggal surat keterangan Tim
Penguji Kesehatan.

·         Karena tewas =} dapat diangkat Pegawai Negeri Sipil terhitung awal bulan yang bersangkutan tewas.

C. Uang Duka Dan Biaya Pemakaman

Uang Duka dan Biaya Pemakaman (PP No. 12 Tahun 1981)

1.      Uang Duka Tewas


        Kepada isteri/suami PNS yang tewas diberikan uang duka tewas 6 kali penghasilan bersih, dengan
ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000. penghasilan terdiri dari gaji pokok, tunjangan keluarga,
tunjangan jabatan & tunjangan lain yang berhak diterimanya berdasar peraturan yang berlaku.

        i.            Apabila
PNS yang tewas tidak meninggalkan:
·         Isteri/suami, uang duka tewas diberikan kepada anaknya.

·         Isteri/suami dan anak, uang tewas diberikan kepada orangtuanya.

·         Isteri/suami, anak dan orangtua, uang duka tewas diberikan kepada yang menyelenggarakan upacara
pemakaman almarhum/almarhumah.

      ii.            Yang
duka diberikan dengan keputusan Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi
Negara, Pimpinan LPND, dsb bagi semua pangkat dan golongan PNS di instansi masing-masing setelah
mendapat persetujuan Kepala BKN.
    iii.            Uang duka tewas didasarkan atas penghasilan menurut pangkat anumerta.

2.      Biaya Pemakaman
a.       PNS yang tewas, biaya pemakamannya ditanggung negara.

Biaya meliputi:

ü  perawatan jenazah,

ü  pemandian jenazah dan perlengkapannya.

ü  Tanah pemakaman dan biaya di tempat pemakaman.

ü  Angkutan jenazah dari tempat pemakaman serta biaya persiapan pemakaman.

ü  Angkutan dan penginapan bagi isteri/suami dan semua anak yang sah.

3.      Biaya penginapan diberikan untuk paling lama 10 hari.

4.       Uang Duka Wafat


a.       Kepada isteri/suami PNS yang wafat diberikan uang duka wafat sebesar 3 kali penghasilan sebulan
dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp. 100.000.

b.      Ketentuan pada butir e 1 b berlaku juga pada PNS yang wafat.

c.       Uang duka wafat diberikan tanpa keputusan pejabat yang berwenang, melainkan cukup Bendaharawan
Gaji mengajukan uang duka dengan melampirkan surat kematian.

4.    Pendidikan Dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil

A.  Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Dan Pelatihan PNS


        Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses
penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian,
mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan. 

Pengertian Pendidikan & Pelatihan yang dimaksud Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101
Tahun 2000 adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkankemampuanPegawaiNegeriSipil.

Tujuan Pendidikan dan Pelatihan


1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas jabatan secara
profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.
2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan
bangsa.
3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan
pemberdayaan masyarakat.
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum
dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.
B.     Penggolongan Pendidikan Dan Pelatihan PNS

1.      Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan


               Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan adalah diklat untuk membentuk wawasan kebangsaan,
kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil serta memberikan pengetahuan dasar tentang system
penyelenggaraan Pemerintahan Negara dan tentang bidang tugas serta budaya organisasinya agar
mampu melaksanakan tugas jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan adalah merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Diklat Prajabatan terdiri atas:

1. Diklat Prajabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I.


2. Diklat Prajabatan Golongan II untuk menjadi PNS Golongan II.
3. Diklat Prajabatan Golongan III untuk menjadi PNS Golongan III.
2.       Pendidikan dan Pelatihan dalam jabatan

            Jenjang Pendidikan dan Pelatihan dalam Jabatan

Pendidikan dan Pelatihan dalam Jabatan Pegawai Negeri Sipil ada 3 (tiga) jenis, yaitu :

3.      Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim)


            Diklat Kepemimpinan adalah diklat yang memberikan wawasan, pengetahuan, keahlian,
ketrampilan, sikap dan perilaku dalam bidang kepemimpinan aparatur, sehingga mencapai persyaratan
kompetensi kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural tertentu.

        Diklat Kepemimpinan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan


aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklat Kepemimpinan terdiri atas
empat jenjang:

d.      Diklat Kepemimpinan Tingkat IV untuk Jabatan Struktural Eselon IV.

e.       Diklat Kepemimpinan Tingkat III untuk Jabatan Struktural Eselon III.

f.       Diklat Kepemimpinan Tingkat II untuk Jabatan Struktural  Eselon II.

g.      Diklat Kepemimpinan Tingkat I untuk Jabatan Struktural   Eselon I.

4.      Pendidikan dan Pelatihan Fungsional


           Diklat Fungsional adalah diklat yang memberikan bekal pengetahuan dan/atau ketrampilan bagi
Pegawai Negeri Sipil sesuai keahlian dan ketrampilan yang diperlukan dalam jabatan fungsional.
Diklat Fungsional adalah jenis Diklat Pegawai Negeri Sipil yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi yang disesuaikan dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing. 

1. Diklat fungsional keahlian yaitu diklat yang memberikan pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu
yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan fungsional keahlian yang bersangkutan.
2. Diklat fungsional ketrampilan yaitu diklat yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan fungsional
tertentu yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan fungsional keahlian yang
bersangkutan.
5.      Pendidikan dan Pelatihan Teknis

Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi Teknis adalah kemampuan PNS dalam bidang-bidang teknis
tertentu untuk pelaksanaan tugas masing-masing.

1. Diklat teknis bidang umum/administrasi dan manajemen yaitu diklat yang memberikan ketrampilan
dan/atau penguasaan pengetahuan di bidang pelayanan teknis yang bersifat umum dan di bidang
administrasi dan manajemen dalam menunjang tugas pokok instansi yang bersangkutan.
2. Diklat teknis substantif yaitu diklat yang memberikan ketrampilan dan/atau penguasaan pengetahuan
teknis yang berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan tugas pokok instansi yang bersangkutan. 
        i.             Latihan Pra Jabatan Dan Dalam Jabatan

1.      Pelatihan Prajabatan (preservivice training)


            Merupakan pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja baru dengan tujuan agar tenagaa kerja
yang bersangkutan dapat terampil melaksanakan tugas dan pekerjaan yang akan dipercayakan
kepadanya.

   Pelatihan ini dibedakan menjadi 2, yaitu:


·         Pelatihan prajabatan yang bersifat umum

                Yaitu pelatihan prajabatan yang harus diikuti tenaga kerja baru mengenai hal-hal umum yang
menyangkut seluruh lingkungan pekerjaan, termasuk segala peraturan dan kebijakan yang berlaku
dalam perusahaan, sifatnya tertulis maupun tidak tertulis.

Pelaksanaan pelatihan prajabatan yang bersifat umum dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

ü  Pelatihan prajabatan tingkat I, yaitu prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja biasa yang
tidak akan diserahi jabatan tertentu dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Misalnya para operator,
pekerja lapangan dan sebagainya.

ü  Pelatihan prajabatan tingkat II, yaitu pelatihan prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja
yang menduduki/ diserahi suatu jabatan tertentu pada tingkatan lower manajer. Misalnya para kepala
shift, supervisor, kepala seksi, mandor, kepala mandor dan sebagainya.

ü  Pelatihan prajabatan tingkat III, yaitu pelatihan prajabatan yang diperuntukkan bagi para tenaga kerja
yang akan menduduki/diserahi suatu jabatan tertentu pada tingkat middle manajer  atau manajer
tingkat menengah dan anggota board of director (dewan direksi) serta presiden perusahaan. Misalnya
kepala bagian, kepala divisi, para manajer bidang dan sebagainya.
2.      Pelatihan Prajabatan yang Bersifat Khusus
                Yaitu pelatihan prajabatan yang dilaksanakan para tenaga kerja tertentu untuk melaksanakan
tugas dan pekerjaan memerlukan pengetahuan dan keterampilan secara khusus. Jadi, pelatihan
prajabatan bersifat khusus ruang lingkupnya terbatas pada kegiatan yang bersifat teknis dan terbatas
pada satu lingkungan pekerjaan saja.

3.      Pelatihan dalam Jabatan (In Service Training)

              Adalah suatu pelatihan tenaga kerja yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kualitas,
keahlian, kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja yang bekerja dalam perusahaan.

 Pelatihan dalam jabatan dibedakan menjadi 2,  yaitu:


·         Pelatihan dalam jabatan yang bersifat umum

        Yaitu pelatihan dalam jabatan yang diselenggarakan untuk para tenaga kerja, baik tingkat manajer
puncak, manajer menengah dan manajer bawah, maupun para pekerja lapangan.
        Biasanya pelatihan dalam jabatan yang bersifat umum diberikan kepada para tenaga kerja yang
baru dipromosikan dari jabatan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun dalam banyak hal, sering juga
diberikan kepada para tenaga kerja yang baru dimutasikan pada jabatan lain yang setaraf dengan
jabatan sebelumnya.

·         Pelatihan dalam jabatan yang bersifat khusus

       Yaitu pelatihan dalam jabatan yang diselenggarakan untuk para tenaga kerja yang ada dalam
perusahaan akibat adanya inovasi baru atas segala sarana dan prasarana yang digunakan perusahaan
dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan mampu mempergunakan dan mengoperasikan
sarana dan prasarana tersebut.

v  Menurut GR Terry, mengemukakan pelatihan dapat digolongkan dalam banyak cara:


1. Pelatihan untuk pekerjaan sekarang dan pelatihan untuk pekerjaan waktu yang akan datang
2. Pelatihan untuk masing-masing atau untuk semuanya tentang pengetahuan, pekerjaan dan kecakapan
bekerja
3. Keterangan pokok untuk pengembangan perorangan dan produksi khusus dalam penerapan pekerjaan
tertentu.
4. Menurut GR Terry, jenis pelatihan dapat dibedakan menjadi :
ü  Pelatihan sebelum Penempatan (Pre-Employment Training.

        Dalam hal ini berhubungan dengan jenis dan jumlah instruksi yang diperlukan tenaga kerja yang
tidak berpengalaman sebelum mereka bekerja pada perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan ini
biasanya diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan di luar perusahaan, seperti perguruan tinggi,
universitas/institut, akademi dan lain-lain.

ü  Pelatihan Induksi (Induction Training.


         Tujuannya adalah untuk melengkapi tenaga kerja baru dengan keterangan dan informasi yang
diperlukan untuk pengetahuan dan pengertian yang lengkap tentang praktek dan prosedur perusahaan.
Termasuk dalam pelatihan induksi adalah mengucapkan selamat datang atau menyambut dengan baik
tenaga kerja baru, menjelaskan ketentuan dan peraturan yang berlaku, mengenalkan dengan
kesejahteraan sosial tenaga kerja, memberikan keterangan dan informasi kepadanya tentang
kebijaksanaan dan kinerja dalam perusahaan serta memberikan kepadanya tentang apa yang
diharapkan dari dia sebagai tenaga kerja.

ü  Pelatihan di tempat kerja (on the job training)


        Diselenggarakan  dengan maksud membentuk kecakapan tenaga kerja yang diperlukan untuk suatu
pekerjaan tertentu. Pelatihan ini berusaha mengisi celah antara kemampuan pekerja dengan
kemampuan yang diperlukan pekerjaan. Pekerjaan dapat berupa pekerjaan saat ini atau pekerjaan masa
datang.

Pelatihan Penyelia (Supervisory Training)


         Diselenggarakan dengan tujuan memberikan keterangan dan informasi yang berhubungan dengan
teori dan aplikasi mengenai teknis penyelia. Kursus dalam pelatihan penyelia telah direncanakan dan
kebanyakan kursus semacam itu pada ummnya dipandang efektif.

ü  semacam itu pada umumnya dipandang efektif.

ü  semacam itu pada umumnya dipandang efektif.

ü  semacam itu pada umumnya dipandang efektif.


Diposting 29th January 2016 oleh Anonymous

Lihat komentar

MATERI KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN

1.
JAN

29

Pengertian Pengadaan

A.    Pengertian Pengadaan


Menurut gunawan, (1996:135) mengatakan bahwa pengadaan sarana dan prasarana adalah
segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda dan jasa bagi keperluan
pelaksanaan tugas.   
            Sedangkan menurut daryanto, (2001:51) bahwa prasarana berdasarkan etimologi berarti alat
tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Nawawi, (1993:63) mengatakan bahwa usaha pengadaan sarana prasarana yang
dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara tepat, memerlukan dan mengembangkan  sejumlah dana,
komunikasi yang cepat dan tepat dalan kebutuhan peralatan dapat memungkinkan disusunnya
perencanaan yang lengkap.
Secara ringkas maksud dari pengadaan itu sesuai dengan yang dinyatakan dalam Keputusan
Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa pemerintahan yakni
menyatakan  “Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang
dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia
barang/jasa”.

1.     Tujuan Pengadaan Sarana dan Prasarana


Aktivitas pertama dalam manajemen sarana prasarana pendidikan adalah pengadaan sarana prasarana
pendidikan. Pengadaan perlengkapan pendidikan biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan perkembangan pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di
hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat di pertanggung jawabkan sehingga memerlukan
pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun dan anggaran mendatang.
Pengadaan perlengkapan pendidikan seharusnya di rencanakan dengan hati-hati sehingga semua
pengadaan perlengkapan sekolah itu selalu sesuai dengan pemenuhan kebutuhan di sekolah.

2.     Langkah- langkah Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana


Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah haruslah direncanakan. Sebagai manajer pendidikan,
kepala sekolah haruslah mempunyai proyeksi kebutuhan sarana dan prasaran

Anda mungkin juga menyukai