Anda di halaman 1dari 1

11/2009 VIEWPOINT FIRST 25

STEVEN HARYANTO (Analis Sistem & Pemerhati Sekuriti)

MARI MENUNGGU
KEMATIAN SMS
SMS adalah cara berkomunikasi mobile yang primitif, miskin fitur, dan
dijalankan oleh operator yang gemar spamming. Sudah seharusnya
SMS punah, tapi kapan?
DI SAAT pemilik jejaring sosial seperti MySpace dan Facebook Andaipun kelak spam SMS dari operator berkurang karena
rajin menggiring para spammer ke meja hijau dengan nilai tuntu- tindakan hukum, SMS tetaplah cara komunikasi mobile primitif
tan hingga ratusan juta dolar, para operator selular di Indonesia yang memiliki beberapa kekurangan seperti biaya per karakter
malah rajin menyepam pengguna jaringannya sendiri dengan yang amat mahal, reliabilitas yang tidak seragam antaroperator,
pesan-pesan iklan SMS. sifat jaringan yang tertutup, serta fitur yang miskin. Karena itulah,
Dibandingkan para operator layanan lain yang pernah saya meski telah melalui berbagai kenangan manis dan pahit bersama
pakai, seperti telepon rumah, TV kabel, penyentara (masih SMS, saya berharap sepenuhnya agar SMS cepat mati.
ingat?), ISP, atau web hosting, hanya operator selularlah yang Sayangnya, keinginan saya ini tampaknya akan lama sekali
paling berani membombardir pelanggannya dengan pesan iklan baru akan terkabul. Walau SMS sejak beberapa tahun lalu telah
hampir setiap hari. Tanpa memberitahu cara berhenti, bahkan diprediksi analis akan mulai meredup seiring hadirnya broad-
tanpa mau berhenti walau sudah diminta. band nirkabel, mobile IM, mobile e-mail, sampai tahun 2009 ini,
trafik SMS tidak sedikit pun menunjukkan tren penurunan, malah
terus menanjak. Kenapa SMS masih akan terus hidup? Pertama,
Sampai tahun 2009 ini, trafik SMS tidak sedikit karena belum ada alternatif lain yang memberikan keuntungan
pun menunjukkan tren penurunan. lebih besar. SMS tetap menjadi sapi perah gemuk bagi operator
(pendapatan global dari SMS sekitar US$54 miliar). Bayangkan,
Kini setiap Anda mengecek pulsa, mengirim 1-2 SMS, atau hanya dari mengirim 10-20 kata operator bisa meraup Rp2.000
melakukan panggilan, harap maklum kalau dibalas dengan sementara koran berisi ribuan kata pun hanya memasang harga
embel-embel iklan. Selain menawarkan layanan miliknya Rp1.000. Karena itu, operator akan berupaya sekuat tenaga
sendiri seperti ring back tone, konten lain, atau lelang-lelan- mempertahankan popularitas SMS dengan segala cara.
gan, operator selular pun ditengarai sering menjual database Kedua, karena belum ada alternatif text messaging lain yang
pelanggannya kepada pihak ketiga agar si pihak ketiga dapat lebih sederhana, praktis, universal di ponsel. Untuk ber-YM,
beriklan ke para pengguna selular berdasarkan kota/daerah, ber-e-mail, atau ber-twitter ria di ponsel bagi orang awam ma-
komunitas, atau atribut lain. Kelakuan seperti ini sudah mirip sih 100x lebih sulit daripada mengirimkan SMS karena butuh
sekali spammer. program tambahan dan/atau akun ekstra. Layanan e-mail/mes-
Beberapa orang malang sampai mengaku, akhir-akhir ini me- saging seperti BlackBerry sudah mendekati, tapi tidak universal
nerima SMS dari operator lebih banyak ketimbang dari rekannya. dan sama-sama bersifat tertutup, jadi no thanks.
Ironis, karena sebetulnya kita berlangganan jaringan selular untuk Mari sedikit berhitung. Pengguna selular di negara kita di tahun
berkomunikasi dengan orang lain, bukan dengan operator. 2009 ini saja sekitar 125 juta. Jika para operator mengirimkan 1
Sebetulnya bukan di Indonesia saja spam dari operator ini, pesan iklan tiap 2 hari, dalam setahun terkirim 22,8 miliar SMS.
namun di luar negeri kontrol hukum dan tingkat edukasi yang PDB per kapita kita US$3.987, alias Rp3,3jutaan/bulan, alias seki-
lebih tinggi, serta tingkat toleransi pengguna yang lebih rendah tar Rp22.780,- per jam (dengan asumsi 250 hari kerja dan 7 jam
terhadap spam, membuat sepak terjang operator lebih terbatasi. kerja per hari). Jika waktu rata-rata yang terbuang untuk melihat
Begitu mengirim sejumlah spam, sebuah operator di Denmark iklan sebesar 10 detik per pesan SMS, total kerugian produkti-
langsung kena denda beberapa miliar. Di Amrik, sebagian opera- vitas, 10/3600 x Rp22.780,- x 22,8 miliar SMS = Rp1,44 triliun.
tor membebani penerima SMS dengan biaya pengiriman, hingga Nilai ini sudah cukup untuk modal mendirikan sebuah operator
setiap pesan tak diinginkan yang diterima pengguna tentu akan selular baru yang tidak gemar menyepam dan benar-benar “baik”
menimbulkan reaksi alergi yang lebih dahsyat. (bukan sekadar slogan iklan).(steven@masterweb.net)

024_opini_11.indd 25 9/3/2009 9:44:43 AM

Anda mungkin juga menyukai