Sumber Daya Air
Sumber Daya Air
Blognya Lorens
► Februari (4)
► Januari (6)
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 2/26
11/7/2016 Blognya Lorens
► 2014 (39)
3 Lereng cekung, dicirikan dengan semakin tinggi tempat, jarak kontur semakin
► 2013 (22)
berkurang.
► 2012 (19)
► 2011 (3)
MENGENAI SAYA
Lorens Rinto Kambuaya
4 Lereng cembung, dicirikan dengan kontur yang semakin tinggi tempat, jarak kontur
semakin renggang.
6 Lereng berombak, dicirikan dengan kontur yang secara periodik jaraknya berdekatan.
Contoh Soal !
Lihat gambar peta dibawah ini, lalu tentukan tipe lereng dan bentang alam A dan B ?
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 4/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Jawab :
Titik A tipe lerengnya cembung dan merupakan perbukitan yang sisi utaranya sangat terjal
yang ditandai dengan garis kontur yang sangat rapat. Titik B tipe lerengnya seragam dan
hampir bulat yang menunjukan perbukitan yang sedikit menyerupai kerucut. Untuk kalian yang
berdomisili di Kota Jayapura pasti sudah tahu bentuknya seperti apa.
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Desember 21, 2014 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
Label: Alam
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 5/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Pengukuran kemiringan (slope) pada peta topografi bisa dilakukan dengan persamaan Wentworth
(1930), yang mana persamaannya sebagai berikut :
S = (n1) . Ic / ∆h x 100%
Dimana :
S = nilai kemiringan lereng dalam %
n = jumlah kontur
Ic = interval kontur
∆h = jarak horizontal (meter)
Dalam menghitung slope menggunakan pendekatan Wentworth, terlebih dahulu kita membuat
kotakkotak (grid) pada peta topografi atau juga dapat dibuat menyerupai sistem salib sumbu X Y.
Ukuran kotak itu relatif, tapi sebaiknya ukuran kotak lebih kecil agar mendapatkan hasil yang lebih detail.
Penggunaan kotakkotak ini dimaksudkan agar lebih tepat dalam penentuan posisi. Selain itu,
memudahkan ketika hasil perhitungan dipindahkan untuk digambarkan dalam lembaran baru (peta
kedua/peta kemiringan lereng).
Contoh Soal !
Peta dibawah ini memiliki skala 1 : 50.000 dan memiliki interval kontur 25 meter. Hitung kemiringan lereng
pada kotak yang ditandai ?
Jawab :
Informasi yang diketahui setelah melihat kotak yang ditandai yakni, jumlah kontur 2 (kontur utama), jarak
horizontal (diagonal) 0,6 cm atau 300 meter maka :
S = (21).25 / 300 x100% = 8,3%
Maka kemiringannya adalah 8,3%.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 6/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Peta kemiringan lereng sering dibuat menggunakan metode ini. Titiktitik yang telah dihitung pada
peta pertama (topografi), digambarkan kembali dalam lembaran baru (peta 2). Lalu titiktitik yang nilainya
sama dihubungkan.
Pada peta topografi garis kontur menghubungkan titik yang nilai ketinggiannya sama, sedangkan
pada peta kemiringan lereng titiktitik yang mempunyai nilai persentase kemiringan lerengnya sama
dihubungkan dengan interval tertentu. Lalu diberi warna berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng,
misalnya kemiringan lereng 02% topografinya datar, maka warnanya kuning (menurut van Zuidam,
1905).
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Selasa, Desember 16, 2014 Tidak ada komentar:
Label: Alam
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 7/26
11/7/2016 Blognya Lorens
JUMAT, 12 DESEMBER 2014
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bagaimana cara sederhana yang bisa
dilakukan untuk menghitung besar kemiringan lereng. Nah, misalnya setelah dihitung antara
satu titik dengan titik lainnya memiliki kemiringan 5%. Setelah itu pasti kita berpikir begini, kira
kira kemiringan lereng 5% itu bentuk lahannya bagaimana ? Apakah datar atau bergelombang
?
Besar kemiringan lereng dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan bentuk
lahan di suatu wilayah. Beberapa pakar telah melakukan penelitian dan membuat klasifikasi
bentuk lahan (relief) berdasarkan kemiringan lereng, misalnya klasifikasi menurut van Zuidam
dan Dessaunnetes yang bisa dipakai sebagai referensi untuk menyimpulkan bagaimana bentuk
lahan di suatu wilayah setelah dilakukan perhitungan.
Tabel klasifikasi relief, berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi menurut van Zuidam,
1985.
Kemiringan Beda Tinggi
Satuan Relief (%) (M)
tajam
Tabel klasifikasi kemiringan lereng yang dibagi kedalam 5 kelompok satuan morfologi menurut
Dessaunettes, 1977.
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Jumat, Desember 12, 2014 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 9/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Label: Alam
Kemiringan (slope) adalah keadaan dimana ada bidang atau permukaan yang tidak rata,
disebapkan ada bagian yang tinggi dan ada bagian yang rendah.
Besar kemiringan (slope) dapat dinyatakan kedalam tiga bentuk yakni gradien,
persentase, dan derajat. Agar lebih kuat dalam memahami kemiringan sebaiknya kita flashback
sejenak pada materi perbandingan trigonometri pada segitiga ABC yang mungkin telah
dipelajari di bangku SMA maupun SMP, karena rumus perbandingan trigonometri tersebut
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 10/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Gradien merupakan perbandingan antara jarak vertikal dan jarak horizontal, rumusannya bisa
ditulis y : x. Agar lebih jelas kalian bisa lihat pada gambar segitiga ABC diatas. Gradiennya
yaitu jarak vertikal : jarak horizontal (3 : 12, yang bisa disederhanakan menjadi 1 : 4).
*) cara menghitung persentase kemiringan
Persentase kemiringan (S) = (y/x) x 100%
S = 3/12 x 100% = 25%
*) cara menghitung derajat kemiringan
Rumus menghitung derajat kemiringan
tan α = y/x α = tan 1 (y/x)
tan α = 3/12 α= tan1(3/12) = 14,030
Cara menghitung kemiringan lereng sama saja seperti contoh segitiga ABC, cuma dicari beda
tinggi pada jarak vertikal terlebih dahulu.
Contoh soal !
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 11/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Jarak horizontal A ke B 250 meter. Ketinggian titik A ± 30 mdpl dan ketinggian titik B 120 mdpl.
Hitunglah berapa besar kemiringan AB dalam bentuk gradien, persentase dan derajat.
Gradien
S = (12030) / 250 = 90/250, maka gradiennya 1 : 2,77
Persentase kemiringan lereng
S = (12030) / 250 x 100% = 36%
Derajat
S = H / 0,9xL
Ket :
S = kemiringan ratarata sungai
H = beda tinggi antara titik pengamatan dan titik terjauh sungai
L = panjang sungai (km)
Contoh soal !
Diketahui suatu sungai utama memiliki panjang ±31,021 Km, elevasi di hulu ±3400 mdpl dan di
hilir ±125 mdpl. Hitung kemiringan dasar sungai ratarata !
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 12/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Jawab :
S = H/(0,9xL)
S = (3400 mdpl – 125 mdpl ) / 0,9 x 31021 meter
S = 0,117
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Kamis, Desember 11, 2014 11 komentar:
Label: Alam
Besar persentase kemiringan lereng adalah salah satu informasi yang bisa didapat setelah melihat dan
menganalisa peta topografi. Pada umumnya peta topografi menggambarkan bentuk muka bumi (relief)
yang disertai dengan garis kontur yang menunjukan wilayahwilayah yang memiliki ketinggian sama dan
sejumlah keterangan mengenai bentang budaya (jalan,dll).
Berikut ini akan dijelaskan cara umum untuk menghitung persentase kemiringan lereng pada peta
topografi. Agar lebih jelas langsung saja masuk pada contoh yang akan menggunakan peta topografi di
bawah ini.
Pada peta diatas hanya termuat garis kontur dan interval konturnya 25 meter dan tidak ada keterangan
skala (Interval konturnya itu yang garis orange tebal). Jika interval konturnya 25 meter maka garis berikut
50, 75, 100, 125, dst. Bagaimana cara mengetahui besar presentase kemiringan lereng antara titik A dan
titik B yang ditunjukan pada peta diatas ? Simak ulasan berikut.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 13/26
11/7/2016 Blognya Lorens
)
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 14/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Kirakira demikian cara menghitung persentase kemiringan lereng pada peta topografi. (*)
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Kamis, Desember 04, 2014 7 komentar:
Label: Alam
I. Pendahuluan
Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Manusia membutuhkan
air untuk minum, mandi memasak,dll, tumbuhan membutuhkan air untuk proses fotosintesis,
dan hewan pun membutuhkan air untuk proses metabolisme dalam tubuhnya. Dalam skala
yang lebih luas, air digunakan untuk kepentingan irigasi guna meningkatkan produksi tanaman
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 15/26
11/7/2016 Blognya Lorens
everyone’s business).
Air nilainya begitu vital bagi kehidupan
sumber air guna mengambil air untuk keperluan seharihari, banyak instalasi pengelolaan air
minum yang mengalami penurunan pasokan air baku, banyak saluran irigasi yang tidak
berfungsi karena minim pasokan air. Sebagai contoh, kerusakan jaringan irigasi di Indonesia
setara dengan kerusakan 3,3 juta hektar lahan pertanian (Harian Kompas, 18/11/2014). Jika
jaringan irigasi yang rusak ini diperbaiki mungkin akan terjadi peningkatan produksi tanaman
pangan, terutama beras.
Melihat value air, maka dipandang perlu untuk melakukan kegiatankegiatan yang
bertujuan menjaga keberlanjutan keberadaan air dan sumber air sehingga mampu mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, baik waktu sekarang maupun yang akan
datang.
Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 16/26
11/7/2016 Blognya Lorens
keadaan, sifat, dan fungsi daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang
kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air.
Adapun beberapa kegiatan pokok konservasi sumber daya air menurut UU No 7 Tahun 2004,
Perlindungan dan pelestarian sumber air ditunjukan untuk melindungi dan melestarikan sumber
air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebapkan
oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebapkan oleh tindakan manusia.
Perlindungan dan pelestarian sumber air menurut UU No 7 Tahun 2004, mencakup beberapa
hal yaitu :
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 17/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air bisa dikatakan sebagai konservasi segi suplai
karena domain ada di sumbernya. Contohnya, dalam Keppres No 32 Tahun 1990 ditetapkan
kriteria bagi kawasan sekitar mata air adalah sekurangkurangnya dengan jarijari 200 meter di
sekitar mata air. Artinya hutan di daerah mata air harus tetap terjaga dan bersih dari aktivitas
budi daya, hal ini dilakukan agar tidak terjadi penurunan debit mata air, sehingga suplai air
b. Pengawetan Air
Pengawetan air ditunjukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas
Menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dimanfaatkan pada waktu saat
diperlukan;
dan domainnya ada pada pengguna air terkait digunakan untuk kebutuhan apa. Pengguna air
harus menggunakan secara hemat sesuai kebutuhan. Kegiatan pengawetan air ini berkorelasi
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 18/26
11/7/2016 Blognya Lorens
dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang pada sumber air (UU No 7 Tahun 2004).
Pada point ini kegiatan kegiatan konservasi tergantung pada kualitas air dan kandungan bahan
pencemar dan domainnya ada pada teknologi yang digunakan. Jika kualitas air baku bahan
pencemarnya tinggi, tentu instalasi pengolahannya lebih kompleks dan biaya yang dikeluarkan
III. Kesimpulan
Konservasi sumber daya air adalah upaya yang dilakukan guna menjaga kelangsungan
keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber air. Konservasi sumber daya air
dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta
Sumber :
UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Selasa, November 25, 2014 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 19/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan
tiap satuan waktu. Besarnya intensitasnya berbedabeda, tergantung dari lamanya curah hujan
dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis terhadap
data hujan baik secara statistik maupun empiris. Intensitas hujan dihubungkan dengan durasi
hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jamjaman. Data curah hujan
jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis.
Di Indonesia alat ini belum banyak, yang lebih banyak digunakan adalah pencatat hujan biasa
(bulanan)? Tentu ini bukan halangan bagi kita untuk tidak melakukan perhitungan intensitas
hujan untuk durasi waktu yang pendek (menit atau jam), karena intensitas hujan untuk durasi
waktu yang pendek dapat diestimasi menggunakan rumus Mononobe, seperti terlihat di bawah
ini :
24 t
Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T = durasi (lamanya) curah hujan (menit) atau (jam)
Sebagai bahan latihan penulis punya data curah hujan AbepuraWaena dari tahun 2001
s/d 2010, seperti terlampir pada tabel di bawah ini :
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 20/26
11/7/2016 Blognya Lorens
2001 47 196 280 204 132 148 39 132 30 135 172 201
2002 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71
2003 151 180 156 74 96 71 113 223 54 90 90 145
2004 194 129 120 81 109 113 76 88 53 41 154 59
2005 90 159 321 93 34 47 47 158 168 55 98 226
2006 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86
2007 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168
2008 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177
2009 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269
2010 357 121 363 204 360 56 53 50 40 86 118 208
Data diatas merupakan data curah hujan bulanan. Nah, data tersebut merupakan data
dasar yang kita akan olah bersama, sehingga bisa digunakan untuk menghitung intensitas
hujan. Langkahlangkah perhitungan intensitas hujan dan pembuatan grafik lengkungnya
1) Jumlahkan data curah hujan bulanan sehingga didapat jumlah total curah hujan per
tahun
Tahun Jan Feb Mar Apr Mey Juni July Aug Sep Oct Nov Des Total
2001 47 196 280 204 132 148 39 132 30 135 172 201 1716
2002 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71 1417
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 21/26
11/7/2016 Blognya Lorens
2) Hitung intensitas hujan untuk beberapa durasi waktu menggunakan rumus Mononobe
I = R24 (24) 2/3
__ ___
24 t
Untuk nilai R24 untuk beberapa periode ulang kita ambil dari pembahasan sebelumnya
mengenai, Analisa Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Puncak Limpasan Permukaan Di
Wilayah Abepura.
Selanjutnya kita akan hitung intensitas hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun, 10 tahun,
25 tahun, 50 tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu hujan, yakni 5
menit, 10, 15, 20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, 1440 menit. (ingat sebelum dimasukan ke dalam
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 22/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Data R24 sudah ada dan durasi waktu sudah ditetapkan, apalagi yang kita tunggu ? Mari kita
hitung bersama memakai rumus Mononobe, dengan memasukan nilainilai yang diketahui :
Intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 5 Tahun dengan R24 = 2395,37 mm/24 jam
= 4,352, 67 mm/jam
= 2742,01 mm/jam
= 2092,54 mm/jam
Untuk perhitungan durasi waktu lainnya, lakukan dengan cara yang sama seperti durasi 5
menit, 10 dan 15 menit yang sudah dibahas.
Untuk perhitungan intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 10, 25, 50 untuk beberapa
durasi waktu dilakukan sama seperti cara yang sudah dijelaskan. Hasil perhitungan secara
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 23/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Dari hasil perhitungan kita buat grafik lengkung intensitas hujan yang menyatakan hubungan
antara intensitas hujan dengan durasi hujan. Data dalam tabel kita akan konversi ke dalam
bentuk grafik.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 24/26
11/7/2016 Blognya Lorens
4) Kesimpulan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan
tiap satuan waktu. Sedangkan durasi hujan adalah lama kejadian hujan. Besarnya intensitas
hujan itu berbedabeda, tergantung dari lamanya hujan (durasi) dan frekuensi kejadiannya.
Data hubungan antara durasi hujan dan intensitas berguna dalam perencanaan drainase. (*)
Sumber Pustaka :
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 25/26
11/7/2016 Blognya Lorens
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Jumat, September 26, 2014 5 komentar:
Label: LINGKUNGAN
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20140101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20150101T00:00:00%2B09:00&maxresults=39 26/26