Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

PEMAHAMAN MENGENAI
KELAYAKAN PENATAAN PKL

2.1. Definisi Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima merupakan salah satu bagian dari sektor informal. Istilah kaki lima
berasal dari trotoar yang dahulu berukuran lebar 5 feet atau sama dengan kurang lebih 1,5 meter,
sehingga dalam pengertian ini PKL adalah pedagang yang berjualan pada kaki lima, dan biasanya
mengambil tempat atau lokasi di daerah keramaian umum seperti trotoar di depan
pertokoan/kawasan perdagangan, pasar, sekolah dan gedung bioskop (Widodo, 2000). Pedagang
kaki lima juga disebut sebagai hawkers oleh Mc Gee dan Yeung sebagai orang yang menawarkan
barang dan jasanya di tempat umum seperti trotoar dan pinggir jalan. Pedagang kaki lima yang
selanjutnya disingkat PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan
dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan
prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah atau
swasta yang bersifat sementara/tidak menetap (Perpres No. 125 tahun 2012).

2.2. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima

2.2.1 Karakteristik Waktu Berjualan

Pedagang kaki lima pada umumnya beraktivitas pada jam- jam yang tidak ditentukan
sehingga PKL bebas menentukan waktu berjualan. Waktu berjualan PKL biasanya bergantung pada
jenis barang yang diperdagangkan.

2.2.2 Karakteristik Barang Dagangan

Jenis dagangan yang dijual oleh PKL secara umum oleh McGee dan Yeung dapat dibagi
menjadi

 Bahan mentah makanan dan makanan setengah jadi (Unprocessed and semiprocessed foods).
Termasuk pada jenis dagangan ini adalah bahan mentah makanan seperti daging, buah
dansayuran. Selain itu juga dapat berupa barang-barang setengah jadi seperti beras
 Makanan siap saji (Prepared food)
Termasuk dalam jenis dagangan ini berupa makanan atau minuman yang telah dimasak dan
langsung disajikan ditempat maupun dibawa pulang. Penyebaran fisik PKL ini biasanya
cenderung mengelompok dan homogen dengan kelompok.
 Non makanan (Non foods)
Termasuk jenis barang dagangan yang tidak berupa makanan contohnya adalah mulai
daritekstil sampai dengan obat-obatan.
 Jasa pelayanan (Services)
Jasa pelayanan yang diperdagangkan adalah jasa perorangan, seperti tukang membuat
kunci,tukang membuat pigura, reparasi jam dan lain-lain.

2.2.3 Pola Persebaran

Menurut Mc Gee dan Yeung (1977:76) pola penyebaran pedagang kaki lima dipengaruhi
oleh aglomerasi dan aksesibilitas sebagai berikut :
 Aglomerasi, aktivitas pedagang kaki lima selalu akan memanfaatkan aktivitas-aktivitas di
sektor formal dan biasanya pusat-pusat perbelanjaan menjadi salah satu daya tarik lokasi
sektor informal untuk menarik konsumennya. Adapun cara pedagang kaki lima menarik
konsumen dengan cara berjualan berkelompok (aglomerasi). Para pedagang kaki lima
cenderung melakukan kerja sama dengan pedagang kaki lima yang sama jenis dagangannya
atau saling mendukung seperti pedagang makanan dan minuman. Pengelompokan pedagang
kaki lima juga merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen, karena mereka bebas memilih
barang atau jasa yang diminati.

 Aksesibilitas, para pedagang kaki lima lebih suka berlokasi di sepanjang pinggir jalan utama
dan tempat-tempat yang sering dilalui pejalan kaki.

2.2.4 Pola Pelayanan

Pola pelayanan merupakan cara berlokasi aktivitas pedagang kaki lima dalam
memanfaatkan ruang kegiatannya sebagai tempat usaha. Pola pelayanan pedagang kaki lima ini
juga erat kaitannya dengan sarana fisik dagangan pedagang kakil lima yang digunakan dan jenis
usahanya. Misalnya pedagang kaki lima menetap, jenis dagangannya bukan kebutuhan primer dan
sarana fisik dagangan berupa kios, gerobak beratap dan meja atau jongko. Serta jenis pola
pelayanan (tetap, semi menetap, dan tidak menetap) ini juga dipengaruhi waktu, tempat, lokasi
berdagang pedagang kaki lima.

2.3. Karakteristik Lokasi Pedagang Kaki Lima

Aspek lokasi merupakan aspek yang paling penting dalam aktivitas PKL. Sebagian besar
PKL melakukan aglomerasi di simpul-simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat- tempat
yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah
komersial untuk alasan ekonomi (McGee dan Yeung, 1977:108). Suatu studi yang dilakukan oleh
Joedo (1977, dalam Widjajanti, 2000:35) berkaitan dengan lokasi yang diminati aktivitas
perdagangan sektor informal,diketahui beberapa ciri sebagai berikut:
1. Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama padawaktu yang relatif
sama sepanjang hari. Ciri ini bisa kita jumpai di lokasi - lokasi perdagangan, pendidikan, dan
perkantoran.

2. Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat kegiatan-kegiatan perekonomian kota
dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi seringdikunjungi dalam jumlah besar. Kondisi ini
merupakan ciri dari suatu lokasi lokasi wisata atau ruang-ruang rekreatif kota, seperti taman-
taman kota dan lapangan olah raga yang biasa ramai di hari libur.

3. Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang dengan calon pembeli,
walaupun dilakukan dalam ruang yang relatif sempit.

4. Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.

Anda mungkin juga menyukai