Anda di halaman 1dari 12

Panduan Kompetensi dan Kewenangan

PPA Rumah Sakit Umum Daerah Saparua

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SAPARUA

TAHUN 202
BAB I PENDAHULUA
A. PENDAHULUAN
Institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi, terlebih dalam
kondisi lingkungan regional dan global yang sangan dinamis perubahannya
adalah Rumah Sakit. Keberadaan Profesional Pemberi Asuhan dalam
rumah sakit merupakan suatu kelebihan karena kualitas pelayanan rumah
sakit sangat ditentukan oleh kinerja dari PPA rumah sakit tersebut. Yang
lebih penting lagi kinerja PPA akan sangat mempengaruhi keselamatan
pasien di rumah sakit. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata
kelola klinis ( clinical governance) yang baik untuk melindungi pasien. Hal
ini sejalan dengan amanat peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan kesehatan dan perumasakitan. Undang-undang tentang Rumah
Sakit yang baru ditetapkan menuntut rumah sakit untuk melindungi
keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan clinical governance
tersebut bagi para klinisnya. Setiap PPA dirumah sakit harus bekerja dalam
koridor kewenagan klinis (clinical privileges) yang ditetapkan oleh rumah
sakit.
Salah satu contoh faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah
kewenagan Dokter untuk melakukan tindakan medis yang saat ini tidak
dikendalikan dengan adekuat oleh Komite Medis Rumah Sakit. Dalam
hal seorang kurang kompeten dalam melakukan tindakan medis tertentu
karena sebab apapun, belum ada mekanisme yang mencegah Dokter untuk
melakukan tindakan medis tersebut di Rumah Sakit. Pada gilirannya kondiis
ini dapat menimbulkan kesalahan pada pasien.
Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan yang dilakukan
oleh PPA yang kurang kompeten, Rumah Sakit perlu mengambil langkah-
langkah pengamanan dengan cara pemberian kewenagan klinis melalui
mekanisme kredensial yang dilaksanakan oleh masing-masing Komite
yang dibentuk di Rumah Sakit. Beberapa pihak yang terkait dengan dengan
upaya ini dalam staf medis adalah Kolegium Kedokteran Indonesia (KKI)
dan Komite Medis Rumah Sakit. KKI dapat menjadi acuan untuk
menentukan lingkup dan jenis-jenis kewengan klinis bagi setiap Dokter yang
bekerja di Rumah Sakit berdasarkan kompetensinya melalui mekanisme
kredensial.
Untuk menjaga kualitas dan mutu Rumah Sakit Umum Daerah
Saparua membentuk Komite Medis, Komite Keperawatan dan Komite
Tenaga Kesehatan Lain yang terdiri dari beberapa sub Komite, salah
satunya Sub Komite Kredensial yang bertugas yaitu mendapatkan dan
memastikan setiap stafnya kompeten, terampil, professional, dan
akuntabel bagi pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Saparua.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi
keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial dan reklredensial staf
PPA di Rumah Sakit Umum Daerah saparua.
2. Tujuan Khusus
1. Membantu Rumah Sakit dalam proses mendapatkan dan
memastikan PPA yang kompeten dan professional di Rumah Sakit
Umum Daerah saparua .
2. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan rekredensial bagi
para PPA di Rumah Sakit Umum Daerah saparua.
3. Merekomendasikan kewenagan klinis bagi setiap anggota PPA di
Rumah Sakit Umum Daerah saparua.
4. Merekomendasikan untuk diterbitkan kewenangan klinis bagi setiap
PPA untk melakukan tindakan di Rumah Sakit Umum daerah saparua.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kredensial dan rekredensial staf PPA, yaitu :
1. Staf Medis, Keperawatan dan Tenaga Kesehtan Lain yang akan
bergabung di Rumah Sakit Umum Daerah Saparua.
2. Staf Medis, Keperawatan dan Tenaga Kesehatan Lain yang masa
kewenagan klinisnya berakhir sesuai kebijakan masing divisi yaitu setiap
3 (tiga) tahun sekali.

D. Landasan Hukum
Landasan hukum proses kredensial dan rekredensial di Rumah Sakit Umum
Daerah saparua :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik
di RumahSakit.
2. Pedoman Kredensial dan Kewenagan Klinis (Clinical Privilege) di
Rumah Sakit dari Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia 2009.
3. Undangan-undangan Rumah Sakit pasal 29 ayat (1) butir r. telah
ditetapkan bahwa setisp rumah sakit wajib menyusun dan
melaksanakan hospital bylaw, yang dalam penjelasan undang-undang
tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata
kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus
dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam peraturan staf medis Rumah
Sakit. Antara lain diatur kewenagan klinis.
4. Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit.
5. Medical Staff By Laws di Rumah Sakit Umum Daerah saparua.
BAB II
DEFINIS

A. Proses Kredensial (Credentialing)


Proses kredensial (credentialing) adalah proses evaliuasi oleh suatu rumah sakit
terhadap seseorang untuk mementukan apakah yang bersangkutan layak
diberikan kewenagan klinis untuk menjalankan tindakan tertentu dalam lingkungan
rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.
B. Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing)
Proses rekredensial adalah prose re-evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap
dokter yang telah bekerja dan memiliki kewenagan klinis di rumah sakit tersebut untuk
menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenagan klinis tersebut
untuk satu periode tertentu.

C. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)


Kewenangan klinis adalah kewenangan klinis untuk melakukan tindakan medis
tertentu dalam lingkungan sebuah rumah sakit tertentu berdasarkan penugasan yang
diberikan kepala Rumah sakit.

D. Surat Penugasan (Clinical Appointment)


Surat penugasan adalah surat yang diterbitkan oleh kepala rumah sakit kepada
seorang Dokter atau Dokter Gigi untuk melakukan tindakn medis di Rumah sakit
tersebut berdasarkan daftra kewengangan klinis yang ditetapkan baginya.

E. Sataf Medis
Staf medis adlaah dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis.

F. Mitra Bestari (Peer-Group)


Mitra bestari adalah sekelompok orang dengan reputasi tinggi yang memilliki
kesamaan profesi, spesialis dengan dokter yang sedang menjalani proses hkredensial
dan atau dianggap dapat menilai kompetensi untuk melakukan tindakan medis tertentu.
G. Kewenagan Klinis
Kewenagan klinis adalah tindakan yang dilakukan staf medis kepada penderita
sesuai dengan profesi dan kompetensinya.
a) Temporary privileges adalah pemberian kewenagan klinis oleh staf
medis spesialis kepada staf medis umum/residen di instalasi rawat jalan,
rawat inap dan kamar operasi oleh karena suatu sebab dengan
pengaturan/informasi kepada direksi an kewenagan akan berakhir apabila
staf medis spesialis sudah ada.
b) Emergency privileges adalah pemberian kewenagan klinis oleh staf
medis spesialis kepalda staf medis umum/residen yang dilakukan di
instalasi gawat darurat yang sesuai dengan standar pelayanan masing- masing.
Prosedur dan konsultasi diantara SMF dilingkungan Rumah Sakit diatur dalam
standar operasional tersendiri.
BAB III

TATA LAKSANA

A. Proses Kredensial
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Saparua menetapkan
berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf medis untuk memperoleh
kewengaan klinis dengan berpedoman pada peraturan internal staf medis
(medis staff by laws). Selain itu, Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab
atas tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan
ini dapat terselenggara. Untuk melaksanakan kredensial dibutuhkan
beberapa instrument, antara lain dafta rincian kewenagan klinis untuk setiap
spesialis medis, daftra mitra bestari yang mempresentasekan tiap spesialis
medis dan buku putih (white paper) untuk setiap pelayanan medis.
Setiap rumah sakit mengembangkan instrument tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
Secara garis besar proses kredensial di Rumah Sakit Umum Daerah
Saparua, sebagai berikut;
1. Staf medis yang telah dinyatakan lulus baik hasil psikotest, MCU
dan interview oleh bagin Divi Medis diajukan kepada Direktur Rumah
Sakit untuk dilakukan Kredensial.
2. Kepala Rumah Sakit membuat surat kepada Komite Medik dan
diteruskan Ke Sub Komite Kredensial perihal permohonan untuk
mrngkredensial staf medis.
3. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan
oleh Kepala Rumah Sakit kepada Komite Medik melalui secretariat
Komite Medik.
4. Sekretariat Komite Medik melakukan pengecekan berkas verifiokasi
berkas staf medis yang terdiri dari :
1) Ijazah pendidikan dokter umum dan atau dokter spesialis.
2) Surat Tanda Registrasi (STR)
3) Sertifikat ACLS dan atau ATLS dan atau Resusitasi Neonatus dan
atau Hiperkes
4) Sertifikat kompetensi kolegium atau sertifikat pendukung lainnya.
5. Sebelum kredensial dimulai, staf medis mengajukan permohonan
kewenangan klinis kepada Direktur Rumah Sakit dengan mengisi form
pendaftaran kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit.
6. Pada saat kredensial, sub komite kredensial membentuk panel atau
panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari berbagai disiplin
yang sesuai dengan kewenagan klinis yang diminta.
7. Permohonan kewenangsn klinis yang diajukan oleh staf medis tersebut
dikaji oleh sub komite kredensial dan mitra bestari tersebut yang meliputi
cakupan derajat kompetensi dan praktik.
8. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi kewenangan klinis
staf medis kepada komite medis.
9. Komite medis merekomendasikan kewenagan klinis sataf medis
kepada Kepala Rumah Sakit.
10. Kepala Rumah Sakit menerbitkan surat penugasan klinis kepada staf
medis tersebut jika staf medis tersebutsudah bergabung dengan Rumah
Sakit Umum Daerah saparua. Selanjutnya Kredensial dan
Rekredensial dokter umu m dan spesialis akan diserahkan kepada Sfat
Pers untuk dimasukan kedalam file kepegawaian

B. Proses Re-Kredensial
Rekredensial adlaah proses re-evaluasi terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenagan klinis dan surat penugansan klinis untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenagan klinis tersebut.
Walapun seorang Dokter telah mendapatkan surat penugasan dari
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Saparua yaitu selama tiga tahun, hal
tersebut sesuai dengan kebijakan bagian pelayanan medis. Selain itu, surat
penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga medis tersebut dinyatakan
kompeten untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Pada akhirnya masa berlakunya surat penugasan tersebut, rumah sakit
harus melakukan rekredensial terhadap tenaga medis. Prose re-kredensial
ini lebih sederhana dibandingkan dengan prose krednsial awal sebagaimana
diuraikan diatas karena rumha sakit sudah memiliki informasi setiap dokter
yang melakukan tindakan medis di rumah sakit tersebut.
Proses rekredensial mempertimbangkan
1. Perawatan pasein-praktis menyediakan perawatan pasien dengan
belas kasiah, tepat, dan efektif untuk promosi kesehatan.,
pencegahan penyakit, penobatan penyakit, dan perawatan pasien
terminal.
2. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu social
yang ada dan berkembang ,serta aplikasi pengetahuan tersebut pada
perawatan pasien dan menyalurkan ilmu kepasa orang lain.
3. Pembelajaran dan perbnaikan berbasis praktik dengan menggunakan
bukti dan metode ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan
memperbaiki praktik-praktik perwatan pasien.
4. Keterampilan interpersonal dan komunikasi yang memungkin mereka
untuk membangun dan mempertahankan hubungan professional
dengan pasien, anggota –anggota tim perawatan kesehatan lainnya.
5. Profesionalisme tercermin dari komitmen untuk pengembangan
profesional berkelanjutan prsktik etis, pemahaman dan kepekaan
terhadap keragaman, sikap bertanggung jawab terhadap pasien,
profesi mereka dan masyarakat.
6. Praktik berbasis system melalui pemahaman konteks dan system
dimana pelayan kesehatan disediakan.
7. Proses re-kredensial di dokumentasikan dalam formulir penilaian kinerja
dokter spesialis (On going Professional Review). Berdasarkan hasil
kesepakatan dari Komite masing- masing PPA dan komite Sub
Kredensial, secara garis besar proses rekredensial di Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Saparua yaitu sebagai berikut :
1. Direktur Rumah Sakit mengajukan permohonan kepada
komite medik dan dilanjutkan kepada Sub Komite Kredensial
untuk melakukan re-kredensial kepada sataf medis.
2. Sub komite kredensial dan sekertaris komite medic
mengumpulkan berkas dari anggota yang akan dilakukan re-
kredensial yitu berupa :
a. STR yang masih berlaku
b. Surat berbadan sehat dari MCU
c. Surat Rekomendasi dari sub komite Etik
d. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 tahun terakhir
e. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenagan
klinis kembali kepada kepala rumah sakit dengan mengisi
formulir daftar kewenagan klinis yang telah ditentukan oleh
Rumah sakit umum Daerah Saparua
3. Berkas dievaluasi oleh komite kredensial dan Rekredensial
4. Tim rekkredensial mengajukan rekomendasi penambahan atau
pengutangan kewenagan klinis staf medis tersebut kepada ketua
komite medis
5. Ketua medic kemudian meneruskan dan merekomendasikan
kewenagan klinis tersebut kepada kelapa rumah sakituntuk
dijadikan penugasan klinis.
6. Direktur rumah sakit Umum Daerah Saparua menetapkan dan
menerbitkan kembali surat kewenagan klinis kepada staf medis
tersebut.
BAB IV
PENUTUP

Rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik untuk
melindungi pasien. Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakn medis yang
dilakukian oleh dokter yang kurang kompeten rumah sakit perlu mengambil
langkah-langkah pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinismelalui
mekanisme kredensial dan rekredensial yang dilaksanakn oleh komite medis.
Selain itu dalam jangka waktu 3 tahunatau sesuai dengan masa berlaku surat
penugasan klinis sebelumnya staf medis tersebut dievaluasi kembali melalui
proses rekredensial.

Ditetapkan di : Saparua
pada tanggal : 16 Januari 2023

Direktur RSUD Saparua,

Andreson, Souisa,SE
NIP:19730422 199303 1002

Anda mungkin juga menyukai