Anda di halaman 1dari 99

UPAYA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) JENETALLASA DALAM

MEMBANGUN MENTAL ANAK TUNAGRAHITA DI DESA


JENETALLASA KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial
pada Jurusan PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
ZARAH ZAHRANI ZAINUDDIN
NIM. 50300116026

JURUSAN PMI KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zarah Zahrani Zainuddin


NIM : 50300116026
Tempat/Tgl. Lahir : Raja-raja, 16 september 1998
Jurusan/Prodi/ Konsentrasi : PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Alamat : Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
Judul : Upaya Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa dalam
Membangun Mental Anak Tunagrahita di Desa
Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa merupakan

duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 22 Februari 2021


Penyusun

Zarah Zahrani Zainuddin


NIM: 50300116026

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

iii
KATA PENGANTAR

‫َّح ْي‬ِ ‫بس ِْم هّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُر ْه َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن‬
‫ أَ ْشهَ ُد أَ َّن‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬ ِ ‫َسيِّئَا‬
‫ أَ َّما بَ ْع ُد؛‬.ُ‫الَ إِلَهَ إِالَّ هللا َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah swt yang telah memberikan

berbagai macam kenikmatan dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Upaya guru sekolah luar biasa jenetallasa dalam

membangun mental anak tunagrahita di desa jenetallasa kecamatan pallangga

kabupaten gowa”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabiullah Muhammad Saw. Yang telah menyebarkan permadani-permadani islam,

serta mampu kita jadikan tauladan, beliaulah yang telah menunjukkan jalan

kebenaran kepada umat manusia.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

strata satu (S1) pada jurusan PMI.Kons Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis

menyadari bahwa berhasilnya penulis dalam perkuliahan dan juga dalam

menyelesaikan skripsi ini adalah berkat ketekunan dan bimbingan serta bantuan dari

berbagai pihak.

Maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

iv
1. Prof. Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D Sebagai Rektor, Prof. Dr. Mardan, M.Ag

Sebagai Wakil Rektor I (Bidang Akademik Pengembangan Lembaga), Dr.

Wahyuddin, M.Ag Sebagai Wakil Rektor II (Bidang AdmUmum Dan

Perencanaan Keuangan), Prof. Dr. Darussalam, M.Ag Sebagai Wakil Rektor

III (Bidang Kemahasiswaan), serta seluruh staf Alauddin Makassar beserta

jajarannya yang telah berusaha mengembangkan dan menjadikan kampus

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar menjadi kampus yang

bernuansa islam, mulia, berbudi pekerti luhur, danberiptek.

2. Dr. Firdaus Muhammad, MA., Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr.

Irwan Misbach, SE., M.Si, sebagai Wakil Dekan I,Dr. Hj. Nurlelah Abbas.

Lc, M.A, sebagai Wakil Dekan II, Dr. Irwanti Said, M.Pd sebagai Wakil

Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi

3. Prof. Dr. H. Hasaruddin, M.Ag dan Dr. Sakaruddin Mandjarreki, S.Sos. M.Si

sebagai Ketua dan Sekertaris Jurusan PMI.Kons KesejahteraanSosial.

4. Prof. Dr. H. Hasaruddin, M.Ag dan Dr. Syamsidar, M.Ag sebagai

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

memberi arahan dalam membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan denganbaik.

5. Dr. St. Rahmatiah, M. Sos.I dan Dr. Sakaruddin Mandjarreki, S. Sos., M.Si

selaku Penguji I dan Penguji II yang telah menguji dengan penuh

kesungguhan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen, Kepala Bagian Tatat Usaha, Kasubag Umum dan Akademik,

v
bersama seluruh staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberi

bekal ilmu, bimbingan, motivasi, nasehat serta pelayananterbaiknya.

7. Teman-teman PMI.Kons Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 dan terkhusus

untuk teman-teman PMI.Kons Kesejahteraan Sosial A yang telah membangun

kebersamaan layaknya keluarga selama 4tahun.

8. Terkhusus untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Zainuddin dan Ibunda

Tahira ucapan terima kasih yang tak terhingga karena telah bekerja keras

untuk membiayai proses pendidikan peneliti dan memberikan dukungan,

motivasi, nasehat dan doa sehingga peneliti bisa sampai pada titik akhir

dalam proses ini.

Gowa, 22 Februari 2021


Peneliti

ZARAH ZAHRANI ZAINUDDIN


NIM : 50300116026

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................


i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
KATAPENGANTAR..........................................................................................
iv
DAFTAR ISI........................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL................................................................................................
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................
x
ABSTRAK............................................................................................................
xv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................
1-10
A. LatarBelakang..................................................................................
1
B. Fokus Penelitian danDeskripsiFokus...............................................
5
C. RumusanMasalah.............................................................................
7
D. Tinjauan Pustaka/PenelitianTerdahulu.............................................
7
E. Tujuan danKegunaanPenelitian........................................................
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS.........................................................................
11-35
A. Tinjauan tentang SekolahLuarBiasa.................................................
11
B. Karakter Fisik danMentalAnak........................................................
14
C. Tinjaun TentangAnakTunagrahita...................................................

vii
17
D. Anak Disabilitas DalamPndanganIslam...........................................
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis danLokasiPenelitian................................................................
28
B. PendekatanPenelitian........................................................................
29
C. Jenis danSumberData.......................................................................
30
D. MetodePengumpulanData................................................................
31
E. InstrumenPenelitian..........................................................................
32
F. Tekhnik Pengolahan danAnalisisData..............................................
33
BAB IV HASIL PENELITIAN..........................................................................
36-59
A. GambaranLokasiPenelitian..............................................................
36
B. Peran Guru Dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita
di Sekolah Luar Biasa Jenetalasan di Desa Jenetallasa
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa..........................................
47
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Sekolah Luar
Biasa Jenetallsa Dalam Membangun Mentl Anak
Tunagrahita di Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa..............................................................................
53
BAB V PENUTUP ..............................................................................................
60-61
A. Kesimpulan.......................................................................................
60
B. Implikasi ..........................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKAN ......................................................................................
62
LAMPIRAN ........................................................................................................
64
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................
77

viii
ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Profil Sekolah.......................................................................................


37...........................................................................................................................

Tabel 4.2. Data Pendidik & Tenaga Kependidikan di SLB Jenetallasa ...............

40

Tabel 4.3. Peseta Didik Sekolah Luar Biasa SLB Jenetallasa...............................

41

x
PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat

dilihat pada tabel berikut:

Nama
Huruf Arab Nama Huruf Latin

‫ا‬ TidakDilambangkan Tidak Dilambangkan


Alif
‫ة‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫خ‬ Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬
ha (dengan titikbawah)
Ḥa ḥ
‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D
De

‫ذ‬ Żal Ż zet (dengan titik di atas)


‫ز‬ Ra R Er
‫ش‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Sy es dan ye
Syin
‫ص‬ Ṣad ṣ
es (dengan titik di

xi
bawah)

‫ض‬ de (dengan titik di


Ḍad ḍ bawah)

‫ط‬ ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ zet (dengan titik di


Ẓa Ẓ bawah)

‫ع‬ „ain ‘ apostrofterbalik

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kf K Ka

‫ل‬ Lm L El

‫و‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫هـ‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ' Apostrof

‫ى‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‟).
B. Vocal

xii
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Nama Huruf Latin Nama Tanda

a a fathah ‫ا‬

i i kasrah ‫ا‬

u u dammah ‫ا‬

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ـ َ ْى‬ fathah dan ya ai a dan i


ْ‫ـَو‬ fathah dan wau au a dan u

Contoh:

َ‫َكـ ْيـف‬ :kaifa

‫هَـوْ َل‬ :haula

C. Maddah

xiii
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa
harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda,yaitu:

Harkat dan Nama Huruf dan Nama


Huruf Tanda
Fathahdan alif ā a dan garis di atas
... َ‫ َى‬... | ‫ا‬
atau yā’
‫يـَـبت‬
kasrah dan yā’ ī i dan garis di atas
ِ‫ــى‬

dammahdan ū u dan garis di atas


‫ـُــو‬
wau
Contoh:
: ma>ta
‫ر َمـ‬:
َ rama>\\

qi>la:‫قِـيْـ َل‬

ُ ْ‫يَـمـُو‬
yamu>tu:‫ت‬

D. Tā’marbutah

Transliterasi untuk tā’ marbutah ada dua, yaitu: tā’ marbutah yang hidup atau
mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan
tā’ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’
marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

xiv
Contoh:

ْ ُ‫ضـة‬
‫األطفَا ِل‬ َ ْ‫َرو‬ : raudah al-atfāl

ِ ‫اَ ْلـ َمـ ِديْـنَـةُاَ ْلـفـَا‬


ُ‫ضــلَة‬ : al-Madīnah al-Fād}ilah
ُ‫اَلـْ ِحـ ْكـ َمــة‬ : al-h}ikmah

xv
ABSTRAK
Nama : ZARAH ZAHRANI ZAINUDDIN
Nim : 50300116026
JudulSkripsi : Upaya Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa Dalam
Membangun Mental Anak Tunagrahita di Desa Jenetallasa
Kecamatan Pallangga KabupatenGowa.

Penelitian ini berfokus pada pokok permasalahan tentang bagaimana Upaya


Guru Sekolah Luar Bisa Jenetallasa Dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita di
Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa?. Dari pokok masalah
diatas maka peneliti merumuskan 2 sub masalah yaitu: 1) Bagaimana peran guru
sekolah luar biasa jenetallasa dalam membangun mental anak tuagrahita di Desa
Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa?, 2) Bagaimana faktor
pendukung dan penghambat guru sekolah luar biasa jenetalallasa dalam
memembangun mental anak tunagrahita di Desa Jenetallasa Kecamatan Palangga
Kabupaten Gowa?
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan sosiologi. Informan atau subyek penelitian difokuskan
kepada empat orang yaitu kepala wawancara, dan dokumentasi merupakan metode
dalam mengumpulkan data dan informasi sekolah dan tiga guru Sekolah Luar Biasa
Jenetallasa. Observasi, selama penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan
adalah data yang bersifat primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan
tahapan sederhana, yakni reduksi data,penyajian dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menjelaskn (1) peran guru Sekolah Luar Biasa Jenetallasa
dalam membangun mental anak tunagrahita yaitu mengenal dunia anak,
pembelajaran tematik, pembelajaran keagamaan, karya wisata, bina diri anak
tungrahita. (2) Faktor pendukung yaitu dukungan orang tua, ekstrakulikuler dan
fasilitas transfortasi. Faktor penghambat yaitu suasana hati anak yang berubah-ubah,
kurangnya tenaga pendidik, dan pandemi covid19.
Implikasi dari penelitian ini adalah (1) Kepada orang tua yang memiliki anak
tunagrahita yang sekolah di sekolah luar biasa anda adalah orang tua hebat karena
tidak semua orang bisa memiliki anak.Dan jangan pernah menjadikan anak tersebut
menjadi beban di keluarga.(2)Kepada Dinas Pendidikan lebih memerhatikan tenaga
pendidik yang berada di Kabupaten Gowa khususnya di sekolah luar biasa jenetallasa
Kecamatan Pallangga. Agar didalam proses belajar mengajar di dalam kelas tidak
terhambat lagi di karenakan kurangnya tenaga pendidik.

xvi
xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah anugrah dan amanah dari Allah Swt yang wajib di

rawat dan di lindungi. Selain itu anak merupakan generasi penerus

pembangunan dan cita-cita bangsa, Negara dan agama Karena anak

tersebut kelak akan memelihara, mempertahankan serta mengembangkan

buah hasil dari pendahulunya. Seseorang anak pada dasarnya

membutuhkan perawatan, perlindungan, pengajaran dan kasih sayang dari

orang tuanya. Hal ini di lakukan untuk menjamin pertumbuhan fisik dan

mental mereka.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2016

tentang penyandang Disabilitas, pada Bab I yang berbunyi. Penyandang

Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,

intelektual, mental, dan /atau sensorik dalam jangka waktu lama yang

dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan

kesulitan untu berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga

Negara lainnya berdasarkan kesamaanhak.1

Individu dengan kebutuhan khusus atau lebih sering di sebut

dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada awalnya lebih di kenal


1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilias,
Lembaran, Negara Tahun 2016, Nomor 5871.

1
2

dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Individu

dengan kebutuhan khusus adalah individu yang mengalami pertumbuhan

dan perkembangan menyimpan dari kriteria normal baik secara fisik,

psikis,emosi dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya

memerlukan perlakuan dan pendididkan khusus.2

Salah satu keterbatasan yang dapat terjadi pada anak adalah

keterbelakangan. Selanjutnya, istilah ini menyebut anak dengan

keterbelakangan mental dalam penelitian ini sering di sebut dengan istilah

anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai

kemampan intelektual di bawah rata-rata

Tunagrahita adalah seseorang yang mengalami masalah di dalam

perkembangan mentalnya. Hal ini bahkan bisa saja berupa kondisi

keterbelakangan yang membuatnya mengalami masalah dalam berbagai

bidang, misalnya: kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi,

kesulitan dalam belajar dan memahami suatu masalah. Pada umumnya

anak tunagrahita memang membutuhkan penanganan khusus, meskipun

tidak tertutup kemungkinan mereka untuk belajar mandiri.

Pada dasarnya anak tunagrahita mempunyai dorongan untuk

berhubungan dengan orang lain seperti halnya anak-anak normal. Namun,

anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial.

2
Umi Kusyairi, Konsep Diri Remaja Dengan Orang Tua Berkebutuhan (Khusus, Makassar:
Alauddin university press 2012), h. 59
3

Tin Suharmini. menjelaskan bahwa kesukaran itu dikarenakan anak

tunagrahita mempunyai keterbatasan intelektual. Keterbatasan intelektual

mengakibatkan anak tunagrahita kesulitan mempelajari norma-norma

masyarakat. Ketidak mampuan mempelajari norma-norma masyarakat

membuat anak tunagrahita mengalami kesulitan melakukan penyesuain

social.3

Keadaan serba terbatas didalam system kerja saraf anak

berkebutuhan khusus (tunagrahita) yang dominan, seperti halnya

kesulitan dalam belajar/keterampilan kognitif (pengertian), kesulitan

berbahasa maupun motorik (gerak reflek). Pada anak tunagrahita hal itu

dapat kita pahami mungkin disebabkan oleh lebih dari sekedar

perkembangan yang lambat, seperti cacat mental, sensorik atau motorik.4

Sejarah singkat pendidikan luar biasa di Indonesia dapat dilihat

dari dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan setelah

kemerdekaan. Berdirinya Blinden Institut tahun 1901 di Bandung yang

diprakarsai dr.West Hooff merupakan awal pelayanan terhadap

penyandang cacat di mana para tuna netra diberikan latihan dengan cara

program shetered workshop (bengkel kerja). Program inilah yang

merupakan cikal-bakal berdirinya sekolah khusus bagi tuna netra di

3
Triyani “Interaksi Sosial Anak Tungrahita Di SDN Bantul “ Skripsi (Fakultas Ilmu
Pendidikan Universtas Negeri Yogyakarta Univrsitas Negeri Yogyakarta, 2013), h. 1
4
Oktavia Mulyaningtyas “Peran Sekolah Luar Biasa Pertiwi Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Anak Didik Tunagahita” Skripsi (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2010) , h. 3.
4

Indonesia.Selanjutnya pada tahun 1927, juga di Bandung, dibuka sekolah

khusus bagi anak tuna grahita yang didirikan oleh Bijzonder Onder Wijs

yang di prakarsai oleh Universitas Sumatera Utara seorang yang bernama

Folker, sehingga sekolah ini disebut Folkerschool.Pada tahun 1930

sekolah khusus untuk tuna rungu juga di buka di Bandung oleh seorang

Belanda yang bernama C.M. Roelsema. Pada masa kemerdekaan,

keberadaan sekolah bagi penyandang cacat makin terjamin dengan

adanya UUD 1945 yang menyatakan setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan. Disamping itu UU Pendidikan NO.12 tahun

1945 memuat ketentuan tentang pendidikan dan pengajuan luar

biasa.Mulai saat itulah sekolah bagai penyandang cacat disebut sekolah

luar biasa (SLB). Penyelenggara SLB, sejak dulu hingga kini, sebagian

besar adalah pihak swasta yang merupakan yayasan.

Meskipun demikian penyelenggaran SLB dibina oleh pemerintah

yang mulamula oleh seksi pengajaran luar biasa merupakan bagian dari

Balai Pendidikan Guru kemudian urusan Pendidikan Luar Biasa, bagian

dari jawatan pengajaran, selanjutnya oleh urusan pendidikan luar biasa.

Bagian dari Jawatan pendidikan umum. Sejak tahun 1980 SLB dibina

oleh Subdirektorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (Subdit PSLB), di

bawah Direktorat Pendidikan Dasar pada Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah. Selanjutnya Subdit PSLB ditingkatnya fungsinya


5

menjadi Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Dit PLB) danterakhir.5

Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa Kabupaten Gowa Sulawesi

Selatan saat ini merupakan salah satu sekolah yang dikenal secara luas,

dan menjadi tujuan bagi orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) di

kabupaten Gowa dalam pendidikan anak-anak mereka. Sepuluh tahun

yang lalu, berbagai hambatan dialami Aisyah Gaffar ketika mendirikan

sekolah luar biasa tersebut. Sebelum SLB Jenetallasa didirikan, di

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ada lebih dari dua ratus ABK

yang putus sekolah di sekitar tempat tinggal Aisyah. Hal itu

mendorongnya untuk mendirikan sekolah bagi ABK yang putus sekolah

tersebut. Tahun 2008, ia mendirikan SLB Jenetallasa untuk menjadi

tempat belajar bagi para ABK di Gowa.6

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan. Maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Upaya Guru Sekolah Luar

Biasa (SLB) Jenetallasa Dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita di

Desa Jenetallasa Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa”

B. Fokus Penelitian dan DeskripsiFokus

1. Fokus Penelitian

Dalam ruang lingkup penelitian, penulis memberikan batasan

5
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67657/Chapter%20II.pdf?sequence=
4&isAllowed=y
6
https://www.kemendikbud.go.id//main/blog/2018/sekolah-luar-biasa-jenetallasa-harapan-
anakanak-berkebutuhan-khusus-di-kabupaten-gowa.
6

dalam penelitian ini untuk menghindari kesalah pahaman dan persepsi

baru sehingga tidak keluar dari dari apa yang menjadi fokus penelitan.

Penulis hanya fokus pada Upaya Guru Sekolah Luar Biasa (SLB)

Jenetallasa Dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita. Sedangkan

untuk objek kajian peneliti memfokuskan pada anak Tunagrahita SDLB

dengan jumlah siswa 13orang.

2. Deskripsi Fokus

Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka dapat dideskripsikan

berdasarkan subtansi permasalahan dan subtansi pendekatan peneliti ini, yaitu

Upaya Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa Dalam Membangun Mental

Anak Tunagrahita di Desa Jenetallasa Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa.

Maka penulis memberikan deskripsi fokus sebagaiberikut:

a. Upaya

Upaya yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proses, cara,

langkah yang digunakan guru dalam membangun mental anak tunagrahita

di sekolah luar biasa jenetallasa(SLB).

b. Sekolah LuarBiasa

Sekolah luar biasa (SLB) adalah sekolah yang di rancang khusus

untuk anak dengan keterbelakangan mental dari satu jenis kelamin.

Sekolah luar biasa (SLB) juga merupakan salah satu lembaga pendidikan

formal yang memberikan layanan pendidikan terhadapat anak yang


7

berkebutuhan khusus atau mengalami gangguan fisik yang di dalamnya

terdapat proses belajarmengajar.7

c. Mental

Mental yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau

proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah

lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, serakah, sok,

tidak dapat mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, bahkan

tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang

salah, yang hak dan yang batil, antara halal dan haram, yang bermanfaat

dan yang muda.

a. Anak Tunagrahita

Anak Tunagrahita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak

dengan keadaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga

retardasimental (mental

retardation). Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada

umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka

terganggu yang menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya yang muncul pada

masa perkembangannya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka penulis

mengembangkan pokok masalah yaitu “ Bagaimana Upaya Guru Sekolah Luar Biasa
7
Fitri fitria, “sekolah luar biasa”, http://fitriafitri.weebly .com/sekolah-luar-biasa.html
8

(SLB) Jenetallasa dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita di Desa Jenetallasa

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ”. Berdasarkan pokok masalah di atas, maka

di uraikan sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Guru Sekolah Luar Biasa Jenetallasa dalam membangun

mental anak tunagrahita di Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten

Gowa?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat Guru Sekolah Luar Biasa

Jenetallasa dalam membangun mental anak tunagrahita di Desa Jenetallasa

Kecamatan Pallangga KabupatenGowa?

D. Kajian Pustaka/PenelitianTerdahulu

Berdasarkan pada penelusuran tentang kajian pustaka yang penulis lakukan di

lapangan, penulis hanya menemukan skripsi yang hampir sama dengan judul

penelitian yaitu:

1. Skripsi oleh Oktavia Mulyaningtyas alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta Menulis dalam bentuk skripsi pada tahun
2010 dengan judul “Peran sekolah luar biasa pertiwi dalam meningkatkan
kecerdasan anak didik untuk anak tunagrahita (studi kasus di sekolah luar
biasa pertiwi kelurahan bangunsari kabupaten ponorogo jawa timur)”.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripsi kualitatif, yaitu
penelitian yang hanya menggambarkan, mengungkapkan, menceritan dan
meringkas berbagai kondisi dan juga situasi yang ada pada sekolah luar biasa
pertiwi.8

2. Skripsi oleh Niki Asmorowati Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas


Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta dengan judul skripsi yang di angkat “
Bimbingan Kemandirian pada Anak Tunagrahita SLBE Prayuwana

8
Oktavia Mulyaningtyas “Peran Sekolah Luar Biasa Pertiwi Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Anak Didik Untuk Anak Tunagrahita’’ Skripsi (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta,2010)
9

Yogjakarta”. Penelitian ini merpakan penelitian lapangan dengan menggunakn


metode kualitatif subjek dalam penelitin adalah tiga siswa tungrahita yang
memerlukan bimbingan kemandirian ina diri SLB E Prayuwana Yogyakarta,
guru kelas dan guru BK. Pngmpulan data mengunakan observasi, awancar,
dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah diskriptifkualitatif.9

Dengan demikian, bahwa dari hasil penelitian tersebut secara keseluruhan berbeda,

karna tidak ada satupun yang menyinggung tentang Upaya Guru Sekolah Luar Biasa

Jenetallasa Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Anak Tunagrahita di Desa Jenetallasa

Kecamtan Pallangga Kabupaten Gowa.

D. Tujuan dan KegunaanPenelitian

Untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian dan mengungkapkan masalah

yang dikemukakan pada pembahasa pendahuluan, maka perlu dikemukakan tujuan

dan kegunaan penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian yang telah diuraikan

maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;

a. Untuk mengetahui peran Guru Sekolah Luar Biasa Jenetallasa dalam

membangun mental anak tunagrahita di Desa Jenetallasa Kecamatan Pallangga

KabupatenGowa

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Guru Sekolah Luar Biasa

Jenetallasa dalam membangun mental anak tunagrahita di Desa Jenetallasa

Kecamatan Pallangga KabupatenGowa


9
Niki Asmorowati “Bimbingan Kemandirian Pada Anak Tunagrahita SLB Prayuwana
Yogjakarta’’ Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universita Islam Negeri Sunang Kalijaga
Yogyakarta,2016)
10

2. Kegunaan Peneliti

a. Kegunaan Teoritis

1) Sebagai referensi atau tambahan informasi bagi perguruan tinggi khususnya

jurusan PMI/Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar dalam pengembangan ilmu pengetahuan para mahasiswa

mengenai bagaimana Upaya Guru Sekolah Luar Biasa Jenetallasa Dalam

Membangun Mental AnakTunagrahita

2) Mengetahui secara rinci bagaimana Upaya Guru Sekolah Luar Biasa

Jentellasa Dalam Meningkatkan Mental Anak Tunagrahita

b. Kegunaan Praktis

1) Penelitian ini dapat merupakan media pembelajaran untuk menambah

wawasan berfikir tentang permasalahan anaktunagrahita.

2) Di harapkan penelitian ini dapat berguna sebagai wacana baru yang dapat

memberikan inspirasi kepadakita.

3) Dengan adanya penelitian ini, semoga Sekolah Luar Biasa Jenetallasa dapat

dikenal baik dari luar daerah maupun dalam daerah Kabupaten Gowa.
BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Tentang Sekolah Luar Biasa

1. Pengertiaan Sekolah LuarBiasa

Pendidikan Luar Biasa atau Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan pendidikan

bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa. Menurut pasal 15 dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Tahun 2003, pendidikan terdiri dari beberapa jenis, yaitu

pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat

kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003).

Menyandang kelainan fisik, mental, dan kelainan perilaku. Pada umumnya,

penyandang kelainan fisik/mental mendapatkan layanan pendidikan di Sekolah Luar

Biasa. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang

memiliki ”kebutuhan khusus”. Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan

Nasional Tahun 1993, Lembaga pendidikan SLB adalah lembaga pendidikan yang

bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental,

perilaku dan sosial agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan da


12

keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan

hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Jadi tanggung jawab pendidikan anak-anak berkebutuhn khusus di sekola terletak di

tanaga pendidik, yaitu guru SLB. Guru pendidikan luar biasa selain mengajar mereka

juga berperan dalam membantu perkembangan anak didiknya sehingga mereka dapat

mengembangkan kemamapuannya.10

2. Bagian Bagian Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa terbagi atas beberapa sesuai dengan kelainan

peserta didik yaitu:

a. SLB bagian A, yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan

pendidikan secara khusus untuk peserta didik yang menyandang kelainanpada

penglihatan (Tuna Netra)

b. SLB bagian B, yaitu lembag pendidikan yang memberikan pelayanan

pendidikan secara khusus untuk peserta didik yang menyandang kelainanpada

pendengaran (TunaRunggu)

c. SLB bagian C, yaitu yaitu lembaga pendidikan yang memeberikan pelayanan

pendidikan secara khusus untuk peserta didik Tunagrahita ringan dan SLB

Bagian C1, yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan secara

khusus untuk peserta didik tunagrahita sedang.

d. SLB bagian D, yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan


10
https://terandik.blogspot.com/2016/05/slb-dan-sejarah-pendidikan-luar-biasa.html
13

pendidikan secara khusus untuk peserta didik yang menyandang kelainanpada

tuna daksa tanpa adanya gangguan kecerdasan dan SLB D1, yaitu lembaga

pendidikan secar khusus untuk peserta didik tuna daksa yang disertai dengan

gangguankecerdasan.

e. SLB bagian E, yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan

pendidikan secara khusus untuk peserta didik yang menyandang kelainan pada

tunalaras

f. SLB bagian F, yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan

pendidikan secara khusus untuk peserta didik yang menyandang kelainanpada

tunaganda.11

Setiap anak diklasifikasikan dan dimasukkan kedalam golongan

kebutuhan mereka dan memperoleh kebutuhan yang disediakan disekolah

yang sesuai kebutuhan mereka. Disekolah tersebut kemudian mereka

diajari oleh tenaga pengajar yang khusus menangani kebutuhan mereka

masing-masing, dengan alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan

golongan kebutuhan mereka. Jadi setiap anak memperoleh kebutuhan

mereka yang telah disedikan di sekolah.12

11
Mimin Camini, Pendidikan Segregasi (Modul 1: Pendidikan Kebutuhan Khusus), h. 4.
12
http://lidya-plb2011.blogspot.co.id/2011/10/apa-itu-pendidikan-luar-biasa.html
14

B. Karakteristik Fisik dan MentalAnak

1. Karakteristik Fisik

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah tidak secepat pada

masa-masa sebelumnya. Anak akan tumbuh antara 5-6 cm setiap

tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan antara anak perempuan dan

anak laki – laki dalam kecepatan pertambahan tinggi badan. Pertumbuhan

anak perempuan terlihat lebih cepat dibandingkan anak laki-laki namun,

pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul

ketertinggalan mereka.13

Perbedaan lain yang akan terlihat pada aspek fisik antara anak

laki-laki dan perempuan adalah pada bentuk otot yang dimiliki. Anak laki-

laki lebih berotot dibandingkan anak perempuan yang memiliki otot lebih

lentur.

b. Kemampuan Motorik

Kemampuan anak usia sekolah dalam menggunakan fisiknya atau

sering disebut kemampuan motorik terlihat menonjol dibandingkan usia

sebelumnya. Kemampuan motorik pada anak dibagi menjadi dua, yaitu

kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus. Kemampuan

motorik kasar dan halus pada anak usia sekolah ini mulai terlihat matang.

13
Edy Gustian, Anak Cerdas Dengan Prestasi Rendah (Cet 1 Jakarta: Puspa Swara,
2002),h.1
15

Kemampuan motorik halus anak pada usia sekolah berkembang dengan pesat.

Anak sudah dapat menggunakan fisiknya untuk menggunakan alat-alat yang

membutuhkan keterampilan motorik halus, seperti alat tulis. Pada anak usia sekolah, terlihat

perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan dan anak laki-laki dalam hala kemampuan

fisik. Dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki lebih lincah dan lebi memiliki

kekuatan dalam kemampuanfisiknya.

Perbedaan kemampuan ini, selain disebabkan karena adanya

perbedaan anotomi tubuh, juga sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk

aktifitas fisik yang dilakukan anak. Anak laki-laki cenderung

mendapatkan kesempatan untuk melatih kemampuan fisiknyamelalui

permainan-permainan.14

2. Karakteristik Mental-Intelektual

Pengertian mental secara definisi belum ada kepastian definisi

yang jelas dari para ahli kejiwaan. Secara etimologi kata mental berasal

dari bahasa Yunani, yang mempunyai pengertian sama dengan pengertian

psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Secara sederhana mental dapat

dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan batin dan watak atau

karakter, tidak bersifat jasmani(badan).

Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau

metis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan

demikian mental ialah hal- hal yang berkaitan dengan psycho atau

14
Edy Gustia,Anak Cerdas Dengan Prestasi Rendah, h. 2.
16

kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku

dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cermina dari

kondisi (suasana) mental.15

Perkembangan mental intelektuan anak mencapai tahap

kematangan pada saat anak memasuki usia sekolah. Cirri khas anak usia

sekolah adalah keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat

pengetahuan dan pengalaman baru. Oleh karena itu, masa ini juga disebut

sebagai masa intelektual. Dengan adanya keterbukaan dan keinginan

untuk tahu yang besar, anak sangat cepat mempelajari hal-hal baru yang

ditemuinya dan selalu memiliki keinginan yang lebih untuk mengetahui

sesuatu secara lebihbanyak.16

a. Kebiasaan mentalsehari-hari

Selain pola mental sebagai landasan berpikir, otak juga

menggunakan kebiasaan mental dalam jumlah yang besar atau urutan

pikiran yang deprogram untuk melaksanakan proses informasi.

b. Kebiasaan mental

Kebiasaan mental, adalah serangkaian tahap mental yang

berlangsung sangat cepat, sehingga tak dapat mengamatinya dengan sadar

dan melayani dan mengatur, menguasai memori dengan tujuan yang

diberikan otak memasukkan serangkaian standar dalam jumlah yang besar

15
http://hakamabbas,blogspot.com/2014/01/pengertian-mental.html
16
Edy Gustia,Anak Cerdas Dengan Prstasi Rendah, h. 8
17

ke dalam memori dan dapat memanggilnya kembali bilamana diperlukan.

Kebiasaan mental biasanya memperkejakan pola mental standar,

member otak cara yang sangat efisien untuk mengelola informasi dengan

cepat dan mudah. Dengan menempatkan sejumlah landasan, otak dapat

memecahkan problema yang lazim dan menganbil keputusan tanpa harus

memutuskan setiap informasi.

c. Ketahanan mental

Ketahanan mental ialah keinginan yang kuat berupa sikap atau kepercayaan

tentang keadaan atau pengalaman yang akan datang. Ketahanan mental ini

mempunyai pengaruh yang berguna atas persiapan anda untuk mengenal dan

menggolongkan persepsi yang akan datang dan menanggapi.17

C. Tinjauan Tentang AnakTunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual

dibawah rata-rata, dan secara bersamaan mengalami hambatan terhadap perilaku

adiktif selama masa perkembangan dari nol tahun hingga delapan belas tahun, sesuai

dengan batasan dari AAMR (1983). Definisi AAMR mengisyaratkan adanya

kemampuan intelektual jika diukur dengan WISC-3 1991, mempunyai skor IQ 70,

dan mempunyai hambatan pada komponen yang tidak bersifat intelektual, yakni

perilakuadiktif.

17
Karl Albrecht, Daya Pikir Metode Peningkatan Potensi Berfikir, (Cet: 4, Semarang: Effhar
Semarang 1992)
18

Dewasa ini berdasarkan hasil penelitian dari Greenspan‟s 1997 berkaitan

dengan keterampilan praktis, keterampilan konsektual dan keterampilan sosial.

Pengertian perilaku adiptif mengalami perubahan pandangan, semula perilaku adiptif

hanya bersifat komponen pelengkap yang dianggap kalah pentingnya dengan

kemampuan intelektual dalam menentukan apakah seorang individu termasuk sebagai

tunagrahita atau bukan.18

Anak tunagrahita adalah anak yang dalam intelektualnya berbeda dengan

anak normal pada umumnya. Anak tunagrahita memiliki perkembangan yang tidak

optimal sehingga menghambat segala aktifitas kehidupan sehari, seperti halnya

berkomunikasi, bersosial, dan paling menonjol yaitu kesulitan mereka dalam

menerima hal-hal baru. Kemudian kemampuan anak tunagrahita sebenarnya berbeda-

beda antara anak tunagrahita yang lain tergantung tingkat intelegensinya, dan inilah

yang menjadi masalah dalam pelayanan pembelajarannya sebab mengakibatkan

kebutuhan anak menjadi beraneka ragam.

2. Karakteristik UmumTunagrahita

Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita. Yang dapat kita

pelajari, yaitu:19

a. Keterbatasan Intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan

18
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Cet: 2, PT Imtima
2007),h.45
19
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2006),
h.103
19

sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan

menyesuaikan diri dengan masalah ataupun situasi.

a. Keterbatasan Sosial

Anak Tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih

muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak

mampu memikul tanggung jawab, sehingga mereka harus dibimbing dan

diawasi.

b. Keterbatasan Fungsi Mental

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk

menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya, selain itu anak

tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,

membedakan antara yang baik dan yang buruk dan membedakn yang

benar dan yang salah.

3. Klasifikasi AnakTunagrahita

Pengelompokan anak yang termasuk tunagrahita diperlukan bukan

untuk membedakan anak dari teman sebayanya yang tidak mengalami

keterbatan melainkan untuk kepentingan pendidikannya. Dengan

mengetahui kalasifikasi dari anak yang mengalami keterbatasan tersebut,

akan mudah untuk menentukan pendidikan yang dibutuhkannya. Berikut

ini klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan tingkat hambatan yang

dialaminya.

a. Tunagrahita Ringan atau mampu didik (debil ataumaron)


20

Kondisi fisik anak tunagrahita ringan pada umumnya tidak berbeda

dengan anak normal yang lain, dan mempunyai tingkat IQ yang berkisaran

antara 50-70. Meskipun mengalami hambatan pada kecerdasan dan

adaptasi sosial namun masih mempunyai kemampuan dibidang akademik,

penyusaian sosial dan kemampuan untuk bekerja. Masih bisa brlajar

membaca, menulis dan berhitung, dan bisa menyelesaikan pendidikan

setingkat kelas empat sekolah dasar umum. Seringkali anak tunagrahita

ringan tidak dapat diidentifikadi hingga memasuki usia sekolah, ketika

anak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Sekitar 75% dari

anak tunagrahita termasuk kepada kelompok tunagrahitaringan.

b. Tunagrahita Sedang

Anak yang termasuk dalam kelompok ini kemampuan

intelektualnya serta kemampuan adaptasinya berada dibawah kelompok

tunagrahita ringan. Kelompok ini pada umumnya dapat dideteksi sejak

bayi atau sejak usia dini karena keterlambatan perkembangan yang

terlihat jelas. Sebagian anak mempunyai kondisi fisik yang terlihat jelas

berbeda dengan anak lainnya, terutama dari segi wajah. Namun ada pula

beberapa anak yang fisiknya tampak normal. Tingkat IQ berada diantara

angka 30 sampai 50. Pendidikan yang bisa diselesaikan oleh anak dalam

kelompok ini biasanya setingkat dengan kelas dua sekolah dasar umum.

Sekitar 20% dari anak tunagrahita adalah kelompok ini.

c. Tunagrahita Berat
21

Pada kelompok ini intelegensi anak termasuk yang sangat rendah

dan tidak dapat menerima atau menjali pendidikan secara akademis

seperti dua kelompok lainnya. Dengan tingkatan IQ rata-rata 30 ke

bawah, anak dalam kelompok ini akan membutuhkan bantuan orang lain

dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Mereka hampir tidak memiliki

kemampuan untuk berlatih mengurus dirinya sendiri, berlatih

bersosialisasi ataupun untuk bekerja. Sekitar 5% anak tunagrahita berat

dan sangat berat berada pada kelompok anaktunagrahita secara

keseluruhan.

4. Permasalahan Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita yang mempunyai mempunyai intelektual yang

sangat rendah dengan disertai perkembangan perilaku adaptif yang rendah

pula akan berakibat langsung terhadap kehidupan sehari-hari mereka.

Anak tunagrahita dengan hambatan tersebut akan mengalami kesulitan-

kesulitan maupun masalah-masalah dalam menyalani hidupnya. Masalah-

masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Masalah Belajar

Kegiatan belajar anak tunagrahita banyak mengalami masalah dengan

kesulitan mereka dalam berfikir secara abstrak dan harus belajar dengan

objek yang bersifat konkrik. Masalah masalah belajar yang dialami anak

tunagrahita tersebut ada beberapa yang dapat dipertimbangkan dalam


22

proses pembelajaran mereka menurut Kemis dan Rosnawati seperti: (1)

Bahan yang diajarkan perlu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil

dan ditata secara berurutan; (2) Setiap bagian dari bahan ajar tersebut

diajarkan satu demi satu dan dilakukan secara berulang-ulang; (3)

Kegiatan belajar hendaknya dilakukan dalam situasi yang konkrit; (4)

Berikan kepadanya dorongan atau semangat ketika mereka sedang

mempelajari sesuatu; (5) Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan

dengan menghindari kegiatan belajar yang terlalu formal; (6) Gunakan

alat peraga dalam mengkonkritkan konsep dalam pembelajaran.

b. Masalah Penyusaian Diri

Penyusaian diri merupakan kesulitan tersendiri bagi anak tunagrahita

ketika mereka dihadapkan dalam memahami dan mengartikan suatu

norma lingkungan. Masalah penyusaian diri tersebut terkadang anak

tunagrahita sering melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma

tepat mereka tinggal. Kebanyakan orang menganggap tingkah laku anak

tunagrahita tersebut dianggap aneh dan tidak lazim dilihat dari ukuran

normatif yang tidak sesuai dengan perkembangan umurnya.

c. Gangguan Bicara dan Bahasa

Gangguan bicara dan bahasa pada anak tunagrahita terlihat ketika

mereka kesulitan dalam memahami dan mengungkapkan kembali dari

suatu komunikasi. Anak tunagrahita kesulitan dalam mengartikulasikan

bunyi bahasa dengan benar. Mereka juga kesulitan dalam memahami dan
23

menggunakan kosa kata serta kesulitan dalam memahami aturan sintaksis

dari bahasa yang digunakan.

d. Masalah Kepribadian

Anak tunagrahita mempunyai kepribadian yang berbeda dari anak

pada umumnya. Kepribadian tersebut berhubungan dengan faktor

lingkungan maupun pengalaman ketika masih kecil. Masalah kepribadian

anak tunagrahita menurut Kemis dan Rosnawati yaitu:

1) Isolasi dan Penolakan

Masyarakat pada umumnya cenderung melihat aneh perilaku anak

tunagrahita dalam bergaul dengan teman sebayanya. Adanya perilaku

yang berbeda tersebut seringkali anak tunagrahita mendapat penolakan

dari sebagian masyarakat di lingkungan anak tunagrahita tersebut.

Bahkan ada yang secara social diisolasi dan ditolak kehadirannya.

Perlakuan tersebut menyebabkan munculnya penyimpangan pola

penyusaian diri anak tunagrahita terhadap masyarakat.

2) Labeling dan Stigma

Anak tunagrahita sering mendapatkan label negatife dari

masyarakat yang tidak paham pada umumnya. Pemberian label yang terus

menerus tersebut akan memunculkan stigma atau pembentukan persepsi

masyarakat tentang anak tunagrahita. Adanya stigma tersebut sebagian

masyarakat cenderung melarang anaknya untuk bergaul dan bermain

dengan anak tunagrahita.


24

3) Stres Keluarga

Keluarga merupakan bagian terpenting dalam perkembangan

seorang anak. Keluarga akan membesarkan anak dengan penuh kasih

sayang dan kehadiran anak tersebut diterimah oleh kedua orang tuanya.

Apabila anak tersebut ditolak atau terlalu dilindungi oleh kedua orang

tuanya, maka ketika dewasa anak tersebut akan sulit menyusaikan diri.

Kehadiran seorang anak tunagrahita dalam sebuah keluarga cenderung

menimbulkan ketegangan pada keluarga tersebut. Karena orang tua pada

umumnya mengalami perasaan bersalah atau merasa kecewa yang

mendalam atas kehadiran anak tunagrahita tersebut. Stress dan

ketegangan dalam keluarga akan berdampak dengan suatu perlindungan

yang berlebihan kepada anak tunagrahita tersebut. Adanya sikap keluarga

yang seperti ini dapat mengakibatkan masalah perilaku dan emosi pada

anak bersangkutan.

4) Fungsi dan Kegagalan

Adanya hambatan dalam perilaku adaptif pada anak tunagrahita

yang cenderung tidak dapat memenuhi tugas-tugas yang dituntuk oleh

masyarakat atau teman sebayanya. Maka anak tunagrahita cenderung

mengalami kegagalan dan frustasi dalam memenuhi tuntutan masyarakat

atau teman sebayanya tersebut. Dampak jangka panjangnya akan

mempengaruhi perkembangan kepribadian mereka.

5) Disfungsi Otak
25

Disfungsi otak atau kerusakan otak merupakan faktor timbulnya

gangguan perilaku pada anak tunagrahita. Anak tunagrahita yang

mengalami kerusakan otak cenderung mengalami perilaku yang

hiperaktif dan labilnya emosi.

6) Kesadaran Rendah

Kesadaran rendah anak tunagrahita dipengaruhi faktor proses

kognitif yang rendah pula. Pola kepribadian yang rendah atau tidak

matang tersebut akan membuat kesadaran yang rendah pada anak

tunagrahita.20

5. Cara Menangani AnakTunagrahita

Kendala dalam pengajaran anak tunagrahita berasal dari

keterbatasan inteligensi yang mereka milliki. Mereka tidak mampu

bersaing dengan anak lain yang tidak memiliki hambatan tersebut.

Karena keunikannya tersebut, tentunya diperlukan berbagai cara khusus

untuk menangani dan memberikan pendidikan kepada anak tunagrahita.

a. Memberi Pendidikan Anak di Sekolah Terbaik

Pada beberapa anak, gangguan ini akan terdeteksi ketika ia

memasuki usia sekolah. Orang tua perlu mendengarkan anjuran psikolag

untuk menentukan sekolah yang terbaik bagi anak yang sesuai dengan

kebutuhannya, dan jangan memaksakan anak untuk masuk di sekolah

20
Kemis,Ati Rosnawati, pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita (Bandung:PT.Luxima Metro Media, 2013), h 21
26

umum karena gengsi. Jika yang dibutuhkan anak adalah Sekolah Luar

Biasa, maka arahkanlah anak untuk mendapat pendidikan disana.

b. Pembelajaran dimulai dari Hal-hal yangPasti

Sedapat mungkin materi pembelajaran bagi anak tunagrahita

seharusnya dimulai dari hal-hal yang konkrit, karena mereka mempunyai

keterbatasan dalam berfikir secara abstrak. Materi pembelajaran tersebut

juga harus melalui rincian sedemikian rupa, dan materi yang bersifat

akademik tetap diberikan sejauh kemampuan mereka dengan metode

pembelajaran kooperatif dan memahami berbagai teori belajar menurut

paraahli.

c. Memberikan Materi Keterampilan yang Memadai

Menekankan bobot kepada materi keterampilan sangat penting

agar dapat menjadi bekal hidup bagi anak-anak tunagrahita agar ia tidak

terlalu bergantung kepada orang lain untuk menjalani hidupnya.

d. Ajarkan Etika dan Tata Krama di DepanUmum

Perlu juga diajarkan mengenai cara bersikap didepan umum, etika,

serta keterampilan sosial dasar dan gunakan tahapan perkembangan

kognitif anak usia dini untuk melihat sajauh mana perkembangannya jika

ada.

e. Perbanyak Aktivitas Interaksi Sosial

Karena keterbtasan aktivitas yang bias dilakukannya, maka pilihan anak

tunagrahita untuk kegiataan hanya sedikit. Akibatnya anak dapat mengembangkan


27

perilaku yang yang pasif. Sebaiknya perbanyak mengajarkan kegiatan yang akan

dapat membuat anak berinteraksi secara aktif dengan orang lain.21

D. Anak Disabilitas dalam Pandangan Islam

Terkadang kita berfikir anak berkebuthan khusus tidak berguna sama sekali,

hanya menyusahkan orang lain dan merupakan aib bagi keluarga, paradigma seperti

itu masih saja terjadi akhir-akhir ini. Untuk itu perlu pembaharuan agar merekapun

memiliki hak untuk hidup bahagia layaknya manusia pada umumnya. Allah

menciptkan sesuatu pasti ada hikmanya, tak ada ciptaannya yang tak bermanfaat.

Allah sayang sama kita. Mungkin dengan diciptakannya anak berkebutuhan khusus

bisa membuat hati kita lebih beryukur, atau bisa juga merupakan ujian mrupakan

ujian bagi keluarga dan seberapa besar kesabaran mereka dalam mengurus anak

berkebutuhan khusus. Melihat anak berkebutuhan khusus kadang membuat hati kita

terenyuh, itu semua bisa melembutkn hati kita yang sangat keras, mereka juga

manusia, mereka ingin sepertikita.

Islam memandang sama semua manusia, islam tak melihat dari fisik, harta

dan tahta melainkan dari hati dan keimanan seseorang. Kita tidak boleh membeda-

bedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Seperti yang tercantum yang

tercantum dalam QS. An-Nur :61

‫يض َح َر ٌج َواَل َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم أَن‬


ِ ‫ج َح َر ٌج َواَل َعلَى ْٱل َم ِر‬
ِ ‫ْس َعلَى ٱأْل َ ْع َم ٰى َح َر ٌج َواَل َعلَى ٱأْل َ ْع َر‬
َ ‫لَّي‬

ِ ‫خَوتِ ُك ْـم أَوْ بُيُو‬


‫ت‬ َ ٰ َ‫ت أ‬ ِ ‫ت أُ َّم ٰهَتِ ُك ْم أَوْ بُيُو‬
ِ ‫ت إِ ْخ ٰ َونِ ُك ْم أَوْ بُيُو‬ ِ ‫ت َءابَٓائِ ُك ْم أَوْ بُيُو‬ ۟ ُ‫تَأْ ُكل‬
ِ ‫وا ِم ۢن بُيُوتِ ُك ْـم أَوْ بُيُو‬

21
Devita Retno https://DosenPsikologi.com/Ciri-ciri-anak-tunagrahita
28

َ ْ‫ت ٰخَ ٰلَتِ ُك ْم أَوْ َما َملَ ْكتُم َّمفَاتِ َح ٓۥهُ أَو‬
َ ‫ص ِديقِ ُك ْم ۚ لَي‬
‫ْس‬ ِ ‫ت َع ٰ َّمتِ ُك ْم أَوْ بُيُو‬
ِ ‫ت أَ ْخ ٰ َولِ ُك ْـم أَوْ بُيُو‬ ِ ‫أَ ْع ٰ َم ِم ُك ْم أَوْ بُيُو‬
۟ ‫وا َج ِميعًا أَوْ أَ ْشتَاتًا ۚ فَإِ َذا َدخَ ْلتُم بُيُوتًا فَ َسلِّ ُم‬
ِ ‫وا َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم ت َِحيَّةً ِّم ْن ِعن ِد ٱهَّلل‬ ۟ ُ‫َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن تَأْ ُكل‬

ِ َ‫ُم ٰبَ َر َكةً طَيِّبَةً ۚ َك ٰ َذلِكَ يُبَيِّنُ ٱهَّلل ُ لَ ُك ُم ٱلْ َءا ٰي‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬

Terjemahan:

Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak pula bagi orang pincang, tidak pula
bagi orang sakit dan tidak pula bagi dirimu, makan bersama-sama mereka di
rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah
saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang
perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah
saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara- saudara ibumu
yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah)
yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan- kawanmu. Tidak ada
halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri.
Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam
kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penh berkah dan baik dari sisi
Allah. Demikian Allah menjelaskan ayat-ayatnya agar kamu mengerti.22

Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tdk ada

halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang

berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli atau bahkan sakit.

Mereka berhak untuk makan bersama, berkumpul bersama layaknya

masyarakat pada umumnya. Asbabunnuzul dari QS. An-Nur ayat 61.

Masyarakat tidak seharusnya membeda-bedakan atau bersikap

diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus.23

Ayat ini menegaskan kesetaraan sosial antara penyandang disabilitas

dan mereka yang bukan penyandang disabilitas. Mereka harus


22
KementerianAgama RI Alqur‟an dan terjemahanya (Surabaya:CV Pustaka Agung Harapan,
2006), h.500
23
http://mufidanai.blogspot.com/2015/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
29

diperlakukan secara sama dan diterima secara tulus tanpa diskriminasi

dalam kehidupan sosial.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan usaha mencari hubungan antara variable untuk

menjelaskan suatu fenomena sosial. Didalam menjelaskan fenomena tersebut,

penelitian kualitatif selalu menekankan pada tiga aspek penting. Pertama, pada unit

analisis mikro dimana satuan yang diteliti dibatasi sedemikian rupa sehingga lebih

dapat dijelaskan secara terperinci, kedua, penelitian bersifat holistik dalam arti

melihat obyek yang diteliti secara menyeluruh didalam satu kesatuan. Suatu

fenomena disini dilihat sebagai keseluruhan (wholensess) dari sebuah proses sosial

budaya. Ketiga, penelitian kualitatif cenderung menekankan perbandingan sebagai

salah satu kekuatan perbandingan ini juga yang membuat penelitian kualitatif dapat

menekankan proses dan dapat menegaskan konteks sosial dimana suatu gejala itu

muncul.24

Pengumpulan data pada penelitian deskriptif tidak berbeda dengan

pelaksanaan kualitatif, yaitu menyiapkan schedule penelitian dan penganggaran,

termasuk pengumpulan data dilapangan. Karena penelitian kualitatif ini tidak

membutuhkan banyak peneliti lapangan maka tidak membutuhkan tim peneliti

24
Syamsuddin AB, Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial, (Ponorogo Jawa Timur
Indonesia: Wade Group, 2017 ) h.30.
29

(organisasipeneliti) atau membantu lapangan atau fieldworker,dan juga tidak

membutuhkan uji coba instrumen karena penelitian tidak membutuhkan instrumen

penelitian yang ketat.25

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka peneliti berlokasi di Desa

Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa dengan fokus obyek

yang diteliti adalah Upaya Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa

Dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian yang digunakan dalam proses

penelitian ini berkisaran satu bulan terhitung sejak pengesahan draf

proposal, penelitian surat rekomendasi penelitian, hingga tahap pengujian

hasil penelitian.

B. Pendakatan Penelitian

Pendakataan yang digunakan dalam penelitian adalah jenis

pendekatan Sosiologi dalam menjelaskan perspektif untuk membahas

objek penelitian. Sosiologi adalah ilmu yang menguak, menyikapi,

mengungkapkan dan membongkar fakta-fakta yang tersembunyi (latent)

dibalik realita yang nyata (manifest) karena dunia yang sebenarnya baru

dapat dipahami jika dikaji diinterprestasikan secara mendalam. 26

25
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Putra Grafika) h. 136
26
Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama, (Jakarta Bumi Aksara,2004), h. 1
30

dimaksudkan bahwa penulis harus memahami Sosiologi yang menjadikan

acuan dalam menganalisis obyek yang di teliti untuk menjawab pokok

permasalahan peneliti tentang Upaya Guru Sekolah Luar Biasa (SLB)

Dalam Membangun Mental Anak Tunagrahita di Desa Jenetallasa

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung

oleh penulis, cara mengumpulkan data primer yaitu dengan melakukan

observasi dan wawan cara kepada informan yang telah penulis tetapkan

sebagai sumber data yang di anggap relevan di jadikan narasumber yaitu

1 kepala sekolah, 3 Guru Sekolah Luar Biasa Jenetallasa Kecamatan

Pallangga Kabupaten Gowa. Jadi jumlah informan dari skripsi ini ada 4

orang untuk memberikan keterangan terkait penelitian yang akan

dilakukan.

2. Sumber DataSekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh melalui pihak

lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.

Data sekunder tersebut juga data tersedia.27 Sumber data sekunder dalam

penelitian ini yaitu data yang dikumpulkan untuk melengkapi data primer

27
Lexyj.danMeleong.MetodePenelitianKualitatif.(Bandung.PT.RemajaRosdaKarya.2005).
H. 226
31

yang di peroleh dari dokumentasi atau studi kepustakaan yang terkait

dalam permasalahan yang di teliti.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu yang sangat penting

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah

mendapatkan data. Ada

beberapa metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu;

1. Observasi

Metode observasi yaitu data yang dibutuhkan, diperoleh dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena dan naumena yang

relevan dengan fokus penelitian penekanan observasi lebih pada upaya

mengungkapkan makna-makna yang tergantung dari berbagai aktifitas

terarahketujuan.28

Sutrisno hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

proses yang tersususn dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dan

diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.29
28
Syamsuddin AB, Paradigma Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, (Makassar:shofia, 2016), h.65.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),
32

2. Wawancara

Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua

orang dalam situasi saling berhadapan, yaitu melakukan wawancara

meminta informasi kepada informan yang diteliti terkait pendapat dan

keyakinannya.30

Wawancara merupakan interaksi secara langsung yang dilakukan

peneliti kepada informan untuk mendapatkan data-data, gambaran, serta

mengatahui secara mendalam terkait dengan penelitian yang peneliti

lakukan.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data

melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-

buku tentang pendapat, teori, dalil atau hokum-hukum dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.31

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data berupa catatan atau

dokumen yang tersedia serta pengambilan gambar disekitar objek

penelitian yang akan dideskripsikan pembahasan yang akan membantu

dalam penyusunan hasil akhir penelitian.

E. Instrumen Penelitian

h.203.
30
Basrowi dan Suandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rineka Cipta), h.109.
31
Syamsuddin AB, Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial, (Ponorogo Jawa Timur
Indonesia: Wade Group, 2017), h. 108.
33

Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mengumpulkan

data. Pengumpulan data merupakan suatu aktivitas yang bersifat

operasional agar sesuai dengan pengertian penulis yang sebenarnya. Data

merupakan perwujudan dari beberapa informasi yang disengaja dikaji dan

dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan

lainnya.32

Data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah menjadi suatu

informasi yang merujuk pada hasil penelitian nantinya. Oleh karena itu,

dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa alat untuk mendapatkan

data yang lengkap dan akurat dalam suatu peneliti diantaranya: Observasi,

Wawancara, Kamera, Alat perekam dan buku catatan.

F. Tekhnik Pengolahan dan AnalisisData

Teknik pengelolaan data yang dilakukan penulis adalah deskriptif

Kualitatif. Analisis . Data adalah suatu proses pengklasifikasian,

pengkategorian, penyusunan, dan elaborasi, sehingga data yang telah

terkumpul dapat diberikan makna untuk menjawab masalah penelitian

yang telah dirumuskan atau untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain.33

32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta Rineka
Cipta),h.68.
33
Syamsuddin AB, Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial, (Ponorogo Jawa Timur
Indonesia Wade Group, 2017), h. 111.
34

Analisi data juga merupakan sebuah upaya untuk mencapai dan

menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara,

dakumentasi, dan yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman penulis

tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya sebagai teman bagi yang

lain.34

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data yang dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit melakukan

sintesis, menyusun kedalam pola, memili mana yang penting, dan yang

akan dipelajari, membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain. Langkah-langkah Analisis data yang digunakan dalam rencana

penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dimulai beriringan dengan proses pengumpulan data

dilanjutkan dengan pengkajian dan penilaian data dengan tetap

memperhatikan prinsip keabsahan data, dalam rangka memperoleh data

yang benar-benar berguna bagi penelitian. Disini data yang telah

dikumpulkan reduksi dengan melakukan penyederhanaan, pengabstrakan,

pemilahan dan pemetaan (persamaan dan perbedaan ) sesuai dengan fokus

34
Noen Muhajrin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Rake Sarasin), h. 138.
35

penelitian secara sistematis dan integral. Reduksi data ini berlangsung

terus menerus selama penelitian berlangsung hingga sampai pada

penarikankesimpulan.

Reduksi data yang dimaksudkan disini adalah proses pemilihan,

pemusatan perhatian untuk menyederhanakan, mengabstrakkan dan

transformasi data informasi dari lapangan sebagai bahan menta diringkas,

disususn lebih sistematis serta ditonjolkan pokok-pokok yang penting

sehingga lebih mudah dikendalikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang dimaksud menampilkan berbagai data yang

telah diperoleh sebagai sebuah informasi yang lebih sederhana, selektif

dan memudahkan untukmemaknainya.

Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan

seluruh permasalahan penelitian dipilih antara mana yang dibutuhkan

dengan yang tidak, lalu dikelompokkan kemudian diberikan batasan

masalah.

1. Penarik Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan merupakan akhir dari rangkaian analisis data

setelah sebelumnya dilakukan reduksi dan penyajian data, yang

menjelaskan alur sebab akibat suatu fenomena dan nauma terjadi. Dalam

proses ini selalu disertai dengan upaya verifikasi (pemikiran kembali ),

sehingga disaat ditemukan ketidaksesuaian antara fenomena, data dengan


36

konsep dan teori yang dibangun, maka peneliti kembali melakukan

pengumpulan data atau reduksi data atau perbaikan dalam penyajian data

kembali, sehingga dapat diporoleh kesimpulan yang benar-benarutuh.

Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi,setiap kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan berubah bila ditemukan bukti-

bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penulis dalam hal pengumpulan

dan melalui informan, setelah pengumpulan data, penulis mulai mencari

penjelasan yang terkait dengan apa yang dikemukakan dengan informan

serta hasil akhir dapat ditarik sebuah kesimpulan secara garis besar dan

judul penelitian yang penulisangkat.35

35
Syamsuddin AB h. 112,
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Secara geografis Sekolah Luar Biasa Jenetallasa terletak di deerah

Kelurahan Jenetallasa Kabupaten Gowa tepatnya di Jalan Benteng Somba

Opu Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. 36

Posisi geografisnya Lintang (-5.2187933), Bujur (119.4342583).37

2. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah Luar BiasaJenetallasa

Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa adalah sekolah swasta yang

merupakan dari sebuah yayasan bernama Yayasan Pendidikan Ananda

dimana berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Gowa tepatnya

di Jalan Somba Opu.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa Kabupaten Gowa Sulawesi

Selatan saat ini merupakan salah satu sekolah yang dikenal secara luas,

dan menjadi tujuan bagi orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) di

Kabupaten Gowa. Lima belas tahun lalu, berbagai hambatan dialami

Aisyah Gaffar ketika mendirikan sekolah luar biasa tersebut.

Awalnya Sekolah ini hanyalah sekolah Tk Ananda, tetapi

36
Observasi Lingkungan sekitar SLB Jenetallasa
37
Data Sekolah Luar Biasa Jentallasa
37

berhubung anak-anak yang bersekolah di Tk Ananda kebanyakan dari

anak berkebutuhan khusus. Pada saat itu setelah acara penamatan selesai

orang tau dari anak berkebutuhan khusus tersebut bingun untuk

melanjutkan pendidikan anaknya yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Pada saat itu, guru dari Sekolah Luar Bisa Jenetallasa yaitu ibu Aisyah

Gaffar datang ke puskesma dan kantor desa untuk meminta data-data dari

anak yang berkebutuhan khusus dan ternyata ada sekitar 200an anak yang

berkebutuhan khusus tidak bersekolah sehingga ibu Aisyah Gaffar sendiri

yang berinisiatif mendirikan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus

yaitu Sekolah Luar BiasaJenetallasa38

Pada tanggal 1 juli 2008 merupakan tangal berdirinya Sekolah

Luar Biasa Jenetallasa yang dipimpin oleh Aisyah Gaffar sekaligus

menjabat sebagai kepala sekolah sampai sekarang. Yayasan pendidikan

Ananda Jenetallsa diresmikan oleh Bupati Gowa tanggal 11 Juli 2008.

3. Profil Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa

a. Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah SLB JETALASA
NPSN 40318381
Jenjang SLB
Pendidik
an
Status Sekolah Swasta

38
Aisyah Gaffar, Kepala Sekolah (52 th) , Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara.
Gowa, 17 September 2020
38

Alamat Sekolah Jl. Benteng Somba Opu


RT / RW 01 / 01
Kode Pos 92161
Kelurahan Jenetallasa
5 Kecamatan Kec. Pallangga
Kabupaten/Kota Kab. Gowa
Provinsi Prov. Sulawesi Selatan
Negara Indonesia
Posisi Geografis - Lintang
6 5.218
793
119.4 Bujur
3425
83
2. Data Pelengkap
SK Pendirian 001
Sekolah
Tanggal SK 2008-07-20
Pendirian
Status Yayasan
Kepemili
kan

SK Izin 188.4/PD4/430/2009
Operasio
nal
Tgl SK Izin 2009-12-2
Operasional

12 Kebutuhan Khusus -
Dilayani

Nomor Rekening 205201000302502

Nama Bank BRI

15 Cabang KCP/Unit Pallangga Mas

Rekening Atas SLB JENETALLASA


Nama
39

17
MBS Ya
18
Memungut Iuran Tidak
19
Nominal/Siswa 0
20
Nama Wajib Pajak YAYASAN PENDIDIKAN AMANAH
21
NPWP 028620135807000

3. Kontak Sekolah

Nomor Telepon 085219666868

Nomor Fax -

Email nurtikanahwi@gmail.com

Website http:slbjenetallasa.sch.id

4. Data Periodik

26 Waktu Penyelenggaraan Sehari Penuh/5 hari

27 Bersedia Menerima Bos? Ya

28 Sertifikasi ISO Belum Bersertifikat

29 Sumber Listrik PLN

30 Daya Listrik (watt) 1300

31 Akses Internet XL (GSM)


40

5. Sanitasi

Sumber Air Pompa

33 Sumber Air Minum Disediakan oleh siswa

Kecukupan Air Bersih Cukup Sepanjang Masa


Sekolah mnyediakn jamban
yang dilengkapi dengan
fasilitas pendukung umtuk
Tidak
digunakan oleh sisa
berkeutuhan khusus

Tipe Jamban Leher Angsa (Toilet duduk/Jongkok)


Jumlah hari dalam seminggu
siswa mengikuti kegiatan cuci 5 Hari
tangan berkelompok
Jumlah tempat cuci tangan 6
Jumlah tempat cuci tngan rusak 2
Jumlah jamban dapat Laki Laki Perempuan Bersama
digunakan 0 0 3
Jumlah jamban tidak dapat Laki Laki Perempuan Bersama
dignakanan 0 0 0
Sumber Data : Buku Profl SLB Jenetallasa

b. Data Pendidik & Tenaga Kependidikan di Sekolah Luar Biasa(SLB)

Jenetalasa

Status
No Nama Jenis
Kepegawaian
PTK

1 A. Misrukiah GTY/P Guru Kelas


TY

2 Abdul Rahmat Guru Kelas


GTY/P
YT

3 Aisyah Gaffar Kepala


PNS
Sekolah
41

4 Asnawati Nahwi GTY/P Guru Kelas


TY

5 Fadriani GTY/P Guru Kelas


TY

6 Fair GTY/PTY Guru Kelas

7 Haslinda GTY/PTY Tenaga Administrasi


Sekolah

8 Hasniah GTY/PTY Guru Kelas

9 Hudayah Taiyeb PNS Guru Kelas

10 Irmawati GTY/PTY Tenaga Administrasi


Sekolah

11 Nurtika Nahwi GTY/PTY Guru Kelas

12 Rahmat Hidayat GTY/PTY Guru Kelas

13 Rahmayani Gaffar GTY/PTY Guru Kelas

14 Riska Azis GTY/PTY Guru Mapel

15 Sahrir PNS Guru Mapel

16 Santi Hamriani GTY/PTY Guru Kelas

17 Sartika Latif GTY/PTY Guru Kelas

18 Sitti Rukaya PNS Guru Kelas

19 Sri Rahayu GTY/PTY Guru Kelas


42

20 Ummu Salamah GTY/PTY Tenaga Perpustakaan

Sumber Data : Buku Profil SLB Jenetallasa

a. Peseta Didik Sekolah Luar Biasa (SLB)Jenetallasa

1) Jumlah Peserta Didik Berdasarkan JenisKelamin

Laki-laki Perempuan Total


47 35 82
Sumber Data : Buku Profil SLB Jenetallasa

2) Jenis Anak Berkebutuhan Khusus yangdilayani

No
Pendidikan Khusus
1 Tunanetra
2 Tunarungu
3 Tunagrahita
4 Tunadaksa
5 Autis
Sumber Data : Buku Profil SLB Jenetallasa

3) Jumlah Peserta Didik BerdasarkanUsia

Usia L P Total
< 6 tahun 0 1 1
6 -12
tahun 24 20 44
13 - 15
tahun 10 6 16
16 - 20
tahun 10 7 17
> 20
tahun 3 1 4
Total 47 35 82
Sumber Data : Buku Profil SLB Jenetallasa
43

4) Jumlah Siswa BerdasarkanAgama

Agama L P Total
Islam 4 3
6 4
Kristen 0 1
Katholik 1 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Konghucu 0 0
Total 4 3
7 5
Sumber Data : Buku Profil SLB Jenetallasa

5) Jumlah Siswa Berdasarkan TingkatPenidikan

Tingkat
L P Total
Pendidikan
Tingkat 2 8 4 12
Tingkat 9 5 1 6
Tingkat 1 11 4 15
Tingkat 4 2 5 7
Tingkat 8 3 2 5
Tingkat 3 4 6 10
Tingkat 10 4 4 8
Tingkat 5 2 3 5
Tingkat 6 1 2 3
Tingkat 7 5 3 8
Tingkat 11 1 0 1
Tingkat 12 1 1 2
Total 47 35 82
Sumber Data : Buku Profil SLB Jenetallasa

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan kelengkapan dalam suatu

pendidikan, yang akan memberikan kenyamanan dan juga kemudahan


44

bagi semua pihak menyangkut peserta didik, pendidik, dan staf sekolah.

Adapun sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Jenetallasa yaitu:

1) Ruang Kepala Seklah

2) Ruang Pendidik

3) Ruang Belajar

4) Ruang Perpustakaan

5) Aula

6) UKS

7) PapanTulis

8) Lemari Arsip Buku

9) Bangku

10) Meja Belajar

11) Meja Guru

12) Toilet

13) Komputer

14) Printer

15) Jam Dinding

16) Data –datadinding

17) Tempat cucitangan

18) TempatSampah

19) Mobil
45

20) Gudang39

4. Jenjang Penddikan

a. TKLB (Taman Kanak LuarBiasa)

b. SDLB (Sekolah Dasar LuarBiasa)

c. SMPLD (Sekolah Menengah Pertama)

d. SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa)

e. PLK (Pendidikan LayananKhusus)

5. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Luar BiasaJenetalasa

a. Visi

Terwujudnya insan yang beriman dan bertaqwa serta menjadi

penyelenggara PK dan PLK yang berkualitas.

b. Misi

1) Menumbuh kembangkan keimanan, ketaqwaan, dan kedisiplinan, sertaakhlak

mulia

2) Menanamkan rasa kebangaan berperilaku sesuai nialai budaya dan karakter

bangsa dalam kehidupan sehari hari

3) Meningkatkan kompetensi, kecerdasan, bakat, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan pesertadidik.

4) Meningkatkan keterampilan dan kewirausahaan peserta didik agar berguna

bagi diri sendiri dan masyarakat melalui ilmu penetahuan danteknologi.

5) Meningkatkan bakat dan minat peerta didik melalui ilmu pengetahuan dan

39
Observasi Lingkungan sekitar SLB Jentallasa
46

teknologi seiring perkembanganzaman.

c. Tujuan

1) Peningkatan kehidupan beragama

2) Penigktan prestasi akademik

3) Peningkatan prestasi non akademik

4) Pembiasaan cinta linkungan sekolah

5) Peningkatan budi pekerti dan sopan santun40

6. Tupoksi Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan

sebagai kepala sekolah. Meskipun sebagian guru yang mendapat tugas

tambahan kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab

terhadap aflikasi prinsif-prinsif administrasi pendidikan yang inovatif di

sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas

pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar

dan pendidik, di sini berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah

harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau

memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau

memberikan bimbingan.

Tupoksi kepala sekolah di Sekolah Luar Biasa Jenetallasa adalah

pemimpin dan pembina sekolah dasar sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, membina kerja sama dengan orang tua, masyarakat, dan pihak
40
Data Sekolah Luar Biasa Jenetallasa
47

yang terkait, memimpin dan mengkordinasikan tenaga kependidikan

dalam meningkatkan kualitas kinerja sekolah, membagi habis tugas tugas

sekolah kepada guru dan staf tata usaha, melaksanakan bimbingan,

pembinaan, motivasi, pengayoman kepada guru dan staf tata usaha dalam

pelaksanaan pembelajaran, menciptakan dan mengendalikan suasana kerja

yang kondusif untuk mencapai tujuan (menyenangkan, harmonis, dan

dinamis), membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi guru

maupun staf, mendorong untuk meningkatkan kemampuan dan staf tata

usaha melalui penataran, pelatihan dan pendidikan lanjutan, mendorong

pendayagunaan sarana dan prasarana sekolah, merencanakan dan

melaksanakan penerimaan siswa baru, menyusun kegiatan ekstrakurikuler

siswa.41

B. Peran Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa Dalam Membangun

Mental Anak Tunagrahita di Desa Jenetallaa Kecamatan Pallangga

Kabupaten Gowa

Peran guru SLB Jenetallasa dalam meningkatkan mental anak

tunagrahita melalui pendidikan dalam kelas dan pendidikan luar kelas.

Adapun peran Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa Dalam

Membangun Mental Anak Tunagrahita di Desa Jenetallaa Kecamatan

Pallangga Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut:

1. Mengenal Dunia Anak


41
Data Sekolah Luar Biasa Jenetallasa
48

Mengenal dunia anak tunagrahita merupakan individu yang unik,

yang mana satu sama lain memiliki potensi yang berbeda. Agar dapat

mengoptimalkan perkembangan mental anak tunagrahita, selain

memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa

catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami

dan lebih mengenal dunia anak tunagrahita. Bahwa anak bukanlah orang

dewasa dalam bentuk kecil yang mana mereka memiliki dunia sendiri

yang khas dan harus dilihat dengan kaca mata anak-anak. Jadi dalam

menghadapinya memang dibutuhkan kesabaran, pengertian, dan toleransi

yang mendalam. Dunia anak anak adalah dunia yang bermain, yaitu dunia

yang penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan.

Seperti yang disampaikan Informan Sri Rahayu Sebagai berikut:

“Anak tunagrahita itu nak, kalau kita tidak bisa masuk di dunianya dia tidak
akan nurut sama kita, contohnya ada murid baru anaknya suka lari-lari
agresifki toh kita cari dia punya kelemahan dulu apa yang dia suka dan apa
yang tidak dia suka, kita masuk ke dunianya, karena anak tunagrahita berbeda
dengan anak normal kalau anak normal kita bilang jangan dia langsung nurut
tapi kalau anak tunagrahita kalau kita bilang jangan belum tentu dia mau
mengikuti, makanya kita harus ikut dulu masuk kedunianya baru kita
membimbing mereka”42

Hal senada juga di ungkapkan oleh Hasniah

“Kita harus ikuti apa maunya anak artinya kita yang masuk ke dunianya anak
bukan anak yang masuk ke duniata tapi kita yang harus masuk ke
dunianya”43

42
Sri Rahayu, Guru Tunagrahita (50 th) , Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara.
Gowa, 23 September 2020
43
Hasniah, Guru Tunagrahita (48 th) , Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa,
49

Dari penyampaian informan penulis dapat menyimpulkan bahwa

seorang guru tunagrahita harus bisa membangun hubungan emosional

yang kuat dengan siswanya karena anak yang berkubutuhan khusus tidak

seperti anak-anak yang pada umumnya, maka dari itu sebelum melakukan

pembelajaran terlebih dahulu seorang guru mencermati karakter masing-

masing siswa. Karena ketika itu tidak ada, maka guru sangat sulit untuk

memberi pelajaran atau arahan kepada anak tunagrahita.

2. Strategi yang di gunakan di dalam kelas

a. Pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pembelajarn

tidak membosankan dan di sukai oleh anakanak.

Seperti yang di sampaikan informan Andi Misrukiah

“Dalam Pembelajaran saya biasa pakai pembelajaran tematik seperti


matematika, bahasa Indonesia atau Sbdp, paling kalau saya mengajar dek ku
suruh menghitung balok balok terus saya tanya ini bentuknya segi apa?, ini
bentuknya segi empat, ayo kita ambil buku dan pensil ayo menggambar
bentuk segi empat, Kalau begitukan sudah masuk tiga pembelajaran seperti itu
dek.”44

Berdasarkan pernyataan informan di atas, maka penulis dapat

01 Oktober2020
44
Andi Misrukiah, Guru Tunagraita (30 th) Sekolah Luar Biasa Jenetallaa , Wawancara.
Gowa, 25 September, 2020
50

menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik sebagai pembelajaran yang di

rancang berdasarkan tema-tema tertentu contohnya mata pelajaran

matematika biasanya guru menanyakan bentuk balok lalu kemudian

menghitung jumlah balok pada gambar terakhir siswa biasanya diarahkan

untuk menggambar balok sebanyak jumlah yang telah di tentukan. Dalam

pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai matapembelajaran.

b. Pembelajaraan Keagamaan

Pembelajaran agama merupakan mata pembelajaran yang wajib di terapkan di

Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa. Walaupun siswa di Sekolah Luar Biasa

memiliki kekurangan tetap saja pembelajaran agama tetap diajarkan setiap siswa

yangada.

Seperti yang di sampaikan informan Aisyah Gaffar

“Setiap hari jumat itu nak, ada khusus sholat berjamaah, mengajarkan baca
tulis Al-Quran, kemudian di berikan berbagai macam nasehat.”45

Dengan demikian maka dapat di pahami bahwa penerapan keagamaan

adalah salah satu proses yang dilakukan guru dalam meningkatkan mental

anak tunagrahita dari segi keagamaan dan juga pembelajaran agama

merupakan pelajaran yang wajib meskipun anak tersebut memiliki

kekurangan.

3. Strategi pembelajaran Luar kelas

45
Aisyah Gaffar, Kepala Sekolah (52 th) , Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara.
Gowa, 17 September 2020
51

a. Karya Wisata

Karya Wisata adalah salah satu pembelajaran di luar kelas yang

diterapkan di Sekolah Luar Biasa Jenetllasa

Seperti yang di sampikan informan Hasniah

“Kaya di sekolah itu anak-anak di bawah pergi kaya karya wisata yang dekat-
dekat dari sekolah, kita bawah ke sawah liatkan contoh bilang ini padi,
mengenalkan sayur sayuran, karena di sana banyak ji yang tanam sayur
sayuran, kadang itu satu kali satu minggu anak-anak dibawah pergi karya
wisata.”46

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran karya wisata adalah suatu pembelajaran yang dirancang dan

dilaksanakan di luar kelas untuk mempelajari obyek terentu serta

memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan yang ada.

4. Mengajar Anak di dalam dan diluar kelas

Upaya guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenetallasa dalam meningkatkan mental anak

tunagrahita melalui pembelajaran dalam kelas dan pembelajaran luar kelas. Adapun upaya

dalam meningkatkan mental anak tunagrahita melalui strategi pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan di SLB Jenetallasa ini melibatkan antara

guru dan siswa. Guru memilih model pembelajaran yang ringan dan sederhana untuk

anak tunagrahita SDLB seperti menggambar, mewarnai, tanya jawab dan

bereksperimen dan untuk di luar kelas, siswa diajarkan mengamati di sekelilingnya

dan mengekspresikan sesuai dengan kemauan dari masing-masing siswa. Guru

46
Hasniah, Guru Tunagrahita (48), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa, 01
Oktober 2020
52

menjelaskan dengan perlahan dan berulang ulang.

Seperti yang disampaikan informan Hasniah

“Tergantung materi pembelajarannya nak, tetapi ibu harus mengarahkan dia


dalam pembelajarannya, karena anak tunagrahita itu harus benar-benar di
tuntun nak, kalau tidak dituntun kurang perkembangan mentalnya”.47

Hal senada juga di ungkapkan oleh Sri Rahayu

“Anak tunagrahita itu nak berulang-ulang kita kasih pelajaran, mengarahkan


di setiap pembelajaran kalau tidak diarahkan nak, diamji itu atau kalau tidak
diam biasa naganggu temannya”48

Dari Penyampaian informan tersebut bisa dipahami untuk meningkatkan

mental anak tunagrahita seorang guru SLB harus sabar memberi arahan, bimbingan,

serta memberi contoh bagus kepada anak, agar mereka mengerti dan menjalankan apa

yang menjadi instruksi atau perintah guru. Dengan cara terus menerus memotivasi

dan mengarahkan kepada anak tunagrahita, hal ini bisa meningkatkan mental anak

tunagrahita.

5. Bina Diri Anak Tunagrahita

Bina diri dalam kehidupan anak tungrahita merupakan suatu kebutuhan yang

sangat penting. Tujuan dari bina diri adalah untuk mengembangkan sikap-sikap dan

kebiasaan sehari-hari untuk dapat mengurus diri sendiri tanpa campur tangan orang

lain bila memungkinkan guru hanya memberikan intruksi atau perintah dan kemudian

dia sendiri yang melakukannya.

47
Hasniah, Guru Tunagrahita (48 th) , Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa, 01
Oktober2020
48
Sri Rahayu, Guru Tunagrahita (50 th) , Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara.Gowa,
23 September 2020
53

Berbicara mengenai bina diri merupakan proses untuk mengenali dirinya

sendiri dan proses pembentukan dan pengembangan diri anak ke arah kemandirian

karena mengajarkan untuk menolong dan melayani dirinya sendiri.

Seperti yang di sampaikan informa Ibu Aisyah Gaffar.

“Anak Tunagrahita itu nak, banyak-banyak di bina diri, bina diri itu bisa
mengurus diri sendiri.” 49

Hal senada juga diungkapkan oleh ibu AndiMisrukiah

“Paling diutamakan itu dek program khusus bina diri seperti memakai
pakaian, membuka pakaian, memakai sepetu”50

Hal senada juga di ungkapkan oleh ibu Sri Rahayu.

“Anak tunagrahita tidak begitu fokus dalam bidang akademiknya harus ada
namanya bina diri, bina dirinya itu yang menentukan mentalnya harus baik,
harus berubah kalau kita selalu kasih dia akademi dia tidak bisa terima,
pembelajaran akademiknya itu cuman 20%, bina diri 80% .” 51

Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa anak tuna grahita memang

perlu untuk diajarkan bina diri sejak dini agar nantinya mampu mandiri dan melayani

dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang tua dan orang lain dan takkalah

pentingnya dibina diri ini sendiri apabila siswa sudah bisa melakukan hal-hal yang

mandiri contohnya memakai baju sendiri tanpa bantuan orang tua itu merupakan

suatu pencapaian yang terbaik ketimbang di bidang akademik karena anak

berkebutuhan khusus memiliki sifat ketergantungan yang sangat tinggi.


49
Aisyah Gaffar, Kepala Sekolah (52 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara.
Gowa, 17 September 2020
50
Andi Misrukiah, Guru Tunugrahita (30 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara.
Gowa, 25 September 2020
51
Sri Rahayu, Guru Tunagrahita (50 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa,
23 September 2020
54

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Sekolah Luar Biasa (SLB)

Jenetallasa Dalam Memebangun Mental AnakTunagrahita

Dalam Upaya Guru SLB Jenetallasa, tentunya tidak terlepas dengan adanya

faktor pendukung dan penghambat yang akan mebawa dampak bagi upaya guru

dalam membangun mental anak tunagrahita di SLB jenetallasa.

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah faktor yang mendukung upaya guru sekolah luar

biasa dalam membangun mental anaktunagrahita.

a. Dukungan Orang Tua

Selain guru juga dibutuhkan dukungan dari orang tua yang memiliki waktu

yang lebih banyak dengan anak dibanding dengan gurunya yang hanya beberapa jam.

Orang tua yang sejatinya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya yang

selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukanya untuk memberi perhatian lebih

kepada anak-anaknya dalam hal ini melakukan pembelajaran di rumah juga akan

sangat menyenangkan bagi seorang anak.

Seperti yang di sampaikan Informan Aisyah Gaffar

“Banyak-banyak dukungan dari orang tua, kapan orang tua mendukung


anaknya,semuanya lancar mulai dari pembelajarannya karena orang tua juga
cukup andil dalam proses pembelajaran anak ”52

Hal senada juga diungkapkan oleh Hasniah

“Kitakan guru cuman berapa jam di sekolah, jadi disini orang tua juga harus
banyak-banyak berperan dalam mendukung anakya, jangan cuman di sekolah

52
Aisyah Gaffar, Kepala Sekolah (52 th) Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa
17 September 2020
55

saja.”53

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses dalam memberikan

pembelajaran bukan hanya dari guru di sekolah, namun tentu ada keterlibatan orang

tua untuk mengingatkan kembali apa yang dipelajarinya di sekolah dan tentu hal ini

menjadi tugas guru dalam mengingatkan masing-masing orang tua untuk dapat

mempelajari kembali pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di sekolah karena

peran orang tua di sini juga diperlukan dalam membangun mental anak.

b. Ekstrakulikuler

Kegiatan non pelajaran formal yang dilakukan peserta didik sekolah,

umumnya di luar jam belajar kurikulum standar.

Kegiatan ekstrakulikuler Kegiatan non pelajaran formal yang

dilakukan peserta didik sekolah, umumnya diluar jam belajar kurikulum

standar Kegiatan ekstrakulikuler ditunjukkan agar siswa dapat

mengembangkan kepribadian,bakat dan kemampuanya di berbagai bidang

di luar akademik. Kegiatan Ekstrakulikuler juga dapat membangun

mental anaktunagrahita.

Seperti yang disampaikan informan Aisyah Gaffar

“Di sekolah itu nak, ada kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka, seni,
olahragaa, itumi semua kegiataan yang bisa membangun mental anak” 54

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses dalam

53
Hasniah, Guru Tunagrahita (50 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa 01
Oktober 2020
54
Aisyah Gaffar, Kepala Sekolah (52), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa,
17 September 2020
56

membangun mental anak bukan hanya berupa pembelajaran akademik

tetapi kegiatan ekstrakuliker juga dapat membangun mental anak

tunagrahita seperti kita ketahui di dalam ekstrakulikuler pramuka pada

umumnya salah satu tujuan dari eksrakulikuler pramuka yaitu

membangun mental, bertanggung jawab dan kemandirian.

c. Fasilitas Transportasi

Fasilitas transportasi merupakan salah satu faktor yang dapat

mendukung jalannya suatu proses belajar-mengajar.

Seperti yang disampaikan informan Aisyah Gaffar

“Di sekolah itu ada mobil jemputan, jadi siswa yang jauh rumahnya di jemput,
karena biasa juga ada orang tua yang tidak ada kendaraanya.”55
Hal senada juga di ungkapkan oleh Andi Misrukiah

“Di sekolah itu dek di sediakan mobil untuk antar jemput siswa, biasa saya
ikut di mobil untuk mengawasi anak-anak karena kalau nda ada yang
mengawasi bahaya dek, karena suka baku dorong-dorong sama temannya,
berkelahi, pokoknya ribut sekali diatas mobil.”56
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa fasilitas

transportasi sangat membantu bagi siswa yang tidak memiliki kendaraan

dan fasilitas ini merupakan bagian solusi bagi siswa yang tidak memiliki

kendaraan ke sekolah, dengan adanya fasilitas transportasi juga

membantu melancarkan proses belajar mengajar.

2. Faktor penghambat

55
Aisyah Gaffar, Kepala Sekolah (52 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa,
17 September 2020
56
Andi Misrukiah, Guru Tunagrahita (30 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara
25 September 2020
57

Menjadi seorang guru bukanlah perkara muda. Dibutuhkan

kesabaran dan ketekunan dalam mendidik terlebih dalam mendidik anak

tunagrahita. Dalam membangun mental anak tunagrahita sudah pasti ada

faktor penghambat. Adapun faktor yang menghambat yaitu:

a. Suasana hati anak tunagrahita yang berubah-ubah (Mood)

Suasana hati adalah suatu bentuk keadaan emosional. Munculnya berbeda dengan

emosi karena cenderung tidak spesifik dan tidak selalu muncul oleh situasi atau kejadian

tertentu. Jadi pada dasarnya suasana hati (mood) adalah suatu kondisi dimanah setiap reaksi

anak dalam menanggapi situasi tertentu tergantung dari bagaimana keadaan psikologis anak

tersebut. Seperti pada anak normal lainya, anak tunagrahita juga mempunyai sifat yang sama,

seperti suasana hati yang sering berubah-ubah. Terlebih lagi anak tunagrahita jika melihat

yang lebih mengalihkan perhatian ketimbang pelajaran.

Seperti yang di sampaikan informan Sri Rahayu

“Kami sebagai guru dalam mengajar pasti ada saja hambatannya seperti mood
anak yang terkadang malas belajar maunya bermain dalam kelas, tetapi kita
sebagai guru juga tidak boleh paksakan anak-anak untuk belajar”57

Hal Senada juga di ungkapkan oleh Hasniah

“Anak tunagrahita itu mudah sekali berubah moodnya, mudah bosan kalau
dipaksa belajar, jelas dia mengamuk tambah sulitmi di ajar kalau bgitu tambah
kacaupembelajaran”58

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak tunagrahita juga

memiliki sifat yang berubah-ubah seperti halnya orang normal, maka dari itu dalam

57
Sri Rahayu, Guru Tunagrahita (50 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa,
23 September 2020
58
Hasniah, Guru Tunagrahita (48 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa , Wawancara. Gowa, 01
Oktober 2020
58

proses pembelajarn mood seorang siswa merupakan salah faktor penghambat dalam

proses pembelajaran.

b. Kurangnya tenaga pendidik

Tenaga pendidik merupakan salah satu kendala dalam proses pembelajaran

karena biasanya seorang guru mengajar di 2-3 kelas dalam sehari.

Seperti yang di sampaikan informan Hasniah

“Sayakan pegang 3 rombel, saya mengajar anak tunagrahita, tuna daksa sama
autis”59

Hal senada juga di ungkapkan oleh Andi Misrukiah

“Dari awal saya mengajar dek saya ambil anak tuna daksa, cuman saya
sudah liat-liatmi kondisinya anak tunagrahita makanya saja berani ambil
anak tunagrahita.”60

Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa di dalam

pembelajaran guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran,

khususnya di sekolah luar biasa jenetallasa guru harus bisa mengawasi

muridnya dikarenakan di sekolah tersebut memiliki keterbelakangan

siswa sehingga membuat guru harus bisa memantau siswa- siswinya.

c. Adanya virus covid 19 (Corona)

Di masa-masa saat ini pandemi covid 19 merupakan faktor yang

menghambat dalam prores mengajar salah satu penghambat yang timbul

akibat adanya virus tersebut yaitu tidak ada prores pembelajaran dalam

59
Hasniah, Guru Tunagrahita (48 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa, 01
60
Andi Misrukiah, Guru Tunagrahita (30 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa,
Wawancara.Gowa, 25 September 2020
59

kelas maupun diluar kelas.

Seperti yang di sampaikan informan Aisyah Gaffar

“Sekarang itu di saat corona anuki kasian jadi beban mentalki, ada anak-anak
sampai tidak mau bicara sama orang tuanya karena tidak pergi sekolah,
karena anak-anak itu punya kesenangan tersendiri saat bersekolah bisa
ketemu dengan teman-temannya ketemu dengangurunya.”61

Hal senada juga di ungkapkan oleh Hasniah

“Karena covid yang saya takutkan itu nanti kalau mulai lagi pembelajaran di
sekolah saya takutkan dia lupa pembelajaran, karena kapan anak-anak
berhenti belajar maka pembelajarannya di ulangi lagi dari awal, karena jelas
dia sudah lupa, karena anak tunagrahita itu harusnya diulang-ulang terus
pembelajarannya.”62

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa semenjak

adanya pandemi covid 19 kebanyakan siswa terbebani khususnya di

mental karena sebagian dari siswa merasa kecewa disebabkan tidak

masuk sekolah seperti sebelum-sebelunya dan siswa juga dikhawatirkan

akan lupa tentang pembelajaran yang telah diajarkan di dalam kelas.

61
Aisyah Gaffar , Kepala Sekolah (52 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa
17 September 2020
62
Hasniah, Guru Tunagrahita (50 th), Sekolah Luar Biasa Jenetallasa, Wawancara. Gowa 01
Oktober 2020
60
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang saya temukan di lapangan,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Peran guru Sekolah Luar Biasa Jenetallasa dalam membangun mental anak

tunagrahita yaitu mengenal dunia anak, pembelajaran tematik, pembelajaran

keagamaan, karya wisata, bina diri anaktungrahita.

2. Terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mencapai tujuan

yang diinginkan dalam membangun mental anak. Faktor yang mendukung

dalam membangun mental anak tunagrahita yaitu dukungan orang tua,

ekstrakulikuler dan fasilitas transfortasi. Faktor penghambat dalam

membangun mental anak yaitu suasana hati anak yang berubah-ubah,

kurangnya tenaga pendidik, dan pandemi covid19.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan pada kesimpulan diatas terdapat implikasi penelitian

yaitu sebagai berikut :

1. Kepada orang tua yang memiliki anak tunagrahita yang sekolah di Sekolah

Luar Biasa Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa anda adalah

orang tua hebat karena tidak semua orang bisa memiliki anak jadi jangan

pernah berkecil hati mempunyai anak yang memiliki kekurangan karena di


61

balik kekurangan ada kelebihan yang luar biasa. Dan jangan pernah

menjadikan anak tersebut menjadi beban dikeluarga.

2. Kepada pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa lebih

memerhatikan tenaga pendidik yang berada di Kabupaten Gowa khususnya di

Sekolah Luar Biasa Jenetallasa Kecamatan Pallangga. Agar didalam proses

belajar mengajar didalam kelas tidak terhambat lagi di karenakan kurangnya

tenaga pendidik.
DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an surat An Nur : 61

AB Syamsuddin, Paradigma Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,


(Makassar:shofia, 2016).

AB Syamsuddin, Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial, (Ponorogo)Jawa


Timur Indonesia: Wade Group, 2017 ).

Asmorowati Niki “Bimbingan Kemandirian Pada Anak Tunagrahita SLB


Prayuwana Yogjakarta’’ Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universita Islam Negeri Sunang Kalijaga Yogyakarta,2016)

Albrecht Karl, Daya Pikir Metode Peningkatan Potensi Berfikir, (Cet: 4, Semarang:
Effhar Semarang 1992.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta Rineka


Cipta).

Ati Rosnawati Kemis, pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita


(Bandung:PT.Luxima Metro Media, 2013).

Basrowi dan Suandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rineka Cipta).

Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Putra Grafika).

Camini Mimin, Pendidikan Segregasi (Modul 1: Pendidikan Kebutuhan Khusus).


Disabilitas, Lembaran Negara Tahun 2016, Nomor 5871

Fitria Fitri, “sekolah luar biasa”, http://fitriafitri.weebly .com/sekolah-luar-


biasa.html.

Gustian Edy, Anak Cerdas Dengan Prestasi Rendah (Cet 1 Jakarta: Puspa Swara,
2002).

Kusyairi Umi, Konsep Diri Remaja Dengan Orang Tua Berkebutuhan (Khusus,
Makassar: Alauddin university press 2012).

Mulyaningtyas Oktavia “Peran Sekolah Luar Biasa Pertiwi Dalam Meningkatkan


Kecerdasan Anak Didik Tunagahita” Skripsi (Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010).
63

Mubaraq Zulfi, Sosiologi Agama, (Jakarta Bumi Aksara,2004).

Meleong Lexy j. dan.Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung. PT. Remaja Rosda


Karya. 2005).

Muhajrin Noen, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Rake Sarasin). Retno


Devita https://DosenPsikologi.com/Ciri-ciri-anak-tunagrahita

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta,


2010).

Somantri Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2006).

Triyani “Interaksi Sosial Anak Tungrahita Di SDN Bantul “ Skripsi (Fakultas Ilmu
Pendidikan Universtas Negeri Yogyakarta Univrsitas Negeri Yogyakarta,
2013).

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Cet: 2, PT Imtima
2007).

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang

Referensi Online

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67657/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

https://www.kemendikbud.go.id//main/blog/2018/sekolah-luar-biasa-
jenetallasa- harapan-anakanak-berkebutuhan-khusus-di-kabupaten-
gowa.

https://terandik.blogspot.com/2016/05/slb-dan-sejarah-pendidikan-luar-
biasa.htmlhttp://lidya-plb2011.blogspot.co.id/2011/10/apa-itu-
pendidikan-luar-biasa.html

http://hakamabbas,blogspot.com/2014/01/pengertian-mental.html?m=1(Diakses
pada tanggal 04 Oktober 2019)

http://mufidanai.blogspot.com/2015/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
64

LAMPIRAN
65
66
67
68
69
70
71

DOKUMENTASI

Penerimaan Izin Penelitian Di Sekolah Luar BiasaJenetallasa

Penerimaan Izin Penelitian Di Sekolah Luar BiasaJenetallasa


72

Wawancara dengan (kepala sekolah) Ibu Aisyah Gaffar 17 September 2020

Wawancara dengan (kepala sekolah) Ibu Aisyah Gaffar 17 September 2020


73

Wawancara dengan (guru tunagrahita) Ibu Hasnia 01 Oktober 2020

Wawancara dengan (guru tunagrahita) Ibu Hasnia 01 Oktober 2020


74

Wawancara dengan (guru tunagrahita) Ibu SriRahayu 23 September 2020

Wawancara dengan (guru tunagrahita) Ibu SriRahayu 23 September 2020


75

Wawancara dengan (guru tunagahita) Ibu Andi Misrukiah 25 September 2020

Wawancara dengan (guru tunagrahita) Ibu Andi Misrukiah 25 September 2020


76

Mengajar menggambar (Muqifah)

Mengajar menggambar (Muqifah)


77

RIWAYAT HIDUP

Nama Zarah Zahrani Zainuddin, akrab dipanggil

Zahra Lahir di Raja-raja, 16 september 1998, Asal

peneliti dari Gowa Nama Ayah Zainuddin Ibu

Tahira peneliti dilahirkan dari keluaraga sederhana,

pekerjaan orangtua adalah buruh harian

lepas. Mereka berdua adalah malaikat tanpa jasa

yang melahirkan peneliti dengan penuh kasih sayang, orang yang tak

pernah letih memberikan motivasi disetiap harinya tentang pencapaian

sebuah mimpi, cucuran air keringat yang menjatuhi wajah mereka

disetiap harinya, adalah kesuksesan yang harus peniliti tuntaskan suatu

hari nanti. Peneliti adalah anak pertama dari empat bersaudara, memiliki

satu laki-laki Muh. Nizar Zainuddin dan dua perempuan Nur Amanah

Zainuddin, Jelita Inaya Sari. Tahap pendidikan peneliti yaitu Tamat di MI

Parangma‟lengu pada tahun 2010, tamat SMP Negeri 1 Pallangga 2013,

dan tamat SMA Negeri 1 Bajeng pada tahun 2016 lalu melanjutkan kuliah

di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Dakwah dan

Komunikasi JurusanPMI/Kessos. Selama menjalani perkuliahan penulis

pernah dikader dan mengikuti beberapa organisasi diantaranya.

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), anggota Taruna Siaga Bencana

(TAGANA), UKM TAEKWONDO. Untuk memperoleh gelar Sarjana


78

Sosial penulis menyelesaikan Skripsi dengan judul “Upaya Guru Sekolah

Luara Biasa (SLB) Jenetallasa Dalam Membangun Mental Anak

Tunagrahiata di Desa Jenetallassa Kecamatan Pallangga

KabupatenGowa.”

Anda mungkin juga menyukai