Anda di halaman 1dari 103

STRATEGI DAKWAH KUA DALAM MEMINIMALISIR PERNIKAHAN

DINI DI KELURAHAN TAMALLAYANG KECAMATAN


BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Manajemen Dakwah
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

MUH. RISAL
NIM. 50400116079

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : MUH. RISAL
NIM : 50400116079
Tempat/Tgl. Lahir : Tangalla, 08 April 1997
Jurusan : Manajemen Dakwah
Fakultas/Program : Dakwah dan komunikasi
Alamat : Tangalla, Desa Kanjilo, Barombong
Judul : Strategi Dakwah KUA dalam meminimalisir pernikahan
dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa.

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini


menyatakan bahwa skripsi ini benar hasil karya penulis sendiri. Jika dikemudian
hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain, sebagian
atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi
hukum.
Samata-Gowa, 2021
Penulis,

MUH. RISAL
Nim: 50400116079

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Metode Dakwah KUA dalam Meminimalisir


Pernikahan Dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa”, yang disusun oleh Muh Risal , NIM: 50400116079, mahasiswa Jurusan
Manajemen Dakwah pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang
diselenggarakan pada hari Jumat, tanggal 16 Juli 2021 M, bertepatan dengan 6
Dzulhijjah 1443 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Manajemen Dakwah.

Gowa, 16 Juli 2021 M.


6 Dzulhijjah 1443 H.

DEWAN PENGUJI :
Ketua : Dr. Syam’un, M.Pd.,MM (……………….….)

Sekretaris : Dr. Hamriani, S.Sos.I.,M.Sos.I (……………….….)

Munaqisy I : Dra. Audah Mannan, M.Ag (……………….….)

Munaqisy II : Dr. St. Nasriah, M.Sos.I (……………….….)

Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Muliaty, Amin, M.Ag (……………….….)

Pembimbing II : Drs. Muh. Anwar, M.Hum (……………….….)

Mengetahui oleh:
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar,

Dr. Firdaus, M.Ag


NIP: 197602202005011002

iii
KATA PENGANTAR

‫ص ححبِ ِه‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ا حْلم ُد‬


َ ‫السالَ ُم َعلَى أَ حش َرف احألَنحبِيَاء َوال ُحم حر َسل ح‬
َ ‫ْي َو َعلَى اَله َو‬ َّ ‫الصالَةُ َو‬ َ ‫ب ال َحعالَ ِم ح‬
َّ ‫ْي َو‬ ِ ‫هلل َر‬ ‫َح‬
‫ْي أ ََّما بَ حع ُد‬ ِ‫أح‬
َ ‫َْجَع ح‬
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt Rabb yang Maha

Agung yang telah memberi hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah KUA dalam Meminimalisir

pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa.”

Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda

Nabiullah Muhammad Saw, umatnya yang berpegang teguh pada ajaran beliau.

Sebagai salah satu syarat mutlak skripsi sederhana ini telah kami rampungkan

dengan segenap daya yang ada.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kendala yang

penulis alami, tetapi Alhamdulillah berkat upaya dan optimisme yang didorong

oleh kerja keras yang tidak kenal lelah, serta bantuan dari berbagai pihak,

sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Namun penulis menyadari skripsi ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap kritikan dan saran

yang sifatnya membangun dari semua pihak terhadap skripsi ini. Dengan

tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin

Makassar dan Wakil Rektor I, II, dan III, serta segenap staf Rektorat UIN

Alauddin Makassar.
2. Dr. Firdaus Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas dakwah dan Komunikasi

UIN Alauddin Makassar dan Wakil Dekan I, II, III, berserta jajarannya.

iv
3. Pemerintah Kabupaten Gowa, Kepala Kelurahan Tamallayang, Kepala KUA

Kecamatan Bontonompo dan seluruh masyarakat Kelurahan Tamallayang

Kecamatan Bontonompo yang telah memberikan informasi dan arahan serta

izin yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Dra. Audah Mannan, M. Ag., dan

Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Drs Muh. Anwar, M. Hum serta Bapak

dan Ibu dosen yang telah meluangkan waktunya untuk memberika bimbingan.

Motivaasi dan wawansan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

5. Prof. Dr. Hj. Muliaty Amin, M. Ag dan Drs. Muh. Anwar, M. Hum masing-

masing selaku pembimbing I dan II yang senantiasa meluangkan waktunya

ditengah kesibukannya membimbing penulis dalam rangka penyelesaian

skripsi ini.

6. Dra. Audah Mannan, M. Ag selaku Munaqisy I dan Dra. St. Nasriah, M.Sos.I,

selaku Munaqisy II yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang

konstruktif kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

7. Kepala bagian perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan kepala

bagian perpustkaan umum UIN Alauddin Makassar beserta stafnya yag telah

memberikan pelayanan yang baik dalam mengumpulkan literature dalam


penyusunan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada Ayahanda Kaharuddin dg Rani dan Ibunda Hatija Dg.

Senga yang telah memberi cinta dan kasih sayangnya, perhatian, motivasi,

dukungan serta doa yang tulus dalam keberhasilan penulis sampai sekarang ini.

9. Kepada keluarga besar Manajemen Dakwah, terutama Manajemen Dakwah (B)

sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2016, yaitu: Muh Agung Irawan,

Ahcyar Maulana, Syamsul Haq, Novianto Rusdi, Nurhidayat, Salman dan

v
Hasinatul Fauziah serta teman-teman yang tidak sempat disebutkan satu

persatu. Serta ucapan terima kasi juga kepada sahabat saya Abdul Azis S.Sos,

Muhammad Erwin dan Firman yang selalu memotivasi dalam menjalani

perkuliahan.

Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan

segala partisipasi semua pihak yang tertuang didalam tulisan ini. Semoga

memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wa ta’ala.

Aamiin

Gowa, Januari 2021


Penulis

MUH. RISAL
NIM : 50400116079

vi
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPS ...................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viii

DAFTAR TRASNLITERASI .................................................................................... ix

ABSTRAK .................................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus........................................................... 6
C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
D. Kajian Pustaka ............................................................................................... 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORETIS ................................................................................ 10
A. Tinjauan Manajemen dan Strategi Dakwah................................................... 11
B. Tinjauan Tentang Pernikahan Dini ................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 37
A. Jenis dan Lokasi Penelitian............................................................................ 38
B. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 39
C. Sumber Data .................................................................................................. 41
D. Metode pengumpulan Data ............................................................................ 41
E. Instrumen penelitian ...................................................................................... 43
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data .......................................................... 43
G. Pengujian Keabsahan Data ............................................................................ 45

BAB IV STRATEGI DAKWAH KUA DALAM MEMINIMALISIR


PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN TAMALLAYANG
KECAMATAN BONTONOMPO ................................................................. 46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................. 46
B. Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini di Kelurahan
Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa............................. 54
C. Penerapan Metode Dakwah KUA Dalam Meminimalisir
Pernikahan Dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo......... 61

vi
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 67
A. Kesimpulan .................................................................................................... 67
B. Implikasi Penelitian ....................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 69

LAMPIRAN- LAMPIRAN ......................................................................................... 74

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... 87

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Luas Wilaya Kelurahan Bontomanai ................................................. 48

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasi ke dalam huruf Latin dapat

dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Sa S es (dengan titik diatas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ha H ha (dengan titik di

bawah)

‫خ‬ Kha Kh Ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Zal Z zet (dengan titik di

atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy es dan ye

‫ص‬ Sad Ws es (dengan titik di

bawah)

‫ض‬ Dad D de (dengan titik di

bawah)

ix
‫ط‬ Ta T te (dengan titik di

bawah)

‫ظ‬ Za Z zet (dengan titik di

bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbaik

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ’ Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda
(’)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vocal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasi sebagai berikut:

x
Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ‫ا‬ Fathah A A

‫ا‬ Kasrah I I

َ‫ا‬ Dammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ‫ى‬ Fathah Ai a dan i

َ‫و‬ Kasrah Au a dan u

Contoh:

‫كيْف‬ :kaifa

َ‫ه ْول‬ :haula

3. Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dengan tanda, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ى‬...َ|َ‫ا‬... fathah dan alif atau ya Ā a dan garis di atas

‫ى‬ kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

َ‫و‬ dammah dan wau Ū u dan garis di atas

Contoh:

‫مات‬ :māta

‫رمى‬ :ramā

َ‫قِيْل‬ :qīla

xi
Tā’ marbūtah

Transliterasi untuk tā’ marbūtah ada dua, yaitu: tā’ marbūtah yang hidup

atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah

[t]. Sedangkantā’ marbūtahyang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya

adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūtahdiikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

marbūtahitu transliterasinya dengan [h].

Contoh:
ْ ‫ر ْوَضهَاَأل‬
َ‫َطفا ِل‬ : raudah al-atfāl

َ‫اَضله‬ ْ ‫ْالمدَِيْنه‬
ِ ‫َالف‬ : al-madīnah al-fādilah

4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydidyang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda tasydid (َّ)dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan

perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

‫ربَّنا‬ : rabbanā

‫ن َّجيْنا‬ : najjainā

َ‫ن ِعم‬ : al-haqq

Jika huruf‫ى‬ber-tasydiddi akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah((َ‫ ي‬maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah(ī).

Contoh:

ِ‫ي‬
َ ‫ع ِل‬ :’Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ِ‫ي‬
َ ِ‫عرب‬ :’Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

xii
5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫ال‬

(alif lam ma’arifah).Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf

qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya.Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

َّ ‫ ال‬: al-syamsu (bukan asy-syamsu)


َ‫ش ْمس‬

َ‫لز َْلزله‬
َّ ‫ ا‬: al-zalzalah (al-zalzalah)

َ‫ ا ْلف ْلسفه‬: al-falsafah

6. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop (,) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di

awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

َ‫ تأْمر ْون‬:ta’muruna

َ‫النَّ ْوع‬ :al-nau‘

َ‫ش ْيء‬ :syai’un

7. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata,istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,istilah atau

kalimat yang belum dilakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat

yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau

sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam

dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.

Misalnya kata al-Qur’an (darial-Qur’an), Alhamdulillah dan munaqasyah.

xiii
Namun, bila kata-katatersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka

mereka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

Fī Zilāl al-Qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn

8. Lafz al-Jalālah )ُ‫)َّللا‬


‫ه‬

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya

atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf

hamzah.

Contoh:

َّ ‫ ِديْن‬dīnullāh billāhَِ‫اّلل‬
ََِ‫ََّللا‬ َّ ِ‫ب‬

Adapun tā marbūtah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-Jalālah

ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

ََّ ‫َه ْمَفِ ْيَرحْ م ِه‬hum fī rahmatillāh


ِ‫ََّللا‬
9. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam

transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang,

tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri

didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak

pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf

kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul

xiv
referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa mā Muhammadun illā rasūl

Inna awwala baitin Wudi’a linnāsi bi Bakkata mubārakan

Syahru Ramadān al-lazī unzila fih al-Qur’ān

Nasīr al-Dīn al-Tūsī

Abū Nasr al-Farābī

Al-Gazrālī

Al-Munqiz min al-Dalāl

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subhānahū Wa ta‘ālā

saw. = sallallāhu ‘alaihi Wa sallam

a.s. = ‘alaihi al-salām

H = Hijrah

M = Masehi

I. = Sebelum Masehi

W = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

QS…/…:4 = QS al-Baqarah/2:4 atau QS Ali-‘Imrān/3:4

HR = Hadis Riwayat

xv
ABSTRAK

NAMA : Muh. Risal


NIM : 50400116079
JUDUL : Strategi Dakwah KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan
Dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa

Tujuan penelitian ini adalah Bagaimana Strategi dakwah KUA di


Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, sub masalah,
atau pertanyaan penelitian yaitu : 1) Bagaimana penyebab terjadinya pernikahan
dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa?, 2)
Bagaimana metode dakwah KUA dalam meminimalisir pernikahan dini di
Kelurahan Tamallayang Kabupaten Gowa?
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan manajemen. Yaitu dengan mengaplikasikan
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.. Adapun sumber data penelitian
ini adalah: Kepala KUA Kecamatan Bontonompo, Penyuluh Agama, Kepala
Kelurahan, Seklur, dan masyarakat Kelurahan Tamallayang. Selanjutnya, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi,
dan penelusuran referensi. Lalu teknik pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam
penyebab terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa, yaitu pergaulan bebas, karrna dampak ekonomi,
faktor budaya, serta faktor pengaruh teknologi nformasi (internet) atau pengaruh
media sosial. adapun metode yang di gunakan untuk meminimalisir pernikahan
dini tersebut yaitu: metode sosialisasi, metode ceramah, dan metode silaturrahmi.
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Bagi masyarakat terutama pemuda-
pemuda di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa,
agar kiranya memilih teman dalam bergaul agar tidak terjatuh dalam pergaulan
bebas yang bisa menjerumuskan ia dalam perbuatan maksiat. 2) Upaya penerapan
metode dakwah yang digunakan haruslah mengedepankan metode dakwah yang
dilakukan dengan lemah lembut dan sifatnya membangun pada masyarakat
dengan mengggunakan metode dakwah Sosialisasi, metode ceramah dan metode
silaturrahmi.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan keturunan

membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan

apa yang diinginkannya. Perkawinan sebagai jalan untuk mewujudkan suatu

keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan kaidah Allah swt.

Dalam kehidupan rumah tangga, senantiasa mendambakan kehidupan

rukun dan damai, sakinah, mawaddah, dan warahmah, karena kehidupan yang

seperti itu akan membawa ketentraman dalam kehidupan rumah tangga yang

bersangkutan demikian pula bagi masyarakat lainnya. Dalam al Qur’an di

nyatakan bahwa berpasang-pasang, hidup berjodoh-jodoh adalah naluri segala

mahluk Allah, termasuk manusia. Firman Allah swt. Dalam QS. Adz

َ َّ َ َ ُ َّ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ‫ُ ل‬
Dzariyat/51:49

‫ۡي ل َعلك ۡم تذك ُرون‬


ِ ‫ك َش ٍء خلقنا زوج‬
َ
ِ ‫ومِن‬
Terjemahan
dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah.

Ayat di atas menjelaskan bahwa dengan hidup berpasang pasangan


manusia dapat menjalani hidupnya dengan indah, karena dapat melengkapi
kehidupan kita dan menutupi segala macam kekurangan kita.1

Pernikahan merupakan suatu bentuk kebutuhan manusia yang harus

dilaksnakan dan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw. Tidak ada ukuran

dalam islam untuk menentukan pasangan pernikahan karena sesungguhnya

kesepadanan bukanlah hal mutlak yang menjadi tombak keharmonisan keluarga

1Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Sygma Examedia

Arkanleema), h. 522

1
2

namun masyarakat memandang bahwa kesepadanan membawa dampak yang

besar terhadap kehidupan rumah tangga. Masyarakat sering menghubungkan

masalah dalam keluarga dengan tidak adanya kesepadanan baik mengenai

keturunan, kekayaan dan sebagainya antara suami dan istri, adapun dalam ajaran

Islam itu sendiri diajarkan untuk memilih calon pendamping hidup yang sepadan

dalam hal Agama.

Pernikahan antara laki laki dan perempuan memiliki konsekuensi sosial

yang sangat besar. Oleh karena itu, sepasang calon suami istri harus meletakkan

pondasi yang kokoh dan kuat agar pernikahan mereka berhasil dan dapat terus

melaju dan tidak ada pondasi yang lebih kuat dibanding keimanan.2

Selain itu dalam membentuk rumah tangga diperlukan adanya kedewasaan

antara kedua pasangan sehingga ukuran umur perlu pula dijadikan pertimbangan.

Pasangan yang dari segi umur belum mencapai kedewasaan dianggap belum siap

untuk menjalani mahligai rumah tangga. Pernikahan yang seperti ini dikenal

dengan sebutan pernikahan dini.3 Pernikahan dianggap rentan karena belum

terbentuknya kematangan dalam menghadapi masalah dalam rumah tangga.

Kematangan biologis dan psikologis calon mempelai merupakan salah satu

prinsip yang dianut oleh Undang-undang perkawinan, karena perkawinan

mempunyai tujuan yang sangat luhur yaitu untuk membentuk keluarga sakinah
dan juga untuk mendapatkan keturunan. perkawinan yang dilakukan pada usia

yang terlalu muda dikhawatirkan akan menghasilkan keturunan yang kurang baik.

Hal ini bukan saja karena dihasilkan dari bibit yang belum matang, tetapi

juga karena kurangnya pengetahuan pasangan muda-mudi tentang cara-cara

2Syaikh Mutawalli, Fikih Perempuan Muslimah (Jakarta: Amzah,2005), h.176


3Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada, 1984), h. 31. 3 mempunyai tujuan yang sangat luhur
yaitu untuk
3

pengasuhan anak sehingga akan tumbuh dengan pola pengasuhan dan pendidikan

yang kurang maksimal. Oleh karena itu perkawinan yang belum memenuhi syarat

usia minimal bolehnya menikah harus diminimalisir untuk mencegah terjadinya

kekhawatiran tersebut.4

Menurut sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak

negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog,

ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi keharmonisasian

keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan

cara berfikir yang masih belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai

aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif.

Antara agama dan negara terdapat perbedaan pandangan dalam memaknai

pernikahan dini. Istilah pernikahan dini menurut negara dibatasi dengan umur.

Sementara dalam kacamata Agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang

dilakukan oleh orang yang belum baligh.5

Islam memang tidak melarang ummatnya untuk melakukan pernikahan

dini, mengingat nabi Muhammad Saw sendiri menikah dengan Aisyah ketika

Aisyah baru berumur 6 tahun dan baru dicampuri serta tinggal bersama Rasulullah

sewaktu ia berumur 9 tahun. Akan tetapi itu bukan berarti bahwa Islam membuka

jalan selebar lebarnya untuk melakukan pernikahan semaunya kapan dan dimana
saja.6 Karn hal ini dapat membuat umat setelahnya bisa bermain main dengan

syariat yang dibawah oleh Rasulullah Saw.

Apabila dicermati dengan seksama maka yang mendasari terjadinya

pernikahan dini khususnya dimasyarakat adalah karena adanya beberapa faktor

4Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.
144.
5Nurul Izzah," Dampak Sosial Pernikahan Dini Di Kelurahan Samalewa Kecamatan

Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan”, Skripsi (Makassar: Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016), h. 4.
6Nadiama Tanjung, Islam dan Perkawinan (Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2005), h.107
4

seperti faktor ekonomi, bahwa pernikahan muda terjadi karena keadaan keluarga

yang hidup digaris kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka

anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu, faktor

pendidikan karena rendahnya pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak

dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan menikahkan anaknya yang

masih dibawah umur, faktor keluarga karena biasanya orang tua atau keluarga

menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya tanpa memikirkan umur mereka,

karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak

diinginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat

lengket sehingga segera menikahkan anaknya dan takutnya juga anaknya

dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan ini disebabkan karena hukum

adat masih berlaku.7 Dan hal ini agar terhindar dari fitnah.

Maraknya pernikahan dini ternyata masih menjadi fenomena di beberapa

daerah di Kabupaten Gowa. Pergaulan bebas yang mendorong terjadinya

pernikahan dini, agar keluarga atau orang tua tidak merasa malu apabila anaknya

hamil tanpa seorang suami dan keluarga, maka pernikahan dilaksanakan.

Pernikahan diusia dini di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa ada

yang masih duduk di bangku SMP atau baru duduk dibangku SMA. Pernikahan

dini di Kabupaten Gowa tidak menutup kemungkinan pernikahan yang akan


berujung pada pertengkaran, percekcokan sehingga apabila berkelanjutan maka

akan terjadi perceraian dan ada juga yang merasa bahwa pernikahannya baik-baik

saja meski terkadang ada kesalah pahaman diantara mereka.

Oleh karena itu, Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi. Strategi

7Muh. Zain, “Problematika Pernikahan Usia Dini (Studi Kasus di Desa Ugi Baru) Kec.

Mapalli.Kab. Polman”, Skripsi, (Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Negeri
Alauddin Makassar, 2012), h. 6.
5

yang disusun, dikonsentrasikan dan dikonsepsikan dengan baik dapat

membuahkan pelaksanaan yang di sebut strategis.8

Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan

akhir(sasaran). Strategi bukanlah sekedar suatu rencana. Strategi ialah rencana

yang disatukan: strategi mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu. Strategi

itu menyeluruh: strategi meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi itu

terpadu: semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian.9

Keberadaan kantor urusan Agama dalam era globalisasi ini sangat penting,

terutama dalam upaya mengatasi kasus pernikahan dini. Oleh karena itu, sangat

penting dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,

terkhusus pada kasus pernikahan dini yang marak terjadi.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dalam

mengatasi kasus pernikahan dini memerlukan strategi yang baik agar dapat

meminimalisir kasus tersebut. Melihat hal ini penulis akan melakukan penelitian

untuk mengetahui bagaimana strategi Kantor Urusan Agama dalam meminimalisir

pernikahan dini di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

B. Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam pembahasan skripsi ini dapat dipusatkan yakni.


“Strategi dakwah KUA dan pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”

8Azis Firmans, pengertian strategi dan dakwah,


http://asizfirman.Blogspot.co.id/2013/pengerian.strategi.dan.dakwah. diakses pada hari senin 28
november 2016.
9Lawrence R. Jauch dan William F. Gluec, Strategic Management and Business Policy

(Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan), terj.Murad dan Henry Sitanggang, h. 12.
6

2. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus dalam pembahasan skripsi ini dapat dipusatkan menjadi

beberapa bagian, yakni mengenai, a) faktor penyebab terjadinya pernikahan dini

di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa b) bentuk

penerapan metode dakwah yang digunakan dalam menunjang keberhasilan

dakwah dalam menghadapi masyarakat yang cenderung tidak mau menerima

dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dengan meningkatkan eksistensi para da’i

ditengah masyarakat muslim dalam membina dan meminimalisir pernikahan dini

di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Adapun upaya KUA dalam meminimalisir pernikahan dini di Kelurahan

Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, yaitu dengan

memberikan bimbingan pernikahan terhadap pasangan pernikahan dini serta

bimbingan kursus calon pengantin bagi calon pengantin, serta selalu

mensosialisasikan tentang dampak pernikahan dini kepada masyarakat terkhusus

pada orang tua yang memiliki anak remaja.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

pokok permasalahannya adalah bagaimana Strategi dakwah KUA dalam


meminimalisir pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana penyebab terjadinya pernikahan dini di Kelurahan

Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa?


7

2. Bagaimana penerapan metode dakwah KUA dalam meminimalisir

pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa?

D. Kajian Pustaka

Penulis menyadari bahwasanya penelitian yang berkaitan mengenai

metode dakwah bukanlah hal yang baru. Banyak tulisan yang mengenai metode

yang digunakan dalam berdakwah baik secara detail maupun secara umum.

Ditinjau dari judul skripsi yang penulis teliti, maka dibawah ini terdapat beberapa

kajian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang dianggap relevan dengan judul

penelitian di atas.

1. Nurafani Khairatussifah dengan judul skripsi “Peranan Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Bajeng Barat dalam memberikan Bimbingan

Penyuluhan Islam pada Masyarakat di Desa Manjalling, 2016”. Penulis

lebih kepada upaya yang dilakukan KUA Bajeng Barat dalam memberikan

bimbingan penyuluhan Islam pada masyarakat Desa Manjalling yaitu

bimbingan kelompok dan bimbingan pribadi.10 Adapun dampak

bimbingan penyuluhan Islam adalah kenakalan remaja berkurang,

perceraian juga berkurang.


2. Muh. Zain dengan judul skripsi “Problematika Pernikahan Usia Dini

(Studi kasus di Desa Ugi Baru) Kecamatan Mapalli Kabupaten Polman,

2012”. Skripsi ini membahas tentang problematikan pernikahan usia muda

yang menunjukkan bahwa faktor pendorong terjadinya pernikahan usia

10Nurarfani Khairatussifah,” Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bajeng

Barat dalam Memberikan Bimbingan Penyuluhan Islam pada Masyarakat di Desa


Manjalling”,Skripsi (Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2016).
8

muda yaitu faktor ekonomi, pendidikan, kemauan diri sendiri dan faktor

keluarga.11 Membahas bagaimana solusi dari mencegah pernikahan usia

muda, yaitu memberikan penyuluhan terhadap masyarakat khususnya pada

usia muda dan memberikan pendidikan yang layak kepada masyarakat

yang kurang mampu, agar mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmi Said, jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam pada tahun 2013 dengan judul “Metode Terapi Agama

Bagi Pasangan Pernikahan Usia Dini di Desa Bonto Sunggu Kecamatan

Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Penelitian ini menekankan

kepada motode terapi agama melalui metode ceramah, metode konseling,

dan metode shalat yang diberikan kepada pasangan pernikahan usia dini di

Desa Bontosunggu Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.12

4. Samsuddin dengan judul skripsi “Strategi Kantor Urusan Agama dalam

Menanggulangi Kasus Pernikahan Dini di Kecamatan Arung Keke

Kabupaten Jeneponto, 2004”.13 Penulis lebih spesifik terhadap kasus

perceraian juga dalam penelitian ini banyak menjelaskan pokok-pokok

permasalahan perceraian. Adapun upaya pemberian nasehat terhadap yang

hendak melakukan talak atau perceraian yang di lakukan memberikan


nasehat terhadap yang hendak melakukan talak atau perceraian dengan

menggunakan pendekatan psikologis.

11Muh. Zain, Problematika Pernikahan Usia Dini (Studi Kasus di Desa Ugi Baru)
Kecamatan Mapalli, Kabupaten Polman, Skripsi (Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Alauddin Makassar, 2012).
12
Nur Rahmi Said. Metode Terapi Agama Bagi Pasangan Pernikahan Usia Dini di Desa
BontoSunggu Kecamatan Bontonompo selatan Kabupaten Gowa. Skripsi (Sarjana Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar). Tahun 2013
13Samsuddin, “Strategi Kantor Urusan Agama dalam Menanggulangi Pasus Pernikahan

Dini di Kecamatan Arung Keke Kabupaten Jeneponto”, Skripsi (Makassar: Fak. Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin, 2004)
9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana metode Strategi KUA di Kelurahan

Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

b. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pernikahan dini di

Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

c. Untuk mengetahui Strategi dakwah KUA dalam memiminimalisir

pernikahan dini

d. Untuk Mengetahui potret pernikahan di masyarakat Kelurahan

Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoretis

1. Sebagai pengalaman belajar dalam penerapan pengetahuan yang

diperoleh diperguruan tinggi (Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar).

2. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai metode dakwah KUA dalam

meminimalis pernikahan di bawah umur

b. Kegunaan Praktis

1. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah


daerah Kabupaten Gowa terkhusus Kantor Urusan Agama dalam

meminimalisir terjadinya pernikahan dini serta dapat mendorong dan

memberi motivasi kepada para remaja agar menghindari hal tersebut.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi almamater dalam

penambahan khasanah kepustakaan serta sebagai masukan dalam

penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Manajemen dan Strategi Dakwah

1. Hakikat Manajemen dan Dakwah

a. Manajemen

1). Pengertian Manajemen

Secara umum manajemen adalah suatu proses dimana seseorang dapat

mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok.

Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan atau target dari individu atau

kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber daya yang tersedia.

Dari pengertian tersebut ilmu manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan

dalam mengatur sesuatu agar tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi.

Sebetulnya, hal ini sering terjadi dikehidupan nyata. Setiap orang juga pasti

pernah mempraktikkan ilmu manajemen secara tidak langsung setiap harinya.

Selain itu, manajemen juga dapat diartikan menurut etimologinya.

Manajemen berarti seni mengatur dan melaksanakan, berdasarkan Bahasa prancis

kuno. Manajemen juga dapat diartikan sebagai usaha perencanaan, koordinasi,

serta pengaturan sumber daya yang ada demi mencapai tujuan secara efektif dan
efesien. Dengan menerapkan ilmu manajemen, diharapkan sesuatu yang sedang

dikerjakan dapat selesai tepat waktu dan tanpa ada hal yang menjadi sia-sia.

Tujuan tercapai karena terorganisir secara baik.

2). Manajemen Menurut Para Ahli

Para ahli memandang ilmu manajemen dengan pengertian beragam

diantaranya sebagai berikut:

10
11

a). Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan tugas

melalui perantara. Dalam hal ini, manajemen dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan yang dilakukan oleh seorang manager untuk mengarahkan bawahan atau

orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan demi tercapainya sebuah tujuan.

b). George Robert Terry, yang mengartikan manajemen sebagai proses khas

dari beberapa tindakan, seperti perencaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan mencapai target dengan

memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.

c). Menurut Ricky W. Griffin, manajemen adalah proses perencanaan,

organisasi, koordinasi, dan kontrol pada sumber daya agar tujuan tercapai secara

efektif dan efisien. Efektif disini maksudnya tujuan tercapai sesuai rencana, dan

efisien berarti bahwa manajemen dilakukan secara cermat, terorganisir dan tepat

waktu.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas mengenai manajemen tersebut,

pengertian manajemen tidak jauh dari usaha untuk mencapai sebuah tujuan

dengan cara mengelola dan mengawasi.1 Dari penjelasan para ahli tersebut, anda

tentu sudah bisa memahami pengertian dari ilmu manajemen.

b. Dakwah

Sebelum membahas secara global makna dakwah yang sesungguhnya,


maka terlebih dahulu penulis mengemukakan makna dakwah, baik secara

etimologis (menurut bahasa) maupun terminology (menurut istilah), sehingga

akan memberikan kejelasan di dalam memahami hakikat dakwah itu sendiri.

Kata dakwah dalam bahasa Arab berakar kata huruf dal, aim, dan waw’u

yang berarti dasar kecenderungan sesuatu disebabkan disuarakan dan kata-kata.

Dari akar kata ini terangkai menjadi da’a (fi’il, mu’tal naqis) yang menjadi asal

1https://www.cermati.com/artikel/manajemen-pengertian-manajemen-fungsi-dan-jenis-

keilmuan-yang-harus-kamu-tahu
12

kata ‫ دعا – يدعوا – دعوة‬yang berarti memanggil, mengajak. Kata ‫دعا – يدعوا – دعوة‬

juga dapat berarti memanggil, mengundang, menyeru, dan mengajak.2

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi, berdasarkan pendapat

para pakar dakwah, di antaranya:

1) Muhammad al-Bahy mengatakan: Dakwah Islam adalah dakwah standar nilai

kemanusiaan dan tingkah laku pribadi-pribadi dalam hubungan antar manusia dan

sikap prilaku antar manusia.3

2) Abdullah Ba’lawy al-Haddad mengemukakan: Dakwah adalah mengajak,

membimbing dan memimpin orang yang belum atau sesat jalannya dari agama

yang benar, untuk dialihkan kejalan ketaatan kepada Allah, beriman kepada-Nya

serta mencegah dari apa yang menjadi lawan kedua hal tersebut, kemaksiatan dan

kekufuran.4

3) Ahmad Ghalusy mengatakan: Dakwah ialah suatu kegiatan penyampaian pesan

Islam pada manusia disetiap waktu dan tempat dengan berbagai metode dan media

yang sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima dakwah. Pengertian ini

mempertimbangkan penggunaan metode dan pesan yang sesuai dengan situasi dan

kondisi mad’u.5

4) Salahuddin Sanusi mengemukakan: Dakwah dapat diartikan Ishlah yaitu

usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat; memperbaiki kerusakan-


kerusakan, melenyapkan kebatilan, kemaksiatan dan ketidak wajaran dalam

masyarakat.6

2
Abu Al-Husein Ahmad Bin Faiz Bin Zakariyah, Mu’jam Muqayis Al-Lughah (Mesir:
Musthafa Al-Babi Al-Hababi Wa Auladah, 1389 H/2002 M), h. 279.
3
Muhammad Al-Bahy, Al-Sabil Ila Al-Dakwah Al-Haq (Kairo: Al-Azhar, 1970), h. 14.
4
Abdullah Ba’lawy Al-Haddad, Al-Nashihu Al-Diniyah, Diterjemahkan Oleh Muhammad
Abdai Rathomy Dengan Judul Petuah-Petuah Agama Islam (Semarang: Toha Putra, 1980), h. 80.
5
Ahmad Ghalusy, Al-Da’wah Al-Islamiyah (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Miir, 1997), h. 10.
6
Salahuddin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam (Cet.I
Semarang: Rahmadani, 1964), h. 11.
13

Dari beberapa pendapat pakar diatas, dapatlah dipahami bahwa dakwah

berorientasi pada pembinaan, dengan kata lain bahwa dakwah adalah suatu

kegiatan atau usaha yang dilaksanakan untuk mempertahankan dan

menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya. Kata dakwah dalam Al-

Qur’an menunjukkan dua arti yakni berarti mengajak kepada sesuatu yang baik

dan arti yang kedua adalah mencegah dari perbuatan mungkar.

Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa kehadiran para nabi dan rasul untuk

menyampaikan pesan-pesan Islam. Sebagai pedoman hidup dan sebagai solusi

dalam upaya mengatasi degradasi moral manusia. Pesan ini disampaikan dengan

jalan melancarkan dakwah melalui berbagai media yang cocok dengan

menggunakan metode dakwah yang sesusai dengan situasi dan kondisi.


Dengan demikian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha

mempertahankan dan menyempurnakan umat dengan tujuan untuknmemperbaiki

orang lain. Hal in dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Fushsilat/41:33.

َّ َ ٓ َ َ َّ ‫َ َّ ُ َ ُ ُ ا َ ۡ ا ل‬
َ‫ٱَّللِ َو َعم َل َصَٰل ِ احا َوقَ َال إنَِّن م َِن ٱل ۡ ُم ۡسلِمۡي‬
ِ ِ ِ ِ ‫تدعون نزٗل قوٗل مِمن دَع إَِل‬

Terjemahnya:

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri.7

Ayat di atas menyatakan: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari

pada seorang yang menyeru kepada Allah, agar Yang Maha Kuasa itu selalu

diesakan, disembah, dan ditaati secara tulus, dan dia menyampaikan seruaannya

itu dalam keadaan telah mengerjakan amal saleh sehingga seruannya makin
mantap dan berkata kepada teman dan lawan, yang taat dan durhaka bahwa,

7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bogor: PT. Pantja Cemerlang,
2015), h. 480
14

“sesungguhnya aku termasuk kelompok orang-orang yang berserah diri. Tolaklah

sedapat mungkin kejahatan dan keburukan pihak lain dengan memperlakukannya

dengan cara yang baik.8 Untuk mencapai tujuan ini, dakwah menghendaki untuk

merenungkan dengan sungguh-sungguh serangkaian pertanyaan. Oleh karena itu,

tidaklah tepat berasumsi bahwa dakwah ditujukan hanya untuk non muslim dan

muslim yang sejak lahir berada dalam keluarga muslim tidak lagi membutuhkan

dakwah. Ini karena Islam bukanlah sebuah status yang dibatasi oleh pernyataan

syahadat, tetapi sebuah proses, sebuah usaha seumur hidup yang terungkap dalam

melakukan perbuatan teladan dan mengajak orang ke jalan Islam sebagai jalan

hidup

Dalam melaksanakan sebuah perubahan yang interdisiplin, maka dakwah

harus dimulai dari rumah. Karena rumah tangga merupakan benteng pertahanan

yang kokoh dan semua aktivitas pembinaan dan pengelolaan dakwah. Dalam

konteks ini, maka perlu mengubah diri untuk menjadi seorang muslim yang baik

sebelum dapat menyebut diri cukup layak untuk melakukan dakwah. Dengan

demikian dakwah harus melibatkan dialog bermakna yang penuh kebijakan,

perhatian dan kesabaran.9

Dengan memahami uraian tersebut, maka dakwah Islam adalah mengajak

ummat manusia agar mengikuti jalan-jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara


menyeluruh baik dengan lisan, tulisan maupun dengan perbuatan, sebagai ikhtiar

muslim mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan individu,

rumah tangga, jamaah, dalam semua segi kehidupan secara berjamaah sehingga

terwujud khair al-ummah.

8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 412-412.
9
Alwi Shihab, Islam Inklusif; Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, (Cet. VI;
Bandung: Mizam, 2003), h. 24.
15

2. Starategi dan metode dakwah

a. Strategi Dakwah

1). Pengertian Strategi

Kata ”strategi” berasal dari kata kerja bahasa Yunani stratego, yang berarti

merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber-sumber yang

efektif.10

Konsep strategi berasal dari istilah militer, yang berasal dari kata Yunani

Strategeia, yang berarti seni atau ilmu menjadi jenderal. Meskipun istilah

tersebut sekarang dipakai dibidang lain seperti dalam bisnis, konteks

persaingan masih ada. Konsep strategi mencakup kompenen perencanaan dan

pengambilan keputusan. Dengan menggabungkan keduanya, strategi dikenal

sebagai perencanaan besar (grand plan).11

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya,

konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukan oleh

adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama 30 tahun terakhir.

Defenisi strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler menyebutkan

bahwa “strategi” adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta

pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai

tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan


konsepkonsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang

disusun.12 Sehingga ketika menjalankan strategi yang sudah kita atur maka

akan bagus dan teratur pelaksanaanya

10Azhar Arsyad, Pokok-pokok Manajemen (Pengetahuan Praktis Buat Para Pemimpin dan

Eksekutif),1996 h. 23-24.
11
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Edisi Ketiga (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2011), h. 134.
12Mamduh M. Hanafi, Pokok-pokok Manajemen (Pengetahuan Praktis Buat Para

Pemimpin dan Eksekutif), h. 136.


16

Di sisi lain strategi juga adalah rencana jangka panjang yang diikuti

dengan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tertentu yang umumnya adalah

kemenangan.13

Dalam karangan buku Mahmuddin J.L. Thomson mengemukakan strategi

sebagai cara untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Sedangkan Bennet

menggambarkan strategi adalah sebagai arah yang dipilih oleh suatu organisasi

untuk diikuti dalam mencapai tujuannya.14

Menyadari betapa pentingnya taktik dan strategi dalam usaha mencapai

suatu tujuan, umpamanya menyebarluaskan informasi atau ajaran agama

(dakwah), maka pemahaman tentang taktik dan strategi merupakan hal yang tidak

bisa diabaikan. Karena itu, keberhasilan Nabi Muhammad saw menyiarkan ajaran

Islam dalam waktu yang relatif singkat yakni 23 tahun (13 tahun di Makkah dan

10 tahun di Madinah) dan mampu merubah keadaan bangsa Arab dari bangsa

biadab ke bangsa yang beradab, berkaitan erat dengan taktik dan strategi yang

digunakannya dalam menghadapi kaum Kafir Quraish Makkah.15

2). Tahap-Tahap Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-

tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

a). Perumusan Strategi.


Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah pengembangan

tujuan, mengenai tujuan dan ancaman eksternal, penetapan kekuatan dan

kelemahan secara internal, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada tahap

13
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local) (Cet. I; Makasar: Alauddin University Press, 2013), h. 39.
14
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local), h. 39.
15Samiang Katu, Taktik dan Strategi Dakwah di Era Milenium, h. 28.
17

ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang akhirnya

menuntut pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.

b). Implementasi Strategi.

Implementasi strategi disebut juga sebagai tindakan dalam strategi.

Kegiatan yang termasuk implementasi strategi adalah pengembangan budaya

dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang efektif, mengubah arah,

menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang

masuk. Agar tercapai kesuksesan dalam implementasi strategi, maka dibutuhkan

adanya disiplin, motivasi dan kerja keras.

c). Evaluasi Strategi.

Evaluasi strategi adalah proses manajer membandingkan antara hasil-

hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir dari strategi

adalah evaluasi strategi yang telah direncanakan sebelumnya.16

Tanpa adanya tahapan-tahapan yang dilakukan dalam strategi, maka

strategi yang direncanakan oleh perusahaan atau organisasi tidak akan berjalan

secara efektif dan efesian.

3). Karakteristik strategi

Beberapa karakteristik dari strategi yaitu:

a). Strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam


arti mencakup semua komponen di lingkungan sebuah organisasi yang di

tuangkan dalam bentuk rencana strategi (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi

rencana operasional (RENOP), yang kumudian dijabarkan pula dalam bentuk

program kerja dan proyek tahunan.

b). Rencana strategi berorientasi pada jangkauan masa depan, untuk

organisasi profit kurang lebih sampai 10 tahun mendatang, sedangkan untuk

16
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo,2002), h. 5.
18

organisasi non profit khususnya di bidang pemerintahan untuk satu generasi,

kurang lebih untuk 25– 30 tahun.

c). Visi dan misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategik induk

(utama), dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan

dalam merumuskan rencana strategi, namun dalam teknik penempatanya sebagai

keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di

dalamnya.

d). Rencana strategi yang dijabarkan menjadi rancangan oprasional yang

antara lain berisi program-program operasinal termasuk proyek-proyek, dengan

sasaran jangka sedang masing-masing, juga sebagai keputusan manajemen

puncak.

e). Penetapan rencana strategi dan rencana operasional harus melibatkan

manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksana

seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan

mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk panjangnya.

f).Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-

proyek. Untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-

fungsi manajemen lainnya yang mencakup perorganisasian, pelaksanaan,

penganggaran dan kontrol17


Strategi dalam organisasi menjadi hal yang wajib dimiliki, karakteristik di

atas menggambarkan bahwa strategi atau perancanaan jangka panjang dalam

organisasi menjadi penentu dalam mengembangkan kualiatas kader organisasi.

17
Nawawi hadari, Manajemen strategi. Yogyakarta: Gadjah mada university press, 2005
h. 150-151
19

b. Metode Dakwah

Dari segi bahasa “metode” berasal dari dari dua kata yaitu “meta” (

melalui) dan “hodos” (jalan atau cara).18 Dengan demikian dapat artikan bahwa

metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman yaitu

“methodica” artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani metode berasal

dari kata methodos artinya jalan dan dalam bahasa Arab disebut Thoriq. Jadi

metode dapat berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikirian untuk

mencapai suatu maksud.19

Dari pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa, Metode dakwah

adalah cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i kepada mad’u untuk

mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung

arti bahwa dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan menempatkan

penghargaan yang mulia atas diri manusia. Da’i perlu mempunyai metode dakwah

sehingga dapat menyampaikan pesan dakwahnya secara bijak dan arif, sehingga

pesan dakwah yang disampaikan dapat dipahami dan mudah diterima mad’u.

Adapun defenisi metode dakwah menurut beberapa pakar yaitu:

Menurut Said Ali al-Qahthani, mengemukakan: Metode Dakwah adalah

ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan


mengatasi kendala-kendalanya.20
Dalam dakwah Islam, karena metode dakwah yang salah dan kurang tepat

sehingga Islam dianggap agama yang tidak simpatik atau tidak masuk akal.

Seuatu yang biasa melalui sentuhan metode yang tepat, menjadi luar biasa. Dalam

dunia pendidikan ada namanya metode pembelajaran yang memudahkan pendidik

18
Ahm. Syafi’i Ma’arif, Islam Dan Politik (Jakarta : Pustaka Dinamika, 1999), h. 15.
19
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.
20
Said Ibn Ali Al-Qahthani , Al-Hikmah Fi Al-A’wah Ila Allah Ta’ala (Cet. I; Saudi
Arabia: Jami’ah Al Imam Muhammad Ibn Sa’d Al-Islamiyah Kulliyah Al-Da’wah, 1992), h. 126.
20

dalam memahanmi pembelajarannya. Dakwah memerlukan metode agar mudah

dipahami dan diterima mad’u, metode yang dipilih harus benar agar Islam dapat

dimengerti dengan benar dan menghasilkan pencintraan Islam yang benar pula.

Allah Subhanahu wata’ala, menetapkan dasar metodologi dakwah dalam

Surah An-Nahl/16: 125.


َ َّ ُ ۡ َٰ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َۡ َ َ ۡ ۡ َ ‫َل‬ َ ُ ۡ
ُ‫ِه أ ۡح َسن‬
َ ِ ‫يل ربِك بِٱۡل ِكمةِ وٱلموعِظةِ ٱۡلسنةِِۖ وج ِدلهم بِٱل ِِت‬ َ َٰ
ُۚ ِ ِ ‫ٱدع إَِل سب‬
َ‫ك ُه َو أَ ۡعلَ ُم ب َمن َض َّل َعن َسبيلِهِۦ َو ُه َو أ َ ۡعلَ ُم بٱل ۡ ُم ۡه َت ِدين‬
َ َّ َ َّ
‫إِن رب‬
ِ ِ ِ
Terjemahan :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan cara hikmah dan
pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui siapa sesat
dijalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk21

Ayat ini menyatakan: wahai Nabi Muhammad, serulah, yakni lanjutkan

usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang

ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang

baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan ajaran

Islam dengan cara yang baik.22 Berdasarkan ayat ini menunjukan bahwa Al-

Qur’an menetapkan tiga pokok metodologi dalam proses pelaksanaan dakwah.


Ketiga pokok tersebut, yaitu: 1) Metode Al-Hikmah, 2) Metode Al-Mau’idzah Al-

Hasanah, 3) Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan.

1) Al-hikmah

Kata al-hikmah dalam Al-qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam

bentuk nakirah maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah hukman yang

21
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, h. 281.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, h. 391.
21

diartikan secara makna artinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum

berarti mencegah dari kezaliman. Dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti

menghindari dari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.

Al-hikmah menurut etimologi kalimat al-hikmah berasal dari bahasa Arab,

berakar dari huruf-huruf ha, kaf, dan mim yang mempunyai pengertian dasar

mencegah. Kata hikmah adalah bentuk masdar dari kata hakuma yahkuma yang

mempunyai pengertian yaitu ucapan yang sesuai dengan kebenaran, keadilan,

pengetahuan dan lapang dada.23

Menurut terminologi dan pandangan para ulama diantara mereka terdapat

pandangan yang berbeda-beda seperti pendapat Ibnu Manzur mangatakan bahwa

al-hikmah ialah mengetahui sesuatu dengan pengetahuan yang sebaik-baiknya,

oleh karena itu, seseorang yang memproduksi sesuatu benda dengan baik dan

menguasai cara dan proses produksinya dinamakan dengan hakim yang berarti

orang yang memiliki al-hikmah.24

Ibnu Qayyim berpendapat yang dikutip Arifuddin bahwa pengertian al-

hikmah adalah mengetahui kebenaran dan melaksanakannya, baik dalam bentuk

perbuatan maupun dalam bentuk perkataan.25 Hal ini dapat direalisasikan,

melaikan dengan memahami Al-qur’an, mengerti syariat Islam dan menghayati

hakikat keimanan.
M. Abduh berpendapat bahwa, al-hikmah adalah mengetahui rahasia dan

faedah dari tiap hal-hal ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat dan

semestinya. Sedangkan Farid Wajdiy berpendapat bahwa al-hikmah itu

menetapkan sesuatu pada proporsinya yang mengandung kata kelembutan.

23
Abu Husain Ahmad, Mu’jam Maqaiyis Al-Lugah (Juz II; Mesir, 1970), h. 91.
24
Arifuddin, Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Islamiah, (Yogyakarta: ombak) h.
112.
25
Nasir Ibn Sulaiman, Al-Hikmah Diterjemahkan Oleh Amir Hamzah Dengan Judul Al-
Hikmah (Bandung: Pustaka Hidayah, 1995), h. 31.
22

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah

merupakam kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilih, dan menyelaraskan

teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-hikmah merupakan kemampuan

da’i menjelaskan pemahaman tentang Islam serta realitas yang ada dengan

argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah

sebagai suatu sistem yang menyatukan antara kemampuan teoretis dalam

berdakwah.26

2) Al-mau’idzah Al-hasanah

Secara bahasa al-mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idzah

dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-i’dzatan

yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah

artinya kebaikan.27 Adapun pengertian al-mau’idzah al-hasanah secara istilah,

ada beberapa pendapat antara lain:

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi mengemukakan bahwa al-

mau’idzah al-hasanah adalah perkataan-perkataaan yang tidak tersembunyi bagi

mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada

mereka dengan Al-qur’an.28 Artinya dakwah al-mua’idzah itu adalah dakwah

yang disampaikan dengan maksud memberikan pengajaran yang baik.

Menurut Abd. Hamid al-Bilali mengemukakan bahwa al-mau’idzah al-


hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan

Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar

mereka mau berbuat baik.29 Dengan lemah lembut mereka akan mudah menerima

dakwah

26
M. Munir, Metode Dakwah, Edisi Revisi, h. 11.
27
Lois Ma’luf, Munjid Fi Al-Lughah Wa A’lam (Beirut: Dar Fikr, 1986), h. 907.
28
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 37.
29
Abdul Hamid, Fiqh Al-Dakwah Fi Ingkar Al-Mungkar (Kuwait: Dar Al-Dakwah,), h.
260.
23

Dari bebearapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa al-Mau’idzah al-

hasanah adalah kata-kata yang masuk kedalam qalbu dengan penuh kasih sayang

dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau

membeberkan kesalahan orang lain, karena dengan menggunakan kata-kata yang

lembut dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan qalbu yang liar.

3) Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi lafazh mujadalah terambil dari kata “jadala” yang

bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang

mengikuti wazan faa ala “jaa dala’’ dapat bermakna berdebat dan “ mujadalah”

perdebatan.30 Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna

menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan

untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya.

Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi, al-mujadalah ialah suatu upaya

yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan

argumentasi dan bukti kuat.31 Sedangkan dari segi istilah terdapat beberapa

pengertian al-mujadalah. Al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang

dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang

mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.

Dai perlu mempunyai metode dakwah yang efektif sehingga ia dapat


menyampaikan pesan dakwahnya secara bijak dan arif. Said bin Ali al-Qahthani

membuat definisi bahwa Metode Dakwah adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-

kendalanya.32 Jadi retorika dalam berdakwah sangan menunjang keberhasilan

dari dakwah tersebut.

30
Ahmad Warson, Al-Munawwir (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), h. 17.
31
Sayyid Muhammad Thanthawi, Adab Al-Khiwar Fil Islam (Mesir: Dar Al-Nahdhah)
32
Said ibn Ali al-Qahthani , Al-hikmah fi al-a’wah ila Allah ta’ala ( cet. I, Saudi Arabia:
Jami’ah al imam Muhammad ibn Sa’d al-Islamiyah kulliyah al-Da’wah, 1992), h. 126.
24

a. Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah adalah metode dakwah yang dilakukan da’i kepada

mad’u atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.

Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara

tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja,

teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi

orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu

upacara kelahiran (tasmiyah).

b. Dakwah Ammah

Dakwah Ammah yaitu jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan

media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan

pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah

(pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang

dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang

berkecimpung dalam soal-soal dakwah.33

c. Dakwah bil-Lisan

Dakwah bil-Lisan merupakan penyampaian informasi atau pesan dakwah

melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek

dakwah). Dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan
dengan hari ibadah, seperti khutbah Jum’at atau khutbah hari Raya, kajian yang

disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan

dengan metode dialog.

d. Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata.

Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad’ulah) mengikuti jejak dan

33
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid II, h. 1078.
25

hal ikhwal si da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang

besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah Shallallahu

alaihi wasallam tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan dakwah bil-haal ini

dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum

Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.34

e. Dakwah bil-Mal

Metode dakwah bil-mal merupakan dakwah Islam yang disampaikan

dengan pendekatan sistem ekonomi. Pada masa Khulafaur Rasyidin pernah

dibentuk lembaga perekonomian umat dengan nama Darul-Amwal atau Baitul-

Mal. Umat yang mengalami kesulitan modal dalam usaha perdagangannya bisa

mendapatkan bantuan uang dari lembaga tersebut, bantuan yang berupa hibah atau

pinjaman dakwah bil Hikmah.

f. Al-Hikmah

Merupakan kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilih, dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-hikmah

merupakan kemampuan da’i menjelaskan pemahaman tentang Islam serta realitas

yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.35 Dakwah al-

hikmah merupakan dakwah yang disampaikan dengan lemah lembut dan penuh

kebijaksanaan.
g. Dakwah Mauidzatil hasanah

Dakwah mauidzatil hasanah yaitu, memberikan nasehat dan pengajaran

yang diberikan kepada masyarakat umum yang bersifat menggembirakan dengan

mengemukakan kebaikan-kebaikan ajaran Islam.36

34
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Bulan Bintang, 2011), h. 163.
35
M. Munir, Metode Dakwah, Edisi Revisi, h. 11.
36
Arifuddin, Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Islamiah, h. 112.
26

h. Dakwah Mujadalah

mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan tidak memberatkan

komunitas yang menjadi sasaran dakwah dan membantah mereka dengan cara

yang baik, dakwah ini dilakukan dengan berdiskusi.37 Dalam artian kita berdiskusi

dengan mereka dengan cara yang baik.

3. Kantor Urusan Agama Sebagai Lembaga Dakwah

Kantor urusan agama (KUA) merupakan unit kerja terdepan Depertemen

Agama yang melaksanakan sebagian tugas pemerintah dibidang agama islam, di

wilayah kecamatan (KMA No.517/2001 dan PMA No.11/2007). Dikatakan

sebagai unit terdepan, karena KUA secara langsung berhadapan dengan

masyarakat. Oleh karena itu wajar bila keberadaan kantor urusan Agama dinilai

sangat penting seiring keberadaan Depertemen Agama. Fakta sejarah juga

menunjukkan kelahiran Kantor Urusan Agama (KUA) hanya berselang sepuluh

bulan dari kelahiran Departemen Agama, tepatnya tanggal 21 November 1946. Ini

menunjukkan bahwa peran Kantor Urusan Agama (KUA) sangat strategis bila

dilihat dari keberadaannya yang bersentuhan langsung dengan masyarkat terutama

yang memerlukan pelayanan bidang urusan Agama Islam (Urais).38

Kantor Urusan Agama adalah kantor yang melaksanakan sebagian tugas

dari kantor Kementrian Agama Indonesia di Kabupaten dan Kotamadya di bidang


urusan agama Islam dalam Wilayah Kecamatan. Kantor Urusan Agama atau yang

biasa dikenal KUA juga adalah unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal

Urusan Agama Islam Kementrian Agama RI yang berada ditingkat Kecamatan,

37
Arifuddin, Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Islamiah, h. 112.
38
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan dalam http://saalim Unazzam
blogspt.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan.html
27

satu tingkat dibawah Kantor Urusan Agama Kabupaten dibidang Urusan Agama

Islam.39

Berbicara mengenai Kantor Urusan Agama sebagai suatu bagian dari unit

organisasi, maka akan terkait erat dengan manajemen, yaitu suatu proses yang

berhubungan dengan kegiatan kelompok dan berdasarkan pada tujuan yang jelas,

yang harus dicapai dengan SDM (sumber daya manusia) yang ada. Dengan

demikian, kegiatan manajemen yang ada pada Kantor Urusan Agama (KUA)

harus pula menerapkan fungsi-fungsi dasar manajemen yang disingkat POAC,

yaitu :

1. Planning

Yaitu adanya proses pemikiran dan penentuan secara matang dari berbagai

hal yang akan dikerjakan hari ini dan hari mendatang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Organising

Yaitu proses pengelompokkan orang orang, sarana dan prasarana, tugas

dan tanggung jawab serta wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang

dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditentukan.

3. Actuating
Yaitu proses berjalannya sebuah tanggung jawab dan kewenangan yang

harus di laksanakan dalam pelayanan sehari hari.

39
Badan pusat statistik Kabupaten Gowa,Sungguminasa Website:
http//gowakab.bps.go.id- Email: bps 7306@bps.go.id
28

4. Controlling

Yaitu proses pengamatan dan pengawasan dari seluruh kegiatan organisasi

untuk menjamin agar pekerjaan/kegiatan tersebut di jalankan sesuai dengan

rencana awal yang telah ditentukan.40

Fungsi manajemen di atas sangat penting dalam sebuah organisasi atau

instansi untuk mendukung tercapainya suatu tujuan atau sasaran yang ingin di

capai.

1. Tugas dan Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA)

a. Tugas Kantor Urusan Agama (KUA)

Kantor Urusan Agama kecamatan Bontonompo mempunyai tugas

melaksanakan tugas pokok Kantor Kementerian Agama di wilayah Kecamatan

berdasarkan kebijakan Kantor Kementerian Agama dan peraturan perundang

undangan yang berlaku, adapun tugas tugasnya meliputi:

1. Membantu pelaksanaan tugas pemerintah di tingkat kecamatan dalam

bidang keagamaan

2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama

Kecamatan.

3. Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten

di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.


4. Melaksanakan tugas Koordinasi pemilik Agama Islam, Penyuluh
41
Agama Islam dan koordinasi /kerjasama dengan instansi lain. Yang

erat hubunganya dengan pelaksanaan tugas KUA Kecamatan.

40
Mamduh M. Hanafih, Manajemen (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN, 2011), h. 9-12.
41
Depertemen Agama RI, Tugas-tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), h. 25.
29

Itulah beberapa tugas pokok dari Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bontonompo berdasarkan kebijakan Kementerian Agama dan

Perundang-undangan.

b. Fungsi KUA meliputi :

1. Fungsi Administrasi, menyelenggarakan statistik dan dokumentasi,

menyelenggarakan surat- menyurat, kesiapan dan kerumahtanggaan

KUA.

2. Fungsi Pelayanan, melakukan pencatatan nikah dan rujuk, pelayanan

perwakafan, kemasjidan, zakat dan ibadah sosial.

3. Fungsi pembinaan, melaksanakan pembinaan internal (karyawan) dan

pembinaan eksternal (lembaga-lembaga islam di wilayah kecamatan).

Berdasarkan fungsi dan tugas Kantor Urusan Agama dapat difahami

bahwa KUA tidak hanya menangani pernikahan tetapi juga menangani pembinaan

lembaga Islam di wilayah Kecamatan.42 Serta membimbing masyarakat yang

ingin menikah dengan cara suscating.

B. Tinjauan Mengenai Pernikahan Dini

1. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini bukanlah fenomena baru, baik dinegeri tercinta Indonesia


maupun Negara-negara lain, pernikahan dibawah umur pada dasarnya dianggap

hal yang biasa saat perempuan menikah di usia 15 tahun. Pro dan Kontra

pernikahan dini mencuat setelah muncul pemberitaan kontroversial pernikahan

42
Nurarfani Kharatussifah, “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bajeng
barat dalam memberikan bimbingan penyuluhan Islam pada Masyarakat Di Desa Manjalling”,
skripsi (Makassar: Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin,2016), h. 16.
30

Pujiono Cahyo Widianto atau biasa dikenal dengan syeikh Puji yang berusia 43

tahun dengan Ulfa Lutfiana yang masih berusia 12 tahun.43

Dengan demikian istilah pernikahan dini diartikan sebagai bentuk

perkawinan yang salah satu dari pelakunya ataupun dari kedua pelakunya masih

sangat muda. Pengertian pernikahan dini secara umum yaitu merupakan institusi

agung yang mengikat dua insan menjadi satu keluarga. Perngertian pernikahan

dini tidak sebatas pengertian secara umum saja, juga ada pengertian lain.

Pengertian pernikahan dini diantaranya: Prof. Dr. Sarlito Wirawan mengatakan

bahwa pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan

keilmuan yang kuat, sebagai sebuah solusi alternatif. Artinya pernikahan dini ini

dilakukan sebagai solusi untuk menghindari terjadinya penyimpangan-

penyimpangan dikalangan remaja. Pernikahan dini adalah pernikahan yang jelas-

jelas dibawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.

Adapun pengertian pernikahan dini bila ditinjau dari beberapa sudut pandang

sebagai berikut:

Bila ditinjau darisegi Undang-Undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal

7 ayat (2) yang di maksudkan perkawinan usia muda adalah perkawinan yang para

pihaknya masih sangat muda dan belum bisa memenuhi persyaratan-persyaratan

yang telah ditentukan melakukan perkawinan. Pernikahan dini adalah perkawinan


yang dilakukan anak perempuan dibawah usia 16 tahun dan anak laki laki di

bawah usia 19 tahun.44 Dan yang terbaru Dewan Perwakilan Rakyat atau biasa

dikenal DPR akhirnya mengesahkan revisi UU No. 1/1974 tentang perkawinan

dalam rapat paripurna. Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR, Totok

43AsepMuhammad Ramadhan, Permikahan dini, Jurnal, h. 10.


44
Bethsaida Janiwaty, Herri Zan Pieter, Pendidikan Psikologi untuk bidan suatu Teori
Terapanya (Medan: Rapha Publishing, 2012), h. 203-204
31

Daryanto menyampaikan, revisi UU Perkawinan telah menyepakati usia minimum

nikah bagi laki-laki dan perempuan menjadi 19 tahun.

Sedangkan Undang-undang perlindungan anak tidak menyebutkan secara

khusus makna dari pernikahan dibawah umur. Akan tetapi, UU No 23 Tahun 2002

pasal 26 menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan memiliki tanggung

jawab sebagai berikut :

a. Mengasuh, memlihara, mendidik dan melindungi anak.

b. Menumbuh-Kembangkan anak sesuai kemampuan, bakat dan minatnya, dan

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.45

Pernikahan dini pada dasarnya tidak mengatur secara mutlak tentang

batas umur pernikahan. Tidak adanya ketentuan dalam Agama tentang batas

minimal dan maksimal untuk melangsungkan pernikahan diasumsikan memberi

kelonggaran bagi manusia untuk mengaturnya. Tapi, secara umum menyatakan

bahwa harus mebcapai baligh atau karena seorang anak telah mencapai umur 15

tahun.46 Al Qur’an mengisyaratkan bahwa orang yang melangsungkan pernikahan

atau perkawinan haruslah orang yang siap dan mampu. Hal ini dijelaskan dalam

Al-qur’an surah An-nur/24 : 32.

ْ ُ ُ َ ۡ ُ َٓ ۡ ُ َ ۡ َ َٰ َّ َ ۡ ُ َٰ َ َٰ ََ ۡ ْ ُ ََ
‫حۡي مِن عِبادِكم ِإَومائِك ُۚم إِن يكونوا‬ ِ ِ ‫كحوا ٱۡليَم مِنكم وٱلصل‬ ِ ‫وأن‬
َ َّ
ٞ ِ ‫ٱَّلل َو َٰ ِس ٌع عل‬
‫يم‬
ۡ َ
ُ ‫ٱَّلل مِن فضلِهِۦ َو‬ ُ ‫ُف َق َرا ٓ َء ُيغنِه ُم‬
َّ ۡ
ۗ ِ
Terjemahnya :
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

45
Undang-undang perlindungan anak: Undang-undang Republik Indonesia No.23
Tahun 2002 (Cet. 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 10
46
Mustafa As-Shiba’I, wanita dalam pergumulan Syariat dan Hukum Konvensional
(Jakarta: Insang Cemerlang,2013), h. 63
32

memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha luas


(pemberian- Nya) lagi Maha Mengetahui47

Ayat di atas menyatakan: Hai para wali, para penanggung jawab bahkan

seluruh kaum muslimin, perhatikanlah siapa disekeliling kamu dan kawinkanlah

dan bantulah agar dapat kawin orang-orang sendirian diantara kamu, agar mereka

dapat hidup tenang dan terhindar dari perbuatan zina dan yang haram lainnya.48

Perkawinan bagi manusia bukan sekedar persetubuhan antara jenis

kelamin yang berbeda, sebagai makhluk yang disempurnakan Allah, maka

perkawinan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal. Dengan demikian agama Islam memandang bahwa, perkawinan merupakan

basis yang baik dilakukan bagi masyarakat karena perkawinan merupakan ikatan

lahir batin yang sah menurut ajaran Islam, dan merupakan perjanjian yang mana

hukum adat juga berperan serta dalam penyelesaian masalah-masalah perkawinan

seperti halnnya pernikahan dini atas latar belakang yang tidak lazim menurut

hukum adat hingga hal ini adat menjadikan hukum untuk mengawinkan secara

mendesak oleh aparat Desa, yang itu mengacu kepada kesepakatan masyarakat

yang tidak lepas dari unsur agama Islam.49


2. Penyebab terjadinya pernikahan dini

Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja,

yaitu tentunya sebab dari anak itu dan dari luar anak.

1. Sebab dari anak

a. Faktor pendidikan

Peran pendidikan bagi anak anak sangat mempunyai peran yang sangat

besar, jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian anak

47
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, h. 355.
48
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, h. 335.
49
Imam Sudiyat, Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1991),
h. 1-2.
33

tersebut mengisi waktu dengan bekerja, maka saat itu pula anak sudah merasa

cukup dan bisa mandiri, sehingga measa sangat mampu menghidupi diri sendiri.

Hal yang sama pula terjadi ketika anak yang putus sekolah tersebut

,menganggur. Dalam kekosongan waktu tampa pekerjaan membuat mereka

akhirnya berfikir sehingga melakukan hal hal yang tidak produktif. Salah satunya

menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang apabila tidak terkontrol bisa saja iya

hamil diluar nikah.

b. Faktor hubungan biologis

Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak anak telah

melakukan hubungan biologislayaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini,

orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena

menurut orang tua gadis ini, bahwa sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi

aib.

c. Hamil sebelum menikah

Terjadinya pergaulan bebas di kalangan remaja memberikan pengaruh

yang sangat besar baik pada diri sendiri, oran tua, dan masyarakat. Pengaruh-

pengaruh tersebut dari dampak yang di timbulkan dari pergaulan bebas adalah

salah satunya yaitu seks bebas. Berhubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan

sampai dengan kehamilan sebelum menikah. Jika kondisi anak perempuan telah
dalam keadaan hamil, maka orang tua tentunya cenderung menikahkan anak anak

tersebut.50

50
http://prosedurkonselingdalamkelompok.co.id/ di akses pada hari senin 28 november
2016 pukul 12.38
34

2. Sebab dari luar anak

a. Faktor tradisi

Tradisi ( adat istiadat ) dilingkungan yang mayoritas penduduknya

menikah saat usia masih muda.51 Nikah dibawah umur itu lebih merupakan tradis,

yang pada masyarakat agrarir zaman dahulu belum terasa keburukannya.

b. Faktor ekonomi

Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris

kemiskinan, maka untuk meringankan beban kedua orang tuanya maka anak

wanitanya segera di kawinkan dengan orang yang dianggap mampu menghidupi

anaknya.52 Maka dapat dikatakan faktor ekonomi pun menjadi salah satu

penyebab terjadinya pernikahan dini.

3. Dampak Pernikahan dini

Dampak yang ditimbulkan akibat dari pernikahan yang masih dibawah

umur ada dua yaitu dampak positif dan dampak negatif

a. Dampak Positif

1. Belajar memikul tanggung jawab

Banyak pemuda yang waktu sebelum iya menikah tanggung jawabnya

masih kecil dikarenakan ada orang tua mereka, disini iya harus mampu mengatur

urusan mereka tampa bergantung lagi kepada org tua.


2. Dukungan keuangan

Dengan menikah diusia muda dapat meringankan beban ekonomi

menjadi lebih menghemat, dan dapat membantu memenuhi kebutuhan ia dan

Masdar F. Mas’udi, Islam dan hak hak reproduksi perempuan: Dialog Fiqih
51

Pemberdayaan (Bandung: Mizan, 1997), h.95.


Muhammad Zain,”Problematika Pernikahan Usia Muda (studi kasus Di Desa Ugi
52

Baru Kecamatan Mapili Kabupaten Polman)”,skripsi (Makassar: Fak.Dakwah dan Komunikasi


UIN Alauddin, 2012), h. 28.
35

kedua orang tuanya serta bisa membiayai sekolah adik adiknya jika dia

mempunyai adik.

3. Kebebasan yang lebih

Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka bebas

melakukan hal sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara

finansial dan emosional

4. Terbebas dari perbuatan maksiat seperti berzinah dan lain lain.

Salah satu dampak positif dari pernikahan adalah terbebas dari perbuatan

maksiat karena sudah adanya ikatan yang halal antara laki laki dan perempuan.

b. Dampak Negatif

1. Dari segi pendidikan

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa seseorang yang

melakukan pernikahan terutama dalam dunia pendidikan. Dapat diambil contoh,

jika seorang melangsungkan pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA,

tentunya ke inginannya untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya tidak akan

tercapai, hal ini sangat berpengaruh karna semangat belajar yang dimiliki

seseorang tersebut akan mulai kendor karena lebih mengutamakan keluarganya,

terlebih lagi ketika sudh memiliki anak ini malah akan sangat menghambat

pendidikan. Dengan demikian pernikahan dini dapat menghambat terjadinya


proses pendidikan dan pembelajaran.

2. Dari segi kesehatan

Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh pernikahan dini yakni

dampak pada kandungan dan kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak

diderita wanita yang menikah usia dibawah umur, antara lain infeksi pada

kandungan dan kanker mulut rahim, masalah yang umum terjadi pada organ rahim

meliputi infeksi, peradangan dan tumor.


36

Hal ini karena terjadi masa peralihan sel anak anak ke sel dewasa yang

terlalu cepat, padahal pada umumnya pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak

anak baru akan berakhir pada usia 19 tahun.

3. Emosional yang belum stabil

Pernikahan diusia muda atau dibawah umur sangat rentang ditimpa

masalah karena tingkat pengendalian emosi belum stabil. Dalam sebuah

perkawinan akan dijumpai berbagai permasalahan yang menuntut kedewasaan

dalam penanganannya sehingga sebuah perkawinan tidak dipandang sebagai

kesiapan materi belaka, tetapi juga kesiapan mental dan kedewasaan untuk

mengarunginya.53

Biasanya kondisi dimana pasangan yang tidak sanggup menyelesaikan

serta menanggulangi permasalahan yang terjadi dapat menimbulkan berbagai

masalah lainnya yang dapat mengarah pada perceraian keluarga.

4. Tingginya percerain dini

Pada dasarnya pernikahan yang berakhir dengan sebuah perceraian banyak

juga dialami oleh pasanagan suami istri yang secara usia masih terbilang muda,

dan dalam usia pernikahannya yang masih muda pula, perkawinan pada usia

dibawah umur, dimana seorang belum siap mental maupun fisik, sering

menimbulkan masalah dikemudian hari bahkan tidak sedikit yang berantakan


ditengah jalan dan akhirnya berujung pada perceraian dini.54

Biasanya pernikahan dini sangat rentang terjadi perceraian di sebabkan

kurang dewasanya mereka menghadapi masalah yang terjadi di keluarganya.

53
Fransiska Limantanta ”Dampak Pernikahan di Usia Muda Terhadap Kehidupan Kaum
Perempuan” (http://fransiska-limatanta.blogspot.co.id/2010/01/dampak-pernikahan -di-usia-muda-
terhadap.html) di akses pada hari senin 28 November 2016 jam 13.00
Nurul Izzah, “ Dampak Sosial Pernikahan Dini Di Kelurahan Samelawa Kecamatan
54

Bungoro Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan tahun 2016” Skripsi (Sarjana Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penilitian ini adalah kualitatif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang

menjadikan manusia sebagai instrument, dan disesuaikan dengan situasi yang

wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat

kualitasMetode kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan kondisi dan fenomena sedalam-

dalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya

populasi atau sampel sangat terbatasi data sudah terkumpul mendalam dan bisa

menjelaskan kondisi dan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sapling

lainnya. Karena yang ditekankan adalah kualitas data.1

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti

kondisi objek yang alami, (sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana penelitian

adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian


kualitatif lebih menekankan makna dan pada generelisasi.

” Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy.J “. mendefinisikan

metode penelitian kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari 0rang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Dasar penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus yaitu melihat penelitian sebagai kesatuan yang

1Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta. 2001), h. 1.

37
38

terintegrasi, yang penelaahannya kepada satu kasus dan dilakukan secara intensif,

mendalam, mendetail, dan komprehensif.

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian sosial yang menggunakan

format deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi, sebagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial

yang ada dimasyarakat sebagai objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu

kepermukaan sebagai ciri, karakter, sifat, model, dan gambaran tentang kondisi,

situasi, ataupun fenomena tertentu.2

2. Lokasi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan yakni di Kelurahan Tamallayang

sasarannya yaitu kepala desa, sekretaris desa, tokoh agama, tokoh masyarakat,

masyarakat umum, dan pengelola lembaga dakwah Desa Tamallayang Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa.

B. Pendekatan Penelitian

Merujuk pada pendekatan yang digunakan penulis, yaitu jenis penelitian

kualitatif yang tidak mempromosikan teori sebagai alat yang hendak diuji. Maka

teori dalam hal ini berfungsi sebagai hal pendekatan untuk memahami lebih dini

konsep ilmiah yang relevan dengan fokus permasalahan dengan demikian. Penulis

menggunakan beberapa pendekatan yang dianggap bisa membantu dalam


penelitian yaitu menggunakan pendekatan manajemen. Yaitu dengan

mengaplikasikan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.

Pendekatan manajemen merupakan suatu cara yang paling hebat dalam

masyarakat, dimana semua kegiatan bisa terlaksana dengan efisien dalam waktu

2
Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan kata pengantar oleh
Burhan Bungin. Edisi Pertama (Jakarta Kencana, 2009), h. 56-57.
39

yang singkat melalui fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen dimaksud

adalah:

1. Planning (Perencanaan dakwah).

Sukses tidaknya kegiatan itu tergantung pada perencanaan, pelaku dakwah

atau para da`i maka setiap pelaku kegiatan (dakwah) harus punya rencana yang

matang agar tidak mengalami kendala. Maka dari itu da’i mesti merencanakan

metode apa yang tepat dalam berdakwah.

2. Organizing (Pengorganisasian dakwah).

Para muballig harus membentuk organisasi agar dalam menyampaikan

dakwah kepada masyarakat tahu dan paham cara pelaksanaan setiap kegiatan lalu

kemudian jika organisasi telah terbentuk maka banyak warga yang membantu

dalam bentuk kemampuan yang berbeda setelah organisasi itu telah disetujui

pemerintah, banyak individu yang diperbantukan demi mencapai tujuan bersama.

3. Actuating (Pengaktualisasian atau pelaksanaan dakwah).

Pelaksanaan dakwah pada masyarakat Kelurahan Tamallayang baru akan

merasakan ilmu modern dan aktual akurat apabila metode dakwah diperbarui

lewat ilmu manajemen atau pendekatan manajemen. Dakwah masyarakat

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa (Studi Manajemen Dakwah). Dalam

penelitian ini yang termasuk dari data primer adalah hasil wawancara dengan
pimpinan lembaga dakwah, kepala desa, sekretaris desa, bendahara desa, kepala

dusun, Imam dusun, tokoh agama, tokoh masyarakat, wiraswasta, petani, buruh

bangunan sebagai responden mengenai penerapan manajemen dakwah pada

pengeloalaan dalam upaya pengembangan dakwah Islamiyah.

4. Controlling (Pengendalian / Pengawasan dakwah).

Pengendalian dakwah pada masyarakat Kelurahan Tamallayang harus

dilakukan supaya kita mengetahui respon masyarakat terhadap pesan-pesan ajaran


40

Islam sehingga diterima dengan baik oleh masyarakat serta dapat mengukur

sejauh mana keberhasilan kita mengajak pada kebenaran amar ma`ruf nahi

mungkar dengan cara mengevaluasi atau membenahi kesalahan-kesalahan yang

terjadi agar pada saat penerapan metode dakwah yang diterapkan di masyarakat

itu berhasil.

C. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

informan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian

ini yang termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan,

Sekretaris Kelurahan, tokoh agama, kepala Lingkungan, Imam Lingkungan, tokoh

pemuda, tokoh masyarakat Kelurahan, Lembaga Dakwah Kelurahan Tamallayang

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data tertulis yang merupakan sumber

data tambahan yang tidak bisa diabaikan karena melalui sumber data tertulis akan

diperoleh data yang dipertanggungjawabkan validitasnya. Data yang diperoleh

berupa arsip, dokumen, visi dan misi, struktur organisasi yang terdapat pada

Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.3 Sumber data


yang diterima harus jelas karena data yang diperoleh dari hasil wawancara dari

respoden akan diuraikan di dalam hasil penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam

sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-

3
Iskandar. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 125.
41

sendiri, namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau

lebih. Beberapa metode pengumpulan data antara lain:

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan serta pencatatan yang sistematis

terhadap gejala gejala yang di selidiki. Observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan secara

sistematis dan dapat dikontrol keandalan (Reabilitas) juga kesahihannya

(Validitasnya).

Dengan adanya observasi, peneliti tidak akan merasa bingung karena dapat

menyaksikan secara langsung bagaimana keadaan tempat yang ingin diteliti

sebelum penelitian dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap

muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Jawaban

responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti. Seiring perkembangan

teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu,

misalnya telepon, email, atau skype. Adapun harapan setelah melakukan

wawancar, penulis mendapat jawaban yang memuaskan tentang apa saja

penyebab terjadinya pernikahan dini tersebut.


3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan
42

lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, instrument penelitian merupakan alat bantu

dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data pada prinsipnya merupakan suatu

aktivitas untuk yang bersifat operasional agar tindakannya sesuai dengan

pengertian penelitian yang sebenarnya. Data merupakan perwujudan dari beberapa

informasi yang sengaja dikaji dan dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu

peristiwa atau kegiatan lainnya. Data yang diperoleh melalui penelitian akan

diolah menjadi suatu informasi yang merujuk pada hasil penelitian nantinya. Oleh

karena itu maka dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa instrument seperti

HP kamera lebih efektif untuk mengumpulkan data sekarang sebab didalamnya

tersedia beberapa fasilitas berupa kamera dan rekaman yang dilengkapi dengan

kabel data sehingga informasi yang didapatkan mudah diakses kemudian menjadi

informasi siap saji untuk orang lain sedangkan rekamannya itu dapat

mengumpulkan informasi yang akurat.4

Tolak ukur keberhasilan penelitian juga tergantung pada instrument yang

digunakan. Oleh karena itu penelitian lapangan (field research) yang meliputi

observasi dan wawancar dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan yaitu:
dibutuhkan kamera, alat perekam (recorder) dan alat tulis menulis berupa buku

catatan dan pulpen.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang

dinyatakan dalam bentuk verbal yang diolah menjadi jelas akurat dan sistematis.

4
Suharsimi Arikunto. Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktek (Edisi revisi VI;
Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 68.
43

Penelitian akan melakukan pencatatan dan berupaya mengumpulkan informasi

mengenai keadaan suatu gejala yang terjadi saat penelitian dilakukan.5

Analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara

sistematis catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan dijadikannya

sebagai temuan bagi orang lain. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan

pengurutan data kedalam pola, kategori dan suatu uraian dasar. Tujuan analisis

data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca.

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kualitatif, yang

artinya setiap data terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang

tidak menyimpang dan sesuai dengan judul penelitian. Teknik pendekatan

deskriptif kualitatif merupakan suatu proses menggambarkan keadaan sasaran. 6

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

data yang diamati agar bermakna dan komunikatif.7

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu mengorganisasikan


data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

Peneliti mengolah data dengan bertolak dari teori untuk mendapatkan kejelasan

pada masalah, baik data yang terdapat dilapangan maupun yang terdapat pada

kepustakaan. Data dikumpulkan, dan dipilih secara selektif dan sesuaikan dengan

5
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Cet. I; Yogyakarta PT. LKS Yogyakarta
2008), h. 89.
6
Noen Muhajirin. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta Rake Sarasin 2009, h. 138.
7
Lexy. J. Moleog. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung. Rosda Karya 2007), h. 103.
44

permasalahan dirumuskan dalam penelitian dilakukan pengelolaan dengan

penelitian ulang.8

2. Pengertian Data

Data adalah beberapa informasi yang masih mentah (belum diolah)

penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu,bentuk tertentu sehingga

terlihat sosoknya secara utuh. Dalam penyajian data dilakukan secara induktif

yakni menguraikan setiap permasalahan dalam permasalahan penelitian dengan

memaparkan secara umum kemudian menjelaskan secara spesifik.

3. Analisis Perbandingan (Comparatif)

Dalam teknik ini peneliti mengkaji data yang telah diperoleh dari lapangan

secara sistematis dan mendalam kemudian membandingkan data tersebut satu

sama lain sesuai penelitian lainnya.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/vertification)

Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal masih kesimpulan sementara

yang akan berubah bila diperoleh data baru dalam pengumpulan data berikutnya.

Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh selama dilapangan diverifikasi selama

penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali dan meninjau ulang

catatan lapangan sehingga terbentuk penegasan kesimpulan.


G. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data merupakan keakuratan antara data yang terjadi

pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan

demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang

8
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahniad Safei, Metode Penelitian Dakwah (Bandung
Pustaka Setia, 2003), h. 107.
45

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

penelitian.

Adapun pengujian keabsahan data pada uji kredibilitas adalah uji yang

dilakukan untuk mengetahui tingkat kpercayaan terhadap data yang diteliti. cara

untuk menguji kredibilitas data, yaitu:

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun

yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan

narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),

semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran

dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang

dipelajari.

2. Peningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan.9 Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

9V. Wiratna Sujarweni, Metodelogi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h.
30.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Tamallayang


1. Kondisi Wilayah Geografis dan Administratif

Kelurahan Tamallayang merupakan salah satu Kelurahan yang terdiri dari 4

(empat) Lingkungan

1) Lingkungan Gangga yang dikepalai oleh Kamaruddin Dg. Pasang

2) Lingkungan Rappokaleleng yang dikepalai oleh Nursaid Dg. Ngendre

3) Lingkungan Tamallaeng yang dikepalai oleh H. Muh Natsir Dg. Ngella

4) Lingkungan Borongtala yang dikepalai oleh Hairil Anwar Dg. Lallo

Kepala Kelurahan Tamallayang : Arief Situju, S.Sos

Sekretaris Kelurahan Tamallayang : Hj. Jumrawati, S.Sos

Bendahara Kelurahan Tamallayang :

Kelurahan yang berbatasan dengan Kelurahan Tamallayang:

 Kelurahan Tamallayang berbatasan dengan Kala’serena dan Desa

Bontolangkasa

 Kala’serena berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Desa Katangka

 Kelurahan Bontonompo berbatasan dengan Kecamatan Bajeng

 Desa Bontobiraeng berbatasan Kelurahan Bontonompo

Warganya 100 % beragama Islam

Sumber data : Dokumentasi Papan Potensi Kantor Kelurahan Tamallayang Tahun

2021

46
47

Tabel. 1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN TAMALLAYANG

KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

LURAH
(ARIEF SITUJU,
S.SOS)

SEKRETARIS
LURAH
HJ. JUMRAWATI,
S.Sos

BENDAHARA

KEPALA KEPALA
LINGKUNGAN LINGKUNGAN
GANGGA RAPPOKALELENG
(KAMARUDDIN (NURSAID DG
DG PASANG) NGENDRE)

KEPALA
LINGKUNGAN KEPALA
TAMALLAENG LINGKUNGAN
(H. MUH NATSIR BORONGTALA
DG NGELLA) (HAIRIL ANWAR DG
LALLO)

Sumber Data : Dokumentasi Papan Potensi kantor Kelurahan Tamallayang

Tahun 2021
48

Kabupaten Gowa berkembang sesuai dengan sistem pemerintahan negara.

Setelah Indonesia Timur bubar dan negara berubah menjadi sistem Pemerintahan

Parlemen berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950

dan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1957, maka daerah Makassar bubar.

Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950 daerah

gowa terbentuk sebagai Daerah Swapraja, dari 30 daerah Swapraja lainnya

dalam pembentukan 13 Daerah Indonesia Bagian Timur. Pada tanggal 17 Januari

1957 ditetapkan berdirinya kembali Daerah Gowa dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai daerah Tingkat II . Selanjutnya dengan

berlakunya undang-undang Nomor 1 tahun 1957 tentang Pemerintahan daerah

untuk seluruh wilayah Indonesia tanggal 18 Januari 1957 telah dibentuk daerah-

daerah tingkat II.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 1957 sebagai penjabaran

undang-undang Nomor 1 tahun 1957 mencabut Undang-Undang Darurat No. 2

Tahun 1957 dan menegaskan gowa sebagai daerah tingkat II yang berhak

mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk operasionalnya dikeluarkanlah Surat

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor U.P/7/2/24 tanggal 6 Pebruari 1957

mengangkat Andi Ijo Karaeng Lalolang sebagai Kepala Daerah yang memimpin

12 (dua belas) daerah bawahan distrik yang dibagi dalam 4 (empat) lingkungan
kerja pemerintahan yang disebut koordinator masing-masing :

a. Koordinator Gowa Utara, meliputi distrik Mangasa, Tombolo, Pattallassang,

Borongloe, Manuju dan Borisallo. Koordinatornya berkedudukan di

Sungguminasa.

b. Koordinator Gowa Timur, meliputi distrik Parigi, Inklusif Malino Kota dan

Tombolopao. Koordinatonya berkedudukan di Malino.


49

c. Koordinator Gowa Selatan, meliputi distrik Limbung dan Bontonompo.

Koordinatornya berkedudukan di Limbung.

d. Koordinator Gowa Tenggara, meliputi distrik Malakaji, koordinatornya

berkedudukan di Malakaji.1

2. Visi Misi & Nilai Strateginya

a. Visi

“Terwujudnya masyarakat yang berkualitas, mandiri dan berdaya saing dengan

tata kelola pemerintahan yang baik”.

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia berbasis pada hak-hak dasar

kesetaraan gender, nilai budaya dan agama.

2) Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan dan

ekonomi kerakyatan.

3) Meningkatkan pembangunan infrastruktur berorientasi pada interkoneksitas

antar wilayah dan sektor.

4) Meningkatkan pengembangan wilayah kecamatan, desa dan kelurahan.

5) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan

demokratis.

c. Nilai Strategi
1) Assamaturu. Nilai tersebut mengisyaratkan bahwa sumber kekuatan adalah

kesepakatan bersama.

2) Sipakatau, Sipakainga’, dan Sipakalabbiri. Nilai ini mengedepankan

saling memanusiakan, menghormati dan saling memuliakan akan eksistensi dan

jati diri setiap anggota atau kelompok masyarakat.

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar-Kecamatan-dan-Kelurahan-di-Kabupaten-Gowa.
50

3) Siri’ na Pacce. Nilai ini membentuk rasa harga diri yang lahir dari

kesadaran bahwa harga diri tersebut hanya dapat dijaga jika terbina sikap saling

menghormati, saling menghargai, dan saling mengayomi. Dalam konteks

pembangunan, nilai ini dapat diartikan bahwa pemerintah bersama masyarakat

akan merasa jika gagal membangun daerah dan masyarakatnya.

4) Akkontu tojeng. Nilai ini mengisyaratkan pentingnya kesamaan antara

ucapan dengan perilaku/perbuatan. Nilai ini selanjutnya membentuk keteladanan

dan kepercayaan yang sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan.

5) Kebhinnekaan. Nilai ini menghormati heterogenitas dan keberagaman

sebagai berkah, kekayaan, dan kekuatan yang dapat menjamin terselenggaranya

pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development).

6) Keterbukaan dan Transparansi. Nilai yang bersifat universal ini

mengisyaratkan bahwa pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan harus

didasarkan atas prinsip keterbukaan dan transparansi, sehingga masyarakat

senantiasa merasa terlibat dalam proses dan implementasi pembangunan.2

3. Letak Georafis

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan

5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya
antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang

Selatan dari Jakarta.

Sebelah Utara : Kota Makassar dan Kabupaten Maros

Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto

Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten

Bantaeng.

2
https://humas.gowakab.go.id/bagian-humas/visi-misi/
51

Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km atau sama dengan

3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa

terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak

167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar

berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9

kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao,

Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya

27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9

Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang,

Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo

Selatan. Kelurahan Tamallayang merupakan salah satu Kelurahan di Kabupaten

Gowa yang mempunyai jumlah penduduk 6.566 jiwa, dimana jumlah penduduk

laki-laki 3.261 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.305 jiwa, dan mempunyai

4 (empat) Lingkungan diantaranya Lingkungan Gangga, Lingkungan

Rappokaleleng, Lingkungan Tamallaeng, Lingkungan Borongtala.3

4. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Tamallayang

a. Pada bidang pendidikan sangat berkembang pesat terutama dari program

pemerintah yang sudah melaksanakan kelas tuntas berkelanjutan dan ditunjang

dengan adanya pendidikan gratis serta memberikan beasiswa bagi anak-anak yang

kurang mampu dan berprestasi.

b. Bidang sosial, masyarakatnya masih menganut sistem kerja bersama s(gotong

royong) dan mereka mengutamakan saling tolong menolong guna menjalin

keakraban karena mengangap semua warga desa bontosunggu adalah bersaudara.

3
Jumrawati (37 tahun) Sekretaris Kelurahan, Wawancara, Kelurahan Tamallayang
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, 28 Januari 2021
52

c. Bidang keagamaan berjalan lancar namun masih butuh bimbingan seperti:

pengajian TKA/TPA, Majelis Taklim dan Forum Kajian Islam dengan cara

mendatangkan tenaga ahli di bidang keagamaan.

d. Kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Tamallayang masih tergolong ekonomi

rendah namun sudah mulai ada peningkatannya seiring dengan majunya fasilitas

hidup yang mulai membaik dan disokong pemberian dana pinjaman dari pihak

pemerintah guna menstabilitaskan ekonomi masyarakat agar terwujudnya

masyarakat ekonomi mandiri seperti terdapatnya: produk makanan rumahan, kios-

kios pakaian/buah dan peternakan ayam.

“Menurut Jumrawati pada umumnya masyarakat Tamallayang hidup


didataran rendah yang tentunya menunggu giliran mendapatkan pengairan
bergilir dari bendungan.”4

Berdasarkan kondisi masyarakat tersebut rupanya mereka tidak lepas dari

berbagai macam pembinaan yang serius baik dari pihak pemerintah maupun

sukarelawan swasta yang berkesinambungan termasuk didalamnya adalah sumber

daya manusia harus ditingkatkan sebab bagaimana pun alamya subur jika sumber
daya manusianya kurang berpengetahuan tetap saja tidak berarti apa-apa.

Alamnya yang subur namun manusianya masih tergolong kurang pintar

alias kurang terampil dan mampu dalam melihat potensi yang ada, maka tidak

dapat membuahkan hasil yang memuaskan atau dibawah standar. Oleh karenanya

di masyarakat menumbuhkan keuletan keterampilan dan kemauan harus dimiliki

termasuk dasar-dasar pengetahuan keagamaan serta bagaimana

mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penyair bijak hidup

4
Jumrawati (37 tahun) Sekretaris Kelurahan Tamallayang, Wawancara, Kelurahan
Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, 28 Januari 2021
53

tanpa pondasi agama itu buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh/taklid buta

(mengikuti orang yang sesat dan menyesatkan).

Untuk mewujudkan masyarakat yang relegius di Kelurahan Tamallayang,

maka semua pihak turut andil dalam kegiatan dakwah. Pemerintah dan tokoh

Agama setempat berkolaborasi dalam mengajar dan membimbing masyarakat

dengan melakukan pembinaan pemuda desa guna terciptanya masyarakat yang

bernapaskan Islam dengan senantiasa menyandarkan hidupnya pada agama Islam

yaitu dengan mengadakan penyuluhan keagamaan dan kegiatan keagamaan

lainnya.

B. Penyebab terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang


Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Adapun peneliti akan menjabarkan beberapa faktor yang mendorong


terjadinya pernikahan usia dini baik dengan penjelasan secara singkat maupun
secara detail dari beberapa referensi dan hasil wawancara alasan sehingga
terjadi pernikahan di usia dini adalah sebagai berikut:

1. Pergaulan Bebas

Kehidupan Modern dengan gaya hidup serba terbuka terkadang membuat

masyarakatnya berpacu dan berlomba-lomba dalam meningkatkan taraf

kehidupannya. Dengan kehidupan modern seperti ini terkadang gaya hidup

masyarakat, terkhusus para remaja yang sering kali tak terkendalikan akibat

pengaruh kemajuan teknologi yang tak dapat dibendung, sehingga memicu

terjadinya penyakit masyarakat yang berdampak pada pergaulan bebas dan tidak

sesuai dengan norma budaya yang ada dalam masyarakat. Menurut Wahyuddin

selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo mengatakan

bahwa:
54

“ Setiap kemajuan dan perkembangan pasti membawa dampak positif dan


dampak negatif. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh era
globalisasi sekarang ini adalah adanya pergaulan bebas dikalangan para
remaja tampa dibatasi oleh norma-norma kesopanan dan norma Agama.
Pacaran dianggap modern, hamil diluar nikah dianggap hal biasa dan
orang berpegang pada prinsip agama dianggap telah ketinggalan zaman.
Keadaan masyarakat yang seperti ini terjadi pada masyarakat kota. Lalu
bagaimana pun halnya dengan masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan
dan daerah pesisir yang sukar ditembus oleh perkembangan zaman, adat
dan istiadat merupakan patokan yang utama bagi kehidupan sehari-hari
mereka”.5
Masyarakat di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo masih

sangat menghormati norma Agama dan adat istiadat dan merupakan aib besar bagi

keluarga jika perbuatan yang bertentangan dengan agama dan adat istiadat terjadi

dalam keluarga mereka.

“Selanjutnya beliau mengatakan Pergaulan bebas yang terjadi di


Kelurahan Tamallayang disebabkan berbagai macam factor di antaranya.”6

a. Kurang berhati-hati dalam memilih teman


Teman dapat menentukan kita kearah yang positif tetapi ada juga yang

mengarahkan kita atau menjerumuskan kita kearah yang negatif dimana sebagian

besar terjadinya pergaulan bebas karna ia tidak selektif dalam memilih teman.

“ Pemilihan teman dalam bergaul itu sangat mempengaruhi bagaimana kita


kedepannya, sebab teman bisa mengarahkan kita kepada kebaikan atau
malah sebaliknya teman akan menjerumuskan kita ke arah pergaulan yang
diluar batas atau biasa di sebut pergaulan bebas ”.7

Kita sebagai orang yang berpendidikan harus pula pandai memilih teman

dalam bergaul agar terhindar dari yang namanya pergaulan bebas.

5Wahyudin (38 tahun) Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo

Wawancara di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa 6 Februari 2021
6Wahyudin (38 tahun) Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo

Wawancara di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa 6 Februari 2021
7Wahyudin (38 tahun) Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo

Wawancara di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa 6 Februari 2021
55

b. keluarga yang tidak stabil (Broken Home)

Keadaan keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkah laku atau

perkembangan remaja yang mana keadaan orang tua yang tidak harmonis

membuat psikis anak terganggu dan anak sering mencari ketenangan diluar untuk

merasa senang dan melupakan hal yang terjadi didalam keluarganya sehingga

berakibat pada pergaulan bebas.

”Keadaan keluarga berbeda beda ada keluarga yang harmonis dan adapula
yang tidak, keadaan keluarga yang tidak harmonis ini, yang membuat anak
anak kita berfikir untuk mencari ketenangan diluar rumah.”8

Dengan berfikirnya para anak remaja bahwa ketika terjadi keluarga broken

home suasa luar lebih baik di banding rumah maka bisa saja ketika ia diluar

bergaul maka pergaulan ia tidak terkontrol dan terjadi hal yang tidak di inginkan,

seperti hamil diluar nikah.

c. Lingkungan setempat yang kurang baik

Lingkungan sekitar merupakan faktor pembentuk kepribadian seseorang,

jika lingkungan tersebut lingkungan yang tidak baik maka seorang akan

terjerumus kedalam pergaulan bebas.

”Dampak pergaulan bebas menimbulkan bahaya yaitu sex bebas.


Demikian itu terjadilah kehamilan diluar nikah, maka jalan yang ditempuh
oleh seseorang agar terhindar dari malapetaka dan agar janin yang
dikandungnya mati terbunuh atau melukan aborsi. Maka jalan satu satunya
yang ditempuh agar tidak terjadi hal tersebut adalah mengawinkan
anaknya meskipun belum mencapai umur agar dapat menutupi aib
keluarga dikalangan masyarakat.9

8Abdul Aziz (25 tahun), Penyuluh Agama dikantor Urusan Agama Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa, Wawancara di Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten


Gowa, 13 Februari 2021
9Rahman Daeng Taba (39 Tahun), orang tua Pasangan pernikahan usia dini di Kelurahan

Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Wawancara di Tamallayang, 6 Februari 2021


56

Demi menutupi aib keluarga maka solusi utama agar terhindar dari fitnah

atau aib tersebut ialah dengan cara menikahkan anak yang telah melakukan

perzinahan atau hubungan terlarang tersebut.

“Senada dengan hal itu, R mengatakan bahwa: saya melakukan pernikahan


dini, diakibatkan pergaulan bebas dengan jalan berpacaran dan akibatnya
hamil diluar nikah, maka mau tidak mau harus melakukan pernikahan dini
untuk menutupi aib keluarga.”10

Arus globalisasi yang tak terbendung membuat pola pergaulan remaja

terkadang tidak bisa kita kendalikan dan akhirnya mengakibatkan pergaulan bebas

tampa memperdulikan aturan, norma, adat istiadat, dan agama. Sehingga dapat

memicu terjadinya kehamilan di luar nikah.

2. Ekonomi

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya pernikahan usia dini adalah faktor ekonomi.

“Keterbatasan orang tua membiayai perekonomian keluarga juga menjadi


penyebabnya, orang tua menganggap dirinya tidak mampu membiayai
anaknya karena bertumpuknya beban lain yang di pikulnya apalagi
keluarga yang mempunyai banyak anak cenderung segera menikahkan
anaknya. Langkah ini diambil dengan alasan setidaknya dapat
meringankan beban perekonomian keluarga.”11
Karena anak yang telah menikah tersebut akan mengurangi beban keluarga

setidaknya sudah berkurang dan menjadi tanggung jawab suaminya.

10R, Pasangan pernikahan usia dini di Kelurahan tamallayang Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa, Wawancara di Tamallayang, 6 Februari 2021


11Wahyudin (38 tahun) Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo),

Wawancara di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa 6 Februari 2021
57

“Pernyataan ini dibenarkan oleh pelaku pernikahan dini Sarah Ramadani


yang menuturkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan mereka
melakukan pernikahan dini adalah faktor ekonomi sebab kedua orang tua
sudah tidak mampu lagi membiayai segala kebutuhannya, sehingga
mereka menikahkan sedini mungkin”.12
Maka dengan menikah itu akan menjadi tanggung jawab suaminya untuk

menafkahinya sehingga dari pihak keluarga sedikit terbantu setelah menikahkan

anaknya.

Berbagai pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor ekonomi juga

ikut andil terhadap faktor penyebab terjadinya pernikahan dini dengan harapan

anak anak mereka kelak juga bisa hidup sejahtera bersama seorang suami yang

telah menanggung beban hidup anak anaknya sehingga orang tua juga dapat

berkurang bebannya yang harus ia tanggung dalam keluarga.

3. Budaya

Masyarakat di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa masih menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya mengenai

pernikahan usia dini, kerap kali kita jumpai diperkampungan padat penduduk.

Budaya menikahkan anaknya sendiri mungkin sering kali tak dapat dipungkiri,
masih tumbuh pemahaman tentang pikiran masyarakat awam yang menjodohkan

anaknya. Seringkali orang tua takut dan cemas bilamana kelak anaknya tidak ada

yang menikahinya dan menjadi perawan tua, sehingga mereka segera menerima

lamaran dari seseorang laki-laki meskipun tanpa memperdulikan batasan batasan

usia pernikahan anak yang seharusnya, baik dari segi kematangan fisik dan

mental. Padahal kematangan jiwa sangat besar artinya dalam membangun sebuah

keluarga.

12Sarah Ramadani(17 tahun), pasangan pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang,

Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Wawancara di Kelurahan Tamallayang Kecamatan


Bontonompo, 6 Februari 2021
58

“Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yang bernama Sarah


Ramadani mengatakan bahwa ia melakukan pernikahan dini karena ia
dijodohkan oleh kedua orang tuanya dan akhirnya mereka menerima
lamaran tersebut, meskipun usianya masih terbilang belia dan masih
dibwah umur”.13

Masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pernikahan dini,

mereka menikahkan anaknya sedini mungkin yang diakibatkan oleh masih

kentalnya budaya yang mereka pahami mengenai pernikahan dini, padahal budaya

yang mereka yakini selama ini sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang,

sebab pernikahan diusia dini dari zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang,

sebab anak zaman sekarang sudah tidak mau lagi menerima dijodohkan oleh

orang tuanya, melainkan mereka sendiri yang menentukan pasangan hidupnya

sendiri sesuai dengan keinginan dan persetujuan orang tua, sebab yang

menjalankan kehidupan bahtera rumah tangga adalah kedua anak itu sendiri.

4. Pengaruh Teknologi Informasi (Internet) atau pengaruh media sosial

Di era kemajuan teknologi yang begitu canggih, dengan berpacu dan

berlomba-lombanya seseorang dalam menciptakan dan mendesain teknologi yang

begitu mutakhir diluar nalar manusia. Sehingga dapat memudahkan seseorang

melakukan proses komunikasi dengan lawan komunikasi yang begitu jauh dan

yang jauh begitu dekat. Adanya internet memudahkan untuk mengakses macam

budaya yang tidak sesuai dengan norma agama. Hal ini tidak dapat dipungkiri

dengan kemajuan teknologi komunikasi, namun dibalik semua ini menyimpan

dampak negatif khususnya orang tidak mampu menggunakan teknologi secara

arif. Sebab bila seseorang mampu menggunakan teknologi komunikasi secara

13
Sarah Ramadani (17 tahun), pasangan pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang
Kecamatan Bontonompo, Wawancara di Kelurahan Tamallayang, 13 februari 2021.
59

baik, maka tentu menimbulkan dampak positif dalam kehidupan, terkhusus bagi

kalangan remaja sekarang ini.

“Salah satu penyebab terjadinya pernikahan dini di Kelurahan


Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa adalah kemajuan
teknologi yang tidak bisa digunakan oleh para remaja secara baik. Hal ini
disampaikan oleh Abdul Aziz bahwa salah satu yang menjadi penyebab
terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang adalah akibat dari
penyalahgunaan internet, saat ini banyak anak-anak yang melakukan
perilaku menyimpang dan mengakses yang berbau seks, bukan cuman itu
media sosial juga menjadi penyebabnya karena tidak digunakan dengan
baik”.14
Beda sekali dengan zaman dahulu anak SMP tidak mengenal media sosial

bahkan sekarang anak SD pun sudah mengerti tentang media sosial bahkan sudah

ada yang menggunakan media sosial.

Melihat kondisi di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, kemajuan

teknologi komunikasi membawa dampak yang begitu signifikan salah satu

diantaranya adalah para remaja seringkali tergiur dengan aplikasi media sosial

seperti Facebook, BBM, Instagram, Line, Whatsap serta berbagai aplikasi

teknologi yang lainnya, sehingga mereka cenderung ketagihan melakukan

komunikasi lewat media kepada lawan komunikasinya baik itu laki-laki maupun

perempuan sehingga akhirnya mereka melakukan pertemuan dengan lawan

komunikasinya.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari

penggunaan teknologi informasi (Internet) atau media sosial tentunya juga

berdampak bagi kehidupan baik itu dampak positif maupun dampak negatif

kepada remaja khususnya para remaja yang melakukan pernikahan dini di

Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

14
Abdul Aziz (25 tahun), Penyuluh Agama dikantor Urusan Agama Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa, Wawancara di Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa, 13 Februari 2021
60

C. Penerapan Metode Dakwah KUA Dalam Meminimalisir Pernikahan dini


di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo

Berdasarkan keterangan beberapa orang informan mengatakan bahwa

menghadapi informasi yang begitu beraneka ragam dan dampaknya pun tidak

sedikit maka bentuk dan metode dakwah yang diterapkan adalah metode dakwah

sosialisasi, metode dakwah ceramah dan metode dakwah silaturahmi diharapkan

metode ini bisa menjadi solusi dalam memecahkan masalah masyarakat sehingga

masyarakat paham mengenai nilai–nilai Islam yang terkandung dalam al-Qur’an

dengan begitu masyarakat dengan mudah untuk didakwahi.

“Menurut Mustari Daeng Gading Imam Kelurahan Tamallayang agar


masyarakat senantiasa beriman dan takut kepada Allah dan mengerjakan
shalat 5 waktu berjamaah di masjid, maka perlu membentuk suatu kajian-
kajian Islam yang rutin setiap ba’dah maghrib. Kemudian disitulah
diberikan pembinaan dengan menyuntikkan kajian-kajian keislaman yang
membuat orang tersebut paham mengenai ilmu Islam serta paham akan
hakikat penciptaan manusia agar mereka tidak terjerumus dalam pergaulan
bebas dan seks bebas Sehingga masyarakat terlepas dari jerat perbuatan
maksiat yang akan mengikis keimanan seseorang ketika melakukannya
secara berkelanjutan dan akan berdampak pada kehidupannya di dunia
maupun di akhirat”.15

Dengan mengadakan hal kajian seperti yang di jelaskan oleh Mustari

Daeng Gading maka pernikahan dini bisa diminimalisir karna para remajanya

sudah ada bekal keimanan dalam dirinya sehingga takut melakukan perbuatan

yang diluar batas.

Melihat kondisi mad’u yang lemah dari segi ilmu Agama, maka tentunya

harus ada ide-ide kreatif yang digunakan dalam menghadapi beragam karakter.

15
Mustari Daeng Gading (47 tahun), Imam Kelurahan Tamallayang, wawancara , tanggal
2 Feb 2021
61

Dakwah merupakan kewajiban bagi ummat muslim yaitu mengajak kepada yang

ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, sebagaimana Sabda Rasulullah Swt.

‫س ْو َل هللاِ صلى هللا عليه‬ ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ : ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ُ‫س ِع ْيد ا ْل ُخد ِْري َر ِض َي هللا‬ َ ‫ع َْن أَبِي‬
: ‫وسلم َيقُ ْو ُل‬
‫ست َ ِط ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه‬
ْ َ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم ي‬،‫سانِ ِه‬ ْ َ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم ي‬،‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْنكَرا ً فَ ْليُغَ ِي ْرهُ ِبيَ ِد ِه‬
َ ‫ست َ ِط ْع فَ ِب ِل‬
‫ا‬16‫ف اْ ِإل ْي َم‬ُ َ‫ضع‬ ْ َ ‫َوذَ ِلكَ أ‬

Artinya:
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu anhu berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat
kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan
hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Hadis Riwayat
Muslim).

Menentang pelaku kebatilan dan mencegah kemungkaran adalah

kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan

dan kekuatannya. Adapun Metode Dakwah Yang Diterapkan dalam mencegah

pernikahan dini di Kecamatan Bontonompo.

1. Metode Sosialisasi

Metode Sosialisasi ini dilaksanakan pihak pemerintah, tokoh-tokoh

religius khusunya penyuluh agama dan tenaga kesehatan tentang pernikahan

dini. Dengan adanya tokoh-tokoh agama tersebut bisa memberikan pendidikan

tentang pernikahan dalam hal ini kaitannya dengan agama. Karena pendidikan

agama adalah cara awal dalam mencegah pernikahan dini. Hal tersebut dengan

memperbanyak ibadah dan mengetahui batas umur menikah dalam agama

Islam. Sungguh disayangkan apabila ada orang tua menikahkan anak di usia

belia. Pemahaman tentang agama tersebut harus ditanamkan pada masyarakat

16 Hadits Riwayat Muslim


62

untuk melindungi anak dari perbuatan salah dari orang dewasa dan orang tua.

Serta memberikan bimbingan dan nasihat kepada mereka tentang dampak

buruk bagi kesehatan para remaja pelaku pernikahan usia dini. Seperti yang

disampaikan oleh Abdul Azis selaku penyuluh Agama Kantor Urusan Agama

Kecamatan Bontonompo bahwa:

“Dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dini di kelurahan


Tamallayang penyuluh Agama Kantor Urusan Agama Kecamatan
Bontonompo gencar melakukan kegiatan sosialisasi di lakukan di Desa –
Desa dan Kelurahan”17
Sama halnya yang disampaikan oleh Nursaid Daeng Ngendre selaku

Kepala lingkungan Rappokaleleng mengatakan bahwa:

“Betul di lingkungan Rappokaleleng sering diadakan sosialisasi yang


dilakukan oleh penyuluh dari pemerintah di Kantor Urusan Agama yang
melibatkan masyarakat khususnya para remaja dan juga kepada orang tua
yang ada lingkungan Rappokaleleng”18

Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan penyuluh Agama kepada

masyarakat. maka, ini akan mengubah pola pikir masyarakat yang beranggapan

bahwa menikahkan anak di usia muda adalah pilihan terbaik. Akan tetapi jusru

menambah permasalahan besar yang terjadi di lingkungan keluarga nantinya.

2. Metode Ceramah

Ceramah adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

pencerahan terhadap suatu masalah baik yang berkaitan dengan masalah

keagamaan, maupun yang berkaitan dengan masalah umum dengan topik topik

17 Abdul Azis (25 tahun) Penyuluh Non PNS, Wawancara, Kelurahan Tamallayang

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, 2 februari 2021


18 Nursaid Daeng Ngendre (47 tahun) Kepala lingkungan Rappokaleleng, wawancara ,

tanggal 6 Februari 2021


63

tertentu. Dalam hal ini digabungkan dengan melihat aspek yang menjadi masalah

faktor pendorong terjadinya pernikahan usia dini dilihat dari aspek kesehatan,

moral, dan keagaamaan.

Metode ceramah yang dapat diberikan kepada remaja dan orang tua remaja

serta masyarakat seperti yang dilakukan pada mimbar-mimbar masjid ,acara tablig

akbar serta pada kegiatan majelis taklim ini adalah penyampaian materi

menyangkut dampak yang bisa ditimbulkan dari adanya pernikahan usia dini yang

berkompoten dalam menyampaikannya. Misalnya, materi- materi dakwah

mengenai UU Perkawinan dan UU Perlindungan anak, pergaulan bebas, daan


kemiskinan. Materi tersebut dapat diberikan oleh penyuluh (dai), imam desa,

imam dusun, atau orang yang memiliki pengetahuan mengenai pernikahan usia

dini tersebut.

Seperti yang disampaikan Hamzah Daeng Nassa selaku Muballig di

Kecamatan Bontonompo mengatakan bahwa:

“Jadi kegiatan yang rutin kita laksanakan selaku Mubalig beserta para
penyuluh di Kecamatan Bontonompo dalam rangka mengurangi angka
pernikah dini di lingkungan kita ini, yaitu tidak henti-hentinya
mengadakan atau melaksanakan ceramah agama di mimbar-mimbar
masjid serta dalam kegiatan tablig akbar dan juga pada acara pengajian
majelis taklim di desa-desa yang ada di kecamatan Bontonompo”19

Sama halnya yang disampaikan Rahmad Qadri selaku warga lingkungan

Gangga yang mengatakan bahwa:

19 Hamzah Dg Nassa (Umur 43 tahun) Muballig, wawancara pada tanggal 6 Februari


2021
64

“kalau di lingkungan Gangga Kelurahan Tamallayang Kecamatan


Bontonompo para Muballig dan penyuluh agama Kantor Urusan Agama
sering melaksanakan kegiatan ceramah pada acara pengajian di majelis
taklim dan juga biasanya di mimbar-mimbar Masjid pada ceramah
Ramdhan, ta’alim pekanan, serta dalam kegiatan Tablig akbar lainnya
yang di dalamnya di sampaikan materi tentang pernikahan dini dan
pentingnya mencegah terjadinya pergaulan bebas sehingga para remaja
terhindar dari pernikahan dini”20

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa

ceramah yang dilakukan para muballig dan penyuluh Agama Kantor Urusan

Agama Kecamatan Bontonompo merupakan salah satu dari sekian cara yang

menjadi metode untuk meminimalisir terjadinya pernikah dini . Hal tersebut akan

meminimalisir angka pernikahan pada usia dini yang kerap kali terjadi di

masyarakat.

3. Metode Silaturrahmi

Dakwah dengan menggunakan metode silaturrahmi, yaitu dakwah yang

dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam

rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah. Diantara beberapa

metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan dakwah selain dari bersifat

pembahasan dan ilmiyah., diperlukan adanya pendekatan yang lebih pribadi yang

berdampak sosial, metode ini dirasa efektif untuk dilaksanakan dalam rangka

mengembangkan dan membina masyarakat. Metode ini disebut juga dengan

metode home visit (kunjungan kerumah).

20 Rahmat Qadri (Umur 22 tahun)Tokoh Pemuda, wawancara, tanggal 6 Februari 2021


65

Pendekatan ini akan menimbulkan keakraban dan persaudaraan serta

lebih mengenal pribadi masing-masing sehingga dapat menyelesaikan

permasalahan yang menyangkut pribadi atau masalah personal. Dalam kunjungan

ini dapat diadakan dialog-dialog dengan yang bersangkutan. Cara yang seperti ini

akan menambah keakraban dan terjalin rasa kekeluargaan sehingga apabila telah

tersentuh dengan permaslahan agama apalagi yang menyangkut akidah, pada diri

masyarakat akan benar-benar tertanan persaudaraan diantara mereka. Jika sudah

terjalin keakraban diantara mereka maka pihak objek dakwah akan lebih mudah

untuk mereka dalam menerima apa yang disampaikan dai dan menerapkannya

didalam kehidupan mereka. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abdul Azis

selaku Penyuluh Agama Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo yang

mengatan bahwa:

“Melalui kegiatan silaturrahmi kepada orang yang menjadi sasaran kita


terutama yang mempunyai anak remaja, juga pada umumnya semua
masyarakat yang dapat kita jangkau maka kita mengadakan silaturrahmi
baik langsung mendatangi rumah mereka masing-masing atau dengan
diskusi di perkumpulan anak-anak muda yang sedang berkumpul baik di
pos-pos dan juga di masjid yang mengadakan majelis ta’alim.”21

Berdasarkan uraian di atas pernikahan di usia dini berkaitan erat dengan

dakwah, kegiatan ini menjadi metode yang dilakukan para Muballig dan penyuluh

dalam meminimalisir terjadinya pernikahan dini karena dalam silaturrahi terdapat

dakwah mengandung pesan dan ajakan kejalan yang benar.

21
Abd, Azis, (Umur 25 tahun), Pekerjaan Penyuluh Agama dikantor KUA Bontonompo),
wawancara pada tanggal 6 februari 2021
66

Dengan dakwah dai bisa menjelaskan dan mendeskripsikan sejumlah dampak

pernikahan usia dini. Bagi yang sudah terlanjur menikah maka seorang dai

memiliki peran untuk menerangkan tentang hak dan kewajiban suami istri dengan

sejumlah masalah dan riak golombang kehidupan rumah tangga.

Mad’u diberi pesan-pesan tentang bagaimana masyarakat tersebut

mengatasi konflik rumah tangga secara arif dan bijaksana. Sedangkan bagi remaja

pra nikah dan juga orang tua remaja seorang dai berperan menjelaskan bagaimana

pernikahan yang dianjurkan dalam Islam, memberikan pendidikan agama bagi

remaja agar mereka lebih taat beribadah dan mengisi waktu luang dengan

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Dengan demikian, dai memberikan solusi kepada masyarakat di

Kecamatan Bontonompo terhadap praktek pernikahan usia dini untuk

menghentikan atau setidakya mengurangi frekuensi pernikahan di usia dini.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini, maka

penulis akan memberikan beberapa keseimpulan yang dianggap penting, antara

lain sebagai berikut

pernikahan di Kelurahan Tamallayang terdiri dari pernikahan normal

pernikahan yang melalui peminangan dan pernikahan tidak normal. Tahapan tata

cara pernikahan Normal yaitu A’cini Ampe, Assuro, A’panai Leko’serta akad

nikah dan pesta pernikahan.

1. faktor penyebab Pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa yaitu 1) yaitu karena pergaulan bebas para

pemuda, 2) faktor ekonomi , 3) Faktor budaya, 4) faktor teknologi informasi

(internet) atau pengaruh media sosial

2. Metode dakwah dalam meminimalisir Pernikahan dini Kelurahan

Tamallayang Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa yaitu menggunakan

tiga metode, 1) metode sosialisasi, 2) metode ceramah, 3) metode silaturrahmi,

penerapan dakwah dengan menggunakan ketiga metode dakwah ini diharapkan


bisa mencegah dan meminimalisir kasus pernikahan dini di Kelurahan

Tamallayang

67
68

B. Implikasi Peneliti

1. Bagi masyarakat terutama pemuda-pemuda di Kelurahan Tamallayang

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, agar kiranya memilih teman dalam

bergaul agar tidak terjatuh dalam pergaulan bebas yang bisa menjerumuskan ia

dalam perbuatan maksiat, dan diharapkan para pemuda dekat dengan masjid dan

meluangkan waktunya untuk menuntut ilmu Agama sebagai bekal dan benteng

dalam menjalani kehidupan ini.

2. Upaya penerapan metode dakwah yang digunakan haruslah

mengedepankan metode dakwah yang dilakukan dengan lemah lembut dan

sifatnya membangun pada masyarakat dengan mengggunakan metode dakwah

Sosialisasi, metode dakwah ceramah dan metode dakwah silaturrahmi, diharapkan

ketiga metode dakwah ini efektif dalam mencegah dan meminimalisir angka

pernikahan dini.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim

A. Hasjmy. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Cet : Bulan Bintang, 2011)

Ahmad Abd. Kadir, Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Makassar: Indobis Publishing

Ahmad Amrullah, Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial (cet. III; Yogyakarta:
PLP2M, 2005)

Arifuddin, Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Islamiah (Yogyakarta: Ombak,


2015)

Arikunto Suharsimi. Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktek (Edisi revisi VI;
Jakarta: Rineka Cipta, 2006)

Aripudin Acep, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)

Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2

As-Shiba’I Mustafa, wanita dalam pergumulan Syariat dan Hukum Konvensional


(Jakarta: Insang Cemerlang,2013)

Basit Abdul, filsafat Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003)

Echols John M., Syadily Hasan, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia,
2000

Enjang, Aliyudi, Dasar-Dasar Ilmu dakwah (Bandung: Widiya Padjajaran, 2009)

F. Mas’udi Masdar, Islam dan hak hak reproduksi perempuan: Dialog Fiqih
Pemberdayaan (Bandung: Mizan, 1997)

Hakim Rahmat, Hukum Perkawinan Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000)

Iskandar. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Gaung


Persada Press, 2008)

Izzah Nurul “Dampak Sosial Pernikahan Dini di Kelurahan samalewa


Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan” Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2016.

Izzah Nurul,’’ Dampak Sosial Pernikahan Dini Di Kelurahan Samalewa


Kecamatan Bungoro Kabupaten pangkaje’ne dan kepulauan”, Skripsi

69
70

(Makassar: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri


Alauddin Makassar,2016)

Janiwaty Bethsaida, Pieter Herri Zan, Pendidikan Psikologi untuk bidan suatu
Teori Terapanya (Medan: Rapha Publishing, 2012)

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bogor: PT. Pantja


Cemerlang, 2015

Kharatussifah Nurarfani, “Peranan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan


Bajeng barat dalam memberikan bimbingan penyuluhan Islam pada
Masyarakat Di Desa Manjalling”, skripsi (Makassar: Fak. Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin,2016)

Kriantono Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan kata pengantar


oleh Burhan Bungin. Edisi Pertama (Jakarta Kencana, 2009)

Lihat, Undang-undang perlindungan anak: Undang-undang Republik Indonesia


No.23 Tahun 2002

M. Hanafih Mamduh, Manajemen (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen


YKPN, 2011)

M. Munir, Metode Dakwah

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana 2006)

Misbahuddin Muliaty Amin, Pengantar Ilmu Dakwah (Makassar: Alauddin Press,


2009)

Moleog Lexy. J. Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya. 2001)

Muhajirin Noen. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta Rake Sarasin 2009

Muhtadi Asep Saeful dan Safei Agus Ahniad, Metode Penelitian Dakwah
Bandung Pustaka Setia, 2003

Muriah Siti, Metode Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra pustaka,2000)

Ningsih Mardia. Fiqh Da’wah, Jurnal Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif Yogyakarta PT. LKS Yogyakarta 2008

Samsuddin, “Strategi Kantor Urusan Agama dalam menanggulangi kasus


pernikahan Dini di Kecamatan Arung Keke Kabupaten Jeneponto”,
Skripsi (Makassar: Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2004)

Saputra Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah(Jakarta: Raja Gerafindo Persada, 2012)


71

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta. 2001)

Sujarweni V. Wiratna, Metodelogi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,


2014)

Tanjung Nadiama, Islam dan perkawinan (Cet. I;Tangerang:Lentera Hati, 2005)

Walgito Bimo, Bimbingan dan konseling perkawinan (Yogyakarta: Yayasan


penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada, 1984)

Zain Muh, ‘’Problematika Pernikahan Usia Dini (Studi kasus di Desa Ugi Baru)
Kec Mapalli. Kab. Polman”,Skripsi, (Makassar: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Negeri Alauddin Makassar,2012)

Zain Muhammad,”Problematika Pernikahan Usia Muda (studi kasus Di Desa Ugi


Baru Kecamatan Mapili Kabupaten Polman)”,skripsi (Makassar:
Fak.Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2012)
72

Referensi Online

Aziz Firman, pengertian Strategi dan Dakwah,


http://asisfirman.Blogspot.co.id/2013/penegrtian.strategi.dan.dakwah.
Diakses pada hari senin 28 november 2016.
Asep Muhammad Ramadhan, Pernikahan dini, jurnal,
http://.google.co.id/url?sa=web&rct=j&url=http://academia.edu/9862441/P
ERNIKAHAN DINI&ved=0aHUKEwjH48vHrO-TAhUHp48KHTj1A-
0QfggrMAI&usg=AFQjCNHTSOZe9-dchiViMm8QEgRN6bwaA, pada
tanggal 14 Mei 2017, pukul 20:46
Badan pusat statistik Kabupaten Gowa,Sungguminasa Website:
http//gowakab.bps.go.id- Email: bps 7306@bps.go.id
Fransiska Limantanta ”Dampak Pernikahan di Usia Muda Terhadap Kehidupan
Kaum Perempuan” (http://fransiska-
limatanta.blogspot.co.id/2010/01/dampak-pernikahan -di-usia-muda-
terhadap.html) di akses pada hari senin 28 November 2016 jam 13.00
https://www.liputan6.com/news/read/2363627/ini-penyebab-maraknya-
pernikahan-dini
https://investigasi.tempo.co/298/problema-kawin-muda-di-sulawesi-selatan
http://prosedurkonselingdalamkelompok.co.id/ di akses pada hari senin 28
november 2016 pukul 12.38
Ramdan wagianto, Tradisi Kawin Colong Pada Masyarakat Perspektif Sosiologi
Hukum Islam, http://www.distrodoc.com/350131-tradisi-kawin-colong-
pada-masyarakat-osing-perspektif. (25 september 2018)
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan dalam http://saalim Unazzam
blogspt.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan.html.
LAMPIRAN

73
74

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pedoman wawancara kepada pemerintah Kelurahan Tamallayang

1. Bagaimana gambaran umum lokasi penelitian di Kelurahan Tamallayang

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa?

2. Apa sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tamallayang?

3. Apa visi dan misi Kelurahan Tamallayang?

B. Pedoman wawancara kepada pelaku Pernikahan Dini

1. Apa penyebab anda menikah dini?

2. Apa dampak yang ditimbulkan setelah menikah dini?

3. Bagaimana kehidupan keluarga anda setelah menikah di usia dini?

4. Apakah anda mendapatkan Buku Nikah?

C. Bagaimana Metode Dakwah Dalam Menimimalisir Pernikahan Dini

1. Bagaimana upaya KUA dalam meminimalisir Pernikahan Dini

dimasyarakat Kelurahan Bontonompo?

2. Metode dakwah apa yang diterapkan KUA dan Tokoh Agama dalam

meminimalisir Pernikahan dini?


3. Bagaimana kasus Pernikahan dibawah Umur di Kelurahan Bontonompo
75

DOKUMENTASI

Foto KUA Kecamatan Bontonompo


76

Wawancara dengan Penyuluh Agama PNS KUA Bontonompo

Wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo


77

Wawancara dengan Sekretaris Kelurahan Tamallayang

Wawancara dengan salah satu Penyuluh Non-PNS KUA Kecamatan Bontonompo

Wawancara dengan Penyuluh Non-PNS

Wawancara dengan pelaku pernikahan dini di Kelurahan Tamallayang


78

Wawancara dengan Ibu dan Ayah Pelaku pernikahan dini

Wawancara dengan Pak Imam dan Para Penyuluh Non PNS di KUA Kecamatan

Bontonompo.
79
80
81
82
83
84
85
86

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

MUH. RISAL dilahirkan disalah satu daerah di

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa pada

tanggal 08 April 1997. Saya adalah anak pertama

dari tiga bersaudara, Ayah saya bernama

Kaharuddin Dg Rani dan Ibu saya bernama Hatijah

Dg Senga. Pendidikan saya dimulai dari Sekolah

Dasar Inpres Tangalla dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2

Barombong Kabupaten Gowa dan lulus pada tahun 2012, dan pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Limbung Kabupaten Gowa dan

lulus pada tahun 2015, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan selesai pada tahun 2021 dengan Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos). Selama menjadi mahasiswa, penulis masuk di beberapa

organisasi yaitu: MPM dan Forum Kajian Mahasiswa(FKM) UIN Alauddin

Makassar.

Penulis bersyukur atas karunia Allah SWT sehingga dapat mengenyam

pendidikan yang merupakan bakal untuk masa depan .penulis berharap dapat

mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dengan sebaik-baiknya dan

membahagiakan orang tua serta menjadi manusia yang bermanfaat bagi agama,

bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai