Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PENGHIDUPAN PEDAGANG KAKI LIMA DI

KAWASAN MALIOBORO, KOTA YOGYAKARTA

Fauzia Darojati
fauzia.darojati@rocketmail.com

Alia Fajarwati
th_alia@yahoo.com

ABSTRACT

This research aims to identify the livelihood strategy of street vendors or street
hawkers in Malioboro area, Yogyakarta city. This research focused on seasonality -one
of vulnerability context in livelihood strategy- that occurs on low season and peak
season. The research method is qualitative using study literature, indepth interview,
and observation. Among 1.422 street vendors, 50 of them have elected as informants.

Keyword : livelihood strategy, street vendors, Malioboro, seasonality

INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi strategi penghidupan
pedagang kaki lima di Kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Penelitian ini fokus
pada seasonality –salah satu konteks kerentanan dalam strategi penghidupan- yang
terjadi saat low season dan peak season. Metode penelitian yang digunakan dengan
metode kualitatif yang menggunakan studi literatur, wawancara mendalam, dan
observasi. Teknik pengambilan data dengan menggunakan purposive sampling. Dari
1.422 pedagang kaki lima, 50 diantaranya dipilih sebagai narasumber.

Kata kunci : strategi pennghidupan, pedagang kaki lima, Malioboro, seasonality

1
PENDAHULUAN strategi penghidupan yang berbeda-beda untuk
Sektor informal mulai populer saat krisis bertahan hidup sesuai dengan kondisi masing-
moneter melanda Indonesia pada tahun 1998. masing pedagang, terutama dalam mengatasi
Banyak terjadi pemutusan hubungan kerja kerentanan berupa perubahan musim
(PHK) karena sektor industri mengalami (seasonality) yaitu saat low season dan peak
collapse dan banyak perusahaan yang season.
mengalami kebangkrutan. Solusi untuk Menurut Robert Chambers dan Gordon
mengurangi beban dan tekanan adalah beralih Conway (1992), penghidupan yang
ke sektor informal. Sektor informal banyak dilakukan pada level rumah tangga meliputi
dipilih dan digeluti karena lebih mampu kemampuan, aset, dan aktivitas, dimana aset
bertahan ditengah masa krisis dan lebih terdiri dari simpanan, sumberdaya, klaim,
fleksibel mengingat pekerjaan di sektor dan akses. Penelitian ini menitikberatkan
informal tidak terikat dengan kontrak pada strategi penghidupan yang fokus pada
perusahaan dan jam kerjanya pun ditentukan konteks kerentanan berupa seasonality.
sendiri oleh pelaku sektor informal. Menurut “Buiding Livelihood : A Field
Menurut Hidayat (1983), sektor informal Manual for Practitioners in Humanitarian
merupakan suatu sistem antara desa dan kota Settings”, seasonality merupakan perubahan
yang belum mampu mandiri karena belum musim, seperti yang mempengaruhi
mendapat bantuan ataupun proteksi dari penghidupan, produksi, praktik-praktik
pemerintah. Pedagang kaki lima merupakan pertanian, musim panen, iklim kerja,
bagian dari sektor informal yang paling kesempatan kerja, iklim, dan kesehatan.
populer. Keberadaannya mulai merambah ke
kota-kota besar di Indonesia, salah satunya
Kota Yogyakarta. Pedagang kaki lima di Kota METODE PENELITIAN
Yogyakarta terkonsentrasi di Kawasan Penelitian ini merupakan tipe penelitian
Malioboro. Pedagang kaki lima ini sudah ada kualitatif. Penelitian kualitatif sering
sejak tahun 1981 dan mampu bertahan hingga digunakan untuk penelitian sosial yang
sekarang. meneliti gejala atau fenomena sosial yang
Terdapat beberapa peraturan pemerintah terjadi di masyarakat. Hal ini karena
daerah yang mengatur pedagang kaki lima di penelitian sosial tidak dapat diukur secara
kawasan Malioboro, yaitu Peraturan Daerah kuantitatif. Menurut Hamidi (2004),
Kota Yogyakarta Nomor 26 Tahun 2002 penelitian kualitatif dilakukan dengan
tentang Pedagang Kaki Lima, Peraturan menggali informasi dari responden
Walikota Yogyakarta Nomor 93 Tahun 2009 mengenai latar sosial responden itu sendiri.
tentang Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Informasi yang digali tersebut diperoleh
Komunitas Kawasan Malioboro Kota dengan pengamatan dan wawancara
Yogyakarta, Peraturan Walikota Nomor 37 mendalam akan berbentuk cerita dan
Tahun 2010 tentang Penataan Pedagang Kaki gambaran mendetail.
Lima Kawasan Khusus Malioboro-A. Yani.
Banyaknya pedagang kaki lima yang 1. Teknik Pengumpulan Data
menghiasi Kota Yogyakarta ditilik dari Purposive Sampling dipilih karena mampu
homogenitas produk dagangan yang dijajakan, mewakili informasi yang dibutuhkan oleh
otomatis menciptakan suatu kompetisi atau peneliti secara mendalam serta mampu
persaingan atarpedagang, baik dari segi harga, menangkap kelengkapan data. Narasumber
variasi produk, jumlah produksi, serta kualitas dalam penelitian ini berjumlah 50 narasumber
produk dagangan. Mereka tentunya memiliki yang terdiri dari pedagang kaki lima non-
2
kuliner, pedagang kaki lima lesehan, pedagang kawasan Malioboro sebagai lokasi berdagang.
kaki lima non-lesehan, dan pedagang kaki lima Banyaknya jumlah pedagang kaki lima yang
angkringan. menempati ruang publik kawasan Malioboro
kemudian menciptakan pola penyebaran fisik
2. Teknik Analisis Data aktivitas yang memanjang (linier
Teknik analisis data dilakukan dengan concentration) dan mengelompok (focus
analisis deskriptif kualitatif. Pengolahan data agglomeration). Pola penyebaran memanjang
untuk penelitian ini adalah dengan atau linier dipengaruhi oleh pola jaringan
menggunakan triangulasi yaitu dengan jalan, terjadi di sepanjang jalan atau pinggir
menggabungkan data dari beberapa sumber jalan utama atau jalan penghubung.
yang berasal dari literatur, observasi di Pola penyebaran mengelompok atau
lapangan yang termasuk juga wawancara aglomerasi ini berdasarkan jenis barang
mendalam serta informasi dari berita terkait dagangan yang sejenis, yaitu pedagang kaki
strategi penghidupan. lima kuliner lesehan dan non-lesehan.
Pedagang kaki lima kuliner lesehan dan non-
lesehan mengelompok pada titik-tertentu,
HASIL DAN PEMBAHASAN seperti di depan kantor pemerintahan, hotel,
A. Karakteristik PKL Malioboro dan bank. Pedagang kaki lima kuliner lesehan
Sarana berdagang pedagang kaki lima di dan non-lesehan mengelompok di sepanjang
Kawasan Malioboro menggunakan empat sayap timur Jalan Malioboro hingga sebelum
macam sarana yaitu: (1) warung semi- Malioboro Mall yang dipisahkan oleh Jalan
permanen ini biasanya dibangun di depan Perwakilan.
tembok suatu bangunan, menggunakan
gerobak atau kereta dorong untuk meletakkan B. Aset-Aset Penghidupan Pedagang Kaki
barang dagangannya, serta dilengkapi dengan Lima Kawasan Malioboro
kursi dan meja yang diatur secara berderet. (2)
Meja yang menjadi sarana berdagang atau 1. Aset Manusia
sarana usaha pedagang kaki lima di Kawasan Aset manusia meliputi usia, pendidikan,
Malioboro yang disusun dari kayu panjang penguasaan atau pemanfaatan teknologi,
atau triplek. Kayu atau triplek tersebut keterampilan, dan pengalaman.
kemudian disusun menjadi seperti meja
bongkar-pasang. Tabel 1. Profil Responden Pedagang Kaki Lima
Kawasan Malioboro
(3) Gerobak atau kereta dorong yang Sumber: Data primer, 2013
menjadi sarana pelengkap usaha pedagang
kaki lima Malioboro yang memanfaatkan meja
Usia Jumlah Pendidikan Jumlah
sebagai sarana usaha. Gerobak atau kereta (Tahun)
dorong ini berbeda dengan gerobak pedagang
20 – 30 20 SD 5
kaki lima kuliner, bentuk gerobak ini seperti
lemari penyimpan barang. (4) Tikar atau alas 31 – 40 10 SMP 5
yang dimanfaatkan oleh beberapa pedagang
41 – 50 15 SMA 40
kaki lima yang menjajakan barang
dagangannya dengan sistem lesehan atau >50 5 Sarjana -
meletakkan barang dagangannya di lantai, TOTAL 50 TOTAL 50
tikar inilah yang menjadi alasnya.
Pedagang kaki lima Malioboro
memanfaatkan ruang publik yang ada di
3
Pedagang kaki lima Kawasan diikuti oleh pedagang kaki lima. Pedagang
Malioboro didominasi oleh angkatan kerja kaki lima Malioboro diwadahi oleh beberapa
yang produktif dan tergolong muda, organisasi yang mengatur keanggotaan
sehingga dalam menjalankan aktivitas pedagang kaki lima Malioboro.
berdagangnya lebih lama dan lebih kuat
dibandingkan dengan pedagang kaki lima Tabel 2. Keikutsertaan Responden dalam
Malioboro yang memiliki rentang usia 40 Organisasi PKL Malioboro
tahun hingga lebih dari 50 tahun. Nama Jumlah responden
Pedagang kaki lima Kawasan Malioboro Organisasi PKL yang ikut serta
tidak memanfaatkan teknologi tinggi seperti PKL
internet untuk berinovasi dalam Malioboro
memasarkan barang dagangannya. Untuk Tri Dharma 22
menjadi pedagang kaki lima di kawasan PEMALNI 12
Handayani 3
Malioboro pun tidak perlu memiliki PPLM 3
keterampilan yang mumpuni dan khusus, Tidak 10
namun sopan dan ramah adalah kunci Mengikuti
utama agar barang dagangan dapat laku TOTAL 50
dibeli. Pengalaman selama bekerja menjadi Sumber: Data primer, 2013
pedagang kaki lima lah yang menambah
modal skill (keterampilan) yang mereka Paguyuban pedagang kaki lima Malioboro
miliki. memfasilitasi anggota paguyubannya dengan
fasilitas seperti simpan-pinjam, asuransi
2. Aset Sosial kesehatan, dana sosial, pengajian, arisan, dan
Aset sosial terkait dengan hubungan sesama lain-lain. Fasilitas yang diberikan oleh
individu, bagaimana mereka dapat hidup paguyuban ini memberikan manfaat bagi
berdampingan, berinteraksi, dan anggota paguyuban, terlebih lagi yang
berkomunikasi satu sama lain. Aset sosial menyangkut aspek finansial yang dapat
tidak lepas dari peran kelembagaan atau dimanfaatkan sebagai modal usaha untuk
instansi serta organisasi. Organisasi yang menambah jumlah barang dagangan.
diikuti serta peran suatu lembaga dapat
memperluas jaringan dan pergaulan sehingga 3. Aset Alam
koneksi menjadi bertambah luas. Lahan yang dimanfaatkan untuk
Dengan koneksi dan pergaulan yang luas berdagang sepanjang Jl. Malioboro hingga Jl.
ini otomatis dapat menambah relasi dan bisa Jend. A. Yani termasuk aset alam bagi
menghasilkan suatu kerjasama atau kemitraan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro.
yang bermanfaat. Terlebih lagi jika individu Pedagang kaki lima non-kuliner menempati
tersebut memiliki usaha yang membutuhkan lahan publik di Kawasan Malioboro dengan
banyak koneksi dan kemitraan, contohnya memanfaatkan trotoar di depan pertokoan,
usaha di bidang perdagangan atau bisnis. baik menghadap toko maupun membelakangi
Relasi yang terjalin antarpedagang kaki lima toko sedangkan pedagang kaki lima kuliner
terjalin dalam bentuk saling membantu memanfaatkan ruang di depan gedung-
pedagang kaki lima yang lain dalam menjaga gedung perkantoran. Pedagang kaki lima
lapak dan melayani pembeli ketika pemilik kuliner menempati trotoar di depan gedung-
lapak sedang tidak ada di tempat. gedung perkantoran karena perlu
Selain itu juga terjadi relasi antara memanfaatkan sumber air untuk mencuci
pedagang kaki lima dengan paguyuban yang peralatan. Gedung-gedung perkantoran ini
4
memiliki kran air yang digunakan pedagang Tabel 3. Pendapatan Narasumber Pedagang Kaki
kaki lima kuliner untuk mendapatkan sumber Lima Malioboro
air.
Pendapatan Jumlah
(Low Season -- Peak Responden
Season)
4. Aset Fisik Rp 1.500.000,00 - Rp 20
Aset fisik yang dimiliki oleh pedagang 3.000.000,00
kaki lima Malioboro yang dapat Rp 1.500.000,00 - Rp 20
diidentifikasi dengan observasi lapangan 4.000.000,00
Rp 2.000.000,00 - Rp 8
adalah aset fisik berupa kendaraan, lapak, 4.000.000,00
dan gerobak penyimpanan barang dagangan Rp 2.000.000,00 - > Rp 2
yang dimiliki. Kendaraan yang dimiliki 5.000.000,00
digunakan untuk mengangkut barang-barang TOTAL 50
dagangan dari lapak ke rumah dan untuk Sumber: Data primer, 2013
mobilitas pedagang kaki lima itu sendiri.
Pedagang kaki lima yang tergabung dalam
C. Strategi Penghidupan Pedagang Kaki
organisasi pedagang kaki lima Malioboro
Lima Saat Low season dan Peak Season
tidak perlu mengangkut barang dagangannya
untuk dibawa pulang, karena pemerintah Low season atau musim sepi pengunjung
Kota Yogyakarta sudah memfasilitasi terjadi saat ketika jumlah pengunjung dan
pedagang kaki lima dengan gerobak pendapatan mencapai jumlah terendah yang
penyimpan barang-barang dagangan di lapak biasanya terjadi dari bulan Januari hingga
masing-masing. Maret. Low season atau musim sepi
Sedangkan pedagang kaki lima yang tidak pengunjung terjadi saat hari-hari biasa atau
tergabung dalam organisasi pedagang kaki hari kerja (weekdays).
lima Malioboro tidak mendapat fasilitas Sedangkan peak season atau musim
gerobak penyimpan barang-barang dagangan. ramai pengunjung terjadi saat ketika jumlah
47 responden memiliki rumah pribadi dan pengunjung dan pendapatan mencapai
berasal dari Provinsi DIY, sedangkan terdapat jumlah tertinggi yang biasa terjadi saat bulan
3 responden yang berasal dari luar jawa Oktober hingga Desember. Peak season atau
dengan kepemilikan tempat tinggal berstatus musim ramai pengunjung terjadi saat akhir
sewa. pekan (hari Sabtu dan Minggu), hari libur
sekolah, dan hari raya lebaran. Secara garis
5. Aset Finansial besar, strategi penghidupan yang dilakukan
Aset finansial berhubungan dengan oleh pedagang kaki lima di Kawasan
sumber keuangan dan kemampuan keuangan Malioboro hanya bertindak sebagai
yang dimiliki oleh setiap individu. Aset pedagang kaki lima, tidak ada pekerjaan lain
finansial meliputi pendapatan yang diperoleh selain pedagang kaki lima.
per hari atau per bulan dalam bentuk uang Dalam memenuhi penghidupannya,
tunai, simpanan, pinjaman bank, kredit, dan pedagang kaki lima mengandalkan
remitan atau uang kiriman. keterampilan dan pengalaman sebagai
pedagang kaki lima yang telah digeluti
selama bertahun-tahun.

5
Berikut adalah tabel perbandingan Selain jumlah lapak yang dimiliki, faktor lain
strategi penghidupan pedagang kaki lima yang mempengaruhi jumlah pendapatan adalah
non-kuliner dan kuliner ketika low season jenis barang dan harga barang yang dijual.
dan peak season: Dengan memiliki lapak lebih dari satu, maka
jumlah pendapatan yang didapat semakin besar
Tabel 4. Perbedaan Strategi Penghidupan
karena memiliki sumber pendapatan lain. Harga
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro Saat
Menghadapi Low Season dan Peak Season barang dagangan yang tinggi juga
mempengaruhi jumlah pendapatan, semakin
Tipe PKL Strategi Strategi tinggi harga barang dagangan maka jumlah
Penghidupan saat Penghidupan pendapatan semakin besar.
Low Season saat Peak Season
Non-kuliner - Lapak dibuka pada - Lapak dibuka
pukul 08.00 WIB pada pukul 08.00
dan ditutup pada WIB dan ditutup KESIMPULAN
pukul 21.00 WIB pada pukul 00.00
- Menambah variasi WIB 1. Terdapat beberapa strategi penghidupan
barang dagangan - Menambah
yang dilakukan oleh pedagang kaki lima
- Memanfaatkan variasi barang
akumulasi dagangan non-kuliner ketika menghadapi low season
pendapatan - Memberikan yang terjadi pada hari biasa (weekdays)
- Memberikan diskon atau yaitu menutup lapak lebih awal yaitu pada
diskon atau potongan harga pukul 21.00 WIB, menambah variasi
potongan harga - Mengajukan
barang dagangan, memanfaatkan akumulasi
pinjaman atau
kredit ke pendapatan, dan memberikan diskon atau
paguyuban PKL potongan harga kepada pembeli.
yang diikuti 2. Pedagang kaki lima non-lesehan
Non- Memanfaatkan - Memanfaatkan menghadapi low season saat bulan
lesehan akumulasi akumulasi Ramadhan, dimana permintaan barang
pendapatan pendapatan
- Menambah stok dagangan berada pada titik terendah. Oleh
makanan dan karena itu, pedagang kaki lima non-lesehan
minuman melakukan strategi penghidupan saat
Angkringan Berhemat - Menambah stok menghadapi low season dengan
makanan dan memanfaatkan akumulasi pendapatan untuk
minuman
- Mengajukan menutupi minimnya pendapatan ketika
pinjaman atau bulan Ramadhan.
kredit ke 3. Pedagang kaki lima angkringan dan lesehan
paguyuban PKL tidak terpengaruh oleh bulan-bulan tertentu
yang diikuti seperti bulan Ramadhan karena pedagang
Lesehan Memanfaatkan - Menambah stok
akumulasi makanan dan
kaki lima angkringan dan lesehan membuka
pendapatan minuman warungnya pada sore hari. Strategi
- Mengajukan penghidupan yang dilakukan oleh pedagang
pinjaman atau kaki lima angkringan saat low season yang
kredit ke terjadi pada hari biasa (weekdays) adalah
paguyuban PKL
yang diikuti
dengan berhemat, sedangkan pedagang kaki
- Menambah lima lesehan memanfaatkan akumulasi
jumlah pegawai pendapatan.

6
4. Peak season terjadi ketika akhir pekan International Rescue Committee. 2009.
(weekend), libur sekolah, dan libur Building Livelihoods: A Field
lebaran. Pedagang kaki lima non-kuliner Manual For Practitioners In
melakukan beberapa strategi Humanitarian Settings. (The
penghidupan saat peak season dengan Women’s Refugee Commission
menutup lapak lebih lama yaitu pada ISBN: 1-58030-080-079-0). New
pukul 00.00 WIB, menambah variasi York.
barang dagangan, memanfaatkan
akumulasi pendapatan, dan mengajukan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 26
kredit atau pinjaman ke paguyuban yang Tahun 2002 tentang Pedagang
diikuti. Kaki Lima
5. Strategi penghidupan pedagang kaki lima
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 93
kuliner non-lesehan dalam menghadapi
Tahun 2009 tentang Pembentukan
peak season adalah dengan
Lembaga Pemberdayaan
memanfaatkan akumulasi pendapatan dan
Komunitas Kawasan Malioboro
menambah stok makanan dan minuman;
Kota Yogyakarta
sedangkan strategi penghidupan
pedagang kaki lima angkringan adalah Peraturan Walikota Nomor 37 Tahun 2010
dengan menambah stok makanan dan tentang Penataan Pedagang Kaki
minuman serta mengajukan pinjaman ke Lima Kawasan Khusus
paguyuban pedagang kaki lima; dan Malioboro-A. Yani.
strategi penghidupan pedagang kaki lima
lesehan adalah dengan menambah stok
makanan dan minuman, mengajukan
pinjaman ke paguyuban pedagang kaki
lima, dan menambah jumlah pegawai
yang berasal dari keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Chambers, R and Conway, G. 1992.


Sustainable Rural Livelihoods:
Practical Concept For The 21st
Century. IDS Discussion Paper
296. Brighton: IDS.
Hidayat. 1983. Pengembangan Sektor
Informal dalam Pembangunan
Nasional: Masalah dan Prospek.
Pusat Penelitian Ekonomi dan
Sumberdaya Manusia, Fakultas
Ekonomi. Bandung: Universitas
Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai