Anda di halaman 1dari 15

LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR RSU SINAR

KASIH GKST
NOMOR :
TANGGAL : 01 MARET 2023

PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL STAF MEDIS

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit (RS) diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko
tinggi, terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis
perubahannya. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja
para staf medis rumah sakit tersebut. Yang lebih penting lagi kinerja staf medis
akan sangat mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit. Untuk itu
rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang
baik untuk melindungi pasien. Hal ini sejalan dengan amanat peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan dan perumahsakitan.

Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter yang kurang kompeten, rumah sakit perlu mengambil langkah-langkah
pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme
kredensial yang dilaksanakan oleh komite medik. Beberapa pihak yang terkait
dengan upaya ini adalah Kolegium Kedokteran Indonesia (KKI) dan komite medik
rumah sakit. KKI dapat menjadi acuan untuk menentukan lingkup dan jenis-
jenis kewenangan klinis bagi setiap cabang ilmu kedokteran. Komite medik akan
menentukan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap dokter yang bekerja di
rumah sakit berdasarkan kompetensinya melalui mekanisme kredensial.

1
BAB II
DEFINISI

1. Brevet adalah pengakuan tentang keahlian seorang dokter oleh kolegium


suatu cabang ilmu kedokteran tertentu.
2. Proses Kredensial (Credentialing) merupakan proses evaluasi terhadap
seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menjalankan tindakan medis
tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode
tertentu.
3. Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing) merupakan proses re-evaluasi oleh
terhadap dokter yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (clinical
privilege) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang
bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu
periode tertentu.
4. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah kewenangan klinis untuk
melakukan tindakan medis tertentu dalam lingkungan sebuah rumah sakit
tertentu berdasarkan penugasan yang diberikan oleh Kepala/Direktur Rumah
Sakit.
5. Surat Penugasan (Clinical Appointment) adalah surat yang diterbitkan oleh
Kepala/Direktur Rumah Sakit kepada seorang dokter atau dokter gigi untuk
melakukan tindakan medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.
6. Re-appraisal adalah proses penilaian kembali terhadap staf medis
menyangkut profesi medis, etika dan disiplin profesi, dan lain-lain yang
berkaitan dengan pelayanan terhadap pasien di rumah sakit.
7. Duty of Due Care adalah kewajiban untuk memperhatikan dan peduli akan
keselamatan pihak lain.
8. Tenaga Medis adalah dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis.
9. Staf Medis adalah dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis di Rumah sakit.
10. Mitra Bestari (Peer-Group) adalah sekelompok orang dengan reputasi tinggi
yang memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang dokter yang

2
sedang menjalani proses kredensial, dan atau dianggap dapat menilai
kompetensi untuk melakukan tindakan medis tertentu.
11. White Paper adalah sebuah buku putih untuk tindakan medis tertentu yang
memuat syarat-syarat kapan seorang dokter dianggap kompeten melakukan
tindakan medis tersebut.

3
BAB III
RUANG LINGKUP

A. Latar Belakang

Undang undang tentang rumah sakit yang baru ditetapkan menurut rumah
sakit untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan
clinical governance bagi para klinisnya. Setiap dokter di rumah sakit harus
bekerja dalam koridor kewenangan klinis (clinical privilege) yang ditetapkan oleh
kepala rumah sakit.
Walaupun frekuensi kecelakanan yang berkaitan dengan medis dokter di
rumah sakit belum diketahui dengan pasti jumlahnya di Indonesia, namun
diduga jumlah tersebut tidak kecil.
Salah satu faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah kewenangan
dokter untuk melakukan tindakan medis yang saat ini tidak dikendalikan dengan
adekuat oleh komite medik rumah sakit. Dalam hal seorang dokter kurang
kompeten dalam melakukan tindakan medis tertentu karena sebab apapun,
belum ada mekanisme yang mencegah dokter untuk melakukan tindakan medis
tersebut di rumah sakit. Pada gilirannya kondisi ini dapat menimbulkan
kecelakaan pada pasien.
Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter yang kurang kompeten rumah sakit perlu mengambil langkah langkah
pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme
kredensial yang dilaksanakan oleh komite medik. Beberapa pihak yang terkait
dengan upaya ini adalah Kolegium Kedokteran Indonesia dan komite medik
rumah sakit.Kolegium Kedokteran Indonesia dapat menjadi acuan untuk
menentukan lingkup dan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap cabang ilmu
kedokteran. Komite medik akan menentukan jenis-jenis kewenangan klinis bagi
setiap dokter yang bekerja di rumah sakit berdasarkan kompetensinya melalui
mekanisme kredensial. Dengan terkendalinya tindakan medis disetiap rumah
sakit maka pasien lebih terlindungi dari tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter yang tdak kompeten.
Pedoman ini disusun oleh Subkomite Kredensial RSU Sinar Kasih GKST
berdasarkan Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) di

4
Rumah Sakit yang disusun oleh Tim penyusun Pedoman Mekanisme Kredensial
Dokter di Rumah Sakit berdasarkan SK Pengurus Pusat PERSI No.
41/SK/PP.PERSI/II/2008. Pedoman ini dimaksudkan agar menjadi panduan bagi
RSU Sinar Kasih GKST untuk melakukan kredensial para tenaga medis dengan
baik, benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi
keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial dokter di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial bagi para
dokter di rumah sakit.
b. Memberikan panduan bagi komite medik untuk menyusun jenis – jenis
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap dokter yang melakukan
tindakan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran
yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran Indonesia.
c. Memberikan panduan bagi direktur rumah sakit untuk menerbitkan
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap dokter untuk melakukan
tindakan medis di rumah sakit.
d. Meningkatan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga medis di rumah
sakit.
e. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas para dokter dan institusi rumah
sakit dihadapan pasien, penyandang dana, dan stake holder rumah sakit
lainnya.

C. Konsep Dasar Kredensial Dokter di Rumah Sakit

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan


tanggungjawabnya untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan
menjaga standar profesi dan kompetensi para dokter yang melakukan tindakan
medis terhadap pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan kompeten.
Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap tindakan medis yang dilakukan
terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga medis yang benar- benar

5
kompeten. Persyaratan kompetensi ini meliputi dua komponen (1) komponen
kompetensi keprofesian medis yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku professional; dan (2) komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik
dan mental.
Walaupun seoarang dokter telah mendapatkan brevet spesialisasi dari
kolegium ilmu kedokteran yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib
melakukan verifikasi kembali kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan
medis dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah
credentialing. Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan utama.
Alasan pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah
seseorang mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium. Perkembangan ilmu
dibidang kedokteran untuk suatu tindakan medis tertentu sangat pesat, sehingga
kompetensi yang diperoleh saat menerima brevet bisa kadaluwarsa, bahkan
dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien. Selain itu,
lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu senantiasa berkembang dari
waktu ke waktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak diajarkan pada
penerima brevet pada periode tertentu dapat saja belakangan diajarkan pada
lingkup kompetensi yang berbeda-beda. Alasan kedua, kesehatan seseorang
dapat saja menurun akibat penyakit tertentu atau bertambahnya usia sehingga
mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukan. Kompetensi fisik dan
mental dinilai melalui uji kelaikan kesehatan baik fisik maupun mental.
Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut
sebagai mekanisme credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamatan
pasien.
Setelah seorang dokter dinyatakan kompeten melalui suatu proses
kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk
melakukan serangkaian tindakan-tindakan medis tertentu di rumah sakit
tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa
adanya kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut seorang dokter tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut.
Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) seseorang dokter spesialis
dapat saja berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi yang sama, tergantung
pada ketetapan komite medik tentang kompetensi untuk melakukan tiap
tindakan medis oleh yang bersangkutan berdasarkan hasil kredensial. Dalam hal
tindakan medis seorang dokter membahayakan pasien maka kewenangan klinis
(clinical privilege) seorang dokter dapat saja dicabut sehingga tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan medis tertentu dilingkungan rumah

6
sakit tertentu. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut
dilakukan melalui prosedur tertentu yang melibatkan komite medik.
Kewajiban rumah sakit untuk menetapkan kewenangan klinis (clinical
privilege) tersebut telah diatur dengan tegas dalam Undang – Undang tentang
Rumah Sakit. Dalam Undang- undang rumah sakit pasal 29 ayat (1) butir r telah
ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib menyusun dan melaksanakan
hospital bylaws, yang dalam penjelasan undang-undang tersebut ditetapkan
bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good
clinical governance). Hal ini harus dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) antara lain diatur diatur
kewenangan klinis (clinical privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan
menimbulkan tanggungjawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi
kecelakaan tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari
segala tindakan medis yang dilakukan oleh setiap dokter di rumah sakit tersebut,
hal ini dikenal sebagai the duty of due care. Tanggungjawab rumah sakit tersebut
berlaku tidak hanya terhadap tindakan yang dilakukan oleh dokter pegawai
rumah sakit saja, tetapi juga setiap dokter yang bukan berstatus pegawai (dokter
tamu). Rumah sakit wajib mengetahui dan menjaga keamanan setiap tindakan
medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien
yang dilayaninya sebagai bagian dari the duty of due care.

D. Peranan Komite Medik Dan Statuta Staf Medis (Medical Staff Bylaws)
Dalam Mekanisme Kredensial

Komite medik memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para


dokter karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga medis dan
melindungi pasien rumah sakit untuk hal hal yang berkaitan dengan tindakan
medis. Di sebuah rumah sakit, komite medik dianalogkan dengan konsil
kedokteran suatu negara untuk melindungi masyarakat dari tenaga medis yang
tidak kompeten. Tiga tugas utama komite medik adalah (1) menepis tenaga medis
yanga akan diperbolehkan malakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut; (2)
memelihara kompetensi dan memantau kualitas kinerja profesi tenaga medis,
dan (3) merekomendasikan untuk melarang tenaga medis yang dianggap tidak
aman bagi pasien untuk tidak melakukan tindakan medis tertentu di rumah
sakit tersebut. Olrh karenanya,struktur komite medik paling sedikit mencakup

7
tiga komponen fungsi diatas, yaitu subkomite kredensial, subkomite mutu profesi
medis, dan subkomite disiplin profesi.
Mekanisme kredensial dan re-kredensial di rumah sakit adalah
tanggungjawab komite medik yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial. Pada
akhir proses kredensial, komite medik menerbitkan rekomendasi kepada kepala
rumah sakit tentang lingkup kewenangan klinis seorang tenaga medis secara
rinci. Untuk itu sub komite kredensial melakukan serangkaian kegiatan berupa
pemanggilan calon, menyusun mitra bestari, dan melakukan penilaian
kompetensi seorang tenaga medis yang meminta kewenangan klinis tertentu.
Selain itu subkomite kredensial juga menyiapkan berbagai intrumen kredensial
dan pemberian kewenangan klinis untuk disahkan kepala rumah sakit.
Instrument tersebut paling sedikit meliputi : (1) perangkat kebijakan rumah sakit
tentang kredensial dan kewenangan klinis, (2) berkas-berkas (formulir) yang
diperlukan, dan (3) pedoman penilaian kompetensi klinis yang diperlukan untuk
memberikan kewenangan klinis tertentu oleh mitra bestari. Tugas, fungsi dan
wewenang komite medik dalam melaksanakan kredensial diatur dalam statute
medis (medical staff bylaws).
Statuta staf medis adalah landasan utama untuk melakukan kredensial dan
re-kredensial para dokter di sebuah rumah sakit. Disebuah rumah sakit statuta
staf medis dianalogkan dengan undang-undang praktik kedokteran (medical
practice act) suatu negara yang mengatur keberadaan konsil kedokteran dan
perangkatnya. Statuta staf medis ini ditetapkan oleh kepala rumah sakit (untuk
rumah sakit pemerintah) atau yayasan rumah sakit (untuk rumah sakit non-
pemerintah). Secara umum, statute staf medis mengatur keberadaan dan
mekanisme kerja komite medik. Pelaksanaan kredensial merupakan salah satu
hal penting yang diatur dalam statute staf medis.
Dalam statuta staf medis ini diatur mekanisme pemberian kewenangan
klinis tremasuk syarat yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga medis untuk
memperoleh kewenangan klinis tersebut. Selain itu, diatur pula tata cara
penetuan mitra bestari untuk melakukan proses kredensial dan tata cara
pengambilan putusan dalam menentukan kewenangan klinis seorang tenaga
medis. Statuta staf medis digunakan sebagai pedoman, norma dan acuan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang timbul sebelum, selama dan sesudah
proses kredensial dan re-kredensial dilakukan.

8
BAB IV
TATALAKSANA

A. Proses Kredensial

Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Kasih GKST menetapkan berbagai


kebijakan dan prosedur bagi tenaga medis untuk memperoleh kewenangan klinis
dengan berpedoman pada peraturan internal staf medis (medical staff by laws).
Selain itu, direktur rumah sakit bertanggung jawab atas tersedianya berbagai
sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara. Untuk
melaksanakan kredensial dibutuhkan beberapa instrumen, antara lain daftar
rincian kewenangan klinis untuk setiap spesialisasi medis, daftar mitra bestari
yang mempresentasikan tiap spesialisasi medis dan buku putih (white paper)
untuk setiap pelayanan medis. Setiap rumah sakit mengembangkan instrumen
tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
Secara garis besar proses kredensial di Rumah Sakit Umum Sinar Kasih
GKST, yaitu sebagai berikut:
1. Tenaga medis yang telah dinyatakan baik hasil psikotest, Medical Check Up
(MCU) dan interview oleh kepala bidang pelayanan medik diajukan kepada
direktur untuk dilakukan kredensial.
2. Sebelum kredensial dimulai, tenaga medis mengajukan permohonan
kewenangan klinis kepada direktur dengan mengisi formulir daftar rincian
kewenangan klinis yang telah disediakan oleh rumah sakit dengan
dilengkapi bahan-bahan pendukungnya yang minimal meliputi :
a. Bukti pendidikan dan pelatihan;
b. Bukti surat izin dari atasan tempat tenaga medis non PNS bekerja
apabila statusnya masih bekerja di tempat lain;
c. Bukti kompetensi dimana praktisi tersebut berpraktik;
d. Surat rekomendasi atau informasi lainnya.
3. Direktur membuat surat kepada Komite Medik dan diteruskan ke Sub
Komite Kredensial perihal permohonan untuk mengkredensial staf medis.
4. Berkas permohonan tenaga medis yang telah lengkap disampaikan oleh
direktur rumah sakit kepada komite medik melalui sekretariat komite medik.

9
5. Sekretariat komite medik melakukan pengecekan/verifikasi berkas tenaga
medis yang terdiri dari :
a. Ijasah pendidikan dokter umum dan atau dokter spesialis beserta
transkrip nilai, yang telah diverifikasi melalui official website dari
institusi pendidikan/yang mengeluarkan data/konfirmasi
terdokumentasi atau tertulis dari institusi pendidikan;
b. Surat Tanda Registrasi (STR) staf medis yang telah diverifikasi melalui
official website Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yaitu :
http://www.kki.go.id/cekdokter/form;
c. Sertifikat ACLS dan atau ATLS dan atau Resusitasi Neonatus dan atau
Hiperkes (untuk dokter umum);
d. Sertifikat kompetensi kolegium beserta rincian, atau sertifikat
pendukung lainnya;
e. Surat Keputusan tentang pengangkatan CPNS/PNS/mutasi (bagi staf
medis yang berstatus CPNS/PNS) atau Surat permohonan (bagi tenaga
Non PNS) beserta Curriculum vitae/daftar riwayat hidup tenaga medis;
f. Surat /ijin Praktik (SIP) dokter yang telah dimiliki;
6. Pada saat kredensial, sub komite kredensial membentuk panel atau panitia
ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari berbagai disiplin yang sesuai
dengan kewenangan klinis yang diminta.
7. Permohonan rincian kewenangan klinis yang diajukan oleh tenaga medis
tersebut dikaji oleh sub komite kredensial dan mitra bestari tersebut yang
meliputi :
a. cakupan derajat kompetensi dan praktik didasarkan pada suatu buku
putih (white paper);
b. kesehatan fisik
c. kompetensi mental/perilaku;
d. perilaku etis.
8. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi rincian kewenangan klinis
tenaga medis kepada komite medik.
9. Komite medik membuat rekomendasi rincian kewenangan klinis tenaga
medis berdasarkan rekomendasi subkomite kredensial dan diserahkan
kepada direktur.
10. Direktur menerbitkan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada
tenaga medis tersebut jika tenaga medis tersebut sudah bergabung dengan
Rumah Sakit Umum Sinar Kasih GKST. Direktur rumah sakit dapat saja

10
meminta komite medik untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut bersama
pihak manajemen rumah sakit bila dianggap perlu.
11. Seorang staf medis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis
yang tidak dimiliki sebelumnya setelah masa evaluasi selama 3 (tiga) bulan
berakhir, dengan mengajukan permohonan kepada direktur rumah sakit.
Selanjutnya komite medik akan melakukan proses kredensial khusus untuk
tindakan tersebut, dan akan memberikan rekomendasinya kepada direktur
rumah sakit. Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical
appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit.
Berkas Kredensial dokter umum dan spesialis akan diserahkan kepada Unit
Kepegawaian untuk dimasukan ke dalam file karyawan. Keseluruhan proses
Kredensial seperti pada Gambar berikut :

Tenaga medis mengajukan Disposisi Direktur


permohonan kewenangan klinis 2 RSU Sinar Kasih
kepada Direktur melalui GKST
Sub.Bag Kepegawaian

Surat Penugasan
Klinis dan Rincian 6
Kewenangan Klinis
(SPK dan RKK)

Alur Kredensial Tenaga Medis


di Komite Medik 3
Ketua Komite Medik

Verifikasi kelengkapan berkas


oleh Sub Komite Kredensial

Kredensial oleh Sub Komite


Kredensial
5
Berita Acara/Hasil Kredensial
dan Rekomendasi Rincian
Kewenangan Klinis dari Sub
Komite Kredensial

4
Rekomendasi Hasil Kredensial
dan Rekomendasi Rincian
Kewenangan Klinis dari Ketua
Komite Medik
11
Gambar 1 : Alur Kredensial Tenaga Medis
B. Proses Rekredensial

Rekredensial adalah proses penilaian ulang/re-evaluasi (re-appraisal)


terhadap staf medis (dokter umum, dokter gigi umum, dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis) yang telah memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) dan surat
penugasan klinis (clinical appointment) untuk menentukan kelayakan kembali
pemberian kewenangan klinis tersebut.
Walaupun seorang dokter telah mendapatkan surat penugasan (clinical
appointment) dari direktur namun surat penugasan tersebut mempunyai masa
berlaku. Masa berlaku surat penugasan klinis dari Direktur Rumah Sakit Umum
Sinar Kasih GKST yaitu selama 3 (tiga) tahun untuk staf medis berstatus Pegawai
Tetap Yayasan, Pegawai Kontrak Yayasan dan Pegawai Kontrak RSU Sinar Kasih
GKST, serta ASN yang diperbantukan dengan masa berlaku tertentu sesuai
dengan status staf medis tersebut, misalnya untuk dokter Pegawai Kontrak
Yayasan memilik surat penugasan klinis dengan masa berlaku 1 (satu) tahun.
Hal tesebut sesuai dengan kebijakan bidang pelayanan medis. Selain itu, surat
penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga medis tersebut dinyatakan
tidak kompeten untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut, rumah sakit harus
melakukan rekredensial terhadap tenaga medis. Proses rekredensial ini lebih
sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan
di atas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap dokter yang
melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut.
Proses Rekredensial mempertimbangkan :
1. Perawatan pasien-praktis menyediakan perawatan pasien dengan belas
kasih, tepat, dan efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan penyakit, dan perawatan pasien terminal.
2. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang
ada dan berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan
pasien dan menyalurkan ilmu kepada orang lain.
3. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan bukti
dan metode ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki
praktik-praktik perawatan pasien.

12
4. Keterampilan interpersonal dan komunikasi yang memungkinkan mereka
untuk membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan
pasien, dan anggota-anggota tim perawatan kesehatan lainnya.
5. Profesionalisme tercermin dari komitmen untuk pengembangan profesional
berkelanjutan, praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman,
sikap bertanggung jawab terhadap pasien, profesi mereka, dan masyarakat.
6. Praktik berbasis sistem melalui pemahaman konteks dan sistem dimana
pelayanan kesehatan disediakan.
Proses rekredensial didokumentasikan dalam formulir penilaian kinerja
dokter (On Going Professional Practice Evaluation).
Berdasarkan hasil kesepakatan dari Komite Medik dan Sub Komite
Kredensial, secara garis besar proses rekredensial di Rumah Sakit Umum Sinar
Kasih GKST yaitu sebagai berikut :
1. Direktur rumah sakit memerintahkan Komite Medik untuk melakukan
rekredensial kepada staf medis dan dilanjutkan kepada Sub Komite
Kredensial.
2. Sub Komite Kredensial dan sekretariat komite medik mengumpulkan berkas
para kandidat rekredensial yaitu :
a. STR yang masih berlaku
b. Surat rekomendasi dari Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi
c. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 (tiga) tahun terakhir
d. Salinan asuransi profesi yang dimiliki
e. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenangan klinis
kembali kepada direktur dengan mengisi formulir daftar kewenangan
klinis yang telah disediakan Rumah Sakit Umum Sinar Kasih GKST.
3. Berkas di evaluasi oleh Sub Komite Kredensial dan panitia mitra bestari (tim
rekredensial).
4. Tim rekredensial mengajukan rekomendasi penambahan atau pengurangan
kewenangan klinis staf medis tersebut kepada Ketua Komite Medik.
5. Ketua Komite Medik meneruskan dan merekomendasikan kewenangan klinis
tersebut kepada Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Kasih GKST untuk
dijadikan penugasan klinis ulang.
6. Hasil Rekredensial Komite Medik berupa rekomendasi :
a. Peninjauan kewenangan klinis berupa pembatasan, penarikan dan/atau
pemberian.
b. Pendidikan khusus
c. Penempatan bidang pelayanan

13
7. Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Kasih GKST menetapkan dan
menerbitkan kembali surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada
para staf medis tersebut dengan masa berlakunya.

Berkas Rekredensial dokter umum dan spesialis akan diserahkan kepada Unit
Kepegawaian untuk dimasukan ke dalam file karyawan. Keseluruhan proses
Rekredensial seperti pada Gambar berikut :

1
Staf Medis dengan masa kerja
sudah 3 (tiga) tahun dilakukan
Disposisi Direktur
Rekredensial secara berkala tiap
2 RSU Sinar Kasih
3 (tiga) tahun
GKST

Staf medis mengajukan


permohonan kewenangan klinis Surat Penugasan
baru kepada Direktur melalui Klinis dan Rincian 6
Sub.Bag Kepegawaian Kewenangan Klinis
(SPK dan RKK)
Ulang

Alur Rekredensial Staf Medis


di Komite Medik
3
Ketua Komite Medik

Verifikasi kelengkapan berkas


oleh Sub Komite Kredensial

Rekredensial oleh Sub Komite


Kredensial

5
Berita Acara/Hasil
Rekredensial dan Rekomendasi
Rincian Kewenangan Klinis
Ulang dari Sub Komite
Kredensial

4
Rekomendasi Hasil
Rekredensial dan Rekomendasi
Rincian Kewenangan Klinis
Ulang dari Ketua Komite Medik

Gambar 2 : Alur Rekredensial Staf Medis

14
BAB V
DOKUMENTASI

Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan


dalam file masing-masing tenaga medis.

Tentena, 30 Maret 2023

KETUA KOMITE MEDIK SEKRETARIS KOMITE MEDIK


RSU SINAR KASIH GKST RSU SINAR KASIH GKST

dr. Samsudin Mahmud, Sp.OG dr. Ripka Margaretha Ponggele


NIPG. 19961993 1215 NIPY. 19910705 202210218

Mengetahui,
DIREKTUR RSU SINAR KASIH GKST

dr. Mardianus Tado’u


NIPY. 19860611 201512 108

15

Anda mungkin juga menyukai