Anda di halaman 1dari 29

Christian berdiri di sangkar baja.

Mengenakan celana jins robek yang lembut,


dada dan kakinya telanjang, dan dia menatapku. Tersenyum karena leluconnya
sendiri, terukir di wajah tampannya dan mata abu-abunya meleleh. Di tangannya,
dia memegang semangkuk stroberi.

Dia berjalan seenaknya dengan postur tubuh atletis yang anggun menuju bagian
depan sangkar, menatap tajam padaku. Sambil mengangkat stroberi yang sudah
matang, dia mengulurkan tangannya melalui jeruji.

“Makan,” katanya, lidahnya membelai bagian depan langit-langit mulutnya sambil


mengucapkan ‘n’.

Aku mencoba bergerak ke arahnya, tapi aku terikat, ditahan oleh beberapa
kekuatan yang tak terlihat di sekitar pergelangan tanganku, menahanku.
Lepaskan aku.

“Ayo, makan,” katanya dengan senyum miringnya.

Aku menarik dan menarik… Lepaskan aku! Aku ingin menjerit dan berteriak, tapi
tak ada suara yang muncul. Aku jadi bisu. Ia mengulurkan lebih jauh lagi, dan
stroberi sampai dibibirku.

“Makan, Anastasia.” Mulutnya menyebut setiap suku kata namaku dengan


sensual.

Aku membuka mulut dan menggigit, sangkarnya tiba-tiba menghilang, dan


tanganku bebas. Aku mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, jari-jariku
menyentuh rambut dadanya.

“Anastasia.”

Tidak, aku mengerang.

“Ayo, Sayang.”

Tidak. Aku ingin menyentuhmu.

“Bangun.”

Tidak. Tolong. Mataku berkedip dengan enggan membuka untuk sekian detik. Aku
di tempat tidur dan seseorang mengendus telingaku.

“Bangun, sayang,” dia berbisik, dan pengaruh suaranya yang merdu menyebar
seperti karamel hangat meleleh melalui pembuluh darahku.

Ini Christian. Astaga, masih gelap, dan bayangan dia di mimpiku terus berlanjut,
meresahkan dan menggoda di kepalaku.
“Oh… tidak,” erangku. Aku ingin kembali ke dadanya, kembali ke mimpiku.
Mengapa dia membangunkan aku?

Sepertinya masih tengah malam. Sialan. Apa dia ingin seks – sekarang?

“Waktunya bangun, sayang. Aku akan menyalakan lampu samping.” Suaranya


tenang.

“Tidak,” aku mengerang.

“Aku ingin mengejar fajar denganmu,” katanya, dia mencium wajahku, kelopak
mataku, ujung hidungku, mulutku, dan aku membuka mata. Lampu samping
menyala. “Selamat pagi, cantik,” bisiknya.

Aku mengeluh, dan dia tersenyum.

“Kau bukan orang yang suka bangun pagi,” bisiknya.

Melalui cahaya yang redup, aku memicingkan mata dan melihat Christian
membungkuk, tersenyum. Geli. Geli melihatku. Sudah berpakaian! Warna hitam.

“Aku pikir kau menginginkan seks,” aku menggerutu.

“Anastasia, aku selalu menginginkan seks denganmu. Rasanya menyenangkan


mengetahui bahwa kau merasakan hal yang sama,” katanya datar.

Aku memandang dia saat mataku sudah bisa menyesuaikan dengan cahaya, tapi
dia masih terlihat geli … syukurlah.

“Tentu saja aku menginginkannya, hanya saja tidak pada waktu yang masih
terlalu larut.”

“Ini bukan masih larut, ini sudah pagi. Ayo – kau harus bangun. Kita akan jalan-
jalan keluar. Nanti aku akan menagih seksnya nanti.”

“Aku tadi bermimpi menyenangkan,” aku merengek.

“Mimpi tentang apa?” Tanyanya dengan sabar.

“Kamu.” Aku tersipu.

“Apa yang aku lakukan kali ini?”

“Mencoba menyuapiku dengan buah stroberi.”

Bibirnya berkedut bekas tanda tersenyum.


“Dr. Flynn mungkin senang mendengar itu. Cepat berpakaian. Tak usah mandi,
kita bisa melakukannya nanti.”

Kita!

Aku duduk, dan selimutnya turun di pinggangku, memperlihatkan sebagian


tubuhku. Dia berdiri untuk memberiku ruang, matanya gelap.

“Jam berapa sekarang?”

“5:30 pagi.”

“Terasa seperti masih jam 03:00 pagi.”

“Kita tak punya banyak waktu. Aku sudah membiarkan kau tidur selama mungkin.
Ayolah.”

“Tidak bisakah aku mandi?”

Dia mendesah.

“Jika kau mandi, aku ingin mandi bersamamu, kau dan aku tahu apa yang akan
terjadi setelahnya –kita harus berangkat pagi-pagi ini. Ayolah.”

Dia begitu semangat. Seperti anak kecil, dia menjadi penuh harap dan
semangat.Yang membuatku tersenyum.

“Apa yang akan kita lakukan?”

“Ini kejutan. Seperti yang sudah aku katakan.” Aku tak tahan untuk tak tersenyum
ke arahnya.

“Oke.” Aku merangkak keluar dari tempat tidur dan mencari pakaianku. Tentu
saja semuanya sudah terlipat rapi di kursi samping tempat tidurku. Dia menata
sepasang celana boxer jersey Ralph Lauren-nya juga. Aku mengenakan boxernya,
dan dia nyengir melihatku. Hmm, sepotong pakaian dalam Christian Grey yang
lain – sebuah piala untuk menambah koleksiku – beserta dengan mobil,
BlackBerry, Mac, jaket hitam, dan satu set novel tua edisi pertama yang sangat
berharga. Aku menggeleng kepala pada kemurahan hatinya, dan aku mengerutkan
kening mengingat adegan dari Tess melintasi pikiranku: adegan stroberi. Itu
muncul dalam mimpiku. Persetan dengan Dr. Flynn – Freud akan senang
menelitinya – dan mungkin dia sudah meninggal mencoba menangani masalah
Fifty Shades.

“Aku akan memberimu ruang sekarang karena kau sudah bangun.” Christian
Keluar menuju ruang tamu, dan aku masuk ke kamar mandi. Aku punya kebutuhan
untuk mencuci dengan segera. Tujuh menit kemudian, Aku sudah berada di ruang
tamu, menggosok badan, menyikat gigi dan memakai jeans, kamisolku, dan
celana dalam Christian Grey. Christian melirik ke atas dari meja makan kecil di
mana dia sedang sarapan. Sarapan! Astaga, saat ini.

“Makanlah,” katanya.

Ya ampun … mimpiku. Aku melongo padanya, memikirkan lidahnya di langit-langit


mulutnya. Hmm, lidahnya yang ahli.

“Anastasia,” katanya dengan tegas, menarikku keluar dari lamunan.

Ini benar-benar masih terlalu pagi bagiku. Bagaimana aku bisa makan?

“Aku akan minum teh. Bisakah aku mendapatkan croissant untuk nanti?”

Matanya curiga menatapku, dan aku tersenyum sangat manis.

“Jangan memperagakan pertunjukan didepanku, Anastasia,” dia memperingatkan


dengan lembut.

“Aku akan makan nanti saat perutku sudah bangun. Sekitar 07:30 … oke?”

“Oke.” Dia menatap kearahku.

Sejujurnya. Aku harus berkonsentrasi keras untuk tak mencibir ke arahnya.

“Aku ingin memutar mata padamu.”

“Silahkan saja, lakukan, dan kamu akan membuat hariku jadi lengkap,” katanya
tegas.

Aku menatap langit-langit. “Yah, kukira pukulan dipantat bisa membangunkanku.”


Aku mengerutkan bibir dengan tenang.

Mulut Christian menganga.

“Di sisi lain, aku tak ingin kau jadi panas dan terganggu, karena cuaca di sini
sudah cukup hangat.” Aku mengangkat bahu acuh tak acuh.

Christian menutup mulutnya dan berusaha sangat keras untuk tak terlihat senang,
tapi usahanya sia-sia, Aku bisa melihat humor yang bersembunyi di belakang
matanya.

“Kau, seperti biasa, suka menantang, Miss Steele. Minum tehmu.”


Aku melihat label Twinings, dan didalam hatiku bernyanyi. Lihat, dia sangat
peduli, alam bawah sadarku menyeringai padaku. Aku duduk berhadapan
dengannya, minum sambil melihat keindahannya. Apakah aku akan merasa cukup
dari pria ini?

Saat kami meninggalkan ruangan, Christian melempar sweter padaku. “Kau akan
membutuhkan itu.” Aku menatapnya, bingung.

“Percayalah.” Dia menyeringai, membungkuk dan mencium bibirku dengan cepat,


kemudian meraih tanganku dan kami berjalan keluar.

Di luar, relatif dingin, belum begitu terang masih menjelang fajar, petugas valet
memberikan pada Christian satu set kunci mobil sport mengkilat dengan warna
lembut. Aku mengangkat alis pada Christian, dan dia menyeringai ke arahku.

“Kau tahu, kadang-kadang sangat menyenangkan untuk menjadi diriku sendiri,”


katanya dengan senyum konspirasi tapi puas bahwa aku hanya tak bisa
membantu menyamai. Dia begitu mudah dicintai pada saat dia berkelakar dan
santai. Dia membuka pintu mobil untukku dengan cara membungkuk secara
berlebihan, dan aku naik. Dia sedang dalam suasana hati yang bagus.

“Kita mau kemana?”

“Nanti kau akan tahu.” Dia menyeringai saat dia mengendarai mobil, dan kami
keluar menuju Savannah Parkway. Dia memprogram GPS dan menekan sebuah
tombol di roda kemudi dan suara orkestra klasik menggema didalam mobil.

“Apa ini?” Aku bertanya dengan manis, suara yang merdu dari ratusan senar biola
assails.

“Ini dari La Traviata. Sebuah opera karya Verdi.”

Oh, … itu sangat indah.

“La Traviata? Aku sudah pernah mendengar itu. Aku lupa dimana pernah
mendengar itu. Apa maksudnya?”

Christian melirikku dan nyengir.

“Yah, secara harfiah, wanita yang disesatkan. Berasal dari buku Alexander
Dumas, La Dame aux Camelias.”

“Ah. Aku pernah membacanya.”

“Sudah kuduga.”
“Kisah tentang pelacur yang malang.” Aku menggeliat tak nyaman di kursi kulit
yang mewah. Apa dia mencoba mengatakan sesuatu padaku? “Hmm, cerita yang
menyedihkan,” aku bergumam.

“Terlalu menyedihkan? Apa kau ingin memilih musiknya? Ini ada di iPodku ”
Christian memiliki senyum rahasia lagi.

Aku tak bisa melihat dimana iPod-nya. Dia menyentuh layar diatas konsol antara
kami, dan muncul – playlist lagu-lagunya.

“Kau yang pilih.” Bibirnya berkedut tersenyum, dan aku tahu itu adalah sebuah
tantangan.

IPod punya Christian Grey, ini pasti menarik. Aku menelusuri layar sentuh, dan
menemukan lagu yang sempurna. Aku menyentuh tulisan play. Aku tak tahu dia
penggemar Britney. Klub-mix, techno beat mengganggu kita berdua, dan Christian
mengecilkan volumenya. Mungkin masih terlalu pagi untuk mendengar musik
Britney yang sangat sensual.

“Toxic, eh?” Christian menyeringai.

“Aku nggak tahu apa maksudmu.” Aku berpura-pura tak bersalah.

Dia mengurangi suara musiknya sedikit lebih turun, dan aku memeluk diriku
sendiri. Dewi batinku berdiri di atas podium menunggu medali emasnya. Dia hanya
mengurangi suara musiknya. Menang!

“Aku tidak menyimpan lagu itu di iPod ku,” katanya santai, dan kakinya mengijak
gas di bawah hingga aku terlempar kembali ke kursiku saat mobil melaju dengan
cepat di sepanjang jalan bebas hambatan.

Apa? Dia tahu apa yang dia lakukan, brengsek. Siapa yang melakukan? Dan aku
harus mendengarkan Britney terus menerus. Siapa … siapa?

Lagu berakhir dan iPod berganti dengan suara Damien Rice yang sendu. Siapa?
Siapa? Aku menatap ke luar jendela, perutku bergolak. Siapa?

“Itu Leila,” jawab dia menjawab pikiranku yang tak terucap. Bagaimana dia
melakukannya?

“Leila?”

“Seorang mantan, yang menaruh lagu di iPod-ku.”

Aku duduk tertegun dengan latar belakang suara Damien warbles. Seorang
mantan … mantan submisif? Seorang mantan.
“Salah satu lima belas itu?” Aku bertanya.

“Ya.”

“Apa yang terjadi padanya?”

“Kita putus.”

“Kenapa?”

Oh astaga. Masih terlalu pagi untuk membicarakan tentang ini. Tapi dia terlihat
santai, bahkan lebih bahagia, dan terlebih lagi banyak bicara.

“Dia ingin lebih.” Suaranya rendah, bahkan introspektif, dan dia meninggalkan
kalimat menggantung di antara kami, berakhir dengan kata sedikit kuat lagi.

“Dan kau tak mau?” Aku bertanya sebelum aku bisa menggunakan otakku untuk
menyaring mulutku. Sial, aku ingin tahu?

Dia menggelengkan kepalanya.

“Aku tak pernah menginginkan ‘lebih’, sampai aku bertemu denganmu.”

Aku terkesiap, terguncang. Oh. Bukankah ini yang aku inginkan? Dia ingin. Dia
ingin ‘lebih’, juga! Dewi batinku salto kebelakang dari podium dan melakukan
salto di sekitar stadion. Ini bukan hanya aku saja yang memnginginkan lebih.

“Apa yang terjadi dengan empat belas lainnya?” Aku bertanya.

Astaga dia mau bicara – segera ambil kesempatan.

“Kau ingin daftar? Cerai, dipenggal, meninggal?”

“Kau bukan Henry VIII.”

“Oke. Secara tak berurutan, aku hanya memiliki hubungan jangka panjang dengan
empat wanita, selain dengan Elena.”

“Elena?”

“Kau menyebutnya Mrs. Robinson.” Dia setengah tersenyum dengan senyum


lelucon rahasianya.

Elena! Brengsek. Setan satu ini memiliki nama dan terdengar sangat asing.
Sebuah bayangan menggoda, perempuan nakal berkulit pucat dengan rambut
hitam lurus dan bibir merah ruby terlintas masuk ke dalam pikiran, dan aku tahu
bahwa dia cantik. Aku tak boleh diam. Aku tak boleh diam.

“Apa yang terjadi dengan empat lainnya?” Aku bertanya untuk mengalihkan
perhatianku.

“Begitu ingin tahu, begitu bersemangat mendapat informasi, Miss Steele,” dia
menegur dengan bercanda.

“Oh, Mr. Kapan Kamu Menstruasi?”

“Anastasia – seorang pria perlu mengetahui hal itu.”

“Benarkah begitu?”

“Aku harus melakukan itu.”

“Kenapa?”

“Karena aku tak ingin kau hamil.”

“Aku juga tidak! Yah, tidak untuk beberapa tahun lagi.”

Christian berkedip kaget, kemudian tampak santai. Oke. Christian tak


menginginkan anak.

Sekarang atau tidak pernah sama sekali? Aku tiba-tiba terguncang, belum pernah
ada yang menyerang sebelumnya dari keterbukaannya. Mungkin masih terlalu
pagi? Ada sesuatu dengan air Georgia? Udara Georgia? Apa lagi yang ingin
ketahui? Carpe Diem.

“Jadi empat lainnya, apa yang terjadi?” Aku bertanya.

“Salah satu bertemu dengan orang lain. Tiga lainnya ingin – ‘lebih’. Aku belum
mengnginkan ‘lebih’.”

“Dan yang lainnya?” Aku mendesaknya.

Dia melirikku sebentar dan hanya menggeleng.

“Hanya tidak berhasil.”

Wah, seember-beban informasi untuk diproses. Aku melirik cermin di samping


mobil, dan aku melihat lingkaran lembut warna merah jambu dan warna biru laut
diatas langit di belakang. Fajar mengikuti kita.
“Kita akan menuju kemana?” Aku bertanya, bingung, menatap keluar pada I-95.
Kami menuju selatan, itu saja yang aku tahu.

“Lapangan terbang.”

“Kita tak akan kembali ke Seattle, kan?” Aku terkesiap, terkejut. Aku belum
mengatakan selamat tinggal pada ibuku. Astaga, dia mengharapkan kita untuk
makan malam.

Dia tertawa. “Tidak, Anastasia, kita akan menikmati hobi favorit keduaku.”

“Kedua?” Aku mengerutkan kening padanya.

“Yap. Aku sudah bilang favoritku pagi ini.”

Aku melirik profilnya yang hebat, mengerutkan kening, aku memeras otak.

“Memanjakan dirimu, Miss Steele, harus menjadi puncak dari daftarku. Dengan
cara apapun aku bisa mendapatkanmu.”

Oh,

“Yah itu cukup tinggi di daftar pengalihanku, prioritas ganjil juga.” Gumamku,
memerah.

“Aku senang mendengarnya,” gumamnya datar.

“Jadi, lapangan udara?”

Dia nyengir.

“Membubung.”

Istilah itu seperti lonceng samar-samar berbunyi. Dia pernah menyebutkan


sebelumnya.

“Kita akan mengejar fajar, Anastasia.” Dia berbalik dan menyeringai padaku saat
GPS menunjukkan arah untuk berbelok ke kanan menuju tempat seperti sebuah
kompleks industri. Dia berhenti di depan bangunan besar bercat putih dengan
papan tulisan Brunswick Soaring Association.

Gliding! Kita akan terbang layang?

Dia mematikan mesin.

“Kamu siap untuk ini?” Tanya dia. “Kau terbang?”


“Ya.”

“Ya, aku mau!” Aku tak ragu. Dia menyeringai dan membungkuk ke depan dan
menciumku.

“Pertama kali lainnya, Miss Steele,” katanya sambil keluar dari mobil.

Pertama? Jenis pertama apa? Pertama kali terbang glider … sial! Tidak – dia
mengatakan sudah pernah melakukan sebelumnya. Aku rileks. Dia jalan memutar
dan membuka pintuku. Langit telah berubah seperti batu opal yang halus, berkilau
dan bersinar lembut di balik awan yang sporadis kekanak-kanakan. Fajar diatas
kita.

Mengambil tanganku, Christian membawaku memutari bangunan besar yang


permukaannya dilapisi dengan aspal di mana ada beberapa pesawat yang
diparkir. Di samping sebuah pesawat ada seorang pria dengan rambut dicukur
rapi dan matanya tampak liar, ditemani Taylor.

Taylor! Bisakah Christian pergi kemana-mana tanpa pria itu? Aku tersenyum
padanya, dan dia tersenyum ramah membalasku.

“Mr. Grey, ini pilot penarik anda, Mr. Mark Benson,” kata Taylor. Christian dan
Benson berjabat tangan dan memulai percakapan, yang terdengar masalah teknis
mengenai kecepatan angin, arah, dan sejenisnya.

“Halo, Taylor,” gumamku malu-malu.

“Miss Steele.” Dia mengangguk memberi salam padaku, dan aku mengerutkan
kening. “Ana,” dia mengoreksi. “Dia seperti berada di neraka beberapa hari
terakhir ini. Rasanya senang kita berada disini,” katanya penuh rahasia.

Oh, ini adalah berita baru – Kenapa? Tentu saja bukan karena aku! Pengungkapan
hari Kamis! Pasti ada sesuatu didalam air Savannah yang membuat pria-pria ini
agak sedikit santai.

“Anastasia,” Christian memanggilku. “Ayo.” Dia mengulurkan tangannya.

“Sampai nanti.” Aku tersenyum pada Taylor, dan memberiku homat dengan cepat,
dia kembali menuju tempat parkir.

“Mr. Benson, ini pacarku Anastasia Steele.”

“Senang bertemu denganmu,” bisikku saat kami berjabat tangan.

Benson memberiku senyum yang mempesona.


“Demikian juga denganku,” katanya, dan aku bisa menebak dari aksennya bahwa
dia pria Inggris.

Saat aku menggenggam tangan Christian, ada kegembiraan yang meningkat di


dalam perutku. Wow … gliding! Kami mengikuti Mark Benson keluar hangar
menuju runway. Dia dan Christian terus bercakap-cakap sambil berjalan. Aku bisa
memahami intinya. Kami akan naik Blanik glider L-23, sepertinya lebih baik
daripada L-13, meskipun masih diperdebatkan. Benson akan menerbangkan Piper
Pawnee. Dia sudah pernah menerbangkan tail draggers selama kurang lebih lima
tahun. Semua itu tak ada artinya bagiku, tapi aku melirik ke arah Christian, dia
begitu bersemangat, sangat menyenangkan untuk menontonnya.

Pesawatnya agak panjang, ramping, dan warna putih dengan garis-garis oranye.
Kokpitnya kecil dengan dua tempat duduk satu di depan, satu lagi dibelakang.
Saling terhubung dengan kabel putih yang panjang, pesawat konvensional kecil
dengan satu baling-baling. Benson membuka lebar, Perspex dome bening yang
menutupi kokpit, sehingga kita bisa memanjat untuk masuk.

“Pertama-tama kita perlu mengikat tali parasutmu.”

Parasut!

“Aku yang akan melakukan itu,” potong Christian dan mengambil harness dari
Benson, dia tersenyum menuruti permintaannya.

“Aku akan mengambil beberapa ballast,” kata Benson dan berjalan menuju
pesawat.

“Kau menyukai mengikatku pada suatu benda.” Aku mengamati dengan datar.

“Miss Steele, kau sama sekali tak tahu. Sini, masuk ke tali pengikatnya.”

Aku lakukan apa yang dia katakan, menempatkan tanganku di bahunya. Christian
sedikit menegang tapi tak bergerak. Setelah kakiku masuk ke dalam lingkaran,
dia menarik parasut keatas, dan aku menempatkan tanganku memasukkan tali
kebahu. Dengan tangkas dia mengikat harness dan mengencangkan semua tali.

“Harnessmu sudah terikat sempurna ,” katanya lembut, tapi matanya berkilauan.


“Apa kau membawa ikat rambutmu?”

Aku mengangguk. “Kau ingin aku mengikat rambutku ke keatas?”

“Ya.”

Aku segera melakukan apa yang dia katakan.


“Kau naik dulu,” perintah Christian. Dia masih sangat bossy. Aku segera naik ke
belakang.

“Jangan, yang di depan. Pilot duduk di belakang.”

“Tapi kau tak akan bisa melihat.”

“Aku akan bisa melihat banyak.” Dia menyeringai.

Kupikir aku belum pernah melihat dia begitu gembira, sangat bossy, begitu
bahagia. Aku naik, dan duduk di kursi yang terbuat dari kulit. sangat mengejutkan
ternyata rasanya nyaman. Christian membungkuk, menarik harness diatas
bahuku, menjangkau sabuk yang dibawah kedua kakiku, dan memasukkan ke
dalam pengikat yang terletak diatas perutku. Dia mengencangkan semua tali
penahannya.

“Hmm, dua kali terjadi di satu pagi, aku seorang pria yang sangat beruntung,”
bisiknya dan menciumku dengan cepat.

“Tak akan lama – kurang lebih dua puluh sampai tiga puluh menit. Thermal tak
terlalu bagus pada pagi hari, tapi sangat menakjubkan di atas sana pada jam
seperti ini. Aku harap kau tak gugup.”

“Terlalu bersemangat.” Kataku berseri-seri.

Darimana senyum konyol ini berasal? Sebenarnya, bagian dalam diriku sangat
ketakutan. Dewi batinku berada di bawah selimut di belakang sofa.

“Bagus.” Dia menyeringai kembali, membelai wajahku, lalu menghilang dari


pandanganku.

Aku mendengar dan merasakan gerakannya saat dia memanjat naik di


belakangku. Tentu saja dia mengikatku begitu erat agar aku tak bisa menengok
kebelakang untuk melihatnya … seperti biasanya! Kami masih di-apron. Di
depanku ada beberapa tombol diatas panel dan tuas dan stick yang besar. Aku
membiarkan saja dan tak berani menyentuh.

Mark Benson muncul dengan senyum ceria sambil memeriksa taliku dan
mencondongkan tubuhnya dan memeriksa lantai kokpit. Aku pikir itu balast.

“Ya, itu sudah aman. Pertama kali? “Tanyanya padaku.

“Ya.”

“Kamu akan menyukainya.”

“Terima kasih, Mr. Benson.”


“Panggil aku Mark.” Kemudian dia bertanya pada Christian. “Oke?”

“Yup. Ayo kita mulai.”

Aku sangat senang karena belum makan apa-apa. Aku lebih dari bersemangat,
dan kupikir perutku tak akan setuju dengan makanan, kegembiraan, dan
meninggalkan tanah pada saat bersamaan. Sekali lagi, aku mempercayakan diriku
pada tangan-tangan terampil pria tampan ini. Mark menutup tutup kokpit, berjalan
ke pesawat yang ada di depan, dan memanjat menaikinya.

Pesawat Piper dengan baling-baling tunggal mulai dinyalakan, dan perutku yang
gelisah berpindah dengan sendirinya ke tenggorokanku. Astaga … aku benar-
benar melakukan ini. Mark menjalankan pesawat pelan-pelan menuju runway, dan
kabelnya menegang, tiba-tiba kami ketarik maju. Kita mengudara. Aku mendengar
suara obrolan di radio belakangku. Aku pikir itu Mark yang berbicara dengan
menara – tapi aku tak bisa mendengar apa yang dia katakan.

Saat Piper melaju cepat, begitu juga dengan kami. Rasanya seperti terpental-
pental, dan di depan kita, pesawat single prop masih di tanah. Astaga, kapan kita
naik? Dan tiba-tiba, perutku menghilang dari tenggorokanku dan terjun bebas dari
tubuhku jatuh ke tanah – kita ada di udara.

“Kita mulai naik, sayang!” Teriak Christian dari belakangku. Dan kami berada
didalam gelembung kami sendiri, hanya kami berdua. Yang aku dengar hanyalah
suara angin gemersik yang lewat dan dengungan mesin Piper dari kejauhan.

Aku mencengkeram pinggir kursiku dengan kedua tangan, begitu erat buku-buku
jariku memutih.

Kami menuju barat, menjauhi matahari terbit, menambah ketinggian, melintasi


diatas ladang, hutan dan rumah-rumah dan I-95. Oh. Sungguh menakjubkan, di
atas kita hanya langit. Cahayanya sangat luar biasa, warnanya menyebar dan
hangat, dan aku ingat José mengoceh tentang ‘jam ajaib’, saat waktu yang tepat
buat fotografer mengaguminya – ini dia … hanya setelah fajar, dan aku di
dalamnya, dengan Christian.

Tiba-tiba, aku teringat dengan pameran José itu. Hmm. Aku perlu untuk
memberitahu Christian. Aku ingin tahu sekilas bagaimana dengan reaksinya. Tapi
aku tak ingin khawatir tentang itu, tidak sekarang – Aku ingin menikmati
pengalaman ini. Telingaku berdengung saat kita berada di ketinggian, dan
semakin jauh dari daratan. Begitu damai. Aku benar-benar mengerti mengapa dia
suka berada di sini. Jauh dari BlackBerry-nya dan semua tekanan dari
pekerjaannya.

Radio berbunyi, dan Mark menyebutkan 3.000 kaki. Astaga, kedengarannya


sangat tinggi. Aku cek kebawah, dan aku tak bisa lagi melihat secara jelas apa
saja yang ada di sana.
“Lepaskan,” kata Christian ke radio, dan tiba-tiba Piper menghilang, dan tarikan
sensasi pesawat kecil itu tiba-tiba sudah tak ada lagi. Kami melayang, melayang
di atas Georgia.

Astaga – ini sangat menarik. Pesawat miring saat sayapnya dibawah kami
berbelok, dan berputar-putar menuju matahari. Seperti Icarus. Ini dia. Aku terbang
mendekati matahari, tapi dia bersamaku, memimpinku. Aku terkesiap saat
menyadari. Kami berputar-putar dan berputar-putar, pemandangan sinar pagi yang
spektakuler.

“Pegang erat-erat!” Dia berteriak, dan kita menukik lagi – hanya saja kali ini dia
tidak berhenti. tiba-tiba, aku terbalik, melihat tanah melalui bagian atas kanopi
kokpit.

Aku menjerit keras, tanganku secara otomatis tak terkontrol, tanganku secara
otomatis terentang pada Perspex menahan supaya aku tak jatuh. Aku bisa
mendengarnya tertawa. Brengsek! Tapi kegembiraannya menular, dan aku
tertawa saat dia membalikan pesawat lagi.

“Aku senang aku tidak sarapan!” Teriakku padanya. “Ya, bisa dipikir-pikir, ada
baiknya kau tak makan, karena aku akan melakukannya lagi.”

Dia memiringkan pesawat sekali lagi sampai kita terbalik. Kali ini, karena aku
sudah siap, aku bertahan pada harnessku, dan itu membuatku tersenyum dan
tertawa seperti orang bodoh. Dia membalikkan pesawat sekali lagi.

“Indah, bukan?” Dia berteriak.

“Ya.”

Kami melayang, menukik dengan anggun di udara, mendengarkan angin dan


kesunyian, dalam cahaya pagi hari. Siapa yang bisa meminta lebih?

“Lihat joy-stick di depanmu?” Dia berteriak lagi.

Aku melihat stick yang bergerak sedikit di antara kedua kakiku. Oh tidak, Apa
yang dia inginkan dengan ini?

“Ambil dan tahan.”

Oh sial. Dia akan membuatku menerbangkan pesawat. Tidak!

“Ayo, Anastasia. Ambil,” dia mendesakku lebih keras.

Untuk sementara, aku memahaminya dan merasakan terempas dan oleng dari apa
yang aku anggap pengaruh dari kemudinya dan tongkat atau apapun yang
membuat ini tetap di udara.
“Pegang erat-erat … pertahankan supaya tetap stabil. Lihat tombol tengah di
depan? Jaga jarumnya tetap ditengah.”

Hatiku berada di mulutku. Sialan. Aku menerbangkan glider … aku membubung.

“Gadis pintar.” Christian kedengaran senang.

“Aku kagum kau membiarkanku memegang kontrol,” aku berteriak.

“Kau akan menjadi kagum bagaimana aku membiarkan kau melakukan itu, Miss
Steele. Kembalikan padaku sekarang.”

Tiba-tiba aku merasakan gerakan pada joystick, dan aku melepaskan saat kita
berputar-putar turun beberapa kaki, telingaku mulai berdengung lagi. Daratan
semakin dekat, dan rasanya kita akan menghantam tanah tak lama lagi. Astaga,
sangat menakutkan.

“BMA, ini BG N Papa 3 Alpha, memasuki ‘arah angin kiri runway 7 menuju
landasan, BMA.” Christian terdengar otoriter seperti biasa. Menara menjawab dia
melalui radio, tapi aku tak mengerti apa yang mereka katakan. Kami melayang
berputar lagi dalam lingkaran yang melebar, turun perlahan-lahan ke landasan.
Aku bisa melihat bandara, lajur pendaratan, dan kami terbang kembali ke I-95.

“Pegangan yang erat, sayang. Ini akan terasa seperti melonjak-lonjak.”

Setelah berputar lagi kami miring, dan tiba-tiba kami sudah berada di landasan
dengan suara dentuman singkat, melaju sepanjang landasan – Astaga. Gigiku
gemertak saat kami berbenturan dengan kecepatan yang mengejutkan di
landasan, sampai akhirnya kami berhenti. Pesawat bergoyang sedikit kemudian
miring ke kanan.

Aku mengambil nafas dalam-dalam sedangkan Christian membungkuk dan


membuka tutup kokpit, memanjat keluar dan meregangkaan tubuhnya.

“Bagaimana rasanya?” tanyanya, dan mata abu-abunya bersinar perak


menyilaukan. Dia membungkuk dan melepaskanku.

“Luar biasa. Terima kasih,” bisikku.

“Apa itu artinya lagi?” Dia bertanya, suaranya diwarnai dengan harapan.

“Lebih dari cukup,” aku mengambil napas, dan dia menyeringai.

“Ayo.” Dia mengulurkan tangannya padaku, dan aku memanjat keluar dari kokpit.

Begitu aku keluar, dia menarikku dan memelukku, aku memerah. Tiba-tiba
tangannya di rambutku, menarik kepalaku miring kebelakang, dan tangan satunya
turun ke punggungku. Dia menciumku, lama, keras, dan penuh gairah, lidahnya di
dalam mulutku.

Napasnya meningkat, gairahnya … Sialan – bagian tubuhnya mengeras … kami


masih di apron. Tapi aku tak peduli. Tanganku memutar di rambutnya, aku
menahannya. Aku menginginkan dia, di sini, sekarang, di-apron. Dia menjauh dan
menatap ke arahku, matanya sekarang gelap dan berkilau di dalam cahaya pagi
hari, penuh gairah, sensualitas penuh kesombongan. Wow. Dia mengejutkanku.

“Sarapan,” bisiknya, suaranya terdengar erotis penuh kenikmatan.

Bagaimana dia bisa membuat bacon dan telur terdengar seperti buah terlarang?
Ini adalah keterampilan luar biasa. Dia berbalik, menggenggam tanganku, dan
kami kembali menuju mobil.

“Bagaimana dengan glidernya?”

“Seseorang akan mengurus itu?”, Katanya acuh. “Kita akan makan sekarang.”
Nada suaranya tegas.

Makanan! Dia berbicara makanan, meski yang aku inginkan adalah dia.

“Ayo.” Dia tersenyum.

Aku belum pernah melihat dia seperti ini, sangat menyenangkan untuk dilihat.
Aku merasakan diriku berjalan di sampingnya, bergandengan tangan, dengan
senyum bodoh dan konyol yang terpampang di wajahku. Semua ini mengingatkan
aku saat aku berumur sepuluh tahun dan menghabiskan seharian di Disneyland
dengan Ray. Itu merupakan hari yang sempurna, dan hari ini aku yakin rasanya
sama.

Kembali ke mobil, dan kita kembali kearah I-95 menuju Savannah, alarm ponselku
berbunyi. Oh ya … pilku.

“Apa itu?” tanya Christian, penasaran, melirikku.

Aku merogoh kedalam tasku untuk mengambilnya.

“Alarm untuk minum pilku,” aku bergumam hingga pipiku merah.

Bibirnya senyum naik keatas.

“Bagus, senang sekali. Aku benci kondom.”

Mukaku memerah lagi. Dia sok menggurui seperti biasa.


“Aku suka saat kau memperkenalkanku pada Mark sebagai pacarmu,” bisikku.

“Bukankah itu benar?” Dia mengangkat alis.

“Benarkah? Kupikir kau menginginkan seorang submisif.”

“Ya, Anastasia, dan aku menginkan itu. Tapi aku sudah bilang, aku ingin ‘lebih’
juga.”

Oh. Dia datang seperti berputar-putar, dan harapan melonjak dalam diriku,
meninggalkanku terengah-engah.

“Aku sangat senang bahwa kau ingin ‘lebih’,” bisikku.

“Kami bertujuan untuk menyenangkan, Miss Steele.” Dia menyeringai saat kami
berhenti di International House of Pancakes.

“IHOP.” Aku tersenyum ke arahnya. Aku tak percaya. Siapa sangka … Christian
Grey berada di IHOP.

Saat ini sudah jam 08:30 tapi restoran masih sepi. Baunya dari adonan manis,
makanan gorengan, dan desinfektan. Hmm … bukan seperti aroma yang menarik.
Christian menuntunku ke sebuah meja.

“Aku tak akan pernah membayangkan kau berada di sini,” kataku saat kami
menuju sebuah meja.

“Ayahku biasanya mengajak kami untuk makan salah satu dari sini setiap kali
ibuku pergi ke konferensi medis. Itu rahasia kami.” Dia tersenyum padaku., Mata
abu-abunya menari-nari, lalu mengambil menu, tangannya menyisir rambutnya
yang berantakan saat dia membaca menu itu.

Oh, aku ingin tanganku yang menyisir rambutnya itu. Aku mengambil menu dan
membacanya. Aku menyadari aku sudah kelaparan.

“Aku tahu apa yang aku inginkan,” dia mengambil nafas, suaranya rendah dan
serak.

Aku meliriknya, dan dia menatapku dengan cara yang bisa mengencangkan
semua otot di dalam perutku dan membuatku melayang, matanya gelap dan
membara. Sialan. Aku menatap dia, darahku menyanyi di pembuluh darahku
seperti menjawab panggilannya.

“Aku ingin apa yang kau inginkan,” bisikku.

Dia menarik nafas dengan tajam.


“Di sini?” dia bertanya penuh arti, sambil mengangkat alis ke arahku, tersenyum
nakal, giginya mengigit ujung lidahnya.

Oh … seks di IHOP. ekspresinya berubah, menjadi lebih gelap.

“Jangan menggigit bibirmu,” dia memerintah. “Jangan di sini, tidak sekarang.”


Sesaat matanya mengeras, dan dia terlihat begitu sangat berbahaya. “Jika aku
tak bisa memiliki kau di sini, jangan menggodaku.”

“Hai, Namaku Leandra, Apa yang bisa saya bantu untuk Anda … eh … bro … eh …
hari ini, pagi ini …?” Suaranya tergagap, tersandung kata-katanya sendiri, saat dia
menatap Mr. Tampan di seberangku. Mukanya bertambah merah, dan sedikit
simpati untuk keiinginannya yang tak disukai Christian memasuki kesadaranku
karena dia masih melakukan itu padaku. Kehadirannya memungkinkanku untuk
melepaskan diri sesejenak dari tatapan sensualnya itu.

“Anastasia?” Dia menanyakan padaku, mengabaikannya, dan aku tak pernah


berpikir bahwa ada seseorang yang bisa meremas-remas gairahku seperti yang
dilakukannya pada saat memanggil namaku.

Aku menelan ludah, berdoa agar mukaku tidak berwarna sama dengan Leandra
yang malang.

“Aku sudah bilang, aku menginginkan apa yang kau inginkan.” Aku menjaga agar
suaraku lembut, pelan, dan dia menatapku dengan kelaparan. Astaga, dewi
batinku tak sadarkan diri. Apakah aku akan mengikuti permainan ini?

Leandra melihat padaku dan kembali menatapnya lagi. Mukanya hampir sama
dengan warna rambut merah mengkilapnya.

“Haruskah aku memberi waktu kalian satu menit untuk memutuskan?”

“Tidak. Kita tahu apa yang kita inginkan.” Mulut Christian berkedut dengan
senyum kecil, yang sangat seksi.

“Kami pesan dua porsi pancake buttermilk original dengan sirup maple dan bacon
di sampingnya, dua gelas jus jeruk, satu kopi hitam dengan susu skim, dan
secangkir English breakfast tea, jika kau punya,” kata Christian, tak mengalihkan
pandangan dariku.

“Terima kasih Sir. Apakah itu sudah semua?” bisik Leandra, pandangannya
mencari-cari di antara kita. Kami berdua bergantian menatapnya, dan dia
memerah lagi dan meninggalkan kami.

“Kau tahu itu benar-benar tak adil.” Aku memperhatikan permukaan meja berlapis
Formika, menelusuri pola di atasnya dengan jari telunjukku, berusaha terdengar
acuh tak acuh.
“Apa maksudnya tak adil?”

“Bagaimana kamu memperdaya orang-orang. Wanita. Aku.”

“Apa aku memperdayamu?” Aku mendengus.

“Sepanjang waktu.”

“Itu hanya kelihatannya saja, Anastasia,” katanya ringan.

“Tidak, Christian, itu jauh lebih dari itu.”

Alisnya berkerut.

“Kau memperdayaku sepenuhnya, Miss Steele. Kepolosanmu. Yang bisa


menghilangkan semua omong kosong itu.”

“Apakah itu sebabnya mengapa kau berubah pikiran?”

“Berubah pikiranku?”

“Ya – tentang … emm … kita?”

Dia mengelus dagunya dengan jari-jari yang terampil.

“Aku tak berpikir aku sudah mengubah pikiranku sendiri. Kita hanya perlu
mendefinisikan kembali parameter kita, jika kau mau kita bisa merevisi ulang
garis-garis perjanjian kita. Kita bisa membuat ini supaya bisa berjalan, aku yakin.
Aku ingin kau sebagai submisif di ruang bermainku. Aku akan menghukummu jika
kau menyimpang aturan. Selain dari itu … yah, aku pikir semua itu bisa kita
diskusikan. Semua ini adalah kebutuhanku, Miss Steele. Apa yang kau ingin
katakan tentang itu?”

“Jadi aku bisa tidur denganmu? Di tempat tidurmu?”

“Apakah itu yang kau inginkan?”

“Ya.”

“Aku setuju itu. Lagi pula, aku bisa tidur nyenyak saat kau berada di tempat
tidurku. Aku tak tahu kenapa bisa begitu.” Alisnya berkerut lalu suaranya
menghilang.

“Aku takut kau akan meninggalkanku jika aku tak setuju dengan semua itu,”
bisikku.
“Aku tak akan ke mana-mana, Anastasia. Selain … ” Suaranya tiba-tiba
menghilang, dan setelah berpikir sejenak, dia menambahkan. “Kita bisa
berkompromi mengikuti saranmu, definisimu. Kau mengirim email untukku. Dan
sejauh ini, Aku bisa memahaminya.”

“Aku merasa senang karena kau juga ingin ‘lebih’,” gumamku malu-malu.

“Aku tahu.”

“Bagaimana kau tahu?”

“Percayalah. Aku baru saja melakukan.” Dia menyeringai ke arahku. Dia


menyembunyikan sesuatu. Apa?

Pada saat itu, Leandra datang membawa sarapan dan pembicaraan kami
langsung berhenti. Perutku keroncongan, mengingatkanku bagaimana aku sangat
kelaparan. Christian menonton dengan setuju saat aku melahap semua yang ada
di piringku.

“Bisakah aku mentraktirmu?” Aku meminta Christian.

“Mentraktirku bagaimana?”

“Membayar makanan ini.”

Christian mendengus.

“Kuberpikir tidak.” Dia mencemooh.

“Kumohon. Aku ingin membayar ini.”

Dia mengerutkan kening padaku.

“Apa kau benar-benar mencoba untuk mengebiriku?”

“Mungkin disini satu-satunya tempat yang aku mampu membayar.”

“Anastasia, Aku menghargai pemiikiran itu. Aku setuju. Tapi tidak.”

Aku mengerutkan bibirku.

“Jangan cemberut,” dia mengancam, matanya berkilauan tak senang.

*****
Tentu saja dia tak bertanya alamat ibuku. Dia pasti sudah tahu, pria ini seorang
penguntit. Saat berhenti di depan rumah, aku tak berkomentar. Apa gunanya?

“Kau mau masuk?” Aku bertanya malu-malu.

“Aku harus bekerja, Anastasia, tapi aku akan kembali malam ini. Jam berapa?”

Aku mengabaikan tikaman kekecewaan yang tak diundang. Mengapa aku ingin
menghabiskan setiap menit dengan dewa seks yang suka mengontrol ini? Oh ya,
aku sudah jatuh cinta padanya, dan dia bisa terbang.

“Terima kasih … untuk yang ‘lebih’ itu.”

“Sama-sama, Anastasia.” Dia menciumku, dan aku menghirup bau Christian yang
seksi.

“Sampai ketemu nanti.”

“Cobalah menghentikanku,” bisiknya.

Aku melambaikan selamat tinggal saat dia mengendarai mobilnya dengan cuaca
cerah Georgia. Aku masih mengenakan sweter dan celana dalamnya, dan aku
merasa terlalu hangat.

Di dapur, ibuku sedang sibuk. Tidak setiap hari dia harus menjamu seorang multi
milyuner, dan itu membuatnya stres.

“Apa kabarmu, Sayang?” Tanya dia, dan mukaku memerah karena dia sudah tahu
apa yang kulakukan tadi malam.

“Baik. Christian mengajakku gliding tadi pagi.” Aku harap informasi baru ini bisa
mengalihkan perhatiannya.

“Gliding? Seperti dalam pesawat kecil tanpa mesin? Semacam meluncur?”

Aku mengangguk.

“Wow.”

Dia termangu – suatu gagasan yang luar biasa untuk ibuku. Dia melongo padaku,
tapi akhirnya pulih dengan sendirinya dan melanjutkan kembali pertanyaan
pokoknya.

“Bagaimana tadi malam? Apa kau bicara?”

Astaga. Aku bertambah merah terang.


“Kami berbicara – semalam dan hari ini. Jadi semakin baik.”

“Bagus.” Ia mengalihkan perhatiannya kembali pada empat buku masakan yang


terbuka di meja dapur.

“Ma … jika kau mau, aku yang akan memasak malam ini.”

“Oh, Sayang, kau baik sekali, tapi aku ingin mengerjakannya sendiri.”

“Oke.” Aku meringis, menyadari sepenuhnya bahwa masakkan ibuku ini kadang
enak dan kadang tidak.

Mungkin dia bertambah baik sejak dia pindah ke Savannah dengan Bob. Ada saat
aku tak bisa ditaklukkan siapapun bahkan dengan masakannya … – siapa yang
harus aku benci? Oh ya – Mrs. Robinson – Elena. Yah, mungkin dia. Mungkinkah
aku akan bertemu dengan wanita sialan itu?

Aku memutuskan segera mengirim ucapan terima kasih singkat untuk Christian.

.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: ‘Soaring’ sebaliknya malah ‘sore’(sakit)-ing
Tanggal: 2 Juni 2011 10:20 EST
Untuk: Christian Grey
.
Kadang-kadang, Kau benar-benar tahu bagaimana menunjukkan pada seorang gadis cara bersenang-senang.
.
Terima kasih
Ana x
.
.
Dari: Christian Grey
Perihal: ‘Soaring’ vs ‘Sore’(sakit)-ing
Tanggal: 2 Juni 2011 10:24 EST
Untuk: Anastasia Steele
.
Aku akan membawa salah satu dari itu, selama ‘snoring’(dengkuran)mu. Aku juga menikmatinya.
Tapi aku selalu menikmati saat aku bersamamu.
.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: MENDENGKUR
Tanggal: 2 Juni 2011 10:26 EST
Untuk: Christian Grey
.
AKU TIDAK MENDENGKUR. Dan jika aku mendengkur, kau sangat tak sopan untuk mengatakannya.
Kau bukan seorang gentleman Mr. Grey! Dan kau sedang berada di wilayah selatan amerika juga!
.
Ana
.
.
Dari: Christian Grey
Perihal: Menggigau
Tanggal: 2 Juni 2011 10:28 EST
Untuk: Anastasia Steele
.
Aku tak pernah mengaku menjadi seorang gentleman, Anastasia, dan kupikir aku sudah menunjukkan itu
padamu di berbagai kesempatan. Aku tak terintimidasi oleh huruf kapital TERIAKAN-mu. Tapi aku akan
mengakui kebohongan kecil: Tidak – Kamu tak mendengkur, tetapi kau berbicara. Dan itu sangat menarik.
Apa yang terjadi dengan ciumanku?
.
Christian Grey Cad
& CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
Sialan. Aku tahu aku suka berbicara dalam tidurku. Kate sering kali
mengatakannya padaku. Apa yang sudah aku katakan? Oh tidak.

.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: Membuka rahasia
Tanggal: 2 Juni 2011 10:32 EST
Untuk: Christian Grey
.
Kau adalah orang yang tak senonoh dan brengsek – pasti bukan seorang gentleman.
Jadi, apa yang aku katakan? Tak ada ciuman untukmu sampai kau berbicara!
.
Ana
.
Dari: Christian Grey
Perihal: Sleeping Beauty menggigau
Tanggal: 2 Juni 2011 10:35 EST
Untuk: Anastasia Steele
.
Sangat tak sopan kalau aku mengatakan, dan aku sudah dimarahi untuk hal itu.
Tapi jika kamu berkelakuan baik, aku mungkin mengatakan padamu malam ini. Aku harus pergi rapat
sekarang.
Sampai ketemu, sayang.
.
Christian Grey
CEO, Orang yang tidak senonoh & Brengsek, Grey Enterprises Holdings Inc
.
Benar! Aku harus mempertahankan keheningan suara hingga malam ini. Aku
mengomel. Astaga. Seandainya aku bilang aku membenci dia, atau lebih buruk
lagi, bahwa aku mencintainya, dalam tidurku. Oh, aku harap tidak. Aku belum siap
untuk mengatakan itu padanya, dan aku yakin dia belum siap mendengarnya, apa
dia ingin mendengarnya. Aku cemberut di komputerku dan memutuskan apa yang
aku masak, aku akan membuat roti.

Ibuku telah memutuskan akan memasak sup Gazpacho dan barbekyu dengan
steak direndam minyak zaitun, bawang putih, dan lemon. Christian suka daging,
dan itu mudah membuatnya. Bob telah mengajukan diri menjadi pria pemanggang
BBQ. Ada apa dengan para pria dan api, aku merenungkan saat aku mengikuti
ibuku di supermarket membawa kereta belanja?

Saat kita menelusuri kabinet daging mentah, teleponku berdering. Aku segera
mengambilnya, berpikir mungkin saja Christian. Aku tak mengenali nomor
tersebut.
“Halo?” Aku menjawab dengan menahan nafas.

“Anastasia Steele?”

“Ya.”

“Aku Elizabeth Morgan dari SIP.”

“Oh – Hai”

“Aku menelepon untuk menawarkan pekerjaan sebagai asisten Mr. Jack Hyde.
Kami ingin kamu mulai bekerja pada hari Senin.”

“Wow. Bagus sekali. Terima kasih!”

“Kamu setuju dengan rincian gajinya?”

“Ya. Ya … itu – Maksudku, aku menerima tawaranmu. Aku ingin datang dan
bekerja untukmu.”

“Bagus. Kita akan bertemu pada hari Senin pagi jam 8:30?”

“Sampai ketemu lagi. Selamat tinggal. Dan terima kasih.”

Aku tersenyum pada ibuku.

“Kau mendapat pekerjaan?”

Aku mengangguk dengan gembira, dan dia menjerit dan memelukku di tengah-
tengah Publix supermarket.

“Selamat, Sayang! Kita harus membeli sampanye!” Dia bertepuk tangan dan
melompat-lompat. Apakah dia berumur empat puluh dua atau masih dua belas?

Aku melirik telepon dan cemberut, ada panggilan tak terjawab dari Christian. Dia
tak pernah meneleponku. Aku langsung menelepon balik.

“Anastasia,” jawab dia langsung.

“Hai,” gumamku malu-malu.

“Aku harus kembali ke Seattle. Ada sesuatu yang mendadak. Sekarang aku dalam
perjalanan ke Hilton Head. Tolong mintakan maaf pada ibumu – aku tak bisa
datang untuk makan malam,” Dia terdengar sangat resmi.
“Aku harap tak ada yang serius?”

“Aku punya situasi dimana aku harus menanganinya. Sampai bertemu hari Jumat.
Aku akan mengirim Taylor untuk menjemputmu dari bandara jika aku tak bisa
datang sendiri.” Nadanya terdengar dingin. Bahkan seperti marah. Tapi untuk
pertama kalinya, aku tak langsung berpikir itu karena aku.

“Oke. Aku harap kau bisa menyelesaikan situasimu. Semoga penerbanganmu


aman.”

“Kau juga, sayang,” dia mengambil nafas, dan mendengar kata-kata itu,
Christianku sejenak telah kembali. Lalu dia menutup telepon.

Oh tidak. ‘Situasi’ terakhir yang dia miliki adalah keperawananku. Astaga, aku
harap bukan seperti itu. Aku menatap ibuku. Sorak kegirangan sebelumnya telah
berubah menjadi keprihatinan.

“Dari Christian, dia harus kembali ke Seattle. Dia meminta maaf.”

“Oh! Sayang sekali, Sayang. Kita masih bisa makan barbekyu, dan sekarang kita
memiliki sesuatu untuk dirayakan – pekerjaan barumu! Kau harus memberitahuku
semua tentang hal itu.”

*****

Sudah sore, Aku dan Ibuku berbaring di samping kolam renang. Ibuku benar-benar
sangat santai sekarang karena Mr. Jutawan tak jadi datang untuk makan malam.
Saat aku berbaring di bawah sinar matahari, berusaha untuk menghilangkan kulit
pucatku. Aku berpikir tentang kemarin malam dan sarapan hari ini. Aku berpikir
tentang Christian, dan senyum konyolku tak mau mereda. Dan itu terus menjalar
di wajahku, tanpa diminta dan membingungkan, saat aku ingat percakapan kami
yang beragam dan apa yang kami lakukan … apa yang dia lakukan.

Sepertinya ada perubahan pasang surut dalam sikap Christian. Dia membantah
tapi – dia mengakui dia berusaha untuk ‘lebih’. Apa yang bisa merubahnya? Apa
yang telah mengubahnya sejak dia mengirimkan email yang panjang dan saat aku
melihatnya kemarin? Apa yang dilakukannya? Aku tiba-tiba duduk, hampir
menumpahkan minuman Dr. Pepper-ku. Dia makan malam dengan … Dia. Elena.

Brengsek!

Kulit kepalaku seperti ditusuk-tusuk saat menyadari. Apa Elena mengatakan


sesuatu padanya? Oh … harus menjadi seekor lalat yang menempel di dinding
selama makan malam mereka. Aku bisa mendarat di sup atau gelas anggur dan
mencekiknya.

“Ada apa, Ana, sayang?” Ibu bertanya, terkejut dari keheningannya.


“Aku hanya mengingat sesuatu sejenak, Ma. Jam berapa sekarang?”

“Sekitar 6:30, Sayang.”

Hmm … dia pasti belum mendarat. Bisakah aku bertanya padanya? Haruskah aku
bertanya padanya? Atau mungkin Elena tak ada hubungannya dengan itu. Aku
sangat berharap begitu. Apa yang aku katakan dalam tidurku? Sial … beberapa
komentar ngawur saat bermimpi tentang dia, aku yakin? Apa pun itu, aku
berharap pasang surut perubahan berasal dari dalam dirinya dan bukan karena
Elena.

Aku merasa teriknya panas menyengat. Aku perlu satu kali lagi berenang di kolam
renang ini.

Saat aku bersiap-siap untuk tidur, aku menyalakan komputerku. Aku tidak
mendengar kabar dari Christian. Bahkan tak ada sebuah kata yang mengabarkan
bahwa dia sudah sampai dengan selamat.

.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: Tiba dengan Aman?
Tanggal: 2 Juni 2011 22:32 EST
Untuk: Christian Grey
.
Dear Sir
Tolong beritahu padaku bahwa kau telah sampai dengan selamat. Aku mulai khawatir.
Memikirkanmu.
,
Ana mu. X
..
Tiga menit kemudian, aku mendengar suara ping dari email in-box ku.

.
Dari: Christian Grey
Perihal: Maaf
Tanggal: 2 Juni 2011 19:36
Untuk: Anastasia Steele
.
Dear Miss Steele
Aku telah sampai dengan selamat, dan terimalah permintaan maafku karena tidak memberitahumu. Aku tak
ingin membuatmu khawatir, itu menghangatkan hatiku tahu bahwa kau peduli padaku. Aku juga memikirkanmu
dan seperti biasa aku menantikan untuk bertemu denganmu besok.
.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
Aku menghela napas, Christian kembali ke formalitas.

.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: Situasi
Tanggal: 2 Juni 2011 22:40 EST
Untuk: Christian Grey
.
Dear Mr. Grey
Aku pikir sangat jelas bahwa aku sangat peduli padamu. Bagaimana mungkin kau meragukan itu?
Aku harap ‘situasi’ mu sudah bisa ditangani.
.
Ana mu X
PS: Apa kau akan memberitahuku apa yang kukatakan dalam tidurku?
.
Dari: Christian Grey
Perihal: Pembelaan Kelima
Tanggal: 2 Juni 2011 19:45
Untuk: Anastasia Steele
.
Dear Miss Steele
Aku sangat suka bahwa kau peduli padaku. ‘Situasi’ di sini belum bisa diselesaikan.
Salam untukmu
PS: Jawabannya adalah – Tidak
.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: Pembelaan Gila
Tanggal: 2 Juni 2011 22:48 EST
Untuk: Christian Grey
.
Aku harap itu sungguh mengelikan. Tapi kau harus tahu aku tak bisa menerima tanggung jawab tentang apa
yang keluar dari mulutku saat aku tak sadar. Bahkan – mungkin kau salah dengar.
Seorang pria tua sepertimu pasti sedikit tuli.
.
Ana
.
.
Dari: Christian Grey
Perihal: Pembelaan Bersalah
Tanggal: 2 Juni 2011 19:52
Untuk: Anastasia Steele
.
Dear Miss Steele
Maaf, bisakah kamu berbicara lebih keras? Aku tak bisa mendengarmu.
.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: Pembelaan lebih gila Lagi
Tanggal: 2 Juni 2011 22:54 EST
Untuk: Christian Grey
.
Kau membuatku jadi gila.
.
Ana
.
.
Dari: Christian Grey
Perihal: Aku berharap begitu …
Tanggal: 2 Juni 2011 19:59
Untuk: Anastasia Steele
.
Dear Miss Steele
Aku berniat untuk melakukan hal itu pada Jumat malam. Menunggu untuk melakukannya

.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
.
Dari: Anastasia Steele
Perihal: Grrrrrr
Tanggal: 2 Juni 2011 23:02 EST
Untuk: Christian Grey
.
Aku secara resmi jengkel padamu.
Selamat malam.
.
Miss A. R. Steele
.
.
Dari: Christian Grey
Perihal: Kucing Liar
Tanggal: 2 Juni 2011 20:05
Untuk: Anastasia Steele
.
Apa kau menggeram padaku Miss Steele?
Aku punya kucing sendiri yang suka menggeram.
.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
Kucing miliknya sendiri? Aku belum pernah melihat kucing di apartemennya.
Tidak, aku tak akan menjawabnya.

Oh, kadang-kadang dia bisa begitu menjengkelkan. Fifty shades yang


menjengkelkan. Aku merangkak naik ke tempat tidur dan berbaring memelototi
langit-langit saat mata menyesuaikan diri dengan kegelapan. Aku mendengar lagi
ping dari komputerku. Aku tak akan membacanya.

Tidak, jelas tidak. Tidak, aku tak akan membacanya. Hah!

Aku seperti orang bodoh, aku tak bisa menolak kata-kata Christian Grey yang
menggoda.

.
Dari: Christian Grey
Perihal: Apa yang kau katakan dalam tidurmu
Tanggal: 2 Juni 2011 20:20
Untuk: Anastasia Steele Anastasia
Aku lebih suka mendengar kau mengucapkan kata-kata yang kau ucapkan dalam tidurmu saat kau sadar, itu
sebabnya aku tak akan memberitahumu. Tidurlah. Kau harus beristirahat karena aku memiliki rencana yang
ada didalam pikiranku untukmu besok.
Christian Grey
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc
.
Oh tidak … Apa yang sudah kukatakan? Ini sama buruknya dengan apa yang
kupikirkan, aku yakin itu.

Anda mungkin juga menyukai