Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimuai secra
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan antra 37 hingga 42 minggu. Setelah
persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
persalinan normal.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas
4. Referensi Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Depkes , 2003
5. Prosedur/ 1. Dokter atau biddan yang bertugas melakukan anamnesa pada pasien :
langkah- a. Nama, umur, alamat
langkah b. Gravida dan para
c. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
d. Tanggal tafsiran persalinan
e. Riwayat alergi obat-obatan
f. Riwayat kehamilan sekarang
- Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal
- Apakah pernah pernah ada masalah selama kehamilan ini
- Apakah sudah mulai kontraksi, sejak kapan
- Apakah kontraksi teratur, dan seberapa sering kontraksi terjadi
- Apakah ada keluar air-air (ketuban), jikka sudah, aoa warna
cairan ketuban, kental atau encer, dan kapan saat selaput
ketuban pecah
- Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina
- Kpan terakhir makan dan minum
- Apakah ada kesulitan untuk berkemih
g. Riwayat kehamilan sebelumnya
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kehamilan
sebelumnya
- Berapa berat badan bayi yang paling besar yang pernah
dilahirkan
2. Dokter atau bidan yang bertugas melakukan pemerikasaan fisik dan
pemeriksaan ginekologi :
a. Inpeksi
b. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi)
c. Pemeriksaan abdomen
- Menentukan tinggi fundus urteri
- Memantau kontraksi urterus
- Memantau enyut jantung janin
- Menetukan penurunan bagian terbawah janin
d. Pemeriksaan ginekologi
- Menilai pembukaan dan penipisan cervix
- Ketuban (teraba menonjol dan tegang selama his)
- Pastikan bagian terkecil dari janin dan tali pusat tidak teraba
- Nilai penurunan kepala janin
3. Dokter atau bidan yang bertugas melakukan penegakan diagnosis
berdasarkan anamnesa, dan pemeriksaan fisik dan ginekologi apakah
pasien berada pada kala 1 atau 2
4. Dokter atau bidan yang bertugas memberikan penatalaksanaan sesuai
dengan keadaan pasien
a. Pada kala 1:
- Beri penjelasan tentang proses persalinan/ lamanya persalinan
- Observasi tanda vital
- Observasi his, djj, dan majunya persalinan dengan partograf
- Mengosongkan kandung kemih dan rektum
- Kolaborasi medis bila ada kelainan dalam pemeriksaan
b. Pada kala 2:
- Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala 2
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
2) Merasa tekanan semakin menigkat pada rectum atau
vaginanya
3) Perenium menonjol
4) Vulva, vagina dan sfigter ani membuka
- Memastikan kelegkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali
pakai 3 ml ke dalam wadah partus set.
1) Memakai celemek plastik.
2) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir
3) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
4) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitoksin dan letakan kembali kedalam
wadah partus set
5) Membersikan vulva dan perineum dengan kapas basah yang
telah dibasahi oleh air, matang (DTT), dengan gerakan vulva
ke perineum
6) Melakukan pemeriksaan dalam. pastikan peembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah
7) Menvelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbaik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
8) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai. pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit)
9) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa inginmeneran
10) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu Dallam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
11) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran
12) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
adadoronganuntuk meneran dalam 60 menit
13) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
14) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu
15) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
16) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
17) Saat kepala janin terlihat pada vulva dngan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih pada perut ibu untuk
mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan
bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu. Setelah itu
kita melakukan perasat stenan (peresat untuk melindungi
perineum dengan satu tangan, dibawah kain bersih dan
kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar
posisi kepla tetap fleksi pada saat keluar secara ertahap
melewati introitus dan perineum)
18) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung nayi
dengan kassa steril kemudia memeriksa adanya lilitan tali
pusat pada leher janin
19) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan
20) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepalakearah bawah dan distal higga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
21) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas
22) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
di antara kedua lutut janin)
23) Melakukan penelitian selintas :
a) Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa
kesulitan
b) Apakah bayi bergerak aktif?
24) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersikan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk /
kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu
25) Memeriksa kembali urterus untuk memastikan tidak adalagi
bayi dalam urterus
26) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitaksin agar
urterus berkontraksi baik
27) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitaksin
10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
leteral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitaksin)
28) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat
kea rah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal klem pertama
29) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah di jepit
(lindungi perut bayi), dan laukan pengguntingan tali pusat di
antar 2 klem tersebut
30) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau streil padaa
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
31) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
memasang topi di kepala bayi
32) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
33) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat
34) Setelah urterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan urterus dengan
hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur
35) Melakukan penegangan dan dorongan doroskrainal hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap laukan
tekanan doroskrainal ).
36) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selapu ketuban
37) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secra sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi urterus baik (fundus teraba keras)
38) Periksa bagian matemal dan bagian fatal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan
kedalam kantong plastic yang tersedia
39) Evaluasi kemungkinan leserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bis leserasi menyebabkan pendarahan
40) Memastikan urterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi pendarahan pervaginam
41) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
42) Setelah satu jam, laukan penimbangan/ pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotik profilaksis, dn vitamin K1 1 mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral
43) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral
44) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
pendarahan pervaginam
45) Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontaksi
46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam prtam pasca persalinan dan setia 30
menit salam jam ke 2 pasca persalinan
48) Memeriksa keembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik
49) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
enxymatik untuk dekontaminasi. Cuci dan bilas peralatan
setelah di ekontaminasi untuk disterilkan
50) Buang bahan-bahan yang terkontamnasi ke tempat sampah
yang sesaui
51) Mebersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah. Bantu
ibu memakai pakaian bersih dan kering
52) Memastikan ibu merasa nyaman dan beri tahu keluarga
untuk membantu apabila ibu ingin minum
53) Dekontaminasi tempat persalinan dengan klorin 0,5%
54) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
55) Melengkapi patograf
5. Dokter atau petugas ruangan pemeriksaan umum menulisakan semua
kegiatan pada rekam medik pasien dan catatan rujukan bila dirujuk ke
RS

6. Unit terkait Ruang Bersalin, Ruang Gawat Darurat Dan Tindakan, Ruang Nifas

7. Dokumen -
Terkait

Anda mungkin juga menyukai